ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN

advertisement
ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
DAGING AYAM RAS DAN IMPLIKASI TERHADAP BAURAN
PEMASARAN
(Studi Kasus Pasar Baru Bogor dan Giant Botani Square)
SHINTA DWIPUSPA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Proses Keputusan Pembelian Daging Ayam Ras Dan Implikasi Terhadap
Bauran Pemasaran (Studi Kasus Pasar Baru Bogor dan Giant Botani Square)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Shinta Dwipuspa
NIM H34144073
i
ABSTRAK
SHINTA DWIPUSPA. Analisis Proses Keputusan Pembelian Daging Ayam Ras
Dan Implikasi Terhadap Bauran Pemasaran (Studi Kasus Pasar Baru Bogor dan
Giant Botani Square). Dibimbing oleh JOKO PURWONO.
Produksi terbesar daging ternak di Kota Bogor tahun 2014 berasal dari
komoditi ayam ras. Hal ini mengindikasikan adanya konsumsi yang tinggi pula
sehingga pemasar menjual daging ayam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pasar Baru Bogor dan Giant Botani Square menyediakan daging ayam ras dengan
tingkat harga bersaing dan karakternya masing-masing. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis karakteristik konsumen, proses keputusan pembelian, tingkat
kepuasan dan implikasi terhadap bauran pemasaran dari konsumen daging ayam
di kedua pasar tersebut. Data dikumpulkan dari 100 responden yang dipilih
dengan metode convenience. Respon konsumen mencakup harapan dan kinerja
daging ayam diukur dengan skala Likert. Data dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif, Chi-square, Mann-Whitney, Importantce Performance Analysis
(IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan di kedua
pasar. Hasil CSI untuk konsumen di Giant Botani Square yaitu 81.72 dan untuk
yaitu Pasar Bogor yaitu 74.42 persen. Kesimpulannya adalah Pasar Baru Bogor
dan Giant Botani Square telah dapat memuaskan konsumen daging ayam.
Kata kunci : bauran pemasaran, daging ayam, pasar tradisional dan modern,
proses keputusan pembelian
ABSTRACT
SHINTA DWIPUSPA. Analysis of chicken meat purchasing decision process and
the implication of marketing mix (Case Study: Pasar Baru Bogor and Giant
Botani Square) Supervised by JOKO PURWONO.
The biggest cattle meat production in Bogor 2014 comes from broiler
chicken commodity. This indicates a high consumption of chicken meat, so it will
makes many of the marketers selling chicken meat to fulfill the needs of the
community. Pasar Baru Bogor and Giant Botani Square provides chicken meat
with a competitive price level and their character of each. The purpose of this
research is to study the characteristics of consumers, the process of purchasing
decisions, consumer satisfaction, and marketing mix implication by both those
markets. Data gathered from 100 respondents with convinience sampling method.
The response of consumer expectations and the performance of the chicken meat
is measured by Likert scale. The data were analyzed using descriptive method,
Chi-square, Mann-Whitney, Importantce Performance Analysis (IPA) and
Customer Satisfaction Index (CSI). The results show that the characteristic of
consumers and purchasing decision process in both markets are different. CSI for
Giant Botani Square is 81.72 percent and for Pasar Bogor is 74.42 percent. The
conclusion is Pasar Baru Bogor and Giant Botani Square have managed to satisfy
consumers who bought chicken meat.
Keyword: chicken meat, marketing mix, purchasing decision process, traditional
and modern market
ii
iii
ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN DAGING
AYAM RAS DAN IMPLIKASI TERHADAP BAURAN
PEMASARAN (STUDI KASUS PASAR BARU BOGOR DAN
GIANT BOTANI SQUARE)
Shinta Dwipuspa
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
iv
v
vi
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam skripsi yang dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2016 di
Pasar Baru Bogor dan Giant Botani Square adalah Analisis Proses Keputusan
Pembelian Daging Ayam Ras dan Implikasi Terhadap Bauran Pemasaran (Studi
Kasus Pasar Baru Bogor dan Giant Botani Square)
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Joko Purwono, MS
selaku pembimbing skripsi atas bimbingan, saran serta perhatiannya dalam
penyusunan skripsi ini. Kemudian tak lupa penulis sampaikan terima kasih
kepada Ibu Yanti N. Muflikh, SP, M. Agribus selaku pembimbing akademik,
Bapak Rachmat Yanuar, SP, M.si selaku dosen evaluator kolokium, Ibu Ir Popong
Nurhayati, MM dan Bapak Maryono, Sp, MSc selaku dosen penguji serta kepada
seluruh dosen dan staff akademik Departemen Agribisnis atas ilmu yang diberikan
selama perkuliahan serta dukungan bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ageng Andreas Y
dari PT. Hero Supermarket TBK, Bapak Ruri beserta staf dari Giant Botani
Square, Bapak Iwan dari PD. Pasar Pakuan Jaya, serta Bapak Widi, Bapak Dodo
dan para penjual daging ayam di Pasar Baru Bogor yang telah membantu penulis
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2016
Shinta Dwipuspa
viii
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik konsumen
Proses Keputusan Pembelian
Kepuasan Konsumen
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sampel
Metode Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM
Pasar Tradisional “Pasar Baru Bogor”
Pasar Modern “Giant Botani Square”
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Umum Responden
Analisis Proses Keputusan Pembelian Daging Ayam
Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen
Implikasi Bauran Pemasaran
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
i
ix
ix
x
xi
1
1
2
4
4
4
5
5
6
8
9
9
22
22
22
24
25
26
31
31
33
35
35
45
55
64
68
68
69
70
73
1
DAFTAR TABEL
1 Konsumsi produk peternakan kelompok daging segar tahun 2010-2014
2 Jenis dan sumber data
3 Identifikasi atribut yang digunakan
4 Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) Pasar Baru Bogor
5 Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) Giant Botani Square
1
25
25
56
57
x
6 Hasil Importance and Performance Analysis Pasar Bogor
7 Hasil Importance Performance Analysis Giant Botani Square
58
59
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Produksi daging ternak menurut jenis ternak di Kota Bogor tahun
Perbandingan tingkat harga ayam (periode Oktober-Desember 2015)
Proses keputusan pembelian
Proses pengenalan kebutuhan
Proses pencarian informasi
Komponen dasar evaluasi alternatif
Hasil valuasi dari pembelian
Model perilaku pengambilan keputusan konsumen
Empat P bauran Pemasaran
Kerangka pemikiran operasional
Diagram IPA
Struktur Organisasi Pasar Baru Bogor
Sebaran responden berdasarkan usia
Sebaran responden berdasarkan status pernikahan
Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
Sebaran responden berdasarkan pekerjaan
Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
Sebaran responden berdasarkan jumlah keluarga
Sebaran responden berdasarkan tempat tinggal
Sebaran responden berdasarkan rata-rata pendapatan per bulan
Manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi daging ayam
Alasan utama responden dalam mengkonsumsi daging ayam
Media yang digunakan sebagai sumber informasi
Fokus perhatian responden dalam pencarian informasi
Pertimbangan utama dalam pembelian daging ayam
Proses pembelian daging ayam
Bagian daging ayam yang biasa dibeli
Waktu pembelian daging ayam
Lokasi pembelian daging ayam
Pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi pembelian
Kuantitas pembelian daging ayam
Frekuensi pembelian daging ayam
Respon ketika produk tidak tersedia
Evaluasi pascapembelian
Minat melakukan pembelian ulang
Minat merekomendasikan kepada orang lain
Respon saat terjadi kenaikan harga
Diagram IPA Pasar Bogor
Diagram IPA Giant Botani Square
2
3
12
12
13
14
15
16
21
23
31
33
36
37
38
39
40
41
42
43
45
46
47
48
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
58
59
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1 Reliabilitas dan Validitas Tingkat Kepentingan Pada 30 Responden
2 Reliabilitas dan Validitas Tingkat Kinerja 30 Responden
3 Reliabilitas dan Validitas Tingkat Kepentingan Pada 100 Responden
4 Reliabilitas Validitas Tingkat Kinerja Pada 100 Responden
5 Output SPSS (Analisis Chi-Square)
6 Output SPSS (Analisis Mann-Whitney)
7 Dokumentasi kegiatan pengumpulan data
8 Struktur Organisasi Giant Botani Square
9 Implikasi bauran pemasaran berdasarkan proses keputusan pembelian
10 Kuesioner Penelitian
75
76
77
78
79
81
82
83
84
89
xii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peternakan merupakan sektor yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan
sumber protein hewani masyarakat Indonesia. Sumber protein hewani dapat
dibagi kedalam beberapa kelompok yaitu yang berasal dari kelompok ternak besar
seperti sapi dan kerbau, kelompok ternak kecil seperti kambing, domba, dan babi,
kelompok unggas seperti ayam dan itik serta kelompok hasil-hasil ternak seperti
susu dan telur. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2015)
menyatakan bahwa total konsumsi daging segar pada tahun 2014 meningkat
sebesar 6.65 persen dibanding tahun 2013 yaitu dari 4.693 kilogram per kapita
menjadi 5.005 kilogram per kapita. Pada Tabel 1 terlihat bahwa konsumsi
tertinggi yaitu berasal dari komoditi ayam ras.
Tabel 1 Konsumsi produk peternakan kelompok daging segar per kapita tahun
2010-2014
Komoditi
Sapi
Babi
Ayam ras
Ayam Kampung
Unggas lainnya
Daging lainnya
Total
2010
0.365
0.209
3.546
0.626
0.052
0.052
4.850
2011
0.417
0.261
3.650
0.626
0.052
0.052
5.063
Tahun (kg/kapita)
2012
0.365
0.209
3.494
0.521
0.052
0.052
4.693
2013
0.261
0.209
3.650
0.469
0.052
0.052
4.693
2014
0.261
0.156
3.963
0.521
0.052
0.052
5.005
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, KEMENTAN 2015
Berdasarkan jumlah konsumsi daging ayam ras yang tinggi ini
menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia lebih gemar mengkonsumsi daging
ayam ras dibanding jenis daging lain untuk memenuhi kebutuhan protein bagi
tubuh. Faktor yang dapat menyebabkan tingginya konsumsi masyarakat terhadap
ayam ras dibanding kelompok daging lainnya yaitu harga yang lebih rendah dari
harga daging lain, mudah diperoleh, dan pengolahannya yang juga relatif mudah.
Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi yang menempati posisi tertinggi dalam
jumlah produksi daging ayam ras dibanding provinsi lain di Indonesia yaitu
sebesar 543 765 ton (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
Kementrian Pertanian 2015). Kemudian Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Barat (2015) menyatakan bahwa jumlah produksi daging ayam tertinggi di Kota
pada Provinsi Jawa Barat yaitu Kota Bogor. Gambar 1 menunjukan bahwa
produksi daging ternak menurut jenis ternak tertinggi di Kota Bogor pada tahun
2014 berasal dari komoditi daging ayam ras. Berdasarkan jumlah produksi yang
tinggi tersebut mengindikasikan adanya konsumsi yang tinggi pula, karena jumlah
produksi akan menyesuaikan dengan jumlah konsumsi.
Tingginya konsumsi masyarakat Kota Bogor terhadap daging ayam ras ini
menjadi potensi yang dimanfaatkan oleh pelaku bisnis mulai dari peternak ayam
hingga para pengecer yang menyampaikan produk sampai ke konsumen akhir.
Hal ini terlihat dari kemudahan masyarakat dalam memperoleh daging ayam ras,
mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern menyediakan produk ini.
2
10000
7872.335
ton
8000
6000
4000
2000
634.711
68.802
74.373
Kambing Domba
Ayam
Buras
7.450
3.894
0
Sapi
Ayam
Ras
Itik
Gambar 1 Produksi daging ternak menurut jenis ternak di Kota Bogor tahun
2014 (ton)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 2015
Karena itu, masyarakat sebagai konsumen memiliki kebebasan dalam
menentukan lokasi pembelian daging ayam ras baik di pasar tradisional maupun
pasar modern. Melihat kedua pasar tersebut menjual produk yang sama, keduanya
harus dapat menyediakan produk sesuai dengan keinginan dan kebutuhan dari
target konsumen mereka. Engel at al. (1995) memaparkan bahwa pilihan toko
dipengaruhi oleh karakteristik pembeli. Jika perusahaan memahami karakteristik
atau profil pelanggan inti mereka dengan variabel demografi seperti usia,
penghasilan dan tempat tinggal, maka perusahaan dapat memaksimumkan daya
tariknya melalui produk dan bauran pelayanannya.
Pengetahuan mengenai karakteristik serta proses yang dilalui konsumen
dalam keputusan belanja akan menjadi informasi yang penting bagi pengecer.
Karena pada prinsipnya konsumen dapat dipengaruhi namun tidak dapat diatur
(Engel at al. 1995). Jadi, penelitian terkait proses keputusan pembelian ini
diharapkan dapat membantu perusahaan dalam memahami perilaku konsumen
pasar sasarannya agar dapat merancang strategi yang tepat untuk mempertahankan
pelanggan dan menciptakan pelanggan baru.
Rumusan Masalah
Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2014 meningkat sebesar 1.75
persen dibanding tahun 2013, yaitu dari 1 013 019 orang menjadi 1 030 720 orang
(BPS Kota Bogor 2015). Sejalan dengan peningkatan ini tentu kebutuhan
masyarakat pun akan meningkat terutama kebutuhan pangan. Salah satu
kebutuhan pangan yang perlu dipenuhi adalah sumber protein yang berfungsi
sebagai penghasil energi bagi manusia. Daging ayam ras (broiler) merupakan
salah satu sumber protein hewani yang digemari oleh masyarakat Kota Bogor. Hal
ini terlihat dari jumlah produksi pada daging ayam ras yang menjadi peringkat
tertinggi dibandingkan jumlah produksi daging pada hewan ternak lain yaitu
sebesar 7 872.335 ton pada tahun 2014 (BPS Provinsi Jawa Barat 2015).
Masyarakat dapat dengan mudah memperoleh daging ayam ras karena
hampir seluruh pasar di Kota Bogor mulai dari pasar tradisional maupun modern
menyediakan produk ini. Pada dasarnya kedua pasar tersebut memiliki perbedaan
karakter terutama dari kondisi fisik dan tingkat harganya, sehingga target
3
konsumen daging ayam ras pun akan berbeda. Namun, saat ini banyak pasar
modern yang mampu menawarkan harga yang bersaing ditambah dengan
kenyamanan dan atribut lain yang lebih unggul dari pasar tradisional maka hal ini
dapat menimbulkan adanya persaingan bagi penjual ayam di pasar tradisional.
Selain itu, jarak yang berdekatan pun dapat memperketat persaingan tersebut.
Hal ini terjadi pada pasar tradisional Pasar Baru Bogor yang lebih dikenal
dengan sebutan Pasar Bogor oleh masyarakat dengan pasar modern Giant Botani
Square, kedua pasar tersebut menyediakan produk daging ayam ras dan jarak
antara keduanya hanya sekitar dua kilometer. Selain itu, berdasarkan data harga
ayam ras yang diperoleh dari website resmi PD. Pasar Pakuan Jaya selaku
pengelola pasar di Kota Bogor dan Katalog Giant memperlihatkan bahwa tingkat
harga antar kedua pasar cukup bersaing (Gambar 2).
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52
Pasar Baru Bogor
Giant Botani Square
Gambar 2 Perbandingan tingkat harga ayam (periode Oktober-Desember 2015)
Sumber: PD Pasar Pakuan Jaya dan Katalog Giant Ekstra (berdasarkan harga
normal)
Harga berhubungan dengan persepsi konsumen dalam mempertimbangkan
sebuah keputusan pembelian. Tingkat harga seringkali dianggap dapat
mencerminkan kualitas dari barang dagangan dan pelayanan yang diberikan
(Engel at al. 1995). Melihat persaingan harga antar kedua jenis pasar ini telah
terjadi, maka target konsumen antar kedua jenis pasar ini semakin sulit dibatasi.
Padahal dalam menjalani bisnis suatu perusahaan akan lebih efektif apabila dapat
mengetahui karakter dari konsumen inti mereka agar dapat menyediakan produk
sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Memahami perilaku konsumen daging ayam ras pada pasar tradisional dan
pasar modern di Kota Bogor merupakan hal yang penting. Hal tersebut dapat
menjadi informasi untuk para peritel agar dapat mengevaluasi kinerjanya lalu
menyusun strategi pemasaran produk dengan baik. Sehingga diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan serta
selera konsumen. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perbedaan karakteristik konsumen daging ayam ras di Pasar Baru
Bogor dan Giant Botani Square?
2. Bagaimana perbedaan proses keputusan pembelian konsumen daging ayam
ras di Pasar Baru Bogor dan Giant Botani Square?
4
3. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap daging ayam ras di Pasar
Baru Bogor dan Giant Botani Square?
4. Bagaimana implikasi bauran pemasaran daging ayam ras di Pasar Baru
Bogor dan Giant Botani Square?
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku
konsumen terhadap pembelian daging ayam di pasar tradisional dan pasar
modern. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Membandingkan karakteristik konsumen daging ayam ras di Pasar Baru
Bogor dan Giant Botani Square.
2. Menganalisis proses keputusan pembelian konsumen terhadap daging
ayam ras pada Pasar Baru Bogor dan Giant Botani Square.
3. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap daging ayam ras di
Pasar Baru Bogor dan Giant Botani Square.
4. Merumuskan implikasi bauran pemasaran daging ayam ras di Pasar Baru
Bogor dan Giant Botani Square.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti dapat memperoleh pengalaman baru yang bermanfaat dan
sebagai sarana belajar dalam mengaplikasikan teori-teori serta konsepkonsep yang diperoleh selama kuliah.
2. Bagi pelaku usaha khususnya pihak Giant Botani Square dan pengelola
Pasar Baru Bogor dapat bermanfaat sebagai sumber informasi yang
terkait dengan perilaku konsumennya sehingga dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam keputusan strategi pengembangan usaha.
3. Bagi perguruan tinggi dapat bermanfaat sebagai referensi atau sumber
informasi yang dapat digunakan dalam penelitian berikutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tentang karakteristik
konsumen, proses keputusan pembelian daging ayam ras dan kepuasan konsumen
di Giant Botani Square dan Pasar Baru Bogor. Konsumen yang dijadikan
responden adalah konsumen yang sedang berbelanja pada lokasi tersebut, pada
kedua pasar dilakukan screening untuk memilih konsumen yang melakukan
pembelian daging ayam untuk kebutuhan rumah tangga bukan untuk kegiatan
usaha. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan analisis
deskriptif, analisis hubungan variabel non-metrik (chi-square dan mann-whitney),
Consumer Satisfaction Index (CSI) dan Important Performance Analysis (IPA)
dengan jumlah responden yaitu 100 orang.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik konsumen
Nurmalina dan Utomo (2011) dalam penelitian mengenai Analisis Kepuasan
dan Loyalitas Konsumen Prima Fresh Mart mengidentifikasi karakter konsumen
melalui jenis kelamin, jarak rumah menuju PFM, rentang usia, pendidikan, status
pernikahan, pekerjaan, dan rata-rata pengeluaran konsumsi. Andryani (2013)
dalam penelitiannya mengenai Analisis Keputusan Pembelian Daging Sapi oleh
Konsumen Rumah Tangga (Kasus: Hypermarket Giant Taman Yasmin Bogor)
mengidentifikasi karakter konsumen melalui jenis kelamin, rentang usia, status
pernikahan, domisili, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah anggota
keluarga dan rata-rata pendapatan. Fissamawati (2009) dalam penelitiannya
mengenai Analisis Keputusan Pembelian Sayuran di Pasar Tradisional (Studi
Kasus Pasar Baru Bogor) mengidentifikasi karakteristik konsumen melalui
rentang usia, tempat tinggal, tingkat pendidikan, pekerjaan, rata-rata pendapatan
keluarga per bulan, dan rata-rata pengeluaran per bulan untuk membeli sayuran.
Berbeda dengan ketiganya, Sadino dan Syahbana (2014) dalam penelitiannya
mengenai Pasar Tradisional Versus Pasar Moden di Daerah Perkotaan (Studi
Kasus: Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta) hanya menganalisis
karakteristik konsumen melalui jenis kelamin, rentang usia, tingkat pendidikan
dan pendapatan. Berdasarkan penelitian terdahulu, pendekatan untuk menganalis
karakteristik kosumen bermacam-macam karena disesuaikan dengan tujuan
penelitian masing-masing.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mayoritas konsumen
berjenis kelamin perempuan (Nurmalina dan Utomo 2011, Andryani 2013). Hal
ini memperlihatkan bahwa dalam kegiatan belanja bahan pangan untuk kebutuhan
sehari-hari dilakukan oleh perempuan. Hasil penelitian Sadino dan Syahbana
(2014) pada pasar tradisional dan modern di Yogyakarta menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan yang siginifikan antara variabel jenis kelamin dengan pilihan
ritel oleh konsumen. Karakter usia juga penting diidentifikasikan sebagai salah
satu gambaran dari segmentasi konsumen. Nurmalina dan Utomo (2011)
menyatakan bahwa sebaran usia konsumen di PFM didominasi oleh kelompok
usia 36-45 tahun. Kemudian konsumen daging sapi di Hypermarket Giant Taman
Yasmin mayoritas berusia 25-35 tahun (Andryani 2013). Sebaran mayoritas usia
konsumen di Pasar Baru Bogor memiliki proporsi yang sama untuk kelompok
usia 36-46 tahun dan 47-60 tahun. Usia konsumen pada kedua pasar tersebut
tergolong telah memasuki kelompok usia dewasa, namun terlihat perbedaan antara
kelompok usia konsumen pada ritel modern dan pasar tradisional. Pada pasar
tradisional lebih di dominasi oleh kelompok usia yang lebih dewasa. Sejalan
dengan hasil penelitian Sadino dan Syahbana (2014) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang sigifikan antara variabel usia dengan jenis pilihan ritel.
Hasil yang diperoleh yaitu semakin tua usia responden, maka mereka akan lebih
memilih pasar tradisional sebagai tempat belanja utama.
Mayoritas konsumen dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurmalina dan
Utomo (2011) dan Andryani (2013) berstatus telah menikah. Hal ini berkaitan
dengan jenis produk yang dibeli yang merupakan produk segar sehingga
konsumen membeli produk tersebut untuk diolah dan memenuhi kebutuhan
6
keluarga sehari-hari. Mengenai tingkat pendidikan, Sadino dan Syahbana (2014)
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pendidikan
dan pilihan jenis ritel, semakin tinggi pendidikan responden semakin tinggi pula
proporsi preferensi utama responden pada retail modern. Sejalan dengan Astuti
dan Nurmalina (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
konsumen menyebabkan semakin peka nya konsumen terhadap informasi dalam
proses keputusan pembelian.
Pekerjaan konsumen didominasi dengan ibu rumah tangga (Fissamawati
2009, Nurmalina dan Utomo 2011, Andryani 2013) hal ini dapat disebabkan
karena waktu yang dimiliki oleh ibu rumah tangga untuk berbelanja bahan pangan
lebih luang dibanding dengan yang bekerja. Kemudian untuk variabel pendapatan,
Andryani (2011) menyatakan bahwa mayoritas konsumen daging di Giant
memiliki pendapatan diatas 4 500 000 per bulan. Sadino dan Syahbana (2014)
menyatakan bahwa pendapatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
pilihan utama jenis ritel. Berdasarkan informasi dari penelitian yang telah
dilakukan, maka dalam pengidentifikasian karakteristik konsumen pada penelitian
ini penulis menggunakan informasi usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, tempat tinggal dan rata-rata
pendapatan per bulan.
Proses Keputusan Pembelian
Penelitian mengenai proses keputusan pembelian telah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya. Nazh (2008), Utomo dan Nurmalina (2011) serta
Andryani (2013) melakukan analisis terhadap proses keputusan pembelian dari
komoditi hasil peternakan yaitu telur, daging ayam dan daging sapi. Penelitian
Nazh (2008) dilakukan di pasar tradisional dan swalayan dengan judul Keputusan
Pembelian Telur Dan Daging Ayam Ras Pada Konsumen Menengah Atas Terkait
Adanya Isu Flu Burung Di Kota Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian Nazh (2008)
menyatakan bahwa pada pembelian telur dan daging ayam faktor kebiasaan
merupakan motivasi utama konsumen pada proses pengenalan kebutuhan. Seperti
halnya dengan hasil penelitian Nurmalina dan Utomo (2011) yang berjudul
Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Prima Fresh Mart yang menyatakan
bahwa motivasi utama konsumen dalam pembelian ayam karena harga yang
kompetitif. Penelitian Andryani (2013) yang berjudul Analisis Keputusan
Pembelian Daging Sapi Oleh Konsumen Rumah Tangga (Kasus: Hipermarket
Giant Taman Yasmin Bogor) menyatakan bahwa motivasi utama konsumen yaitu
adanya kebutuhan untuk bahan baku dari lauk pauk. Berdasarkan hasil dari ketiga
penelitian tersebut dapat disimpulkan motivasi utama konsumen membeli telur,
daging ayam dan daging sapi yaitu untuk diolah kembali sebagai lauk pauk.
Kegiatan konsumsi ini merupakan kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga
menyebabkan proses pembelian terjadi secara rutin dan menjadi kebiasaan.
Karena itu, proses pengenalan kebutuhan pada produk peternakan segar tidak
melalui tahapan yang rumit. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, penulis juga
melakukan pendekatan melalui motivasi yang dicari oleh konsumen dalam
pengidentifikasin proses pengenalan kebutuhan.
Proses selanjutnya yang dilalui konsumen setelah mengenali
kebutuhannya yaitu pencarian informasi. Sumber infomasi dari konsumen telur
7
dan daging ayam di pasar tradisional yaitu berasal dari keluarga, teman serta
tetangga sedangkan pada untuk pasar swalayan konsumen memperoleh informasi
dari media cetak atau selebaran produk (Nazh 2008). Nurmalina dan Utomo
(2011) menyatakan bahwa mayoritas konsumen Prima Fresh Mart memperoleh
informasi yang bersumber dari materi promosi yang tersedia pada toko. Sejalan
dengan hal tersebut, perolehan informasi pada konsumen di Giant pun berasal dari
informasi yang berada di dalam Giant itu sendiri (Andryani 2013). Perbedaan
sumber informasi pada konsumen di pasar tradisional dan pasar modern ini
disebabkan oleh karakter dan kondisi dari kedua pasar tersebut. Media informasi
yang tersedia di pasar tradisional relatif terbatas sehingga informasi yang
diperoleh mayoritas berasal dari orang-orang terdekat seperti penjual, keluarga
dan tetangga. Berbeda dengan pasar modern yang dipenuhi dengan berbagai
media informasi dalam area toko. Hal ini karena transaksi oleh penjual dan
pembeli di pasar tradisional dilakukan secara langsung sehingga informasi dari
berbagai media dianggap tidak diperlukan oleh penjual dan pengelola. Berbeda
dengan kondisi di pasar modern yang kaya akan informasi mulai dari produk,
harga, ukuran, letak barang serta promosi tersedia dalam toko. Hal ini terkait
dengan kegiatan transaksi yang dilakukan mandiri oleh konsumen sehingga
informasi yang lengkap sangat diperlukan untuk memudahkan kegiatan
berbelanja. Dalam mengindentifikasi proses pencarian informasi, penulis juga
menggunakan pendekatan sumber informasi seperti yang telah dilakukan pada
penelitian sebelumnya. Selain itu, penulis menambahkan pertanyaan terkait fokus
informasi konsumen dalam pencarian informasi tersebut.
Konsumen akan melakukan perbandingan terhadap berbagai pilihan cara
untuk memperoleh produk yang sesuai dengan keinginannya. Tahapan ini disebut
sebagai evaluasi altenatif. Penelitian Nazh (2008) menyatakan bahwa
pertimbangan utama yang menjadi perhatian dari konsumen di swalayan yaitu
kelengkapan berbagai produk sedangkan di pasar tradisional pertimbangan utama
konsumen melakukan pembelian yaitu karena kedekatan emosi. Konsumen di
Prima Fresh Mart menyatakan bahwa secara umum kualitas dari PFM sama baik
dibandingkan dengan pasar modern lainnya (Nurmalina dan Utomo 2011).
Kemudian, mayoritas konsumen di Giant menyatakan bahwa apabila produk ayam
segar tidak tersedia maka mereka lebih baik membeli produk subtitusi dari ayam
dibanding pergi mencari ke toko lain (Andryani 2013). Berdasarkan penelitian
tersebut dapat dilihat terjadi perbedaan pada proses evaluasi alternatif di kedua
pasar. Pertimbangan utama konsumen yang berbelanja di pasar modern yaitu
kelengkapan variasi produk, sehingga apabila produk utama tidak tersedia
konsumen dapat menemukan produk sejenis dengan mudah. Berbeda dengan
konsumen di pasar tradisional, pertimbangan utama dalam melakukan pembelian
yaitu kedekatan emosi. Hal ini sulit ditemukan di pasar modern, transaksi jual beli
di pasar tradisional terjadi secara langsung sehingga interaksi antara penjual dan
pembeli lebih erat. Proses tawar menawar pun hanya terjadi di pasar tradisional,
untuk konsumen yang memiliki waktu luang lebih banyak biasanya lebih
menyukai berbelanja di pasar tradisional. Sejalan dengan penelitian Nazh (2008),
penulis melakukan pendekatan melalui pertanyaan terkait atribut yang menjadi
pertimbangan utama sebelum melakukan pembelian.
Analisis mengenai tahapan pembelian dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi niat pembelian konsumen yaitu direncanakan atau tidak, produk
utama yang dibeli, jumlah pembelian bahkan waktu pembelian. Hasil penelitian
8
Nurmalina dan Utomo (2011) menyatakan bahwa waktu berbelanja konsumen
mayoritas dilakukan pada hari kerja dengan jumlah 1-2 ekor ayam segar dan ratarata pengeluaran 50.000-100.000 dalam sekali pembelian. Kemudian hasil
penelitian Nazh (2008) menyatakan bahwa mayoritas konsumen telur dan daging
ayam di swalayan dan pasar tradisional telah merencanakan pembelian dari rumah
karena adanya kebutuhan. Sejalan dengan Andryani (2013) yang menyatakan
bahwa pembelian dilakukan karena kebutuhan persediaan daging ayam dirumah
telah habis. Andryani (2013) juga mengemukakan bahwa konsumen di Giant tidak
khusus melakukan pembelian daging sapi saja melainkan sekalian dengan
pembelian kebutuhan lain, kemudian frekuensi pembelian ayam yaitu 2-6 hari
sekali. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa konsumen
melakukan pembelian pada hari kerja dan secara terencana. Hal ini terkait dengan
jenis produk yang merupakan bahan makanan pokok sehingga pembelian dapat
dilakukan setiap hari. Selain itu, karena produk akan diolah menjadi menu lauk
pauk sehingga para konsumen pada umumnya telah merencakanan pembelian
ayam sebagai bahan bakunya. Dalam pengindentifikasian proses pembelian,
penulis menggunakan pendekatan melalui niat pembelian, bagian daging yang
dibeli, waktu pembelian, lokasi pembelian, pertimbangan pemilihan lokasi,
kuantitas pembelian, frekuensi pembelian dan respon ketika produk tidak tersedia.
Tahapan terakhir dalam proses keputusan pembelian yaitu pasca
pembelian. Konsumen akan mengevaluasi kinerja dari produk yang dibelinya.
Hasil dari evaluasi tersebut akan menimbulkan perasaan puas atau tidak puas oleh
konsumen. Nazh (2008) mengemukakan bahwa konsumen telur dan ayam di pasar
swalayan menyatakan mereka puas pada kinerja dari produk yang dijual,
sedangkan di pasar tradisional konsumen yang merasa puas dan tidak puas
memiliki jumlah yang sama. Andryani (2013) mengemukakan bahwa sebagian
besar konsumen daging sapi di Giant menyatakan akan melakukan pembelian
ulang kembali. Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa konsumen merasa
puas terhadap kinerja produk. Berdasarkan hasil dari kedua penelitian tersebut
dapat terlihat bahwa kinerja produk peternakan segar yang dijual di pasar modern
telah sesuai dengan harapan konsumen sehingga menghasilkan kepuasan
konsumen. Sebaliknya kinerja pada pasar tradisional dirasa kurang memuaskan
konsumen, hal ini tentu berkaitan dengan pengelolaan pasar tradisional yang
kurang diperhatikan sehingga dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi
konsumen. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, penulis menggunakan
pendekatan pertanyaan terkait kepuasan konsumen setelah melakukan pembelian,
niat melakukan pembelian ulang. Penulis juga menyertakan pertanyaan lain yaitu
niat merekomendasikan kepada orang lain dan respon ketika terjadi kenaikan
harga.
Kepuasan Konsumen
Andryani (2013) dan Fissamawati (2009) melakukan analisis mengenai
tingkat kepuasan konsumen dan tingkat kepentingan atribut produk menggunakan
metode Consumer Satisfaction Index (CSI) dan Importance Performance Analysis
(IPA). Andryani (2013) pada penelitiannya mengenai kepuasan konsumen pada
daging sapi di Giant Taman Yasmin menyatakan bahwa nilai CSI yang diperoleh
yaitu sebesar 72.71 persen dan tergolong pada kriteria puas. Nilai CSI pada hasil
penelitian Fissamawati (2009) mengenai kepuasan konsumen sayur di Pasar Baru
9
Bogor yaitu sebesar 69.07 persen dan tergolong pada katagori puas. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa nilai CSI untuk pasar modern yaitu
Giant Taman Yasmin lebih tinggi dari pasar tradisional yaitu Pasar Baru Bogor,
namun keduanya sama-sama tergolong pada kriteria puas.
Andryani (2013) dan Fissamawati (2009) selanjutnya melakukan analisis
tingkat kepentingan dan kinerja atribut (IPA) untuk mengetahui atribut yang
belum memuaskan tingkat prioritas perbaikannya. Atribut yang masuk dalam
kuadran I berdasarkan hasil penelitian Andryani (2013) adalah harga jual daging
sapi, sedangkan menurut penelitian Fissamawati (2009) yaitu garansi/keakuratan
timbangan saat melakukan penimbangan sayuran dan keamanan kendaraan di
areal parkir. Kuadran I menunjukan prioritas utama dalam memperbaiki sebuah
atribut, karena menurut konsumen atribut pada kuadran I memiliki tingkat
kepentingan yang tinggu namun kinerja yang masih rendah. Atribut yang
termasuk pada kuadran II berdasarkan penelitian Andryani (2013) yaitu terkstur
dan kesegaran daging sapi, keterangan ijin Departemen Kesehatan, dan
keterangan halal pada penjualan daging sapi. Penelitian Fissamawati (2009)
menyatakan bahwa atribut yang masuk ke dalam kuadran II yaitu keragaman
jenis sayuran yang tersedia, kesegaran sayuran, dan harga sayuran. Pada kuadran
II tingkat kepentingan atribut memiliki nilai yang tinggi menurut konsumen dan
telah dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan, sehingga perusahaan harus
mempertahankan kinerja dari atribut tersebut.
Andryani (2013) menyatakan bahwa atribut kemasan jual daging sapi dan
warna daging sapi termasuk ke dalam kuadran III. Sedangkan pada penelitian
Fissamawati (2009) atribut yang masuk ke dalam kuadran III yaitu keramahan dan
pelayanan penjual dalam bertransaksi, keraktifan penjual dalam menawarkan
produk dan luas areal parkir yang tersedia. Kuadran III merupakan kuadran yang
menunjukan bahwa atribut tersebut dianggap kurang penting oleh konsumen dan
kinerjanya masih rendah. Andryani (2013) menyatakan bahwa atribut yang
masuk ke dalam kuadran IV yaitu iklan dan promosi yang ditawarkan dan
ketersediaan daging sapi. Sedangkan Fissamawati (2009) menyatakan bahwa pada
kuadran IV diisi oleh atribut lokasi pasar yang sangat terjangkau. Kuadran IV
merupakan kuadran yang menunjukan bahwa atribut produk dianggap kurang
penting dengan kinerja yang baik. Hal ini dinilai sebagai kegiatan yang
berlebihan, sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk
mengkaji ulang kegiatan yang telah dijalankan agar lebih efisien. Sejalan dengan
penelitian sebelumya, penulis juga menggunakan analisis Customer Satisfaction
Index (CSI) untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen dan analisis Important
Performance Analysis (IPA) untuk memetakan prioritas perbaikan atribut.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsumen
Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen
mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
10
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak diperdagangkan . Engel et al.
(1994) menyatakan bahwa konsumen adalah raja. Mereka memiliki kemampuan
untuk menyaring berbagai upaya pemasar dalam mempengaruhinya bahkan dapat
mengabaikan informasi yang diberikan pemasar. Oleh sebab itu, semua yang
dilakukan oleh perusahaan niaga harus disesuaikan dengan motivasi dan perilaku
konsumen.
Konsumen mengendalikan pertukaran melalui daya beli atau uang yang
dimilikinya (Engel at al. 1994). Simamora (2002) menyatakan bahwa para
konsumen akan berusaha memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan
finansialnya memungkinkan. Mereka memiliki pengetahuan tentang alternatif
produk yang dapat memuaskan kebutuhan mereka. Selama utulitas marjinal yang
diperoleh dari pembelian produk masih besar atau sama dengan biaya yang
dikorbankan, maka mereka akan membeli suatu produk.
Jadi dapat disimpulkan bahwa konsumen adalah setiap orang yang
melakukan pertukaran sumber daya yang dimilikinya dengan produk yang
ditawarkan pemasar demi memenuhi kepentingannya.
Karakteristik Konsumen
Sumarwan (2011) menyatakan karakteristik konsumen dapat dikelompokan
menjadi karakteristik sosial, ekonomi dan demografi. Pengelompokan
karakteristik melalui demografi akan menggambarkan karakteristik penduduk.
Berikut uraian karakteristik konsumen berdasarkan demografi, sosial dan
ekonomi.
Usia
Memahami usia konsumen merupakan hal yang penting, karena konsumen
dengan usia yang berbeda akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda.
Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap
merek. Dari sisi pemasaran, semua penduduk berapapun usianya adalah
konsumen. Namun pemasar perlu memahami kebutuhan konsumen dengan
berbagai usia tersebut. Adanya keterbatasan pemasar dalam memasarkan
produknya kepada semua kelompok umur menjadikan mereka harus memilih
kelompok umur konsumen yang menjadi target pasarnya.
Pendidikan dan Pekerjaan
Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling
berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
seorang konsumen. Selanjutnya profesi dan pekerjaan seseorang akan
mempengaruhi pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan
tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi
seseorang.
Lokasi Geografik
Lokasi geografik seorang konsumen tinggal akan mempengaruhi pola
konsumsinya. Orang yang tinggal di desa akan memiliki akses terbatas kepada
berbagai produk dan jasa. Sebaliknya, konsumen yang tinggal di kota-kota besar
lebih mudah memperoleh semua barang dan jasa yang dibutuhkannya. Para
11
pemasar harus memahami dimana konsumen tinggal, agar ia bisa memfokuskan
kemana produknya akan dijual.
Pendapatan
Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari
pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan adalah sumber
daya material yang sangat penting bagi konsumen, karena dengan pendapatan
itulah konsumen bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan
menggambarkan besarnya daya beli dari seorang konsumen. Daya beli akan
menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh
konsumen dan seluruh anggota keluarganya. Karena itu, pemasar perlu
mengetahui pendapatan konsumen yang menjadi sasaran pasarnya, karena
pendapatan konsumen akan menjadi indikator penting besarnya jumlah produk
yang bisa dibeli konsumen.
Kelas sosial
Kelas sosial adalah bentuk lain dari pengelompokan masyarakat ke dalam
kelas atau kelompok yang berbeda. Kelas sosial akan mempengaruhi jenis
produk, jenis jasa, dan merek yang dikonsumsi konsumen. Kelas sosial juga
mempengaruhi pemilihan toko, tempat pendidikan, dan tempat berlibur dari
seorang konsumen. Konsumen juga sering memiliki persepsi mengenai kaitan
antara satu jenis produk atau sebuah merek dengan kelas sosial konsumen.
Konsumen yang berada pada kelas sosial yang sama akan menunjukkan
persamaan dalam nilai-nilai yang dianut, gaya hidup, dan perilaku yang serupa.
Pemasar sangat tertarik untuk mengetahui kelas-kelas sosial yang ada di dalam
suatu masyarakat, karena kelas sosial akan mempengaruhi apa yang dibeli dan
dikonsumsi oleh seorang konsumen.
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan
produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka
(Schiffman dan Kanuk 20010 dalam Sumarwan 2011). Engel at al. 1994
mengartikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Perilaku konsumen
menurut Sumarwan (2011) yaitu semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis
yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas
atau kegiatan mengevaluasi. Dalam hal yang sama Rangkuti (2006) menyatakan
bahwa perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga yang
menyangkut proses keputusan sebelum pembelian, tindakan dalam memperoleh,
mengonsumsi, hingga menghabiskan produk.
Jadi perilaku konsumen merupakan gabungan dari seluruh aktivitas yang
ditunjukan konsumen dalam pemenuhan kebutuhan mereka, mulai dari proses
perolehan produk, konsumsi hingga penilaian terhadap kinerja produk yang dibeli.
12
Proses Keputusan Pembelian
Sunyoto (2013) menyatakan pengambilan keputusan merupakan proses
kognitif yang mempersatukan memori, pemikiran, pemrosesan informasi, dan
penilaian–penilaian secara evaluatif. Kotler dan Amstrong (2008) membagi proses
keputusan pembelian kedalam lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku
pascapembelian (Gambar 3).
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pascapem
belian
Gambar 3 Proses keputusan pembelian
Sumber: Kotler dan Amstrong (2008)
Engel at al. (1995) juga membagi proses keputusan pembelian kedalam lima
tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian dan hasil. Pengelompokan proses keputusan pembelian
menurut Sumarwan (2011) terbagi menjadi empat yaitu tahap prapembelian, tahap
pembelian, konsumsi dan pascapembelian. Pada tahap prapembelian terjadi
kegiatan mencari informasi dan mengambil dana. Pada tahap kedua yaitu
pembelian berhubungan dengan toko, mencari produk dan melakukan transaksi.
Kemudian kegiatan konsumsi dan terakhir tahap pascakonsumsi, setelah
mengonsumsi suatu produk atau jasa konsumen akan melakukan evaluasi. Hasil
dari evaluasi pascakonsumsi adalah perasaan puas atau tidak puas terhadap
produk.
Jadi proses keputusan pembelian merupakan strategi yang dilakukan oleh
konsumen dalam menentukan pilihan produk dengan tujuan mencapai kepuasan
konsumen.
Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dilakukan dengan pengenalan kebutuhan yang terjadi
ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan (Kotler dan Amstrong
2008). Pembeli merasakan perbedaan antara kondisi nyata dan kondisi yang
diinginkan. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal maupun
eksternal (Simamora 2002).
Keadaan
Aktual
Keadaan yang
diinginkan
Di Bawah
Ambang
Tingkat
Ketidaksesuaian
Tidak Ada
Pengenanalan
Kebutuhan
Di Atas
Ambang
Pengenalan
Kebutuhan
Gambar 4 Proses pengenalan kebutuhan
Sumber: Engel at al. (1995)
13
Engel et al. (1995) menjelaskan bahwa pengenalan kebutuhan pada
ambang tertentu maka kebutuhan pun dikenali, sebaliknya apabila ketidaksesuaian
itu berada di bawah tingkat ambang maka tidak terjadi pengenalan kebutuhan
(Gambar 4). Kehadiran pengenalan kebutuhan belum tentu mengaktifkan suatu
tindakan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhinya yaitu kebutuhan yang
dikenali harus cukup penting. Kemudian konsumen harus percaya bahwa solusi
bagi kebutuhan tersebut ada dalam batas kemampuannya (Engel at al. 1995). Jadi
pengenalan kebutuhan merupakan situasi ketika adanya ketidaksesuaian antara
keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan dari seseorang.
Pencarian Informasi
Pencarian informasi merupakan tahap proses keputusan pembelian ketika
konsumen ingin mencari lebih banyak informasi. Semakin banyak informasi yang
diperoleh, kesadaran konsumen dan pengetahuan akan merek dan fitur yang
tersedia meningkat (Kotler dan Amstrong 2008). Konsumen akan mencari
informasi mengenai produk, merek atau toko dari berbagai sumber seperti
majalah, televisi dan mungkin juga berkomunikasi dengan tenaga penjual atau
kerabatnya (Sumarwan 2011). Pencarian merupakan aktivitas termotivasi dari
pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan atau pemerolehan informasi dari
lingkungan (Engel at al. 1995). Pencarian berdasarkan ingatan dari konsumen
sendiri disebut pencarian internal. Ketika pencarian internal tidak mencukupi,
konsumen akan melakukan pencarian tambahan dari lingkungan yang disebut
pencarian eksternal (Gambar 5). Pencarian eksternal seringkali dilakukan sebagai
akibat dari keterlibatan yang tinggi dengan kategori produk.
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Internal
Pencarian Internal
Berhasil?
Lanjutkan dengan
Keputusan
Determinan dari
pencarian internal
-pengetahuan yang
sudah ada
-kemampuan untuk
memperoleh kembali
informasi
Jalankan Pencarian
Eksternal
Gambar 5 Proses pencarian informasi
Sumber: Engel at al. (1995)
Jadi pencarian informasi merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi
baik dari ingatan sendiri maupun dari lingkungan untuk mengidentifikasi
beberapa pilihan yang tersedia dalam memperoleh produk yang dilakukan oleh
konsumen.
Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif merupakan tahap proses keputusan pembelian ketika
konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam
14
sekelompok pilihan (Kotler dan Amstrong 2008). Menurut Engel at al. (1995)
evaluasi alternatif yaitu proses ketika suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahapan ini konsumen harus
menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif, yang
akan pertimbangkan. Kemudian menilai kinerja dari alternatif yang
dipertimbangkan, dan memilih serta menerapkan kaidah keputusan untuk
membuat pilihan terakhir (Gambar 6).
Menentukan Kriteria
Evaluasi
Menentukan
Alternatif Pilihan
Menilai Kinerja Alternatif
Menerapkan Kaidah Keputusan
Gambar 6 Komponen dasar evaluasi alternatif
Sumber: Engel at al. (1995)
Jadi evaluasi alternatif merupakan kegiatan penilaian terhadap pilihan yang
tersedia yang dilakukan sebelum melakukan pembelian sehingga diharapkan dapat
memperoleh produk yang akan memuaskan harapan konsumen.
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan keputusan pembeli tentang merek mana
yang dibeli (Kotler dan Amstrong 2008). Sumarwan (2011) menyatakan dengan
adanya keinginan membeli produk akan mendorong konsumen untuk mencari
toko atau pusat perbelanjaan. Ketika konsumen mengunjungi toko, ia harus
mencari letak produk ditempatkan dalam toko tersebut. Setelah produk ditemukan
maka konsumen akan melakukan transaksi, yaitu aktivitas pertukaran barang
dengan uang dan memindahkan pemakaian barang dari toko kepada konsumen.
Engel at al. (1995) menyatakan bahwa pembelian merupakan fungsi dari
dua faktor yaitu niat pembelian dan pengaruh lingkungan dan/atau perbedaan
individual. Niat pembelian dapat diartikan bahwa ada niat untuk membeli produk
atau bahkan merk tertentu, namun niat pembelian tidak selalu diutarakan secara
sadar. Banyak barang dibeli berdasarkan impuls, yang dapat bersifat spontan
dengan motivasi kesenangan. Hal ini dapat dikatakan sebagai pembelian tidak
terencana.
Jadi keputusan pembelian adalah proses transaksi pembelian produk
pilihan dengan pemasar yang dilakukan konsumen setelah melakukan evaluasi
terhadap berbagai alternatif yang tersedia.
Perilaku Pascapembelian
Proses keputusan pembelian tidak berhenti begitu pembelian dilaksanakan.
Setelah konsumen membeli atau memperoleh produk, biasanya akan diikuti oleh
proses konsumsi atau penggunaan produk (Sumarwan 2011). Evaluasi akan terjadi
dalam bentuk pembandingan kinerja produk atau jasa berdasarkan harapan (Engel
at al. 1995). Hasilnya adalah kepuasan atau ketidakpuasan (Gambar 7).
15
Pembelian
Hasil
Ketidakpuasan
Kepuasan
Gambar 7 Hasil evaluasi dari pembelian
Sumber: Engel at al. (1995)
Semakin besar kesenjangan antara ekspektasi dan kinerja, semakin besar
pula ketidakpuasan konsumen. Karena itu, penjual hanya boleh menjanjikan apa
yang dapat mereka berikan sehingga konsumen akan terpuaskan (Kotler dan
Amstrong 2008). Jadi tahap pascapembelian merupakan tindakan penilaian
kepuasan konsumen terhadap keseluruhan kinerja produk yang dipilihnya.
Faktor – Faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen
Konsumen memiliki perilaku yang dinamis dalam melakukan pembelian.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Engel at al.
(1994) menyatakan faktor–faktor tersebut adalah pengaruh lingkungan, perbedaan
individu dan proses psikologis (Gambar 8).
Pengaruh Lingkungan
Engel et al (1994) menyatakan bahwa konsumen diciptakan oleh
lingkungan dan juga beroperasi di dalam lingkungan. Budaya, kelas sosial,
pengaruh pribadi, keluarga dan situasi merupakan faktor–faktor yang tergolong ke
dalam pengaruh lingkungan. Budaya merupakan kumpulan nilai–nilai dasar,
persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat
dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Budaya memberikan pengaruh paling
luas pada perilaku konsumen karena merupakan penyebab mendasar dari
keinginan dan perilaku seseorang (Sunyoto 2013). Menurut Sumarwan (2011)
budaya adalah segala nilai, pemikiran, dan simbol yang mempengaruhi perilaku,
sikap, kepercayaan dan kebiasaan seseorang dalam masyarakat.
Kelas sosial merupakan pengelompokan orang yang sama dalam perilaku
mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka di dalam pasar. Kelompok orang
tersebut memungkinkan untuk dibandingkan dengan kelompok lain (Engel at al.
1994). Penentuan status atau kelas sosial mencakupi pekerjaan, prestasi pribadi,
interaksi, pemilikan, orientasi nilai, dan kesadaran kelas. Status sosial
mempengaruhi konsumen dalam keputusan lokasi hingga proses pembelian (Kahl
1957 dalam Engel at al. 1994).
Simamora (2002) menyatakan bahwa keputusan pembelian juga
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup,
pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri sendiri.
16
PENGARUH
LINGKUNGAN
Budaya, Kelas Sosial, Pengaruh
Pribadi,
Keluarga, dan Situasi
PERBEDAAN
INDIVIDU
PROSES
KEPUTUSAN
Sumber Daya
Konsumen,
Keterlibatan dan
Motivasi,
Pengetahuan,
Sikap,Kepribadian
Gaya Hidup,
Demografi
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
PROSES
PSIKOLOGIS
Pengolahan
Informasi,
Pembelajaran,
Perubahan
Sikap/Perilaku
Pembelian
Hasil
STRATEGI
PEMASARAN
Gambar 8 Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan pengaruhpengaruhnya
Sumber : Engel at al. (1994)
Variabel penentu dalam pengaruh pribadi adalah keterlibatan. Apabila
keterlibatannya
rendah
pengaruh
pribadi
menjadi
tidak
begitu
penting.Keterlibatan yang tinggi biasanya terjadi pada pembelian produk atau jasa
yang memiliki risiko tinggi. Konsumen mengekspresikan keterlibatannya baik
melalui kelompok acuan maupun komunikasi lisan (Engel at al. 1994).
Kelompok acuan adalah berbagai jenis dari perkumpulan sosial yang dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku, terdiri dari kelompok primer, sekunder dan
aspirasional.
Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
dihubungkan melalui darah, perkawinan, atau adopsi dan yang tinggal bersama
(Engel at al. 1994). Anggota keluarga akan saling mempengaruhi dalam
keputusan pembelian dan konsumsi produk karena merupakan lingkungan
terdekat menyebabkan terjadi interaksi antar anggota keluarga (Sumarwan 2011).
Engel at al. (1994) menyebutkan bahwa anggota keluarga memegang berbagai
peranan dalam keputusan pembelian. Keputusan konsumsi keluarga melibatkan
setidaknya lima peranan yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Penjaga pintu (gatekeeper) merupakan inisiator pemikiran pembelian
produk dan pengumpulan informasi untuk pengambilan keputusan.
17
2. Pemberi pengaruh (iinfluencer) merupakan individu yang opininya dicari
untuk menentukan pembelian keluarga.
3. Pengambil keputusan (decider) merupakan orang yang memiliki
wewenang atau kekuasaan untuk mengalokasikan uang keluarga dalam
pembelian.
4. Pembeli (buyer) merupakan orang yang bertindak sebagai agen
pembelian.
5. Pemakai (user) merupakan orang yang menggunakan produk.
Pengaruh situasi adalah pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk
waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan
karakteristik objek. Terdapat tiga macam situasi konsumen yaitu situasi
komunikasi, situasi pembelian dan situasi pemakaian. Situasi komunikasi adalah
situasi konsumen saat dihadapi dengan komunikasi pribadi dan non pribadi.
Komunikasi pribadi biasanya dilakukan dengan wiraniaga atau sesama konsumen,
komunikasi non pribadi akan melibatkan stimulus seperti iklan yang berorientasi
konsumen (Engel at al. 1994).
Situasi pembelian mengacu pada kondisi dari lokasi konsumen memperoleh
produk, meliputi lingkungan informasi dan lingkungan ritail. Ketersediaan
informasi, cara infomasi disajikan dan jumlah beban informasi merupakan
karakteristik utama dari lingkungan informasi. Selanjutnya, lingkungan ritail atau
sering disebut sebagai store athmospherics meliputi berbagai macam elemen
termasuk tata ruang toko, ruang lorong, penempatan dan bentuk peraga, warna,
penyinaran, musik, aroma dan temperatur. Situasi pemakaian mengacu pada latar
saat konsumsi terjadi. Situasi pemakaian dan pembelian dapat terjadi dalam waktu
yang besamaan maupun terpisah. Lingkungan sosial yang mencirikan situasi
pemakaian dapat mempunyai pengaruh yang penting pada perilaku konsumen.
Menurut Russell (1974) dalam Sunyoto (2013) situasi konsumen dapat
didefinisikan menjadi lima karakteristik umum yaitu lingkungan fisik, lingkungan
sosial, waktu, tugas dan keadaan antesenden yang merupakan suasana hati
sementara yang dibawa konsumen ke dalam situasi tersebut.
Jadi dapat disimpulkan lingkungan memiliki pengaruh terhadap perilaku
konsumen. Budaya dapat mempengaruhi konsumsi karena dapat menjadi penentu
diterima atau tidak sebuah perilaku dalam masyarakat. Kelas dan status sosial
berpengaruh dalam karakteristik produk yang diinginkan, sehingga dapat menjadi
dasar dalam segmentasi pasar. Keluarga memiliki pengaruh yang besar dalam
pola konsumsi karena sebagai lingkungan terdekat dari konsumen. Situasi dapat
mempengaruhi tindakan konsumen dalam waktu yang singkat sehingga pemasar
harus menrancang situasi yang dapat mendorong pembelian dan menciptakan
kepuasan konsumen.
Perbedaan Individu
Perilaku konsumen bervariasi antar individu karena setiap individu memiliki
perbedaan masing-masing. Beberapa perbedaan yang terdapat pada individu dapat
diklasifikasikan menjadi lima elemen yaitu sumber daya konsumen, keterlibatan
dan motivasi, pengetahuan, sikap, dan perbedaan individu dalam perilaku. Sumber
daya konsumen merupakan elemen yang paling berpengaruh dari elemen lain
dalam perbedaan individu. Konsumen memiliki tiga sumberdaya utama dalam
proses pertukaran yaitu ekonomi, temporal dan kognitif. Secara praktis, artinya
pemasar bersaing untuk mendapatkan uang, waktu, dan perhatian konsumen.
18
Persepsi konsumen mengenai sumberdaya yang tersedia mungkin mempengaruhi
kesediaan untuk menggunakan uang atau waktu yang mereka miliki (Engel at al.
1994).
Engel at al. (1994) menjelaskan kebutuhan merupakan variabel utama
dalam motivasi. Kebutuhan diartikan sebagai perbedaan yang disadari antara
keadaan ideal dan keadaan sebenarnya yang memadai untuk mengaktifkan
perilaku. Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam
ingatan. Pengetahuan konsumen dapat diklasifikasikan menjadi tiga bidang umum
yaitu pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian.
Pengetahuan produk meliputi berbagai informasi yang diproses oleh
konsumen untuk memperoleh suatu produk (Sumarwan 2011). Kemudian Engel at
al. (1994) menyatakan bahwa pengetahuan pembelian berkaitan dengan tempat
dan waktu untuk melakukan pembelian produk. Selanjutnya, pengetahuan
pemakaian yaitu informasi yang tersedia di dalam ingatan mengenai cara
menggunakan produk yang benar. Engel at al. (1994) mendefinisikan sikap
sebagai evaluasi menyeluruh dan sikap yang terbentuk pada konsumen merupakan
hasil dari pengalaman mereka sebelumnya. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa
sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah
disukai atau tidak. Sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen
terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut.
Kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik yang paling
dalam pada diri manusia, perbedaan karakteristik tersebut menggambarkan ciri
unik dari masing-masing individu (Sumarwan 2011). Gaya hidup adalah pola di
mana seseorang hidup dan menghabiskan waktu serta uang yang dimilikinya
(Engel at al. 1994). Selain kepribadian dan gaya hidup, pengukuran terhadap
karakteristik individu dilakukan untuk menetapkan bauran pemasaran.
Pengukuran ini mencakup sumber daya ekonomi yaitu uang dan waktu, serta
pengukuran demografi seperti usia atau sifat rumah tangga. Semua variabel ini
mungkin berinteraksi dengan situasi pemakaian produk bersangkutan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa perbedaan individu merupakan karakteristik khusus yang
dimiliki pada masing-masing konsumen sehingga akan mempengaruhi perilaku
konsumsi seseorang.
Proses Psikologis
Engel at al. (1995) menyatakan bahwa terdapat tiga proses psikologis yang
membentuk semua aspek motivasi dan perilaku konsumen yaitu pemrosesan
informasi, pembelajaran dan perubahan sikap dan perilaku. Pemrosesan informasi
mengacu pada proses yang dengannya suatu stimulus diterima, ditafsirkan,
disimpan di dalam ingatan dan belakangan diambil kembali. Engel at al. (1995)
dalam Sumarwan (2011) merinci pemrosesan informasi menjadi lima tahap dasar
yaitu:
1. Pemaparan (exposure): pemaparan stimulus menyebabkan konsumen
menyadari stimulus tersebut melalui pancaindranya.
2. Perhatian (attention): merupakan kapasitas pengolahan yang dialokasikan
konsumen terhadap stimulus yang masuk.
3. Pemahaman (comprehension): interpretasi terhadap makna stimulus.
4. Penerimaan (acceptance): dampak persuasif stimulus kepada konsumen.
5. Retensi (retention): pemindahan makna stimulus dan persuasi kedalam
ingatan jangka panjang.
19
Engel at al. (1995) menjelaskan bahwa pembelajaran dapat dipandang
sebagai proses saat pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan,
sikap, dan/atau perilaku. Sumarwan (2011) mendefinisikan belajar sebagai suatu
proses untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman sehingga
akan
mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku yang relatif permanen. Konsumen
tidak pernah berhenti belajar, ia menerima informasi dari berbagai sumber setiap
saat. Sehingga proses belajar ini akan mengakibatkan produk yang akan dibeli dan
dikonsumsinya.
Mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen adalah salah satu tugas paling
mendasar tetapi menantang yang dihadapi oleh pemasar. Persuasi melalui
komunikasi pemasaran baik dalam bentuk iklan, wiraniaga maupun pengemasan
produk merupakan sarana signifikan untuk membujuk konsumen. Selain
komunikasi persuasif, sikap dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui
teknik modifikasi perilaku. Insentif seperti kupon sering digunakan oleh pemasar
untuk mendorong perilaku pembelian (Engel at al. 1995). Jadi proses psikologis
memiliki peran dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Pemasar harus dapat
merancang komunikasi yang tepat agar informasi dapat diterima dan disimpan
dalam ingatan oleh konsumen sesuai tujuan.
Pemasaran
Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan bahwa pemasaran secara luas
merupakan proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi
memperoleh yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan
pertukaran nilai dengan yang lain. Kemudian dalam konteks yang lebih sempit,
pemasaran diartikan sebagai pertukaran nilai dengan pelanggan yang
menguntungkan. Karena itu, Kotler dan Amstrong (2008) mendefinisikan
pemasaran (marketing) sebagai proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi
pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan
tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.
Konsep paling dasar yang mendasari pemasaran adalah kebutuhan manusia.
Kebutuhan (needs) manusia adalah keadaan dari perasaan kekurangan. Kebutuhan
tidak diciptakan oleh pemasar, karena kebutuhan merupakan bagian dasar dari
sifat manusia. Kebutuhan manusia yang terbentuk oleh budaya dan kepribadian
seseorang disebut keinginan (wants). Keinginan terbentuk oleh masyarakat dan
dipaparkan dalam bentuk objek yang bisa memuaskan kebutuhan. Ketika
didukung daya beli, keinginan menjadi permintaan. Kebutuhan dan keinginan
konsumen akan terpenuhi melalui penawaran pasar yaitu suatu kombinasi produk,
jasa dan informasi atau pengalaman yang ditawarkan ke pasar untuk memuaskan
suatu kebutuhan atau keinginan (Kotler dan Amstrong, 2008).
Pemasaran terjadi ketika manusia memutuskan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan melalui hubungan pertukaran. Pertukaran (exchange)
adalah tindakan untuk mendapatkan objek yang diinginkan dari seseorang dengan
menawarkan sesuatu sebagai imbalannya. Konsep pertukaran dan hubungan
menghasilkan konsep pasar. Pasar (market) adalah kumpulan pembeli aktual dan
potensial dari suatu produk. Para pembeli ini mempunyai kesamaan kebutuhan
atau keinginan tertentu yang dapat dipuaskan melalui hubungan pertukaran.
Pemasaran berarti menaata pasar untuk membangkitkan hubungan pelanggan
yang menguntungkan. Penciptaan hubungan ini memerlukan usaha, penjual harus
mencari pembeli, mengenali kebutuhan mereka, merancang penawaran pasar yang
20
baik, menetapkan harga, mempromosikan, menyimpan serta memasarkan produk .
Kegiatan seperti pengembangan produk, riset, komunikasi, distribusi, penetapan
harga, dan pelayanan merupakan kegiatan inti pemasaran (Kotler dan Amstrong,
2006).
Jadi pemasaran merupakan suatu upaya yang dilakukan perusahaan dalam
menyampaikan keunggulan produk kepada konsumen dengan tujuan terjadi
pertukaran yang menguntungkan dan tercipta hubungan yang baik dengan
konsumen.
Strategi Pemasaran
Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan bahwa terdapat empat langkah
utama dalam merancang strategi pemasaran yang digerakkan oleh pelanggan yaitu
segmentasi pasar (market segmentation), penetapan target pasar (market
targetting), diferensiasi (differentiation) dan positioning. Dalam dua langkah
pertama, perusahaan memilih pelanggan yang akan dilayaninya. Segmentasi pasar
mencakup pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang lebih
kecil dengan kebutuhan, karakteristik atau perilaku berbeda yang mungkin
memerlukan produk atau bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan
mengidentifikasi berbagai cara untuk melakukan segmentasi pasar dan
mengembangkan profil segmen pasar yang dihasilkan. Segmentasi variabel utama
bagi pasar konsumen yaitu berdasarkan geografis, demografis, psikografis dan
perilaku. Penetapan target pasar merupakan proses mengevaluasi daya tarik
masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen pasar untuk
dimasuki.
Dalam dua tahap terakhir, perusahaan memutuskan proporsi nilai tentang
bagaimana proporsi nilai itu mampu menciptakan nilai bagi pelanggan sasaran.
Diferensiasi mencakup mendiferensiasikan penawaran pasar perusahaan yang
sesungguhnya untuk menciptakan nilai pelanggan yang unggul. Positioning
terdiri dari pengaturan penawaran pasar untuk menduduki tempat yang jelas,
berbeda, dan diinginkan dibandingkan produk pesaing dalan pikiran konsumen
sasaran.
Untuk lebih dalam memahami mengenai strategi pemasaran maka
dilanjutkan dalam pembahasan mengenai bauran pemasaran. Kotler dan Amstrong
(2008) menyatakan bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat
pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan
respons yang diinginkannya dipasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari semua
hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya
(Gambar 9). Berbagai kemungkinan ini dapat dikelompokan menjadi empat
kelompok variabel yang disebut “empat P” yaitu Product (produk), Price (harga),
Place (tempat), Promotion (promosi).
Bauran produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan
perusahaan pada pasar sasaran. Bauran produk terdiri dari semua lini produk dan
barang yang dijual oleh penjual tertentu (Kotler dan Amstrong 2008). Untuk
mengetahui konsumsi produk yang lebih mendalam maka pemasar harus
mengetahui tiga hal yaitu frekuensi konsumsi, jumlah konsumsi dan tujuan
konsumsi (Sumarwan 2011)
Bauran harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk
memperoleh produk.
21
Harga
Daftar harga,
Diskon, Potongan
harga, Periode
pembeyaran,
Persyaratan kredit
Produk
Ragam, Kualitas,
Desain, Fitur, Nama
merek, Kemasan,
Layanan
Pelanggan
Sasaran
Positioning yang
diharapkan
Promosi
Iklan, Penjualan
pribadi, Promosi
penjualan, Hubungan
masyarakat
Tempat
Saluran, Cakupan,
Pemilihahan, Lokasi,
Persediaan,
Transportasi, Logistik
Gambar 9 Empat P bauran Pemasaran
Sumber: Kotler dan Amstrong (2008)
Apabila diperluas lagi, harga merupakan jumlah semua nilai yang diberikan
oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan
suatu produk atau jasa. Harga menjadi salah satu elemen penting dalam
menentukan pangsa pasar dan keuntungan karena harga menjadi faktor utama
yang mempengaruhi pilihan para pembeli. Harga adalah satu-satunya elemen dari
bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan dan yang paling flexibel.
Penetapan harga biasanya berubah ketika produk mengalami siklus hidupnya
(Kotler dan Amstrong 2008).
Bauran tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk
tersedia bagi pelanggan sasaran. Hanya sedikit produsen yang menjual barang
mereka secara langsung ke pengguna akhir. Sebagai gantinya, kebanyakan
produsen menggunakan perantara untuk membawa produk mereka ke pasar.
Mereka berusaha membentuk saluran pemasaran atau saluran distribusi. Saluran
pemasaran merupakan sekelompok organisasi saling tergantung yang membantu
membuat produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh
konsumen atau pengguna bisnis. Keputusan saluran pemasaran adalah salah satu
keputusan terpenting yang dihadapi manajemen (Kotler dan Amstrong 2008).
Bauran promosi juga disebut bauran komunikasi pemasaran yang
merupakan paduan spesifik iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat,
penjualan personal, dan sarana pemasaran langsung yang digunakan perusahaan
untuk mengkomunikasikan nilai pelanggan secara persuasif dan membangun
hubungan pelanggan. Promosi juga diartikan sebagai aktivitas penyampaian
manfaat produk dan membujuk pelanggan membelinya. Perusahaan harus
melakukan lebih dari sekedar membuat produk yang baik, mereka harus
memberitahu konsumen tentang manfaat produk dan secara cermat
mempromosikan produk dalam pikiran konsumen (Kotler dan Amstrong 2008).
Jadi bauran pemasaran merupakan rancangan yang dibuat sedemikian rupa
terhadap faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan yang dikenal
dengan empat P yaitu product, price, place, promotion dengan tujuan untuk
22
mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh keuntungan dan terciptanya
pelanggan sesuai target yang ditetapkan.
Kerangka Pemikiran Operasional
Daging ayam ras (broiler) merupakan alternatif sumber protein yang
digemari oleh berbagai kalangan. Hal ini merupakan peluang bagi produsen
maupun penjual/ retailer daging ayam ras. Oleh karena itu para penjual berupaya
untuk memperoleh keuntungan dengan memenuhi kebutuhan konsumen akan
daging ayam ras ini. Konsumen memiliki beberapa pilihan dalam pembelian ayam
ras, salah satunya dari segi lokasi. Daging ayam ras biasanya dijual di pasar
tradisional maupun pasar modern.
Pada dasarnya, kedua tipe pasar ini memiliki target konsumen yang berbeda.
Namun, saat ini batasan target konsumen antara pasar tradisional dan modern
semakin menipis. Seperti yangterjadi pada pasar tradisional “Pasar Baru Bogor”
dengan pasar modern “Giant Botani Square”, kedua pasar tersebut menyediakan
produk daging ayam ras. Selain itu, berdasarkan data harga ayam ras pada Pasar
Baru Bogor dan Giant Botani Square memperlihatkan bahwa tingkat harga antar
kedua pasar sangat bersaing, bahkan terdapat tingkat harga pada pasar modern
lebih rendah dari pasar tradisional.
Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai perilaku konsumen yang meliputi
karakteristik konsumen masing-masing pasar, proses keputusan pembelian dan
tingkat kepuasan konsumen menjadi hal yang penting diketahui oleh pemasar
untuk perencanaan bauran pemasaran yang efektif dan efisien. Pada penelitian ini
alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, untuk mengidentifikasi
karateristik konsumen dan proses keputusan pembelian. Uji signifikansi variabel
non-metrik digunakan untuk menguji hubungan antara karakteristik konsumen
dengan pilihan pasar. Untuk karakteristik dengan jenis data katagorik yaitu jenis
kelamin, status pernikahan, pekerjaan, dan tempat tinggal digunakan uji Khi
Kuadrat (Chi-square) sedangkan pada jenis data ordinal yaitu usia, tingkat
pendidikan, jumlah anggota keluarga dan rata-rata pendapatan per bulan
digunakan uji Mann-Whitney. Kemudian untuk mengukur tingkat kepuasan
konsumen dianalisis menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI).
Selanjutnya Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk
menganalisis prioritas perbaikan atribut. Dari hasil analisis diharapkan dapat
merumuskan implikasi bauran pemasaran yang direkomendasikan kepada
perusahaan. Gambar 10 menunjukan kerangka pemikiran operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di pasar tradisional Pasar Baru Bogor yang terletak di
Jalan Suryakenca dan pasar modern Giant Botani Square yang terletak di Jalan
Padjadjaran, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
23


Kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam ras
Tingkat harga yang bersaing
Pasar Baru Bogor
Giant Botani Square
Studi perilaku konsumen untuk pemasaran yang efektif dan sesuai dengan
keinginan dari target yang dituju
Proses Keputusan Pembelian
Karakteristik
konsumen
jenis kelamin
usia
pendidikan
status pernikahan
jumlah anggota
keluarga
pendapatan
Pengenalan
Kebutuhan
Evaluasi
Alternatif
Pembe
lian
Pascapembelian
Analisis Deskriptif
CSI
Chi Square dan
Mann Whitney
Hubungan antara
karakteristik
konsumen dengan
pemilihan tempat
pembelian ayam
Pencarian
Informasi
Tingkat kepuasan konsumen
IPA
Prioritas Perbaikan Atribut
Implikasi bauran pemasaran sesuai dengan perilaku konsumen di
kedua pasar
Gambar 10 Kerangka pemikiran operasional
24
Pertimbangan dalam pemilihan kedua pasar ini karena keduanya menjual
daging ayam ras, kemudian merupakan pasar yang ramai dikunjungi masyarakat
Bogor. Jarak antara kedua pasar tersebut juga relatif dekat yaitu sekitar dua
kilometer sehingga diharapkan responden pada masing-masing pasar dapat
mewakili karakteristik jenis pasar tersebut. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan April sampai Mei 2016.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang dicari secara langsung oleh peneliti sesuai dengan
kebutuhan dan belum tersedia sebelumnya. Hal ini karena data primer terkait
langsung dengan masalah dari penelitian yang sedang dilakukan. Data sekunder
adalah data yang sudah tersedia sebelumnya sehingga untuk memperolehnya
peneliti dapat mencari ke sumber terkait yang menyediakan data tersebut. Berikut
uraian mengenai pengelompokan jenis dan sumber data yang dilakukan dalam
penelitian ini (Tabel 2).
Tabel 2 Jenis dan sumber data
Jenis Data
Primer
Karakteristik konsumen
Proses Keputusan Pembelian
Analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut
(tekstur, aroma, warna, kebersihan, kemasan,
variasi, harga, ketersediaan, kemudahan
memperoleh, kenyamanan, informasi penjual, iklan,
potongan harga)
Sekunder
Konsumsi produk peternakan kelompok daging
segar per kapita tahun 2010 - 2014
Produksi daging ternak menurut jenis ternak di Kota
Bogor tahun 2014
Harga daging ayam ras di Pasar Baru Bogor
Harga daging ayam ras di Giant Botani Square
Teori mengenai Perilaku Konsumen dan Pemasaran
Penelitian Terdahulu
Sumber Data
Metode
Pengumpulan
Data
Responden
Penyebaran
kuesioner
Direktorat Peternakan
dan Kesehatan Hewan,
Kementan
Badan Pusat Statistik
Jawa Barat
Website PD.Pasar
Pakuan Jaya
Internet
Katalog Giant Ekstra
Observasi
langsung
Buku
Studi Pustaka
Jurnal dan Skripsi
Studi Pustaka,
Intenet
Identifikasi Atribut Penelitian
Atribut yang digunakan dalam penelitian ini dibentuk berdasarkan
penjabaran dari konsep bauran pemasaran produk (4P) oleh Kotler dan Armstrong
(2008) yang terdiri empat variabel utama yaitu produk (product), harga (price),
distribusi (place), dan promosi (promotion). Kemudian penentuan butir atribut
didasarkan dari tinjauan pustaka pada penelitian terdahulu yang relavan bagi
penelitian ini. Pada Tabel 3 dapat dilihat identifikasi atribut yang digunakan
25
beserta sumbernya. Selanjutnya atribut ini akan digunakan sebagai bahan
pertanyaan pada kuesioner terkait penilaian tingkat kepentingan dan kinerjadari
penjualan daging ayam di Pasar Bogor dan Giant Botani Square.
Tabel 3 Identifikasi atribut yang digunakan
Variabel
4P
Product
Price
Notasi
1
2
3
4
Tekstur daging ayam
Aroma daging ayam
Warna daging ayam
5
6
Kemasan daging ayam
7
Kesesuian tingkat harga jual
dengan kualitas
8
9
10
Place
11
12
13
Promotion
Atribut
14
Kebersihan daging ayam
Variasi bagian daging ayam
Harga jual yang terjangkau
Ketersediaan produk setiap
saat
Kemudahan
memperoleh
daging ayam
Kenyamanan
tempat
berbelanja
Pelayanan penjual
Iklan yang menarik
Pemberian potongan harga
Sumber
Nazh (2008), Andryani (2013)
Nazh (2008)
Nazh (2008), Andryani (2013)
Nazh (2008),
Nurmalina dan
Utomo (2011)
Nazh (2008), Andryani (2013)
Nurmalina dan Utomo (2011),
Sadino dan Syahbana (2014)
Fissamawati (2009), Sadino dan
Syahbana (2014)
Andryani (2013), Nurmalina dan
Utomo (2011)
Nazh (2008), Andryani (2013),
Nurmalina dan Utomo (2011)
Fissamawati (2009), Nurmalina
dan Utomo (2011)
Nurmalina dan Utomo (2011),
Sadino dan Syahbana (2014)
Nazh (2008), Fissamawati (2009),
Nurmalina dan Utomo (2011)
Andryani (2013), Sadino dan
Syahbana (2014)
Andryani (2013), Sadino dan
Syahbana (2014)
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling yang
merupakan kelompok dari non-probability sampling.
Metode ini
mempertimbangkan kemudahan, ketersediaan dan kenyamanan dalam
pengambilan sampel. Syarat konsumen yang dapat menjadi responden adalah
konsumen yang melakukan pembelian ayam ras untuk kebutuhan rumah tangga di
Pasar Baru Bogor dan Giant Botani Square. Penentuan jumlah sampel dari
populasi ditentukan berdasarkan rumus Slovin yaitu :
n=
=
= 99.990 ≈100
Keterangan : N = jumlah populasi yang diasumsikan berdasarkan jumlah
penduduk Kota Bogor
n = jumlah sampel
e = persen kelonggaran kesalahan yang dapat ditolerir yaitu 10
persen
26
Berdasarkan perhitungan diatas jumlah sampel yaitu 100 orang. Kemudian,
berkaitan dengan lokasi penelitian yang terbagi dalam dua tempat maka dilakukan
teknik Quota Sampling yaitu menetapkan jumlah tertentu dalam pengambilan
sampel. Jumlah sampel yang ditetapkan pada kedua pasar memiliki proporsi
yang sama yaitu untuk Pasar Baru Bogor 50 orang dan Giant Botani Square 50
orang.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan data pada penelitian ini dilakukan sesuai dengan
langkah pengolahan data yang dikemukakan oleh Nazir (2013). Pengolahan data
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu penyuntingan (editing), mengkode data
(coding), dan membuat tabulasi (tabulating). Penyuntingan (editing) dilakukan
dengan memeriksa kembali setiap lembar kuisioner untuk memastikan bahwa
setiap pertanyaan di dalam kuisioner telah diisi dengan baik oleh setiap
responden. Selanjutnya, pengkodean (coding) dilakukan dengan memberi kode
pada setiap jawaban responden dalam kuesioner hal ini bertujuan untuk
kemudahan pengolahan data secara komputerisasi.
Data-data yang telah di-coding kemudian dimasukkan ke dalam bentuk
tabel-tabel (tabulating) untuk dianalisis. Analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu uji pendahuluan berupa uji validitas dan reliabitilitas terhadap
atribut produk untuk mengukur ketepatan alat ukur yang digunakan, analisis
dekriptif, analisi Chi-Square dan Mann-Whitney Customer Satisfaction Index
(CSI) dan Importance and Performance Analysis (IPA).
Analisis Deskriptif
Metode deskriptif menurut Nazir (2013) merupakan suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu set
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta–fakta, sifat-sifat serta
hubungan antarfenomena yang diselidiki. Sehingga interpretasi yang tepat
merupakan inti dari analisis deskriptif untuk pemecahan masalah penelitian.
Analisis deskriptif pada penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan karakteristik
konsumen melalui data demografi dan proses keputusan pembelian konsumen di
kedua lokasi.
Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur hal
yang ingin diukur. Pada penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan
kuesioner dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusun
harus mengukur hal yang ingin diukur. Beberapa hal yang dapat mengurangi
validitas data pada instrumen kuesioner yaitu keadaan responden sewaktu
diwawancara serta faktor pewawancara. Pengukuran validitas pada penelitian
yang dilakukan menggunakan jenis validitas konstruk. Konstruk adalah kerangka
dari suatu konsep, dengan diketahuinya kerangka tersebut maka peneliti dapat
menyusun tolak ukur operasional sebagai instrumen dalam pengumpulan data.
27
Umar (2005) menjabarkan bahwa peneliti sebaiknya melakukan uji coba
pengukur tersebut pada sejumlah responden. Jumlah responden yang disarankan
yaitu minimal 30 orang karena distribusi nilai akan lebih mendekati kurva normal.
Kemudian menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor
total memakan teknik korelasi product moment, yang rumusnya seperti berikut:
∑
r=
√
∑
∑
∑
∑
∑
∑
Pada penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan SPSS Ver. 16.0.
Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 30 orang dan alpha (α) 5
persen maka nilai pada tabel r yaitu 0, 361. Butir atribut dikatakan valid jika nilai
r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation > dari rtabel (Nugroho 2005). Hasil analisis menunjukan semua butir atribut dapat
digunakan karena r-hitung lebih besar dari r-tabel sehingga dapat dikatakan
memenuhi syarat validitas (Lampiran 1).
Uji Reliabilitas
Umar (2005) menyatakan reliabilitas adalah suatu angka indeks yang
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang
sama. Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya
jika alat ukur tersebut stabil yaitu tidak berubah-ubah pengukurannya dan dapat
diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan
hasil yang serupa (Nazir, 2013). Setiap alat pengukur seharusnya memiliki
kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Pada alat
pengukur fenomena sosial, pengukuran yang konsisten agak sulit untuk dicapai
maka selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran yang cukup besar.
Setiap hasil pengukuran sosial selalu merupakan kombinasi antara hasil
pengukuran yang sesungguhnya ditambah dengan kesalahan pengukuran (Umar
2005). Teknik pengukuran reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini
yaitu Teknik Cronbach’s Alpha (α). Teknik ini digunakan pada instrumen yang
skornya bukan 0-1, tetapi merupakan rentangan antara beberapa nilai misalnya 010 atau bentuk skala 1-2, 1-5 dan seterusnya. Rumus Cronbach’s Alpha (α) yaitu
sebagai berikut:
r11= (
∑
)(
)
di mana:
r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyak butir pertanyaan
2
σt
= varians total
∑σ2b = jumlah varians butir
Jumlah varians butir dicari dulu dengan cara mencari nilai varians tiap butir,
kemudian dijumlahkan. Rumus varians yang digunakan yaitu:
σ=
di mana:
n = jumlah sampel
∑
∑
X= nilai skor yang dipilih
28
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS
Ver. 16.0. Nugroho (2005) mengemukakan bahwa reliabilitas suatu konstrak
variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60. Setelah
melakukan pengujian, diperoleh hasil yaitu nilai Cronbach’s Alpha sebesar
0,841. Artinya, kontstrak dari variabel telah memenuhi syarat memiliki
reliabilitas.
Uji Khi-Kuadrat (Chi-square)
Uji chi-square digunakan untuk memeriksa dua variabel (X dan Y) yang
berupa katagorik, berkorelasi signifikan di populasinya atau tidak berdasarkan
data sampel yang dimiliki. Data sampel dapat disajikan dalam bentuk tabel
kontingensi, yang berukuran b baris dan k kolom. Untuk menyimpulkannya,
dilakukan melalui uji hipotesis statistik berikut ini (Firdaus at al. 2013).
H0 : Kedua variabel tidak berkorelasi
H1 : Kedua variabel berkorelasi
Hipotesis statistik tersebut diuji melalui statistik uji dibawah ini.
∑
∑
Di mana
b : Banyak katagori variabel X (baris)
k : Banyak katagori variabel Y (kolom)
N : Ukuran sampel
nij : Banyak objek pada baris ke-i
nj : Banyak objek pada kolom ke-j
Eij : Frekuensi Harapan di bawah H0 pada sel ke-ij =
Pada penelitian ini analisis chi-square digunakan untuk menguji apakah
terdapat hubungan antara variabel karakteteristik umum konsumen (dengan sifat
data katagorik yaitu jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan, dan tempat
tinggal) dengan pemilihan pasar dalam pembelian daging ayam. Setelah itu dapat
diketahui kecenderungan responden dalam pemilihan lokasi pasar. Pengambilan
keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai Chi Square hitung dengan Chi
Square tabel. Hipotesis nol ditolak jika nilai Chi Square hitung lebih besar atau
sama dari nilai Chi Square tabel. Dengan demikian, hipotesis nol diterima jika Chi
Square hitung lebih kecil daripada nilai Chi Square tabel. Tingkat kepercayaan
yang digunakan dalam penelitian adalah sebesar 5 persen.
Statistik Χ2hit menyebar mengikuti sebaran Chi-Square (Χ2) dengan derajat
bebas (df) sebesar (b-1) (k-1). Pada output SPSS, tersaji informasi Asymp.Sig (2tailed), yakni besarnya peluang sebaran Χ2df=(b-1)(k-1) yang lebih besar dari Χ2hit.
Untuk taraf nyata α dan df = (b-1) (k-1), dari tabel Chi-Square diperoleh nilai
kritis Χ2 α [df=(b-1)(k-1))]. Apabila nilai Χ2hit > Χ2 α [df=(b-1)(k-1)], atau Asymp.Sig (2tailed) > α, maka disimpulkan tolak H0. Artinya, kedua variabel berkorelasi
signifikan pada taraf nyata α.
29
Uji Mann-Whitney
Uji ini diaplikasikan untuk masalah hubungan kausal dua variabel
nonmetrik. Variabel independen (X) terdiri dari dua katagori dengan kasus dua
sampel bebas, dan variabel dependen (Y) minimal merupakan pengukuran
ordinal. Tujuan pengujian ini yaitu untuk mengetahui apakah lokasi pusat data Y
pada kedua populasi berbeda. Untuk itu, hipotesa statistiknya dinyatakan sebagai
H0
H1
: Median Y di kedua populasi tidak berbeda
: Median Y di populasi 1 lebih besar dibanding di populasi 2
Pada penelitian ini analisis mann-whitney digunakan untuk menguji
apakah terdapat perbedaan antara karakteristik konsumen daging ayam (dengan
sifat data ordinal yaitu usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluaraga dan
rata-rata pendapatan) di Pasar Bogor dan Giant Botani Square.Pengujian
dilakukan dengan memberikan rank tanpa membedakan asal sampel pada data.
Berikan rank 1 untuk observasi bernilai terkecil, rank (n1+n2) untuk observasi
terbesar. Dan bila ada observasi bernilai sama berikan rank rata-ratanya. Untuk
ukuran sampel besar, statistik Zhit menyebar normal baku (Z). Pada output SPSS
tersaji Exact.Sig (2*(1-tailed Sig) yang mengukur besar peluang (|Zhit|>Z). Untuk
taraf nyata α, dari Tabel Z dapat diperoleh nilai Zα , apabila
< α atau | Zhit | > Zα , maka disimpulkan tolak H0 .
Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer satisfaction index (CSI) merupakan suatu alat yang dapat
mengukur tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh melalui penilaian
terhadap kepentingan atribut dan kinerja atribut dari suatu produk oleh konsumen.
Rangkuti (2008) menyatakan bahwa tingkat kepentingan merupakan suatu
keyakinan yang dimiliki konsumen sebelum mencoba atau membeli suatu produk
yang akan dijadikannya standar acuan dalam menilai kinerja produk tersebut.
Tingkat penilaian kinerja merupakan kajian secara menuyeluruh pada produk
yang didasarkan dengan persepsi konsumen atas apa yang telah diterima dan yang
telah diberikan oleh produk tersebut. Mengukur kepuasan konsumen sangat
bermanfaat bagi perusahaan dalam rangka mengevaluasi posisi perusahaan saat
ini berdasarkan penilaian dari konsumennya serta menemukan bagian mana yang
membutuhkan peningkatan pada atribut kinerja.
Tahapan pengukuran kepuasan konsumen dalam metode Customer
satisfaction index (CSI) menurut Startford (2007) dalam Astuti dan Nurmalina
(2008) yaitu sebagai berikut:

Menghitung weighting factor (WF) yaitu
,
dimana MIS (Mean Important Score) merupakan nilai rata-rata tingkat
kepentingan dan i merupakan atribut ke-I.

Menghitung weighted score (WS), yaitu bobot perkalian antara WF dengan
rata-rata tingkat kinerja atau mean satisfaction score (MSS).
WS = MSS x WF

Menghitung weighted average total (WAT) dengan menjumlahkan seluruh
weighted score (WS) dari setiap atribut.
30

Kemudian membagi weighted average total (WAT) dengan highest scale
(HS) yang akan menghasilkan nilai Customer satisfaction index (CSI).
Tahap selanjutnya yaitu menentukan skala numerik, Simamora (2005)
menyatakan untuk mencari rentang skala dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
Keterangan:
m = skor tertinggi
n = skor terendah
b = jumlah katagori yang dibuat
Rentang skala yang diperoleh untuk penelitian yang akan dilakukan yaitu 20%,
dengan skor tertinggi 100, skor terendah nol dan katagori yang dibuat berjumlah
lima, betikut perhitungan rentang skala yang dilakukan
Berdasarkan hal tersebut, maka kriteria kepuasan diperoleh sebagai berikut:
0 % - 20 %
= sangat tidak puas
20 % <satisfaction index ≤ 40 %
= tidak puas
40 % <satisfaction index ≤ 60 %
= biasa
60 % <satisfaction index ≤ 80%
= puas
80% <satisfaction index ≤ 100%
= sangat puas
Importance Performance Analysis (IPA)
Rangkuti (2006) menyatakan bahwa Importance Performance Analysis
(IPA) merupakan sebuah metode yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kepentingan konsumen dan kinerja dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan. Dari berbagai persepsi tingkat kepentingan konsumen, peneliti dapat
merumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan. Sehingga diharapkan
dapat menangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya varibel tersebut
dimata pelanggan. Tingkat kepentingan variabel tersebut selanjutnya dapat
dihubungkan dengan kenyataan yang dirasakan oleh pelanggan. Analisis ini akan
menghasilkan diagram yang terbagi menjadi empat kuadran (Gambar 11). Tiap
kuadran memiliki arti yang berbeda yang dapat menjadi informasi bagi
perusahaan dalam merumuskan perencanaan perbaikan produk.
Strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan posisi masing-masing
variabel pada keempat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
 Kuadran 1 (main priority)
Wilayah ini memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh konsumen
tetapi kenyataannya kinerja faktor-faktor tersebut belum sesuai dengan
harapan konsumen. Kinerja dari variabel yang masuk ke dalam kuadran
ini harus ditingkatkan perusahaan agar kepuasan konsumen meningkat.
31
High
I
II
Importance
III
IV
Low
Low
Performance
High
Gambar 11 Diagram Important Performance Analysis (IPA)
Sumber: Rangkuti (2006)



Kuadran II (maintain performance)
Wilayah ini memuat faktor–faktor yang dianggap penting oleh konsumen
dan kinerjanya sudah sesuai dengan harapan konsumen sehingga tingkat
kepuasannya relatif lebih tinggi. Perusahaan harus mempertahankan
variabel yang masuk dalam kuadran ini karena dapat menjadikan produk
tersebut unggul di mata pelanggan.
Kuadran III (low priority)
Wilayah ini memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh
konsumen dan kinerjanya juga tidak terlalu istimewa. Manfaat dari
variabel-variabel ini memiliki pengaruh yang kecil bagi konsumen, walau
demikian perusahaan dapat mempertimbangkan apabila hendak melakukan
perbaikan.
Kuadran IV (over acting)
Wilayah ini memuat faktor-faktor yang kurang penting bagi konsumen dan
kinerjanya dianggap berlebihan. Perusahaan dapat mempertimbangkan
untuk menguranginya sehingga dapat menghemat biaya.
GAMBARAN UMUM
Pasar Tradisional “Pasar Baru Bogor”
Pasar Baru Bogor atau yang lebih dikenal dengan Pasar Bogor oleh
masyarakat merupakan pasar pertama di Kota Bogor. Berlokasi di Jalan Surya
Kencana, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Pada
awalnya Buitenzorg yang merupakan nama kota Bogor terdahulu merupakan
tempat peristirahat Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan para petinggi kolonial,
selain masyarakat Eropa, tidak diizinkan untuk tinggal maupun melakukan
32
kegiatan usaha di kawasan elit tersebut. Namun melihat banyak tersedia lahan
kosong yang belum dimanfaatkan, jenderal pada saat itu, Van der Parra (17611775) membuka kesempatan kepada siapa saja yang ingin menyewa tanah
miliknya, termasuk untuk urusan ekonomi. Sekitar 1770, pasar itu mulai
beroperasi dan menjadi pusat perekonomian bagi seluruh golongan masyarakat.
Pada tahun 1873 terdapat jalur kereta api yang menghubungkan Jakarta
Bogor, hal ini semakin menarik banyak orang untuk berdagang termasuk dari
orang-orang Tionghoa. Pasar ini pun menjadi simbol interaksi antara masyarkat
golongan Pribumi, Tionghoa, dan Arab di kawasan eklusif Buitenzorg. Banyak
pedagang memutuskan untuk tinggal permanen di daerah sekitar Pasar Bogor.
Masyarakat Pribumi tinggal di daerah, Lebak Pasar. Kemudian tumbuh pula
Perkampungan Tionghoa yang terletak di Jalan Suryakencana dan Perkampungan
Arab di daerah Empang. Interaksi yang telah terjalin tersebut membuat ketiga
kelompok masyarakat telah mampu beradaptasi dan menerima keberadaan satu
dengan yang lainnya.
Saat ini Pasar Bogor berada dibawah pengelolaan PD. Pasar Pakuan Jaya.
Terkait dengan digulirkannya kebijakan otonomi daerah, Kota Bogor pun dituntut
untuk mandiri terutama dalam hal pengelolaan keuangan melalui pengotimalan
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu sumber PAD potensial
Kota Bogor yang dimiliki adalah sektor perdagangan dan jasa. Karena itu,
didirikan PD. Pasar Pakuan jaya pada tanggal 7 Juli 2009, berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Bogor Nomor 4 tahun 2009 dan Peraturan Walikota Nomor 27 tahun
2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya
Kota Bogor. Salah satu tujuan dari organisasi ini yaitu meningkatkan pelayanan
kebutuhan sarana dan prasarana pasar yang nyaman, bersih dan teratur.
Berdasarkan data dari PD. Pasar Pakuan Jaya, Pasar Bogor memiliki luas lahan
sebesar 7367 meter persegi yang dibangun berbagai sarana penunjang
didalamnya. Kemudian terdapat 2043 unit kios dan 199 unit los yang menjual
berbagai barang di pasar. Komoditi utama yang dijual meliputi sembako, pakaian
jadi, produk tekstil, buah-buahan, sayur mayur serta daging.
Visi, Misi dan Motto
Sebagai perusahaan pengelola pasar tradisional, PD Pasar Pakuan Jaya
memiliki visi,misi dan motto yang ditujukan kepada pasar yang dikelolanya,
termasuk Pasar Baru Bogor. Visi PD Pakuan Jaya adalah terpercaya, unggul,
nyaman, profesional & modern (trustworthy, quality, convenient, proffesional &
modern). Misi nya yaitu menjadikan pasar tradisional yang dikelola secara
profesional, unggul, berstandar internasional dan sebagai tempat pilihan utama
kegiatan perekonomian masyarakat yang bersih, indah, aman, nyaman,
terjangkau, menguntungkan serta sebagai penggerak perekonomian daerah Kota
Bogor. Kemudian mereka memiliki motto yaitu “Pasar Bersih Belanja Nyaman”.
Struktur Organisasi
Jajaran pengurus pada Pasar Bogor yaitu dipimpin oleh Kepala Pasar
Bapak Iwan Arif Budiman yang membawahi Kepala Tata Usaha. Kemudian
membawahi Kepala Urusan umum dan Kepala Urusan Operasional. Keduanya
membawahi bagian K3 Pelaksana. Gambar 12 menunjukan bagan struktur
organisasi kepengurusan pada Pasar Baru Bogor.
33
Kepala Pasar
Iwan Arif Budiman
Kepala Tata Usaha
Budhi Purnawijaya, SE
Kepala Urusan Umum
Fera Damayanti
Kepala Urusan Operasional
Satria Nugraha
K3 Pelaksana
Gambar 12 Struktur Organisasi Pasar Baru Bogor
Pemasaran Daging Ayam di Pasar Bogor
Produk daging ayam segar di Pasar Bogor dapat di temukan dengan
mudah oleh konsumen baik di dalam bangunan pasar maupun di sekitar bangunan
pasar. Penjual ayam akan menjajakan produknya langsung diatas meja dalam
kiosk,los maupun gerai kaki lima. Jam operasional penjual daging ayam di Pasar
Bogor yaitu sekitar pukul 05.00-14.00 WIB. Beberapa pedagang memperoleh
ayam langsung dari peternak dan melakukan pemotongan ayam sendiri pada dini
hari sebelum dijual ke pasar, adapula pedagang yang memperoleh daging ayam
dalam kondisi sudah dipotong lalu menjualnya di pasar. Produk yang dijual yaitu
mulai dari ayam utuh, variasi bagian –bagian ayam yang dijual terpisah seperti
paha, dada, sayap hingga organ dalam ayam tersedia di pasar Bogor. Fasilitas
yang diberikan penjual yaitu pemotongan bagian ayam. Penetapan harga daging
ayam di Pasar Bogor yaitu berdasarkan harga pasaran dan berdasarkan
kesepakatan antara penjual dan pembeli dari sistem tawar menawar yang terjadi.
Harga jual daging ayam yaitu dalam bentuk per kilogram bobot ayam yang dibeli.
Penjual masih menggunakan timbangan manual dalam pengukuran bobot daging
ayam. Kemasan yang digunakan untuk membungkus daging yaitu kemasan
plastik. Kegiatan periklanan yang dilakukan oleh pihak pasar dikelola oleh PD.
Pasar Pakuan Jaya dalam bentuk penyebaran informasi pasar serta program
hubungan masyarakat. Informasi terkait kegiatan dan harga komoditi di pasar
dipublikasikan pada halaman website resmi yaitu www.pdppjkotabogor.com. PD.
Pakuan Jaya juga menjalin kerjasama dengan pihak radio RRI dalam program
Radio Pasar, Panggung Publik RRI Bogor dan Dialog Interaktif Peran dan
tanggung jawab LPP RRI terhadap pemberdayaan komunitas pasar dalam
mengimbangi informasi publik di Bogor.
Pasar Modern “Giant Botani Square”
Berdirinya Giant diawali dengan toko kecil yang didirikan oleh oleh Teng
Meng Chun (Teng Family) pada tahun 1944 di Sentul Market, Malaysia yang
terus berkembang hingga tahun 1971 menjadi minimarket bernaman “TMC” yaitu
34
Teng Mini Market Center. Pada tahun 1985 Giant pertama kali dibuka di Kelana
Jaya. Kemudian tahun 1988 Giant melakukan aliansi strategis dengan Dairy Farm
International Holdings Limited, sebuah perusahaan ritel raksasa di Asia yang
merupakan bagian dari Grup Jardine Matheson dan kemudian menjadi Giant
Hypermarket.
Giant Hypermarket atau disebut juga Giant Ekstra pertama dibuka di
Indonesia pada 2002, berlokasi di Villa Melati Tangerang Selatan. Giant di
Indonesia ini beroperasi dibawah naungan PT Hero Supermarket Tbk (Hero
Group) yang merupakan pelopor perusahaan ritel terkemuka di Indonesia. Per
Desember 2014, jumlah total toko yang dioperasikan oleh Hero Group adalah
lebih dari 700 toko dengan lebih dari 16 000 karyawan. Detail dari toko-toko
tersebut adalah 129 toko Giant Ekspres, 55 toko Giant Ekstra, 34 toko Hero
Supermarket, 135 toko Starmart, 346 toko Guardian, 2 toko Jason dan 1 gerai
IKEA.
Giant Botani Square pertama kali dibuka yaitu pada 25 Agustus 2006.
Berlokasi di pusat perbelanjaan Botani Square yaitu di Jalan Raya Pajajaran
nomor 69-71, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Giant pada cabang ini
tergolong ke dalam format Hypermarket sehingga disebut sebagai Giant Ekstra.
Giant Ekstra menawarkan berbagai ragam mulai dari produk segar dan makanan
hasil laut juga memasok produk elektronik, perlengkapan rumah, alat-alat
perkakas, hingga perabotan rumah tangga. Jam operasional toko yaitu mulai pukul
10.00-22.00, waktu ini disesuaikan dengan jam operasional pada Botani Square.
Luas area perbelanjaan Giant sekitar 6489 meter persegi yang di dalamnya terbagi
ke dalam empat divisi area yaitu area general merchandises (GMS), grocery, fresh
market, dan service area.
Visi, Misi, Filsafat dan Prinsip Dasar
Sebagai bagian dari Hero Group, Giant Botani Square memiliki visi, misi
serta prinsip dasar yang ditetapkan oleh perusahaan induknya tersebut. Visi nya
yaitu menjadi perintis dalam bidang ritel di Indonesia, kemudian dengan misi
yaitu memberikan manfaat ritel modern kepada konsumen di Indonesia. Hero
Group memiliki tiga filsafat yaitu:
1. Kita selalu mengutamakan service yang terbaik kepada pelanggan.
2. Kita selalu menyediakan produk yang bermutu tinggi sesuai dengan
kebutuhan pelanggan.
3. Kita bersama-sama menciptakan kesatuan manajemen yang sempurna,
sehingga Hero dapat berpartisipasi dalam pembangunan Negara kita.
Mencapai kesejahteraan sesama karyawan dan menuju kemajuan
perusahaan.
Selain itu terdapat enam prinsip dasar dalam menjalani kegiatan bisnisnya, yaitu
sebagai berikut
1. Konsumen adalah alasan keberadaan kita.
2. Inovasi mendorong pertumbuhan kita.
3. Personel kita yang menjadikan kita berbeda.
4. Kerja tim merupakan keunggulan kita.
5. Hasil berkelanjutan memperkuat semua yang kita lakukan.
6. Integritas adalah inti dari cara kita menjalankan bisnis.
35
Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada Giant Botani Square yaitu dipimpin oleh Store
General Manager yaitu Bapak Heru Prasetyo yang membawahi empat manajer
dari divisi utama. Divisi utama tersebut yaitu divisi fresh,grocery, general
merchandises, dan sales assistan/support. Manajer pada keempat divisi tersebut
membawahi kepala bagian dari masing-masing sub divisi yang ada. Jumlah
karyawan tetap pada Giant Botani Square saat ini yaitu 169 orang. Bagan untuk
struktur organisasi pada Giant Botani Square dapat dilihat pada Lampiran 8.
Pemasaran Daging Ayam di Giant Botani Square
Produk daging ayam di Giant Botani Square dapat di temukan pada bagian
makanan segar dalam area Giant. Rak daging ayam memiliki pendingin untuk
menjaga kesegaran daging ayam. Daging ayam yang dikemas dalam wadah
stereofom tertutup plastik dijajarkan pada rak tersebut. Terdapat pula daging ayam
utuh dalam bentuk beku yang dikemas dalam plastik. Variasi daging ayam yang
dijual mulai selain daging ayam utuh yaitu berbagai bagian tertentu seperti dada,
paha, sayap, ceker, daging ayam giling serta organ dalam seperti ati dan ampela.
Pada kemasan tersebut telah tertera harga yang ditetapkan, bobot daging, dan
batas waktu anjuran penggunaan. Fasilitas pemotongan bagian daging ayam juga
tersedia pada area khusus yang berada dekat dengan rak pajang. Daging ayam
yang diperoleh berasal dari pemasok yang diseleksi dan telah memiliki sertifikat
penunjang seperti pemotongan halal dan bebas dari bakteri. Jam operasional dari
Giant yaitu mengikuti Botani Square mulai dari pukul 10.00-22.00 WIB. Kegiatan
promosi yang dilakukan oleh pihak Giant yaitu pemotongan harga dan berbagai
bentuk periklanan mulai dari media cetak berupa katalog produk, pemasangan
spanduk promosi pada ruas jalan hingga media elektronik berupa iklan di televisi
serta website dan facebook fanpage.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Umum Responden
Karakteristik umum responden pada penelitian ini dilihat berdasarkan
jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota
keluarga, tempat tinggal, dan rata-rata pendapatan per bulan. Karakteristik
tersebut dianalisis secara deskriptif serta dilakukan pengujian secara statistik
untuk melihat hubungan pemilihan jenis pasar dengan karakteristik demografi
dalam pembelian daging ayam. Pasar Baru Bogor selanjutnya akan disebutkan
sebagai Pasar Bogor pada bagian pembahasan. Penjelasan secara terperinci dapat
dilihat pada uraian berikut.
Sebaran Responden Berdasarkan Usia
Presentase tertinggi untuk usia responden pada Pasar Bogor yaitu sebesar
28 persen berada pada rentang usia 46-55 tahun. Kelompok usia ini tidak
mendominasi kelompok usia lainnya. Terlihat pada Gambar 13 bahwa pada
kelompok usia 26-35 tahun memiliki presentasi yang tidak jauh berbeda yaitu
36
sebesar 26 persen. Maka dapat diketahui bahwa mayoritas responden daging ayam
ras di Pasar Bogor tergolong dalam usia manusia dewasa. Pada Giant Botani
Square, presentase tertinggi dari usia responden yaitu sebesar 46 persen berada
pada rentang usia 17-25 tahun (Gambar 13). Usia ini tergolong ke dalam usia
dewasa awal.
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
46%
30%
24%
26%
18%
28%
14%
6%
17-25
26-35
36-45
4% 4%
46-55
0% 0%
56-65
>65
Gambar 13 Sebaran responden berdasarkan usia
Secara deskriptif terlihat bahwa terdapat perbedaan sebaran golongan usia
responden pada Pasar Bogor dan Giant Botani Square. Untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua observasi dilakukan pengujian
secara statistik dengan hipotesis sebagai berikut.
H0: Tidak ada perbedaan golongan usia antara pengunjung Pasar Bogor
dan Giant Botani Square.
H1: Terdapat perbedaan golongan usia antara pengunjung Pasar Bogor dan
Giant Botani Square.
Berdasarkan hasil analisis Mann-whitney menggunakan SPSS (Lampiran
6) diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value sebesar 0.001 atau kurang
dari alpha (0.05) maka kesimpulannya yaitu tolak H0. Artinya, terdapat perbedaan
golongan usia antara pengunjung Pasar Bogor dan Giant Botani Square.
Kemudian dilihat dari skor mean rank, nilai yang diperoleh pada Pasar Bogor
yaitu sebesar 59.58 lebih besar dibandingkan dengan nilai pada Giant Botani
Square yaitu 41.42. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan kelompok umur
yang mengunjungi Pasar Bogor adalah golongan usia yang lebih tua. Hasil uji ini
sejalan hasil penelitian Sadino dan Syahbana (2014) yang menyatakan bahwa
semakin tua usia responden, maka mereka akan lebih memilih pasar tradisional
sebagai tempat belanja utama. Hal ini dapat berkaitan dengan suasana tempat
penjualan ayam, kelompok usia muda atau dewasa awal umumnya merasa lebih
nyaman berbelanja di pasar modern. Karena pengetahuan dan pengalaman yang
masih terbatas mengenai produk ayam segar, mereka merasa perlu untuk lebih
leluasa dalam menentukan keputusan pembelian ayam tersebut. Suasana di pasar
modern dirasa lebih cocok dibanding pada pasar tradisional bagi kelompok ini.
Jika dilihat berdasarkan usia, kedua pasar memiliki konsumen yang
tergolong dalam usia dewasa. Hal ini berkaitan dengan jenis produk yang
merupakan bahan baku untuk masakan, sehingga pembelian umumnya akan
dilakukan oleh orang dewasa yang akan mengolahnya menjadi makanan. Maka
dapat dikatakan, bahwa konsumen daging ayam telah dapat memutuskan sendiri
berdasarkan pertimbangan yang matang yang diharapkan akan memenuhi
37
harapannya. Oleh sebab itu, penting bagi pihak penjual daging ayam untuk
memperhatikan keinginan konsumen atas produk yang dijualnya.
Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Mayoritas responden di Pasar Bogor yaitu sebesar 82 persen berstatus
telah menikah. Begitu pula pada responden di Giant Botani Square yaitu sebesar
62 persen menyatakan telah menikah. Perbedaan yang terdapat antara kedua
pasar yaitu proporsi responden yang menikah pada Pasar Bogor lebih tinggi
dibanding Giant Botani Square (Gambar 14).
PASAR BOGOR
82%
GIANT BOTANI SQUARE
62%
18%
Menikah
38%
Belum Menikah
Gambar 14 Sebaran responden berdasarkan status pernikahan
Secara deskriptif terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan antara status
pernikahan dari responden di Pasar Bogor maupun Giant Botani Square.
Selanjutnya untuk melihat apakah terdapat hubungan antara status pernikahan
dengan pemilihan pasar, maka dilakukan uji secara statistik dengan hipotesis
sebagai berikut.
H0: Tidak terdapat hubungan antara status pernikahan dengan pilihan jenis
pasar untuk pembelian daging ayam.
H1: Terdapat hubungan antara status pernikahan dengan pilihan jenis pasar
untuk pembelian daging ayam.
Pada analisis hubungan antara variabel status pernikahan dengan pilihan
jenis pasar yaitu Pasar Bogor dan Giant Botani Square menggunakan SPSS
diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk uji pearson chi-square sebesar 0.026
atau lebih kecil dari alpha (0.05). Maka kesimpulannya Tolak H0, artinya terdapat
hubungan antara status pernikahan dengan pilihan jenis pasar untuk pembelian
daging ayam. Kemudian dilihat dari proporsi pada jawaban responden dapat
dikatakatan bahwa responden dengan status sudah menikah cenderung untuk
mengunjungi Pasar Bogor dalam melakukan pembelian daging ayam, sementara
konsumen yang belum menikah cenderung untuk mengunjungi Giant Botani
Square.
Hal ini dapat disebabkan karena tujuan dalam pembelian produk daging
ayam umumnya untuk dimasak menjadi lauk pauk yang akan memenuhi
kebutuhan keluarga. Selain itu, responden dengan status belum menikah
umumnya memiliki usia yang lebih muda sehingga memiliki keterbatasan
pengalaman berbelanja dalam di pasar tradisional. Berbelanja di pasar tradisional
memerlukan keahlian dalam penilaian kualitas daging ayam dan dalam tawar
menawar harga dengan penjual. Berbeda dengan konsumen yang berstatus
menikah, mereka memiliki pengalaman lebih banyak dalam berbelanja bahan
segar. Hal tersebut tentunya menimbulkan rasa percaya diri lebih tinggi dalam
melakukan pembelian daging ayam di pasar tradisional.
38
Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Presentase tertinggi untuk jenis kelamin pada responden di Pasar Bogor
yaitu sebesar 92 persen adalah perempuan. Hal serupa juga terjadi pada Giant
Botani Square, mayoritas responden yaitu sebesar 80 persen adalah perempuan
(Gambar 15). Hal ini berkaitan dengan jenis produk yaitu daging ayam yang
merupakan produk kebutuhan sehari-hari. Pengambil keputusan untuk pembelian
kebutuhan sehari-hari biasanya dilakukan oleh perempuan, terutama dengan status
ibu rumah tangga.
PASAR BOGOR
8%
GIANT BOTANI SQUARE
92%
80%
20%
Laki-laki
Perempuan
Gambar 15 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
Secara deskriptif terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan antara jenis
kelamin dari responden di Pasar Bogor maupun Giant Botani Square. Selanjutnya
untuk melihat apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan pemilihan
pasar, maka dilakukan uji secara statistik dengan hipotesis sebagai berikut.
H0: Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan pilihan jenis
pasar untuk pembelian daging ayam.
H1: Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan pilihan jenis pasar
untuk pembelian daging ayam.
Hasil analisis hubungan antara variabel jenis kelamin dengan pilihan jenis
pasar yaitu Pasar Bogor dan Giant Botani Square menggunakan SPSS diperoleh
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk uji pearson chi-square sebesar 0.084 atau lebih
besar dari alpha (0.005). Maka kesimpulannya Terima H0 artinya tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin dengan pilihan jenis pasar untuk pembelian daging
ayam. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Sadino dan Syahbana (2014) pada
pasar tradisional dan modern yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
yang siginifikan antara variabel jenis kelamin dengan pilihan ritel oleh konsumen.
Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan responden di Pasar Bogor di dominasi oleh ibu rumah tangga
yaitu sebesar 58 persen. Sedangkan responden di Giant Botani Square didominasi
oleh pegawai swasta yaitu sebesar 42 persen (Gambar 16). Secara deskriptif
terlihat bahwa terdapat perbedaan pekerjaan dari responden pada kedua pasar.
Selanjutnya untuk melihat apakah terdapat hubungan antara pekerjaan dengan
pemilihan pasar, maka dilakukan uji secara statistik dengan hipotesis sebagai
berikut.
H0: Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pilihan jenis pasar
untuk pembelian daging ayam.
H1: Terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pilihan jenis pasar untuk
pembelian daging ayam.
39
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
58%
42%
22%
14%
16%
18%
10% 10%
0%
Pelajar/ Ibu Rumah
Mahasiswa Tangga
PNS
4%
0%
6%
Pegawai Wiraswasta Pensiun
Swasta
Gambar 16 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan
Pada analisis hubungan antara variabel pekerjaan dengan pilihan jenis
pasar yaitu Pasar Bogor dan Giant Botani Square menggunakan SPSS diperoleh
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk uji pearson chi-square sebesar 0.000 atau lebih
kecil dari alpha (0.05). Maka kesimpulannya Tolak H0, artinya terdapat hubungan
antara pekerjaan dengan pilihan jenis pasar untuk pembelian daging ayam.
Kemudian dilihat dari proporsi pada jawaban responden dapat dikatakatan bahwa
responden dengan profesi sebagai ibu rumah tangga cenderung untuk
mengunjungi Pasar Bogor dalam melakukan pembelian daging ayam, sementara
konsumen yang berprofesi sebagai pegawai swasta cenderung untuk mengunjungi
Giant Botani Square.
Perbedaan ini dapat disebabkan oleh ketersediaan waktu dari konsumen
yang berkaitan dengan pekerjaannya. Jam operasional Pasar Bogor yaitu antara
jam 05.00 hingga pukul 14.00 WIB, hal ini tentu tidak memungkinkan bagi
konsumen yang bekerja sebagai pegawai yang ingin melakukan pembelian ayam
di pasar. Oleh karena itu, konsumen yang bekerja akan melakukan pembelian
ayam di Giant Botani Square yang memiliki jam operasional yang dapat
dijangkau oleh mereka yaitu mulai dari pukul 10.00 hingga 22.00 WIB.
Ketersediaan produk daging ayam di pasar tradisional dan pasar modern dengan
perbedaan jam operasional ini dapat saling melengkapi sehingga memberi
keuntungan bagi konsumen berupa kemudahan perolehan daging ayam.
Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan
Gambar 17 menunjukan tingkat pendidikan formal responden pada kedua
pasar. Mayoritas responden di Pasar Bogor yaitu sebesar 56 persen menempuh
pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) sedangkan pada Giant Botani
Square sebesar 38 persen menempuh pendidikan hingga tingkat Diploma.
Pendidikan tertinggi pada responden di Pasar Bogor yaitu hingga tingkat Sarjana
sedangkan untuk Giant yaitu mencapai tingkat pascasarjana. Kemudian
pendidikan terendah pada responden di Pasar Bogor yaitu pada tingkat Sekolah
Dasar (SD) sedangkan pada Giant yaitu pada tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA). Secara umum tingkat pendidikan konsumen di Giant Botani Square lebih
tinggi dibanding konsumen di Pasar Bogor.
40
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
56%
30%
38%
26%
20%
8%
0%
0%
14%
2%
0%
6%
Gambar 17 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
Secara deskriptif terlihat bahwa terdapat perbedaan sebaran tingkat
pendidikan responden pada Pasar Bogor dan Giant Botani Square. Untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua observasi
dilakukan pengujian secara statistik dengan hipotesis sebagai berikut.
H0: Tidak ada perbedaan tingkat pendidikan antara pengunjung Pasar
Bogor dan Giant Botani Square.
H1: Terdapat perbedaan tingkat pendidikan antara pengunjung Pasar Bogor
dan Giant Botani Square.
Berdasarkan hasil analisis Mann-whitney menggunakan SPSS diperoleh
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value sebesar 0.000 atau kurang dari alpha
(0.05) maka kesimpulannya yaitu tolak H0. Artinya, terdapat perbedaan tingkat
pendidikan antara pengunjung Pasar Bogor dan Giant Botani Square. Kemudian
dilihat dari skor mean rank, nilai yang diperoleh pada Pasar Bogor yaitu sebesar
35.86 lebih kecil dibandingkan dengan nilai pada Giant Botani Square yaitu
65.14. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan lebih
tinggi cenderung mengunjungi Giant Botani Square dalam melakukan pembelian
daging ayam. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian penelitian Sadino dan
Syahbana (2014) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan responden
semakin tinggi pula proporsi preferensi utama responden pada retail modern.
Tingkat pendidikan yang diselesaikan konsumen dapat berhubungan
dengan pekerjaan konsumen, sehingga apabila konsumen merupakan seorang
pekerja maka akan berbenja di pasar modern karena waktu yang lebih sesuai.
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seseorang, maka akan
meningkatkan perhatiannya terhadap penilaian kualitas suatu produk terutama
untuk dikonsumsi. Konsumen dengan pendidikan yang lebih tinggi akan
melakukan pencarian informasi lebih dalam untuk mendapatkan produk yang
sesuai dengan harapannya. Berbagai informasi yang didapatkan menghasilkan
pilihan yang akan dievaluasi hingga memutuskan pembelian pada suatu pasar.
Pemasar dapat memanfaatkan karakteristik pendidikan ini sebagai alternatif
dalam strategi pemasaran.
Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga
Persentase tertinggi untuk jumlah keluarga pada responden di Pasar Bogor
yaitu sebesar 56 persen berada pada kelompok 3-4 orang. Begitupun pada
responden di Giant Botani yaitu sebesar 54 persen berada pada golongan dengan
41
jumlah anggota keluarga sebesar 3-4 orang (Gambar 18). Hal ini memperlihatkan
bahwa responden pada kedua pasar hidup di dalam jenis keluarga inti. Artinya,
anggota keluarga yang tinggal dalam rumah terdiri dari suami, istri dan anak saja
tanpa ada anggota dari keluarga besar lainnya.
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
56% 54%
34%
26%
20%
10%
1-2 orang
3-4 orang
5-6 orang
Gambar 18 Sebaran responden berdasarkan jumlah keluarga
Secara deskriptif dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
jumlah anggota keluarga pada responden di Pasar Bogor dan Giant Botani Square.
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada kedua observasi secara
statistik maka dilakukan pengujian dengan hipotesis sebagai berikut.
H0: Tidak ada perbedaan jumlah anggota keluarga antara pengunjung
Pasar Bogor dan Giant Botani Square.
H1: Terdapat perbedaan jumlah anggota keluarga antara pengunjung Pasar
Bogor dan Giant Botani Square.
Berdasarkan hasil analisis Mann-whitney menggunakan SPSS diperoleh
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value sebesar 0.026 atau kurang dari alpha
(0.05) maka kesimpulannya yaitu tolak H0. Artinya, terdapat perbedaan jumlah
anggota keluarga antara pengunjung Pasar Bogor dan Giant Botani Square.
Kemudian di lihat dari skor Mean Rank , nilai skor pada Pasar Bogor sebesar
56.29 lebih besar dari skor Giant Botani Square yaitu 44.71. Hal ini menunjukkan
bahwa kecenderungan responden yang mengunjungi Pasar Bogor adalah
responden yang memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih banyak. Sedangkan
pada Giant Botani Square, responden cenderung memiliki anggota keluarga yang
lebih sedikit.
Ukuran keluarga akan berpengaruh terhadap proses pembelian yang
dilakukan konsumen. Konsumen dengan ukuran keluarga yang kecil cenderung
akan lebih memperhatikan kualitas dari produk yang dibelinya. Oleh karena itu,
pemasar harus menjaga kualitas dari produk daging ayam segar yang dijualnya.
Sebaran Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
Persentase tertinggi responden pada Pasar Bogor untuk tempat tinggal
yaitu sebesar 34 persen berada di Kecamatan Bogor Tengah. Begitu juga pada
responden di Giant Botani Square yaitu sebesar 32 persen bertempat tinggal di
Kecamatan Bogor Tengah (Gambar 19). Kedua pasar tersebut memang terletak di
dalam wilayah Kecamatan Bogor Tengah. Pembelian bahan kebutuhan sehari-hari
seperti daging ayam biasanya akan dilakukan secara rutin, sehingga jarak dari
rumah ke toko menjadi salah satu hal yang akan dipertimbangkan konsumen.
42
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
34%
32%
24%
10%
4%
Bogor
Selatan
10%
Bogor
Tengah
Bogor
Timur
24%
10%
4%
Bogor
Barat
16%
12%
12%
4% 4%
Bogor
Utara
Tanah
Sareal
Kabupaten
Bogor
Gambar 19 Sebaran responden berdasarkan tempat tinggal
Secara deskriptif dapat dikatakan bahawa kedua responden mayoritas
bertempat tinggal di wilayah Bogor Tengah. Selanjutnya untuk melihat apakah
terdapat hubungan antara tempat tinggal dengan pemilihan pasar, maka dilakukan
uji secara statistik dengan hipotesis sebagai berikut.
H0: Tidak terdapat hubungan antara tempat tinggal dengan pilihan jenis
pasar untuk pembelian daging ayam.
H1: Terdapat hubungan antara tempat tinggal dengan pilihan jenis pasar
untuk pembelian daging ayam.
Hasil analisis hubungan antara variabel tempat tinggal dengan pilihan
jenis pasar yaitu Pasar Bogor dan Giant Botani Square menggunakan SPSS
diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk uji pearson chi-square sebesar 0.255
atau lebih besar dari alpha (0.05). Maka kesimpulannya Terima H0, artinya tidak
terdapat hubungan antara tempat tinggal dengan pilihan jenis pasar untuk
pembelian daging ayam.
Hal ini dapat terlihat dari Gambar 19 bahwa konsumen di kedua pasar
berasal dari berbagai wilayah baik dari Kota Bogor maupun Kabupaten Bogor.
Salah satu alasan konsumen yang memiliki tempat tinggal jauh dari Pasar Bogor
namun melakukan pembelian di sana yaitu karena sudah menjadi langganan dari
toko tersebut karena kualitas dari produk sudah terpercaya. Bagi konsumen yang
berbelanja di Giant Botani Square namun bertempat tinggal di luar Kota Bogor
menyatakan bahwa kegiatan berbelanja ini dilakukan sekalian untuk
menghabiskan waktu bersama keluarga di akhir pekan, berhubungan dengan
lokasi Giant yang berada di dalam pusat perbelanjaan Botani Square. Alasan lain
yang dikemukakan responden dari luar Kota Bogor yaitu lokasi Giant Botani
Square berdekatan dengan kantor sehingga mereka dapat melakukan pembelian
sepulang dari kantor.
Sebaran Responden Berdasarkan Rata-Rata Pendapatan Per Bulan
Produk yang dibeli biasanya akan berhubungan dengan penghasilan yang
dimiliki rumah tangga tersebut. Persentase tertinggi dari rata-rata pendapatan
responden pada Pasar Bogor dan Giant Botani Square berada pada rentang yang
sama yaitu Rp 1500 000-Rp 2500 000 per bulan (Gambar 20). Secara deskriptif
terlihat bahwa tidak ada perbedaan antara tingkat pendapatan responden di Pasar
Bogor maupun Giant Botani Square. Untuk mengetahui apakah terdapat
43
perbedaan pada kedua observasi secara statistik maka dilakukan pengujian dengan
hipotesis sebagai berikut.
H0: Tidak ada perbedaan rata-rata pendapatan per bulan antara pengunjung
Pasar Bogor dan Giant Botani Square.
H1: Terdapat perbedaan rata-rata pendapatan per bulan antara pengunjung
Pasar Bogor dan Giant Botani Square.
Berdasarkan hasil analisis Mann-whitney menggunakan SPSS diperoleh
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value sebesar 0.161 atau lebih dari alpha (0.05)
maka kesimpulannya yaitu terima H0. Artinya, tidak terdapat perbedaan rata-rata
pendapatan per bulan antara pengunjung Pasar Bogor dan Giant Botani Square.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Sadino dan Syahbana (2014) yang
menyatakan bahwa pendapatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
pilihan utama jenis ritel.
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
26%
24% 24%
10%
10%8%
22%
20%
16% 14%
8%
8% 8%
2%
Gambar 20 Sebaran responden berdasarkan rata-rata pendapatan per bulan
Kemudian pada Gambar 20 menunjukan bahwa terdapat persentase
responden di setiap rentang nilai rata-rata pendapatan per bulan dari yang
terendah hingga tertinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa konsumen daging
ayam ras berasal dari berbagai kalangan mulai dari yang berpendapatan rendah
hingga tinggi. Beberapa responden menyatakan bahwa daging ayam ras
merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang
memiliki harga cukup terjangkau dibanding dengan jenis daging lain seperti
daging sapi. Selain itu, daging ayam memiliki rasa yang sesuai dengan selera
konsumen sehingga menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan protein
hewani sehari-hari. Karena itu, pemasar dapat memanfaatkan peluang dari kondisi
ini dengan menyediakan produk daging ayam segar setiap saat.
Segmentasi, Penetapan Target dan Penempatan Posisi Produk Berdasarkan
Karakteristik Umum Responden
Berdasarkan pembahasan mengenai karakteristik umum responden yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal terkait segmentasi pasar,
penetapan taget pasar dan positioning pasar. Segmentasi pasar yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu secara geografis dan demografis. Secara geografis
berdasakan tempat tinggal responden, kemudian secara demografis yaitu
berdasarkan usia, status pernikahan, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, ukuran
keluarga dan rata-rata pendapatan per bulan responden. Kemudian berdasarkan
44
dari hasil penyebaran kuesioner dan pembahasan yang telah dilakukan dijadikan
sebagai informasi dalam penentuan target pasar yang akan dilayani oleh masingmasing pemasar.
Secara geografis, baik Pasar Bogor maupun Giant Botani Square samasama memiliki pasar sasaran yaitu masyarakat wilayah Kota Bogor khususnya
yang bertempat tinggal di kecamatan Bogor Tengah. Hal ini karena terkait lokasi
kedua pasar yang juga berada di wilayah kecamatan Bogor Tengah. Berdasarkan
usia, terdapat perbedaan antara target pasar di Pasar Bogor dan Giant Botani
Square. Target pasar untuk Pasar Bogor berusia sekitar 36-55 tahun sedangkan
target pasar pada Giant Botani Square berusia lebih muda yaitu sekitar 26-45
tahun. Berdasarkan status pernikahan, kedua pasar memiliki target pasar yang
sama yaitu konsumen dengan status telah menikah. Berdasarkan jenis kelamin,
kedua pasar juga memiliki target pasar yang sama yaitu perempuan. Hal ini terkait
dengan jenis produk yang merupakan produk segar dan produk sehari-hari yang
pada umumnya keputusan pembelian dilakukan oleh perempuan yang sudah
menikah.
Berdasarkan jenis pekerjaan, target pasar pada Pasar Bogor yaitu ibu
rumah tangga berbeda dengan Giant Botani Square yaitu yang berprofesi pegawai.
Perbedaan ini didasari oleh jam operasional dari masing-masing pasar. Konsumen
yang berprofesi sebagai pegawai tidak dapat mengunjungi pasar karena ia bekerja,
maka dari itu Giant dapat mengakomodir kebutuhan berbelanja bagi pegawai
dengan jam buka yang lebih panjang. Berdasarkan tingkat pendidikan, target pasar
pada Pasar Bogor yaitu konsumen yang menempuh pendidikan hingga tingkat
SMA, sedangkan pada Giant Botani Square yaitu konsumen yang menempuh
pendidikan hingga tingkat Diploma. Tingkat pendidikan dapat berpengaruh
terhadap pekerjaan yang dijalani seseorang. Maka terdapat kemungkinan bahwa
konsumen di Giant memiliki keterbatasan waktu untuk berbelanja di pasar karena
bekerja sebagai pegawai.
Berdasarkan ukuran keluarga target pasar pada Pasar Bogor yaitu
konsumen dengan jumlah anggota keluarga 5-6 orang berbeda dengan Giant
Botani Square yang lebih kecil yaitu dengan jumlah anggota keluarga 3-4 orang.
Ukuran keluarga dapat berpengaruh terhadap kuantitas pembelian produk, maka
bagi penjual di Pasar Bogor harus dapat menyediakan produk dengan jumlah yang
cukup bagi konsumen. Berdasarkan rata-rata pendapatan per bulan tidak terdapat
perbedaan target pasar pada Pasar Bogor dan Giant Botani Square, mayoritas ratarata pendapatan responden pada kedua pasar berada pada rentang yang sama yaitu
Rp 1500 000-Rp 2500 000 per bulan.
Penempatan posisi produk pada kedua pasar memiliki perbedaan karena
terdapat perbedaan pula pada karakter dari pasar masing-masing. Pasar Bogor
dibenak konsumen menjadi pusat perbelanjaan tradisional yang menyediakan
daging ayam dengan banyak penjual dan sistem tawar menawar dalam penetapan
harga. Sedangkan Giant Botani Square dibenak konsumen menjadi suatu pusat
perbelanjaan modern yang menjual daging ayam yang telah dikemas dengan
bobot dan harga yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan.
45
Analisis Proses Keputusan Pembelian Daging Ayam di Pasar Baru Bogor
dan Giant Botani Square
Pengenalan Kebutuhan
Proses keputusan pembelian dimulai ketika konsumen mengenali adanya
kebutuhan, yaitu ketidaksesuaian antara keadaan yang diinginkan oleh konsumen
dan situasi aktual. Gambar 21 menunjukan bahwa sebagian besar responden pada
Pasar Bogor yaitu 56 persen menyatakan bahwa pembelian daging ayam
dilakukan dengan tujuan sebagai pelengkap lauk pauk. Berbeda dengan responden
pada Giant Botani Square yang sebagian besar menjawab bahwa pembelian
daging ayam dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi sumber protein bagi
tubuh.
Perbedaan manfaat yang dicari pada kedua pasar ini dapat disebabkan oleh
perbedaan karakteristik dari respoden. Pada pembahasan mengenai karakteristik
responden, diketahui bahwa tingkat pendidikan responden di Giant Botani Square
berada pada jenjang yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden di Pasar
Bogor. Tingkat pendidikan mungkin akan mempengaruhi pola pikir konsumen
dalam tujuan pembelian suatu produk yang sama.
PASAR BOGOR
56%
40%
Pelengkap menu
lauk pauk
GIANT BOTANI SQUARE
44%
60%
Sumber protein
bagi tubuh
Gambar 21 Manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi daging ayam
Implikasi bauran pemasaran yang dapat diterapkan di Pasar Bogor
berdasarkan informasi ini berkaitan dengan bauran distribusi. Pedagang dipasar
harus mampu menjamin ketersediaan daging ayam untuk memenuhi kebutuhan
harian masyarakat. Sedangkan untuk di Giant, implikasi yang bauran pemasaran
yang dapat diterapkan beraitan dengan bauran produk. Pihak Giant sebaiknya
memberikan informasi kandungan gizi di area penjualan atau pada label produk
sehingga konsumen mengetahui bahwa dalam daging ayam mengandung nilai
protein yang tinggi sehingga dapat menjadi sumber pemenuhan kebutuhan protein
bagi tubuh. Informasi waktu “best before” atau “gunakan sebelum” juga penting
dicantumkan dengan jelas pada label kemasan yang merupakan batasan suatu
produk masih dijamin kualitasnya. Kualitas dan kandungan nutrisinya dapat turun
setelah tanggal tersebut terlewati, namun belum tentu membahayakan kesehatan
selama kemasannya masih utuh.
Alasan utama responden pada Pasar Bogor dalam mengkonsumsi daging
ayam dibanding dengan daging lain dengan persentase 38 persen yaitu karena
sesuai dengan selera (Gambar 22). Pada Giant Botani Square, mayoritas
responden yaitu sebesar 42 persen menyatakan alasan pemilihan daging ayam
dibanding daging lain yaitu karena lebih mudah diolah.
46
PASAR BOGOR
42%
GIANT BOTANI SQUARE
38%
30%
28%
20%
16%
4% 0%
Mudah
diolah
Sesuia
dengan
selera
Kandungan
Harga
gizi
terjangkau
14%
8%
Mudah
diperoleh
Gambar 22 Alasan utama responden dalam mengkonsumsi daging ayam
Hal ini memperlihatkan keunggulan daging ayam yang dirasakan
konsumen dibanding dengan daging lainnya. Engel et al. (1995) menyatakan
bahwa pemasar tidak dapat “menciptakan” kebutuhan di pasar. Pengaruh mereka
dibatasi pada pengaktifan kebutuhan yang sudah ada di dalam diri konsumen. Hal
ini berkaitan dengan strategi promosi pada bauran pemasaran. Implikasi bauran
pemasaran yang dapat diterapkan oleh pihak Giant berdasarkan informasi ini yaitu
dengan memberikan resep-resep sederhana untuk olahan ayam pada katalog dan
media promosi lain maupun di area dalam toko untuk meyakinkan konsumen akan
kemudahan pengolahan daging ayam sehingga diharapkan dapat merangsang
kesadaran akan kebutuhannya dan dapat berpengaruh pada pembelian daging
ayam.
Pencarian Informasi
Setelah pengenalan kebutuhan terjadi, konsumen mungkin akan terlibat
dalam tahap pencarian informasi. Pencarian ini dapat bersifat internal maupun
eksternal. Berdasarkan hasil penelitian, persentase tertinggi untuk media yang
digunakan sebagai sumber informasi pada responden di kedua pasar yaitu
diperoleh dari ingatan diri sendiri (Gambar 23).
Hal ini menunjukan bahwa pencarian informasi konsumen daging ayam
dilakukan bersifat internal. Jika percarian internal mampu mengungkapkan
informasi yang cukup untuk memberikan arah tindakan yang memuaskan, maka
pencarian eksternal tidak diperlukan. Pencarian informasi juga berkaitan dengan
jenis produk yang dibeli. Produk daging ayam merupakan produk kebutuhan
sehari-hari, sehingga umumnya konsumen melakukan pembelian secara rutin
yang akan mempersingkat tahapan pencarian informasi pada konsumen. Karena
itu, implikasi bauran pemasaran yang dapat diterapkan berdasarkan informasi ini
yaitu bauran promosi. Kedua pasar dapat melakukan pertimbangan untuk
menghemat biaya kegiatan promosi yang berbentuk periklanan karena bukan
menjadi sumber informasi bagi konsumen sehingga pengaruhnya yang relatif
rendah.
Urutan kedua untuk media yang digunakan sebagai sumber informasi pada
Giant Botani Square yaitu sebesar 24 persen berasal dari keluarga. Artinya,
apabila konsumen memiliki keterbatasan informasi terkait produk maka
konsumen akan mempercayai referensi dari keluarga yang telah berpengalaman.
47
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
42%
28%
24%
22%
20%
12% 10%
8%
10%
0%
12%
0%
8%
2%
0%
2%
Gambar 23 Media yang digunakan sebagai sumber informasi
Hal ini menggambarkan peranan keluarga sebagai pemberi pengaruh
(influencer) dalam proses keputusan pembelian.. Karena itu, pemasar harus dapat
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk. Implikasi pemasaran yang
dapat diterapkan berdasarkan informasi ini yaitu terkait bauran promosi. Dalam
merancang materi promosi, pihak Giant sebaiknya menghindari pernyataan yang
berlebihan atau tidak sesuai dengan kondisi produk yang sebenernya agar tidak
menimbulkan ekspektasi yang terlalu tinggi dalam benak konsumen yang dapat
menyebabkan ketidakpuasan konsumen. Apabila konsumen merasa tidak puas
maka informasi yang akan disebarkan kepada keluarganya berupa hal yang negatif
yang dapat merugikan perusahaan.
Sedangkan Pada Pasar Bogor urutan kedua dari media yang digunakan
sebagai sumber informasi yaitu sebesar 20 persen berasal dari penjual. Implikasi
pemasaran yang dapat diterapkan berdasarkan informasi ini yaitu terkaitt baurann
promosi. Para penjual di pasar dapat melakukan kegiatan promosi dalam bentuk
personal selling. Artinya, penjual melakukan penyampaian informasi terkait
produk yang dapat menarik minat pembelian secara langsung dengan bertatap
muka oleh pembeli. Hal ini sesuai dengan sistem transaksi jual beli di pasar
tradisional yang melibatkan komunikasi langsung antar penjual dengan pembeli.
Dengan cara ini, kegiatan promosi akan menjadi lebih fleksibel karena pesan yang
disampaikan akan berbeda disesuaikan dengan persepsi konsumen masing-masing
sehingga diharapkan informasi tersebut akan sesuai dengan kebutuhannya.
Gambar 24 menunjukan presentase tertinggi untuk hal yang menjadi fokus
perhatian dalam pencarian informasi pada responden di Pasar Bogor maupun
Giant Botani Square yaitu pada aspek harga. Hal ini memperlihatkan bahwa harga
merupakan aspek yang dianggap penting oleh konsumen dalam pembelian daging
ayam. Banyaknya penjual daging ayam yang mudah ditemukan dapat menjadi
pemicu terjadinya persaingan harga, sehingga konsumen memiliki peluang untuk
memanfaatkan kondisi tersebut. Implikasi pemasaran yang dapat diterapkan
berdasarkan informasi ini yaitu terkait dengan bauran harga. Baik Pasar Bogor
maupun Giant Botani Square harus dapat menjaga kekompetitifan harga dengan
menerapkan harga jual sesuai dengan pasaran yang berlaku.
48
PASAR BOGOR
50%
GIANT BOTANI SQUARE
46%
38%
20%
18%
12%
16%
0%
Atribut
produk
Harga
Promosi
Lokasi
Gambar 24 Fokus perhatian responden dalam pencarian informasi
Pihak Giant juga dapat melakukan penetapan harga dengan teknik harga
psikologis dalam pencantuman informasi yang biasanya berupa harga yang
bernilai ganjil dengan nominal berada sedikit dibawah dari harga yang telah
ditentukan sehingga diharapkan dalam benak konsumen akan timbul perasaan
bahwa harga tersebut lebih murah.
Urutan kedua yang menjadi fokus perhatian konsumen dalam pencarian
informasi di kedua pasar yaitu atribut produk. Berkaitan dengan sifat produk yang
mudah rusak, selain dari harga konsumen juga memperhatikan kesegaran dan
kualitas produk. Karena itu, implikasi pemasaran yang dapat diterapkan
berdasarkan informasi ini yaitu kedua pasar harus dapat menyediakan produk
dengan kualitas yang terjamin kesegarannya.
Evaluasi Alternatif
Setelah mengumpulkan berbagai informasi yang dimiliki, konsumen akan
masuk ke dalam tahap evaluasi alternatif. Pada tahapan ini, terjadi proses ketika
suatu pilihan dievaluasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Presentase
tertinggi dari responden pada Pasar Bogor yaitu sebesar 28 persen mengenai
pertimbangan utama dalam pembelian daging ayam yaitu atribut warna daging
ayam (Gambar 25). Beberapa responden menyatakan bahwa warna daging ayam
merupakan hal yang paling mudah terlihat pada produk. Warna ayam menjadi
salah satu ciri yang digunakan untuk menilai kesegaran daging ayam. Karena itu,
implikasi bauran pemasaran yang dapat diterapkan berdasarkan informasi ini yaitu
terkait dengan bauran produk. Pedagang sebaiknya menjaga suhu yang rendah
pada daging ayam agar kesegaran terjaga dan tidak membusuk. Pedagang
sebaiknya memiliki freezer untuk menyimpan daging ayam, atau dapat
menyebarkan es batu di sekitar daging ayam untuk mencegah pembusukan pada
daging ayam.
Mayoritas responden pada Giant Botani Square yaitu sebesar 26 persen
menyatakan bahwa pertimbangan utama mereka dalam pembelian daging ayam
yaitu pada kebersihan daging (Gambar 25). Responden menyatakan bahwa
kebersihan daging ayam berkaitan dengan kualitas dari daging ayam tersebut.
Implikasi bauran pemasaran yang dapat diterapkan berdasarkan informasi ini
yaitu terkait bauran produk. Pihak giant harus melakukan pengecekan terhadap
daging ayam ketika datang dari pemasok dan memastikannya bersih dari
kontaminasi kotoran, sisa bulu ayam maupun darah ayam.
49
PASAR BOGOR
28%
20%
16%
GIANT BOTANI SQUARE
26% 26%
20%
26%
14%
12%
0%
4%
0%
6%
0%
0%
2%
Gambar 25 Pertimbangan utama dalam pembelian daging ayam
Selain itu, kebersihan karyawan bagian pelayanan jasa pemotongan daging
ayam juga harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi kebersihan daging
ayam pada proses pemotongan bagian ayam utuh, karyawan harus selalu
menggunakan pakaian sesuai standar yaitu topi, masker, dan sarung tangan serta
menjaga kebersihan pisau serta alas pemotongan daging ayam.
Pembelian
Pembelian merupakan kegiatan transaksi yang dilakukan konsumen
terhadap pemasar yang ia pilih setelah melalui berbagai evaluasi. Engel at al.
(1995) menyatakan bahwa pembelian merupakan fungsi dari dua faktor yaitu niat
pembelian dan pengaruh ingkungan dan/atau perbedaan individual. Berdasarkan
hasil penelitian, mayoritas reponden pada Pasar Bogor yaitu sebesar 52 persen
menyatakan bahwa pembelian dilakukan secara terencana (Gambar 26).
Mayoritas responden pada Giant Botani Square yaitu sebesar 40 persen juga
menyatakan bahwa pembelian daging ayam dilakukan secara terencana. Artinya,
konsumen sudah merencanakan niat pembelian dari rumah walapun mungkin
persediaan daging ayam masih ada. Implikasi bauran pemasaran yang dapat
diterapkan berdasarkan informasi ini yaitu terkait bauran distribusi. Kedua pasar
harus dapat mengelola hubungan dengan saluran distribusinya agar dapat
menjamin ketersediaan produk daging ayam setiap saat. Sehingga dapat
memenuhi kebutuhan konsumen. Kemudian terdapat perbedaan pada peringkat
kedua jawaban responden di kedua pasar. Sebanyak 30 persen responden pada
Pasar Bogor menyatakan bahwa pembelian dilakukan tergantung dari situasi stok
daging ayam yang dimilikinya, apabila stok sudah habis maka baru akan terjadi
pembelian. Sedangkan pada responden di Giant Botani Square sebanyak 36
persen menyatakan bahwa niat pembelian terjadi mendadak atau dirasakan ketika
melihat produk daging ayam di toko. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat
pengaruh dari lingkungan dalam toko yang menyebabkan timbul niat pembelian
dari konsumen. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh pihak Giant terkait dengan
implikasi pada bauran promosi. Penyampaian informasi mengenai produk maupun
promosi di dalam toko dapat mengaktifkan niat pembelian dari konsumen.
50
PASAR BOGOR
52%
GIANT BOTANI SQUARE
40%
30% 24%
Terncana
Tergantung
situasi
36%
18%
Mendadak
Gambar 26 Proses pembelian daging ayam
Terkait dengan bagian daging ayam yang biasa dibeli oleh konsumen,
mayoritas responden pada Pasar Bogor dan Giant Botani Square menyatakan
bahwa ayam utuh menjadi pilihan yang paling digemari konsumen (Gambar 27).
Implikasi bauran pemasaran yang dapat diterapkan berdasarkan informasi ini
yaitu terkait bauran produk. Kedua pasar sebaiknya menetapkan jumlah
persediaan dari produk ayam utuh agar lebih besar dibanding bagian lainnya.
Ketersediaan variasi bagian ayam juga penting diperhatikan karena terdapat
konsumen yang melakukan bagian ayam lainnya. Kelengkapan variasi daging
ayam pada sebuah toko menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kepuasan konsumen.
PASAR BOGOR
70%
GIANT BOTANI SQUARE
56%
Ayam utuh
24%
10%
16% 16%
Bagian
dada
Bagian
paha
4% 4%
Bagian
sayap
Gambar 27 Bagian daging ayam yang biasa dibeli
Terdapat perbedaan waktu pembelian daging ayam mayoritas pada
responden di kedua pasar. Sebagian besar responden pada pasar bogor yaitu
sebesar 42 persen menyatakan lebih sering melakukan pembelian daging ayam
pada hari kerja. Berbeda dengan responden pada Giant Botani Square yaitu
sebesar 56 persen menyatakan bahwa pembelian daging ayam biasanya dilakukan
pada hari libur (Gambar 28).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, beberapa responden pada Giant
Botani Square melakukan pembelian tidak sendiri melainkan ditemani dengan
keluarga mereka. Hal ini memperlihatkan bahwa kegiatan pembelian yang
dilakukan menjadi salah satu kegiatan menghabiskan waktu bersama keluarga,
sehingga dilakukan pada hari libur. Sedangkan pada Pasar Bogor, sebagian besar
responden melakukan pembelian ayam sendiri. Kegiatan pembelian daging ayam
rutin dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.
51
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
56%
46%
32%
22%
14%
Hari kerja
Hari libur
30%
Tidak Menentu
Gambar 28 Waktu pembelian daging ayam
Implikasi bauran pemasaran yang dapat diterapkan yaitu terkait bauran
distribusi. Pihak Giant sebaiknya pada hari libur menyediakan stok daging ayam
yang lebih besar dibandingkan pada hari kerja agar dapat memenuhi kebutuhan
konsumen. Berbeda dengan pedagang di Pasar Bogor, persediaan daging ayam di
hari kerja sebaiknya lebih besar dibanding persediaan di hari libur.
Hampir seluruh responden di Pasar Bogor yaitu sebesar 94 persen
menyatakan bahwa mereka terbiasa melakukan pembelian daging ayam di pasar
tradisional yaitu Pasar Bogor ini. Sejalan dengan responden di Giant Botani
Square yaitu sebesar 90 persen menyatakan bahwa pembelian daging ayam biasa
dilakukan di pasar modern yaitu Giant Botani Square (Gambar 29). Hal ini
memperlihatkan bahwa konsumen daging ayam melakukan pembelian ulang pada
toko yang mereka pilih. Sehingga masing-masing pasar harus mempertahankan
konsumen ini karena merupakan pelanggan dari toko mereka.
PASAR BOGOR
94%
10%
Pasar modern
GIANT BOTANI SQUARE
90%
6%
Pasar tradisional
Gambar 29 Lokasi pembelian daging ayam
Pada Gambar 29 juga memperlihatkan bahwa terdapat sebagian kecil
responden pada Pasar Bogor yaitu sebesar 10 persen menyatakan bahwa mereka
biasa melakukan pembelian di pasar modern. Hal yang sama juga terjadi pada
Giant Botani Square, terdapat 6 persen responden yang terbiasa melakukan
pembelian di pasar tradisional. Artinya, terdapat konsumen yang melakukan
pembelian diluar lokasi yang menjadi kebiasaan mereka. Mencari produk yang
paling sesuai dengan harapan konsumen merupakan alasan mereka melakukan
pembelian ke beberapa lokasi. Evaluasi kinerja dari atribut produk dapat
membantu pemasar untuk mengetahui atribut yang memiliki nilai rendah dan
berpotensi menyebabkan ketidakpuasan konsumen.
Terkait dengan permilihan lokasi pembelian, Gambar 30 memperlihatkan
bahwa mayoritas responden pada Pasar Bogor sebesar 34 persen menyatakan
bahwa kualitas produk merupakan alasan utama yang menjadi pertimbangan
responden dalam pemilihan lokasi belanja. Implikasi bauran pemasaran yang
dapat diterapkan berdasarkan informasi ini yaitu dengan menyediakan produk
52
daging ayam yang selalu segar, menjaga kebersihan daging ayam dan area
penjualan agar kualitas daging ayam terjaga.
Berbeda dengan responden di Giant Botani Square yaitu sebesar 50
persen menyatakan bahwa kenyamanan tempat berbelanja merupakan hal yang
menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi berbelanja. Implikasi bauran
pemasaran yang dapat diterapkan berdasarkan informasi ini yaitu terkait bauran
tempat atau distribusi. Pihak Giant sebaiknya memperthatikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kenyamanan tempat berbelanja yaitu mulai dari suhu
ruangan, penerangan pada toko, pemilihan musik pada area toko, kebersihan area
toko, tata letak, rak pajang hingga kenyamanan di area pembayaran terkait antrean
dan pilihan dalam pembayaran.
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
50%
34%
18%
24%
20%
6%
4%
Dekat
dengan
rumah
20%
18%
Kenyamanan
tempat
belanja
Kualitas
produk
Sekalian
membeli
produk lain
6%
Harga yang
lebih murah
Gambar 30 Pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi pembelian
Mayoritas responden pada Pasar Bogor dan Giant Botani Square
menyatakan bahwa kuantitas pembelian daging ayam yang biasa dilakukan dalam
satu kali kunjungan yaitu antara 1-2 kilogram (Gambar 31). Konsumen
menyatakan bahwa pembelian bahan segar seperti daging ayam dilakukan sesuai
kebutuhan, hal ini berkaitan dengan sifat produk yang mudah rusak. Implikasi
bauran pemasaran yang dapat diterapkan berdasarkan informasi ini yaitu terkait
bauran distribusi. Kedua pasar harus dapat meramalkan jumlah rata-rata penjualan
sehingga dapat mengelola jadwal pemesanan daging ayam kepada pemasok agar
dapat menjual produk yang selalu segar.
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
54% 50%
38%
0%
40%
8% 2%
8%
< 1 kg
1 kg
1-2kg
> 2 kg
Gambar 31 Kuantitas pembelian daging ayam
Mayoritas responden Pasar Bogor yaitu sebesar 50 persen menyatakan
bahwa frekuensi pembelian daging ayam pada responden di Pasar Bogor yaitu 2-3
53
hari sekali (Gambar 32). Berbeda dengan mayoritas responden pada Giant Botani
Square yang menyatakan bahwa frekuensi pembelian ayam dilakukan seminggu
sekali. Responden pada Pasar Bogor menyatakan bahwa kegiatan berbelanja di
pasar rutin dilakukan setiap dua hari sekali karena memiliki waktu luang untuk
berbelanja. Perbedaan ini dapat terkait dengan pekerjaan dari responden pada
kedua pasar sehingga berpengaruh pada ketersediaan waktu yang dimilikinya.
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
56%
50%
40%
24%
20%
8%
2% 0%
Setiap hari
2-3 hari
Seminggu
sekali
Sebulan
sekali
Gambar 32 Frekuensi pembelian daging ayam
Terkait dengan ketersediaan produk, mayoritas responden pada Pasar
Bogor yaitu sebesar 54 persen menyatakan bahwa apabila produk yang diinginkan
tidak tersedia maka mereka akan mencari produk tersebut ke tempat lain (Gambar
33). Untuk menghindari peralihan konsumen ke tempat lain, implikasi pemasaran
yang dapat diterapkan berdasarkan informasi ini yaitu terkait bauran distribusi.
PASAR BOGOR
44% 46%
GIANT BOTANI SQUARE
54%
42%
2% 12%
Membeli
produk lain
Mencari ke
tempat lain
Tidak
membeli
apapun
Gambar 33 Respon ketika produk tidak tersedia
Pedagang sebaiknya menjalin hubungan ke berbagai pemasok agar
pasokan daging ayam lebih terjamin dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen
setiap saat. Berbeda dengan responden di Giant Botani Square yaitu sebesar 46
persen menyatakan akan melakukan pembelian produk substitusi di toko yang
sama apabila produk yang diinginkan tidak tersedia. Implikasi bauran pemasaran
yang dapat diterapkan berdasarkan informasi ini yaitu terkait bauran produk.
Pihak Giant sebaiknya menyediakan produk subtitusi dari daging ayam segar di
toko seperti nugget ayam yang merupakan produk olahan daging ayam untuk
mengakomodir keinginan konsumen mengkonsumsi daging ayam dan
menghindari timbulnya ketidakpuasan konsumen yang besar.
54
Pasca pembelian
Kepuasan merupakan harapan dari setiap orang yang melakukan pembelian
suatu produk. Konsumen akan melakukan evaluasi hasil pembelian untuk
mengukur kepuasan mereka. Karena itu, pemasaran tidak berhenti begitu
penjualan terjadi. Pada Gambar 34 memperlihatkan bahwa mayoritas responden di
Pasar Bogor dan Giant Botani Square menyatakan perasaan puas setelah
melakukan pembelian daging ayam pada lokasi tersebut. Bahkan sebesar 6 persen
responden di Giant Botani Square menyatakan perasaan sangat puas dalam
melakukan pembelian daging ayam. Meski demikian, pada kedua pasar juga
terdapat responden yang merasa biasa saja dalam melakukan pembelian ayam.
Penilaian konsumen terhadap perasaan kepuasan mereka tentunya didasari dengan
penilaian dari kinerja produk pada masing-masing pasar yang dibandingkan
dengan harapan yang dimiliki konsumen. Implikasi yang dapat diterapkan
berdasarkan informasi ini yaitu kedua pasar sebaiknya melakukan evaluasi secara
rutin terhadap kinerja dari seluruh atribut yang berkaitan dengan produk.
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
80% 82%
20%
0% 6%
Sangat puas
Puas
12%
Biasa saja
Gambar 34 Evaluasi pascapembelian
Sejalan dengan kepuasaan yang dirasakan responden pada kedua pasar,
mayoritas responden di Pasar Bogor dan Giant Botani Square juga menyatakan
bahwa mereka berniat untuk melakukan pembelian ulang daging ayam di masingmasing pasar (Gambar 35). Terdapat pula responden yang menyatakan bahwa
mereka tidak berniat untuk melakukan pembelian ulang daging ayam yaitu
sebesar 4 persen pada Pasar Bogor dan 2 persen pada Giant Botani Square.
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
96% 98%
4%
Ya
2%
Tidak
Gambar 35 Minat melakukan pembelian ulang
Adanya konsumen yang tidak berniat melakukan pembelian ulang dapat
menjadi indikasi dari ketidakpuasan konsumen. Walapun persentasenya tergolong
kecil, apabila tidak diperhatikan dan tidak dilakukan tindakan perbaikan oleh
55
pemasar dapat mengakibatkan kerugian karena ketidakpuasan konsumen tersebut.
Pemasar dapat meningkatkan minat konsumen untuk melakukan pembelian ulang
dengan meningkatkan kinerja dari atribut yang dirasa tidak memuaskan
konsumen.
PASAR BOGOR
GIANT BOTANI SQUARE
94% 98%
6%
Ya
2%
Tidak
Gambar 36 Minat merekomendasikan kepada orang lain
Gambar 36 menunjukan bahwa pada kedua pasar, mayoritas responden akan
memberikan rekomendasi kepada orang lain untuk melakukan pembelian daging
ayam pada lokasi pembelian mereka. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh pemasar
sebagai implikasi bauran promosi secara word of mouth.
PASAR BOGOR
44% 42%
30%
GIANT BOTANI SQUARE
42%
26%
14%
Tetap
membeli
Membeli Mencari ke
produk lain tempat lain
0% 2%
Tidak
melakukan
pembelian
Gambar 37 Respon saat terjadi kenaikan harga
Kemudian Gambar 37 menunjukan bahwa sebagian besar responden pada
Pasar Bogor dan Giant Botani Square menyatakan akan tetap melakukan
pembelian daging ayam apabila terjadi kenaikan harga pada lokasi penjualan
ayam. Hal ini menggambarkan bahwa responden tersebut memiliki loyalitas pada
lokasi berbelanja mereka. Loyalitas tersebut akan tercipta ketika konsumen
merasa puas terhadap keseluruhan kinerja yang diberikan oleh pemasar.
Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan pada proses
keputusan pembelian daging ayam, mayoritas responden pada Pasar Bogor dan
Giant Botani Square menyatakan sikap positif pada evaluasi pasca pembelian.
Namun, terdapat pula sebagian kecil responden yang menyatakan sikap negatif.
Pemasar harus memperhatikan respon negatif tersebut dan melakukan tindakan
perbaikan agar tidak kehilangan konsumen. Konsumen yang loyal karena
kepuasannya merupakan salah satu aset terbesar yang mungkin didapatkan oleh
perusahaan yang dapat disebut sebagai pelanggan. Engel at al. (1995)
mengemukakan bahwa salah satu cara untuk mempertahankan pelanggan yaitu
dengan menganalisis pelanggan yang hilang. Metode yang dapat digunakkan yaitu
Customer Satisfaction Index (CSI) dan Important Performance Anlaysis (IPA).
56
Betikut uraian mengenai kedua analisis tersebut pada kasus di Pasar Bogor dan
Giant Botani Square.
Indeks Kepuasan Konsumen
Hasil perhitungan dari indeks kepuasan konsumen mencerminkan ukuran
tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh melalui penilaian terhadap
kepentingan dan kinerja atribut suatu produk oleh konsumen. Apabila perusahaan
melakukan analisis indeks kepuasan konsumen secara berkelanjutan maka satuan
ukuran yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai pembanding
atas tingkat kepuasan konsumen secara berkala. Penilaian tingkat kepentingan
yang dilakukan konsumen yaitu berdasarkan kriteria yang dimiliki konsumen
sebelum melakukan pembelian produk yang akan dijadikannya standar acuan
dalam menilai kinerja produk tersebut. Setelah konsumen menggunakan produk
yang telah dibeli maka mereka baru dapat menilai tingkat kinerja produk dengan
yang telah diberikan oleh produk tersebut. Selisih antara nilai kepentingan dan
kinerja akan berpengaruh pada kepuasan konsumen. Semakin besar selisih antara
keduanya menggambarkan bahwa konsumen merasa harapannya belum dapat
dipenuhi oleh kinerja yang diberikan produk. Hal ini dapat menyebabkan
ketidakpuasan konsumen.
Tabel 4 memperlihatkan nilai Customer Satisfaction Index (CSI) yang
diperoleh berdasarkan penilaian tingkat kepentingan dan kinerja atribut daging
ayam di Pasar Bogor yaitu sebesar 74.42 persen. Nilai ini tergolong ke dalam
katagori puas karena berada pada rentang 60 persen hingga 80 persen.
Tabel 4 Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) Pasar Baru Bogor
Rata-rata
Weighting
Rata-rata
Weighted
No
Atribut
Kepentingan
Factor
Kinerja
Score
1 Tekstur daging ayam
4.56
0.08
3.86
0,31
2 Aroma daging ayam
4.38
0.08
4.08
0,31
3 Warna daging ayam
4.54
0.08
3.74
0,30
4 Kebersihan daging ayam
4.5
0.08
3.68
0,29
5 Kemasan daging ayam
3.52
0.06
3.62
0,22
6 Variasi bagian daging ayam
3.68
0.06
3.94
0,25
Kesesuian tingkat harga
7
jual dengan kualitas
4.24
0.07
3.72
0,28
8 Harga jual yang terjangkau
4.12
0.07
3.74
0,27
Ketersediaan produk setiap
9
saat
4.08
0.07
4.08
0,29
Kemudahan memperoleh
10
daging ayam
3.82
0.07
3.98
0,27
Kenyamanan tempat
11
berbelanja
4.04
0.07
3.42
0,24
12 Pelayanan penjual
4.2
0.07
4
0,29
13 Iklan yang menarik
3.52
0.06
3.04
0,19
14 Pemberian potongan harga
4
0.07
3.06
0,21
TOTAL
57.2
1
51.96
3.72
CSI= (3.72/5) x 100%= 74.42%
57
Atribut yang memiliki peringkat kepentingan tertinggi pada responden di
Pasar Bogor yaitu tekstur dan warna daging ayam dengan nilai rata-rata
kepentingan sebesar 4.56. Artinya, konsumen memiliki harapan yang tinggi
terhadap atribut ini maka penjual sebaiknya memperhatikan kinerja yang dapat
diberikan oleh atribut tekstur daging ayam dan warna daging ayam. Peningkatan
kinerja pada atribut ini dapat meningkatkan indeks kepuasan konsumen. Apabila
dilihat berdasarkan penilaian kinerja, atribut iklan memiliki nilai rata-rata
terendah yaitu 3.04. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat nilai CSI
menjadi rendah. Meskipun demikian, apabila dilihat dari nilai rata-rata
kepentingannya atribut ini memiliki nilai yang rendah pula. Artinya, atribut iklan
tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan indeks kepuasan konsumen.
Pada hasil perhitungan nilai CSI di Giant Botani Square memiliki hasil
yang lebih tinggi dibanding dengan Pasar Bogor yaitu sebesar 81.72 persen. Nilai
ini masuk ke dalam kriteria sangat puas karena berada pada rentang 80 persen
hingga 100 persen (Tabel 5). Atribut yang memiliki nilai rata-rata kepentingan
tertinggi yaitu atribut kebersihan daging ayam. Artinya, kebersihan daging ayam
memiliki kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan nilai CSI. Sejalan dengan
Pasar Bogor atribut iklan memiliki nilai rata-rata kepentingan dan kinerja terendah
yaitu sebesar 3.58. Artinya, iklan yang menarik tidak memiliki kontribusi yang
besar terhadap peningkatan nilai indeks kepuasan konsumen.
Tabel 5 Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) Giant Botani Square
No
1
2
3
4
5
Atribut
Rata-rata
Kepentingan
4.56
4.48
4.68
4.82
4
Weighting
Factor
0.08
0.07
0.08
0.08
0.07
Tekstur daging ayam
Aroma daging ayam
Warna daging ayam
Kebersihan daging ayam
Kemasan daging ayam
Variasi bagian daging
6
ayam
3.66
0.06
Kesesuian tingkat harga
7
jual dengan kualitas
4.32
0.07
Harga jual yang
8
terjangkau
4.36
0.07
Ketersediaan produk
9
setiap saat
4.36
0.07
Kemudahan memperoleh
10
daging ayam
4.14
0.07
Kenyamanan tempat
11
berbelanja
4.42
0.07
12 Pelayanan penjual
4.28
0.07
13 Iklan yang menarik
3.78
0.06
14 Pemberian potongan harga
4.2
0.07
TOTAL
60.06
1
CSI= (4.09/5) x 100%= 81.72%
Rata-rata
Kinerja
4.22
4.4
4.02
4.28
4.2
Weighted
Score
0.32
0.33
0.31
0.34
0.28
4.12
0.25
4.2
0.30
4.2
0.30
3.94
0.29
4.16
0.29
4.26
4.06
3.58
3.46
57.1
0.31
0.29
0.23
0.24
4.09
Perhitungan indeks kepuasan konsumen pada kedua pasar menyatakan
bahwa konsumen telah merasa puas terhadap kinerja atribut masing-masing.
58
Namun, nilai kepuasan belum mencapai 100 persen sehingga tingkat kepuasan
konsumen belum mencapai pada tingkat maksimum. Untuk meningkatkan tingkat
kepuasan konsumen, perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai tingkat
kepentingan dan penilaian kinerja terhadap atribut oleh konsumen.
Keterbatasan analisis indeks kepuasan konsumen yaitu hasil yang
diperoleh merupakan nilai secara keseluruhan atas kombinasi penilaian tingkat
kepentingan dan kinerja oleh konsumen. Sehingga untuk menemukan bagian
mana yang membutuhkan peningkatan pada atribut kinerja relatif sulit walaupun
diketahui nilai pada masing-masing atribut. Karena itu, untuk menghasilkan
rancangan prioritas perbaikan atribut dapat digunanakan alat bantu Importance
Performance Analysis (IPA).
Prioritas Perbaikan Atribut
Diagram IPA (Important Performance Anlaysis) dapat menggambarkan
kombinasi nilai kepentingan dan kinerja berdasarkan penilaian responden.
Hubungan antara keduanya akan dapat memetakan prioritas perbaikan atribut
berdasarkan kuadran dari atribut masing-masing. Gambar 38 memperlihatkan
hasil diagram IPA untuk Pasar Bogor.
Gambar 38 Diagram IPA Pasar Bogor
Berdasarkan Gambar 38, hasil dari diagram kartesius pada responden di
Pasar Bogor di interpretasikan sebagai berikut.
Tabel 6 Hasil Importance and Performance Analysis Pasar Bogor
Kuadran I
Kebersihan
daging ayam (4)
Kuadran II
Tekstur (1)
Aroma (2)
Warna (3)
Kesesuaian harga
jual dengan
kualitas (7)
Harga jual
terjangkau (8)
Pelayanan penjual
(12)
Kuadran III
Kemasan daging ayam
(5)
Kenyamanan tempat
berbelanja (11)
Iklan yang menarik
(13)
Pemberian potongan
harga (14)
Kuadran IV
Variasi bagian ayam
(6)
Ketersediaan produk
setiap saat (9)
Kemudahan
memperoleh daging
ayam (10)
59
Kemudian Gambar 39 memperlihatkan hasil diagram IPA dari Giant
Botani Square sebagai berikut.
Gambar 39 Diagram IPA Giant Botani Square
Tabel 7 memuat interpretasi output dari hasil diagram kartesius diatas, sebagai
berikut.
Tabel 7 Hasil Importance Performance Analysis Giant Botani Square
Kuadran I
Warna daging ayam
(3)
Ketersediaan
produk setiap saat
(9)
Kuadran II
Tekstur (1)
Aroma (2)
Kebersihan daging
ayam (4)
Kuadran III
Pelayanan
karyawan (12)
Iklan yang
menarik (13)
Kuadran IV
Kemasan daging
ayam (5)
Variasi bagian ayam
(6)
Pemberian
potongan harga
(14)
Kemudahan
memperoleh daging
ayam (10)
Kesesuaian harga jual
dengan kualitas (7)
Harga jual terjangkau
(8)
Kenyamanan tempat
berbelanja (11)
Pembahasan hasil analisis prioritas perbaikan atribut akan dilakukan
berdasarkan posisi masing-masing atribut di kedua pasar pada kuadran IPA yaitu
sebagai berikut:
 Kuadran I (main priority)
Atribut dalam kuadran I artinya dinilai memiliki tingkat kepentingan
yang tinggi, namun kinerjanya belum dapat memenuhi harapan konsumen.
Karena itu, atribut yang masuk dalam kuadran ini menjadi prioritas perbaikan
yang kinerjanya harus diperbaiki untuk meningkatkan kepuasan konsumen.
Pada Pasar Bogor atribut yang tergolong ke dalam wilayah kuadran I yaitu
kebersihan daging ayam (4) sedangkan pada Giant Botani Square yaitu warna
daging ayam (3) dan ketersediaan produk setiap saat (9).
60
Responden pada Pasar Bogor menyatakan bahwa kebersihan daging
ayam di tempat pembelian menjadi pertimbangan yang penting karena dapat
mempengaruhi kualitas dan keamanan dalam mengkonsumsinya. Mereka
menyatakan bahwa terkadang pada daging ayam masih terlihat darah ayam
yang belum bersih. Peletakan daging ayam langsung diatas meja secara terbuka
juga dinilai konsumen dapat menimbulkan kontaminasi dari lingkungan
sehingga kinerja dari kebersihan daging ayam belum dapat memenuhi harapan
konsumen. Untuk meningkatkan kinerja dari atribut ini, penjual daging ayam
di Pasar Bogor perlu memerhatikan penanganan pasca panen terutama saat
pembersihan daging ayam setelah proses pemotongan kemudian menata ulang
peletakan daging ayam agar terjaga kebersihannya.
Pada Giant Botani Square, responden menilai bahwa warna merupakan
atribut yang penting dipertimbangkan dalam pembelian daging ayam namun
kinerja yang diberikan dinilai belum memenuhi harapan konsumen. Beberapa
responden menyatakan bahwa warna daging ayam di Giant terkadang terlihat
pucat dan kebiruan. Hal tersebut membuat konsumen ragu atas kesegaran
daging ayam. Pihak Giant sebaiknya lebih memperhatikan atribut ini, karena
berkaitan dengan kemasan daging yang menggunakan stereoform dan dilapisi
plastik maka penilaian warna daging ayam menjadi indikator yang penting bagi
konsumen.
Ketersediaan produk setiap saat juga dinilai penting namun belum dapat
memenuhi harapan konsumen. Konsumen di Giant Botani Square mayoritas
merupakan pegawai swasta, sehingga apabila saat ingin membeli produk
namun tidak tersedia maka mereka memiliki keterbatasan waktu untuk mencari
ke tempat lain. Karena itu, ketersediaan produk menjadi aspek yang penting.
Namun konsumen menyatakan bahwa ketersediaan daging ayam pada Giant
Botani Square belum dapat terjamin setiap saat. Pihak Giant sebaiknya dapat
mengelola kembali jadwal pemesanan ke pemasok serta menjalin kerjasama
yang baik oleh para pemasok sehingga produk daging ayam dapat tersedia
setiap saat.
 Kuadran II (maintance performance)
Kuadran II memuat atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang
tinggi dan kinerja nya dinilai telah baik oleh konsumen. Karena itu, perusahaan
harus mempertahankan atribut yang masuk dalam kuadran ini karena dapat
menjadikan produk daging ayam yang dijualnya unggul di mata pelanggan.
Atribut tekstur daging ayam (1), aroma daging ayam (2), kesesuaian harga
dengan kualitas (7) dan harga jual terjangkau (8) merupakan atribut yang
tergolong ke dalam wilayah kuadran II baik di Pasar Bogor maupun Giant
Botani Square. Atribut lain yang masuk ke dalam kuadran II pada Pasar Bogor
yaitu warna daging ayam (3) dan pelayanan penjual (12). Sedangkan pada
Giant Botani Square, atribut lain yang berada dalam kuadran II yaitu
kebersihan daging ayam (4) dan kenyamanan tempat berbelanja (11).
Kinerja tekstur daging ayam di kedua pasar dinilai baik karena dianggap
telah mencerminkan ciri dari tekstur daging ayam yang baik. Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menyatakan bahwa tekstur
dagiang ayam yang baik yaitu bila disentuh daging terasa lembab, tidak kering,
tidak mengandung banyak air dan tidak lengket. Kemudian konsistensi otot
dada dan paha tidak lembek, kenyal dan elastis yaitu ketika ditekan akan
61
kembali ke posisi semula. Upaya yang dapat dilakukan pemasar untuk
mempertahankan kinerja atribut ini yaitu melakukan pengecekan terhadap
tekstur dari daging ayam yang dijualnya secara rutin dan melakukan perkiraan
persediaan dengan baik agar ayam yang dijual selalu segar.
Atribut aroma daging ayam pada kedua pasar dinilai telah mencerminkan
aroma daging ayam yang segar oleh konsumen. Aroma yang dikeluarkan
merupakan bau khas daging segar yaitu tidak menyengat, tidak amis dan tidak
berbau busuk. Kedua pemasar harus mempertahankan kinerja yang baik ini,
untuk meningkatkan kepuasan konsumen pemasar juga perlu memperhatikan
kondisi sekitar gerai penjualan daging ayam agar tidak menimbulkan aroma
yang menyengat yang dapat mengganggu kenyamanan konsumen.
Konsumen pada Pasar Bogor maupun Giant Botani Square menilai
bahwa atribut harga merupakan aspek yang penting. Kedua pasar dinilai telah
menerapkan harga yang terjangkau dan sesuai dengan kualitas yang diberikan.
Konsumen seringkali mengaitkan tingkat harga dengan kualitas dari produk.
Upaya untuk mempertahankan atribut ini tetap pada kuadrannya yaitu dengan
selalu jujur pada konsumen. Kualitas produk harus selalu dijaga dan dengan
harga jual yang wajar sesuai dengan pasaran. Dengan demikian, akan
memberikan keuntungan bagi kedua pihak baik penjual maupun pembeli.
Pada Pasar Bogor, responden menilai bahwa warna daging ayam
merupakan aspek yang penting dan kinerjanya telah dapat memenuhi harapan
konsumen. Responden di Pasar Bogor meyakini bahwa daging ayam yang
dijual di Pasar Bogor merupakan daging yang selalu segar dan baru setiap
harinya, sehingga warna yang daging ayam pun bagus. Ciri dari ayam yang
baik yaitu memiliki warna putih-kekuningan cerah. Atribut pelayanan penjual
juga dinilai memiliki tingkat kepentingan yang tinggi. Hal ini karena dalam
kegiatan jual beli di pasar tradisional konsumen akan berinteraksi langsung
kepada pedagang. Berbagai informasi dan pelayanan mulai dari informasi
produk, harga, keakuratan timbangan, adanya tawar menawar serta pelayanan
pemotongan daging berasal dari pedagang. Kinerja dari pelayanan penjual di
Pasar dinilai telah memenuhi harapan konsumen. Hal ini menjadi keunggulan
yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Karena itu, para pedagang di
Pasar harus mempertahankan dan meningkatkan pelayanannya kepada
konsumen dengan tetap menjual produk berkualitas, bersikap ramah dan jujur
kepada konsumen.
Pada Giant Botani Square, kebersihan daging ayam tergolong dalam
kuadran II karena konsumen menilai bahwa daging ayam yang dijual bersih,
tidak tercampur dengan produk lain dan dikemas secara tertutup sehingga
dapat mencegah kontaminasi kuman dari lingkungan. Selain itu, atribut
kenyamanan tempat berbelanja juga dinilai telah dapat memenuhi harapan
konsumen. Kondisi dari gerai Giant saat ini dinilai telah memberikan
kenyamanan bagi konsumen. Karena itu, perusahaan harus mempertahankan
prestasinya ini.
 Kuadran III (low priority)
Kuadran III memuat atribut yang dianggap memiliki tingkat kepentingan
yang rendah dan kinerjanya dinilai biasa saja oleh konsumen. Karena itu,
atribut ini memiliki pengaruh yang kecil bagi konsumen, walau demikian
perusahaan dapat mempertimbangkan apabila hendak melakukan perbaikan.
62
Pada Pasar Bogor atribut yang masuk ke dalam wilayah kuadran III yaitu
kemasan daging ayam (5) dan kenyamanan tempat berbelanja (11) sedangkan
pada Giant Botani Square yaitu pelayanan karyawan (12). Kemudian, iklan
yang menarik (13) dan pemberian potongan harga (14) menjadi atribut yang
masuk ke dalam wilayah kuadran III baik di Pasar Bogor maupun di Giant
Botani Square.
Atribut iklan yang menarik pada kedua pasar dinilai memiliki tingkat
kepentingan yang rendah. Konsumen pada kedua pasar menyatakan bahwa
pencarian informasi dalam pembelian daging ayam berasal dari ingatan diri
sendiri. Pengalaman pembelian yang dirasakan pada suatu toko menjadi
pengaruh bagi konsumen pada pembelian. Sehingga konsumen tidak terlalu
mementingkan atribut iklan ini. Penilaian untuk kinerja pada atribut ini oleh
konsumen di kedua pasar pun dinilai biasa saja. Pasar Bogor dinilai kurang
aktif dalam melakukan melakukan kegiatan periklanan. Iklan yang dijalankan
yaitu melalui radio dan website resmi PD. Pasar Pakuan Jaya berupa informasi
harga harian komoditi pasar. Sedangkan Giant Botani Square dinilai lebih
intensif dalam melakukan aktivitas periklanan yaitu melalui media cetak
berupa katalog produk, materi promosi dalam area toko, pemasangan spanduk
promosi pada ruas jalan, media elektronik berupa iklan di televisi, radio serta
website dan facebook fanpage. Terkait dengan posisi atribut yang tergolong
pada prioritas rendah, maka perusahaan sebaiknya tidak berfokus pada
perbaikan atribut ini.
Konsumen di Pasar Bogor dan Giant Botani Square menilai bahwa
atribut potongan harga memiliki tingkat kepentingan dan kinerja yang rendah.
Tingkat kepentingan yang rendah pada atribut pemberian potongan harga dapat
disebabkan dengan jenis produk yang merupakan produk segar. Konsumen
pada kedua pasar menyatakan bahwa mereka percaya harga akan berpengaruh
pada kualitas. Pemberian potongan harga yang berlebihan akan membuat
konsumen merasa ragu pada kualitas daging ayam tersebut. Sehingga dengan
penetapan harga yang sesuai dengan pasaran dan kualitas yang baik menjadi
hal cukup bagi konsumen daging ayam. Kinerja pada atribut ini dinilai biasa
saja oleh konsumen. Melihat kondisi ini, maka para pemasar tidak harus
berfokus pada pemberian potongan harga sebagai kegiatan promosi yang dapat
meningkatkan pembelian.
Atribut kemasan daging ayam pada Pasar Bogor dinilai memiliki tingkat
kepentingan dan kinerja yang relatif rendah. Hal ini karena konsumen menilai
wadah plastik yang diberikan oleh penjual sudah cukup untuk memenuhi
fungsinya yaitu sebagai pelindung produk yang dapat memudahkan konsumen
untuk membawa daging ayam sampai kerumah. Penjual mengemas daging
ayam dengan plastik kresek, beberapa penjual ada yang melapisinya kembali
dengan plastik untuk mencegah kebocoran namun ada pula yang hanya satu
plastik saja. Penjual sebaiknya selalu mengemas daging ayam dengan plastik
dua rangkap agar menjamin keamanan produk dari kebocoran. Penggunaan
plastik pembungkus pada daging ayam harus yang aman bagi bahan makanan
yaitu tidak berwarna dan tidak berbau. Selain itu, atribut kenyamanan tempat
berbelanja di Pasar Bogor juga memiliki prioritas yang rendah. Hal ini karena,
tujuan mereka ke pasar hanya untuk berbelanja sehingga konsumen di Pasar
Bogor tidak terlalu mempermasalahkan kondisi pasar tradisional tersebut.
Namun, konsumen juga merasa bahwa kondisi pasar harus lebih diatur agar
63
tercipta ketertiban dan kenyamanan dalam kegiatan transaksi. Perbaikan atribut
ini dapat dilakukan bersama baik oleh penjual juga pihak pengelola Pasar
Bogor yaitu PD. Pasar Pakuan Jaya, agar tercipta suasana yang lebih nyaman
di pasar.
Pada Giant Botani Square, pelayanan karyawan dinilai konsumen
memiliki tingkat kepentingan yang rendah. Berbeda dengan kondisi di Pasar
Tradisional, konsumen di pasar modern atau supermarket tidak terlalu
bergantung pada penjual atau karyawan dalam aktivitas berbelanja. Mereka
lebih mandiri dalam menentukan pilihannya karena produk yang dijual telah
tertata pada rak pajang beserta dengan informasi penting terkait produk
tersebut. Peranan penjual diperlukan ketika informasi yang tertera pada display
kurang jelas atau ketika memerlukan pelayanan lanjutan yang tersedia seperti
pemotongan bagian ayam. Kinerja dari pelayanan karyawan di Giant dinilai
biasa saja, terkait dengan tingkat kepentingan yang dinilai rendah maka atribut
ini bukan merupakan prioritas perbaikan. Namun perusahaan tetap harus
menjaga kinerja karyawan agar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
 Kuadran IV (overacting)
Atribut pada kuadran IV dinilai memiliki tingkat kepentingan yang
rendah oleh konsumen dan kinerjanya dianggap berlebihan. Karena itu,
Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menguranginya sehingga dapat
menghemat biaya. Atribut variasi bagian daging ayam (6) dan kemudahan
memperoleh daging ayam (10) merupakan atribut yang masuk ke dalam
wilayah kuadran IV baik di Pasar Bogor maupun Giant Botani Square. Selain
itu, atribut lain yang berada di kuadran IV pada Pasar Bogor yaitu ketersediaan
produk setiap saat (9). Kemudian pada Giant botani square atribut lain yang
berada di kuadran IV yaitu kemasan daging ayam (5).
Variasi bagian daging ayam pada Pasar Bogor dan Giant Botani Square
masuk ke dalam wilayah kuadran IV. Artinya, tingkat kepentingan dianggap
rendah dan kinerja yang diberikan telah memenuhi harapan konsumen.
Konsumen pada kedua pasar mayoritas membeli daging ayam utuh. Sehingga
variasi bagian ayam lain dianggap memiliki nilai kepentingan yang rendah.
Karena itu, perusahaan dapat mengurangi anggaran untuk stok persediaan
bagian daging ayam lainnya menjadi tambahan anggaran untuk menambah stok
persediaan daging ayam utuh. Kemudian, konsumen pada kedua pasar menilai
bahwa atribut kemudahan memperoleh daging ayam memiliki tingkat
kepentingan yang rendah. Alasan dari konsumen di Pasar Bogor yaitu karena
mereka telah melakukan pembelian ulang ke lokasi pembelian sehingga
mengetahui letak dari barang yang dicarinya. Sedangkan, konsumen di Giant
menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelian daging ayam seringkali
dilakukan sekalian dengan membeli barang lain. Sehingga dalam pencarian
daging ayam, konsumen juga melihat-lihat produk lain yang dilaluinya.
Kinerja dari atribut ini dinilai telah dapat memenuhi harapan konsumen.
Mereka menyatakan bahwa tidak merasa kesulitan dalam memperoleh daging
ayam di lokasi pembelian karena kedua pasar telah melakukan pengelolaan
layout dengan baik.
Konsumen di Pasar Bogor menilai bahwa tingkat kepentingan dari
ketersediaan produk setiap saat biasa saja. Konsumen merasa apabila produk
tidak tersedia maka mereka memiliki waktu untuk mencari produk yang
64
diinginkanya di tempat lain. Namun, sejauh ini ketersediaan produk daging
ayam di Pasar Bogor selalu terjamin. Oleh karena itu kinerjanya dinilai baik,
sehingga atribut ini masuk pada wilayah kuadran IV. Pada Giant Botani Square
atribut kemasan daging ayam juga masuk ke dalam wilayah kuadran IV.
Artinya, konsumen tidak terlalu memperhatikan aspek kemasan namun kinerja
yang diberikan sudah memenuhi harapan konsumen. Seperti hal nya pada
konsumen di Pasar Bogor, konsumen di Giant tidak terlalu mempermasalahkan
mengenai atribut kemasan selama kemasan tersebut dalam melindungi produk.
Kemudian kinerja yang diberikan telah baik karena kemasan yang digunakan
untuk membungkus daging ayam di Giant yaitu dengan wadah stereoform yang
dibungkus rapat dengan pengemas plastik. Dalam pembungkus juga terdapat
informasi mengenai bobot, harga, serta informasi mengenai batasan.
Implikasi Bauran Pemasaran
 Bauran Produk
Bauran produk merupakan berbagai kombinasi produk yang dapat
ditawarkan perusahaan kepada konsumennya.
Melihat dari proses
pengambilan keputusan pada responden di Pasar Baru Bogor membeli
daging ayam dengan tujuan untuk kebutuhan bahan lauk pauk sehingga
pedagang dipasar harus mampu menjamin ketersediaan daging ayam untuk
memenuhi kebutuhan harian masyarakat. Sedangkan untuk di Giant,
responden membeli daging ayam dengan tujuan memenuhi kebutuhan
protein bagi tubuh. Sehingga pihak Giant sebaiknya memberikan informasi
kandungan gizi di area penjualan atau pada label produk sehingga
konsumen mengetahui bahwa dalam daging ayam mengandung nilai
protein yang tinggi sehingga dapat menjadi sumber pemenuhan kebutuhan
protein bagi tubuh. Informasi waktu “best before” atau “gunakan sebelum”
juga penting dicantumkan dengan jelas pada label kemasan yang merupakan
batasan suatu produk masih dijamin kualitasnya. Kualitas dan kandungan
nutrisinya dapat turun setelah tanggal tersebut terlewati, namun belum tentu
membahayakan kesehatan selama kemasannya masih utuh.
Selain itu, pada proses evaluasi alternatif responden di Pasar Baru
Bogor menyatakan bahwa warna daging ayam menjadi pertimbangan utama
dalam memilih daging. Warna ayam menjadi salah satu ciri yang digunakan
untuk menilai kesegaran daging ayam. Hal yang sebaiknya dilakukan oleh
pedagang untuk menjaga kesegaran daging ayam yaitu dengan menjaga
suhu yang rendah pada daging ayam agar tidak membusuk. Pedagang
sebaiknya memiliki freezer untuk menyimpan daging ayam, atau pedagang
dapat menyebarkan es batu disekitar daging ayam untuk menjaga kesegaran
daging. Berbeda dengan responden di Giant yang memperhatikan
kebersihan daging ayam sebagai pertimbangan utama sebelum melakukan
pembelian. Karena itu pihak giant harus melakukan pengecekan terhadap
daging ayam ketika datang dari pemasok dan memastikannya bersih dari
kontaminasi kotoran, sisa bulu ayam maupun darah ayam. Selain itu,
kebersihan karyawan bagian pelayanan jasa pemotongan daging ayam juga
harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi kebersihan daging ayam
pada proses pemotongan bagian ayam utuh, karyawan harus selalu
65
menggunakan pakaian sesuai standar yaitu topi, masker, dan sarung tangan
serta menjaga kebersihan pisau serta alas pemotongan daging ayam.
Terkait dengan ketersediaan produk, responden di Giant menyatakan
akan melakukan pembelian produk substitusi di toko yang sama apabila
produk yang diinginkan tidak tersedia. Pihak Giant sebaiknya menyediakan
produk subtitusi dari daging ayam segar di toko seperti nugget ayam yang
merupakan produk olahan daging ayam untuk mengakomodir keinginan
konsumen mengkonsumsi daging ayam dan menghindari timbulnya
ketidakpuasan konsumen yang tinggi.
Pada proses pembelian responden pada Pasar Bogor dan Giant Botani
Square menyatakan bahwa ayam utuh menjadi pilihan yang paling digemari
konsumen. Karena itu, kedua pasar sebaiknya menetapkan jumlah
persediaan dari produk ayam utuh agar lebih besar dibanding bagian
lainnya. Kuantitas pembelian daging ayam yang biasa dilakukan dalam satu
kali kunjungan yaitu antara 1-2 kilogram. Konsumen pada kedua pasar
menyatakan bahwa pembelian bahan segar seperti daging ayam dilakukan
sesuai kebutuhan, hal ini berkaitan dengan sifat produk yang mudah rusak.
Kedua pasar harus dapat meramalkan jumlah rata-rata penjualan sehingga
dapat mengelola jadwal pemesanan daging ayam kepada pemasok agar
dapat menjual produk yang selalu segar.
Apabila melihat dari analisis pada diagram IPA, priotitas perbaikan
atribut pada Pasar Bogor yaitu pada kebersihan daging ayam. Hal ini
disebabkan karena kondisi dalam pasar yang kurang nyaman karena
lingkungan pada kiosk yang kotor, beraroma menyengat serta penyimpanan
daging ayam secara terbuka dapat menimbulkan kontaminasi yang
berpengaruh pada kualitas daging ayam. Maka sebaiknya daging ayam
diletakan dalam wadah tertutup untuk membantu menjaga kebersihan
daging ayam. Bagi pihak Giant, berdasarkan diagram IPA diketahui bahwa
warna daging ayam menjadi menjadi prioritas perbaikan atribut. Ciri daging
ayam yang berkualitas baik menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan (2012) yaitu berwarna putih-kekuningan cerah (tidak
gelap, tidak pucat, tidak kebiruan, tidak terlalu merah). Warna kulit ayam
putih-kekuningan, cerah, mengkilat dan bersih. Kriteria ini dapat ditetapkan
sebagai standar bagi pihak perusahaan untuk kegiatan pengontrolan dan
standar bagi para pemasok ayam ke pihak Giant agar dapat memenuhi
harapan konsumen. Baik bagi Pasar Baru Bogor maupun Giant Botani
Square menyediakan daging ayam segar merupakan hal yang harus selalu
diupayakan. Karena itu, melakukan kajian terkait peramalan jumlah
penjualan daging ayam oleh konsumen penting dilakukan agar persediaan
dapat terkendali dan meminimalisir penjualan daging ayam tidak segar.

Bauran Harga
Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh
konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkannya yang dijual
pemasar. Apabila kinerja yang diberikan oleh produk tidak memenuhi
harapan konsumen maka harga yang ditetapkan akan dianggap tidak sesuai.
Penetapan harga merupakan hal yang penting bagi pemasar.
Berdasarkan proses pengambilan keputusan, pada tahapan pencarian
informasi responden di Pasar Bogor dan Giant menyatakan bahwa harga
66
merupakan atribut yang menjadi fokus perhatian dalam pengumpulan
informasi. Karena itu, bagi pedagang di Pasar Bogor sebaiknya menetapkan
harga ayam sesuai dengan harga pasaran, agar tetap menjaga kekompetitifan
harga, kemudian tidak melakukan penetapan harga yang lebih tinggi pada
konsumen baru yang tidak mengetahui harga pasaran karena hal ini dapat
membuat konsumen merasa penetapan harga mahal dan mencari ke tempat
lain pada pembelian selanjutnya. Pihak pengelola pasar sebaiknya juga
menyediakan papan informasi mengenai tingkat harga harian pada komoditi
yang dijual di pasar sebagai acuan konsumen dan antisipasi praktik
kecurangan pedagang. Berbeda dengan pada pihak Giant, implikasi yang
dapat diterapkan yaitu melakukan penetapan harga dengan teknik harga
psikologis dalam pencantuman informasi yang biasanya berupa harga yang
bernilai ganjil dengan nominal berada sedikit dibawah dari harga yang telah
ditentukan sehingga diharapkan dalam benak konsumen akan timbul
perasaan bahwa harga tersebut lebih murah.
Berdasarkan diagram IPA pada Pasar Bogor dan Giant Botani Square,
penetapan harga jual daging ayam telah sesuai dengan kualitasnya dan
terjangkau. Kemudian dari respon apabila terjadi kenaikan harga, mayoritas
responden menyatakan akan tetap membeli produk. Hal ini memperlihatkan
tingginya kebutuhan konsumen terhadap daging ayam. Meskipun demikian,
pemasar tidak dapat meningkatkan harga sesuai keinginannya karena
terdapat banyak pesaing yang juga menjual daging ayam. Atribut
pemberian potongan harga pada Pasar Bogor dan Giant masuk ke dalam
kuadran III yang artinya memiliki prioritas rendah baik dari tingkat
kepentingan maupun kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa harga daging
yang murah bukan menjadi solusi bagi ketidakpuasan konsumen. Sehingga
dalam kegiatan promosi pemberian potongan harga daging ayam harus
berhati-hati dengan tetap memperhatikan kualitas dari daging tersebut.
Pemberian potongan harga yang berlebihan akan membuat konsumen
cenderung menilai bahwa produk tersebut telah mengalami penurunan
kualitas.

Bauran Distribusi
Bauran distribusi merupakan berbagai kegiatan perusahaan yang
membuat produk tersedia bagi pelanggan sasarannya. Pada proses
pembelian terkait dengan ketersediaan produk, mayoritas responden pada
Pasar Bogor menyatakan bahwa apabila produk yang diinginkan tidak
tersedia maka mereka akan mencari produk tersebut ke tempat lain. Untuk
menghindari peralihan konsumen ke tempat lain, pedagang sebaiknya
menjalin hubungan ke berbagai pemasok agar pasokan daging ayam lebih
terjamin dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen setiap saat.
Responden di Pasar Bogor maupun Giant Botani Square menyatakan
bahwa pembelian daging ayam dilakukan secara terencana. Sehingga kedua
pasar harus dapat mengelola hubungan dengan saluran distribusinya agar
dapat menjamin ketersediaan produk daging ayam setiap saat dan
menghindari ketidakpuasan konsumen. Berdasarkan waktu pembelian
pihak Giant sebaiknya pada hari libur menyediakan stok daging ayam yang
lebih besar dibandingkan pada hari kerja agar dapat memenuhi kebutuhan
67
konsumen. Berbeda dengan pedagang di Pasar Bogor, persediaan daging
ayam di hari kerja sebaiknya lebih besar dibanding persediaan di hari libur.
Kenyamanan tempat berbelanja merupakan hal yang menjadi
pertimbangan utama oleh responden di Giant dalam pemilihan lokasi
berbelanja. Pihak Giant sebaiknya memperthatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kenyamanan tempat berbelanja yaitu mulai dari suhu
ruangan, penerangan pada toko, pemilihan musik pada area toko, kebersihan
area toko, tata letak, rak pajang hingga kenyamanan di area pembayaran
terkait antrean dan pilihan dalam pembayaran.
Berdasarkan diagram IPA kenyamanan lokasi berbelanja bagi
responden di Pasar Baru Bogor tergolong ke dalam diagram III. Artinya,
kinerja atribut masih dibawah harapan namun kepentingannya berada pada
tingkat yang rendah pula. Karena itu, apabila pihak pengelola memiliki dana
sebaiknya melakukan perbaikan kondisi infrastruktur pasar agar lebih
nyaman sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen daging ayam di
pasar dan menarik minat masyarakat untuk berbelanja di Pasar. Bagi
responden di Giant, atribut ketersediaan produk masuk ke dalam kuadran I.
Pihak Giant harus mengelola kembali hubungan dengan para pemasok agar
dapat menjamin ketersediaan produk. Konsumen merasa bahwa produk
daging ayam tidak selalu terjamin ketersediaannya di Giant. Hal ini akan
menyebabkan ketidakpuasan konsumen karena dilihat dari karakteristik
pekerjaan konsumen di Giant yaitu pegawai swasta yang memiliki
keterbatasan waktu sehingga apabila ketika di lokasi produk tidak tersedia
maka akan mengecewakan konsumen.

Bauran Promosi
Berdasarkan analisis proses keputusan pembelian pada tahap
pengenalan kebutuhan, alasan utama responden di Giant membeli daging
ayam yaitu karena kemudahan dalam pengolahannya. Berdasarkan
informasi ini pihak Giant dapat memberikan resep-resep sederhana untuk
olahan ayam pada katalog dan media promosi lain maupun di area dalam
toko untuk meyakinkan konsumen akan kemudahan pengolahan daging
ayam sehingga diharapkan dapat merangsang kesadaran akan kebutuhannya
dan dapat berpengaruh pada pembelian daging ayam.
Responden pada Pasar Bogor maupun Giant Botani Square
memperoleh informasi mengenai daging ayam melalui ingatan dirinya
sendiri. Terkait dengan daging ayam yang merupakan produk kebutuhan
sehari-hari sehingga pembelian cenderung dilakukan secara rutin maka
responden pada kedua pasar menyatakan bahwa sumber informasi cukup
dari diri sendiri. Kedua pasar dapat melakukan pertimbangan untuk
menghemat biaya kegiatan promosi yang berbentuk periklanan dari media
eksternal karena bukan menjadi sumber informasi bagi konsumen sehingga
pengaruhnya yang relatif rendah.
Urutan kedua tekait sumber informasi dari responden pada Giant yaitu
berasal dari keluarga. Dalam merancang materi promosi, pihak Giant
sebaiknya menghindari pernyataan yang berlebihan atau tidak sesuai dengan
kondisi produk yang sebenernya agar tidak menimbulkan ekspektasi yang
terlalu tinggi dalam benak konsumen yang dapat menyebabkan
ketidakpuasan konsumen. Apabila konsumen merasa tidak puas maka
68
informasi yang akan disebarkan kepada keluarganya berupa hal yang negatif
yang dapat merugikan perusahaan. Sedangkan Pada Pasar Bogor urutan
kedua dari media yang digunakan sebagai sumber informasi yaitu berasal
dari penjual. Para penjual di pasar dapat melakukan kegiatan promosi dalam
bentuk personal selling. Artinya, penjual melakukan penyampaian informasi
terkait produk yang dapat menarik minat pembelian secara langsung dengan
bertatap muka oleh pembeli. Hal ini sesuai dengan sistem transaksi jual beli
di pasar tradisional yang melibatkan komunikasi langsung antar penjual
dengan pembeli. Dengan cara ini, kegiatan promosi akan menjadi lebih
fleksibel karena pesan yang disampaikan akan berbeda disesuaikan dengan
persepsi konsumen masing-masing sehingga diharapkan informasi tersebut
akan sesuai dengan kebutuhannya.
Responden pada kedua pasar menyatakan akan melakukan
rekomendasi kepada orang lain untuk membei daging ayam. Hal ini dapat
dimanfaatkan oleh pemasar sebagai implikasi bauran promosi secara word
of mouth. Sikap ini dapat menguntugkan kedua pasar karena menjadi salah
satu agen promosi bagi perusahaan. Sehingga kedua pasar harus dapat
manjaga kinerja produk sehingga dapat memberikan kepuasan bagi
konsumen. Apabila konsumen merasa tidak puas atau kualitas produk yang
buruk maka konsumen tersebut mungkin juga akan menyebarkannya
informasi buruk tersebut kepada orang lain yang dapat merugikan
perusahaan.
Kemudian pada diagram IPA, atribut iklan yang menarik pada kedua
pasar terletak pada kuadran III. Artinya, konsumen merasa kinerja dan
tingkat kepentingan dari atribut tersebut rendah. Melihat hal ini, maka baik
Pasar Baru Bogor maupun Giant Botani Square tidak perlu melakukan
penyebaran informasi terkait produk melalui media publik, karena dapat
menimbulkan pemborosan. Kedua pemasar sebaiknya menciptakan citra
yang positif pada konsumen dengan menjaga kualitas produk dan
pelayanan yang baik. Karena itu kegiatan promosi yang efektif untuk
produk ayam pada kedua pasar adalah dengan menciptakan pengalaman
baik terhadap konsumen oleh masing-masing pemasar. Atribut yang
menjadi perhatian utama pada konsumen di Pasar Bogor mapun Giant
dalam pencarian informasi yaitu atribut harga. Kegiatan promosi dapat
dilakukan dengan menciptakan harga yang lebih rendah dari pemasar lain
namun tetap dalam batasan yang wajar, sehingga akan meningkatkan
kepuasan konsumen.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
69
1. Terdapat perbedaan karakteristik responden daging ayam pada Pasar
Bogor dan Giant Botani Square yaitu dari sebaran usia, status pernikahan,
pendidikan, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga. Usia responden pada
Pasar Bogor lebih tua dibanding responden di Giant Botani Square.
Responden dengan status sudah menikah cenderung untuk mengunjungi
Pasar Bogor sedangkan yang belum menikah cenderung untuk
mengunjungi Giant Botani Square. Tingkat pendidikan responden pada
Giant Botani Square lebih tinggi dibanding pada Pasar Bogor. Responden
dengan pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga cenderung untuk
mengunjungi Pasar Bogor sedangkan responden dengan pekerjaan
pegawai swasta cenderung untuk mengunjungi Giant Botani Square.
Kemudian jumlah anggota keluarga responden pada Pasar Bogor lebih
besar dibanding pada Giant Botani Square.
2. Perbedaan pada proses pengambilan keputusan pembelian terletak pada
pengenalan kebutuhan, evaluasi alternatif, dan pembelian. Dalam
pengenalan kebutuhan , tujuan responden pada Giant Botani Square dalam
membeli daging ayam yaitu untuk memenuhi sumber protein sedangkan
responden pada Pasar Bogor bertujuan sebagai pelengkap menu lauk pauk.
Pada tahap evaluasi alternatif, pertimbangan utama dalam pembelian
daging ayam untuk responden di Pasar Bogor yaitu warna daging ayam
sedangkan responden di Giant yaitu kebersihan daging ayam. Pada proses
pembelian, responden di Pasar Bogor melakukan pembelian pada hari
kerja sedangkan responden di Giant pada hari libur. Hal yang menjadi
pertimbangan dalam pemilihan lokasi bagi responden di Pasar Bogor yaitu
kualitas daging ayam sedangkan responden di Giant Botani Square yaitu
kenyamanan tempat berbelanja.
3. Berdasarkan perhitungan indeks kepuasan konsumen, nilai yang diperoleh
oleh Pasar Bogor yaitu 74.42 yang tergolong ke dalam katagori puas. Nilai
yang diperoleh oleh Giant Botani Square lebih tinggi yaitu 81.72 yang
masuk ke dalam katagori sangat puas.
4. Implikasi bauran pemasaran pada Pasar Bogor berdasarkan analisis yang
telah dilakukan yaitu menjaga suhu penyimpanan daging ayam agar tetap
segar, meningkatkan kebersihan daging ayam serta area penjualan, serta
berperilaku ramah dan jujur terhadap konsumen. Bagi Giant Botani
Square, melakukan pengecekan terhadap kualitas daging ayam dari
pemasok serta mengelola kembali sistem persediaan produk untuk
menjamin ketersediaan daging ayam setiap saat.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan
yaitu sebagai berikut:
1. Pihak pengelola pasar dan para pedagang daging ayam khususnya di
Pasar Bogor sebaiknya berkoordinasi untuk membangun pasar agar lebih
baik dan nyaman untuk berbelanja. Berdasarkan analisis proses keputusan
pembelian, responden di Giant memilih berbelanja di pasar modern karena
alasan kenyamanan tempat berbelanja. Sedangkan responden di Pasar
Bogor memilih pasar karena kualitas produk. Artinya, Pasar Bogor dinilai
70
lebih unggul dari segi kualitas produk daging ayam karena konsumen
percaya akan kesegaran produk. Namun, apabila tidak didukung dengan
suasana berbelanja yang nyaman maka tidak menutup kemungkinan
konsumen akan beralih ke pasar modern. Penataan pedagang kaki lima dan
area parkir pada pasar sebaiknya diperhatikan. Pengelolaan sampah pada
area pasar juga penting diperhatikan agar tidak menimbulkan aroma yang
menyengat. Kebersihan daging ayam menjadi atribut yang dinilai penting
namun belum sesuai dengan harapan konsumen. Karena itu, pedagang
sebaiknya melakukan pembersihan daging ayam lebih dalam dan juga
menjaga kebersihan kiosk sehingga dapat memenuhi harapan konsumen.
2. Bagi pihak Giant Botani Square sebaiknya lebih memperhatikan kualitas
serta ketersediaan daging ayam. Kedua hal tersebut berkaitan dengan
pemasok, untuk menjaga kualitas daging ayam pihak Giant harus
memperketat kegiatan pengecekan produk yang masuk dan menetapkan
standar yang harus dipenuhi pemasok. Untuk menjaga ketersediaan
produk, pihak Giant sebaiknya melakukan pengelolaan lebih dalam
terhadap rencana pemesanan produk daging ayam kepada pemasok untuk
menghindari kondisi produk kosong pada Giant.
3. Penelitian berikutnya agar menambahkan dan mengembangkan atributatribut yang belum ada seperti keakuratan timbangan untuk kajian yang
lebih terperinci.
DAFTAR PUSTAKA
Andryani M. 2013. Analisis Keputusan Pembelian Daging Sapi Oleh Konsumen
Rumah Tangga (Kasus: Hipermarket Giant Taman Yasmin Bogor) [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Astuti EP, Nurmalina R. 2007. Analisis Proses Keputusan Pembelian Dan
Kepuasan Konsumen Terhadap Beras (Studi Kasus di Kecamatan
Mulyorejo Surabaya Jawa Timur) [Jurnal]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2015. Jawa Barat Dalam Angka 2015.
Bandung (ID): BPS Jawa Barat
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2015. Kota Bogor Dalam Angka 2015.
Bogor (ID): BPS Kota Bogor
[DITJENNAK] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Statistik Peternakan dan
Kesehatan Hewan 2015. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian RI
[DITJENNAK] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian Republik Indonesia. 2012. Tanya Jawab Seputar Daging Ayam
Sumber Makanan Bergizi. http://ditjennak.pertanian.go.id/berita-353-tanyajawab-seputar-daging-ayam-sumber-makanan-bergizi.html. Diakses pada 12
Januari 2015
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid I. Edisi ke6. Budianto, penerjemah. Jakarta (ID): Binarupa Aksara. Terjemahan dari:
Consumer Behaviour.
71
. 1995. Perilaku Konsumen. Jilid 2. Edisi
ke-6.Budianto, penerjemah. Jakarta (ID): Binarupa Aksara. Terjemahan
dari: Consumer Behaviour.
Fissamawati F. 2009. Analisis Keputusan Pembelian Konsumen Sayuran di Pasar
Tradisional (Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Firdaus M, Harmini, M.A Farid. 2013. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk
Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press.
[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2014. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bogor
(ID): IPB Press.
Kasali R. 2003. Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi,Targeting, Positioning.
Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Kotler P, Armstrong G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1. Edisi ke-12
Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Principles Of Marketing.
. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 2. Edisi ke-12
Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Principles Of Marketing
Nazir M. 2013. Metode Penelitian. Bogor (ID): Penerbit Ghalia Indonesia.
Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan
SPSS. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi
Nurmalina R, Utomo DA. 2011. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen
PrimaFresh Mart (Pendekatan Service Quality) [Jurnal]. Forum Agribisnis
Vol 1 (2): 132-150.
Nazh TA. 2008. Keputusan Pembelian Telur dan Daging Ayam Ras Pada
Konsumen Menengah Atas Terkait Adanya Isu Flu Burung Di Kota Bogor,
Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[PDPPJ] Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor. 2015. Komoditas
Harga
Pasar.
http://www.pdppjkotabogor.com/pages/komoditas/pasar.
Diakses pada tanggal 7 Januari 2016.
Rangkuti F. 2006. Measuring Cutomer Satisfaction: Gaining Customer
Relationship Strategy, Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan
Kepuasan Pelanggan plus Analisis Kasus PLN-JP. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama.
Sadino, Syahbana. 2014. Pasar Tradisional Versus Pasar Modern di Daerah
Perkotaan (Studi Kasus: Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta)
[Jurnal]. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Planologi Undip Volume
10(2):205-217.
Simamora B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama.
Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen. Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor (ID): Penerbit Ghalia Indonesia.
Sunyoto D. 2013. Perilaku Konsumen (Panduan Riset Sederhana untuk
Mengenali Konsumen). Jakarta (ID): CAPS (Center of Academic Publishing
Service).
Umar H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama.
[YLKI]. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. 2015. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
http://ylki.or.id/himpunan-peraturan/. Diakses pada 12 Januari 2016.
72
73
LAMPIRAN
74
75
Lampiran 1 Reliabilitas dan Validitas Tingkat Kepentingan Pada 30 Responden
Reliability
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excluded
a
Total
%
30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.841
N of Items
14
Validity
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Tekstur daging ayam
Aroma daging ayam
Warna daging ayam
Kebersihan daging ayam
Kemasan daging ayam
Variasi bagian daging ayam
Kesesuaian tingkat harga jual dengan
kualitas
Harga jual yang terjangkau
Ketersediaan produk daging ayam segar
setiap saat
Kemudahan memperoleh daging ayam di
dalam lokasi pembelian
Kenyamanan tempat berbelanja
Pelayanan penjual
Iklan yang menarik
Pemberian potongan harga
Corrected Cronbach's
Scale Variance
Item-Total Alpha if Item
if Item Deleted
Correlation
Deleted
54.03
54.10
53.90
53.87
54.73
54.87
21.620
21.748
20.783
23.637
22.271
21.568
.386
.424
.608
.477
.369
.387
.836
.834
.823
.851
.851
.839
54.17
21.247
.483
.830
54.33
21.402
.553
.827
54.27
20.133
.685
.817
54.63
20.033
.731
.815
54.10
54.13
54.43
54.50
21.955
20.878
18.806
20.328
.374
.617
.684
.641
.840
.823
.815
.820
76
Lampiran 2 Reliabilitas dan Validitas Tingkat Kinerja 30 Responden
Reliability
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
%
30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.821
14
Validity
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Tekstur daging ayam
Aroma daging ayam
Warna daging ayam
Kebersihan daging ayam
Kemasan daging ayam
Variasi bagian daging ayam
Kesesuaian tingkat harga
jual dengan kualitas
Harga jual yang terjangkau
Ketersediaan produk daging
ayam segar setiap saat
Kemudahan
memperoleh
daging ayam di lokasi
pembelian
Kenyamanan
tempat
berbelanja
Pelayanan penjual
Iklan yang menarik
Pemberian potongan harga
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
50.73
50.40
50.80
50.87
50.77
50.60
17.926
16.869
16.993
15.844
15.909
16.455
.452
.477
.512
.580
.575
.562
.813
.808
.806
.799
.799
.802
50.87
15.637
.697
.790
50.87
16.395
.599
.799
50.70
18.838
.384
.840
50.60
17.214
.382
.814
50.87
15.637
.566
.800
50.70
51.17
51.17
16.769
18.075
17.040
.611
.475
.378
.801
.828
.826
77
Lampiran 3 Reliabilitas dan Validitas Tingkat Kepentingan Pada 100 Responden
Reliability
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
%
100
100.0
0
.0
100
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.809
14
Validity
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Tekstur daging ayam
Aroma daging ayam
Warna daging ayam
Kebersihan daging ayam
Kemasan daging ayam
Variasi bagian daging ayam
Kesesuaian tingkat harga
jual dengan kualitas
Harga jual yang terjangkau
Ketersediaan produk daging
ayam segar setiap saat
Kemudahan memperoleh
daging ayam di lokasi
pembelian
Kenyamanan tempat
berbelanja
Pelayanan penjual
Iklan yang menarik
Pemberian potongan harga
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
54.0700
54.2000
54.0200
53.9700
54.8700
54.9600
19.541
19.980
19.192
20.474
19.488
19.271
.426
.388
.552
.392
.381
.408
.798
.808
.790
.806
.812
.799
54.3500
19.301
.463
.795
54.3900
19.735
.424
.798
54.4100
18.951
.545
.789
54.6500
18.957
.557
.788
54.4000
18.848
.523
.790
54.3900
54.9800
54.5300
19.048
18.585
18.514
.534
.359
.544
.790
.808
.788
78
Lampiran 4 Reliabilitas Validitas Tingkat Kinerja Pada 100 Responden
Reliability
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
%
100
100.0
0
.0
100
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.878
14
Validity
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Tekstur daging ayam
Aroma daging ayam
Warna daging ayam
Kebersihan daging ayam
Kemasan daging ayam
Variasi bagian daging ayam
Kesesuaian tingkat harga
jual dengan kualitas
Harga jual yang terjangkau
Ketersediaan produk daging
ayam segar setiap saat
Kemudahan memperoleh
daging ayam di lokasi
pembelian
Kenyamanan tempat
berbelanja
Pelayanan penjual
Iklan yang menarik
Pemberian potongan harga
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
50.3200
50.1200
50.4800
50.3800
50.4500
50.3300
25.654
25.299
26.030
24.541
25.260
25.839
.655
.561
.625
.654
.586
.515
.866
.869
.868
.864
.868
.871
50.4700
26.090
.566
.870
50.4900
25.404
.632
.866
50.3500
26.977
.267
.884
50.2900
25.461
.608
.867
50.5200
24.575
.589
.868
50.3300
51.0500
51.1000
26.365
24.432
25.121
.548
.524
.484
.871
.873
.874
79
Lampiran 5 Output SPSS (Analisis Chi-Square)
Jenis Kelamin
Crosstab
Count
Total
Kelompok
Giant Botani
Pasar Bogor
Square
4
10
46
40
50
50
Pearson Chi-Square
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1df
(2-sided)
sided)
sided)
1
.084
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Continuity Correction
Value
a
2.990
b
Likelihood Ratio
2.076
1
.150
3.076
1
.079
2.960
1
.085
Fisher's Exact Test
Total
14
86
100
.148
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
.074
100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Status Pernikahan
Crosstab
Count
Status
Menikah
Belum menikah
Total
Value
a
4.960
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Kelompok
Giant Botani
Pasar Bogor
Square
41
31
9
19
50
50
b
72
28
100
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Exact Sig. (2df
(2-sided)
sided)
1
.026
4.018
1
.045
5.045
1
.025
4.911
1
.027
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Total
Exact Sig. (1sided)
.044
100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.00.
b. Computed only for a 2x2 table
.022
80
Pekerjaan
Crosstab
Count
Pekerjaan
Mahasiswa
Ibu Rmh Tgga
PNS
Peg. Swasta
Wiraswasta
Pensiun
Total
Kelompok
Giant Botani
Pasar Bogor
Square
7
11
29
8
5
5
0
21
9
2
0
3
50
50
Total
18
37
10
21
11
3
100
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Value
a
41.262
51.645
4.235
100
Df
5
5
1
Asymp. Sig. (2sided)
.000
.000
.040
a. 2 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1.50.
Tempat Tinggal
Crosstab
Count
Tmp Tinggal
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Total
Kelompok
Giant Botani
Pasar Bogor
Square
5
2
17
16
12
5
2
5
6
8
2
2
6
12
50
50
Total
7
33
17
7
14
4
18
100
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Value
a
7.770
7.982
3.609
100
df
6
6
1
Asymp. Sig. (2sided)
.255
.239
.057
a. 6 cells (42.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2.00.
81
Lampiran 6 Output SPSS (Analisis Mann-Whitney)
Usia
Ranks
Kelompok
Usia
N
Pasar Bogor
Giant Botani Square
Total
Mean Rank
59.58
41.42
50
50
100
Sum of Ranks
2979.00
2071.00
a
Test Statistics
Usia
Mann-Whitney U
796.000
Wilcoxon W
2071.000
Z
-3.238
Asymp. Sig. (2-tailed)
.001
a. Grouping Variable: Kelompok
Pendidikan
Ranks
Kelompok
Pendidikan
N
Pasar Bogor
Giant Botani Square
Total
Test Statistics
50
50
100
Mean Rank
35.86
65.14
Sum of Ranks
1793.00
3257.00
Mean Rank
56.29
44.71
Sum of Ranks
2814.50
2235.50
a
Pendidikan
Mann-Whitney U
518.000
Wilcoxon W
1793.000
Z
-5.309
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Grouping Variable: Kelompok
Jumlah Anggota Keluarga
Ranks
Kelompok
Jumlah Klg
N
Pasar Bogor
Giant Botani Square
Total
Test Statistics
a
Jumlah Klg
Mann-Whitney U
960.500
Wilcoxon W
2235.500
Z
-2.220
Asymp. Sig. (2-tailed)
.026
a. Grouping Variable: Kelompok
50
50
100
82
Lampiran 7 Dokumentasi kegiatan pengumpulan data
Pasar Baru Bogor
Giant Botani Square
83
Store General Manager
Heru Prasetyo
Fresh Division Manager
Yusuf
Daily & Dairy
Division Head
Daily & Dairy
Staff
Bakery
Division Head
Bakery Staff
Grocery Division Manager
Hery Kusnanto
Meat &
Seafood
Division Head
Food 1
Division
Head
Meat & Seafood
Staff
Food 1
Staff
Non Food 1
Division
Head
Non Food 1
Staff
Produce
Division Head
Produce Staff
Food 2
Division
Head
Non Food 2
Division
Head
General Merchandises Division Manager
Syaiful Amri
Homeware
Division Head
Homeware Staff
Hardware
Division Head
Sales Support Division Manager
Himmah Inayati
Receiving&Storage
Division Head
Hardware Staff
Receiving&Storage
Staff
Leisure Division Head
Cash Officer Division
Head
Leisure Staff
Giant Fried
Chicken (GFC)
Divission Head
GFC Staff
Food 2 Staff
Sales
Assistant
Division
Head
Non Food 2
Staff
Lampiran 8 Struktur Organisasi Giant Botani Square
Cash Officer Staff
Sales
Assistant
Staff
84
Lampiran 9 Implikasi bauran pemasaran berdasarkan proses keputusan pembelian
Proses Keputusan
Pembelian
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
informasi
Motivasi
utama
Sumber
informasi
Jawaban Mayoritas dari
Responden
Giant
Pasar Baru
Botani
Bogor
Square
Pelengkap
Sumber
lauk pauk
protein
bagi
tubuh
Ingatan diri Ingatan
sendiri
diri
sendiri
Implikasi pada Pasar Baru
Bogor
Menjamin ketersediaan produk
daging ayam setiap hari agar
dapat memenuhi kebutuhan
harian rutin masyarakat yaitu
sebagai lauk pauk. (Place Mix)
Implikasi pada Giant
Memberikan informasi kandungan gizi di area penjualan atau
pada label produk sehingga konsumen mengetahui bahwa
daging ayam mengandung nilai protein yang tinggi sehingga
dapat menjadi sumber protein bagi tubuh, juga mencantumkan
waktu “best before” atau “gunakan sebelum” yang merupakan
batas suatu produk masih dijamin kualitasnya. Kualitas dan
kandungan nutrisinya dapat turun setelah tanggal tersebut
terlewati, namun belum tentu membahayakan kesehatan
selama kemasannya masih utuh. (Product Mix)
Terkait dengan daging ayam yang merupakan produk kebutuhan sehari-hari sehingga pembelian
cenderung dilakukan secara rutin maka responden pada kedua pasar menyatakan bahwa sumber
informasi cukup dari diri sendiri. Melihat hal ini, maka baik Pasar Baru Bogor maupun Giant
Botani Square dapat melakukan pertimbangan untuk menghemat biaya kegiatan promosi yang
berbentuk periklanan dari berbagai media karena bukan menjadi sumber informasi bagi
konsumen sehingga pengaruhnya yang relatif rendah. Bagi pihak Giant, sebaiknya menghindari
pernyataan yang berlebihan atau tidak sesuai dengan kondisi produk yang sebenernya agar tidak
menimbulkan ekspektasi yang terlalu tinggi dalam benak konsumen yang dapat menyebabkan
ketidakpuasan konsumen. Urutan kedua pada Pasar Bogor dari media yang digunakan sebagai
sumber informasi yaitu berasal dari penjual. Para penjual di pasar dapat melakukan kegiatan
promosi dalam bentuk personal selling. Artinya, penjual melakukan penyampaian informasi
terkait produk yang dapat menarik minat pembelian secara langsung dengan bertatap muka oleh
pembeli. (Promotion Mix)
85
Proses Keputusan Pembelian
(lanjutan)
Jawaban Mayoritas
dari Responden
Pasar
Giant
Baru
Botani
Bogor
Square
Harga
Harga
Pencarian
informasi
Fokus perhatian
Evaluasi
alternatif
Atribut
yang Warna
menjadi
daging
pertimbangan
ayam
utama
Kebersihan
daging
ayam
Implikasi pada Pasar Baru Bogor
Implikasi pada Giant
Pedagang sebaiknya menetapkan harga ayam
sesuai dengan harga pasaran, agar menjaga
kekompetitifan harga, tidak melakukan
penetapan harga yang tinggi pada konsumen
baru yang tidak mengetahui harga,
menyediakan
papan informasi mengenai
tingkat harga harian pada komoditi yang dijual
di pasar sebagai acuan konsumen dan
antisipasi praktik kecurangan
pedagang.
(Price Mix)
Warna ayam menjadi salah satu ciri yang
digunakan untuk menilai kesegaran daging
ayam. Hal yang dilakukan untuk menjaga
kesegaran daging ayam yaitu dengan menjaga
suhu yang rendah pada daging ayam agar
tidak membusuk.
Pedagang sebaiknya
memiliki freezer untuk menyimpan daging
ayam, atau pedagang dapat menyebarkan es
batu disekitar daging ayam untuk menjaga
kesegaran daging. Selain itu, penyimpanan
daging sebaiknya diletakan dalam wadah
tertutup karena apabila diletakan di ruang
dapat menimbulkan kontaminasi yang
berpengaruh pada kesegaran ayam. (Product
Mix)
Pihak Giant dapat melakukan penetapan
harga dengan teknik harga psikologis dalam
pencantuman
informasi yang biasanya
berupa harga yang bernilai ganjil dengan
nominal berada sedikit dibawah dari harga
yang telah ditentukan sehingga diharapkan
dalam benak konsumen akan
timbul
perasaan bahwa harga tersebut lebih murah.
(Price Mix)
Daging ayam yang bersih yaitu tidak
tercampur dengan benda lain seperti sisa bulu
ayam maupun darah yang berlebihan. Untuk
itu pihak giant harus melakukan pengecekan
terhadap daging ayam ketika datang dari
pemasok. Selain itu, kebersihan karyawan
bagian pelayanan jasa pemotongan daging
ayam juga harus diperhatikan salah satunya
dengan selalu menggunakan pakaian sesuai
standar yaitu topi, masker, dan sarung tangan
serta menjaga kebersihan pisau serta alas
pemotongan daging ayam agar tidak
menimbulkan kontaminasi. (Product Mix)
86
Proses Keputusan
Pembelian (lanjutan)
Pembelian Situasi
Pembelian
Jawaban Mayoritas dari
Responden
Giant
Pasar Baru
Botani
Bogor
Square
Terencana Terencana
Pembelian Bagian
Ayam
ayam yang Utuh
dibeli
Pembelian Waktu
Hari Kerja
Pembelian
Ayam
Utuh
Hari Libur
Implikasi pada Pasar Baru Bogor
Implikasi pada Giant
Dalam melakukan pembelian daging ayam, kedua responden menyatakan bahwa niat pembelian
sudah ada dari rumah atau terencana. Sehingga, kedua pasar harus menghindari situasi produk
kosong karena akan membuat konsumen kecewa. Menjaga persediaan daging ayam dari baik
dari segi jumlah maupun variasinya merupakan hal yang harus dilakukan pada kedua pasar.
(Place Mix)
Mayoritas responden di kedua pasar menyatakan bahwa produk yang sering mereka beli yaitu
ayam utuh. Sehingga, Pasar Bogor maupun Giant Botani Square sebaiknya menyediakan jumlah
stok ayam utuh lebih banyak dibanding bagian daging ayam lain.(Product Mix)
Melihat bahwa konsumen di Pasar Baru Terkait dengan lokasi Giant yang berada di pusat
Bogor mayoritas berprofesi sebagai ibu perbelanjaan Botani Square, pembelian daging
rumah tangga, maka pembelian biasanya ayam dilakukan sekalian berjalan-jalan yaitu di hari
dilakukan di hari kerja. Sehingga pada libur. Karena itu, pihak giant sebaiknya
hari kerja, jumlah stok daging ayam menyediakan jumlah stok pada hari libur lebih
sebaiknya lebih banyak dari hari libur banyak dari hari kerja. Kemudian untuk menjaga
agar
dapat
memenuhi
kebutuhan kenyamanan konsumen sebaiknya pihak giant
konsumen. (Place Mix)
menambah jumlah kasir yang beroperasi pada hari
libur mengingat meningkatnya jumlah kunjungan
agar tidak menimbulkan antrian yang panjang yang
dapat membuat konsumen tidak nyaman. (Place
Mix)
87
Proses Keputusan
Pembelian
Jawaban Mayoritas dari
Responden
Pasar
Giant Botani
Baru
Square
Bogor
Pembelian Pemilihan
Lokasi
Kualitas
produk
Kenyamanan
tempat
berbelanja
Pembelian Respon
ketika
produk
tidak
tersedia
Mencari
ke
tempat
lain
Membeli
produk lain
Implikasi pada Pasar Baru Bogor
Implikasi pada Giant
Alasan responden membeli ayam di Pasar
Bogor yaitu karena mereka percaya bahwa
daging ayam di pasar berkualitas. Untuk
menjaga kepercayaan tersebut, maka para
pedagang daging ayam harus menjaga
kesegaran dari daging ayam tersebut. Dengan
melakukan pengelolaan persediaan sehingga
dapat mengetahui jumlah rata-rata produk
habis terjual perharinya. Dengan demikian,
produk yang dijual setiap hari selalu baru.
Selain itu, untuk
menjaga kepercayaan
pelanggan, penjual sebaiknya berlaku jujur
dengan tidak menggunakan bahan kimia
berbahaya bagi tubuh dalam upaya
pengawetan daging ayam . (Product Mix)
Menjaga hubungan dengan pemasok dan
memiliki cadangan pemasok sehingga
meminimalisir kondisi produk kosong dapat
menuebabkan konsumen akan berpindah ke
lain tempat untuk mencari produk yang
diinginkannya. (Product Mix)
Kenyamanan
tempat
menjadi
alasan
responden di Giant dalam pembelian daging
ayam. Karena itu, pihak giant harus menjaga
suasana di dalam areal perbelanjaan giant.
Yaitu dengan menjaga
kebersihan area
terutama pada rak pajang daging ayam ,
menata daging ayam dengan rapi, menjaga
lantai agar tidak becek dan menjaga aroma
pada area agar tidak berbau menyengat,
kemudian menjaga suhu ruang agar tetap
sejuk, menyediakan penerangan yang cukup
serta memperhatikan musik yang diputar agar
tidak terlalu bising. (Place Mix)
Apabila terjadi kesulitan dalam menyediakan
daging ayam segar, pihak Giant sebaiknya
menyediakan produk substitusi seperti olahan
daging
ayam
untuk
mengantisipasi
kekecewaan konsumen yang timbul akibat
produk tidak tersedia. (Product Mix)
88
Proses Keputusan
Pembelian (lanjutan)
Pasca
Pembelian
Penilaian
kepuasan
Niat
melakukan
pembelian
ulang
Jawaban Mayoritas
dari Responden
Pasar
Giant
Baru
Botani
Bogor
Square
Puas
Puas
Ya
Ya
Ya
Ya
Pasca
Pembelian
Niat
melakukan
rekomendasi
Pasca
Pembelian
Respon ketika Tetap
terjadi
membeli
kenaikan
harga
Tetap
membeli
Implikasi pada Pasar Baru Bogor
Implikasi pada Giant
Untuk menjaga dan meningkatkan kepuasan
serta loyalitas konsumen, para pedagang di
pasar harus menjaga kualitas produk karena
kualitas daging ayam
menjadi alasan
konsumen melakukan pembelian di pasar .
Selain itu, meningkatkan pelayanan terhadap
pelanggan seperti bersikap ramah, jujur,
pemberian harga khusus untuk pelanggan,
timbangan yang akurat. (Product Mix)
Bagi pihak Giant, untuk menjaga kepuasan dan
loyalitas konsumen maka harus memperhatikan
kenyamanan suasana ritel, karena hal tersebut
yang menjadi alasan konsumen memilih
berbelanja di Giant. Selain itu, ketersediaan
produk yang belum stabil juga perlu
diperhatikan. Pihak giant dapat mengelola
kembali hubungan dengan pemasok agar dapat
menjamin
ketersediaan
produk
untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. (Product
Mix)
Responden pada kedua pasar menyatakan akan melakukan rekomendasi kepada orang lain untuk
membei daging ayam. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh pemasar sebagai implikasi bauran
promosi secara word of mouth. Sikap ini dapat menguntugkan kedua pasar karena menjadi salah
satu agen promosi bagi perusahaan. Sehingga kedua pasar harus dapat manjaga kinerja produk
sehingga dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Apabila konsumen merasa tidak puas
atau kualitas produk yang buruk maka konsumen tersebut mungkin juga akan menyebarkannya
informasi buruk tersebut kepada orang lain yang dapat merugikan perusahaan. (Product and
Promotion Mix)
Respon ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat akan daging ayam termasuk tinggi,
walaupun demikian penjual tidak bisa menetapkan harga yang jauh lebih tinggi dari harga
pasaran karena banyak terdapa penjual daging ayam lainnya yang dapat dipilih oleh konsumen.
(Price Mix)
89
Lampiran 10 Kuesioner Penelitian
No. Kuesioner :
Tanggal
:
Waktu
:
ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
DAGING
AYAM RAS DAN IMPLIKASI TERHADAP BAURAN
PEMASARAN (STUDI KASUS PASAR BARU BOGOR DAN
GIANT BOTANI SQUARE)
Responden yang terhormat,
Saya Shinta Dwipuspa (H34144073) adalah mahasiswa program studi Alih Jenis
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang
sedang melakukan penelitian mengenai Analisis Proses Keputusan Pembelian
Daging Ayam Ras Dan Implikasi Terhadap Bauran Pemasaran (Studi Kasus
Pasar Baru Bogor Dan Giant Botani Square). Penelitian ini merupakan bagian
dari skripsi yang sedang saya kerjakan. Demi tercapainya hasil penelitian yang
baik, mohon kesediaan Anda untuk berpartisipasi mengisi kuesioner ini secara
lengkap dan benar. Seluruh informasi yang diterima dari kuesioner ini
bersifat rahasia dan hanya dipergunakan untuk kepentingan akademis.
Atas kesediaan dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i saya ucapkan terima kasih.
Petunjuk pengisian: Isilah titik –titik pada kolom yang kosong atau berilah
tanda silang (x) pada pilihan Anda.
A. SCREENING
1. Apakah sebelumnya Anda pernah melakukan pembelian daging ayam di
Pasar Baru Bogor/ Giant Botani Square?
a. Ya (silahkan melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya)
b. Tidak (terima kasih, Anda tidak perlu melanjutkan pengisian kuesioner
ini)
2. Apakah tujuan Anda melakukan pembelian daging ayam untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga (bukan untuk berjualan) ?
a. Ya (silahkan melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya)
b. Tidak (terima kasih, Anda tidak perlu melanjutkan pengisian kuesioner ini)
B. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama
: .................................................................................
2. Alamat
: .................................................................................
3. Nomor Telepon
................................................................................
: .................................................................................
90
C. KARAKTERISTIK KONSUMEN
1. Usia
: ( ) 17-25 tahun
( ) 26-35 tahun
( ) 36-45 tahun
( ) 46-55 tahun
( ) 56-65 tahun
( ) Di atas 65 tahun
2. Jenis Kelamin
: ( ) Laki-laki
( ) Perempuan
3. Status
: ( ) Menikah
( ) Belum menikah
4. Pendidikan Terakhir
( ) SD
( ) Diploma
:
5. Pekerjaan
( ) Mahasiswa/Pelajar
( ) Ibu Rumah Tangga
:
( ) Pegawai Negeri Sipil
( ) Pegawai Swasta
( ) SMP
( ) Sarjana/S1
( ) SMA
( ) Pasca Sarjana
( ) Wiraswasta
( )Lainnya, sebutkan...
6. Jumlah anggota dalam rumah tangga (termasuk Anda) :
( ) 1 – 2 orang
( ) 5 – 6 orang
( ) lebih dari 8 orang
( ) 3 – 4 orang
( ) 7 – 8 orang
7. Tempat tinggal (Kecamatan):
( ) Bogor Selatan ( ) Bogor Timur ( ) Bogor Utara ( ) Kabupaten Bogor
( ) Bogor Tengah ( ) Bogor Barat ( ) Tanah Sareal ( ) Luar Bogor
8. Rata- rata pendapatan per bulan :
( ) kurang dari Rp 500.000
( ) Rp 500.000 – Rp 1.500.000
( ) Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000
( ) Rp 2.500.000 – Rp 3.500.000
( ) Rp 3.500.000 – Rp 4.500.000
( ) Rp 4.500.000 – Rp 5.500.000
( ) lebih dari Rp 5.500.000
D. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
I. Pengenalan Kebutuhan
1. Apa alasan utama Anda dalam membeli daging ayam dibanding dengan
jenis daging lain?
a. Mudah diolah
d. Harga terjangkau
b. Sesuai dengan selera
e. Mudah diperoleh
c. Kandungan gizi
f. Lainnya,
sebutkan..........
2. Manfaat apa yang Anda cari dalam mengkonsumsi daging ayam?
a. Sebagai pelengkap menu lauk pauk
b. Sebagai sumber protein bagi tubuh
c. Lainnya, sebutkan .....
91
II. Pencarian Informasi
1. Dari manakah Anda memperoleh informasi tentang produk daging ayam?
a. Penjual/ pelayan pada tempat membeli
f. Keluarga
b. Media elektronik (radio/tv)
g. Tetangga
c. Media cetak (brosur/majalah)
h. Teman
d. Ingatan diri Sendiri
i. Lainnya, sebutkan....
e. Informasi dalam toko
2. Berdasarkan informasi yang Anda peroleh, hal apakah yang menjadi fokus
perhatian Anda?
a. Atribut produk
d. Lokasi
b. Harga
e. Lainnya, sebutkan...
c. Promosi
III. Evaluasi Altenatif
1. Atribut produk apa yang paling menjadi pertimbangan utama Anda dalam
pembelian daging ayam? (silahkan pilih salah satu)
a. Tekstur daging ayam
h. Harga daging ayam
b. Aroma daging ayam
i. Kemudahan memperoleh
c. Warna daging ayam
j. Kenyamanan tempat belanja
d. Kebersihan daging ayam
k. Pelayanan penjual/ karyawan
e. Kemasan daging ayam
l. Iklan yang menarik
f. Variasi bagian daging ayam
m. Potongan harga
g. Ketersediaan daging ayam
IV. Pembelian
1. Bagaimana cara Anda memutuskan untuk melakukan pembelian daging
ayam?
a. Terencana (sudah direncanakan sejak dirumah walaupun persediaan
masih ada)
b. Tergantung situasi (persediaan sudah habis)
c. Mendadak (niat membeli dirasakan ketika melihat daging ayam segar
di toko)
d. Lainnya, sebutkan ....
2. Bagian daging ayam apa yang biasanya biasanya Anda beli?
a. Ayam utuh
d. Bagian paha
b. Daging ayam giling
e. Bagian sayap
c. Bagian dada
f. Lainnya, sebutkan....
3. Kapankah Anda paling sering melakukan pembelian daging ayam?
a. Hari kerja
c. Hari libur
b. Tidak menentu
4. Dimana Anda biasanya melakukan pembelian daging ayam?
a. Pasar modern (Supermarket/Hypermarket) c. Lainnya, sebutkan....
b. Pasar tradisional
5. Pertimbangan apa yang Anda gunakan dalam memilih tempat pembelian
daging ayam?
a. Dekat dengan rumah
e. Harga yang lebih murah
b. Kenyamanan tempat belanja
f. Pelayanan memuaskan
c. Kualitas produk
g. Lainnya, sebutkan...
92
d. Sekalian membeli kebutuhan lain
6. Berapa banyak biasanya Anda melakukan pembelian daging ayam dalam
satu kali kunjungan?
a. Kurang dari 1 kg
d. Lebih dari 2 kg
b. 1 kg
e. Lainnya, sebutkan....
c. 1-2 kg
7. Seberapa sering biasanya Anda melakukan pembelian daging ayam?
a. Setiap hari
d. Sebulan sekali
b. 2-3 hari sekali
e. Lainnya,
sebutkan.....
c. Seminggu sekali
8. Apa yang akan Anda lakukan jika produk daging ayam Anda ingin beli
tidak tersedia?
a. Membeli produk lain sebagai pengganti daging ayam di tempat yang
sama
b. Mencari produk daging ayam yang diinginkan di tempat lain
c. Tidak membeli produk apapun atau menunda pembelian
d. Lainnya, sebutkan...
V. Perilaku Pascapembelian
1. Bagaimana perasaan Anda setelah melakukan pembelian daging ayam saat
ini?
a. Sangat puas
d. Tidak puas
b. Puas
e. Sangat tidak puas
c. Biasa saja
2. Apakah Anda berniat untuk melakukan pembelian ulang daging ayam
disini?
a. Ya
d. Tidak
3. Apakah Anda Akan memberikan rekomendasi kepada orang lain untuk
membeli ayam pada tempat pembelian ini?
a. Ya
d. Tidak
4. Apa yang Anda lakukan jika terjadi kenaikan harga daging ayam pada
tempat pembelian yang biasa Anda kunjungi?
a. Tetap melakukan pembelian
b. Membeli produk lain sebagai pengganti daging ayam
c. Mencari ke tempat lain yang lebih murah
d. Tidak melakukan pembelian
e. Lainnya, sebutkan...
93
E. EVALUASI KEPENTINGAN DAN KINERJA
I. Tingkat Kepentingan
Berilah tanda checklist (√) pada tabel yang sesuai dengan pilihan Anda yang
menunjukkan tingkat kepentingan dari setiap atribut yang anda harapkan dari
produk daging ayam ras.
No.
Atribut
1
2
3
4
5
6
Tekstur daging ayam
Aroma daging ayam
Warna daging ayam
Kebersihan daging ayam
Kemasan daging ayam
Variasi bagian daging
ayam
Kesesuaian tingkat harga
jual dengan kualitas
Harga
jual
yang
terjangkau
Ketersediaan
produk
daging ayam segar setiap
saat
Kemudahan memperoleh
daging ayam di dalam
lokasi pembelian
Kenyamanan
tempat
berbelanja
Pelayanan
penjual/
karyawan
Iklan yang menarik
Pemberian
potongan
harga
7
8
9
10
11
12
13
14
Sangat
Penting
Tingkat Kepentingan
Penting
Cukup
Tidak
Penting
Penting
Sangat
Tidak
Penting
94
II.
Tingkat Kinerja
Berilah tanda checklist (√ ) pada tabel yang sesuai dengan pilihan Anda terhadap
kinerja dari setiap atribut daging ayam ras.
No.
Atribut
Tingkat Kinerja
1
Tekstur
( ) sangat baik
( ) baik
( ) cukup
( ) tidak
( ) sangat
daging ayam
baik
baik
tidak baik
2
Aroma daging
( ) bau khas
( ) bau tidak
( ) biasa
( ) bau
( ) bau
ayam
daging segar
menyengat
saja
menyengat
sangat
menyengat
3
Warna daging
( ) warna daging
( ) warna daging
( ) warna
( ) warna
( ) warna
ayam
sangat cerah
cerah
daging
daging
daging
cukup
pucat,
sangat
cerah
kebiruan
pucat
4
Kebersihan
( ) sangat bersih
( ) bersih
( ) cukup
( ) tidak
( ) sangat
daging ayam
bersih
bersih tidak bersih
5
Kemasan
( ) sangat baik
( ) baik
( ) cukup
( ) tidak
( ) sangat
daging ayam
baik
baik
tidak baik
6
Variasi bagian
( ) sangat
( ) bervariasi
( ) cukup
( ) tidak
( ) sangat
daging ayam
bervariasi
bervariasi
bervariasi
tidak
di
tempat
bervariasi
pembelian
7
Kesesuaian
( ) sangat sesuai
( ) sesuai
( ) cukup
( ) tidak
( ) sangat
tingkat harga
sesuai
sesuai tidak sesuai
jual
8
Harga
jual
( ) sangat
( ) terjangkau
( ) cukup
( ) tidak
( ) sangat
yang
terjangkau
terjangkau
terjangkau
tidak
ditetapkan
terjangkau
9
Ketersediaan
( ) selalu terjamin
( ) terjamin
( ) cukup
( ) tidak
( ) sangat
produk daging
ketersediaannya
kertersediannya
terjamin
terjamin
tidak
ayam
segar
terjamin
setiap saat
10
Kemudahan
( ) sangat mudah
( ) mudah
( ) cukup
( ) sulit
( ) sangat
memperoleh
mudah
sulit
daging ayam
di
dalam
lokasi
11
Kenyamanan
( ) sangat nyaman
( ) nyaman
( ) cukup
( ) tidak
( ) sangat
tempat
nyaman
nyaman
tidak
berbelanja
nyaman
12
Pelayanan
( ) sangat baik
( ) baik
( ) cukup
( ) tidak
( ) sangat
penjual/
baik
baik
tidak baik
karwayan
13
Iklan
( ) sangat menarik
( ) menarik
( ) cukup
( ) tidak
( ) sangat
menarik
menarik
tidak
menarik
14
Potongan
( ) sangat besar
( ) besar
( ) cukup
( ) kecil
( ) sangat
harga
yg
besar
kecil
diberikan
-TERIMA KASIH-
1
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 April 1993. Penulis
merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, putri Bapak Usman (alm) dan Ibu
Nursyamsiah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Kunciran 6
Kota Tangerang pada tahun 2005 dan pendidikan menengah pertama telah
diselesaikan pada tahun 2008 di SMP Negeri 3 Kota Tangerang. Pendidikan
lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2011 di SMA Negeri 3 Kota
Tangerang. Kemudian pada tahun yang sama penulis diterima pada Program
Keahlian Diploma III Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Pada tahun 2014 penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada
bidang perikanan khususnya pembenihan ikan patin di Dunia Patin 1988 dengan
mengambil tema studi kelayakan bisnis pembesaran ikan patin sebagai bahan
kajian tugas akhir. Kemudian penulis lulus pada tahun 2014 dengan predikat Cum
Laude dan melanjutkan studi di Program Alih Jenis Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Download