BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi sebagai Produksi dan

advertisement
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi sebagai Produksi dan Pertukaran Makna
Komunikasi berperan sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa
komunikasi, tujuan atau sasaran yang telah direncanakan tidak akan tercapai.
Seseorang dengan keahlian komunikasi yang baik dapat dengan mudahnya
untuk bernegosiasi dengan orang-orang tertentu yang dianggap sulit untuk diajak
berbicara. Keahlian komunikasi ini wajib dimiliki oleh seseorang yang setiap
hari bergelut dengan masyarakat banyak, seperti contohnya seorang marketing,
customer service, dan ataupun pemimpin sebuah perusahaan.
Adapun sejarah perkembangan komunikasi sudah dimulai pada zaman
manusia pra sejarah. Meskipun pada saat itu manusia belum mengenal tulisan,
apalagi menemukan berbagai macam alat komunikasi yang super canggih,
namun komunikasi sudah terjalin. Manusia prasejarah ialah masa manusia belum
dapat menciptakan tulisan. Ilmu pengetahuan dan teknologi masih bersifat
natural dan manual. Natural artinya manusia masih sangat bergantung kepada
alam buat bertahan hidup. Sementara manual, berarti manusia masih
menggunakan tenaga tubuh, baik tenaga hewan maupun manusia, buat
menghasilkan sesuatu.
Untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan manusia lainnya,
mereka menggunakan simbol-simbol, gambar, mobilitas tubuh, isyarat, suara
11 teriakan, dan cara manual lainnya. Contohnya, bila terjadi suatu bahaya, buat
memberitahukan kepada manusia lain dilakukan dengan teriakan. Teriakan itu
dilakukan secara kontiniu dari satu manusia diteruskan oleh manusia lain yang
berada di lokasi lain. Cara-cara tersebut merupakan awal mula lahirnya sejarah
komunikasi dalam kehidupan manusia. Sejarah perkembangan komunikasi pada
zaman prasejarah tak hanya melalui simbol-simbol saja. Media komunikasi
melalui patung pun bisa terlihat pada masa kebudayaan Paleolitik muda.
Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempunya kontinuitas tinggi
tidak bersifat absolut atau berubah ubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Hal tersebut dikarenakan objek materi dari ilmu komunikasi adalah perbuatan,
perilaku atau tingkah laku manusia yang selalu dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut para ahli ilmu komunikasi dianggap bagian dari ilmu sosial dan
merupakan
ilmu
terapan
(applied
science)
sifatnya
interdisipliner/multidisipliner. Hal itu disebabkan oleh objek materialnya sama
dengan ilmu-ilmu lainnya terutama yang termasuk ke dalam ilmu sosial/ilmu
kemasyarakatan.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
12 secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). 1 Komunikasi
juga dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Komunikasi dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
Sedangkan menurut Bernard Berelson & Gary A.Steiner komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lainlain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka- angka,
dan lain-lain. Komunikasi melibatkan tanda dan kode. Tanda adalah material
atau tindakan yang menunjuk pada ‘sesuatu’, sementara kode adalah sistem di
mana tanda-tanda diorganisasikan dan
menentukan bagaimana tanda
dihubungkan dengan yang lain. Pada tulisan ini pemahaman tentang komunikasi
diadopsi dari definisi yang dikemukakan oleh John Fiske, yakni komunikasi
sebagai “interaksi sosial melalui pesan”.2
2.2
Iklan
Iklan sebagai salah satu produk komunikasi telah dimulai sejak zaman
bangsa Arab kuno. Metode iklan pertama yang dilakukan sangat sederhana, yaitu
pemilik barang yang ingin menjual barangnya akan berteriak di gerbang kota
menawarkan barangnya pada pengunjung yang masuk ke kota tersebut. Pada saat
1
Onong Uchjana Effendy, Imu Komunikasi: Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2006
2 John Fiske, Cultural And Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling
Komperehensif, Jalasutra, Yogyakarta, 2004
13 itu iklan lebih dikenal sebagai pesan berantai atau the word of mouth. Pesan
berantai ini dilakukan untuk membantu kelancaran jual beli di dalam
masyarakat, yang pada waktu itu belum mengenal huruf, hanya mengenal sistem
barter dalam aktifitas jual belinya.
Iklan adalah pariwara atau promosi atau pengenalan produk,informasi
barang
atau
jasa.
Adapun
pengertian
iklan
menurut
para
ahli
didefinisikan “sebagai bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara
nonpersonal oleh suatu sponsor (perusahaan)
pembayaran”.
3
tertentu yang memerlukan
Definisi lainnya sebagai “any paid form of nonpersonal
comunication about an organization, product, service, or idea by an identified
sponsor” (setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi,
produk,
service,
diketahui).
4
atau
ide
yang
dibayar
oleh
satu
sponsor
yang
Maksudnya dibayar menunjukan bahwa ruang atau waktu bagi
setiap inci harus dibeli. Dan maksud “nonpersonal” adalah iklan yang
melibatkan media massa seperti televisi, radio, majalah, koran yang dapat
mengirim pesan kepada individu atau kelompok secara bersamaan. Sifat
nonpersonal iklan berarti pada umumnya tidak tersedia kesempatan atau
mendapatkan umpan balik yang segera dari penerima pesan (kecuali dalam hal
direct response advertising). 5
3
Amstrong, Gary & Philip, Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid 1, Prenhalindo, 2002, Jakarta,
hlm. 658
4
Morissan,. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, Kencana Prenada Media, 2010
Jakarta. hlm. 17
5
Ibid, hlm. 18 14 Untuk dapat menjangkau audien, setiap iklan membutuhkan tempat dan
ruang. Media sebagai segala sarana komunikasi yang dipakai untuk
mengantarkan dan menyebar luaskan pesan – pesan iklan. Pada prinsipnya, jenis
media iklan dalam bentuk fisik dibagi kedalam dua kategori yaitu media iklan
cetak dan media iklan elektronik. Media cetak adalah media statis dan
mengutamakan pesan-pesan visual yang dihasilkan dari proses percetakan;
bahan baku dasarnya maupun sarana penyampaian pesannya menggunakan
kertas). Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal tentang rekaman
peristiwa yangdiubah dalam kata-kata, gambar foto dan sebagainya (contoh :
surat kabar, majalah, tabloid, brosur, pamflet, poster. Sedangkan media
elektronik adalah media yang proses bekerjanya berdasar pada prinsip elektronik
dan eletromagnetis (contoh televisi, radio, internet).
Diantara dikotomi media tersebut terdapat satu media yang tidak termasuk dalam kategori keduanya yaitu media luar ruang (papan iklan atau
billboard ). Sedangkan jika dilihat dari pekerjaan kreatifnya maka media iklan
terbagi dua jenis yaitu:
a. Media lini atas (above the line); media utama yang digunakan dalam kegiatan periklanan dengan jangkauan target audiens yang luas dan tidak ada
interaksi langsung dengan audiens, contoh; televisi, radio, tabloid, majalah,
surat kabar, direct mail dan billboard.
15 b. Media lini bawah (below the line); media pendukung dalam kegiatan
periklanan
dengan
jangkauan
target
audiens
terbatas
yang kegiatannya memberikan audiens kesempatan untuk merasakan,
menyentuh atau berinteraksi, bahkan
langsung action membeli contoh :
event, sponsorship, sampling, Point-of-Sale (POS) materials, Consumer
promotion, trade promotion pamflet, brosur dan poster. 2.2.1 Iklan Billboard
Iklan dapat ditempatkan dimana pun bergantung dari audien dan
kemudahannya untuk menjangkau setiap orang yang melintasi tempat
titik iklan itu di tempatkan. Perkembangan media billboard sebagai alat
promosi mendominasi iklan luar ruang di tata ruang perkotaan dan di
ruas jalan penghubung antar kota.
Iklan billboard adalah bentuk promosi iklan cetak luar ruang
(outdoor advertising) dengan bentuk poster ukuran besar yang diletakkan
tinggi di tempat tertentu yang ramai dilalui orang terbuat dari kayu,
logam,
fiberglas,
kain,
kaca,
plastik,
dan
sebagainya
yang
pemasangannya berdiri sendiri, menempel bangunan dengan konstruksi
tetap tersebut bersifat permanen.
Pada era digital ini, perkembangan billboard pun menggunakan
teknologi baru sehingga muncullah digital billboard. Ada juga mobile
billboard yaitu billboard yang berjalan dipasang di mobil (iklan berjalan).
16 2.2.2. Karakteristik Iklan Billboard
Iklan billboard sebagai media luar ruang mampu menjangkau
lebih banyak orang, dengan biaya yang lebih sedikit dibandingkan
dengan media lain. Disamping itu, papan reklame memiliki daya lihat
yang tinggi karena bentuknya besar dan bergambar. Sebagian papan
reklame biasanya ditempatkan 30-90 hari disatu tempat. Materi iklan
dibatasi dan ditekankan pada gambar-gambar, judul iklan, dan nama
produk atau perusahaan.
Karakteristik
periklanan
papan
reklame
atau
billboard:
1.Lokasi
Papan reklame atau billboard diletakkan pada tempat-tempat yang
strategis sehingga semua orang dapat melihatnya, tapi juga tidak
melanggar aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Jangkauan
Papan reklame atau billboard memiliki jangkauan yang terbatas dan
bersifat lokal, yaitu masyarakat yang tinggal didaerah sekitar papan
reklame itu berdiri. Itu sebabnya, papan reklame dibuat dalam ukuran
yang tinggi dan besar agar bisa terlihat oleh orang yang berada
ditempat-tempat yang jaraknya cukup jauh.
17 3. Kecepatan arus lalu lintas
Jika papan reklame dipasang di jalur bebas hambatan, maka papan
reklame tersebut harus didesain sedemikian rupa agar dari kejauhan
sudah terbaca dan dikenali pesannya. Pada jalur ini iklan luar ruang
mempunyai efektifitas terbaca dalam tempo kurang dari tujuh detik.
Sebaliknya, Jika ingin menampilkan detail maka lebih baik memilih
jalur lalu lintas yang padat dan pada ketinggian menengah. Jalur padat
ini misalnya pada lokasi sekitar pusat perbelanjaan, persimpangan jalan,
jalan tiga jalur yang ada sekolah dengan sedikit tempat parkir atau juga
jalan ‘leher botol’ yang ujungnya menyempit. Pada arus yang padat,
orang dapat membaca dengan santai pada titik pandang yang dekat.
Ketinggian juga diperhatikan jangan sampai orang membaca dengan
kepala terlalu mendongak.
4. Persepsi terhadap lokasi
Papan reklame juga bertujuan untuk membangun citra. Jangan sampai
salah menempatkan produk dengan citra yang bonafit, anggun, besar
dan modern di suatu tempat yang tidak pada tempatnya dan tidak sesuai
sasaran.
5. Keserasian dengan bangunan sekitarnya
Tanpa memperhatikan keserasian, papan reklame akan menjadi sampah
18 kota yang semakin menyebabkan calon pembeli sesak napas. Papan
reklame yang baik harus memperhatikan keseimbangan lingkungan
yang justru dapat mempercantik kota.
Untuk dapat berkomunikasi secara visual, seorang desainer
menggunakan elemen-elemen untuk menunjang desain tersebut. Elemenelemen yang sering digunakan dalam desain komunikasi visual antara lain
adalah tipografi, simbolisme, ilustrasi dan fotografi. Elemen-elemen ini bisa
digunakan sendiri-sendiri, bisa juga digabungkan.
a. Desain dan Tipografi
Tipografi adalah seni menyusun huruf-huruf sehingga dapat dibaca tetapi
masih mempunyai nilai desain. Tipografi digunakan sebagai metode
untuk menerjemahkan kata-kata (lisan) ke dalam bentuk tulisan (visual).
Fungsi bahasa visual ini adalah untuk mengkomunikasikan ide, cerita
dan informasi melalui segala bentuk media, mulai dari label pakaian,
tanda-tanda lalu lintas, poster, buku, surat kabar dan majalah. Karena itu
pekerjaan seorang tipografer (penata huruf) tidak dapat lepas dari semua
aspek kehidupan sehari-hari. Menurut Nicholas Thirkell, seorang
tipographer terkenal, pekerjaan dalam tipografi dapat dibagi dalam dua
bidang, tipografer dan desainer huruf (type designer). Seorang tipografer
berusaha
untuk
mengkomunikasikan
ide
dan
emosi
dengan
menggunakan bentuk huruf yang telah ada, contohnya penggunaan
bentuk Script untuk mengesankan keanggunan, keluwesan, feminitas,
19 dan lain-lain. Karena itu seorang tipografer harus mengerti bagaimana
orang berpikir dan bereaksi terhadap suatu image yang diungkapkan oleh
huruf-huruf.
b. Desain dan Simbolisme
Simbol telah ada sejak adanya manusia, lebih dari 30.000 tahun yang
lalu, saat manusia prasejarah membuat tanda-tanda pada batu dan
gambar-gambar pada dinding gua di Altamira, Spanyol. Manusia pada
jaman ini menggunakan simbol untuk mencatat apa yang mereka lihat
dan kejadian yang mereka alami sehari-hari. Dewasa ini peranan simbol
sangatlah penting dan keberadaannya sangat tak terbatas dalam
kehidupan kita sehari-hari. Simbol sangat efektif digunakan sebagai
sarana informasi untuk menjembatani perbedaan bahasa yang digunakan,
contohnya sebagai komponen dari signing systems sebuah pusat
perbelanjaan. Untuk menginformasikan letak toilet, telepon umum,
restoran, pintu masuk dan keluar, dan lain-lain digunakan simbol. Bentuk
yang lebih kompleks dari simbol adalah logo. Logo adalah identifikasi
dari sebuah perusahaan, karena itu suatu logo mempunyai banyak
persyaratan dan harus dapat mencerminkan perusahaan itu. Seorang
desainer harus mengerti tentang perusahaan itu, tujuan dan objektifnya,
jenis perusahaan dan image yang hendak ditampilkan dari perusahaan
itu. Selain itu logo harus bersifat unik, mudah diingat dan dimengerti oleh
pengamat yang dituju.
20 c. Desain dan Ilustrasi
Ilustrasi adalah suatu bidang dari seni yang berspesialisasi dalam
penggunaan gambar yang tidak dihasilkan dari kamera atau fotografi
(nonphotographic image) untuk visualisasi. Dengan kata lain, ilustrasi
yang dimaksudkan di sini adalah gambar yang dihasilkan secara manual.
Pada akhir tahun 1970-an, ilustrasi menjadi tren dalam desain
komunikasi visual. Banyak orang yang akhirnya menyadari bahwa
ilustrasi dapat juga menjadi elemen yang sangat kreatif dan fleksibel,
dalam arti ilustrasi dapat menjelaskan beberapa subjek yang tidak dapat
dilakukan dengan fotografi, contohnya untuk menjelaskan informasi
detil seperti cara kerja fotosintesis.
Seorang ilustrator seringkali mengalami kesulitan dalam usahanya untuk
mengkomunikasikan suatu pesan menggunakan ilustrasi, tetapi jika ia
berhasil, maka dampak yang ditimbulkan umumnya sangat besar. Karena
itu suatu ilustrasi harus dapat menimbulkan respon atau emosi yang
diharapkan dari pengamat yang dituju. Ilustrasi umumnya lebih
membawa emosi dan dapat bercerita banyak dibandingkan dengan
fotografi, hal ini dikarenakan sifat ilustrasi yang lebih hidup, sedangkan
sifat fotografi hanya berusaha untuk merekam momen sesaat. Saat ini
ilustrasi lebih banyak digunakan dalam cerita anak-anak, yang biasanya
bersifat imajinatif. Contohnya ilustrasi yang harus menggambarkan
seekor anjing yang sedang berbicara atau anak burung yang sedang
21 menangis karena kehilangan induknya atau beberapa ekor kelinci yang
sedang bermain-main. Ilustrasi-ilustrasi yang ditampilkan harus dapat
merangsang imajinasi anak-anak yang melihat buku tersebut, karena
umumnya mereka belum dapat membaca.
d. Desain dan Fotografi
Ada dua bidang utama di mana seorang desainer banyak menggunakan
elemen fotografi, yaitu penerbitan (publishing) dan periklanan
(advertising). Beberapa tugas dan kemampuan yang diperlukan dalam
kedua bidang ini hampir sama. Menurut Margaret Donegan dari majalah
GQ, dalam penerbitan (dalam hal ini majalah) lebih diutamakan
kemampuan untuk bercerita dengan baik dan kontak dengan pembaca;
sedangkan dalam periklanan (juga dalam majalah) lebih diutamakan
kemampuan untuk menjual produk yang diiklankan tersebut.
Dalam periklanan, fotografer yang dibutuhkan adalah mereka yang
kreatif dan jeli, serta mempunyai keahlian untuk bervisualisasi. Jika
sebuah perusahaan periklanan hendak mempromosikan suatu parfum
wanita yang berkesan anggun dan lembut, maka fotografer harus dapat
mengambil foto-foto yang menonjolkan keanggunan dan kelembutan
dari parfum tersebut, misalnya dengan latar belakang kain sutra dengan
warna-warna pastel yang berkesan lembut. Fotografi sering dipakai
selain karena permintaan klien, juga karena lebih “representatif”.
22 Contohnya jika sebuah majalah yang memuat tentang wawancara dengan
seorang bintang sinetron yang sedang naik daun, maka akan digunakan
foto dari bintang itu untuk menunjang desain di samping isi berita itu
sendiri. Contoh lain, untuk menggambarkan sebuah tempat berlibur
dalam sebuah brosur biro perjalanan, jika menggunakan ilustrasi
hasilnya tidak akan semenarik dibandingkan dengan foto. Fotografi
sangat efektif untuk mengesankan keberadaan suatu tempat, orang atau
produk. Sebuah foto mempunyai kekuasaan walaupun realita yang
dilukiskan kadangkala jauh dari keadaan yang sesungguhnya. Selain itu
sebuah foto juga harus dapat memberikan kejutan dan keinginan untuk
bereksperimen, misalnya dalam hal mencoba resep masakan yang baru
atau tren berpakaian terbaru. Selain elemen-elemen ini, seorang desainer
perlu mengerti tentang konsep dasar pemasaran dan hubungannya
dengan visualisasi. Ia juga perlu mempunyai kemampuan untuk bekerja
dengan rapi dan tepat. Ia juga perlu mempunyai kemampuan untuk
bersosialisasi (people skills) untuk menghadapi klien, supplier, sub
kontraktor, percetakan dan lain-lain.
2.3.
Tanda dan Makna dalam Iklan
Pada dasarnya studi komunikasi merefleksikan dua aliran utama, yakni
aliran proses dan aliran semiotik. Pada aliran pertama, basis pengertiannya
cenderung linear, seperti halnya definisi komunikasi yang menyatakan bahwa
23 komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan. Aliran ini memberi
perhatian utama pada bagaimana sender mentransmisikan pesan kepada receiver
melalui channel. Untuk menggambarkan bagaimana komunikasi berlangsung
model Laswell menjadi rujukan utama (rumus SMCRE: Source, Messages,
Channel, Receiver, dan Effect).6 Pendekatan ini berupaya menyederhanakan
komunikasi dalam suatu model tanpa terlalu memperhitungkan bagaimana
mementingkan makna-makna yang bersifat subyektif.
Berbeda halnya dengan tradisi pertama, perpektif kedua memandang
komunikasi sebagai produksi tanda dan pertukaran makna (productions and
exchange of meaning). Sebuah tanda hanyalah sesuatu yang berdiri untuk
sesuatu yang lain. Hampir semua tindakan, objek, atau gambar akan berarti
sesuatu kepada seseorang di suatu tempat. Representasi fisik adalah sebuah tanda
jika memiliki makna di luar obyek itu sendiri. Akibatnya, makna di balik tandatanda harus dipelajari. Dengan kata lain, untuk sesuatu yang menjadi tanda, para
penyimak harus memahami maknanya.
Pada tahun 397 M, Agustinus, filsuf Romawi dan linguist pertama
mengusulkan studi tentang tanda-tanda. Semiotika ini adalah konsep lama yang
diakui Agustinus bahwa pemahaman universal ada di banyak level verbal. Kata
semiotika berasal dari bahasa negaranya: Semeion adalah kata Yunani yang
berarti tanda. Tanda tersebut mewakili sesuatu objek representatif.
6
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2005, hal. 17
24 Semiotika kontemporer muncul melalui karya dua teori linguistik tepat
sebelum Perang Dunia I. Ferdinand de Saussure ahli linguistik dari Swiss.
mengembangkan teori umum mengenai tanda-tanda dan menamai pemikirannya
dengan istilah semiologi. Pada waktu yang hampir bersamaan, guru besar filsafat
dan logika Amerika yakni Charles Sanders Peirce menerbitkan karyanya
mengenai ide tentang efek tanda-tanda di masyarakat dan memperkenalkan
istilah semiotika. Kedua filsuf ini menginspirasi orang lain untuk berkonsentrasi
pada bidang studi ini. Orang Amerika Arthur Asa Berger, Charles Morris, dan
Thomas Sebeok, Umberto Eco dari Italia, orang Prancis Roland Barthes, dan
banyak lainnya telah berkontribusi besar terhadap studi semiotika.
Dalam praktik analisis kedua istilah itu seringkali dipertukarkan tanpa
membedakan artinya. Paling jauh, penggunaannya hanya untuk menunjuk salah
satu mahzab yang dianut, meski untuk era sekarang barangkali sudah tidak jelas
lagi model mana yang dijadikan model utama karena kadangkala konsep-konsep
dari kedua tokoh itu terlanjur dipakai bersama.
Sedangkan istilah semiologi lebih banyak dipakai oleh Barthes. Baik
semiotik ataupun semiologi merupakan cabang penelitian sastra atau sebuah
pendekatan keilmuan yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda.
Pandangan ini memperhatikan bagaimana pesan berhubungan dengan
penerimanya untuk memproduksi makna.
Jika aliran proses memperlihatkan penguasaan makna pada sumber atau
pengirim pesan, aliran semiotik justru membalik peran penguasaan makna
25 kepada penerima pesan. Penerima pesan mempunyai otoritas mutlak untuk
menentukan makna-makna yang ia terima dari pesan, sehingga peran sender
cenderung terabaikan. Demikian juga, apa yang disebut sebagai pesan (message)
pada paradigma ini seringkali disebut sebagai teks. Dalam kaitannya dengan
produk media, seluruh pesan media dalam bentuk tulisan, visual, audio, bahkan
audiovisual sekalipun akan dianggap sebagai teks. Jangkauan pemaknaan akan
sangat tergantung pada pengalaman budaya dari receiver, yang dalam paradigma
semiotik disebut sebagai ‘pembaca’ (reader).
Tradisi semiotika tidak pernah menganggap terdapatnya kegagalan
pemaknaan, karena setiap ‘pembaca’ mempunyai pengalaman budaya yang
relatif berbeda, sehingga pemaknaan diserahkan kepada pembaca. Dengan
demikian istilah kegagalan komunikasi (communication failure) tidak pernah
berlaku dalam tradisi ini, karena setiap orang berhak memaknai teks dengan cara
yang berbeda. Maka makna menjadi sebuah pengertian yang cair, tergantung
pada frame budaya pembacanya.
Pusat perhatian semiotika pada kajian komunikasi adalah menggali apa
yang tersembunyi di balik bahasa. Saussure mendefinisikan semiotika sebagai
“ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan
sosial”.7Tanda merupakan istilah yang sangat penting, yang terdiri atas penanda
(signifier) dan petanda (signified). Penanda mewakili elemen bentuk atau isi,
sementara petanda mewakili elemen konsep atau makna. Keduanya merupakan
7
Kris Budiman, Semiotika Visual, Jalasutra, Yogyakarta, 2011
26 kesatuan yang tak dapat dipisahkan sebagaimana layaknya dua bidang pada
sekeping mata uang. Kesatuan antara penanda dan petanda itulah yang disebut
sebagai tanda. Pengaturan makna atas sebuah tanda dimungkinkan oleh adanya
konvensi sosial di kalangan komunitas bahasa.
Dalam perspektif semiotika, iklan dikaji lewat sistem tanda dalam iklan,
yang terdiri atas dua lambang yakni; lambang verbal (bahasa) dan lambang non
verbal (bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan). Dalam menganalisis
iklan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain 8 :
a. Penanda dan petanda
b. Gambar, indeks, simbol
c. Fenomena sosiologi
d. Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk
e. Desain dari iklan
f.
Publikasi yang ditemukan dalam iklan dan khayalan yang diharapkan oleh
publikasi tersebut.
Lain halnya dengan model Roland Barthes, iklan dianalisis berdasarkan pesan
yang dikandungnya yaitu :
·
Pesan Linguistik : Semua kata dan kalimat dalam iklan.
·
Pesan yang terkodekan : Konotasi yang muncul dalam foto iklan.
8
Arthur Berger, Media Aanalysis Technique. Second edition. Alih Bahasa Setio Budi HH. :
Penerbit Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2000
27 ·
Pesan ikonik yang tak terkodekan : Denotasi dalam foto iklan.
Komunikasi nonverbal adalah semua tanda yang bukan kata-kata dan
bahasa.Tanda-tanda digolongkan dalam berbagai cara :
a.
Tanda yang ditimbulkan oleh alam yang kemudian diketahui manusia
melalui pengalamannya.
b. Tanda yang ditimbulkan oleh binatang.
c. Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, bersifat verbal dan nonverbal.
Namun tidak keseluruhan tanda-tanda nonverbal memiliki makna yang
universal. Hal ini dikarenakan tanda-tanda nonverbal memiliki arti yang berbeda
bagi setiap budaya yang lain. Dalam hal pengaplikasian semiotika pada tanda
nonverbal, yang penting untuk diperhatikan adalah pemahaman tentang bidang
nonverbal yang berkaitan dengan benda konkret, nyata dan dapat dibuktikan
melalui indera manusia. Pada dasarnya, aplikasi atau penerapan semiotika pada
tanda nonverbal bertujuan untuk mencari dan menemukan makna yang terdapat
pada benda-benda atau sesuatu yang bersifat nonverbal.
Terdapat tiga bidang kajian dalam semiotika, pertama, semiotika
komunikasi yang menekuni tanda sebagai bagian bagian dari proses komunikasi.
Artinya, di sini tanda hanya dianggap tanda sebagaimana yang dimaksudkan
pengirim dan sebagaimana yang diterima oleh penerima. Dengan kata lain,
28 semiotika komunikasi memperhatikan denotasi suatu tanda. Pengikut aliran ini
adalah Buyssens, Prieto, dan Mounin.
Kedua, semiotika konotasi, yaitu yang mempelajari makna konotasi dari
tanda. Dalam hubungan antarmanusia, sering terjadi tanda yang diberikan
seseorang dipahami secara berbeda oleh penerimanya. Semiotika konotatif
sangat berkembang dalam pengkajian karya sastra. Tokoh utamanya adalah
Roland Barthes, yang menekuni makna kedua di balik bentuk tertentu.
Yang ketiga adalah semiotika ekspansif dengan tokohnya yang paling
terkenal Julia Kristeva. Dalam semiotika jenis ini, pengertian tanda kehilangan
tempat sentralnya karena digantikan oleh pengertian produksi arti. Tujuan
semiotika ekspansif adalah mengejar ilmu total dan bermimpi menggantikan
filsafat.
Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik
pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat
menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang
sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda
situasinya.
Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan
interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya,
29 interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan
diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of
signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan
konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di
sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap
mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.
Mitos Roland Barthes muncul dikarenakan adanya persepsi dari Roland
sendiri bahawa dibalik tanda-tanda tersebut terdapat makna yang misterius yang
akhirnya dapat melahirkan sebuah mitos. Jadi intinya bahwa mitos-mitos yang
dimaksud oleh Roland Barthes tersebut muncul dari balik tanda-tanda dalam
komunikasi sehari kita, baik tertulis maupun melalui media cetak.
Adapun pemahaman konsep semiotik dari Roland Barthes, yakni bahwa
tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda. Akan tetapi, pada saat
bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif. Jadi, dalam konsep
Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga
mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada
dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara
umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Barthes. Di dalam
semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi
tingkat pertama9, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini
denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi
9
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hal. 69
30 untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba
menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Dalam
kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya
sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan
pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.
Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda.
Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai
pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga
suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda
dapat memiliki beberapa penanda.
Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi
setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi
penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda
baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian
berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan
menjadi mitos.
Konsep cantik terhadap citra perempuan yang mengutamakan fisik
semata dibentuk oleh iklan dan media. Dalam budaya konsumerisme, mitos yang
berkembang didominasi oleh mitos kecantikan yang mengacu pada budaya barat
yaitu Eropa melalui peniruannya terhadap boneka Barbie. Ideologi kecantikan
yang dibentuk oleh budaya Eropa bahwa Barbie diciptakan untuk mewujudkan
fantasi tentang kecantikan yaitu budaya kulit putih yang dipahami sebagai
31 bersih, terhormat, sukses, bermoral baik, dan berbudaya. Teks sebagai ideologi
dalam suatu iklan memainkan peranan penting untuk dapat menangkap pesan
yang
ingin
disampaikan.
Menurut Barthes penanda (signifier) adalah teks, sedangkan
petanda (signified) merupakan konteks tanda (sign)
Bahasa
(Denotatif)
Mitos
(Konotatif)
Signifier
(Penanda)
Signified
(Petanda)
Sign (Tanda)
Form (bentuk)
Concept
(Petanda)
Signification
(Petandaan/Pengertian/Arti)
Tabel 2.1 Peta Tanda Roland Barthes
Secara sekilas skema Barthes mengisyaratkan bahwasanya tak ada satu
pun aktivitas penggunaan tanda yang bukan ideologi, namun sebenarnya tidak
seperti itu. Ideologi, pada hakikatnya, adalah suatu sistem kepercayaan yang
dibuat-buat, suatu kesadaran semu yang kemudian mengajak (interpellation)
kepada individu-individu untuk menggunakannya sebagai suatu “bahasa”
sehingga membentuk orientasi sosialnya dan kemudian berperilaku selaras
dengan ideologi tersebut. Apa yang sebenarnya ditunjuknya adalah sebuah
himpunan relasi-relasi yang ada, tidak seperti suatu konsep ilmiah, ia tidak
menyediakan sebuah alat untuk mengetahuinya. Dalam suatu cara khusus
32 (ideologis), ia menunjukkan beberapa eksistensi, namun tidak memberikan kita
esensinya.
Beroperasinya ideologi melalui semiotika mitos ini dapat ditengarai
melalui asosiasi yang melekat dalam bahasa konotatif. Barthes mengatakan
penggunaan konotasi dalam teks ini sebagai: penciptaan mitos. Ada banyak
mitos yang diciptakan media di sekitar kita, misalnya mitos tentang kecantikan,
kejantanan, pembagian peran domestik versus peran publik dan banyak lagi.
Mitos ini bermain dalam tingkat bahasa yang oleh Barthes disebutnya
‘adibahasa’ (meta-language). Penanda konotatif menyodorkan makna tambahan,
namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi
keberadaannya. Dibukanya medan pemaknaan konotatif ini memungkinkan
pembaca memakanai bahasa metafor atau majazi yang makanya hanya dapat
dipahami pada tataran konotatif. Dalam mitos, hubungan antara penanda dan
petanda terjadi secara termotivasi. Pada level denotasi, sebuah penanda tidak
menampilkan makna (petanda) yang termotivasi. Motivasi makna justru
berlangsung pada level konotasi.
Barthes menyatakan bahwa mitos merupakan sistem komunikasi juga,
karena mitos ini merupakan sebuah pesan juga. Ia menyatakan mitos sebagai
modus pertandaan, sebuah bentuk, sebuah tipe wicara yang dibawa melalui
wacana. Mitos tidaklah dapat digambarkan melalui obyek pesannya, melainkan
melalui cara pesan tersebut disampaikan. Apapun dapat menjadi mitos,
tergantung dari caranya ditekstualisasikan. Dalam narasi berita, pembaca dapat
33 memaknai mitos ini melalui konotasi yang dimainkan oleh narasi. Pembaca yang
jeli dapat menemukan adanya asosiasi-asosiasi terhadap ‘apa’ dan ‘siapa’ yang
sedang dibicarakan sehingga terjadi pelipatgandaan makna. Penanda bahasa
konotatif membantu untuk menyodorkan makna baru yang melampaui makna
asalnya atau dari makna denotasinya.
Sering dikatakan bahwa ideologi bersembunyi di balik mitos. Ungkapan
ini ada benarnya, suatu mitos menyajikan serangkaian kepercayaan mendasar
yang terpendam dalam ketidaksadaran representator. Ketidaksadaran adalah
sebentuk kerja ideologis yang memainkan peran dalam tiap representasi.
Mungkin ini bernada paradoks, karena suatu tekstualisasi tentu dilakukan secara
sadar, yang dibarengi dengan ketidaksadaran tentang adanya sebuah dunia lain
yang sifatnya lebih imaginer. Sebagaimana halnya mitos, ideologi pun tidak
selalu berwajah tunggal. Ada banyak mitos, ada banyak ideologi; kehadirannya
tidak selalu kontintu di dalam teks. Mekanisme kerja mitos dalam suatu ideologi
adalah apa yang disebut Barthes sebagai naturalisasi sejarah. Suatu mitos akan
menampilkan gambaran dunia yang seolah terberi begitu saja alias alamiah. Nilai
ideologis dari mitos muncul ketika mitos tersebut menyediakan fungsinya untuk
mengungkap dan membenarkan nilai-nilai dominan yang ada dalam masyarakat.
Ideologi berbeda dengan konsep sains, dan lebih berbeda lagi dengan
kesadaran iluminatif. Kesadaran iluminatif berada pada tingkat kesadaran diri
yang merembes dari pengertian sesorang akan nilai kegamaan melalui kitab suci
(nilai batiniah), sementara kesadaran ideologis dalam term Barthes berada pada
34 tingkat kesadaran psikis, atau lebih tepatnya lagi di wilayah ego yang
merupakan sistem representasi berupa image yang mengkonstruksi kesadaran
yang sifatnya semu. Artikulasi mendasar dari proses ideologis tidak dari
proyeksi kesadaran yang teralienasi ke dalam berbagai superstruktur, namun
dalam generalisasi pada seluruh tingkatan dari suatu kode struktural. Maka
ideologi bukanlah suatu tipuan misterius dari kesadaran; ia adalah suatu logika
sosial yang disubstitusikan untuk lainnya (dan yang menyelesaikan kontradiksi
yang sebelumnya), sehingga mengubah definisi dari nilai itu sendiri. Ideologi
bekerja ibarat sihir dari kode yang membentuk dasar dominasi.
Teori Barthes tentang mitos/ideologi memungkinkan pembaca atau
analis untuk mengkaji ideologi secara sinkronik maupun diakronik. Secara
sinkronik, makna terantuk pada suatu titik sejarah dan seolah berhenti di situ,
oleh karenanya penggalian pola-pola tersembunyi yang menyertai teks menjadi
lebih mungkin dilakukan. Pola tersembunyi ini boleh jadi berupa pola oposisi,
atau semacam skema pikir pelaku bahasa dalam representasi. Sementara secara
diakronik analisis Barthes memungkinkan untuk melihat kapan, di mana dan
dalam lingkungan apa sebuah sistem mitis digunakan. Mitos yang dipilih dapat
diadopsi dari masa lampau yang sudah jauh dari dunia pembaca, namun juga
dapat dilihat dari mitos baru yang akan menjadi “founding prospective history.
Media seringkali cenderung melakukan proses ‘mitologisasi’, dunia kita seharihari digambarkan dalam cara yang penuh makna dan dibuat sebuah pemahaman
yang generik bahwa memang begitulah seharusnya dunia. Iklan, berita, fesyen,
35 pertunjukan selebritas adalah dunia kecil yang akrab kita jumpai dan menjadi
ikon dari dunia besar: mitos dan ideologi di baliknya.
2.3.1. Sensualitas dalam Iklan
Selebriti bertindak dan bertingkah laku sebagai tanda atau teks
media yang di dalamnya mereka (selebriti) menyediakan makna agar
dengan itu para konsumen media dapat menegosiasikan dan mencerna
subjektivitas personal yang ada. Cerita yang terkait dengan selebriti akan
selalu memuat orang-orang luar biasa dalam konteks biasa atau
keseharian. Nilai keseharian yang ada dalam diri selebriti telah
menyebabkan munculnya komentar bahwa mereka adalah representasi
ideal keunggulan massa.10
Selebriti memang telah menjadi representasi ideal dari nilai-nilai
keseharian yang ada di masyarakat, termasuk kecantikan. Oleh sebab itu
maka selebriti seringkali digunakan di dalam iklan, karena dengan
representasi ideal yang mereka miliki diharapkan dapat mempengaruhi
para calon konsumen.
Produsen menggunakan selebriti dalam iklannya karena
personality artis mempengaruhi personality merek, pilihan bintang yang
10
John Hartley, Communication, Cultural and Media Studies : Konsep Kunci, Jalasutra,
Yogyakarta, 2010, hal. 272
36 tepat dapat mempengaruhi tumbuhnya market share, diharapkan
personality sang bintang akan melekat pada merek dan diharapkan sang
bintang menjadi endorser yang handal sehingga menarik minat beli
konsumen.11
Pemilihan selebriti yang tepat akan mengikat erat brand produk
menjadi brand seperti yang diwakili oleh selebriti. Menurut Philip Kotler
seorang selebriti yang sangat berpengaruh disebabkan memiliki
kredibilitas yang didukung faktor keahlian, sifat dapat dipercaya, dan
adanya kesukaan.12 Selebriti yang digunakan untuk mempromosikan
suatu produk, bisa berfungsi untuk13:
1.Memberikan kesaksian (testimonial).
2.Memberikan dorongan dan penguatan (endorsement).
3.Bertindak sebagai aktor dalam iklan.
4.Bertindak sebagai juru bicara perusahaan.
Kredibilitas merupakan bagian dari selebriti yang dianggap
paling penting oleh konsumen serta menggambarkan persepsi konsumen
terhadap keahlian, pengetahuan selebriti mengenai produk yang
diiklankan dan kepercayaan selebriti (kejujuran selebriti mengenai
produk yang diiklankan).14
11
M Frans Royan, Marketing Selebrities: Selebriti dalam Iklan dan Strategi Selebriti
Memasarkan Diri Sendiri, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004, hal. 5
12
Ibid. 8
13
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hal. 258
14
Ibid
37 Sensualitas tubuh perempuan seringkali tampil dengan bentuk
fragmen- fragmen tubuh sebagai ‘penanda’ (signifier) dengan berbagai
posisi dan pose, serta dengan berbagai asumsi ‘makna’. Fitur tubuh
perempuan ditempatkan ke dalam ‘sistem tanda’ dalam komunikasi
ekonomi kapitalisme. Bibir, mata, pipi, rambut, paha, betis, pinggul,
perut, buah dada, semuanya menjadi fragmen-fragmen tanda di dalam
media patriarkhi, yang digunakan untuk menyampaikan ‘makna’.
Tubuh merupakan sebuah media tempat segala macam aksesoris
melekat. Tubuh dibentuk, dimanipulasi oleh tuntutan beragam budaya di
dalam sebuah media. Media menjadi cerminan identitas perempuan,
tempat dimana wanita merasakan dirinya sebagai subjek, begian dari
kultur global dan akhirnya menjadi objek eksploitasi.
Eksistensi perempuan dalam wacana ekonomi politik dunia
komoditas telah mengangkat paling tidak tiga persoalan, yakni tubuh,
tanda dan hasrat. Artinya penggunaan tubuh dan representasi tubuh yang
ada dalam iklan tidak saja menyangkut relasi ekonomi tetapi juga relasi
ideologi. Bahwa tubuh perempuan ‘dimanfaatkan’ dalam berbagai
aktivitas ekonomi berdasarkan konstruksi sosial atau ‘ideologi’ tertentu.
Perempuan diproduksi sebagai tanda-tanda dalam sebuah sistem
pertandaan yang membentuk citra, makna dan identitas diri, khususnya
dalam masyarakat kapitalis. Persoalan tubuh, tanda dan hasrat
merupakan bagian dari sistem sosial, budaya dan psikis perempuan.
38 Hal ini menjadikan masyarakat memandang tubuh perempuan
sebagai komoditi dari kepentingan pasar semata. Maka perempuan pada
tataran hakikinya telah menjadi korban yakni perempuan seolah-olah
dipaksa melakukan ‘perekayasaan’ tubuh yang mengandung sensualitas
yaitu dapat menimbulkan hasrat seksual laki-laki. Muatan makna
eksploitasi organ tubuh dan daya tarik seksualitas perempuan dengan
indikasi yang terletak pada kecantikan, kemulusan, kesegaran, serta
kemolekan tubuhnya, maka tanpa disadari, akhirnya perempuan
didorong dan bahkan dipaksa untuk memenuhi tuntutan tersebut, jika
ingin mendapatkan penghargaan dari masyarakat, yang didominasi oleh
sistem budaya patriarkis masyarakat tentang konsep kecantikan.15
Kata sensualitas berasal dari kata sense yang pada umumnya
berkaitan dengan karya seni yang diterjemahkan menjadi rasa (dalam arti
luas terutama aspek visual yang ada dalam karya seni itu) dan sebagai
sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan yang bersifat naluri.
Sesuatu yang penting dalam konteks desain komunikasi visual
yang kita temui dalam berbagai macam media massa dan elektronik
bersifat simbolik yang dapat dipersepsi dan dimaknai dari berbagai sudut
pandang. Hal ini berhubungan dengan kapasitas manusia yang luar biasa
dalam melihat segala sesuatu dengan berbagai cara. Sebuah merek dapat
15
Kasiyan, Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan, Ombak, Yogyakarta, 2008,
hal. 278
39 dipahami menurut kerangka acuan yang digunakan dan ini mengacu pada
sifat atau pengalaman masa silam.
Komunikasi visual memiliki beberapa teori dasar yang dapat
digunakan sebagai patokan dalam menjalankan fungsinya, yaitu teori
sensual dan perseptual. Adapun beberapa pendekatan yang telah
dirancang oleh Psikolog, filsuf dan praktisi yang menjelaskan cara
melihat dan memproses gambar dapat dilihat pada empat teori yang
dibagi
menjadi
dua
kelompok
dasar:
sensual
(gestalt
dan
konstruksitivisme) dan perseptual (semiotika dan kognitif).
a.
Teori..Sensual
 Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui
pengorganisasian
komponen-komponen
sensasi
yang
memiliki
hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt
cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagianbagian kecil. Istilah “Gestalt” mengacu pada sebuah objek/figur yang
utuh dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.
Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and
Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung
mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan
yang utuh.
40 Teori gestalt banyak dipakai dalam proses desain dan cabang seni
rupa, karena banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual dapat
terbentuk.
Persepsi
jenis
ini
bisa
terbentuk
karena:
1. Kedekatan posisi (proximity) menyatakan bahwa otak lebih bisa
berasosiasi dengan objek yang dekat satu sama lain daripada dua objek
yang berada berjauhan. Dua orang teman berdiri berdekatan dan
berpegangan tangan akan terlihat seperti memiliki hubungan yang dekat
daripada orang ketiga yang berdiri 20 meter dari sebuah pasangan.
2. Kesamaan bentuk (similiarity) menyatakan bahwa otak memberikan
pilihan, yang akan memilih bentuk paling sederhana dan stabil untuk
berkonsentrasi.
3. Penutupan bentuk, seperti pada kalimat yang sering kita dengar ini:
“Ini ibu… Budi!”. Budi dalam kalimat tersebut adalah sebagai
penutup bentuk.
4. Kesinambungan pola (continuity) bersandar pada prinsip, sekali lagi
dianggap oleh psikolog gestalt bahwa otak tidak suka sesuatu secara
tiba-tiba atau tidak biasa berubah dalam sebuah baris pergerakan.
Dengan kata lain, otak mencari sebanyak mungkin kelanjutan dari
sebuah garis. Garis dapat menjadi garis dalam pengertian tradisional,
seperti dalam sebuah gambar, atau beberapa objek ditempatkan
bersama-sama yang membentuk garis. Benda dipandang seperti
41 memiliki garis kontinu yang secara mental dipisahkan dari bendabenda lain yang bukan merupakan bagian dari baris.
5. Kesamaan arah gerak (common fate), prinsip lain dari psikologi
gestalt adalah arah gerak. Seorang pengamat melihat lima tangan yang
diangkat menunjuk ke langit dan mereka semua menunjuk ke arah
yang sama. Tangan yang menunjuk ke arah berlawanan akan
menimbulkan kejanggalan, karena pengamat tidak melihat hal
tersebut sebagai bagian dari satu kesatuan.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan kita sering bisa merasakan
keteraturan dari pola-pola yang sebenarnya acak. Misalnya saat
seseorang melihat awan dengan mudah bisa menemukan bentuk muka
seseorang. Hal ini disebut pragnan.
Kekuatan teori gestalt terhadap persepsi visual adalah perhatiannya
terhadap bentuk-bentuk yang menyusun konten sebuah gambar. Analisis
dari suatu gambar harus dimulai dengan konsentrasi kepada bentukbentuk yang secara alamiah muncul dalam gambar. Ingatlah bahwa
warna, bentuk, kedalaman, dan pergerakan adalah karakteristik dasar dari
suatu gambar yang memberitahu otak. Gestalt mengajarkan komunikator
visual untuk menggabungkan unsur-unsur dasar tersebut menjadi
keseluruhan yang bermakna. Pendekatan ini juga mengajarkan seniman
grafis untuk memusatkan perhatian pada unsur-unsur tertentu dengan
42 bermain melawan prinsip-prinsip gestalt. Sebagai contoh, sebuah logo
perusahaan (atau merek dagang) akan diketahui dalam sebuah iklan jika
memiliki bentuk yang berbeda, ukuran, atau lokasi dalam kaitannya
dengan elemen-elemen lain dalam layout.
Karya teori gestalt dengan jelas menunjukkan bahwa otak adalah organ
yang kuat yang mengklasifikasikan materi visual dalam kelompok
diskrit. Apa yang kita lihat ketika melihat sebuah gambar adalah
modifikasi oleh apa yang telah kita lihat di masa lalu dan apa yang ingin
kita lihat dahulu dengan apa yang ingin kita ingin lihat saat ini.
 Konstruktivisme, sebagai pengembangan pendekatan gestalt yang
dikritik karena hanya menggambarkan persepsi daripada memberikan
penjelasan tentang bagaimana persepsi ini sebenarnya memberi makna
pada sebuah gambar. Sehingga beberapa psikolog gestalt berusaha untuk
mengembangkan teori-teori yang membantu menjelaskan pentingnya
keadaan mental si pengamat sendiri ketika sedang aktif mengamati.
Pada tahun 1970, Julian Hochberg, seorang profesor psikologi di
Universitas Columbia, menemukan bahwa mata pengamat terus-menerus
bergerak ketika mereka mengamati gambar. Fokus fiksasi ini semua
bergabung dengan ingatan jangka pendek pengamat untuk membantu
membangun sebuah gambaran dari suatu kejadian. Pengamat menyusun
adegan dengan fiksasi mata jangka pendek bahwa pikiran bergabung
menjadi kesatuan gambar. Untuk Hochberg, pendekatan yang gestalt
43 gambarkan kepada pengamat terlalu pasif. Sebaliknya, konstruktivisme
menekankan gerakan mata pengamat dalam keadaan persepsi aktif.
Para peneliti menemukan bahwa isi, ukuran, dan penempatan foto pada
halaman surat kabar lebih penting daripada apakah gambar dicetak dalam
warna
atau
tidak.
Konstruktivisme sebenarnya hanya klarifikasi kecil dari pendekatan
gestalt. Alasannya adalah bahwa hubungan antara berbagai mata fiksasi
dan pengalaman masa lalu dikunci dalam memori seseorang dalam
membantu untuk menjelaskan sebuah gambar yang tidak pernah dibuat
jelas.
b. Teori.Perseptual
 Semiotika, disebut semiology di Eropa adalah studi atau ilmu tanda.
Studi akademik semiotik berupaya untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan tanda-tanda yang digunakan oleh setiap masyarakat di
dunia. Seperti pada bendera yang ditinggikan di atas stadiun sepak bola
dan selama menyanyikan lagu kebangsaan di tribun dan di lapangan
adalah sebuah tanda. Tangan kanan ditempatkan di dekat dada selama
menyanyikan lagu kebangsaan adalah suatu tanda. Kata-kata yang
dikeluarkan dalam program tentang pemain sepak bola di lapangan
adalah tanda-tanda. Angka yang menyala di papan angka adalah tandatanda.
44  Kognitif,
menurut pendekatan kognitif, penonton tidak hanya
menyaksikan keterangan objek yang terstruktur, seperti dalam teori
gestalt, tetapi juga secara aktif tiba pada suatu kesimpulan tentang
persepsi melalui operasi mental. Carolyn bloomer mengidentifikasi
beberapa aktifitas mental yang bisa memengaruhi persepsi visual:
ingatan, proyeksi, harapan, selektifitas, habituasi (hal membiasakan
diri), saliance, disonansi (ketidaksesuaian), budaya dan kata-kata.
2.3.2
Representasi Sensualitas
Media dalam melakukan representasi tidak selalu merefleksikan
realitas yang ada dalam masyarakat. Kemunculan realitas baru sering
juga disebut realitas media. Dalam membentuk realitas ini tidak terlepas
dari ideologi dan budaya dimana simbol tersebut direpresentasikan.
Definisi ideologi sebagai himpunan ide-ide yang muncul dari
seperangkat kepentingan material tertentu, atau secara lebih luas atau
kelompok tertentu. Ideologi juga dapat diartikan sebagai cara-cara
dimana ritual-ritual dan kebiasaan-kebiasaan tertentu menghasilkan
akibat-akibat yang mengikat dan melekatkan pada tatanan sosial yang
45 ditandai dengan kesenjangan kesejahteraan, gap status dan jurang
kekuasaan yang menonjol.16
Ideologi yang berkembang di masyarakat dimana marginalisasi
perempuan sangat kental. Dalam hal ini patriarkhi yang didefinisikan
sebagai suatu sistem bercirikan laki-laki berkuasa untuk menentukan
dalam semua bidang yang mempertontonkan dunia kognitif. Sistem
dominasi dan superioritas laki-laki atas sistem kontrol terhadap
perempuan.
Ideologi ini menyatakan bahwa laki-laki lebih tinggi derajatnya
dibandingkan perempuan. Oleh karena itu perempuan harus dikontrol
oleh laki-laki sebagai milik laki-laki. Hal ini dianggap sebagai basis
penindasan
perempuan
karena
membatasi
ruang
gerak
dan
perkembangan perempuan.
2.3.3 Feminisme Radikal
Feminisme sebagai gerakan kesadaran akan ketidakadilan gender
yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun
masyarakat,
untuk
mengubah
keadaan
tersebut.
Trend ini muncul sejak pertengahan tahun 1970-an di mana aliran ini
menawarkan ideologi perjuangan separatisme perempuan. Pada
16
Elvinaro Ardianto, Filsafat Ilmu Komunikasi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2009,
hal 117
46 sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau
dominasi sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an,
utamanya melawan kekerasan seksual dan industri pornografi.
Perintis feminis radikal Charlotte Perkins Gilman, Emma
Goldman dan Margaret Sanger menyatakan bahwa perempuan harus
melakukan kontrol radikal terhadap tubuh dan kehidupan mereka.
Pemahaman penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta
dalam sistem masyarakat yang sekarang ada. Dan gerakan ini adalah
sesuai namanya yang radikal.
Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap
perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan
objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu,
feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak
reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa
perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-publik.
2.3.4 Pemaknaan Warna
Warna sering mendominasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
juga dijumpai pada simbol-simbol organisasi, perkumpulan dan bahkan
individu. Sebelum membahas tentang makna masing-masing warna,
47 maka warna dapat dikelompokkan sebagai berikut17: warna-warna sejuk,
warna-warna hangat dan warna-warna netral. Yang termasuk warnawarna sejuk antara lain biru, hijau, pirus dan perak. Warna-warna sejuk
cenderung berpengaruh memberikan perasaan tenang bagi yang
melihatnya. Meskipun digunakan sendiri, warna-warna ini bisa
mempunyai rasa dingin atau impersonal. Yang termasuk warna hangat
antara lain: merah, merah muda, kuning orange, warna ungu, dan emas.
Warna hangat cenderung mempunyai suatu efek kegairahan bagi yang
melihatnya.
Bagaimanapun ketika warna ini digunakan sendiri dapat
menstimulasi,
membangitkan
emosi
kekerasan/kehebatan
dan
kemarahan. Yang termasuk warna netral antara lain: coklat, gading,
kelabu, putih dan hitam.
17
https://zoofree.wordpress.com/2012/09/04/makna-sebuah-warna-dalam-kehidupan/
48 Tabel 2.2 Psikologi Warna
1..Merah
Melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian,
agresi, nafsu, kehangatan, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah,
resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang, bahaya,
kecepatan, panas, kekerasan. Warna ini dapat menyampaikan
kecenderungan untuk menampilkan gambar dan teks secara lebih besar
dan dekat. warna merah dapat mengganggu apabila digunakan pada
ukuran yang besar. Merah cocok untuk tema yang menunjukkan
keberanian seseorang. energi misal mobil, kendaraan bermotor, olahraga
dan
permainan.
Arti
positif
misalnya
cinta,
energi,
kuasa,
49 kekuatan,
panas, kehangatan, sedangkan arti negatif antara lain
kemarahan, bahaya, peringatan, ketidaksabaran, penderitaan.
2..Putih
Menunjukkan
kedamaian,
permohonan
maaf,
pencapaian
diri,
spiritualitas, kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan,
kesempurnaan, kebersihan, cahaya, tak bersalah, keamanan, persatuan.
Warna putih sangat bagus untuk menampilkan atau menekankan warna
lain serta memberi kesan kesederhanaan dan kebersihan.
3..Hitam
Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif,
mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan,
ketidak bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu
yang melanggar , harga diri, anti kemapanan, seksualitas, kecanggihan,
kematian. Sangat tepat untuk menambahkan kesan
misteri. Latar
belakang warna hitam dapat menampilkan perspektif dan kedalaman.
Sangat bagus untuk menampilkan karya seni atau fotografi karena
membantu penekanan pada warna-warna lain. Arti positif: perlindungan,
dramatis, serius, bergaya/anggun, formalitas, sedangkan arti negatif:
kerahasiaan, kematian, kejahatan/ malapetaka, kegaiban.
4..Biru
Memberikan kesan komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan,
perlindungan, inspirasi spiritual/kepercayaan, konservatif, keamanan,
50 teknologi, kebersihan, keteraturan, tenang, kelembutan, dinamis, air,
laut, kreativitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian,
panutan, kekuatan dari adlam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri,
kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, persahabatan dan harmoni,
kasihsayang. Warna ini memberi kesan tenang dan menekankan
keinginan. Biru tidak meminta mata untuk memperhatikan. Obyek dan
gambar biru pada dasarnya dapat menciptakan perasaan yang dingin dan
tenang. Warna biru juga dapat menampilkan kekuatan teknologi,
kebersihan, udara, air dan kedalaman laut. Selain itu, jika digabungkan
dengan warna merah dan kuning dapat memberikan kesan kepercayaan
dan kesehatan. Arti positif: keheningan, mencintai, kesetiaan, keamanan,
percaya, intelligence, sedangkan arti negatif: kedinginan, ketakutan,
kejantanan.
5..Hijau
Menunjukkan warna bumi, penyembuhan fisik, kelimpahan, keajaiban,
tanaman dan pohon,
alami,
sehat,
keberuntungan,
kesuburan,
pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan, daya tahan,
keseimbangan, ketergantungan dan persahabatan. Dapat digunakan
untuk relaksasi, menetralisir mata, memenangkan pikiran, merangsang
kreatifitas. Arti positif: uang, pertumbuhan, kesuburan, kesegaran,
healing, sedangkan arti negatif: iri hati, kecemburuan, kesalahan,
kekacauan
51 6..Kuning
Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial,
kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, tekanan
mental,
persepsi,
kecemburuan,
pemahaman,
penipuan,
kebijaksanaan,
kelemahan,
penakut,
penghianatan,
aksi,
idealisme,
optimisme, imajinasi, harapan, musim panas, filosofi, ketidakpastian,
resah
dan
curiga.
Warna Kuning merangsang aktivitas mental dan menarik perhatian,
Sangat efektif digunakan pada blogsite yang menekankan pada perasaan
bahagia dan kekanakan. Arti positif: terang/cerdas, energi, matahari,
kreativitas, akal, bahagia, sedangkan arti negatif: penakut, tidak
bertanggungjawab, tidak stabil.
7..Merah.muda
Warna Merah muda menunjukkan simbol kasih sayang dan cinta,
persahabatan, feminin, kepercayaan, niat baik, pengobatan emosi, damai,
perasaan yang halus, perasaan yang manis dan indah. Arti positif: sehat,
bahagia, feminin, rasa kasihan, manis, suka melucu, sementara arti
negatif: kelemahan, kewanitaan, ketidakdewasaan.
8.Ungu
Menunjukkan
pengaruh,
pengetahuan
yang
pandangan
tersembunyi,
ketiga,
aspirasi
kekuatan
spiritual,
yang
tinggi,
transformasi, kebangsawanan, upacara, misteri, pencerahan, telepati,
52 empati, arogan/keangkuhan, intuisi, kepercayaan yang dalam, ambisi,
magic atau keajaiban, harga diri.
9..Orange
Menunjukkan
kehangatan,
energi,
keseimbangan,
kehangatan,
antusiasme, persahabatan, pencapaian bisnis, karier, kesuksesan,
kesehatan pikiran, keadilan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat,
sesuatu
yang tumbuh, ketertarikan, independensi. Pada blog dapat
meningkatkan aktifitas mental. Disamping itu warna Orange memberi
kesan yang kuat pada elemen yang dianggap penting. Arti positif:
keberanian, kepercayaan, kehangatan/keramahan, keakraban, sukses,
sedangkan arti negatif: ketidak-tahuan, melempem.
10..Coklat
Menunjukkan persahabatan, kejadian yang khusus, tanah/bumi,
pemikiran yang materialis, reliabilitas, kedamaian, produktivitas, praktis,
kerja keras, kepercayaan, daya tahan, kesenangan. Warna coklat sangat
tidak menarik apabila digunakan tanpa tambahan gambar dan ornamen
tertentu. Coklat harus didukung ornament lain agar menarik. Arti positif:
ramah, bumi, keluar rumah, umur panjang, konservatif, sedangkan arti
negatif: dogmatis, konservatif.
11..Abu-abu
Mencerminkan
keamanan,
kepandaian,
tenang
dan
serius,
kesederhanaan, kedewasaaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan,
53 profesional, kualitas, diam, tenang, masa depan (millennium). Arti
positif: keamanan, keandalan, kecerdasan/inteligen (intelek), padat,
konservatif. Arti negatif: muram, sedih, konservatif
12..Emas
Mencerminkan
kedudukan,
kesehatan,
keamanan,
kegembiraan,
kebijakan, arti, tujuan, pencarian kedalam hati, kekuatan mistis, ilmu
pengetahuan, perasaan kagum, konsentrasi. Arti positif: kekayaan,
kemakmuran, berharga, tradisional,
16..Gading
Arti positif: ketenangan, kenyamanan, kebersihan/kesucian, hangat
Arti negatif: lemah, tidak stabil.
2.4.
Semiotika Periklanan
Periklanan merupakan bagian dari kegiatan komunikasi yaitu antara
pengiklan dan khalayak melalui perantara media dan periklanan juga merupakan
bagian dari komunikasi massa dan satu arah, artinya bahwa pesan yang
disampaikan dalam iklan di tujukan untuk khalayak luas dan memiliki umpan
balik yang paling tertunda.
Cerita pada iklan tersebut merupakan suatu kesatuan dari shot, scene,
sequence yang saling berkaitan juga berhubungan antara satu dengan yang
54 lainnya hingga menjadi cerita yang utuh dan menjadi suatu sajian tontonan bagi
khalayak ramai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis semiotika simbol/
lambang berserta makna yang terkandung pada iklan pafume Fame Lady Gaga.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan analisis
semiotika. Data dikumpulkan melalui dokumentasi, observasi, studi kepustakaan
dan internet searching.
Perempuan merupakan segmen pasar yang sangat potensial. Banyaknya
produk-produk kecantikan perempuan yang beredar di pasaran merupakan bukti
bahwa perempuan adalah pasar yang potensial untuk digarap oleh produsen.
Karena perempuan merupakan segmen pasar yang potensial, maka terdapat
banyak iklan yang menggunakan perempuan yang dianggap cantik sebagai
model iklan, tujuannya adalah untuk merayu para perempuan agar mau
menggunakan produk yang diiklankan.
Salah satu ciri kecantikan modern adalah tubuh yang ramping.18 Mitos
kecantikan yang menghinggapi kaum perempuan akhirnya berujung pada
banyaknya konsepsi yang dibangun secara sosial berkaitan dengan makna cantik
yang kecenderungan definisinya, adalah banyak berangkat dari analisis secara
18
Deddy Mulyana,. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya. Bandung, 2005,
hal. 178
55 fisik semata. Tubuh perempuan yang cantik, selain dikarenakan oleh kecantikan
wajahnya, juga adalah identik dengan kulit yang putih, mulus, serta kencang,
bentuk tubuh yang lekukannya menunjukan kemontokan organ-organ tertentu
(terutama dada dan pinggul) yang sempurna, bibir yang sensual, serta deskripsi
lainnya, yang secara prinsip terkait dengan semua organ tubuh perempuan, mulai
dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.19
Salah satu agen dari media massa yang telah merubah nilai-nilai sosial
dan budaya adalah iklan. Melalui pengaruhnya, iklan mengkonstruksi
bagaimana konsep kecantikan yang ideal itu. Hasilnya adalah bahwa makna
kecantikan yang timbul sekarang adalah atribut-atribut yang berkaitan dengan
kecantikan fisik.
Makna kecantikan terus berubah dari waktu ke waktu tergantung dari
lingkungan sosial dan budaya yang melatarbelakanginya. Pada awalnya konsep
kecantikan merupakan ukuran yang dibuat oleh kaum laki-laki karena kuasa
yang mereka miliki, sehingga banyak wanita berusaha tampil cantik sesuai
dengan ukuran-ukuran tersebut agar dapat diakui oleh laki-laki.
Konsep kecantikan itu kembali bergeser sesuai dengan latar belakang
budaya yang berbeda-beda di tiap belahan dunia, namun kekuatan media massa
yang mampu merambah hingga merubah berbagai lingkungan sosial dan budaya
19
Kasiyan, op.cit., 281
56 membuat makna kecantikan yang tadinya beragam dan berbeda-beda di tiap
negara menjadi hampir semuanya seragam, yaitu tubuh yang langsing hingga
akhirnya makna cantik hanya sekedar urusan fisik.
Download