BAB I

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Modal
Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain
sistem perbankan. Pasar modal juga dapat didefinisikan sebagai pasar untuk
berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri
(saham), baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun
perusahaan swasta (Husnan, 2005). Samsul (2006), mendefinisikan pasar
modal sebagai tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan
penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari
satu tahun. Sunariyah (2000), menjelaskan bahwa pasar modal secara umum
adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya
adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang
keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Undangundang pasar modal No.8 tahun 1995 memberikan pengertian yang lebih
spesifik tentang pasar modal, yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.
Pasar modal memiliki peran yang besar bagi perekonomian suatu
negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi
11
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi
ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua
kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak
yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak
yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan
harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini
perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi
tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar
modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return)
bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih
(Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Tujuan dan manfaat pasar modal dapat dilihat dari 3 sudut
pandang, yaitu (Samsul, 2006):
1. Sudut Pandang Negara
Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian suatu
negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Negara
memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk mengatur bidang perekonomian
tetapi tidak harus memiliki perusahaan sendiri. Jika kegiatan ekonomi
dapat dilaksanakan oleh pihak swasta, maka negara tidak perlu ikut
campur agar tidak membuang-buang biaya. Akan tetapi, negara
mempunyai kewajiban membuat perundang-undangan agar pihak swasta
dapat bersaing dengan jujur dan tidak terjadi monopoli.
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
2. Sudut Pandang Emiten
Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal.
Meningkatkan modal sendiri jauh lebih baik daripada meningkatkan
modal pinjaman, khususnya untuk menghadapi persaingan yang semakin
tajam di era globalisasi. Perusahaan yang pada awalnya memiliki utang
lebih tinggi daripada modal sendiri dapat berbalik memiliki modal sendiri
yang lebih tinggi daripada utang apabila memasuki pasar modal. Jadi,
pasar modal merupakan sarana untuk memperbaiki struktur permodalan
perusahaan.
3. Sudut Pandang Masyarakat
Masyarakat mempunyai sarana baru untuk menginvestasikan uangnya.
Investasi yang semula dilakukan dalam bentuk deposito, emas, tanah,
atau rumah sekarang dapat dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi.
Pasar modal merupakan sarana yang baik untuk melakukan investasi
dalam jumlah yang tidak terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat. Jika
pasar modal itu berjalan dengan baik, jujur, pertumbuhannya stabil dan
harganya tidak terlalu bergejolak, maka sarana itu akan mendatangkan
kemakmuran bagi masyarakat.
Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga
yang berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif,
Kontrak Berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari efek. Contoh produk
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
derivatif di pasar modal adalah indeks harga saham dan indeks kurs obligasi
(Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya
disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder).
Saham juga dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas
(Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Wujud saham adalah selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan surat berharga tersebut. Bukti bahwa seseorang atau suatu
pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka
sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar
Pemegang Saham (DPS). Pada umumnya, DPS disajikan beberapa hari
sebelum Rapat Umum Pemegang Saham diselenggarakan dan setiap pihak
dapat melihat DPS tersebut. Bukti bahwa seseorang adalah pemegang
saham juga dapat dilihat pada halaman belakang lembar saham apakah
namanya sudah diregistrasi oleh perusahaan (emiten) atau belum.
2.2. Return dan Risiko Investasi
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasian yang
belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang
(Jogiyanto, 2009).
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
1. Return Realisasian (realized return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return realisasian dihitung
menggunakan data historis. Return realisasian penting karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return ini juga
berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasian dan risiko di masa
datang.
2. Return Ekspektasian (expected return)
Adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa
mendatang. Berbeda dengan return realisasian yang sifatnya sudah
terjadi, return ekspektasian sifatnya belum terjadi.
Hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah
cukup. Risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko
merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, karena pertimbangan suatu
investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko
mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus
ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan.
Motivasi investor berinvestasi adalah mendapatkan return dan
sebagai konsekuensinya harus berani menanggung risiko atas investasi yang
dilakukannya. Investor perlu mempertimbangkan tingkat risiko suatu
investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi.
Saham dikenal dengan karakteristik high risk-high return. Artinya,
saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan
tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
untuk mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah
besar dalam waktu singkat. Namun, seiring dengan berfluktuasinya harga
saham, maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian
besar dalam waktu singkat. Untuk mengurangi risiko investasi, investor
harus mengenal jenis risiko investasi. Berikut jenis risiko apa saja yang
mungkin akan dihadapi oleh pemodal dengan kepemilikan saham, yaitu
(Darmadji dan Fakhruddin, 2006):
1. Tidak Mendapat Dividen
Perusahaan
akan
membagikan
dividen
jika
operasi
perusahaan
menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat
membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Jadi,
potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh
kinerja perusahaan itu sendiri.
2. Capital Loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, pemodal tidak selalu mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya
pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga
beli. Dengan demikian, seorang pemodal mengalami capital loss.
3. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara
langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan
pencataan saham di Bursa Efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut
atau likuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
dikeluarkan dari Bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan
likuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah
dibanding kreditor atau pemegang obligasi. Artinya, setelah semua aset
perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para
kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru
dibagikan kepada para pemegang saham.
4. Saham Di-delist dari Bursa (Delisting)
Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham
perusahaan dikeluarkan dari Pencatatan Bursa Efek atau di-delist. Suatu
saham perusahaan di-delist dari Bursa umumnya karena kinerja yang
buruk. Saham yang telah di-delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di
Bursa, namun tetap dapat diperdagangkan di luar Bursa dengan
konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual
biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya.
5. Saham Di-Suspend
Risiko lain yang juga mengganggu para pemodal untuk melakukan
aktivitasnya, yaitu jika suatu saham di-suspend alias dihentikan
perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek. Dengan demikian, pemodal
tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut.
Selain risiko di atas, Tandelilin (2001) dalam Haryanto (2007),
menyatakan bahwa beberapa sumber risiko yang mempengaruhi besarnya
risiko suatu investasi antara lain:
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
1. Risiko suku bunga
Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu
investasi. Jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, dan
sebaliknya. Alasannya, jika suku bunga naik maka return investasi yang
terkait dengan suku bunga (misal deposito) juga akan naik. Akibatnya
minat investor akan berpindah dari saham ke doposito.
2. Risiko pasar
Fluktuasi pasar secara keseluruhan dapat mempengaruhi variabilitas
return suatu investasi. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh
berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar
dipengaruhi oleh faktor seperti resesi ekonomi, kerusuhan, atau
perubahan politik (pemilu).
3. Risiko inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi daya beli rupiah yang
diinvestasikan. Jika inflasi meningkat, investor biasanya menuntut
tambahan premium inflasi untuk mengkompensasikan penurunan daya
beli yang dialaminya.
4. Risiko bisnis
Risiko bisnis adalah risiko dalam menjalankan bisnis suatu jenis industri.
Misal, perusahaan pakaian jadi akan dipengaruhi oleh karakteristik
industri tekstil.
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
5. Risiko finansial
Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan
utang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang
digunakan perusahaan, semakin besar juga risiko finansial yang dihadapi
perusahaan tersebut.
6. Risiko likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan
perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin likuid suatu
sekuritas, semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.
7. Risiko nilai tukar mata uang
Risiko nilai tukar mata uang berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata
uang domestik terhadap mata uang asing. Istilahnya currency risk atau
exchange rate risk.
8. Risiko negara
Risiko ini sering disebut risiko politik, karena sangat berkaitan dengan
kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di
luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat
penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.
Sedangkan dalam manajemen investasi modern, pembagian risiko
total investasi dibagi menjadi 2, yaitu (Haryanto, 2007):
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
1. Risiko sistematis (risiko pasar)
Merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar
secara keseluruhan. Jadi, perubahan pasar akan sangat mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi (kondisi makro).
2. Risiko tidak sistematis (risiko perusahaan)
Merupakan risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara
keseluruhan. Jadi, lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan
emiten.
Dalam
manajemen
portofolio
disebutkan
bahwa
risiko
perusahaan dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi
pada sekian banyak jenis sekuritas.
2.3. Nilai Tukar Rupiah
Uang masing-masing negara memiliki harga yang diukur oleh uang
negara-negara lain disebut nilai tukar (Lindert dan Kindleberger, 1990).
Sedangkan menurut Amalia (2007), kurs adalah perbandingan nilai atau
harga antara mata uang suatu negara dengan negara lain. Salvatore (1997)
mendefinisikan nilai tukar atau kurs sebagai harga mata uang luar negeri
dalam satuan harga mata uang domestik. Nilai tukar mata uang merupakan
perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda atau dikenal dengan kurs
(Halwani, 2005). Nilai tukar adalah perbandingan nilai atau harga antar dua
mata uang (Nopirin, 2007). Jadi dapat disimpulkan, nilai tukar adalah harga
mata uang suatu negara yang diukur dengan mata uang negara lain.
Pertukaran valuta asing adalah suatu kegiatan memperdagangkan
mata uang dari negara-negara yang berbeda. Mata uang-mata uang tersebut
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
mengambil bentuk sebagai uang di dalam suatu negara. Sebagian besar dari
harta yang diperdagangkan di pasar valuta asing adalah giro di bank-bank
utama, yang diperdagangkan antarbank sendiri. Sementara sebagian lainnya
merupakan bagian kecil saja yang terdiri dari uang logam dan uang kertas
biasa (Lindert dan Kindleberger, 1990).
Ada dua mekanisme penetapan nilai tukar yaitu mekanisme pasar
dan penetapan pemerintah. Jika nilai tukar mata uang suatu negara
ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar, maka negara tersebut menganut
sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate). Apabila ditetapkan
oleh pemerintah maka negara tersebut menganut nilai tukar tetap (fixed
exchange rate). Tetapi ada juga negara yang menganut nilai tukar
mengambang terkendali yaitu membiarkan nilai tukar mata uangnya
berdasarkan mekanisme pasar tetapi jika pergerakan nilai tukarnya tidak
terkendali maka pemerintah melakukan intervensi.
1. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate)
Dalam sistem nilai tukar tetap, kurs ditetapkan berdasarkan keputusan
pemerintah. Kelebihan sistem ini adalah adanya kepastian nilai tukar
yang dapat meningkatkan ekspektasi. Kelemahannya adalah nilai tukar
tidak menggambarkan tingkat kelangkaan yang sebenarnya. Bisa terjadi
apabila nilai tukar yang ditetapkan pemerintah terdahulu terlalu tinggi
dibandingkan dengan kurs pasar (overvalued). Atau sebaliknya, nilai
tukar yang ditetapkan pemerintah terlalu rendah dibandingkan dengan
kurs pasar (undervalued). Suatu negara dikatakan menganut nilai kurs
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
tetap apabila mematok mata uangnya pada suatu nilai kurs konstan dan
ditetapkan di muka, kemudian mengambil segala tindakan untuk menjaga
agar kursnya tidak berubah (Samuelson, 1996).
Sistem kurs tetap tidak menjamin keseimbangan permintaan dan
penawaran mata uang asing dicapai pada kurs yang berbeda. Dengan
demikian, kurs yang ditetapkan biasanya permintaan dan penawaran
pada keadaan tidak seimbang.
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating Exchange Rate)
Pada sistem nilai tukar mengambang, harga mata uang ditentukan oleh
mekanisme pasar (interaksi antara permintaan dan penawaran). Bila
pertumbuhan permintaan lebih cepat dari penawaran maka mata uang
tersebut akan semakin mahal. Kelebihan sistem nilai tukar mengambang
yaitu pemerintah tidak perlu campur tangan dalam penentuan nilai tukar.
Tetapi nilai tukar mengambang mempunyai kelemahan, bagi mata uang
yang lemah yaitu fluktuasi nilai tukar dapat menurunkan ekspektasi.
3. Sistem Nilai Tukar Mengambang terkendali (Managed Floating
Exchange Rate)
Sistem nilai tukar mengambang terkendali adalah sistem kurs di mana
suatu negara melalui bank sentral melakukan intervensi untuk
menstabilkan dan kursnya tetap pada suatu tingkat tertentu. Dalam sistem
ini, bank sentral ikut dalam jual beli valuta asing yang bertujuan
menstabilkan kurs. Apabila nilai valuta dipandang rendah maka bank
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
sentral akan membeli valuta, tetapi jika harga valuta terlalu tinggi maka
bank sentral akan menjual valuta.
Pada saat suatu perusahaan atau suatu negara yang terlibat dalam
transaksi perdagangan internasional, maka kebutuhan akan mata uang asing
akan mengalami peningkatan. Peningkatan kebutuhan tersebut adalah
bergerak seiring dengan naiknya transaksi perdagangan ekspor dan impor.
Persetujuan penggunaan uang yang dipakai adalah kebanyakan berasal dari
mata uang asing seperti dollar Amerika Serikat. Dipergunakannya mata
uang dollar sebagai alat ukur dalam pembayaran adalah berdasarkan pada
berbagai analisa, seperti (Fahmi, 2009):
1. Faktor kestabilan dollar dibandingkan dengan berbagai mata uang
lainnya di seluruh dunia.
2. Faktor telah sering dipakainya mata uang dollar selama ini sebagai alat
pembayaran setiap transaksi perdagangan internasional.
Kedua faktor tersebut telah menempatkan dollar Amerika Serikat
sebagai mata uang yang memiliki pengaruh besar dalam penggunaan
transaksi internasional. Namun, perubahan nilai tukar rupiah terhadap US
dollar bukan tidak mengalami ketidakstabilan. Naik turunnya nilai tukar
mata uang atau valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa
dengan cara resmi oleh pemerintah atau bisa juga karena tarik menariknya
kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran di dalam pasar, dan lazimnya
perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal yaitu
(Sasono, 2003 dalam Purwanto, 2009):
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
1. Depresiasi (Depreciation)
Adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata
uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik-menariknya kekuatankekuatan supply dan demand di dalam pasar (Market Mechanism).
2. Appresiasi (Appreciation)
Adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata
uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik-menariknya kekuatankekuatan supply dan demand di dalam pasar (Market Mechanism).
3. Devaluasi (Devaluation)
Adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata
uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu
negara.
4. Revaluasi (Revaluation)
Adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata
uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu
negara.
Tujuan dasar pertukaran mata uang asing adalah untuk memberikan
informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi yang
diharapkan dari suatu perubahan nilai dalam arus kas dan ekuitas
perusahaan. Ini berarti pertukaran mata uang asing berpengaruh pada nilai
perusahaan yang bisa diukur melalui arus kas dan return saham perusahaan
(Suciwati dan Machfoedz, 2002). Tingkat seberapa besar perusahaan
dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar disebut dengan eksposur nilai tukar.
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
Eksposur (exposure) nilai tukar itu sendiri diklasifikasikan menjadi tiga tipe,
yaitu (Saudagaran, 2000 dalam Suciwati dan Machfoedz, 2002):
1. Eksposur translasi, yaitu penilaian kembali terhadap aktiva-aktiva
perusahaan yang dikonsolidasikan yang nilainya bisa berubah karena
pengaruh nilai tukar.
2. Eksposur transaksi, yaitu risiko yang berhubungan dengan sensitifitas
perjanjian satuan arus kas perusahaan dalam mata uang asing, untuk
tingkat perubahan nilai tukar yang diukur dengan mata uang perusahaan
domestik.
3. Eksposur ekonomi, yaitu penilaian kinerja perusahaan di masa
mendatang karena pengaruh fluktuasi nilai tukar.
2.4. Tingkat Inflasi
Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang sering
dijumpai dihampir semua negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat
dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaikkan secara
umum dan terus menerus (Boediono, 1985). .Inflasi juga dapat didefinisikan
sebagai suatu proses kenaikkan harga-harga yang berlaku dalam suatu
perekonomian (Sukirno, 1997). Inflasi adalah ciri yang pada umumnya
dirasakan dan ditandai dengan adanya suasana harga barang yang tinggi
secara mayoritas, di mana seolah-olah kita kehilangan keseimbangan antara
daya beli dibandingkan dengan pendapatan sampai pada periode tertentu,
biasanya dirasakan masyarakat secara keseluruhan (Amalia, 2007). Inflasi
adalah kenaikkan secara terus menerus dalam rata-rata tingkat harga
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
(McEachern, 2000). Sedangkan Nopirin (2007) mengemukakan bahwa
inflasi merupakan proses kenaikkan harga barang-barang secara umum yang
berlaku terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang
itu naik dengan prosentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikkan
harga umum barang secara terus menerus selama periode tertentu.
Kenaikkan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan prosentase yang
cukup besar) bukan merupakan inflasi (Nopirin, 2007). Jadi, inflasi yang
dimaksud adalah kenaikkan harga-harga secara umum yang terjadi secara
terus-menerus.
Tingkat inflasi (prosentase pertambahan kenaikkan harga) berbeda
dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke
negara lain. Apabila Indonesia mengalami inflasi lebih tinggi dari Amerika
dan nilai kursnya tidak berubah, hal ini menyebabkan harga ekspor barang
dan jasa Indonesia menjadi lebih mahal dan tidak mampu berkompetisi
dengan barang dan jasa dari luar negeri. Ekspor Indonesia akan menurun
sedang impor dari negara lain meningkat. Dampaknya, rupiah akan
mengalami tekanan dan terdepresiasi atau US$ akan mengalami apresiasi
terhadap rupiah (Wibowo dan Amir, 2005).
Masalah kenaikkan harga-harga yang berlaku diakibatkan oleh
banyak faktor. Di negara-negara industri pada umumnya inflasi bersumber
dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut (Sukirno, 1997):
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
1. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaanperusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa.
Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan
mendorong para konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih
tinggi. Sebaliknya, para pengusaha akan mencoba menahan barangnya
dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang bersedia membayar
pada harga yang lebih tinggi. Kedua-dua kecenderungan ini akan
menyebabkan kenaikkan harga-harga.
2. Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah.
Apabila para pengusaha mulai menghadapi kesukaran dalam mencari
tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja-pekerja yang
ada akan terdorong untuk menuntut kenaikkan upah. Apabila tuntutan
kenaikkan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikkan biaya
produksi dari berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dalam
perekonomian. Kenaikkan biaya produksi tersebut akan mendorong
perusahaan-perusahaan menaikkan harga-harga barang mereka.
Kedua masalah tersebut biasanya berlaku apabila perekonomian
sudah mendekati tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Dengan kata lain,
di dalam perekonomian yang sudah sangat maju, masalah inflasi sangat erat
kaitannya dengan tingkat penggunaan tenaga kerja.
Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak
mendapatkan perhatian para pemikir ekonomi. Pada asasnya, inflasi
merupakan gejala ekonomi yang berupa naiknya tingkat harga. Didasarkan
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
kepada sumber penyebabnya, inflasi dapat digolong-golongkan sebagai
berikut (Reksoprayitno, 2000):
1. Inflasi Permintaan
Inflasi permintaan atau lebih dikenal dengan sebutan demand-pull
inflation. Seperti tersirat dalam namanya, inflasi permintaan timbul
sebagai akibat dari meningkatnya permintaan agregatif.
2. Inflasi Penawaran
Inflasi penawaran yang lebih populer dengan sebutan cost-push inflation
merupakan inflasi yang timbul sebagai akibat berkurangnya penawaran
agregatif.
3. Inflasi Campuran
Inflasi campuran atau mixed inflation adalah inflasi yang unsur
penyebabnya berupa campuran antara demand-pull dan cost-push, yang
secara harfiah dapat kita terjemahkan sebagai tarikan permintaan dan
dorongan biaya.
Sekalipun sering terjadi, yang pertama-tama menimbulkan terjadinya
inflasi adalah murni tarikan permintaan atau murni dorongan biaya,
namun dapat terjadi setelah gejala inflasi mulai terasa sekali dampaknya
terhadap perekonomian, unsur penyebab timbulnya inflasi macam yang
lainnya mulai ikut bergabung bersama-sama memperhebat laju inflasi.
2.5. Tingkat Suku Bunga
Yang dimaksud dengan tingkat suku bunga adalah prosentase dari
pokok pinjaman yang harus dibayar oleh peminjam kepada pemberi
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
pinjaman sebagai imbalan jasa yang dilakukan dalam suatu periode tertentu
yang telah disepakati kedua belah pihak (Makaryanawati, 2009). Suku
bunga menurut Tajul Khalwaty (2000) dalam Oktavia (undated) merupakan
instrumen
konvensional
untuk
mengendalikan
atau
menekan
laju
pertumbuhan tingkat inflasi.
Suku bunga efektif untuk memperkuat nilai tukar apabila tidak
terdapat faktor-faktor non-ekonomi lain yang mengganggu. Sebaliknya,
peningkatan suku bunga tidak efektif untuk memperkuat nilai tukar apabila
terdapat faktor-faktor non-ekonomi yang mengganggu, seperti berbagai
rumor negatif, pengerahan masa, dan kerusuhan sosial (Arifin, 1998).
Seperti halnya di pasar-pasar aset lainnya, para pelaku pasar dalam
pasar valuta asing mendasarkan permintaan terhadap simpanan dalam valuta
asing pada perkiraan imbalan aset (mata uang) yang bersangkutan. Untuk
membandingkan perkiraan imbalan dari sejumlah pilihan mata uang, mereka
memerlukan dua jenis informasi. Pertama, mereka perlu tahu perubahan
nilai kemungkinan perubahan kurs sehingga peluang imbalan dari masingmasing devisa dapat dibandingkan.
Jenis informasi pertama untuk memperkirakan imbalan suatu
devisa adalah suku bunga (interest rate) devisa tersebut, yakni jumlah sewa
atau imbalan yang diterima seseorang atas kesediaannya meminjamkan
sejumlah devisa selama satu tahun (Krugman dan Obstfeld, 1999). Suku
bunga dollar sebesar 0,10 (dibaca: 10% setahun) artinya akan membuat
seseorang meminjamkan $1 akan menerima seluruh uangnya sebesar $1,10
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
di akhir tahun; $1 adalah uang pokok orang itu, dan 10 sen adalah
bunganya. Bila dilihat dari sisi transaksi yang lain, suku bunga dollar itu
juga merupakan jumlah yang harus dibayarkan untuk meminjam (tarif sewa)
$1 selama setahun.
Suku bunga memainkan peranan penting dalam pasar valuta asing
mengingat simpanan-simpanan berjumlah besar yang diperdagangkan di
pasar itu menghasilkan bunga, masing-masing tingkat bunganya berlainan
sesuai dengan mata uang yang menjadi satuannya.
Interest Rate Parity Theory (IRP) adalah salah satu teori yang
paling dikenal dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana
hubungan antara bursa valas (forex market) dan pasar uang internasional
(international money market). Teori IRP menyatakan bahwa perbedaan
tingkat bunga pada international money market akan cenderung sama
dengan forward rate premium ataupun discount. Dengan kata lain,
berdasarkan teori IRP akan dapat ditentukan berapa perubahan kurs forward
atau forward rate dibandingkan dengan spot rate bila terdapat perbedaan
tingkat bunga antara home country dan foreign country. Dengan demikian,
seorang pemilik dana akan dapat menentukan dalam mata uang apa dananya
akan diinvestasikan, yaitu dengan membandingkan besarnya perbedaan
tingkat bunga antara dua negara (home dan foreign country) dengan
perbedaan antara FR dan SR yang ditentukan oleh forward rate premium
atau discount.
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
Secara teoritis seorang investor akan menginvestasikan atau
mendepositokan dana dalam valas apabila rate of return luar negeri sama
minimal atau lebih tinggi dari pada tingkat bunga dalam negeri atau home
country interest. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas
return suatu investasi. Jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan
turun, dan sebaliknya.
Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang
ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter melalui Sertifikasi
Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga sangat tergantung dari
kondisi makro yang berkembang di Indonesia. Peningkatan suku bunga
diduga mempunyai korelasi dengan naiknya volume penjualan saham.
Tingkat suku bunga yang ideal jika besarnya berada di bawah kisaran angka
10. Hal ini berarti tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi
yang akan menurun dengan cepat jika tingkat bunga meningkat, sehingga
bagi para pelaku ekonomi, semakin rendah tingkat suku bunga adalah
semakin baik (Haryanto, 2007).
Tingkat suku bunga mengirim isyarat harga kepada peminjam,
pemberi pinjaman, penabung, dan investor. Jika tingkat bunga naik maka
lebih besar volume tabungan dan merangsang peminjam dana. Sebaliknya,
jika tingkat bunga menurun, cenderung menurunkan aliran tabungan dan
akibatnya mengurangi kegiatan pemberian pinjaman. Sedangkan apabila
tingkat bunga yang tinggi cenderung mengurangi volume peminjaman dan
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
investasi modal. Tingkat bunga yang rendah merangsang peminjaman dan
pengeluaran investasi (Darmawi, 2006).
Tingkat suku bunga bank merupakan salah satu indikator moneter
yang mempunyai dampak dalam berbagai kegiatan perekonomian, seperti
(Darmawi, 2006):
1. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan investasi
yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.
2. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan
pemilik modal, apakah ia akan berinvestasi pada real asset ataukah pada
financial asset.
3. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak bank
dan lembaga keuangan lainnya.
4. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar.
2.6. Kerangka Pemikiran
Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang
berkembang, yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi
makroekonomi secara umum. Krisis ekonomi yang dimulai tahun 1998
merupakan awal runtuhnya pilar-pilar perekonomian nasional Indonesia.
Salah satunya yaitu harga-harga saham menurun secara tajam sehingga
mengakibatkan kerugian yang cukup signifikan bagi investor.
Investasi pada saham memiliki beberapa risiko, Tandelilin (2001)
dalam Haryanto (2007) menyatakan bahwa beberapa sumber risiko yang
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi adalah risiko suku bunga,
risiko inflasi, dan risiko nilai tukar mata uang.
Menurut Samsul (2006), perubahan satu variabel makro ekonomi
memiliki dampak yang berbeda terhadap setiap jenis saham, yaitu suatu
saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham yang lainnya terkena
dampak negatif. Kenaikan kurs US dollar yang tajam terhadap rupiah akan
berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam dollar
sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Sementara itu, emiten
yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs
US dollar tersebut.
Samsul (2006) juga menyatakan bahwa tingkat inflasi dapat
berpengaruh negatif maupun positif tergantung pada derajat inflasi itu
sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara
keseluruhan,
yaitu dapat membuat banyak
perusahaan mengalami
kebangkrutan. Jadi, inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di
pasar, sedangkan inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan
ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga
bergerak dengan lamban. Inflasi yang meningkat akan mengurangi daya beli
rupiah yang diinvestasikan. Jika inflasi meningkat, investor biasanya
menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasikan penurunan
daya beli yang dialaminya (Haryanto, 2007).
Pergerakan nilai tukar dan inflasi yang diikuti oleh pergerakan suku
bunga sebagai pengendali permintaan dan penawaran uang beredar maupun
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
sebagai pengontrol inflasi, maka suku bunga dapat digunakan sebagai alat
mediasi nilai tukar dan inflasi untuk melihat dampaknya terhadap harga
saham. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu
investasi. Jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, dan
sebaliknya. Alasannya, jika suku bunga naik maka return investasi yang
terkait dengan suku bunga (misal deposito) juga akan naik. Akibatnya minat
investor akan berpindah dari saham ke deposito (Haryanto, 2007). Dengan
kata lain, apabila tingkat suku bunga tinggi, maka para investor akan lebih
tertarik untuk menyimpan uang mereka di bank, dan sebaliknya jika tingkat
suku bunga rendah, maka para investor akan lebih memilih berinvestasi di
saham (Makaryanawati, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan dalam kerangka
pemikiran teoritis yang dapat dilihat pada gambar 2.1. sebagai berikut:
Nilai Tukar Rupiah
Tingkat Inflasi
H2
H3
Tingkat Suku Bunga
H4
Return Saham
H1
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
2.7. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut, yaitu:
H1
= Nilai tukar rupiah, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap return saham
perusahaan sektor properti, real estate, dan konstruksi yang
terdaftar di BEI.
H2
= Nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
return saham perusahaan sektor properti, real estate, dan konstruksi
yang terdaftar di BEI.
H3
= Tingkat inflasi berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
return saham perusahaan sektor properti, real estate, dan konstruksi
yang terdaftar di BEI.
H4
= Tingkat suku bunga berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
return saham perusahaan sektor properti, real estate, dan konstruksi
yang terdaftar di BEI.
Analisis Pengaruh Nilai..., Dofa Januar Putri, F. Ekonomi UMP, 2011
Download