METODE NEWTON BISECTRIX UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Daimah1∗ 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia ∗ [email protected] ABSTRACT This article discusses about an Bisectrix Newton method to solve a nonlinear equation. This Bisectrix Newton method obtained by using Bisectrix. We show analytically that the Bisectrix Newton method is of order three for a simple root. Numerical experiments show that the new method better than Newton method. Keywords: iterative method, Bisectrix Newton Method , Newton’s Method, order of convergence. ABSTRAK Artikel ini membahas tentang metode Newton bisectrix untuk menyelesaikan persamaan nonlinear. Metode Newton bisectrix ini diperoleh dengan menerapkan aturan bisectrix. Secara analitik dapat ditunjukkan bahwa metode yang dihasilkan mempunyai kekonvergenan orde tiga. Hasil komputasi mendukung hasil kajian analitik. Komputasi numerik menunjukkan metode Newton bisectrix lebih baik dibandingkan metode Newton. Kata kunci: metode iterasi, metode Newton bisectrix, metode Newton, orde kekonvergenan. 1. PENDAHULUAN Sering dijumpai persoalan mencari solusi dari suatu persamaan. Persamaanpersamaan tersebut sering muncul dalam bentuk dan proses penyelesaian yang rumit, yang kadangkala tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik. Oleh karena itu dapat dilakukan penyelesaian menggunakan metode numerik. Solusi yang diperoleh dari metode numerik merupakan solusi hampiran dari solusi eksak atau solusi yang sebenarnya. Salah satu persoalan yang muncul adalah bagaimana menentukan solusi atau akar-akar dari persamaan f (x) = 0, untuk kasus persamaan nonlinear. Banyak metode numerik yang digunakan untuk mencari solusi dari Repository FMIPA 1 persamaan nonlinear f (x) = 0, salah satu diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode Newton yang memiliki bentuk umum: xn+1 = xn − f (xn ) , f ′ (xn ) n = 0, 1, 2 · · · . (1) Metode Newton telah banyak mengalami modifikasi dengan tujuan mempercepat iterasi atau memperkecil tingkat kesalahan (error ) dan meningkatkan orde kekonvergenan. 2. METODE NEWTON BISECTRIX UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR 2.1 Metode Newton Bisectrix Misalkan akardari persamaan nonlinear adalah x = α dengan fungsi f mempunyai turunan pertama dan kedua yang kontinu sehingga grafik y = f (x) mempunyai garis singgung di setiap titik (x, f (x)). Berdasarkan metode Newton dengan bentuk iterasi pada persamaan (1) dimisalkan tebakan awal untuk menghampiri α adalah xn , dengan n = 0, 1, 2, ... maka nilai xn+1 pada x1 dimisalkan sebagai yn , sehingga f (xn ) yn = xn − ′ (2) , n = 0, 1, 2 · · · . f (xn ) Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut Gambar 1. Ilustrasi Geometri Metode Newton Bisectrix Selanjutnya geser garis L2 yang sejajar melalui titik (xn , f (xn )) sebut garisnya dengan L′2 . Misalkan φ adalah sudut dari garis L1 yang berpotongan pada sumbu x maka tan(φ) = f ′ (yn ). (3) Repository FMIPA 2 dan θ adalah sudut dari garis L′2 yang berpotongan pada sumbu x maka tan(θ) = f ′ (xn ). (4) Untuk menentukan xn+1 digunakan Bisectrix dari perpotongan garis L1 dan L′2 pada titik (xn , f (xn )). Dengan menggunakan rumus trigonometri dapat ditentukan kemiringan Bisectrix nya yaitu ( ) φ+θ 1 − cos(φ + θ) tan . = 2 sin(φ + θ) 1 − cos(φ) cos(θ) + sin(φ) sin(θ) = sin(φ) cos(θ) + sin(θ)cos(φ) 1 − 1 + tan(φ) tan(θ) cos(φ) cos(θ) = tan(φ) tan(θ) √ ( ) tan(φ) tan(θ) + (1 + tan2 φ)(1 + tan2 θ) − 1 φ+θ tan = . (5) 2 tan(φ) tan(θ) Dengan menerapkan metode Newton, untuk menentukan iterasi ke n + 1 maka xn+1 = xn − f (xn ) ( ). tan φ+θ 2 (6) Jika persamaan (5) disubstitusikan ke persamaan (6), maka diperoleh xn+1 = xn − xn+1 = xn − f (x ) √ n2 tan(φ) tan(θ)+ (1+tan φ)(1+tan2 θ)−1 tan(φ) tan(θ) (tan(φ) + tan(θ))f (xn ) √ . tan(φ) tan(θ) + (1 + tan2 φ)(1 + tan2 θ) − 1 (7) Selanjutnya substitusikan persamaan (3) dan persamaan (4) ke persamaan (7) menjadi xn+1 = xn − (f ′ (xn ) + f ′ (yn ))f (xn ) √ , f ′ (xn )f ′ (yn ) + (1 + f ′ (xn )2 )(1 + f ′ (yn )2 ) − 1 n = 0, 1, 2 · · · . (8) dengan yn seperti pada persamaan (2) Persamaan (8) adalah metode iterasi baru yang disebut Metode Newton Bisectrix. 2.2 Kekonvergenan Metode Newton Bisectrix Teorema 1 (Kekonvergenan Metode Newton Bisectrix ) [1]. Misalkan α ∈ I adalah fungsi turunan sederhana f : I → R untuk interval buka I. Jika f (x) cukup halus pada daerah α, dan nilai awal x0 cukup dekat ke α, maka metode iterasi pada persamaan (8) memiliki kekonvergenan orde tiga dengan persamaan tingkat error, yaitu Repository FMIPA 3 ( en+1 = c22 c3 + A 2 ) e3n + O(e4n ), (9) dengan A= 1 . 1 + f ′ (α)2 Bukti. Misalkan α adalah akar dari persamaan nonlinear f (x) = 0 sehingga f (α) = 0, Karena f mempunyai akar sderhana maka f ′ (α) ΜΈ= 0. Dengan menggunakan ekspansi Taylor untuk f (xn ) di sekitar xn = α, diperoleh xn+1 = F (xn ) =F (α) + F ′ (α)(xn − α) + F ′′ (α) (xn − α)2 2! F ′′′ (α) + (xn − α)3 + O((xn − α)4 ). 3! (10) Perhatikan bahwa xn+1 = xn − (f ′ (xn ) + f ′ (yn ))f (xn ) √ , f ′ (xn )f ′ (yn ) + (1 + f ′ (xn )2 )(1 + f ′ (yn )2 ) − 1 n = 0, 1, 2 · · · . (11) Sedangkan untuk xn = α, maka seperti pada pembuktian analisa kekonvergenan metode Newton akan ditentukan F ′ (α), F ′′ (α), dan F ′′′ (α) menggunakan software Maple 13 (Lampiran 3) diperoleh F ′ (α) = 0. F ′′ (α) = 0. 1 3(f ′′ (α))2 + f ′ (α)f ′′′ (α) + (f ′ (α))3 f ′′′ (α) ′′′ F (α) = . 2 (f ′ (α))2 (1 + f ′ (α)2 ) Misalkan A = 1 1+f ′ (α)2 f ′′ (α) 2f ′ (α) (14) maka persamaan (14) menjadi F ′′′ (α) = Misalkan c2 = (12) (13) dan c3 = 1 f ′ (α)f ′′′ (α)A + 3(f ′′ (α))2 . 2 (f ′ (α))2 A f ′′′ (α) , 6f ′ (α) (15) sehingga dari persamaan (15)diperoleh F ′′′ (α) = 3! ( c22 c3 + A 2 ) . (16) Selanjutnya substitusikan persamaan (12), persamaan (13), dan persamaan (16) ke persamaan (10), maka diperoleh ( 2 ) c2 c3 xn+1 = α + + (xn − α)3 + O((xn − α)4 ). (17) A 2 Repository FMIPA 4 Karena xn − α = en maka persamaan (17) menjadi ( 2 ) c2 c3 + xn+1 = α + (e3n ) + O(e4n ) A 2 ( 2 ) c2 c3 + xn+1 − α = (e3n ) + O(e4n ) A 2 ( 2 ) c2 c3 en+1 = + (e3n ) + O(e4n ). A 2 (18) Persamaan (18) merupakan persamaan error metode Newton Bisectrix sehingga berdasarkan definisi teorema kekonvergenan [4] persamaan (18) memiliki orde kekonvergenan tiga. 3. KOMPUTASI NUMERIK Pada bagian ini dilakukan perbandingan numerik untuk membandingkan metode Newton dengan metode Newton Bisectrix dalam menghampiri nilai akar suatu persamaan. Dalam melakukan perbandingan antara metode Newton dengan metode Newton Bisectrix persamaan nonlinear yang digunakan adalah f1 (x) = x3 − 4x2 + 10 f2 (x) = sin2 (x) − x2 + 1 f3 (x) = x2 − ex − 3x + 2 f4 (x) = cos(x) − x f5 (x) = (x − 1)3 − 1 f6 (x) = x3 − 10 2 f7 (x) = xex − sin2 (x) + 3 cos(x) + 5 2 f8 (x) = x2 sin2 (x) + e(x cos(x) sin(x)) − 28 2 f9 (x) = e(x +7x−30) − 1 Hasil dari simulasi numerik terhadap contoh-contoh di atas, ditunjukkan pada tabel 1. Pada tabel 1 dapat dilihat, n menunjukkan jumlah iterasi, x0 menunjukkan tebakan awal, metode Newton disingkat dengan MN dan metode Newton Bisectrix MB, kolom pertama merupakan contoh 1 sampai 9 buah contoh yang berbeda. Pada tabel 1 juga ditunjukkan akar dan tingkat error dari setiap metode yang dibandingkan. Repository FMIPA 5 Tabel 1: Perbandingan Hasil Komputasi dari Metode Newton dan metode Newton Bisectrix fi x0 1.0 f1 (x) 2.0 1.0 f2 (x) 3.0 2.0 f3 (x) 3.0 1.0 f4 (x) 1.7 2.5 f5 (x) 3.5 1.5 f6 (x) 2.0 −2.0 f7 (x) −1.5 4.5 f8 (x) 5.0 3.25 f9 (x) 3.5 Metode MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB MN MB Repository FMIPA n 5 3 5 3 5 3 5 3 4 3 5 4 4 2 4 3 5 3 6 4 5 3 4 2 8 5 5 3 7 4 9 4 8 5 11 6 xn 1.3652300134140968 1.3652300134140968 1.3652300134140968 1.3652300134140968 1.4044916482156470 1.4044916482153412 1.4044916482273824 1.4044916482151533 0.2575302854397621 0.2575302854399079 0.2575302854390579 0.2575302854398608 0.7390851332151606 0.7390851332168300 0.7390851332151609 0.7390851332151606 2.0000000000000114 2.0000000000000000 2.0000000000287757 2.0000000000000000 2.1544346900319186 2.1544346900318837 2.1544346900318837 2.1544346900318453 −1.2076478271309189 −1.2076478271309189 −1.2076478271310888 −1.2076478271309332 4.6221041635528383 4.6221041635528383 3.4374717434217703 50.1597928914583544 3.0000000000000000 3.0000000000000000 3.0000000000002531 3.0000000000058081 |f (xn )| 3.662513e − 21 1.200000e − 30 2.040551e − 18 5.836886e − 23 7.591621e − 13 1.806240e − 23 2.989181e − 11 4.665666e − 13 3.729249e − 13 1.782682e − 13 3.033628e − 12 1.772859e − 22 1.069528e − 20 2.793879e − 12 3.924473e − 16 1.462402e − 20 3.413731e − 14 5.903669e − 17 8.632700e − 11 8.528849e − 23 4.855187e − 13 6.291642e − 22 3.142559e − 17 5.351808e − 13 5.538944e − 20 5.000000e − 31 3.450122e − 12 2.903136e − 13 4.678718e − 18 9.954394e − 19 1.290783e − 12 5.113490e − 20 8.078556e − 17 6.150000e − 28 3.289894e − 12 7.550555e − 11 |xn − xn−1 | 2.126976e − 11 2.641513e − 11 5.020498e − 10 4.840961e − 08 6.247206e − 07 3.829462e − 08 3.920076e − 06 1.131976e − 04 1.027638e − 06 1.174681e − 04 2.930963e − 06 1.172552e − 07 1.701233e − 10 4.319850e − 04 3.258805e − 08 7.499811e − 07 1.066729e − 07 4.194472e − 06 5.364286e − 06 4.741693e − 08 2.740790e − 07 1.068748e − 07 2.205030e − 09 1.012682e − 04 4.261204e − 11 3.004858e − 11 3.363069e − 07 2.421676e − 05 6.041938e − 11 6.424903e − 08 2.639444e − 08 6.103873e − 08 9.720393e − 10 1.472156e − 10 1.961587e − 07 7.314073e − 05 6 Tabel 1 merupakan tabel perbandingan hasil komputasi dari metode Newton dengan metode Newton Bisectrix. Fungsi fn menyatakan fungsi persamaan nonlinear, x0 merupakan tebakan awal iterasi, n merupakan banyaknya iterasi, xn merupakan akar hampiran yang diperoleh dari setiap metode, |f (xn )| merupakan nilai mutlak dari fungsi untuk akar hampiran ke-n dan |xn − xn−1 | merupakan selisih nilai mutlak antara dua akar hampiran yang berdekatan. Berdasarkan Tabel 1 diperoleh bahwa metode Newton memerlukan iterasi yang lebih banyak dibandingkan metode Newton Bisectrix untuk hampir semua contoh fungsi dari persamaan nonlinear yang diberikan. Untuk fungsi f1 (x) = x3 − 4x2 + 10 dengan tebakan awal x0 = 1.0 metode Newton menemukan akar sampai 5 iterasi, sedangkan metode Newton Bisectrix menemukan akar 3 iterasi, dan pada tebakan awal x0 = 2.0 metode Newton menemukan akar sampai 5 iterasi, sedangkan metode Newton Bisectrix menemukan akar 3 iterasi. Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada Supriadi Putra, M.Si. dan Musraini M, M.Si. yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi yang menjadi acuan artikel ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Ardelean, G. A New Third-Order Newton-Type Iterative Method for Solving Nonlinear Equations, Appl. Math. Comput. 219:9856–9864. [2] Atkinson, K. E. 1993. Elementary Numerical Analysis, 2nd Ed. John Wiley & Sons, Inc., New York. [3] Bartle, R. G. & Shebert, R. D. 1999. Introduction to Real Analysis, 3rd Ed. John Wiley & Sons, Inc., New York. [4] Mathews, J. H. 1987. Numerical Method for Mathematical Science and Engineer. Prentice-Hall International, U.S.A. [5] Stewart, J. 2003. Kalkulus Edisi Kelima: Jilid 2. Terjemahan dari Calculus, 5th Ed, oleh Sungkono. C. Penerbit Salemba Teknika, Jakarta. [6] Weerakoon, S & Fernando, T. G. I. 2000. A Variant of Newton’s Method with Accelerated Third Order Convergence. Applied Mathematics Letters, 13:87–93. Repository FMIPA 7