Karangan Asli Hubungan Keterkendalian Gula Darah Dengan Gangguan Hemostasis Pada Pasien DM Tipe 2 Ira Ramadhani, Dairion Gatot, Dharma Lindarto Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU Abstrak Keadaan hiperkoagulasi yang disebabkan oleh hiperglikemia, hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus (DM) dapat memicu terjadinya perubahan pada komponen yang berperan dalam faal hemostasis sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan aktifitas koagulasi dengan penurunan aktifitas fibrinolisis. Adanya keadaan hiperkoagulasi ini akan menyebabkan penderita DM memiliki kecenderungan yang meningkat untuk mengalami trombosis. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan keterkendalian gula darah dengen status hemostasis pada pasien DM tipe 2. Metode : Penelitian ini dilakukan secara potong lintang di RS H. Adama Malik Medan November 2009 – Desember 2009. Subjek penelitian terdiri dari 30 orang. Pada seluruh subjek penelitian dilakukan pemeriksaan darah untuk KGD Puasa, KGD 2 jam PP dan HbA1C. Dan dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan penyaring hemostasis meliputi PT, aPTT, TT, INR, D-dimer dan Fibrinogen. Digunakan uji Pearson jika data berdistribusi normal untuik mengetahui korelasi antara KGD N, KGD 2 jam PP, dan HbA1C dengan nilai koagulasi. Dan digunakan uji Spearman untuk data yang terdistribusi tidak normal. Hasil analisis dianggap bermakna apabila p<0,05. Hasil : Didapatkan hubungan yang signifikan antara KGD N dengan rasio PT, INR, aPTT dengan nilai masing-masing 0,037, 0,032, 0,002 dimana nilai p<0,05. Didapatkan hubungan yang signifikan antara KGD 2 jam PP dengan rasio aPTT dengan nilai 0,014 dimana p<0,05. Terlihat adanya hubungan yang signifikan antara HbA1C dengan rasio aPTT (0.000) dan fibrinogen (0,010) Kesimpulan : Dijumpai hubungan yang signifikan di antara beberapa faktor koagaulasi dengan KGD N, KGD 2 jam PP dan HbA1C. Abstract Background : The hypercoagulation condition caused by the hyperglycaemia, hyperinsulinemia and insulin resistance occurring in the patients with diabetes mellitus (DM) can stimulate the change in the components that play role in hemostatis that lead to increase in coagulation activity with the reduced fibrinolisis activity. Such hypercoagulation will results in the diabetic patients to have increased the trombosis risk. Objective : To assess the correlation between the controlled blood glucose and hemostatis status in type 2 diabetic patients Method : A cross-sectional study in determining the correlation between the controlled blood glucose and hemostasis disorder In type 2 diabetic Patients was performed since November to December 2009 at H.Adam Malik General Hospital Medan The subjects of the study consisted of 30 samples. For all the subjects, blood examination was done for fasting blood glucose level, 2 h PP blood glucose and HbA1C. The sampling of blood was taken for hemostatis examination included PT, aPTT, TT, INR, D-dimer and fibrinogen. Pearson-test is used if the data are distributed normaly to know the correlation between fasting blood glucose level, 2 h PP blood glucose and HbA1C with the coagulation level. And also, Spearman-test analysis was applied to the data undistributed normally. The analysis result was considered to be significant if p < 0.05. Results : There is a significant correlation between the fasting blood glucose level in ratio of PT, INR, aPTT each of which has 0.037, 0.032, 0.002 (p < 0.05), there is a significant correlation between 2h PP blood glucose with the ratio of a PTT 0.014 (p<0.05). There is also a significant correlation between HbA1C with the ratio of aPTT (0.00) and fibrinogen (0.010). Conclusion : There is a significant correlation among some coagulating factors and fasting blood sugar, 2h PP blood glucose and H6A1C. The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara | 7 Ira Ramadhani dkk PENDAHULUAN Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. Kondisi di Indonesia, penelitian terakhir di Depok antara tahun 2001 dan 2005 didapatkan prevalensi DM Tipe 2 sebesar 14,7%, demikian juga di Makasar prevalensi diabetes tahun 2005 mencapai 12,5%. Menurut perkiraan WHO, Indonesia akan menempati peringkat kelima dunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995.1 Berbagai penelitian eksperimental dan observasional telah membuktikan bahwa hiperglikemia, hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang terjadi secara berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas koagulasi dan mengurangi aktivitas antikoagulasi dari sistem hemostasis. Perubahan keseimbangan hemostasis ini menyebabkan penderita diabetes melitus berada dalam keadaan hiperkoagulasi.2,3 Virchow (1845) menyatakan bahwa perubahan daya beku darah menjadi salah satu faktor utama yang berperan dalam patofisiologi terjadinya trombosis. Darah yang mengalami hiperkoagulasi cendrung lebih mudah membeku bila mendapat stimulus koagulasi dan bekuan yang terbentuk akan lebih sulit untuk dilarutkan.4,5 Komplikasi vascular pada diabetes berhubungan dengan perubahan hemostasis, dimana terjadi keadaan status hiperkoagulasi pada diabetisi.6,7 Keadaan Hiperkoagulasi sebagai faktor resiko yang mempermudah dan memperberat trombosis dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium terhadap beberapa parameter fungsi hemostasis.9 Metode Penelitian ini dilakukan secara potong lintang di RS H. Adam Malik Medan November 2009 – Desember 2009. Subjek penelitian terdiri dari 30 orang. Dengan kriteria Inklusi : Penderita DM Tipe 2 IRJ Poliklinik Endokrinologi dan Metabolik RSUP. H. Adam Malik, bersedia mengikuti penelitian. Kriteria Eksklusi: Sedang menggunakan anti koagulan, pasien dalam keadaan infeksi, pasien dengan penyakit keganasan, gangren diabetic, stroke, PJK, kehamilan, pasien dengan hipertensi, pasien obesitas, klinis gangguan hati, dislipidemi, gangguan fungsi ginjal. Kemudian seluruh subyek penelitian dimintakan persetujuan secara tertulis tentang kesediaan mengikuti penelitian (informed consent). Dilakukan pengambilan data subyek penelitian meliputi : umur, jenis kelamin, kondisi/ penyakit penyerta, pengobatan yang diperoleh. Dilakukan pengukuran vital sign dan pemeriksaan fisik diagnostik. Dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan : darah rutin, SGPT, Ureum, Kreatinin, Lipid profile, KGD puasa dan atau KGD 2 jam PP, HbA1c. Dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan penyaring hemostasis meliputi meliputi, PT, aPTT, TT, INR, D.Dimer dan Fibrinogen. Digunakan uji Pearson jika data berdistribusi normal 8 | Majalah Kedokteran Nusantara • Volume 45 • No. 1 • April 2012 untuik mengetahui korelasi antara KGD N, KGD 2 jam PP, dan HbA1C dengan nilai koagulasi. Dan digunakan uji Speaman untuk data yang terdistribusi tidak normal. Hasil analisis dianggap bermakna apabila p<0,05. Hasil Pada Tabel 1 diperlihatkan data dasar seluruh penderita diabetes. Umur rerata peserta subjek 53,4 ± 8,4 tahun. Subjek terdiri dari 9 orang laki – laki dan 21 orang perempuan. Tabel 1. Karakteristik Dasar Subyek Penelitian Umur (tahun) Jenis kel: (L) (P) KGD N KGD 2 J PP HbA1C rPT INR Rapt rTT Fibrinogen D.Dimer TD5 TDD IMT WBC S6PT Cr Colesterol Trigliserida HDL LDL N Mean Std. Deviation 30 9 21 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 54,20 30,0% 70% 156,28 261,27 8,07 0,94 0,95 1,08 0,96 237,0 99,80 121,67 74,50 23,627 7,8937 25,867 0,8363 199,1633 130,847 39,757 119,857 6,98 68,16 88,23 1,81 0,83 0,09 0,15 0,13 95,08 106,35 6,865 4,974 1,7047 1,64926 13,4048 0,31752 34,12443 34,3409 9,0222 26,8999 Hubungan kadar gula darah puasa dengan status koagulasi ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Data Hubungan kadar gula darah puasa (KGD N) dengan status koagulasi KGD N KGD N dan rPT KGD N dan INR KGD N dan raPTT KGD N dan rTT KGD N Dan Fibrinogen KGD N dan D. Dimer r 0,383 0,391 0,533 0,083 0,338 0,373 P 0,037 * 0,032 * 0,002 * 0,662 0,068 0,042 * Tabel 3. Data Hubungan kadar gula darah 2 jam post prandial KGD 2j PP r P KGD 2j PP dengan rPT KGD 2j PP dengan INR KGD 2j PP dengan raPTT KGD 2j PP dengan rTT KGD 2j PP dengan Fibrinogen KGD 2j PP dengan D. Dimer 0,334 0,293 0,445 0,147 0,249 0,242 0,071 0,116 0,014 * 0,438 0,184 0,197 Hubungan Keterkendalian Gula Darah dengan Gangguan Hemostasis pada Pasien Dm Tipe 2 Pada tabel 2 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara Kadar gula darah puasa dengan rasio PT, INR, aPTT dengan nilai masing-masing 0,037, 0,032, 0,002 dimana nilai p=<0,05 dan dengan hubungan berbanding terbalik dimana nilai r adalah dijumpai negatif. Sementara pada rasio TT, Fibrinogen, dan D.Dimer tidak dijumpai hubungan yang bermakna. Pada tabel 3 terlihat adanya hubungan yang signifikan antara KGD 2 jam PP dengan rasio aPTT (0,014) dengan nilai p=<0,05. Sementara tabel 3 juga menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara KGD 2 jam PP dengan rasio PT, INR, TT, Fibrinogen dan D. Dimer. Tabel 4. Data Hubungan kadar HbA1c dengan status koagulasi HbA1c HbA1C dengan rPT HbA1C dengan INR HbA1C dengan rapt HbA1C dengan rTT HbA1C dengan Fibrinogen HbA1C dengan D. Dimer r 0,236 0,213 0,652 0,040 0,462 0,312 P 0,209 0,259 0,000* 0,832 0,010 * 0,094 Pada tabel 4 terlihat adanya hubungan yang signifikan antaraHbA1c dengan rasio aPTT (0,000) dan Fibrinogen (0,010) dengan nilai p=<0,05. Sementara tabel 4 juga menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara HbA1c dengan rasio PT, INR, TT, dan D. Dimer. Diskusi Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hiperglikemia, hiperinsulinemia dan resistensi insulin dapat meningkatkan aktivitas koagulasi dan menurunkan aktivitas antikoagulasi dari komponen-komponen yang berperan dalam proses hemostasis, sehingga darah menjadi lebih mudah membeku dan bekuan yang terbentuk akan lebih sulit untuk dihancurkan. Perubahan daya beku darah ini dikenal sebagai keadaan hiperkoagulasi.2,48,51 Suatu hasil pemeriksaan penyaring hemostasis dikategorikan sebagai status hiperkoagulasi bila salah satu dari parameter yang diperiksa didapatkan memiliki kriteia: rasio aPTT < 0,8 x nilai kontrol, rasio PT < 0,8 x kontrol, INR <0,9, kadar Fibrinogen > 400 mg/dl dan kadar D-dimer > 500 ng/dl. Wada dkk (2006) mengungkapkan bahwa semua pasien yang didapatkan mengalami emboli paru, koagulasi intravaskular disseminata, infark miokard akut dan trombosis vena dalam, mempunyai kadar D-dimer yang tinggi dapat digunakan sbagai petanda adanya trombosis, namun manifestasi klinis adanya trombosis hanya dijumpai bila trombosis yang terjadi menimbulkan penyumbatan pembuluh darah secara total atau hampir total.69 Kadar D-dimer yang meningkat diatas 500ng/dl menandakan terjadinya peningkatan aktivitas fibrinolisis sekunder untuk menghancurkan deposit bekuan fibrin stabil yang terdapat didalam pembuluh darah.70 Di Micco dkk (2004) menyatakan bahwa sebagian besar penderita yang mengalami hiperkoagulasi bersifat asimptomatik dan diketahui secara kebetulan saat dilakukan pemeriksaan laboratorium.71 Kadar D-dimer > 500 ng/dl dengan status hipokoagulasi disebabkan oleh menurunnya aktivitas dari faktor-faktor pembekuan pada jalur intrinsik, ekstrinsik dan jalur bersama karena peningkatan penggunaan faktor-faktor pembekuan dalam pembentukan mikrotrombi yang berlangsung secara hebat atau terus menerus ini tidak dapat diimbangi oleh kecepatan produksinya. Kadar D-dimer > 500 ng/dl dengan status normokoagulasi dapat dijumpai bila mekanisme kompensasi tubuh mampu mengatasi peningkatan konsumsi faktor-faktor pembekuan untuk pembentukan mikrotrombi. Kadar D-dimer > 500 ng/dl dengan status hiperkoagulasi dapat dijumpai bila tubuh memiliki kadar faktor-faktor pembekuan yang lebih tinggi dari normal sebelum terjadinya proses pembentukan mikrotrombi.50,51,67,72 Keadaan hiperkoagulasi pada penderita diabetes melitus selain disebabkan oleh hipersensitivitas trombosit terhadap rangsangan agregasi, juga terkait dengan meningkatnya aktivitas protein koagulasi, menurunnya aktivitas protein inhibitor alamiah dan menurunnya aktivitas fibrinolisis.49-51,73 Karena keterbatasan jumlah sampel maka penelitian ini hanya bersifat deskriptif untuk mengetahui kejadian hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki diabetika. Kejadian hiperkoagulasi pada penelitian ini tidak ditentukan dengan petanda yang lebih spesifik seperti F1+2, TAT, AT III, PAI –I, tPA, protein S/C karena keterbatasan dana. Kesimpulan 1. Pada penelitian ini didapati hubungan antara KGD N dengan rasio PT, INR, aPTT, yang signifikan. Kemudian adanya hubungan yang signifikan antara KGD 2 j PP denagn rasio aPTT. Serta hubungan yang signifikan juga antara HbA1c dengan rasio aPTT dan Fibrinogen. 2. Tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara KGD N dengan rasi TT, Fibrinogen dan D.Dimer. Dan tidak ada hubungan yang signifikan juga antara KGD 2 j PP dengan rasio PT, INR TT, Fibrinogen dan D. D Daftar Pustaka 1. Suyono S. Diabetes Mellitus di Indonesia. Dalam : Aru W Sudoyo dkk. (editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006. 1874-8. 2. Benyamin A F, Gustaviani R. Gangguan Hemostasis pada Diabetes Melitus. Dalam: Aru W Sundaru dkk. (editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006 3. Suharti C. Dasar-Dasar Hemostasis. Dalam : Aru W Sundaru dkk. (editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2006. 4. Makin A, Silverman SH. Peripheral Vascular Disease and Virchow’s Triad for Thrombogenesis. Q J Med 2002 ; 95: 199 - 210. The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara | 9 Ira Ramadhani dkk 5. Tadjoedin H. Kondisi Hiperkoagulabilitas. Dalam : Aru W Sunadaru dkk. (editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2006. 6. Supardiman I. Trombosis. Dalam: Aru W Sundaru dkk. (editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2006. 7. Saleh S. Gangguan peredaran cairan tubuh, elektrolit dan darah. Dalam: Himawan S. (editor), Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta. Bagian Patologi Anatomi FKUI.1994.48 8. Carr ME. Diabetes Mellitus A hypercoagulable State. Journal of Diabetes and Its Complications 2001; 15:44-54 9. Onbasi K, Efe B. Diabetes Mellitus and The Natural Anticoagulant. Turkish Journal of Endocrinology and Metabolism 1999;2:53-63 10. Shahab A. Komplikasi kronik DM Penyakit Jantung Koroner. Dalam : Aru W Sudoyo dkk. (editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006. 1916-9 11. Colwell JA, et al. Atherosclerosis and Thrombosis in Diabetes Mellitus. In : John H Bowker, Michael A Pfeifer (editors). Levin and O’Neals The Diabetic Foot. 7th edition. Philadelphia. Mosby Elservier. 2008. 12. Kluft C, Jespersen J. diabetes as a Procoagulant Condition. The British Journal of Diabetes and Vascular Disease 2002; 2 (5) : 358-362. 13. Acang, N., & Jalil,F.D. (1993). Hypercoagulation in diabetes Mellitus. Southeast Asian J Trop Med Public Health 24 (suppl. I), 263-266. 14. Carmassi, F., Morale, M., Puccetti, R., De Negri, F., Monzani, F., Navalesi, R., & Mariani, G. (1992). Coagulation and Fibrinolytic system impairment in insulin dependentdiabetes mellitus. Thromb Res 67,643-654 15. Collier, A., Rumley, A., Rumley, A.G., Paterson, J.R., Leach, J.P., Lowe, G.D.,& Small,M. (1992). Free radical activity and hemostatic factors in NIDDM patients with and without microalbuminuria. Diabetes 41, 909-913.49 16. Reverter, J.L., Reverter, J. C., Tassies, D., Rius, F., Monteagudo,J., Rubies-Prat, J., Escolar, G., Ordinas, A., & Sanmarti, A. (1997). Thrombonodulin and induced tissue factor expression on monocytes as markers of diabetic microangiopathy: a prospective study on hemostasis and lipoproteins in insulin-dependent diabetes mellitus. Am J Hematol56,93-99 17. Garcia Frade, L. J., de la Calle, H., Alava, I., Navarro, J.L., Creighton, L. J., & Gaffney, P. J. (1987). Diabetes Mellitus as a hypercoagulable state: its relationship with fibrin fragments and vascular damage. Thromb Res 47,533-540 18. Rosove, M. H., Frank, H. J., & Harwig, S. S. (1984). Plasma beta thromboglobulin, platelet factor 4, fibrinopeptide A, and other hemostatic function during improved, short-term glycemic control in diabetes mellitus. Diabetes Care7, 174- 19 19. Borsey, D. Q., Prowse, C.V., Gray, R.S., Dawes, J., James, K., Elton, R., & Clarke, B.F. (1984). Platelet and coagulation 10 | Majalah Kedokteran Nusantara • Volume 45 • No. 1 • April 2012 factors in proliperative diabetic retinopathy. J Clin Pathol 37, 659-664 20. Adelstein, S., Gomperts, E. D., Joffe, B. I., Hockley, J., & Seftel, H.C. (1979). Haemostatic factors in balck and white diabetics. S Afr Med J 55,325-328 21. Aulia D. Pemeriksaan penyaring pada kelainan hemostasis. Dalam : Rahayu D Setiabudy (editor). Hemostasis dan Trombosis. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. 23-3350 22. American Diabetes Association : Standards of Medical Care in Diabetes Care 2004;27:S15-35 23. Lembar S. HbA1c sebagai kontrol penderita diabetes mellitus. Wed,2006-08-30 21:57 24. Service FJ, O’Brien PC. The relation of glycaemia to the risk of development and progression of retinopathy in the diabetes control and complications trial. Diabetologia 2001;44:1215-20. 25. Pradana Soewondo. Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. 147-54 26. Sungkar MA. Hubungan antara Pengendalian Metabolik dan Komplikasi Kronik Diabetes Tipe 2 pada Penyakit Kardiovaskular. Balai Penerbitas Universitas Diponegoro.Semarang. 2007. 257-64. 27. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006.25. 28. Riddle JP, Aouizerat BE, Miaskowski CM, Lillicrap DP. Theories of Blood Coagulation. Journal of pediatric oncology nursing 2007;24:123-31 29. Tambunan KL. Patogenesis Trombosis. Dalam : Aru W Sundaru dkk. (editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006. 765-8 30. Furie B, Furie BC. Mechanism of thrombus formation. The New Englang Journal of Medicine 2008;359:9384951 31.Oesman F, Setiabudy RD. Fisiologi Hemostasis dan Fibrinolisis. Dalam: Rahajuningsih D Setiabudy (editor). Hemostasis dan Trombosis. Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. 1-15 32. Roberts HR, Monroe DM, Hoffman M. Molecular Biology and Biochemistry of The Coagulation Factors and Pathway of Hemostasis. In Lichtman MA, Kipps TJ, Kaushansky K, et al. (editors). Williams Hematology. Seventh edition. New York : McGraw Hill; 2006.p.1655-93. 33. Sukrisman L. Koagulasi Intravaskular Diseminata. Dalam: Aru W Sundaru dkk. (editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006. 777-9 34.Setiabudy RD. Patofisiologi Trombosis. Dalam : Rahajuningsih D Setiabudy (editor) Hemostasis dan Trombosis. Edisi ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2007. 35. Goodnight SHG, Hathway WE. Disorders of Hemostasis and Thrombosis. New York. McGraw Hill. 2001. 36. Grant PJ. Is hypercoagulability an issue in arterial thrombosis? Yes. Journal of Thrombosis and Haemostasis 2004; 2 :690-1 Hubungan Keterkendalian Gula Darah dengan Gangguan Hemostasis pada Pasien Dm Tipe 2 37. Frykberg RG. Diabetic Foot Ulcers: Pathogenesis and Management. American Family Physician 2002; 66: 1655- 62. 38. Knox RC, Dutch W, Blume P, Sumpio BE. Diabetic Foot Disease. International Journal of Angiology 2000; 9:1-6.52 39. Stegenga ME. Hypergycemia Stimulates Coagulation, Whereas Hyperinsulinemia Impairs Fibrinolysis in Healthy Humans. Diabetes 2006; 55 : 1807-12. 40. Piemontino U, Ceriello A, Di Minno g., Hemostatic and Metabolic Abnormalities in diabetes Mellitus. Haematologica 1994 ; 79 : 387-92. 41. Meigs JB. Hyperinsulinemia, Hyperglicemia and Impaired Hemostasis. JAMA 2000 ; 283 (2):221-8. 42. Suhartono. Gangguan Hemostasis pada Penderita Ulkus Kaki Diabetik (tesis). Medan : USU ; 2009. 43. Beckmen JA, Cieager MA, Libby P. Diabetes and Atherosclerosis. JAMA 2002 ; 287 : 2570-80. 44. American Diabetes Association. Peripheral Arterial Disease in People with Diabetes. Diabetes Care 2003;26:3333-41. 45. Subekti I. Patogenesis dan Pengelolaan neuropati Diabetika. Dalam Proseding Simposium Current Diagnosis and treatment in internal Medicine 2005. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2005 : 109-116. 46. Jansson P. Endothelial Dysfunction in Insulin Resistance and Type 2 Diabetes. J Intern Med 2007 ; 262 : 173 – 183. 47. Vinik AI, et al. Atherosclerosis and Thrombosis in Diabetes. Diabetes care 2001 ; 24 (8) : 14 76 – 1485. 48. Ceriello A. Coagulation Activation In Diabetes Mellitus. Diabetologica 1993; 36:1119-112553 49.Boalaman, et al. The Change of Coagulation Parameters and Microvascular Complication in Diabtes Mellitus. Endocrinologist 2007 ; 17 (4) : 196 – 199. 50. Grant P J, Diabetes Mellitus As A Prothrombotic condition. Journa of Internal Medicine 2007 ; 262 : 157-172. 51. Duncan BB, Schmidt MI, Offenbacher S, Wu KK, Savage PJ, Heiss G. Factor VIII and other Hemostasis Variables are Related to Incident Diabetes in Adult, The Atherosclerosis Risk in Communities (ARIC) Study. Diabetes Care 1999;22:767-73 52. Wada H, et al. Elevated Levels of Soluble Fibrin or DDimer indicate High Risk of Thrombosis. Journal of Thrombosis and Hemostasis 2006: 4 :1253-1258 53. Sprong Blood Coagulation and The Risk of Atherotrombosis. Trombosis Journal 2004 ; 2 : 12-22. 54. Amarel A, Opal SM, Vincent Jl. Coagulation in Sepsis. Intensive Care Med 2004 ; 30 : 1032-1040. 55.Mirshahi, M., Soria, J., Soria, C., Bertrand, O., Mirshahi, M., & Basdevant, A. (1987). Glycosylation of human fibrinogen and fibrin in vitro its consequences on the properties of fibrinogen. Thromb Res 48, 279-289 56.Patrassi, G. M., Vettor, R., Padovan, D., & Girolami, A. (1982). Contact phase of blood coagulation in diabetes mellitus. Eur J clin Invest 12,307-311.54 57. Lopez, Y., Paloma, M. J., Rifon, J., B., & Paramo, J.A> (1999). Measurement of prethrombotic markers in the assessment of acquired hypercoagulable states. Thromb Res 93, 71-78 58. Nagai, T. (1994). Change of lipoprotein (a) and coagulative or fibrinolytic parameters in diabetic patients with nephropathy. J Atheroscler Thromb 1, 37-40 59. Murakami, T., Komiyama, Y., Egawa, H., & Murata, K. (1993). Elevation of factor Xia-alpha 1-antitrypsin complex levels in NIDDM patients with diabetic nephropathy. Diabetes 42,233-238 60. Davi, G., Gennaro, F., Spatola, A., Catalao, I., Averna, M., Montalto, G., Amato, S., & Notarbartolo, A. (1992). Thrombin-antithrombin III complexes in type II diabetes mellitus. J Diabetes Complications 6, 7-11 61. DiMicco P, et al. acquired Cancer Related Thrombophilia Testified by Increased Level of Prothrombin Fragment 1+2 and D-dimer in Pattients Affected by Solid Tumour. Experimental Oncology 2002 ; 24 : 108 – 111.** The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara | 11