posisi daya saing dan faktor-faktor yang

advertisement
POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI EKSPOR PAKAIAN JADI INDONESIA KE
NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN 2009-2013
NADILA LISTIANINGRUM
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Posisi Dayasaing dan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Negara
Tujuan Utama Tahun 2009–2013 adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan bekum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Nadila Listianingrum
NIM H14110076
ABSTRAK
NADILA LISTIANINGRUM. Posisi Dayasaing dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Negara Tujuan Utama Tahun
2009-2013. Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO
Indonesia merupakan salahsatu pengekspor pakaian jadi terbesar di dunia.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis posisi dayasaing dan faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tujuan ekspor utama.
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dayasaing dan ekonometrik.
Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic
(EPD) digunakan untuk menganalisis dayasaing. Analisis ekonometrik
menggunakan data panel dengan pendekatan gravity model. Periode dalam
penelitian ini adalah lima tahun (2009-2013). Negara tujuan ekspor utama adalah
Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris, China, Brasilia, Belgia,
Italia, Belanda, Kanada, Malaysia, Saudi Arabia, Vietnam, Thailand, Turki,
Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Perancis). Hasil analisis menunjukkan bahwa
pakaian jadi Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di dunia
tetapi di beberapa negara tujuan memiliki dayasaing lemah. Hasil analisis data
panel menunjukkan bahwa GDP riil, jarak ekonomi, harga ekspor, dan nilai tukar
riil secara seignifikan memengaruhi volume ekspor pakaian jadi Indonesia.
Kata kunci: Pakaian jadi, gravity model, RCA, EPD, volume ekspor
ABSTRACT
NADILA LISTIANINGRUM. The Position of Competitiveness and the Factors
that Affect the Indonesian’s Apparel Export to the Main Destination Countries
2009-2013 Period. Supervised by ARIEF DARYANTO
Indonesia is one of the biggest apparel exporter in the world. The objectives
of this research are to analyze competitiveness and determinants of Indonesia’s
apparel export flow to the main export destination countries. This research used
quantitative analysis of competitiveness and econometrics. Revealed Comparative
Advantage (RCA) and Export Product Dynamic (EPD) are used to analyze
competitiveness. Econometrics analysis used panel data with gravity model
approach. The period of this research is five years (2009-2013). The export
destination countries are United States of America, Japan, Germany, South Korea,
United Kingdom, China, Brazil, Belgium, Italy, Netherlands, Canada, Malaysia,
Saudi Arabia, Vietnam, Thailand, Turkey, Spain, United Emirates Arab, and
France. The result of this research is Indonesia’s apparel has competitive and
comparative advantage in the world. But in some destination countries,
Indonesia’s apparel has weak competitiveness. The result of panel data analysis
shows that real GDP, economic distance, export price, and real exchange rate
significantly influence Indonesia’s apparel export volume.
Keywords: Apparel, gravity model, RCA, EPD, export volume
POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI EKSPOR PAKAIAN JADI INDONESIA KE
NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN 2009-2013
NADILA LISTIANINGRUM
Skripsi
sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah perdagangan internasional, dengan judul Posisi
Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia
ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009-2013.
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas dukungan, bantuan, doa, dan
kasih sayang dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT atas kemudahan, rahmat, dan karunia-Nya yang telah
diberikan kepada penulis.
2. R. Eddi Soelistio dan Bintang Rejeki selaku kedua orang tua penulis
dan Meidina Dwilistiana selaku adik penulis serta seluruh keluarga atas
segala doa, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada penulis.
3. Bapak Ir. Arief Daryanto, M.Ec, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi
atas segala bimbingan, perhatian, kebaikan, bantuan, dan motivasinya
selama ini kepada penulis.
4. Ibu Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen penguji utama yang telah
memberikan banyak saran, arahan, dan kritik yang membangun kepada
penulis.
5. Bapak Dr. Muhammad Findi A, M.E selaku dosen penguji komisi
pendidikan yang telah memberikan banyak saran, arahan, dan kritik
yang membangun kepada penulis.
6. Seluruh dosen dan staf dekanat Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Departemen Ilmu Ekonomi, serta departemen Tahap Persiapan Bersama
(TPB) yang telah memberikan bantuan, ilmu, dan motivasi selama
menjalani perkuliahan di Institut Pertanian Bogor.
7. Teman-teman satu bimbingan, Rabbani Khairani, Diah Fitriani, dan
Nadia Permatasari atas semangat, bantuan, doa, dan kebersamaan
selama perjuangan penulisan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat terbaik, Tia, Dian, Alin, Vita, Ulin, Dodi, Idham,
Concon, INTEL, WN, Kamil, Tehfit, Eci, IPAF, GenBI, dan seluruh
teman-teman Ilmu Ekonomi atas kebersamaan, semangat, doa, motivasi,
dan saran yang diberikan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2015
Nadila Listianingrum
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Perdagangan Internasional
5
Dayasaing
6
Keunggulan Komparatif
6
Keunggulan Kompetitif
7
GDP riil
7
Jarak Ekonomi
7
Nilai Tukar Riil
7
Harga Ekspor
8
Penelitian Terdahulu
8
Kerangka Pemikiran
10
Hipotesis
11
METODE
12
Jenis dan Sumber Data
12
Metode Analisis dan Pengolahan Data
12
Estimasi Model
15
Uji Kesesuaian Model
17
GAMBARAN UMUM
19
Perkembangan Perdagangan Pakaian Jadi di Dunia
19
Perkembangan Pakaian Jadi Indonesia
20
Pangsa Pasar Pakaian Jadi Indonesia
21
Perkembangan GDP Riil Indonesia dan Negara Tujuan Ekspor Utama
22
Perkembangan Harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia
22
Perkembangan Nilai Tukar Riil Mata Uang Negara Tujuan Terhadap US$
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
Dayasaing Pakaian Jadi Indonesia di Dunia
23
Dayasaing Pakaian Jadi Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Utama
25
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia di Negara
Tujuan Ekspor Utama
28
KESIMPULAN DAN SARAN
33
Kesimpulan
33
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
37
RIWAYAT HIDUP
50
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
Ringkasan hubungan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
Data dan sumber data
Matriks posisi pasar
Hasil estimasi RCA pakaian jadi Indonesia di dunia
Hasil estimasi EPD pakaian jadi Indonesia di dunia
Hasil estimasi RCA dan EPD pakaian jadi Indonesia di negara tujuan
ekspor utama tahun 2009-2013
Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor pakaian
jadi Indonesia ke negara tujuan tahun 2009-2013
10
12
14
24
24
26
28
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Share trade terhadap Gross Domestic Product (GDP) di dunia tahun
2013
Lima subsektor dengan tenaga kerja terbanyak di Indonesia tahun 2013
Nilai ekspor pakaian jadi Indonesia dan negara pesaing di dunia tahun
2009-2013
Keseimbangan Parsial Perdagangan Internasional
Kerangka Pemikiran
Tren nilai ekspor pakaian jadi (HS 611020) di dunia tahun 2009-2013
Volume ekspor pakaian jadi (HS 611020) di dunia tahun 2009-2013
Nilai ekspor dan impor pakaian jadi Indonesia (HS 611020) di dunia
tahun 2009-2013
Rata-rata share volume ekspor pakaian jadi
Share ekspor pakaian jadi Indonesia di dunia tahun 2009 hingga 2013
Tren harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia (HS 611020) di dunia
tahun 2009-2013
Tren nilai tukar enam negara tujuan ekspor anggota Uni Eropa tahun
2009-2013
Posisi EPD pakaian jadi Indonesia di negara tujuan
1
2
3
5
11
19
20
20
21
21
22
23
27
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nilai GDP riil, GDP per kapita riil, dan nilai tukar riil tahun 2009-2013
Negara tujuan ekspor pakaian jadi Indonesia tahun 2009-2013
Hasil uji Chow
Hasil uji Hausman
Fixed Effect Model dengan pembobotan GLS
Hasil uji normalitas
Uji multikolinearitas
Efek individu
Volume, nilai, dan harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia tahun 20092013
37
40
44
44
45
46
46
46
47
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Share terhadap GDP (persen)
Setiap negara memiliki sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang
berbeda. Selain itu, setiap negara memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, sebuah negara dapat memproduksi komoditas yang
dibutuhkan atau dengan melakukan perdagangan dengan negara lain. Setiap
negara yang melakukan perdagangan bertujuan untuk mencari keuntungan dari
perdagangan, setiap negara berbeda satu sama lain, dan untuk mencapai skala
ekonomi (Krugman dan Obstfeld 2003).
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ekspor
Impor
Trade
Asia Timur Eropa dan
dan Pasifik
Asia
Tengah
Amerika
Timur Afrika SubLatin dan Tengah dan Sahara
Karibia
Afrika
Utara
Dunia
Sumber : World Development Indicators , 2015 (diolah).
Gambar 1 Share trade terhadap Gross Domestic Product (GDP) di dunia tahun
2013
Perdagangan internasional yang terdiri dari ekspor dan impor memiliki
peranan yang sangat penting bagi sebagian besar negara industri dan negara yang
sedang berkembang (Salvatore 1997). Berdasarkan gambar 1, kontribusi
perdagangan terhadap GDP dunia pada tahun 2013 sebesar 59.62 persen dengan
share ekspor sebesar 29.88 persen dan share impor sebesar 29.74 persen.
Share perdagangan tertinggi pada tahun 2013 adalah negara-negara yang
berada di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara yaitu sebesar 93.45 persen
dengan share ekspor sebesar 52.28 persen dan share impor sebesar 41.17 persen.
Untuk share perdagangan internasional terhadap GDP di wilayah Asia Timur dan
Pasifik sebesar 64.97 persen, di wilayah Eropa dan Asia Tengah sebesar 80.07
persen, di wilayah Amerika Latin dan Karibia sebesar 50.48 persen, dan di
wilayah Afrika Sub-Sahara sebesar 64.02 persen.
Berdasarkan fakta pada gambar 1, dapat disimpulkan bahwa perdagangan
internasional memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan GDP
di masing-masing wilayah, yaitu lebih dari 50 persen.
Kontribusi perdagangan internasional terhadap pembentukan GDP
Indonesia cukup besar. Berdasarkan World Development Indicators (2015),
2
Jumlah Tenaga Kerja (orang)
perdagangan internasional telah menyumbang lebih dari 45 persen terhadap
pembentukan GDP Indonesia selama lima tahun terakhir. Kontribusi ekspor
terhadap pembentukan GDP Indonesia selalu lebih besar dari 23 persen selama
lima tahun terakhir. Dapat disimpulkan perdagangan internasional, khususnya
ekspor, berkontribusi terhadap pembentukan GDP Indonesia.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2015), pada tahun 2014 ekspor pada
sektor industri memiliki nilai tertinggi sebesar US$ 176 miliar. Sektor industri
berkontribusi lebih dari 60 persen dari total nilai ekspor Indonesia pada tahun
2014. Dari berbagai komoditi yang dihasilkan sektor industri, komoditi tekstil dan
pakaian jadi memiliki nilai ekspor yang tinggi.
Berdasarkan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2015),
komoditi industri tekstil dan pakaian jadi termasuk dalam sepuluh komoditi
ekspor utama Indonesia. Nilai ekspor komoditi tekstil dan pakaian jadi Indonesia
tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun 2012 dan 2013 menjadi sebesar
US$ 12.74 miliar.
1000000
800000
600000
400000
200000
2013
0
Tekstil dan
Pakaian Jadi
Makanan
Karet, Barang Pengolahan Kayu, Gabus
dari Karet
Tembakau
(Bukan
dan Plastik
Furnitur) dan
Anyaman
dari Bambu,
Rotan dsj
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015 (diolah).
Gambar 2 Lima subsektor dengan tenaga kerja terbanyak di Indonesia tahun 2013
Industri besar, sedang, dan kecil di Indonesia menyerap banyak tenaga
kerja. Salahsatunya adalah sektor industri pengolahan. Industri pengolahan terdiri
dari 24 subsektor, salahsatunya subsektor industri tekstil dan pakaian jadi (KLBI
2009).
Berdasarkan gambar 2, pada tahun 2013 terdapat lima subsektor yang
menyerap tenaga kerja terbanyak di antaranya industri tekstil dan pakaian jadi
sebanyak 900 ribu tenaga kerja, industri makanan sebanyak 832.4 ribu tenaga
kerja, industri karet dan plastik sebanyak 357.5 ribu tenaga kerja, industri
pengolahan tembakau sebanyak 279 ribu tenaga kerja, dan industri kayu sebanyak
221 ribu tenaga kerja. Dari kelima subsektor tersebut, industri tekstil dan pakaian
jadi merupakan industri yang memiliki kontribusi terbesar dalam penyerapan
tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2013.
Industri tekstil dan pakaian jadi terdiri dari berbagai macam komoditi.
Salahsatunya adalah pakaian jadi. Berdasarkan data ekspor yang dipublikasikan
oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2015), pakaian jadi Indonesia
3
merupakan komoditi tekstil dengan nilai ekspor terbesar dengan kontribusi lebih
dari 60 persen selama 5 tahun terakhir. Pakaian jadi dengan nilai ekspor tertinggi
adalah pakaian jadi yang terbuat dari katun dengan kode HS 611020
(UNComtrade 2015).
Sebagai komoditi ekspor utama Indonesia, tekstil dan pakaian jadi telah
memiliki banyak negara yang menjadi partner dalam perdagangan internasional.
Berdasarkan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2015), terdapat 20
negara tujuan ekspor tekstil dan pakaian jadi Indonesia. Penelitian ini hanya
memilih 19 negara untuk dianalisis, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea
Selatan, Inggris, China, Brasilia, Belgia, Italia, Belanda, Kanada, Malaysia, Saudi
Arabia, Vietnam, Thailand, Turki, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Perancis.
Pemilihan negara tujuan tersebut berdasarkan ketersediaan data pada variabel
independen yang akan diteliti.
Dari 19 negara yang dianalisis, terdapat tujuh negara anggota Uni Eropa.
negara tersebut adalah Jerman, Belgia, Inggris, Italia, Belanda, Spanyol, dan
Perancis. Berdasarkan data UNComtrade (2015), Uni Eropa merupakan pasar
pakaian jadi Indonesia tertinggi kedua setelah Amerika Serikat. Rata-rata nilai
ekspor pakaian jadi Indonesia ke Uni Eropa dari tahun 2009 hingga 2013 adalah
US$ 77.28 juta. Sebagai pasar ekspor pakaian jadi Indonesia terbesar kedua,
perekonomian Uni Eropa dapat memengaruhi permintaan pakaian jadi Indonesia.
Oleh sebab itu, krisis Eropa tahun 2010 dijadikan variabel dummy dalam
penelitian ini.
Perumusan Masalah
Nilai Ekspor HS 611020 (Juta
US$)
Globalisasi membuat setiap negara berusaha untuk meningkatkan dayasaing
khususnya komoditi-komoditi yang memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif di pasar internasional. Tekstil dan pakaian jadi merupakan komoditi
ekspor utama Indonesia yang memiliki potensi untuk memenuhi permintaan dunia
dan meningkatkan dayasaing Indonesia di pasar internasional. Industri tekstil dan
pakaian jadi telah menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia dan berkontribusi
besar dalam pembentukan GDP Indonesia.
8000
6000
4000
2000
0
2009
China
2010
Indonesia
2011
Turkey
2012
2013
Vietnam
Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).
Gambar 3 Nilai ekspor pakaian jadi Indonesia dan negara pesaing di dunia tahun
2009-2013
4
Berdasarkan gambar 3, nilai ekspor tekstil khususnya pakaian jadi Indonesia
masih kalah saing dengan eksportir lainnya seperti China, Turki, dan Vietnam.
Untuk lebih meningkatkan ekspor pakaian jadi di negara tujuan, maka dianalisis
potensi pasar di negara tujuan ekspor dengan melihat:
1) Bagaimana posisi dayasaing pakaian jadi Indonesia di negara tujuan
ekspor utama?
2) Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume ekspor pakaian jadi
Indonesia ke negara tujuan ekspor utama dengan menggunakan
pendekatan gravity model?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan penelitian ini adalah:
1) Menganalisis posisi dayasaing pakaian jadi Indonesia di negara tujuan
ekspor utama.
2) Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi
Indonesia di negara tujuan ekspor utama.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1) Mahasiswa dan masyarakat umum yang menjadikannya sebagai salahsatu
sumber referensi yang baik bagi kegiatan penulisan dan penelitian
selanjutnya.
2) Pemerintah Kementerian Perindustrian sebagai bahan pertimbangan untuk
mengembangkan industri tekstil dan pakaian jadi khususnya pakaian jadi
yang terbuat dari katun.
3) Pemerintah Kementerian Perdagangan sebagai bahan pertimbangan untuk
membuat kebijakan yang tepat sasaran untuk meningkatkan ekspor dan
dayasaing pakaian jadi Indonesia di pasar internasional.
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mempersempit pemaparan hasil analisis pada penelitian ini, maka
penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut.
1) Penelitian ini menganalisis dayasaing dan determinasi volume ekspor
pakaian jadi Indonesia di negara tujuan ekspor utama.
2) Kode Harmonized System (HS) yang dianalisis adalah kode HS 1966 enam
digit, yaitu HS 611020 dengan deskripsi of cotton.
3) Periode waktu yang digunakan dalam analisis adalah 5 tahun yaitu 20092013.
4) Negara tujuan ekspor utama yang dianalisis ada 19 negara yaitu Amerika
Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris, China, Brasilia, Belgia,
Italia, Belanda, Kanada, Malaysia, Saudi Arabia, Vietnam, Thailand, Turki,
Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Perancis.
5) Variabel dependen yang digunakan dalam analisis adalah volume ekspor
pakaian jadi Indonesia.
5
6) Variabel independen yang digunakan dalam analisis antara lain GDP riil
Indonesia, GDP riil negara tujuan ekspor, nilai tukar riil negara tujuan
terhadap US$, harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan
ekspor utama, jarak ekonomi, dan dummy krisis Eropa tahun 2010.
TINJAUAN PUSTAKA
Perdagangan Internasional
Menurut Oktaviani dan Novianti (2009), perdagangan internasional
merupakan perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan
penduduk negara lain atas kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat
berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan
pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara
lain.
Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor
suatu negara menjadi salahsatu komponen dalam pembentukan GDP dari sisi
pengeluaran suatu negara. Peningkatan ekspor bersih suatu negara menjadi faktor
utama untuk meningkatkan GDP suatu negara. Dalam hal perdagangan
internasional, Krugman (2003) menyatakan bahwa alasan utama terjadinya
perdagangan internasional adalah 1) motif mencari keuntungan, 2) negara-negara
yang berbeda satu sama lain, dan 3) untuk mencapai skala ekonomi (economies of
scale).
Px/Py
Px/Py
Negara A
P3
A”
Sx
Ekspor
B*
P2
B
Hubungan
Perdagangan
Internasional
S
Px/Py
Sx
P3
A’
B’
E*
E’
Impor
E
D
P1
Negara B
Dx
A*
A
Dx
0
X
0
X
0
X
Sumber : Salvatore, 1997.
Gambar 4 Keseimbangan Parsial Perdagangan Internasional
Gambar 4 menunjukkan keseimbangan parsial perdagangan internasional.
Tingkat harga domestik negara A dan B saat tidak ada perdagangan internasional
adalah P1 dan P3. Ketika terjadi perdagangan antara negara A dan B maka
terbentuk tingkat harga keseimbangan di P2.
Tingkat harga keseimbangan yang lebih besar dari tingkat harga domestik
negara A (P2>P1) mengakibatkan negara A mengalami kelebihan penawaran
komoditi X sebesar BE. Sedangkan tingkat harga keseimbangan yang lebih kecil
dari tingkat harga domestik negara B (P2<P3) mengakibatkan negara B mengalami
kelebihan permintaan sebesar B’E’. Dengan adanya perdagangan maka negara A
6
akan mengekspor komoditi X sebesar BE dan negara B akan mengimpor komoditi
X sebesar B’E’dengan tingkat harga keseimbangan sebesar P2 (Salvatore 1997).
Dayasaing
Menurut European Commission (2009), dayasaing merupakan kemampuan
menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional,
dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi
dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan
kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal.
Pada level konomi, dayasaing merupakan kapasitas suatu negara dalam
menyediakan kebutuhan masyarakatnya dengan standar hidup yang berkelanjutan
disertai lapangan kerja bagi angkatan kerja.
Menurut Porter (1990), dayasaing merupakan kemampuan suatu negara
untuk memasarkan produknya relatif terhadap kemampuan negara lain. Dayasaing
dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode di antaranya metode
Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), Intra
Industry Trade (IIT), Constant Market Share Analysis (CMSA), dan X-Model
Produk export potential.
Keunggulan Komparatif
Teori keunggulan komparatif (the law of comparative advantage) yang
diungkapkan oleh David Ricardo merupakan penyempurnaan dari keunggulan
absolut Adam Smith. Hukum keunggulan komparatif menyatakan bahwa jika
negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam produksi dua komoditas
dibandingkan dengan negara lain, perdagangan yang saling menguntungkan masih
bisa berlangsung selama rasio harga antar negara masih berbeda jika
dibandingkan tidak ada perdagangan. (Oktaviani dan Novianti 2009).
Teori ini memiliki beberapa asumsi, yaitu 1) perdagangan dilakukan oleh
dua negara dan komoditi yang diperdagangankan ada dua dengan negara 1
memiliki keunggulan komparatif di komoditas 1, sedangkan negara 2 memiliki
keunggulan komparatif di komoditas 2, 2) perdagangan bersifat bebas, 3) terdapat
mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara tetapi tidak ada mobilitas
antar dua negara, 4) biaya produksi konstan, 5) tidak ada biaya transportasi, dan 6)
tidak ada perubahan teknologi (Sai’idy 2013).
Konsep keunggulan komparatif adalah ukuran dayasaing potensial, artinya
dayasaing akan dicapai jika perekonomian tidak mengalami distorsi. Sehingga
komoditi yang memiliki keunggulan komparatif juga memiliki efisiensi secara
ekonomi (Simatupang 1991 dalam Oktaviani dan Novianti 2009).
Menurut David Ricardo, keunggulan komparatif bersifat dinamis. Negara
dengan keunggulan komparatif pada komoditi tertentu harus dapat
mempertahankan dan bersaing dengan negara lain di pasar internasional.
Kelebihan keunggulan komparatif adalah perdagangan antara dua negara
akan tetap terjadi selama masing-masing negara memiliki perbedaan dalam cost
comparative advantage dan production comparative advantage. Kelemahan
keunggulan komparatif adalah tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat
perbedaan fungsi produksi antara dua negara.
7
Keunggulan Kompetitif
Konsep keunggulan kompetitif adalah kelayakan finansial, yaitu melihat
manfaat dari aktivitas ekonomi dari sudut lembaga atau individu yang terlibat.
Keunggulan kompetitif ini merupakan kempampuan suatu negara untuk membuat
strategi dalam mencapai keuntungan sehingga kondisi alami tidak menghambat
produksi komoditi unggulan negara tersebut. keberhasilan dayasaing suatu negara
ditentukan oleh inovasi yang dapat dilakukan oleh negara tersebut sehingga
memiliki nilai tambah yang tinggi dan tidak dapat ditiru dengan sempurna oleh
pesaingnya (Setiawan 2008 dalam Pradipta 2014).
GDP riil
Menurut Mankiw dalam bukunya yang berjudul The Principles of
Macroeconomics, Gross Domestic Product (GDP) merupakan salahsatu ukuran
terbaik untuk melihat stastistik ekonomi suatu negara. GDP mengukur dua hal,
yaitu total pendapatan dan total pengeluaran output ekonomi barang dan jasa.
Selain itu, GDP merupakan nilai pasar semua komoditi akhir yang diproduksi
dalam kurun waktu tertentu. GDP terdiri dari dua tipe, yaitu GDP riil dan GDP
nominal.
GDP riil merupakan GDP yang nilai barang dan jasanya diukur dengan
menggunakan harga konstan, sedangkan GDP nominal merupakan GDP yang
nilai barang dan jasanya diukur oleh harga berlaku. Dalam penelitian ini
menggunakan GDP riil karena GDP riil tidak dipengaruhi oleh harga namun
hanya dipengaruhi oleh produksi. Selain itu, GDP riil menunjukkan bagaimana
seluruh produksi ekonomi suatu negara berubah setiap waktu (Mankiw 2008).
Jarak Ekonomi
Jarak merupakan salahsatu faktor dalam gravity model perdagangan
internasional yang mengindikasikan biaya transportasi yang dihadapi negara
pengekspor. Semakin jauh jarak maka biaya transportasi semakin besar. Hal ini
akan berpengaruh pada ekspor. Jarak yang digununakan dalam penelitian ini
adalah jarak ekonomi yang diperoleh dari jarak geografis antar negara dikalikan
share GDP riil negara tujuan ekspor terhadap total GDP riil negara tujuan ekspor.
Nilai Tukar Riil
Nilai tukar merupakan tingkat harga suatu mata uang dalam mata uang asing
atau jumlah mata uang negara asing yang harus dibayarkan untuk mendapatkan
satu unit uang domestik (Lipsey 1997). Nilai tukar terdiri dari dua jenis, yaitu
nilai tukar riil dan nilai tukar nominal. Nilai tukar nominal merupakan harga
relatif dari mata uang kedua negara sedangkan nilai tukar riil merupakan harga
relatif dari barang-barang di antara dua negara.
Nilai tukar riil (real exchange rate) merupakan kunci seberapa banyak
sebuah negara melakukan ekspor dan impor karena mengukur tingkat harga suatu
barang dan jasa di dalam negeri dengan tingkat harga luar negeri. Nilai tukar riil
berpengaruh terhadap produk antar negara. Nilai tukar riil dapat diperoleh dari
8
perkalian nilai tukar nominal dengan share tingkat harga barang dalam negeri
terhadap tingkat harga barang luar negeri (Mankiw 2006).
Nilai tukar riil merupakan term of trade yang dapat berdampak pada neraca
perdagangan. Jika nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap US$
mengalami peningkatan nominal, artinya mata uang negara tujuan ekspor
mengalami depresiasi sehingga negara tujuan akan lebih memilih ekspor daripada
impor. Hal tersebut dapat membuat permintaan ekspor pakaian jadi Indonesia di
negara tujuan utama mengalami penurunan (Krugman dan Obstfeld 2003).
Harga Ekspor
Lipsey (1997) menyatakan bahwa harga merupakan salahsatu faktor yang
dapat memengaruhi jumlah permintaan konsumen terhadap suatu barang dan jasa.
Harga yang memengaruhi permintaan dapat berupa harga komoditi itu sendiri atau
harga komoditi lain. Jika harga semakin tinggi, maka jumlah permintaan akan
mengalami penurunan. Harga ekspor nominal dapat diperoleh dari nilai ekspor
suatu komoditi negara asal ke negara tujuan dibagi dengan volume ekspor
komoditi tersebut. Harga ekspor riil diperoleh dari pembagian harga ekspor
nominal dengan Indeks Harga Perdagangan Ekspor Indonesia (Oktora 2009).
Penelitian Terdahulu
Rizky dan Widyasanti (2011) dalam penelitiannya mengenai dayasaing
produk ekspor manufaktur Indonesia menggunakan metode RCA Dinamis dan
data 23 kelompok produk manufaktur SITC Rev.3 periode 2004 – 2009. Hasil
analisis menunjukkan bahwa dayasaing produk manufaktur Indonesia yang masuk
ke dalam persaingan ekspor memiliki tingkat dayasaing yang cukup baik.
Berdasarkan hasil penelitian Rizky dan Widyasanti (2011), beberapa
kelompok yang termasuk dalam kategori rising star adalah kimia dan produk
kimia, besi dan baja, logam non besi, barang-barang logam, peralatan dan mesin
industri umum, serta peralatan transportasi lain-lain. Sedangkan produk
manufaktur benang tekstil dan kain (SITC 65) dan pakaian dan aksesoris pakaian
(SITC 84) berada dalam kategori lagging retreat. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa ekspor produk tersebut masih memiliki tingkat dayasaing namun tren
permintaan dunia mengalami penurunan.
Penelitian Sa’idy (2013) dalam jurnalnya mengenai dayasaing komoditas
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat menggunakan
data tahun 2000-2012 dengan menggunakan metode Revealed Comparative
Advantage (RCA). Hasil analisis menunjukan bahwa Indonesia memiliki
dayasaing yang cukup baik di pasar Amerika Serikat untuk komoditas TPT.
Rahman (2003) dalam penelitiannya mengenai analisis perdagangan
Banglades menggunakan pendekatan gravity model. Dalam penelitiannya,
Rahman menggunakan data 35 negara tujuan periode tahun 1972 hingga 1999.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan (ekspor dan impor) Banglades
secara positif dipengaruhi oleh ukuran ekonomi, perbedaan GNP per kapita, dan
keterbukaan negara tujuan. Faktor utama yang memengaruhi ekspor Banglades
adalah nilai tukar, permintaan impor negara tujuan, dan keterbukaan ekonomi
Banglades. Sedangkan faktor utama yang memengaruhi impor Banglades adalah
tingkat inflasi, perbedaan pendapatan per kapita, dan keterbukaan negara tujuan.
9
Do (2006) dalam penelitiannya yang berjudul A Gravity Model for Trade
Between Vietnam and Twenty-Three European Countries menganalisis aliran
perdagangan Vietnam menggunakan data tahun 1993-2004 melalui pendekatan
gravity model. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel jarak geografis dan
kesamaan sejarah tidak mempengaruhi aliran perdagangan Vietnam ke negaranegara Eropa, sedangakan GDP dan populasi masing-masing negara yang
dianalisis mempengaruhi aliran perdagangan Vietnam secara positif.
Amponsah dan Ofori-Boadu (2007) dalam penelitiannya mengenai faktorfaktor yang memengaruhi perdagangan tekstil dan pakaian jadi Amerika Serikat
menggunakan data tahun 1989 hingga 2003 dan data 13 negara eksportir.
Penelitiannya menggunakan pendekatan gravity model. Hasil penelitian
menunjukkan impor komoditi tekstil dan pakaian jadi Amerika Serikat
dipengaruhi oleh GDP eksportir dan Amerika Serikat, GDP per kapita eksportir
dan Amerika Serikat, nilai tukar negara importir terhadap US$, price deflator
importir dan Amerika Serikat, dan jarak geografis.
Siahaan (2008) dalam penelitiannya mengenai aliran perdagangan tekstil
dan produk tekstil intra ASEAN menggunakan data tahun 2002-2006 dengan
pendekatan gravity model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang
memengaruhi aliran perdagangan intra-ASEAN adalah GDP negara asal dan
tujuan, populasi negara asal, jarak ekonomi, tarif dan kesamaan bahasa.
Sedangkan nilai tukar riil dan populasi negara tujuan tidak memengaruhi
perdagangan TPT secara signifikan.
Hermawan (2011) dalam penelitiannya mengenai faktor yang memengaruhi
ekspor produk tekstil Indonesia menggunakan data dari tahun 2000-2008 dengan
pendekatan gravity model. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekspor produk
tekstil Indonesia SITC 26 dipengaruhi secara positif oleh GDP per kapita
Indonesia dan negara tujuan ekspor, dan populasi negara tujuan ekspor.
Sedangkan yang memengaruhi secara negatif di antaranya jarak geografis,
keanggotaan ASEAN, dan border.
Berdasarkan hasil analisis Hermawan (2011), koefisien perbedaan absolut
GDP per kapita memiliki tanda negatif (menerima hipotesis Linder). Hal tersebut
berarti perdagangan bilateral semakin besar ketika kedua negara memiliki
pendapatan per kapita yang relatif sama karena memiliki kesamaan pilihan
diferensiasi produk. Sedangkan untuk produk tekstil Indonesia SITC 65, GDP
Indonesia tidak memengaruhi ekspor tekstil. Hal ini mungkin karena fase orientasi
ekspor sehingga ukuran pendapatan nasional tidak memengaruhi tingkat nilai
ekspor.
Tho (2013) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang memengaruhi
ekspor Vietnam menggunakan data tahun 1995 hingga 2011 dan 40 negara
importir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memengaruhi ekspor
Vietnam adalah GDP Vietnam dan negara tujuan, FDI, dan nilai tukar.
Pradipta dan Firdaus (2014) dalam penelitiannya mengenai posisi dayasaing
dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor buah-buahan Indonesia menggunakan
data tahun 2008 hingga 2012 untuk komoditi buah-buahan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa yang memengaruhi ekspor rambutan Indonesia di negera
tujuan adalah jarak ekonomi, krisis Eropa tahun 2010, GDP interaksi, nilai tukar
rupiah terhadap US$, dan indeks harga konsumen Indonesia. Sedangkan ekspor
10
komoditi pisang dipengaruhi oleh jarak ekonomi, populasi negara tujuan, GDP per
kapita negara tujuan, dan harga ekspor Indonesia ke negara tujuan.
Berdasarkan pemaparan penelitian terdahulu, berikut merupakan tabel
ringkasan hubungan variabel dependen dengan independen yang akan digunakan
dalam penelitian ini.
Tabel 1 Ringkasan hubungan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
Hubungan dengan Variabel Dependen
Variabel
Independen
Positif
Negatif
Tidak Signifikan
GDP eksportir
Tho (2013)
Hermawan (2011)
Do (2006)
GDP importir
Tho (2013)
Hermawan (2011)
Do (2006)
Jarak
Pradipta dan
Do (2006)
Firdaus (2014)
Hermawan (2011)
Siahaan (2008)
Nilai tukar
Tho (2013)
Siahaan (2008)
Do (2006)
Rahman (2013)
Amponsah dan
Ofori-Boadu (2007)
Harga ekspor
Pradipta dan
Firdaus (2014)
Krisis Eropa
Pradipta dan
Firdaus (2014)
Sumber : Penulis, 2015.
Kerangka Pemikiran
Perdagangan internasional memiliki peran yang sangat penting bagi
perekonomian suatu negara. Ekspor merupakan bagian dari perdagangan
internasional dan salahsatu faktor yang berkontribusi dalam pembentukan GDP
suatu negara. Nilai ekspor sektor industri Indonesia tahun 2014 merupakan nilai
ekspor yang berkontribusi terbesar. Salahsatu subsektor yang berkontribusi besar
adalah subsektor tekstil dan pakaian jadi. Komoditi pakaian jadi merupakan
komoditi dengan nilai ekspor tertinggi beberapa tahun terakhir. Subsektor tersebut
juga menyerap tenaga kerja terbanyak lebih dari lima tahun terakhir.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis
melakukan penelitian untuk melihat dayasaing ekspor pakaian jadi Indonesia di
dunia dan di negara-negara tujuan ekspor utama dengan menggunakan metode
Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD)
serta menganalisis determinan ekspor pakaian jadi Indonesia menggunakan
metode gravity model. Variabel yang digunakan adalah volume ekspor pakaian
jadi Indonesia, GDP riil Indonesia dan negara tujuan ekspor utama, harga ekspor
riil pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan ekspor utama, jarak ekonomi, nilai
11
tukar mata uang negara tujuan terhadap dollar Amerika dan variabel dummy krisis
Eropa tahun 2010.
Ekspor pakaian jadi berperan dalam GDP, industri, dan penyerapan
tenaga kerja Indonesia
Perkembangan volume ekspor pakaian jadi
Indonesia periode 2009-2013
Identifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor pakaian
jadi Indonesia
Analisis posisi dayasaing
ekspor pakaian jadi Indonesia
Gravity Model
(jarak ekonomi, GDP riil,
nilai tukar riil, harga ekspor,
dummy krisis)
Metode RCA
Metode EPD
Strategi peningkatan ekspor
pakaian jadi Indonesia
Gambar 5 Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1) Nilai RCA pakaian jadi Indonesia lebih besar dari satu yang berarti
pakaian jadi Indonesia memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata
dan berdayasaing kuat (RCA>1).
2) Posisi pasar pakaian jadi Indonesia berada pada posisi rising star atau
memiliki pangsa pasar ekspor dan produk yang tinggi.
3) GDP riil Indonesia berpengaruh positif terhadap ekspor pakaian jadi
Indonesia, artinya peningkatan GDP riil Indonesia akan meningkatkan
penawaran ekspor pakaian jadi ke negara tujuan ekspor.
4) GDP negara tujuan berpengaruh positif terhadap ekspor pakaian jadi
Indonesia, artinya peningkatan GDP riil negara tujuan akan meningkatkan
permintaan ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tujuan.
5) Nilai tukar negara tujuan terhadap US$ diduga berpengaruh negatif,
artinya bila nilai tukar negara tujuan tehadap US$ mengalami depresiasi,
12
maka akan meningkatkan permintaan ekspor pakaian jadi Indonesia di
negara tujuan.
6) Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia
ke negara tujuan, artinya semakin jauh jarak negara tujuan ekspor maka
akan menurunkan ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tersebut.
7) Harga ekspor berpengaruh negatif terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia
ke negara tujuan, artinya semakin tinggi tingkat harga ekspor akan
mengakibatkan pada penurunan permintaan ekspor.
8) Krisis ekonomi di Eropa tahun 2010 berpengaruh pada ekspor pakaian jadi
Indonesia ke negara tujuan.
METODE
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Periode
waktu yang digunakan adalah lima tahun, yaitu tahun 2009 hingga 2013. Periode
waktu tersebut digunakan dalam metode RCA dan EPD, serta gravity model
sebagai data deret waktu (time series). Data antar individu (cross section) yang
digunakan terdiri dari 19 negara, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea
Selatan, Inggris, China, Brasilia, Belgia, Italia, Belanda, Kanada, Malaysia, Saudi
Arabia, Vietnam, Thailand, Turki, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Perancis.
Jenis data variabel dependen dan independen adalah volume ekspor pakaian
jadi terbuat dari katun, GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan ekspor, nilai
tukar riil negara tujuan terhadap dolar Amerika, jarak ekonomi antara Indonesia
dengan negara tujuan ekspor, harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia ke negara
tujuan ekspor dan dummy krisis ekonomi Eropa. Pakaian jadi yang dianalisis
adalah pakaian jadi terbuat dari katun dengan kode HS 611020.
Tabel 2 Data dan sumber data
Jenis Data
Nilai ekspor pakaian jadi HS 611020
Volume ekspor pakaian jadi HS 611020
GDP riil
Nilai tukar riil
Jarak geografis
Harga ekspor pakaian jadi HS 611020
Indeks Harga Konsumen
Indeks Harga Perdagangan Ekspor
Sumber
UNComtrade
UNComtrade
Worldbank
International Financial Statistics
Timeanddate
UNComtrade (diolah)
UNCTAD
Badan Pusat Statistik
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitif.
Analisis dayasaing menggunakan RCA (Revealed Comparative Advantage) dan
EPD (Export Product Dynamic). Analisis ini meggunakan data dengan periode
waktu lima tahun yaitu 2009-2013. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi
ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tujuan ekspor menggunakan analisis
ekonometrik data panel dengan pendekatan gravity model. Analisis ini
13
menggunakan data deret waktu (time series) dengan periode lima tahun yaitu
2009-2013 dan data antar individu (cross section) dengan komponen sembilan
belas negara tujuan yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan,
Inggris, China, Brasilia, Belgia, Italia, Belanda, Kanada, Malaysia, Saudi Arabia,
Vietnam, Thailand, Turki, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Perancis. Data diolah
menggunakan Microsoft Excel 2010 dan Eviews 6. Program Microsoft Excel
2010 digunakan untuk mengolah RCA dan EPD, sedangkan program Eviews 6
untuk mengolah data panel.
Revealed Comparative Advantage (RCA)
Revealed Comparative Advantage merupakan metode yang digunakan untuk
menganalisis keunggulan komparatif atau dayasaing suatu komoditi di suatu
negara. Konsep dasar metode RCA adalah perdagangan antar wilayah
menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah atau
negara. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total
ekspor suatu wilayah yang dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam
perdagangan dunia. RCA ini dapat dihitung sebagai berikut.
keterangan :
RCA = nilai RCA (Revealed Comparative Advantage)
Xij
= nilai ekspor pakaian jadi Indonesia di pasar terkait
Xj
= nilai total ekspor Indonesia di pasar terkait
Xiw = nilai ekspor pakaian jadi dunia di pasar terkait
Xw
= nilai total ekspor dunia di pasar terkait
Dengan perhitungan ini dapat diketahui keunggulan komparatif industri
pakaian jadi yang diekspor. Nilai RCA>1 menunjukan bahwa pangsa sektor A di
suatu negara lebih besar dari pangsa rata-rata komoditas yang bersangkutan dalam
ekspor di suatu negara tertentu, artinya bahwa negara tersebut relatif lebih
berspesialisasi pada komoditas yang bersangkutan.
Keunggulan metode RCA adalah dapat melihat keunggulan komparatif
suatu produk dari waktu ke waktu dengan jelas. Kekuranggannya adalah 1)
terdapat asumsi bahwa suatu negara dianggap ekspor semua komoditi, 2) indeks
RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung
tersebut optimal atau tidak, dan 3) tidak dapat mendeteksi serta memprediksi
produk-produk yang memiliki potensi di masa yang akan datang.
Export Product Dynamic (EPD)
Export Product Dynamic merupakan metode yang mengukur keunggulan
kompetitif. Metode ini digunakan untuk mengidektifikasi dayasaing suatu produk
dan apakah produk tersebut memiliki performa yang dinamis (pertumbuhannya
cepat) atau tidak. Metode ini merupakan suatu indikator yang mengukur posisi
pasar dari produk suatu negara untuk tujuan pasar tertentu. Jika pertumbuhan
suatu produk berada di atas rata-rata dalam jangka panjang, produk tersebut
mungkin dapat menjadi sumber pendapatan ekspor yang penting bagi negara.
Rumus umum EPD sebagai berikut.
14
Sumbu x:
Kekuatan bisnis (pertumbuhan pangsa pasar) ekspor Indonesia (persen) :
∑
∑
Sumbu y:
Kekuatan bisnis (pertumbuhan pangsa pasar) pakaian jadi Indonesia (persen) :
∑
∑
keterangan:
Xij
= nilai ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tujuan ekspor (US$)
Xt
= nilai ekspor total Indonesia di negara tujuan ekspor (US$)
Wij = nilai ekspor pakaian jadi dunia di negara tujuan ekspor (US$)
Wt
= nilai ekspor total dunia di negara tujuan ekspor (US$)
T
= jumlah tahun analisis yang digunakan
t
= tahun ke t
t-1
= tahun sebelumnya
Berdasarkan penelitian Esterhuizen dalam Bappenas (2009), terdapat
matriks posisi pasar pada tabel 3. Berdasarkan tabel 3, rising berarti hasil
penghitungan pada sumbu x atau y adalah positif. Falling berarti hasil
penghitungan sumbu x atau y adalah negatif.
Tabel 3 Matriks posisi pasar
Share of Country's Export ion World
Trade (x)
Share of Product in World Trade (y)
Falling
Rising (Dynamic)
(Stagnant)
Rising (Competitive)
Rising star
Falling star
Falling (Non-Competitive)
Lost opportunity
Retreat
Sumber : Esterhuizen dalam Bappenas, 2009.
Matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis.
Kombinasi daya tarik pasar dan kekuatan bisnis menghasilkan karakter posisi
produk ke dalam empat katergori, yaitu rising star, falling star, lost opportunity,
dan retreat.
Posisi pasar yang ideal yaitu pasar dengan pangsa pasar tertinggi (rising
star) yang menunjukkan bahwa negara memperoleh tambahan pangsa pasar
produknya yang bertumbuh cepat (fast-growing product). Sedangkan lost
opportunity menunjukkan bahwa adanya penurunan pangsa pasar pada produkproduk dinamis. Falling star menunjukkan pangsa pasar yang meningkat namun
tidak lebih baik dari rising star sedangkan retreat menunjukkan adanya
pergerakan yang menjauhi produk stagnan menuju produk yang dinamis
(Bappenas 2009).
15
Model Gravitasi (Gravity Model)
Model gravitasi merupakan model yang digunakan untuk menganalisis
pola aliran perdagangan bilateral antar negara dalam suatu wilayah. Model ini
menduga perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara.
Model yang didasarkan pada konsep gravitasi Newton ini pertama kali digunakan
oleh Jan Timbergen pada tahun 1962 untuk menganalisis aliran perdagangan
internasional. Model gravitasi sesuai dengan perumusan Newton terhadap model
gravitasi fisika yaitu “interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan
massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing-masing”.
keterangan:
Fij
= volume interaksi antara dua negara (aliran perdagangan)
Mi, Mj = ukuran ekonomi negara asal i dan negara tujuan j
Dij
= jarak kedua negara
G
= konstanta
Persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk linier dengan menggunakan
persamaan logaritma sehingga menjadi bentuk umum dari gravity model dengan
TF merupakan trade flow (aliran perdagangan bilateral), Y merupakan GDP
negara i dan negara j yang mencerminkan ukuran ekonomi suatu negara, dan D
merupakan jarak antar kedua negara. Persamaan tersebut sebagai berikut.
Aliran perdagangan bilateral ditentukan oleh beberapa variabel, yaitu 1)
variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor, 2)
variabel-variabel yang mewakili total penawaran potensial negara pengekspor,
dan 3) variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara
negara pengekspor dengan negara pengimpor (Linneman dalam Do 2006).
Variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor dapat
digambarkan oleh GDP negara importir atau GDP per kapita negara importir.
Variabel yang mewakili total penawaran potensial negara pengekspor adalah GDP
negara pengekspor atau GDP per kapita negara pengekspor. Variabel penghambat
atau pendukung dapat digambarkan oleh variabel jarak, nilai tukar, harga, atau
krisis ekonomi.
Estimasi Model
Estimasi model ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (ln).
Transformasi model dilakukan untuk menghindari model dari bias, permasalahan
normalitas, dan heteroskedastisitas. Estimasi model yang ditransformasi sebagai
berikut.
16
LnVXit = β + β LnGDPI + β LnGDPJ + β LnECODIST + β LnXRATEJ +
0
1
it
2
it
3
β LnRPRICE + β DCRISIS + ε
5
it
6
1
it
4
it
it
keterangan:
VX
= volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan (Kg)
GDPI
= GDP riil Indonesia (US$)
it
it
GDPJ
= GDP riil negara tujuan (US$)
it
ECODIST
XRATEJ
it
it
= jarak ekonomi (Km)
= nilai tukar riil mata uang negara tujuan terhadap US$ (Local
ε
Current Unit/US$)
= harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan
(US$/Kg)
= dummy krisis ekonomi Eropa tahun 2010 (1=ketika dan setelah
terjadi krisis, 0=sebelum terjadi krisis)
= random error
β0
βn
t
i
= konstanta (intercept)
= parameter yang diduga (n=1,2,…,6)
= time series
= cross section
RPRICEit
DCRISIS1
it
Penjelasan variabel-variabel yang digunakan dalam model adalah:
1. Volume ekspor pakaian jadi Indonesia menjadi variabel dependen dalam
model yang dinyatakan dalam kilogram.
2. GDP riil Indonesia merupakan GDP riil Indonesia dengan tahun dasar
2005 yang dinyatakan dalam US$.
3. GDP riil negara tujuan ekspor merupakan GDP riil negara tujuan ekspor
utama dengan tahun dasar 2005 yang dinyatakan dalam US$.
4. Jarak ekonomi yang digunakan dalam pnelitian ini merupakan perkalian
jarak georgrafis antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor dengan
share GDP riil negara tujuan terhadap total GDP riil negara tujuan. Jarak
ekonomi dinyatakan dalam satuan kilometer.
5. Nilai tukar riil negara tujuan terhadap US$ merupakan nilai tukar riil
dengan tahun dasar 2005 dan dinyatakan dalam masing-masing mata uang
negara tujuan ekspor terhadap US$ (Local Current Unit/US$).
6. Harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia didapatkan dari pembagian harga
ekspor pakaian jadi Indonesia dengan Indeks Harga Perdagangan Ekspor
tahun dasar 2005 yang dinyatakan dalam satuan US$/kilogram.
7. Dummy krisis merupakan dummy krisis ekonomi Eropa yang terjadi pada
tahun 2010 dengan nilai 0 untuk sebelum terjadi krisis dan nilai 1 untuk
setelah terjadi krisis.
17
Uji Kesesuaian Model
Sebuah panel data mengkombinasikan data time series dan cross section.
Menurut Baltagi (2004), ada beberapa keuntungan menggunakan panel data di
antaranya:
1. Teknik dalam estimasi panel data dapat menghilangkan heterogenitas eksplisit.
2. Dengan mengkombinasikan time series pada observasi cross section, panel
data lebih informatif, bervariasi dan berkurangnya kolinearitas antar variabel,
derajat kebebasan yang lebih banyak dan lebih efisien.
3. Panel data cocok untuk menganalisis dinamika perubahan karena analisisnya
menggunakan cross section yang diobservasi berulang.
4. Panel data dapat mendeteksi efek yang tidak dapat diobservasi oleh data cross
section murni atau data time series murni.
5. Panel data dapat mempelajari model yang kompleks.
6. Panel data dapat meminimalisasikan bias.
Pemilihan model terbaik
Untuk memperoleh model terbaik maka perlu pengujian statistik, yaitu uji
Chow dan uji Hausman.
1. Uji Chow
Uji Chow atau uji F statistik merupakan pengujian statistik untuk memilih
model apa yang akan digunakan. Hipotesisnya adalah:
H0 : model Pooled Least Square (PLS)
H1 : model Fixed Effect
Jika nilai F statistik lebih besar dari F tabel, cukup bukti untuk menolak H0. Hal
ini berarti model yang dipilih adalah model fixed effect.
2. Uji Hausman
Uji Hausman merupakan pengujuan statistik untuk memilih model apa yang
akan digunakan. Hipotesisnya adalah:
H0 : model Random Effect
H1 : model Fixed Effect
Jika nilai uji Hausman lebih besar dari chi square, cukup bukti untuk menolak H0.
Hal ini berarti model yang dipilih adalah model fixed effect.
Uji kriteria ekonomi
Uji kriteria ekonomi dalam model bertujuan untuk mengetahui apakah
model telah memenuhi kriteria ekonomi dan dugaan hipotesis. Uji ini dilakukan
dengan melihat tanda koefisien pada hasil estimasi model yang dianalisis.
Uji asumsi klasik
Untuk memperoleh model yang efisien maka asumsi-asumsi yang
mendasari model tersebut harus terpenuhi. Terdapat empat uji asumsi klasik, yaitu
heteroskedastisitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan normalitas.
1. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan salahsatu penyimpangan asumsi klasik
berupa ragam sisaan yang tidak konstan yang lebih banyak muncul pada data
cross section. Menurut Gujarati (1999), heteroskedastisitas dapat terjadi karena
transformasi data yang tidak benar dan bentuk fungsional yang tidak tepat seperti
model linier versus model log-lonier.
18
Pelanggaran asumsi klasik heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan
membandingkan sum square residual pada weight statistic dengan unweighted
statistic. Jika sum square residual weighted statistic lebih kecil dari sum square
residual unweighted statistic maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas.
Salahsatu cara yang dapat silakukan untuk mengatasi pelanggaran asumsi klasik
ini adalah dengan metode Generalized Least Square (GLS) yang dalam metode
ini kuadrat terkecil diboboti.
2. Multikolinearitas
Pelanggaran asumsi klasik yang sering terjadi adalah multikolinearitas, yaitu
adanya hubungan linier kuat antar variabel independen dalam persamaan regresi.
Menurut Gujarati dalam Napitulu (2007), jika nilai R2 yang tinggi (R2 > 0.7)
namun banyak tanda koefisien regresi dugaan yang tidak sesuai teori, maka model
yang digunakan terdapat masalah multikolonearitas. Salahsatu cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi multikolinearitas adalah dengan menggabungkan data
time series dengan cross section.
3. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan pelanggaran asumsi klasik, yaitu terdapat korelasi
antara anggota observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series) atau
ruang (data cross section). Autokorelasi mengakibatkan estimator tidak efisien
karena tidak memiliki ragam minimum sehingga kuadrat estimator bias dan bukan
estimator tak bias linear terbaik (BLUE). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi
dapat diuji dengan uji Durbin-Watson.
4. Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengatasi error term menyebar secara
normal atau tidak. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat nilai Jarque-Bera. Jika
nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka model
tersebut menyebar secara normal.
Uji kriteria statistik
Uji kriteria statistik digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel yang
digunakan dalam model regresi signifikan atau tidak. Uji hipotesis ini terdiri dari
uji F, uji t, dan uji R2.
1. Uji F
Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui apakah variabel independen
secara bersama-sama memengaruhi variabel dependen. Hipotesisnya adalah :
H0 : β1= β2= β3 =β4 =β5 =β6 = βn=0
H1 : Minimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol
Jika probabilitas lebih kecil dari taraf nyata α persen, maka sudah cukup bukti
untuk tolak H0, artinya minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh
nyata terhadap variabel dependen pada taraf nyata α persen.
2. Uji t
Uji t merupakan pengujian untuk mengetahui seberapa jauh setiap variabel
independen memengaruhi variabel dependen dengan manguji koefisien regresi
secara individual. Hipotesisnya adalah :
H0 : βn=0
H1 : βn≠0
19
Jika probabilitas lebih kecil dari taraf nyata α persen, maka sudah cukup bukti
untuk tolak H0, artinya variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel
dependen pada taraf nyata α persen.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi merupakan uji kesesuaian model yang bertujuan
untuk mengukur keragaman variabel independen yang dapat diterangkan oleh
variabel dependen. Ketika R2=1, berarti seratus persen variasi dalam variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdapat dalam
persamaan regresi.
GAMBARAN UMUM
Perkembangan Perdagangan Pakaian Jadi di Dunia
Nilai perdagangan pakaian jadi yang terbuat dari katun (HS 6110202)
memiliki tren yang cenderung meningkat di pasar internasional selama periode
2009-2013 (gambar 6). Rata-rata pertumbuhan ekspor pakaian jadi di pasar
internasional sebesar 8.7 persen. Pertumbuhan tahun 2010 hingga 2013 sebesar
22.26 persen, 19.07 persen, -1.89 persen, dan 1.32 persen.
Sebelum terjadi krisis Eropa tahun 2010, pertumbuhan nilai ekspor pakaian
jadi dunia relatif besar. Pada awal terjadinya krisis Eropa tahun 2010, nilai ekspor
pakaian jadi dunia masih mengalami pertumbuhan namun tidak sebesar tahun
sebelumnya. Krisis Eropa yang memuncak pada tahun 2011 berdampak pada
pertumbuhan ekspor pakaian jadi dunia pada tahun-tahun selanjutnya. Tahun 2012
nilai ekspor pakaian jadi dunia mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh
banyak negara maju, khususnya Uni Eropa, yang mengalami perlambatan
ekonomi pada tahun 2012. Namun penurunan ini tidak berlangsung lama karena
pada tahun 2013 nilai ekspor kembali meningkat walaupun peningkatannya relatif
rendah.
600.0
400.0
200.0
0.0
2009
2010
2011
2012
2013
Nilai Ekspor Pakaian Jadi Dunia HS 611020 (juta US$)
Sumber : UNComtrade, 2015.
Gambar 6 Tren nilai ekspor pakaian jadi (HS 611020) di dunia tahun 2009-2013
Volume ekspor pakaian jadi di pasar internasional mengalami fluktuasi.
Berdasarkan gambar 7, volume ekspor pakaian jadi dunia mengalami penurunan
yang signifikan tahun 2012 menjadi sebesar 534.2 ribu ton. Namun sama halnya
20
Volume Ekspor Dunia
(Ton)
dengan nilai ekspor, volume pakaian jadi mengalami peningkatan kembali pada
tahun 2013 menjadi sebesar 939.6 ribu ton. Besarnya volume ekspor ini hampir
sama besar dengan volume ekspor tahun 2009, 2010, dan 2011 (lebih dari 900
ribu ton).
Penurunan volume ekspor pakaian jadi dunia pada tahun 2012 salahsatunya
disebabkan oleh turunnya permintaan ekspor pakaian jadi. Berdasarkan data
UNComtrade (2015), Uni Eropa merupakan importir pakaian jadi tertinggi kedua
setelah Amerika Serikat, artinya Uni Eropa merupakan salahsatu pasar ekspor
pakaian jadi tertinggi dan berkontribusi terhadap pembentukan ekspor pakaian
jadi dunia. Sehingga penurunan ekspor ke Uni Eropa akibat terjadinya
perlambatan ekonomi dapat berpengaruh pada ekspor pakaian jadi dunia.
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : UNComtrade, 2015.
Gambar 7 Volume ekspor pakaian jadi (HS 611020) di dunia tahun 2009-2013
Perkembangan Pakaian Jadi Indonesia
Nilai (US$)
Perdagangan pakaian jadi Indonesia periode 2009 hingga 2013 memiliki
tren yang fluktuatif. Nilai ekspor pakaian jadi Indonesia periode 2009 hingga
2013 sebesar US$ 435.9 juta, US$ 574.1 juta, US$ 643.9 juta, US$ 527.8 juta, dan
US$ 578.5 juta. Tahun 2009 hingga 2011 nilai ekspor pakaian jadi Indonesia
memiliki tren yang naik. Namun pada tahun 2012 nilai ekspor pakaian jadi
Indonesia mengalami penurunan sebesar 18.04 persen dan naik kembali pada
tahun 2013 sebesar 9.59 persen. Sedangkan nilai impor pakaian jadi Indonesia
mengalami peningkatan sejak tahun 2011 hingga 2013 dengan peningkatan
pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013 sebesar 100.76 persen.
500000000.00
250000000.00
0.00
2009
2010
Nilai Ekspor (US$)
2011
2012
2013
Nilai Impor (US$)
Sumber : UNComtrade, 2015.
Gambar 8 Nilai ekspor dan impor pakaian jadi Indonesia (HS 611020) di dunia
tahun 2009-2013
21
Terdapat 20 negara yang menjadi tujuan ekspor pakaian jadi Indonesia
(Kemendag 2015), yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris,
China, Brasilia, Belgia, Italia, Belanda, Kanada, Malaysia, Saudi Arabia,
Vietnam, Thailand, Turki, Spanyol, Uni Emirat Arab, Taiwan, dan Perancis. Pada
periode 2009 hingga 2013, Amerika Serikat menduduki posisi pertama sebagai
negara tujuan utama dengan rata-rata volume ekspor pakaian jadi sebesar 41
persen dari rata-rata volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke dunia. Urutan kedua
dan ketiga diduduki oleh Jerman dan Jepang sebesar 3 persen dan 2 persen.
Sedangkan 17 negara tujuan ekspor utama lainnya masing-masing tidak lebih dari
2 persen (gambar 9).
Amerika
Serikat
41%
Lain-lain
54%
Jerman
Jepang 3%
2%
Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).
Gambar 9 Rata-rata share volume ekspor pakaian jadi
(HS 611020) Indonesia tahun 2009-2013
Pangsa Pasar Pakaian Jadi Indonesia
5
4
3
2
1
0
2009
2010
2011
2012
2013
Share Ekspor (%)
Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).
Gambar 10 Share ekspor pakaian jadi Indonesia di dunia tahun 2009 hingga 2013
Share ekspor pakaian jadi Indonesia periode 2009 hingga 2013 memiliki
tren yang fluktuatif namun cenderung meningkat. Besar share ekspor periode
2009-2013 adalah 3 persen, 3.6 persen, 3.7 persen, 4.1 persen, dan 3.5 persen.
Walaupun share ekspor pakaian jadi Indonesia meningkat dari tahun 2009 hingga
22
2012 dan mengalami penurunan pada tahun 2013, Indonesia tetap menjadi
sepuluh besar pengekspor pakaian jadi HS 611020.
Peningkatan share ekspor tidak sesuai dengan peningkatan peringkat.
Peringkat Indonesia dari tahun 2009 hingga 2013 secara berurutan adalah ke
sembilan, ke tujuh, ke enam, ke tujuh, dan ke tujuh. Meskipun tahun 2013 share
ekspor Indonesia menurun, Indonesia tetap berada pada peringkat tujuh eksportir
pakaian jadi HS 611020 terbesar di dunia (UNComtrade 2015).
Perkembangan GDP Riil Indonesia dan Negara Tujuan Ekspor Utama
GDP riil Indonesia dan negara tujuan ekspor lainnya memiliki nilai yang
beragam (lampiran 1). Negara yang nilai GDP riil meningkat dari tahun 2009
hingga 2013 adalah Indonesia, Belgia, Brasilia, Kanada, China, Perancis, Jerman,
Korea Selatan, Inggris, Amerika Serikat, Malaysia, Saudi Arabia, Thailand, Turki,
Uni Emirat Arab, dan Vietnam. Negara yang mengalami peningkatan GDP riil
terbesar adalah China dengan rata-rata pertumbuhan GDP riil sebesar 8.8 persen.
Sedangkan negara yang mengalami penurunan GDP riil sejak tahun 2011 adalah
Spanyol sedangkan Italia dan Belanda sejak tahun 2012. Jepang mengalami
penurunan nilai GDP riil pada tahun 2011 namun dapat meningkatkan GDP
riilnya kembali pada tahun 2012 dan 2013.
Harga ekspor riil
pakaian jadi (US$/Kg)
Perkembangan Harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia
18.0
15.0
12.0
9.0
6.0
3.0
.0
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).
Gambar 11 Tren harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia (HS 611020) di dunia
tahun 2009-2013
Berdasarkan gambar 11, harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia di dunia
mengalami tren yang cenderung fluktuatif. Namun sejak tahun 2012 harga ekspor
riil pakaian jadi Indonesia mengalami penurunan. Hal tersebut berbeda dengan
nilai ekspor pakaian jadi Indonesia.
Tren harga ekspor tahun 2010 dan 2013 berbeda dengan nilai ekspornya.
Pada tahun tersebut nilai ekspor pakaian jadi Indonesia meningkat sedangkan
harga ekspor megalami penurunan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penuruna
harga ekspor dapat meningkatkan ekspor pakaian jadi Indonesia karena semakin
murah harganya, maka semakin tinggi permintaannya (Lipsey dalam Pradipta dan
Firdaus 2014).
23
Perkembangan Nilai Tukar Riil Mata Uang Negara Tujuan Terhadap US$
Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap US$ memiliki tren yang
beragam (lampiran 1). Negara yang nilai tukarnya cenderung melemah periode
2009 hingga 2013 adalah Vietnam, Saudi Arabia, dan Turki sedangkan yang
cenderung menguat adalah Korea Selatan, China, Uni Emirat Arab, dan Kanada.
Negara yang nilai tukarnya terhadap US$ sangat berfluktuatif adalah Jepang,
Thailand, Malaysia, Brazil, dan Inggris.
Negara yang termasuk dalam Uni Eropa dengan mata uang Euro memiliki
tren yang sama. Negara tujuan ekspor dengan mata uang Euro adalah Belgia,
Perancis, Jerman, Italia, Belanda, dan Spanyol. Nilai tukar ke enam negara
tersebut melemah setelah terjadi krisis Eropa tahun 2010, namun menguat kembali
tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012, Euro berada pada posisi terlemahnya
selama periode 2009 hingga 2013. Hal tersebut diakibatkan oleh perlambatan
perekonomian yang terjadi di Uni Eropa pada tahun 2012.
0.785
0.76
0.735
0.71
2009
2010
BEL
FRA
2011
DEU
2012
ITA
NLD
2013
ESP
Sumber : International Financial Statistics, 2015 (diolah).
Gambar 12 Tren nilai tukar enam negara tujuan ekspor anggota Uni Eropa tahun
2009-2013
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dayasaing Pakaian Jadi Indonesia di Dunia
Perdagangan internasional terdiri dari interaksi transaksi antar individu
dengan negara lain, individu dengan pemerintah negara lain, atau pemerintah
suatu negara dengan pemerintah negara lain atas kesepakatan bersama. Transaksi
tersebut berupa ekspor dan impor. Kegiatan perdagangan internasional
menyebabkan setiap negara harus meningkatkan dayasaing agar mampu bertahan
dalam pasar internasional.
Salahsatu metode yang dapat digunakan untuk mengukur dayasaing suatu
komoditi adalah Revealed Comparative Advantage (RCA). RCA dapat mengukur
kinerja ekspor komoditi tertentu dari suatu negara. Nilai RCA yang lebih besar
dari satu mengindikasikan bahwa komoditi yang dianalisis memiliki dayasaing
kuat atau keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia. Komoditi yang
berdayasaing kuat dapat dipertahankan untuk tetap melakukan ekspor ke negara
tujuan ekspor.
24
Tabel 4 Hasil estimasi RCA pakaian jadi Indonesia di dunia
Tahun
Xij/Xt
Wij/Wt
0.00374
0.00125
2009
0.00364
0.00111
2010
0.00316
0.00103
2011
0.00278
0.00076
2012
0.00317
0.00097
2013
Rata-rata
RCA
2.99999
3.29044
3.06999
3.64469
3.25066
3.251154
Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).
Pakaian jadi merupakan salahsatu dari sepuluh komoditi ekspor utama
Indonesia (Kemendag, 2015). Tabel 4 menunjukkan rata-rata nilai RCA pakaian
jadi Indonesia di dunia tahun 2009 hingga 2013 lebih besar dari satu, yaitu
3.251154. Hal ini berarti pakaian jadi Indonesia memiliki dayasaing yang kuat
(keunggulan komparatif) di pasar internasional. Hasil perhitungan RCA ini sesuai
dengan hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya.
Tabel 5 Hasil estimasi EPD pakaian jadi Indonesia di dunia
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
Pertumbuhan
pangsa pasar ekspor
(persen)
38.01347
21.48202
1.06612
12.99825
-15.44107
11.623758
Pertumbuhan pangsa
pasar produk
(persen)
9.79947
10.75874
8.32372
-4.81967
-5.19119
3.774214
Posisi EPD
Rising star
Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).
Export Dynamic Product (EPD) digunakan untuk melihat keunggulan
kompetitif suatu komoditi dengan menentukan posisi dan identifikasi apakah
suatu produk memiliki jangkauan yang luas. Pada periode 2009-2013, rata-rata
posisi komoditi pakaian jadi Indonesia (HS 611020) berada pada posisi rising
star. Posisi tersebut merupakan posisi terbaik untuk sebuah komoditi dalam pasar
internasional. Posisi rising star menunjukkan bahwa Indonesia memperoleh
tambahan pangsa pasar tertinggi pada ekspor pakaian jadi. Berdasarkan hasil
perhitungan EPD, posisi rising star mengindikasikan pakaian jadi Indonesia
bertumbuh cepat (dinamis).
Rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di dunia sebesar
11.62 persen, sedangkan rata-rata pertumbuhan pangsa pasar pakaian jadi
Indonesia di dunia sebesar 3.77 persen (tabel 5). Meskipun begitu bila dilihat pada
masing-masing tahun, pakaian jadi Indonesia tahun 2012 dan 2013 berada di
posisi falling star dan retreat. Hal tersebut berbanding terbalik dengan hasil RCA
yang lebih besar dari satu (memiliki dayasaing kuat).
25
Falling star merupakan posisi yang kurang diinginkan karena artinya
pakaian jadi Indonesia tidak mengalami pertumbuhan pada tahun 2012. Namun
pangsa pasar ekspor Indonesia di dunia masih meningkat dari tahun 2011. Retreat
artinya kemunduran. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2013,
komoditi pakaian jadi Indonesia mengalami kemunduran pada pertumbuhan
pangsa pasar ekspor dan produk. Untuk meningkatkan pangsa pasar pakaian jadi
Indonesia, diperlukan peningkatan kualitas dan inovasi agar pangsa pasar pakaian
jadi Indonesia tidak menurun pada tahun-tahun berikutnya.
Dayasaing Pakaian Jadi Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Utama
Nilai RCA pakaian jadi Indonesia di dunia belum tentu memiliki nilai yang
sama bila dilihat dari masing-masing negara tujuan ekspor. RCA pakaian jadi
Indonesia pada 19 negara tujuan ekspor utama memiliki nilai yang berbeda-beda.
Dayasaing pakaian jadi Indonesia yang kuat berada di negara Kanada,
Amerika Serikat, Jerman, Inggris, China, Perancis, Brazil, Belanda, Belgia, Uni
Emirat Arab, dan Korea Selatan. Namun dayasaing pakaian jadi Indoesia di
Jepang, Spanyol, Italia, Thailand, Malaysia, Turki, Saudi Arabia, dan Vietnam
masih kurang kuat (RCA<1). Hal tersebut mengindikasikan bahwa pakaian jadi
Indonesia di negara-negara tersebut belum memiliki keunggulan komparatif. Hal
tersebut diakibatkan oleh eksportir pesaing lebih mendominasi di negara-negara
tersebut.
Berdasarkan data UNComtrade (2015), sebagian besar ekspor pakaian jadi
negara pesaing di negara yang hasil RCAnya kurang dari satu memiliki nilai
ekspor yang jauh lebih besar dibandingkan Indonesia. Hal tersebut tercermin dari
peringkat pakaian jadi Indonesia yang diekspor ke negara-negara tersebut. dari
tahun 2009 hingga 2013, pakaian jadi Indonesia tidak masuk 10 besar eksportir
terbesar di negara Spanyol, Italia, dan Turki. Sedangkan di Saudi Arabia,
Indonesia hanya berada di peringkat 10 hingga 12 dalam periode 2009 hingga
2013.
26
Tabel 6 Hasil estimasi RCA dan EPD pakaian jadi Indonesia di negara tujuan
ekspor utama tahun 2009-2013
Negara
Amerika Serikat
Jerman
Jepang
Inggris
Kanada
Belanda
Korea Selatan
Perancis
China
Belgia
Spanyol
Italia
Uni Emirat Arab
Brasilia
Thailand
Malaysia
Turki
Saudi Arabia
Vietnam
Ratarata
RCA
Pertumbuhan
pangsa pasar
ekspor
(persen)
Pertumbuhan
pangsa pasar
produk
(persen)
42.02
0.53
32.21
27.54
264.13
-1.36
-5.25
-25.58
14.23
67.98
115.87
140.1
171.42
11.19
63.25
261.02
51.26
10.32
1181.9
-5.98
-0.51
2.94
2.21
3.81
3.81
8.75
3.99
2.23
8.17
-1.99
1.29
4.42
0.52
0.29
3.69
8.35
2.25
-6.52
15.32
8.41
0.42
5.58
19.83
2.14
1.09
3.51
4.25
2.89
0.81
0.77
1.94
3.63
0.82
0.09
0.55
0.4
0.29
Posisi EPD
Falling Star
Falling Star
Rising Star
Rising Star
Rising Star
Lost Opportunity
Lost Opportunity
Lost Opportunity
Rising Star
Rising Star
Falling Star
Rising Star
Rising Star
Rising Star
Rising Star
Rising Star
Rising Star
Rising Star
Falling Star
Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).
Keunggulan kompetitif pakaian jadi Indonesia dapat dilihat dengan
menhitung nilai Export Dynamic Products (EPD). Berdasarkan tabel 6, diketahui
bahwa pertumbuhan pangsa pasar ekspor pakaian Indonesia yang tertinggi ada di
Kanada sebesar 264.13 persen, sedangkan pangsa pasar ekspor terkecil ada di
Perancis yang menurun sebesar -25.58 persen. Pertumbuhan pangsa pasar pakaian
jadi Indonesia tertinggi di Korea Selatan sebesar 8.75 persen dan terkecil di
Vietnam yang pertumbuhannya menurun sebesar 6.52 persen. Ekspor pakaian jadi
Indonesia yang memiliki pertumbuhan pangsa pasar di sebagian besar negara
tujuan ekspor ini diiringi dengan nilai ekspor yang relatif meningkat. Nilai ekspor
pakaian jadi Indonesia dapat dilihat di lampiran 9.
Pertumbuhan Pangsa Pasar Pakaian Jadi Indonesia
27
10
8
6
4
2
0
-200 -100 0
-2
100
200
300
400
500
600
700
800
900 1000 1100 1200
-4
-6
-8
Pertumbuhan Pangsa Pasar Ekspor Indonesia
Amerika Serikat
Jerman
Jepang
Inggris
Kanada
Belanda
Korea Selatan
Perancis
China
Belgia
Spanyol
Italia
Uni Emirat Arab
Brasilia
Thailand
Turki
Malaysia
Saudi Arabia
Vietnam
Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).
Gambar 13 Posisi EPD pakaian jadi Indonesia di negara tujuan
Berdasarkan EPD, posisi pakaian jadi Indonesia di negara tujuan diperoleh
dari kombinasi pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pakaian jadi Indonesia.
pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia dinyatakan dengan sumbu x,
sedangkan pertumbuhan pangsa pasar pakaian jadi Indonesia dinyatakan dengan
sumbu y.
Pakaian jadi Indonesia berada di posisi yang beragam di setiap negara
tujuan ekspor, namun sebagian besar berada di posisi rising star. Pakaian jadi
Indonesia berada pada posisi falling star di negara Amerika Serikat, Jerman,
Spanyol, dan Vietnam, Sedangkan lost opportunity di negara Belanda, Korea
Selatan, dan Perancis.
Pakaian jadi Indonesia berada di posisi falling star di Amerika Serikat,
Jerman, Spanyol, dan Vietnam. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pakaian jadi
Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan produk ketika memiliki pangsa
pasar ekspor yang baik, artinya share pakaian jadi Indonesia mengalami
peningkatan namun permintaan pakaian jadi Indonesia di keempat negara tersebut
mengalami penurunan.
Pakaian jadi Indonesia di Belanda, Korea Selatan, dan Perancis memiliki
dayasaing yang kuat namun berada di posisi lost opportunity. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pangsa pasar pakaian jadi mengalami penurunan ketika
pangsa pasar ekspor di ketiga negara tersebut mengalami peningkatan, artinya
Indonesia kehilangan kesempatan untuk memenuhi permintaan pakaian jadi
Indonesia di ketiga negara tersebut. Meskipun begitu, pakaian jadi Indonesia
28
masih memiliki kesempatan untuk memenuhi permintaan di negara tujuan.
Salahsatu caranya dengan melakukan inovasi sesuai selera konsumen negara
tujuan agar negara pesaing tidak dapat meniru produk pakaian jadi Indonesia
dengan sempuna.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia di Negara
Tujuan Ekspor Utama
Pakaian jadi Indonesia merupakan salahsatu komoditi ekspor utama
Indonesia yang memiliki dayasaing kuat secara komparatif dan kompetitif dengan
nilai rata-rata RCA sebesar 3.251154 dengan posisi rising star di pasar
internasional. Oleh karena itu diperlukan analisis faktor-faktor apa saja yang
memengaruhi ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan agar pakaian jadi
Indonesia semakin unggul dan berdayasaing kuat di pasar internasional.
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi Indonesia
menggunakan gravity model. Gravity model digunakan untuk melihat pengaruh
pendapatan negara eksportir atau importir, pengaruh jarak ekonomi, dan faktor
lainnya baik ekonomi maupun non ekonomi terhadap ekspor pakaian jadi
Indonesia.
Jenis pakaian jadi yang dianalisis adalah pakaian jadi yang terbuat dari
katun (HS 611020). Negara tujuan ekspor pakaian jadi Indonesia terdiri dari
Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Inggris, Kanada, Belanda, Korea Selatan,
Perancis, China, Belgia, Spanyol, Italia, Uni Emirat Arab, Brasilia, Thailand,
Malaysia, Turki, Saudi Arabia, dan Vietnam. Tahun yang dianalisis sebanyak lima
tahun yaitu tahun 2009-2013.
Tabel 7 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor pakaian
jadi Indonesia ke negara tujuan tahun 2009-2013
Variabel Dependen : LN_VX
Variable Independen
Koefisien
Probabilitas
LN_GDPI
-0.336569
0.6579
LN_GDPJ
38.09098
0.0222**
LN_ECODIST
-30.25875
0.0702*
LN_XRATEJ
-2.043457
0.0033**
LN_RPRICE
-1.266598
0.0000**
DCRISIS
0.131345
0.3441
C
-828.5964
0.0183
Weighted Statistics
R-squared
0.968357 Sum squared resid
27.89098
Prob(F-statistic)
0.000000 Durbin-Watson stat
1.674646
Unweighted Statistics
R-squared
0.927780 Durbin-Watson stat
1.601399
Sum squared resid
33.65308
Keterangan : signifikan terhadap taraf nyata 5 % (**) dan 10% (*)
Uji Kriteria Ekonometrika
Terdapat empat uji asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk mendeteksi
adanya masalah pada sebuah model ekonometrika. Uji asumsi klasik terdiri dari
uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas.
29
1) Uji multikolinieritas
Adanya masalah multikolinearitas pada suatu model dapat dideteksi dengan
melihat nilai R2 yang tinggi (R2>0,8) namun banyak koefisien yang tidak sesuai
teori atau banyak variabel yang tidak signifikan (Gujarati 2004). Selain itu,
multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai probabilitas (F-Statistik)
yang signifikan pada taraf nyata 5 persen dan dengan melihat nilai korelasi antar
variabel.
Apabila nilai korelasi antar variabel lebih besar dari 0.8, berarti model
tersebut memiliki masalah multikolinearitas. Model yang dianalisis memiliki
probabilitas lebih kecil dari taraf nyata lima persen, yaitu sebesar 0.000. Nilai
korelasi antar variabel yang dianalisis di bawah 0.8 sehingga dapat disimpulkan
tidak ada pelanggaran asumsi klasik multikolinearitas.
2) Uji heteroskedastisitas
Masalah heteroskedastisitas pada suatu model dapat dideteksi dengan
membandingkan nilai Sum Squared Residual Weighted Statistic dengan nilai Sum
Squared Residual Unweighted. Nilai Sum Squared Weighted Statistic sebesar
27.89098 lebih kecil dari nilai Sum Squared Unweighted Statistic sebesar
33.65308. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model memiliki masalah
heteroskedastisitas. Untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas, model yang
dianalisis diberi pembobotan cross section weights. Pembobotan cross section
membuat model terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
3) Uji autokorelasi
Masalah autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan nilai DurbinWatson Statistic (DW). Dalam model yang dianalisis, nilai DW statistik sebesar
1.674646. Berdasarkan tabel DW dengan taraf nyata 5 persen, nilai dL sebesar
1.53456 dan nilai dU sebesar 1.80210. Berdasarkan nilai dU dan dL, autokorelasi
tidak terjadi jika nilai DW statistik berada di antara 1.80210 hingga 2.1979. Nilai
DW statistik yang dianalisis bukan berada di daerah autokorelasi negatif atau
positif. Namun model yang dianalisis menggunakan fixed effect model dengan
pembobotan Generalized Least Square (GLS) cross section weights sehingga
masalah heteroskedastisitas dan autokorelasi dapat diatasi (Juanda 2009).
4) Uji normalitas
Menyebar normal atau tidaknya residual (error terms) suatu model dapat
dilihat dari nilai Jarque-Bera (JB). Jika nilai JB lebih besar dari taraf nyata 5
persen, maka residual model menyebar normal. Pada model yang dianalisis, nilai
JB sebesar 4.342035 lebih besar dari taraf nyata lima persen. Dari hasil tersebut
dapat disumpulkan bahwa residual model menyebar normal.
Uji Kriteria Statistik
Uji kriteria statistik atau uji kriteria statistik yang berfungsi untuk menguji
apakah variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi signifikan atau
tidak. Uji kriteria statistik terdiri dari koefisien determinasi (R2), uji F, dan uji t.
1) Koefisien determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi estimasi model sebesar 0.968357. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebesar 96.8357 persen keragaman dari variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya dan sisanya dijelaskan oleh
variabel lain di luar model. Nilai R2 yang mendekati satu menunjukkan model
tersebut dapat digunakan dengan cukup baik.
30
2) Uji F
Nilai F-statistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara bersama-sama memengaruhi variabel dependen pada tingkat kepercayaan
95 persen atau taraf nyata lima persen. Nilai F statistik yang lebih kecil dari taraf
nyata mengindikasikan bahwa minimal ada satu variabel independen yang
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya. Nilai F statistik
pada model yang dianalisis sebesar 0.0000 lebih kecil dari taraf nyata lima persen.
Dari nilai F statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa minimal terdapat satu
variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor
pakaian jadi Indonesia.
3) Uji t
Uji t merupakan pengujian untuk mengetahui seberapa jauh setiap variabel
independen memengaruhi variabel dependen dengan menguji koefisien regresi
secara individual. Nilai probabilitas setiap variabel independen yang lebih kecil
dari taraf nyata lima persen mengindikasikan bahwa variabel independen
memengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Berdasarkan hasil estimasi model, variabel independen yang memengaruhi
secara signifikan dalam taraf nyata lima persen adalah variabel independen adalah
GDP riil negara tujuan ekspor, tingkat harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia,
nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap US$, dan dalam taraf nyata sepuluh
persen adalah jarak ekonomi. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh secara
signifikan adalah GDP riil Indonesia dan krisis ekonomi Eropa.
Untuk mendapatkan model terbaik, beberapa pengujian harus dilakukan,
yaitu Uji Chow dan Uji Hausman. Uji Chow digunakan untuk memilih model
terbaik antara Fixed Effect Model (FEM) atau Pooled Least Square (PLS). Nilai
probabilitas uji Chow sebesar 0.000 lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa model terbaik adalah FEM. Uji Hausman
digunakan untuk memilih model terbaik antara Random Effect Model (REM) atau
Fixed Effect Model (FEM).
Hasil uji Hausman terdapat keterangan cross-section test variance is invalid
dan Hausman statistic set to zero. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat
korelasi antara komponen error dengan variabel independen (regresor) sehingga
tidak cukup bukti untuk menerima H0, maka model yang dipilih adalah FEM
(Anggraini 2013). Berdasarkan hasil estimasi, model ekspor pakaian jadi
Indonesia di negara tujuan ekspor utama bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator) dengan persamaan model sebagai berikut.
LnVXit = -828.5964 + 38.09098 LnGDPJit - 30.25875 LnECODISTit - 2.043457
LnXRATEJit - 1.266598 LnRPRICEit
Keterangan:
LnVXit
LnGDPJit
LnECODISTit
LnXRATEJit
LnRPRICEit
= Volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan(persen)
= GDP riil negara tujuan (persen)
= Jarak ekonomi (persen)
= Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap US$ (persen)
=Tingkat harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan
(persen)
31
Pengaruh GDP Riil Indonesia terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi
Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi, GDP riil Indonesia tidak berpengaruh secara
signifikan pada taraf nyata satu persen, lima persen, atau sepuluh persen.
Sehingga dapat disimpulkan jika terjadi peningkatan atau penurunan GDP riil
Indonesia, maka volume ekspor pakaian jadi Indonesia tidak akan mengalami
penurunan atau peningkatan. Hasil penelitian yang menunjukkan GDP riil
Indonesia tidak bepengaruh secara signifikan terhadap ekspor sejalan dengan
penelitian Hermawan (2011).
GDP riil Indonesia tidak berpengaruh pada volume ekspor pakaian jadi
Indonesia disebabkan oleh orientasi produsen. Berdasarkan publikasi World Bank
(2012), produsen pakaian jadi Indonesia tidak berorientasi pada ekspor melainkan
dalam negeri. Pangsa pasar terbesar produsen pakaian jadi dalam negeri adalah
pasar domestik.
Pengaruh GDP Riil Negara Tujuan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi
Indonesia
Menurut Tinbergen (1962) dalam Chi (2010), GDP merupakan ukuran
kapasitas penyerapan (absorsi). Semakin besar GDP riil negara tujuan, maka
semakin besar permintaan impor di negara tujuan yang berdampak semakin
besarnya ekspor dari negara asal, sehingga koefisien variabel GDP riil negara
tujuan memiliki tanda positif (Chi 2010).
Dalam penelitian ini, GDP riil negara tujuan memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap volume ekspor pakaian jadi Indonesia. Hal tersebut sesuai
dengan hipotesis dan dibuktikan dengan nilai koefisien dan probabilitas GDP riil
negara tujuan sebesar 38.09098 dan 0.0222, artinya jika GDP riil negara tujuan
mengalami peningkatan sebesar satu persen akan mengakibatkan peningkatan
pada volume ekspor pakaian jadi Indonesia sebesar 38.09098 persen dengan
asumsi cateris paribus. Hasil penelitian yang menunjukkan GDP riil negara
tujuan memiliki hubungan positif terhadap ekspor barang sejalan dengan
penelitian Tho (2013), Hermawan (2011), dan Do (2006).
Peningkatan GDP riil negara tujuan mengakibatkan daya beli masyarakat
dalam negara tersebut meningkat, sehingga berdampak pada konsumsi barang dan
jasa di negara tersebut yang mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan jika
GDP riil negara tujuan semakin tinggi, maka negara tersebut semakin berpotensi
sebagai pasar ekspor pakaian jadi Indonesia.
Pengaruh Jarak Ekonomi tehadap Volume Ekspor Pakaian Jadi Indonesia
Dalam penelitian ini, jarak ekonomi memiliki pengaruh negatif secara
signifikan terhadap volume ekspor pakaian jadi Indonesia dalam taraf nyata
sepuluh persen. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis dan dibuktikan dengan nilai
koefisien dan probabilitas sebesar -30.25875 dan 0.0702, artinya jika terjadi
peningkatan pada jarak ekonomi sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan
penurunan volume ekspor pakaian jadi Indonesia sebesar 30.25875 persen dengan
asumsi cateris paribus.
Hal ini sesuai dengan hasil beberapa penelitian yang menyatakan bahwa
jarak memiliki pengaruh negatif terhadap aliran perdagangan bilateral. Jarak
ekonomi dalam ekspor dan impor menggambarkan biaya transportasi. Biaya
32
transportasi merupakan slah satu faktor penghambat dalam perdagangan, sehingga
jarak ekonomi yang semakin jauh akan menyebabkan biaya transportasi
meningkat. Hal tersebut berdampak pada naiknya harga barang ekspor atau impor
(Dilanchiev dalam Pradipta dan Firdaus 2014). Hasil penelitian yang
menunjukkan jarak ekonomi memiliki hubungan negatif terhadap ekspor sejalan
dengan penelitian Pradipta dan Firdaus (2014), Hermawan (2011), dan Siahaan
(2008).
Pengaruh Nilai Tukar terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi Indonesia
Mankiw (2008) berpendapat bahwa nilai tukar riil disebut sebagai term of
trade. Naik turunnya nilai tukar antar negara dapat menyebabkan naik turunnya
neraca perdagangan.
Dalam penelitian ini, nilai tukar yang dianalisis adalah nilai tukar mata uang
negara tujuan terhadap US$ karena sebagian besar negara menggunakan dan
menerima US$ sebagai alat pembayaran pada transaksi perdagangan internasional.
Hal tersebut disebabkan oleh nilai mata uang Amerika Serikat (US$) relatif stabil
dibandingkan mata uang lainnya.
Hasil estimasi menyatakan bahwa nilai tukar mata uang negara tujuan
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap volume ekspor pakaian jadi
Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis dan dibuktikan dengan nilai
koefisien dan probabilitas sebesar -2.043457 dan 0.0033, artinya jika nilai tukar
negara tujuan terhadap US$ mengalami peningkatan (depresiasi) sebesar satu
persen, maka akan mengakibatkan penurunan volume ekspor pakaian jadi
Indonesia sebesar 2.043457 persen dengan asumsi cateris paribus. Hasil estimasi
ini sesuai dengan hipotesis dan sejalan dengan penelitian Amponsah dan OforiBoadu (2007).
Pengaruh Tingkat Harga Ekspor Indonesia terhadap Volume Ekspor
Pakaian Jadi Indonesia
Dalam penelitian ini tingkat harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap volume ekspornya ke negara
tujuan. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis dan dibuktikan dengan probabilitas
dan nilai koefisien sebesar 0.0000 dan -1.266598, artinya jika tingkat harga ekspor
riil pakaian jadi Indonesia mengalami peningkatan sebesar satu persen, maka akan
mengakibatkan penurunan volume ekspor pakaian jadi Indonesia sebesar
1.266598 persen dengan asumsi cateris paribus. Hasil penelitian yang
menunjukkan harga ekspor memiliki hubungan negatif terhadap ekspor barang
sejalan dengan penelitian Pradipta dan Firdaus (2014).
Peningkatan harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan utama
membuat volume ekspor pakaian jadi Indonesia mengalami penurunan. Hal
tersebut sesuai dengan nilai dan volume ekspor pakaian jadi Indonesia yang
meningkat ketika harganya mengalami penurunan.
Pengaruh Krisis Ekonomi Eropa terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi
Indonesia
Dalam penelitian ini, nilai 1 pada dummy untuk ketika terjadi krisis dan
setelah terjadi krisis ekonomi di Eropa, sedangkan nilai 0 pada dummy untuk
sebelum terjadi krisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanda koefisien
33
dummy krisis adalah positif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ketika adanya
krisis, volume ekspor pakaian jadi Indonesia meningkat. Hal tersebut dapat terjadi
karena ketika terjadi krisis, Indonesia mengalihkan ekspor pakaian jadi ke negara
tujuan selain Eropa.
Permintaan ekspor pakaian jadi Indonesia di sebagian besar negara anggota
Uni Eropa mengalami pnurunan setelah terjadi krisis ekonomi tahun 2010. Namun
volume ekspor pakaian jadi Indonesia mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh Indonesia mengalihkan ekspornya dari negara Uni Eropa ke
negara-negara lain yang tidak terkena dampak krisis ekonomi Eropa. Hal tersebut
dibuktikan dengan meningkatnya volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara
tujuan selain Eropa setelah terjadinya krisis (lampiran 9).
Meskipun tanda koefisien dummy krisis adalah positif, namun hasil estimasi
tidak sesuai dengan hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan krisis ekonomi Eropa
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor pakaian jadi
Indonesia ke negara tujuan utama. Hal tersebut dapat disebabkan oleh sebagian
besar GDP riil negara tujuan dan Indonesia mengalami peningkatan setelah terjadi
krisis Eropa.
GDP merupakan ukuran ekonomi suatu negara. Peningkatan GDP
mengindikasikan GDP negara tersebut mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan
GDP dapat dijadikan proxy perekonomian. Selain itu, share ekspor pakaian jadi
Indonesia di dunia juga meningkat pada tahun 2012. Hal tersebut berbanding
terbalik dengan nilai dan volume ekspor pakaian jadi dunia yang menurun drastis
pada tahun 2012.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Komoditi pakaian jadi Indonesia yang terbuat dari katun memiliki dayasaing
yang kuat secara komparatif dan kompetitif di dunia. Posisi pangsa pasar ekspor
pakaian jadi Indonesia yang terbuat dari katun berada pada posisi pangsa pasar
yang paling ideal di dunia, yaitu rising star.
Tidak semua dayasaing ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tujuan
berdayasaing kuat secara komparatif. Negara tujuan ekspor tersebut adalah
Inggris, Spanyol, Italia, Thailand, Malaysia, Turki, Saudi Arabia, dan Vietnam.
Hal tersebut dibuktikan dengan nilai RCA kurang dari satu. Selain itu, posisi
pangsa pasar ekspor pakaian jadi Indonesia di beberapa negara berada pada posisi
faling star dan lost opportunity. Posisi falling star berada di negara Amerika
Serikat, Jerman, Spanyol dan Vietnam. Sedangkan posisi lost opportunity berada
di negara Belanda, Korea Selatan, dan Perancis.
Berdasarkan analisis dengan pendekatan gravity model, faktor-faktor yang
digunakan dalam analisis memiliki pengaruh terhadap volume ekspor pakaian jadi
Indonesia yang terbuat dari katun ke negara tujuan. Faktor-faktor tersebut adalah
GDP riil negara tujuan, tingkat harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia, nilai tukar
negara tujuan, dan jarak ekonomi.
34
Saran
Berdasarkan hasil analisis yang menyatakan bahwa semua faktor-faktor
yang digunakan berpengaruh terhadap volume ekspor pakaian jadi Indonesia,
rekomendasi saran adalah pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan dapat
meningkatkan hubungan kerja sama dengan negara tujuan. Hal ini disebabkan
oleh terbuktinya peningkatan GDP negara tujuan dapat meningkatkan ekspor
pakaian jadi Indonesia.
Kementerian Perdagangan juga diharapkan dapat membuat kebijakan yang
mendukung eksportir pakaian jadi Indonesia. Salahsatunya adalah mengefisienkan
birokrasi khususnya dalam hal ekspor. Selain itu, diharapkan pemerintah dapat
meningkatkan infrastruktur untuk mempermudah ekspor.
Skala ekonomis juga diperlukan untuk meningkatkan produksi yang efisien,
sehingga harga ekspor dapat semakin berdayasaing dan kualitas komoditi pakaian
jadi menjadi lebih baik. Kementerian Perindustrian diharapkan mempu membuat
strategi yang lebih efektif agar pakaian jadi Indonesia semakin berdayasaing di
dalam negeri dan di luar negeri. Salahsatunya dengan membuat inovasi-inovasi
produk pakaian jadi agar tidak mudah ditiru sempurna oleh negara pesaing dan
kebijakan yang mendukung produsen dalam negeri.
Untuk penelitian selanjutnya, diperlukan penelitian terkait faktor produksi
apa saja yang memengaruhi industri pakaian jadi Indonesia agar faktor produksi
dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif sehingga dapat meningkatkan
dayasaing pakaian jadi Indonesia di dunia. Variabel yang dapat dimasukkan dalam
penelitian selanjutnya adalah variabel hambatan tarif dan non-tarif, upah tenaga
kerja industri pakaian jadi, dan produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Amponsah W, Ofori-Boadu V. 2007. Determinants of U.S Textile and Apparel
Trade. International Food and Agribusiness Management Review. 10(2).
Anggraini Y. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perbedaan
Profitabilitas Bank Asing dan Bank Domestik di Indonesia [Skripsi]. Bogor
(ID) : IPB Press.
Bai L. 2012. Effect of Global Financial Crisis on Chinese Export: a Gravity
Model Study.
Baltagi H. 2005. Econometric Analysis of Panel Data 3 rd ed [Ebook]. London
(UK) : John Wiley & Sons.
[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2009. Perdagangan
dan Investasi di Indonesia [Publikasi]. Jakarta (ID) : BAPPENAS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. Berbagai tahun terbitan. Statistika Indonesia. Jakarta
(ID) : BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Tabel Kesesuaian KBLI 2009-KBLI 2005.
Jakarta (ID) : BPS.
Chi T. 2010. An empirical Study of Trade Competitiveness in the U.S. Technical
Textile Industry. Jurnal of Textile and Apparel, Technology and Management.
6(4).
Do T. 2006. A Gravity Model for Trade Between Vietnam and Twenty Three
European Countries [Thesis]. Department of Economics anf Society.
35
[EC] European Commission. 2009. Competitiveness Proofing [Internet]. [diunduh
2015 Feb 2]. Tersedia pada: http://ec.europa.eu/enterprise/policies/smartregulation/impact-assessment/competitiveness-proofing/index_en.htm.
Esterhuizen. 2006. Measuring and Analysing Competitiveness in the Agribusiness
Sector : Methodological And Analytical Framework.
Farole T, Winkler D. 2012. Export Competitiveness in Indonesia’s Manufacturing
Sector. Wolrd Bank.
Gujarati D. 1999. Ekonometrika Dasar. Zain, Sumarno, penerjemah : Hutauruk
Gunawan, kordinator editor. Jakarta (ID) : Penerbit Erlangga. Terjemahan dari :
Basic Ecometrics.
Hermawan M. 2011. The Determinant and Trade Potential of Export of the
Indonesia’s Textile Products: A Gravity Model. Global Economy and Finance
Journal. 4(2):13-32.
[IFS] International Financial Statistics. 2015. Currency exchange rates [Internet].
[diunduh 2015 Maret 2]. Tersedia pada: http://www.elibrary-data.imf.org.
[IMF] International Monetary Fund. 2014. Data and Statistics [internet]. [diunduh
2015 Feb 1]. Tersedia pada : http : // www.imf.org.
Juanda B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. Bogor :IPB Press.
Karlinda F. 2012. Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Permintaan Ekspor Mutiara Indonesia [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor.
[Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2015. Negara Tujuan Ekspor Komoditi
Utama
[Internet].
[diunduh
2015
Feb
1].
Tersedia
pada:
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/10-main-and-potential
commodities/10-main-commodities.
[Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2015. Perkembangan Ekspor NonMigas
[Internet].
[diunduh
2015
Feb
1].
Tersedia
pada:
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-exportimport/growth-of-non-oil-and-gas-export-sectoral.
Krugman P, Obstfeld M. 2003. Internastional Economics 6th Edition: Theory and
Policy. Boston (US) : Pearson Education Inc.
Krugman P, Obstfeld M. 2004. Ekonomi Internasional. Faisal, Basri, penerjemah;
Sarwiji, kordinator editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Internastional Economics. Ed ke-5.
Lipsey R, Courant P, Purvis D, Steiner P. 1997. Pengantar Makroekonomi.
Maulana A, penerjemah. Jakarta (ID) : Binarupa Aksara. Terjemahan dari:
Economics 10th ed. Ed ke-10.
Mankiw NG. 2008. Principles of Macroeconomics 6th Edition [Ebook]. Mason
(US) : South-Western Cengage Learning.
Napitupulu C. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran
Perdagangan Beras Intra-ASEAN [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Oktaviani, R dan Novianti, T. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan
Aplikasinya di Indonesia. Bogor : Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB. Bogor.
Bagian I.
Oktora R. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
36
Pradipta A. 2014. Posisi Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor
Buah-Buahan Indonesia di Dunia dan Negara Tujuan [skripsi]. Bogor
(ID) :Institut Pertanian Bogor.
Pradipta A, Firdaus M. 2014. Posisi Dayasaing dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia. Jurnal Manajemen dan
Agribisnis. 11(2).
Rahman M. 2003. A Panel Data Analysis of Bangladesh’s Trade: the Gravity
Model Approach.
Rahman M. 2009. Australia’s Global Trade Potential: Evidence from the Gravity
Model Analysis.
Rizky M, Widyasanti A. 2011. Dayasaing Produk Ekspor Manufaktur Indonesia
Dengan Metode RCA Dinamis. Ed 1.
Sa’idy I. 2013. Analisis Dayasaing Komoditas Tekstil dan Produk Tekstil
Indonesia di Amerika Serikat. Economics Development Analysis Journal. 2(4).
Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional. Munandar H, penerjemah; Sumiharti,
editor. Jakarta (ID) : Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: International
Economics. Ed ke-5.
Sarwoko. 2009. Perdagangan Bilateral Antara Indonesia Dengan Negara-Negara
Patner Dagang Utama Dengan Menggunakan Model Gravitasi. Jurnal Ilmiah
MTG. 2(1).
Siahaan M. 2008. Analisis Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
Intra-ASEAN [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tho N. 2013. Determinants of Vietnam’s Exports: A Gravity Model Approach.
[Timeanddate]. 2015. Distance from Jakarta to the Destination Countries’s Capital
[Internet].
[diunduh
2015
Feb
1].
Tersedia
pada:
http://www.timeanddate.com/worldclock/distances.html?n=108&sort=1.
[UN Comtrade] United Nations Comodity Trade Statistics Database [Internet].
Berbagai tahun terbitan. [diunduh 2015 Jan 31]. Tersedia pada:
http://www.wits.worldbank.org.
[WB] World Bank. 2015. World Development Indicatorss [Internet]. [diunduh
2015 Feb 1]. Tersedia pada: http: //data.worldbank.org.
Yuniarti D. 2007. Analisis Determinan Perdagangan Bilateral Indonesia
Pendekatan Gravity Model. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 12(2):99-109.
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Nilai GDP riil, GDP per kapita riil, dan nilai tukar riil tahun 20092013
Negara
Tahun
ARE
ARE
ARE
ARE
ARE
BEL
BEL
BEL
BEL
BEL
BRA
BRA
BRA
BRA
BRA
CAN
CAN
CAN
CAN
CAN
CHN
CHN
CHN
CHN
CHN
DEU
DEU
DEU
DEU
DEU
ESP
ESP
ESP
ESP
ESP
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
GDP
(miliar US$)
200.16
203.43
213.37
223.35
234.97
402.12
412.18
418.93
419.33
420.48
1019.92
1096.75
1126.72
1138.35
1166.72
1199.59
1240.06
1271.42
1293.14
1319.29
3476.13
3839.28
4196.33
4517.46
4864.00
2918.31
3037.69
3146.75
3158.59
3161.94
1219.74
1219.91
1212.38
1187.05
1172.45
GDP Per Kapita
(US$)
25933.24
24099.23
23907.08
24262.75
25140.76
37245.82
37744.63
37920.35
37681.64
37559.44
5271.14
5618.32
5721.29
5730.25
5823.04
35671.66
36466.82
37021.32
37208.15
37524.32
2611.16
2870.05
3121.97
3344.54
3583.38
35631.63
37146.10
38469.88
39273.38
39219.37
26308.57
26191.33
25937.24
25385.40
25134.36
Nilai Tukar
(LCU/US$)
3.70
3.67
3.59
3.54
3.53
0.72
0.76
0.72
0.79
0.76
1.93
1.76
1.73
2.08
2.41
1.14
1.03
0.99
0.99
1.02
6.72
6.77
6.60
6.49
6.44
0.72
0.76
0.71
0.77
0.75
0.72
0.76
0.72
0.78
0.76
38
FRA
FRA
FRA
FRA
FRA
GBR
GBR
GBR
GBR
GBR
ITA
ITA
ITA
ITA
ITA
JPN
JPN
JPN
JPN
JPN
KOR
KOR
KOR
KOR
KOR
MYS
MYS
MYS
MYS
MYS
NLD
NLD
NLD
NLD
NLD
SAU
SAU
SAU
SAU
SAU
THA
THA
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2245.69
2289.83
2337.44
2345.26
2351.94
2431.04
2477.50
2518.26
2534.86
2578.69
1794.33
1825.02
1835.73
1794.10
1759.57
4441.83
4648.47
4627.42
4708.57
4784.54
1031.66
1098.69
1139.14
1165.25
1199.88
166.32
178.67
187.94
198.55
207.95
718.00
725.68
737.75
726.06
720.79
405.82
435.99
473.36
500.87
520.66
194.87
210.09
34707.67
35215.62
35771.55
35709.08
35620.14
39036.35
39471.85
39808.82
39796.40
40231.02
30363.24
30787.77
30915.23
30132.87
29408.90
34822.08
36472.75
36203.43
36912.19
37573.37
20976.46
22236.02
22883.76
23303.01
23892.53
5984.91
6318.95
6535.07
6790.38
6997.67
43434.86
43675.24
44195.21
43333.75
42893.24
15144.64
15994.78
17050.67
17706.24
18060.23
2940.22
3163.90
0.72
0.76
0.71
0.77
0.74
0.63
0.65
0.63
0.65
0.66
0.72
0.76
0.72
0.78
0.76
95.79
87.78
77.15
75.54
91.39
1260.61
1156.06
1117.35
1137.05
1103.42
3.52
3.22
3.06
3.08
3.16
0.72
0.76
0.71
0.78
0.76
3.62
3.75
3.85
3.88
3.96
33.74
31.69
39
THA
THA
THA
TUR
TUR
TUR
TUR
TUR
USA
USA
USA
USA
USA
VNM
VNM
VNM
VNM
VNM
IDN
IDN
IDN
IDN
IDN
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
210.25
226.37
230.37
517.69
565.09
614.67
627.74
653.63
13263.04
13598.29
13816.14
14136.31
14450.33
73.56
78.28
83.17
87.53
92.28
355.76
377.90
402.41
427.61
452.33
3158.07
3389.58
3437.84
7266.69
7833.53
8413.32
8483.33
8722.92
43234.26
43960.98
44341.81
45038.20
45710.25
855.07
900.49
946.80
986.01
1028.62
1498.01
1570.15
1650.56
1732.18
1810.31
Keterangan : LCU = Local Current Unit
Keterangan :
ARE = Uni Emirat Arab
BEL = Belgia
BRA = Brasilia
CAN = Kanada
CHN = China
DEU = Jerman
ESP = Spanyol
FRA = Perancis
GBR = Inggris
ITA = Italia
IDN
JPN
KOR
MYS
NLD
SAU
THA
TUR
USA
VNM
= Indonesia
= Jepang
= Korea Selatan
= Malaysia
= Belanda
= Saudi Arabia
= Thailand
= Turki
= Amerika Serikat
=Vietnam
30.68
31.57
31.43
1.45
1.50
1.73
1.98
2.22
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
15933.05
18612.90
23595.64
25610.87
27148.64
10044.52
9090.24
8957.35
9794.27
11447.86
Lampiran 2 Negara tujuan ekspor pakaian jadi Indonesia tahun 2009-2013
COUNTRY
YEAR
LN_GDPj
LN_ECODIST
LN_VX
ARE
2009
26.02000
6.46686
11.01008
ARE
2010
26.04000
6.48308
10.89305
ARE
2011
26.09000
6.53078
11.31831
ARE
2012
26.13000
6.57650
11.83437
ARE
2013
26.18000
6.62719
12.35551
BEL
2009
26.72000
7.03044
12.34021
BEL
2010
26.74000
7.05514
12.53528
BEL
2011
26.76000
7.07139
12.63901
BEL
2012
26.76000
7.07234
12.39479
BEL
2013
26.76000
7.07508
12.59281
BRA
2009
27.65000
7.39793
10.01391
BRA
2010
27.72000
7.47056
11.46035
BRA
2011
27.75000
7.49752
11.04701
BRA
2012
27.76000
7.50779
11.83959
BRA
2013
27.79000
7.53240
12.37442
CAN
2009
27.81000
7.33333
12.90072
CAN
2010
27.85000
7.36652
13.57799
CAN
2011
27.87000
7.39148
13.57492
CAN
2012
27.89000
7.40843
13.67883
CAN
2013
27.91000
7.42845
14.12114
CHN
2009
28.88000
6.28033
9.39674
CHN
2010
28.98000
6.37969
10.49673
CHN
2011
29.07000
6.46862
12.63658
CHN
2012
29.14000
6.54236
13.05551
DCRISIS
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
LN_GDPi
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
LN_XRATEJ
1.56982
1.56230
1.53992
1.52608
1.52249
-0.34349
-0.29035
-0.33515
-0.24888
-0.28519
0.77858
0.68348
0.66630
0.85333
0.99846
0.10715
0.00447
-0.03814
-0.03387
-0.00890
1.94120
1.94720
1.92322
1.90520
LN_RPRICE
-2.27661
-2.02769
-1.89783
-2.36564
-2.62370
-2.10831
-2.20201
-2.04660
-2.35595
-2.49566
-2.17855
-2.11676
-1.85422
-2.32650
-2.87569
-2.18160
-2.31771
-2.17347
-2.45739
-2.61054
-2.07449
-2.50928
-2.11218
-2.08141
40
CHN
DEU
DEU
DEU
DEU
DEU
ESP
ESP
ESP
ESP
ESP
FRA
FRA
FRA
FRA
FRA
GBR
GBR
GBR
GBR
GBR
ITA
ITA
ITA
ITA
ITA
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
29.21000
28.70000
28.74000
28.78000
28.78000
28.78000
27.83000
27.83000
27.82000
27.80000
27.79000
28.44000
28.46000
28.48000
28.48000
28.49000
28.52000
28.54000
28.55000
28.56000
28.58000
28.22000
28.23000
28.24000
28.22000
28.20000
6.61627
6.94736
6.98745
7.02272
7.02648
7.02754
7.12136
7.12150
7.11530
7.09419
7.08182
7.03834
7.05781
7.07839
7.08173
7.08457
7.04270
7.06164
7.07795
7.08452
7.10167
6.96130
6.97826
6.98411
6.96118
6.94174
13.52378
14.66509
14.71431
14.19718
14.34535
14.45282
12.50918
12.00955
12.66790
11.56300
11.90497
13.14661
12.77334
12.91509
12.22853
11.42750
13.16201
13.74000
13.46294
13.70098
13.84984
11.05259
10.62457
10.37124
11.60094
11.83535
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
1.89738
-0.35527
-0.31281
-0.37178
-0.29362
-0.32606
-0.32361
-0.27429
-0.32233
-0.23990
-0.27328
-0.35570
-0.30702
-0.36384
-0.28362
-0.32113
-0.43434
-0.41012
-0.43358
-0.41207
-0.39099
-0.34324
-0.29662
-0.34870
-0.26047
-0.29571
-2.44209
-2.03560
-2.10033
-1.91422
-2.10777
-2.13829
-2.19829
-1.93887
-1.93916
-2.64212
-2.62854
-2.12280
-2.05761
-2.00628
-2.11893
-1.97397
-2.21155
-2.28689
-2.24587
-2.26549
-2.25143
-2.06662
-1.60588
-1.26128
-1.27507
-1.78026
41
JPN
JPN
JPN
JPN
JPN
KOR
KOR
KOR
KOR
KOR
MYS
MYS
MYS
MYS
MYS
NLD
NLD
NLD
NLD
NLD
SAU
SAU
SAU
SAU
SAU
THA
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
29.12000
29.17000
29.16000
29.18000
29.20000
27.66000
27.73000
27.76000
27.78000
27.81000
25.84000
25.91000
25.96000
26.01000
26.06000
27.30000
27.31000
27.33000
27.31000
27.30000
26.73000
26.80000
26.88000
26.94000
26.98000
26.00000
6.31372
6.35919
6.35465
6.37204
6.38804
6.26317
6.32611
6.36227
6.38493
6.41421
4.74242
4.81405
4.86462
4.91953
4.96578
7.04245
7.05310
7.06960
7.05361
7.04633
6.59173
6.66344
6.74566
6.80216
6.84090
5.41649
11.94993
13.28333
14.18382
14.87107
15.13282
11.09995
12.51349
13.84753
13.67892
13.82646
7.07072
11.01536
9.69972
10.52878
11.87033
12.79787
13.33968
12.69169
12.55548
12.96987
9.91621
9.55478
8.82571
9.37390
10.18403
6.34212
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
4.44779
4.36042
4.23128
4.21026
4.40073
7.17830
7.09156
7.05775
7.07517
7.04509
1.28007
1.19091
1.13978
1.14516
1.17136
-0.35870
-0.31455
-0.37090
-0.28839
-0.31097
1.43392
1.46967
1.49529
1.50326
1.52318
3.55299
-2.12912
-3.04617
-2.94005
-2.85512
-2.66291
-2.77325
-3.40799
-2.96023
-2.27512
-2.36852
-1.73749
-3.61331
-3.01645
-3.42833
-3.17763
-2.07061
-2.33121
-1.71848
-1.84683
-2.07513
-2.18659
-2.66790
-1.74764
-2.10921
-2.24053
-1.65927
42
THA
THA
THA
THA
TUR
TUR
TUR
TUR
TUR
USA
USA
USA
USA
USA
VNM
VNM
VNM
VNM
VNM
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
26.07000
26.07000
26.15000
26.16000
26.97000
27.06000
27.14000
27.17000
27.21000
30.22000
30.24000
30.26000
30.28000
30.30000
25.02000
25.08000
25.14000
25.20000
25.25000
5.49169
5.49246
5.56634
5.58385
6.75113
6.83874
6.92283
6.94389
6.98430
7.37611
7.40107
7.41696
7.43987
7.46184
5.72295
5.78521
5.84574
5.89688
5.94968
7.27587
10.45340
10.18471
11.27065
9.59226
9.46126
9.34679
10.06603
10.53146
16.99783
17.28537
17.29771
17.16827
17.48871
10.05959
8.53287
6.25575
10.56757
13.00608
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
26.60000
26.66000
26.72000
26.78000
26.84000
3.49006
3.45795
3.48638
3.48189
0.67979
0.71485
0.85490
0.98938
1.10537
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
10.07713
10.23342
10.47062
10.55258
10.61089
-1.74426
-1.92745
-1.98041
-3.36483
-2.70070
-2.11221
-2.10936
-2.30602
-2.43138
-2.30426
-2.28224
-2.23192
-2.43417
-2.75896
-3.33475
-2.75389
-1.72148
-3.01778
-5.52773
43
44
Lampiran 3 Hasil uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: FEM
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Statistic
Cross-section F
Cross-section Chi-square
14.108193
145.548185
d.f.
Prob.
(18,70)
18
0.0000
0.0000
Lampiran 4 Hasil uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: REM
Test cross-section random effects
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f.
0.000000
6
* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to
zero.
Prob.
1.0000
45
Lampiran 5 Fixed Effect Model dengan pembobotan GLS
Dependent Variable: LN_VX
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 05/12/15 Time: 19:30
Sample: 2009 2013
Periods included: 5
Cross-sections included: 19
Total panel (balanced) observations: 95
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable
LN_GDPI
LN_GDPJ
LN_ECODIST
LN_XRATEJ
LN_RPRICE
DCRISIS
C
Coefficient Std. Error t-Statistic
-0.336569
38.09098
-30.25875
-2.043457
-1.266598
0.131345
-828.5964
0.756719
16.29003
16.45855
0.671168
0.153865
0.137881
342.9223
-0.444774
2.338301
-1.838482
-3.044628
-8.231864
0.952593
-2.416280
Prob.
0.6579
0.0222
0.0702
0.0033
0.0000
0.3441
0.0183
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.968357
0.957508
0.631223
89.25677
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
18.33230
12.38178
27.89098
1.674646
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.927780
33.65308
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
12.08946
1.601399
46
Lampiran 6 Hasil uji normalitas
10
Series: Standardized Residuals
Sample 2009 2013
Observations 95
8
6
4
2
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-8.13e-17
0.037887
0.998531
-1.068921
0.544713
-0.069849
1.962012
Jarque-Bera
Probability
4.342035
0.114062
0
-1.0
-0.5
-0.0
0.5
1.0
Lampiran 7 Uji multikolinearitas
LN_VX LN_GDPI LN_GDPJ
LN_ECO LN_X
LN_R
DIST
RATEJ PRICE2
0.518508 -0.278818 -0.149543
0.063363 0.007041 -0.203871
0.581547 -0.411110 0.220429
1.000000 -0.551117 0.354147
DCRISIS
LN_VX
1.000000 0.226985 0.721691
0.162501
LN_GDPI 0.226985 1.000000 0.033451
0.707107
LN_GDPJ 0.721691 0.033451 1.000000
0.027205
LN_ECODIST 0.518508 0.063363 0.581547
0.051684
LN_XRATEJ 0.278818 0.007041 -0.411110 -0.551117 1.000000 -0.485816 0.002605
LN_RPRICE 0.149543 -0.203871 0.220429 0.354147 -0.485816 1.000000 -0.096425
DCRISIS 0.162501 0.707107 0.027205 0.051684 0.002605 -0.096425 1.000000
Lampiran 8 Efek individu
CROSSID Effect
1
1
53.21496
2
2
41.32693
3
3
17.54015
4
4
10.13049
5
5
-60.98370
6
6
-34.79027
7
7
1.736409
8
8
-23.86446
9
9
-26.09202
10
10
-18.31568
11
11
-61.82739
12
12
-3.328477
13
13
4.557523
14
14
20.29050
15
15
27.56774
16
16
23.96180
17
17
21.88693
18
18
-76.44911
19
19
83.43767
47
Lampiran 9 Volume, nilai, dan harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia tahun
2009-2013
Harga Relatif
Nilai Ekspor
Negara
Tahun
Volume (Kg)
Ekspor
(US$)
(US$/Kg)
ARE
2009
60481.000
881432.000
14.574
ARE
2010
53801.000
1005690.000
18.693
ARE
2011
82315.000
1826093.000
22.184
ARE
2012
137912.000
1981103.000
14.365
ARE
2013
232236.000
2661511.000
11.460
BEL
2009
228709.000
3944059.000
17.245
BEL
2010
277974.000
4364865.000
15.702
BEL
2011
308355.000
5895053.000
19.118
BEL
2012
241541.000
3503521.000
14.505
BEL
2013
294434.000
3835257.000
13.026
BRA
2009
22335.000
359038.000
16.075
BRA
2010
94878.000
1622387.000
17.100
BRA
2011
62756.000
1454258.000
23.173
BRA
2012
138634.000
2070970.000
14.938
BRA
2013
236670.000
2108161.000
8.908
CAN
2009
400599.000
6420070.000
16.026
CAN
2010
788577.000
11029716.000
13.987
CAN
2011
786164.000
13238767.000
16.840
CAN
2012
872247.000
11431431.000
13.106
CAN
2013
1357484.000
15763304.000
11.612
CHN
2009
12049.000
214932.000
17.838
CHN
2010
36197.000
418018.000
11.548
CHN
2011
307606.000
5507411.000
17.904
CHN
2012
467666.000
8926530.000
19.087
CHN
2013
746968.000
10265370.000
13.743
DEU
2009
2338656.000
43371557.000
18.546
DEU
2010
2456651.000
42704236.000
17.383
DEU
2011
1464732.000
31965656.000
21.824
DEU
2012
1698668.000
31579686.000
18.591
DEU
2013
1891376.000
35220005.000
18.621
ESP
2009
270812.000
4268252.000
15.761
ESP
2010
164317.000
3356839.000
20.429
ESP
2011
317394.000
6756035.000
21.286
ESP
2012
105135.000
1145460.000
10.895
ESP
2013
148001.000
1687952.000
11.405
48
FRA
FRA
FRA
FRA
FRA
GBR
GBR
GBR
GBR
GBR
ITA
ITA
ITA
ITA
ITA
JPN
JPN
JPN
JPN
JPN
KOR
KOR
KOR
KOR
KOR
MYS
MYS
MYS
MYS
MYS
NLD
NLD
NLD
NLD
NLD
SAU
SAU
SAU
SAU
SAU
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
512272.000
352687.000
406400.000
204542.000
91812.000
520224.000
927267.000
702876.000
891787.000
1034926.000
63107.000
41133.000
31928.000
109200.000
138047.000
154807.000
587324.000
1445292.000
2873589.000
3733377.000
66168.000
271983.000
1032538.000
872329.000
1011009.000
1177.000
60801.000
16313.000
37376.000
142961.000
361446.000
621367.000
325034.000
283646.000
429281.000
20256.000
14112.000
6807.000
11777.000
26477.000
8706994.000
6398364.000
8089044.000
3760384.000
2014996.000
8091226.000
13375548.000
11009651.000
14160049.000
17210015.000
1134598.000
1172346.000
1338649.000
4668295.000
3677279.000
2614655.000
3964878.000
11307602.000
25301923.000
41140549.000
586852.000
1278667.000
7916933.000
13718308.000
14954617.000
29409.000
232787.000
118241.000
185516.000
941561.000
6472575.000
8574377.000
8627046.000
6845385.000
8514936.000
323011.000
139067.000
175479.000
218628.000
445120.000
16.997
18.142
19.904
18.384
21.947
15.553
14.425
15.664
15.878
16.629
17.979
28.501
41.927
42.750
26.638
16.890
6.751
7.824
8.805
11.020
8.869
4.701
7.667
15.726
14.792
24.986
3.829
7.248
4.964
6.586
17.907
13.799
26.542
24.134
19.835
15.946
9.855
25.779
18.564
16.812
49
THA
THA
THA
THA
THA
TUR
TUR
TUR
TUR
TUR
USA
USA
USA
USA
USA
VNM
VNM
VNM
VNM
VNM
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
568.000
1445.000
34662.000
26495.000
78484.000
14651.000
12852.000
11462.000
23530.000
37476.000
24102620.000
32132067.000
32531327.000
28581592.000
39377888.000
23379.000
5079.000
521.000
38854.000
445111.000
15347.000
35862.000
746505.000
559465.000
428659.000
139720.000
220770.000
205797.000
358774.000
520568.000
341684407.000
465653623.000
516716981.000
383381824.000
394193113.000
118264.000
45927.000
13787.000
290751.000
279553.000
27.019
24.818
21.537
21.116
5.462
9.537
17.178
17.955
15.248
13.891
14.176
14.492
15.884
13.414
10.011
5.059
9.043
26.463
7.483
0.628
50
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 Januari 1993. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari orang tua Ayah R Eddi
Soelistio dan Ibu Bintang Rejeki. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Dasar pada tahun 2005 di SDN Polisi 1 Bogor, pendidikan Sekolah Menengah
Pertama pada tahun 2008 di SMPN 2 Bogor, dan pendidikan Sekolah Menegah
Atas pada tahun 2011 di SMAN 5 Bogor. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan
pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui SNMPTN Tertulis dan diterima
di Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama kegiatan perkuliahan, penulis mengikuti organisasi Forum For
Indonesia (FFI) Chapter Bogor pada tahun 2012-2013 dengan menjabat sebagai
bendahara umum II dan Himpunan Profesi Ekonomi Studi Pembangunan
(HIPOTESA) pada tahun 2013-2014 dengan menjabat sebagai bendahara divisi
Information, Promotion, and Internal Relationship (INTEL). Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) yang pernah penulis ikuti selama kegiatan perkuliahan adalah
choir Agriaswara. Penulis juga menjabat sebagai kepala divisi Multimedia,
Design, and Decoration (MDD) dan bendahara umum di beberapa program kerja
organisasi. Selain itu penulis juga merupakan penerima beasiswa unggulan Bank
Indonesia.
Download