MANAJEMEN OPERASI dan MARKETING PERAMALAN Peramalan (forecasting) adalah suatu prediksi atas kejadian-kejadian pada masa yang akan datang. Peramalan dapat dilakukan dengan menggunakan: 1. Intuisi yang berbasiskan informasi (informed judgement) 2. metode metode-metode kuantitatif berdasarkan ilmu statistik. Analisis Regresi Linear Analisis regresi dengan metode kuadrat terkecil (least squares) adalah analisis untuk mencari persamaan linier antara variabel yang berhubungan. Pada analisis ini terdapat satu variabel yang dinamakan : 1. Variabel tak bebas (dependent variable) dan 2. Satu atau lebih variabel yang dinamakan variabel bebas (independent variabel). Jenis Regresi Linier Regresi sederhana (simple regression) Regresi berganda (multiple regression ) Perhatikan masalah multicollinearity Efeknya: 1. Ketidakpastian yang lebih besar terhadap koefisien dari variabel-varibel 2. Meningkatnya standar kesalahan (standard of error). Time Series Analysis Analisis regresi yang memasukkan variabel waktu sebabgai varibel bebas. Analisis ini disebut trend analysis karena dapat digunakan untuk mencari garis trend Contohnya, analisis trend penjualan suatu produk selama misalnya lima tahun yang lalu lalu. Cross-sectional Analysis Analisis regresi yang digunakan untuk mengembangkan model yang memperlihatkan hubungan antara variabelvariabel yang terkait Contohnya, analisis hubungan antara penggunaan bahan baku langsung dengan hutang dagang. Pengukur Keakuratan Peramalan Tiga ukuran yang sering digunakan adalah: 1. Koefisien korelasi (correlation coefficient ), 2. Koefisien determinasi ( determination coefficient ) dan 3. Standard error of estimate 1. Koefisien Korelasi Koefisien korelasi dengan simbol r digunakan untuk mengukur kekuatan relatif dari hubungan linear antara variabel bebas dan tak bebas. Nilai r bervariasi dari -1 sampai +1. Nilai -1 berarti terdapat hubungan linear terbalik sempurna antara varibel X ( varibel bebas) dan Y (varibel tak bebas). Nilai 0 berarti tidak terdapat hubungan linear antara varibel X dan Y. Nilai +1 berarti terdapat hubungan linear sempurna antara varibel X dan Y. 2. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (determination coefficient ) merupakan ukuran variasi dari variabel bebas (Y) yang dijelaskan oleh garis regresi regresi. Nilai koefisien determinasi adalah kuadrad dari koefisien korelasi atau r². Kisaran nilai r² adalah dari 0 sampai 1. Persamaan regresi dengan nilai r² mendekati 1 lebih disukai 3. Standard Error of Estimate Standard error of estimate mengukur seberapa dekat data dari varibel tak bebas terletak disekitar garis regresi . Time Series Analysis Peramalan dengan Time Series Analysis merupakan analisis yang berbasiskan data historis. Pada analisis ini diasumsikan bahwa apa yang telah terjadi di masa yang lalu akan terus terjadi dimasa yang akan datang. Metode-metode time series analysis fokus pada nilai rata rata-rata, trend, dan karakteristik-karakteristik yang bersifat musiman yang mempengaruhi time series MANAJEMEN PROYEK Definisi Proyek Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan dilaksanakan secara berurutan yang bersifat temporer dan memiliki titik awal dan akhir tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Manajemen Proyek Manajemen Proyek adalah kegiatan pengelolaan kegiatan selama siklus hidup suatu proyek untuk menyelesaikan proyek tersebut sesuai dengan batasan waktu dan biaya yang telah ditetapkan. Teknik Manajemen Proyek 1. Bagan batang (Gantt atau Bar Chart) 2. Program Evaluation and Review Technique (PERT), dan 3. Critical Path Method (CPM). 1. Bagan batang (Gantt atau Bar Chart) Keuntungan: Sederhana Mudah Dapat digunakan baik untuk proyek kecil maupun proyek besar. Kelemahan: Tidak menunjukkan hubungan antar kegiatan yang ada. Padahal hubungan antar kegiatan sangat diperlukan dalam manajemen proyek terlebih pada proyek yang besar dan kompleks. Program Evaluation and Review Technique (PERT) Cocok untuk proyek-proyek berskala besar dan kompleks. Diagram PERT adalah diagram jaringan (network diagram) sejumlah kegiatan yang memperlihatkan keterkaitan antar kegiatan tersebut. Setiap kegiatan (activity) akan digambarkan dengan sebuah garis diantara dua kejadian (events). Urutan garis-garis tersebut menunjukkan hubungan antar kegiatan. Kejadian tidak mengkosumsi sumber daya (resources) Kegiatan akan mengkonsumsi sumber daya untuk melaksanakannya. Contoh Jaringan PERT B 4 E 8 3 2 A C G 5 7 D F 7 Jaringan PERT dengan estimasi waktu rata-rata Lintasan Kritis (critical path) Pada setiap diagram jaringan terdapat setidaknya satu lintasan kritis atau critical path, yaitu lintasan terpanjang dalam jaringan untuk menyelesaikan suatu proyek. Kegiatan atau pekerjaan di lintasan tersebut tidak boleh terlambat saat memulainya dan saat penyelesaiannya agar penyelesaian proyek secara keseluruhan tidak terlambat. Lintasan kritis pada contoh gambar sebelumnya adalah lintasan yang melalui A-D-F-G yaitu 19 minggu. Critical Path Method (CPM) Metode CPM banyak digunakan dalam industri konstruksi. CPM dapat dipandang sebagai bagian dari PERT. Metode CPM juga merupakan teknik diagram jaringan Waktu yang digunakan sebagai estimasi adalah waktu yang bersifat deterministik. Selain waktu dimasukkan juga taksiran biaya biaya. Taksiran waktu dan biaya ada dua jenis jenis: a. Taksiran yang bersifat normal yaitu normal time dan normal cost b. Taksiran yang bersifat percepatan (crash) yaitu crash time dan crash cost. Berdasarkan informasi waktu dan biaya secara crash dapat dilakukan proses crashing yaitu proses mencari biaya minimum untuk menyelesaikan proyek tersebut dengan waktu yang paling minimum (minimum time with minimum cost). MANAJEMEN INVENTORI Manajemen Inventori Manajemen inventori berkaitan dengan perolehan, penggunaan, dan distribusi inventori secara efektif dan efisien. Salah satu tujuan dari pengendalian inventori adalah untuk menetapkan tingkat inventori yang optimal yang diperlukan untuk meminimalkan biaya. Inventori yang besar menyebabkan biaya memiliki (carrying cost) inventori yang besar. Sebaliknya, inventori yang rendah menimbulkan risiko timbulnya stockout cost Biaya Inventori Biaya inventori meliputi : Carrying costs meliputi sewa, asuransi, pajak, keamanan, penyusutan, keusangan, kerusakan dan biaya oportunitas (opportunity cost). Biaya bersifat variabel. Ordering cost meliputi seluruh biaya yang berhubungan dengan penempatan suatu order kepada supplier atau suatu order produksi kepada pabrik. Biaya bersifat tetap tidak memandang jumlah yang diorder. Contoh biaya ini adalah biaya administrasi dan komunikasi. Ukuran pada Inventori Average aggregate inventory value (nilai rata-rata inventori) yaitu nilai seluruh inventori yang ada di tangan. Weeks of supply yaitu ukuran jumlah minggu yang dapat disupply oleh persediaan yang ada. Inventory Turnover (perputaran inventori) merupakan ukuran tentang berapa kali dalam setahun inventori perusahaan berputar Pembelian Pembelian adalah fungsi dalam manajemen inventori yang berkaitan dengan proses perolehan. Fungsi ini meliputi kegiatan-kegiatan : a. Pemilihan pemasok b. Negosiasi kontrak c. Memutuskan apakah pembelian akan dilakukan secara terpusat atau lokal. d. Analisis nilai. Pemilihan Pemasok Pemilihan pemasok dilakukan berdasarkan harga harga, kualitas, kinerja pengiriman, biaya pengiriman, fasilitas kredit, dan pelayanan. Sistem pembelian dapat dilakukan dengan: a. Pendekatan kompetitif b. Pendekatan kooperatif Negosiasi Kontrak Negosiasi kontrak akan tergantung dari sifat barang yang dibeli. Sifat barang yang dibeli dapat bersifat khusus (customized) atau standar (standardized) Apabila jumlah barang yang diperlukan cukup banyak, kontrak dapat dibuat untuk jangka panjang. Kontrak jangka panjang ini ada bersifat sebagai: a. Blanket contract yaitu kontrak yang meliputi sejumlah barang atau b. Open-ended contract yaitu kontrak yang memungkinkan isi perjanjian ditambah atau periode perjanjian ditambah. Pembelian Tepusat VS Lokal Pembelian terpusat : Dilakukan oleh kantor pusat akan menaikkan posisi tawar perusahaan dalam bernegosiasi dengan pemasok. Pembelian terpusat cocok untuk pembelian yang dilakukan dari pemasok luar negeri. Pembelian terpusat dimungkinkan dengan perkembangan teknologi informasi. Pembelian lokal: dilakukan oleh unit-unit bisnis untuk barang-baang yang bersifat khusus bagi unit tersebut. digunakan apabila perusahaan menerapkan sistem just-intime (JIT) Ingin menghindarkan waktu tunggu (lead time time) yang panjang Analisis Nilai (Value Analysis) Dilakukan untuk untuk: Menetapkan apakah barang tersebut memang diperlukan Menetapkan apakah barang standar yang lebih murah namun mempunyai fungsi yang sama dapat ditemukan di pasar. Menetapkan apakah barang tersebut dapat disederhanakan atau spesifikasinya diubah untuk mengurangi biaya. Menetapkan apakah kinerja barang dapat ditingkatkan atau biayanya dapat diturunkan. Analisis nilai ini merupakan tanggung jawab bersama dari fungsi pembelian, produksi, dan teknik. Economic Order Quantity (EOQ) Model kuantitatif yang dirancang untuk mengendalikan biaya inventori dengan menentukan waktu yang optimal untuk melakukan order (atau memulai produksi) dan kuantitas order (atau jumlah yang akan diproduksi) yang optimal. EOQ = √ 2aD k Dimana : a = ordering cost per order D = jumlah unit permintaan selama satu periode k = carrying cost per unit Contoh EOQ : Permintaan akan suatu produk adalah konstan sebesar 10.000 unit per tahun . Ordering cost per order adalah sebesar Rp . 2.000.000, dan carrying cost per unit adalah sebesar Rp.250.000,Berapa EOQ – nya ? EOQ = √ 2 (2000.000) (10.000) = 400 unit 250.000 The ABC System Model EOQ memperlakukan setiap item dalam inventori mempunyai tingkat kepentingan yang sama. Sistem ABC mengelompokkan inventori menjadi tiga kelompok, yaitu: Kelompok A, yaitu item-item yang mempunyai nilai rupiah yang tinggi Kelompok B, yaitu item-item yang mempunyai nilai rupiah yang menengah Kelompok C, yaitu item-item yang mempunyai nilai rupiah yang rendah Dengan pengelompokkan ini maka tingkat pengendalian yang dilakukan terhadap setiap kelompok dapat dibedakan. Materials Requirements Planning (MRP) MRP adalah suatu sistem informasi yang berbasis komputer yang dibuat untuk merencanakan dan mengendalikan bahan baku yang digunakan dalam produksi. MRP dikategorikan sebagai push-through system karena produksi diaktifkan dengan meramal permintaan, bukannya kebutuhan konsumen yang aktual. MRP akan menghasilkan daftar lengkap semua komponen yang diperlukan dan kapan komponen tersebut akan digunakan. Materials Requirements Planning (MRP II) MRP MRP-II adalah suatu sistem informasi manufaktur yang bebasis komputer dan bersifat lingkaran tertutup yang menghubungakan seluruh aspek bisnis manufaktur, termasuk fungsi produksi, penjualan, inventori, skedul, dan arus kas. Sistem ini digunakan baik untuk keperluan pelaporan keuangan maupun untuk manajemen operasi. MRP merupakan bagian dari MRP-II Just in Time (JIT) Sistem JIT dirancang untuk menghasilkan atau mengirimkan barang dan jasa pada waktu diperlukan dengan menggunakan inventori yang minimal. Di dalam sistem JIT terkandung konsep-konsep: - Perbaikan terus menerus (continuous improvement) - Pengendalian kualitas secara total (total quality control) - Pelibatan dan pemberdayaan karyawan (employee involvement and empowerment empowerment) - Penurunan inventori (inventory reduction) Tujuan paling tinggi (ultimate objective) dari sistem ini adalah meningkatkan competitiveness dan menghasilkan laba yang lebih besar. Metode dalam JIT JIT menggunakan metode tarik (pull method) berdasarkan permintaan yang ada Cocok untuk perusahaan yang memiliki proses manufaktur yang sangat repetitif dan arus material yang telah terdefinisi dengan baik. Tujuan JIT Meningkatnya produktivitas Menurunnya ordering cost dan juga carrying cost. Setup yang lebih cepat dan lebih murah Semakin singkatnya waktu siklus manufaktur Kinerja ketepatan waktu yang lebih baik Meningkatnya kualitas Proses yang lebih fleksibel SUPPLY-CHAIN MANAGEMENT Supply-Chain Management Supply chain terdiri dari aliran mulai dari sumber bahan baku baku, komponen, barang jadi, jasa, dan informasi melalui perantara sampai kepada konsumen akhir. Dilakukan dengan tujuan agar barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat sampai kepada konsumennya secara efisien dan efektif. Aliran dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dalam suatu supply chain dapat terjadi: di berbagai fungsi dalam rantai nilai (value chain) suatu organiasi di berbagai organisasi yang berbeda. Bullwhip Effect Bullwhip effect adalah meningkatnya variabilitas permintaaan di keseluruhan supply chain. Sebagai contoh, pengecer menghadapi ketidakpastian permintaan dari konsumennya akibat perilaku permintaaan yang bersifat random. Variabilitas order dari pengecer kepada pabrikan selain disebabkan variabilitas permintaan konsumen juga akan ditambah dengan varibilitas faktor-faktor lain. Selanjutnya, variabilitas order dari pabrikan kepada pemasoknya akan mencerminkan varibilitas yang lebih besar lagi karena selain memasukkan unsur variabilitas dari pengecer juga akan memasukkan variabilitas faktorfaktor lain yang diperhitungkannya. Penyebab Bullwhip Effect Kesulitan untuk memprediksi mermintaan dan permintaan lanjutan pada setiap hubungan dalam suatu supply chain. Keperluan untuk membeli dan membuat barang dalam satuan yang biayanya efisien. Perubahan dalam harga yang mungkin mendorong pembelian sebagai antisipasi kenaikan harga dimasa yang akan datang. Adanya kelangkaan yang menyebabkan terjadinya penjatahan yang dilakukan oleh pemasok atau pabrikan. Cara Mengatasi Bullwhip Effect Dilakukan dengan menurunkan ketidakpastian permintaan bagi seluruh pihak yang terlibat dengan berbagi informasi misalnya informasi tentang penjualan, inventori, harga, kampanye pemasaran, dan ramalan penjualan, inventori, harga, pemasaran, penjualan. Dengan berbagi informasi tersebut diharapkan dapat: Meminimalkan inventori yang dipegang oleh pemasok, pabrikan, dan pengecer. Menghindari ketiadaan inventori (stockout) Makin sedikitnya order yang bersifat segera (rush order) Produksi dilakukan sesuai dengan keperluan pengecer. Distribusi Distribusi adalah pemindahan barang, jasa, dan informasi dari produsen kepada konsumen atau dari pusat distribusi kepada pedagang. Jadi, fungsi distribusi ini mengelola aliran barang keluar (outflow). Dalam aktivitas distribusi masalah-masalah yang timbul adalah : Pemilihan saluran distribusi (distribution channel) Peletakan inventori (inventory placement). Alat transportasi. Jadual pengiriman. Rute pengiriman. Pengangkut. Saluran Distribusi Saluran distribusi adalah serial institusi pemasaran yang saling tergantung yang memfasilitasi pemindahan suatu barang dari produsen kepada konsumen akhir atau pengguna industri. Suatu saluran distribusi menciptakan kegunaan tempat, waktu, dan kepemilikan dengan menyatukan penjual dan pembeli. Dalam saluran distribusi akan juga terlibat pihak perantara seperti dealer, agen, broker, dan consignee Sistem Distribusi Sistem distribusi vertikal. Pada sistem ini produsen, grosir, dan pengecer bertindak sebagai satu kesatuan. Sistem distribusi horisontal. Pada sistem ini dua atau lebih perusahaan pada satu tingkat saluran bekerja bersama untuk memanfaatkan kesempatan baru, seperti pengenalan ATM pada supermarket. Sistem multi saluran. Pada sistem ini sebuah perusahaan membentuk dua atau lebih saluran untuk menjangkau satu atau lebih segmen konsumen. Peletakan Inventori Terdapat dua cara, yaitu: 1. Peletakan ke depan (forward placement) : Dilakukan dengan meletakkan inventori dekat dengan konsumen akhir pada pusat distribusi (gudang), grosir, atau pengecer. Opsi ini meminimalkan biaya transportasi dan waktu pengiriman. 2. Peletakan ke belakang (backward placement) : Dilakukan dengan menyimpan inventori pada pabrik secara terpusat atau tidak menyimpan inventori sama sekali. Digunakan untuk menghadapi permintaaan yang sangat berfluktuasi dari daerah-daerah pemasaran. Opsi tidak menyimpan inventori sama sekali digunakan apabila produk yang dijual bersifat khusus (customized) Distribution Resource Planning (DRP) Manajmen distribusi dapat difasilitasi dengan distribution resource planning (DRP). Metode ini mirip dengan MRP-II. DRP mulai dari ramalan kebutuhan kotor pada tingkat pengecer. Metode ini juga membutuhkan penetapan tingkat inventori, waktu tunggu, dan struktur distribusi. Sistem DRP memberikan respon atas order yang ditarik oleh pengecer untuk mengisi kembali stok mereka. PENETAPAN HARGA Tujuan Penetapan Harga Maksimalisasi laba. Maksimalisasi target marjin. Tujuan yang berorientasi volume. Tujuan yang berorientasi pandangan (image-oriented) Tujuan stabilisasi. Faktor-Faktor dalam Penetapan Harga Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga terdiri dari faktor : penawaran dan permintaan, faktor internal, faktor eksternal dan faktor dimensi waktu Faktor permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa ditentukan oleh : pengaruh konsumen atas permintaan, Tindakan pesaing, dan biaya. Faktor-faktor Internal Faktor-faktor internal terdiri dari: Tujuan-tujuan marketing Strategi bauran pemasaran (marketing mix) Semua biaya yang relevan sepanjang rantai nilai. Tempat pengambilan keputusan harga dalam struktur organisasi. Kapasitas yang terpakai. Faktor-faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal terdiri dari: 1. Pasar Faktor ini terdiri dari: Jenis pasar Persepsi konsumen atas harga dan nilai. Hubungan antara harga dengan permintaan. Elastisitas harga terhadap permintaan. 2. Produk, biaya, harga, dan jumlah yang ditawarkan oleh kompetitor. Dimensi Waktu Faktor dimensi waktu dalam penetapan harga terdiri dari harga untuk: Jangka pendek (kurang dari satu tahun) Jangka panjang Dimensi waktu akan menentukan : biaya-biaya yang relevan dimasukkan dalam penetapan harga. tujuan yang ingin dicapai : • taktis jangka pendek • strategis jangka panjang Harga yang bersifat jangka pendek Dapat naik atau turun sebagai respon atas permintaan konsumen yang kuat atau lemah. Harga yang bersifat jangka panjang membina hubungan dengan konsumen yang loyal Pendekatan Umum Penetapan Harga Penetapan harga berbasiskan biaya (cost-based pricing). Penetapan harga berbasiskan pasar (market–based pricing) Penetapan harga berbasiskan kompetisi (competitionbased pricing) yaitu: a. Going-rate pricing : Harga ditetapkan sebagian besar berbasiskan harga dari kompetitor. b. Sealed-bid pricing : Harga ditetapkan berbasiskan persepsi perusahaan mengenai harga dari kompetitor. Target Price Target price adalah harga yang diharapkan untuk barang dan jasa yang dihasilkan dengan telah mempertimbangkan pengetahuan perusahaan tentang persepsi nilai yang dimiliki oleh konsumennya dan respon dari kompetitor. Berdasarkan target price ini perusahaan dapat menentukan target cost Berdasarkan target cost tersebut kemudian perusahaan dapat menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan barang tersebut dengan biaya sebesar atau kurang dari target cost. Apabila tidak, maka perusahaan harus menetapkan strategistrategi yang harus dilakukan untuk mengurangi biaya (cost reduction). Alat untuk mencapai tingkat biaya yang ditargetkan tersebut dinamakan value engineering. Aktivitas dalam Value Engineering Mengidentifikasikan biaya-biaya yang bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Membedakan antara cost incurrence dan locked-in costs. a. Cost incurrence adalah biaya aktual atas penggunaan sumber daya sedangkan b. Locked-in costs adalah biaya-biaya yang akan menyebabkan penggunaan sumber daya dimasa yang akan datang sebagai akibat dari keputusan yang lalu. Penetapan Harga Produk Baru Price Skimming Pada cara ini harga yang digunakan sebagai harga perkenalan adalah harga yang tinggi. Penetration pricing Harga perkenalan yang digunakan relatif rendah dibandingkan harga pesaing. Price Skimming Harga perkenalan adalah harga yang relatif tinggi dibandingkan harga dari kompetitor. Biasa digunakan untuk produk yang bersifat khusus dan hanya ada sedikit atau tidak ada sama sekali kompetitor. Satu keuntungan dari strategi ini adalah memungkinkan perusahaan untuk dapat secara cepat mendapatkan kembali biaya riset dan pengembangan. Untuk memaksimalkan pendapatan dari penjualan produk baru sebelum masuknya pesaing-pesaing baru. Penetration Pricing Harga perkenalan yang digunakan relatif rendah dibandingkan harga pesaing. Dimaksudkan untuk melakukan penetrasi pasar secara cepat dan dalam . Digunakan untuk memperkenalkan produk baru pada pasar yang telah dipenuhi banyak merek dari kompetitor. Metode ini sangat mungkin digunakan apabila elastisitas permintaan atas barang tersebut bersifat sangat elastis. Untuk produk baru yang belum banyak pesaing, metode ini memberikan keuntungan berupa berkurangnya dorongan bagi kompetitor baru untuk masuk. Penyesuaian Harga Penetapan harga berdasarkan lokasi geografis (geographical pricing) Pemberian discounts dan allowances seperti : 1. Discriminatory pricing 2. Psychological pricing 3. Promotional pricing 4. Value pricing 5. International pricing Product-mix Pricing Perusahaan yang mempunyai berbagai jenis produk dapat menerapakan product-mix pricing yang terdiri dari : 1. Product-line pricing 2. Optional-product pricing 3. Captive-product pricing 4. By-product pricing 5. Product-bundle pricing