Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 3 – Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah Catatan untuk fasilitator Rangkuman kasus Maya, 19 tahun yang hamil pertama kali (primi gravida), dibawa ke rumah sakit anda. Umur kehamilannya sekitar 30-32 minggu. Dia memiliki riwayat rupture membrane premature 26 jam yang lalu. Dia belum pernah melakukan kunjungan untuk melakukan pemeriksaan antenatal selama masa kehamilannya dan belum pernah diimunisasi dengan TT (tetanus toksoid). Anda diminta untuk menghadiri proses kelahirannya. Bayi laki-laki kecil yang bernama Joko dan terkulai pucat dilahirkan dengan pernapasan pelan dan detak jantung 60 kali per menit Setelah menyelesaikan studi kasus ini, peserta diharapkan mampu: Melakukan resusitasi dengan mengunakan balon dan sungkup pada neonatal dan mengetahui cara mengatur oksigen Mengetahui riwayat neonatal dan maternal Mengenali tanda-tanda bahaya pada bayi muda Mengenali tanda-tanda bahaya dari infeksi bakteri pada neonatal dan mengetahui cara-cara mengelolanya Mengetahui manajemen bayi dengan berat lahir rendah (low birth weight/LBW) dan berat lahir sangat rendah (very low birth weight/VLBW) Menjadi terbiasa dengan pengukuran untuk tindakan pencegahan bagi infeksi neonatal Memahami bahwa imunisasi merupakan hal yang penting bagi semua neonatus Memahami bahwa perawatan lanjutan merupakan hal yang penting dalam manajemen bayi dengan berat lahir rendah, termasuk pemantauan kecukupan asupan makanan dan kenaikan berat badan, karena bayi-bayi tersebut berisiko untuk mendapatkan masalah pada masa bayi dan anakanak. Perkembangan lebih jauh: Kondisi Joko membaik secara perlahan. Joko diperkenalkan kembali dengan ASI dalam jumlah kecil (1 ml sebagai permulaan) untuk setiap 3 jam setelah 4 hari, saat perutnya sudah tidak keras dan tidak kaku lagi; suara perut tampak normal dan tidak ada aspirasi pada saat pemberian makan melalui pipa nasogastrik. Asupan makanannya ditingkatkan secara perlahan, 1-2 ml per makanan per hari. Antibiotik dihentikan setelah 10 hari. Foto terapi juga dihentikan saat kadar bilirubin dibawah batasan untuk foto terapi. Asupan makan Joko ditingkatkan secara perlahan menjadi 180ml/kg/hari, awalnya melalui pipa nasogastrik dengan transisi secara perlahan ke cangkir dan ASI. Pemulangan pasien direncanakan saat Joko mulai menunjukkan kenaikan berat badan (berat badan 2 kg pada saat 35 minggu setelah kelahiran dan kenaikan berat badan tesebut dikarenakan pemberian ASI. Ibu Joko disarankan agar bayinya tetap dalam keadaan hangat dan diberi makan secara teratur. Sebelum dipulangkan, bayinya diberi vaksin BCG dan polio secara oral. Kunjungan lanjutan direncanakan 1 minggu kemudian untuk mengkaji ulang makanannya dan pertambahan berat badannya. Ibu Joko juga disarankan untuk segera ke rumah sakit jika bayinya menunjukkan tanda-tanda darurat. Pemeriksaan: Pemeriksaan darah lengkap dengan haemoglobin (neutropenia mendukung infeksi atau peradangan) Gula darah dalam batas normal Kultur darah tidak tumbuh Foto dada dengan opasitas homogen bilateral bilateral dan air bronchogram mendukung penyakit membran Hialin atau pneumonia neonatus berat Pemeriksaan foto abdomen : distensi multipel lumen usus diseluruh area abdomen Penanganan darurat yang diberikan Resusitasi neonatus Obat-obatan yang digunakan Penicillin (dosis awal) secara intravena Gentamicin per intravena Metronidazole ditambahkan pada saat Joko memperlihatkan gejala EKN Aminophylline untuk mencegah apnoea, pada awalnya diberikan melalui intravena kemudian secara oral. Perawatan pendukung lain yang diberikan: Suhu bayi dijaga agar tetap hangat didalam ruangan yang hangat Terapi oksigen dilanjutkan hingga kondisi distress pernapasan berat dan tanda-tanda kegawatdaruratan lainnya telah membaik Cairan intravena selama 24 jam, diikuti dengan pemberian minum melalui pipa orogastrik hingga bayi tersebut dapat makan dari cangkir dan ASI Bab 3 – Permasalahan neonatus – berat badan lahir rendah Catatan untuk peserta Masalah: Maya, 19 tahun yang hamil pertama kali (primi gravida), dibawa ke rumah sakit anda. Umur kehamilannya sekitar 30-32 minggu. Dia memiliki riwayat rupture membrane premature 26 jam yang lalu. Dia belum pernah melakukan kunjungan untuk melakukan pemeriksaan antenatal selama masa kehamilannya dan belum pernah diimunisasi dengan TT (tetanus toksoid). Anda diminta untuk menghadiri proses kelahirannya. Bayi laki-laki yang kecil dan terkulai pucat dilahirkan dengan pernapasan pelan dan detak jantung 60 kali per menit Apa tahap-tahap manajemen bayi baru lahir? Catatlah informasi inti dari masalah yang diajukan Tanda-tanda kegawatan dan penting apa yang anda ketahui dari riwayat pasien? Tindakan kegawatan apa yang akan anda lakukan untuk bayi yang baru lahir ini? Pemeriksaan apa lagi yang akan dilakukan? Pemeriksaan apa yang akan dilakukan? Apakah anda akan memberikan antibiotik pada bayi yang baru lahir tersebut? Apa yang mungkin menyebabkan keadaannya semakin memburuk? Pemeriksaan apa yang akan anda lakukan sekarang? Interpretasi apa yang anda buat dari laporan yang ada? Bagaimana anda mengobati bayi tersebut? Perkembangan lebih jauh: Kondisi Joko membaik secara perlahan. Joko diperkenalkan kembali dengan ASI dalam jumlah kecil (1 ml sebagai permulaan) untuk setiap 3 jam setelah 4 hari, saat perutnya sudah tidak keras dan tidak kaku lagi; suara perut tampak normal dan tidak ada aspirasi pada saat pemberian makan melalui pipa nasogastrik. Asupan makanannya ditingkatkan secara perlahan, 1-2 ml per makanan per hari. Antibiotik dihentikan setelah 10 hari. Foto terapi juga dihentikan saat kadar bilirubin dibawah batasan untuk foto terapi. Asupan makanan Joko ditingkatkan secara perlahan menjadi 180mls/kg/hari, awalnya melalui pipa nasogastrik dengan transisi secara perlahan ke cangkir dan ASI. Pemulangan pasien direncanakan saat Joko mulai menunjukkan kenaikan berat badan (berat badan 2 kg pada saat 35 minggu setelah kelahiran dan kenaikan berat badan tesebut dikarenakan pemberian ASI. Ibu Joko disarankan agar bayinya tetap dalam keadaan hangat dan diberi makan secara teratur. Sebelum dipulangkan, bayinya diberi vaksin BCG dan polio secara oral. Kunjungan lanjutan direncanakan 1 minggu kemudian untuk mengkaji ulang makanannya dan pertambahan berat badannya. Ibu Joko juga disarankan untuk segera ke rumah sakit jika bayinya menunjukkan tanda-tanda darurat. Kesimpulan: Bayi Joko dilahirkan prematur di rumah sakit. Dia membutuhkan resusitasi singkat selama kelahirannya. Joko diserahkan ke bangsal anak bagian manajemen bayi lahir prematur, berat lahir rendah (BBLR), distres pernapasan dan kemungkinan sepsis. Perawatan Joko dimulai dengan terapi oksigen, antibiotik dan pemberian cairan intravena. Joko menderita apnea, namun telah membaik dengan aminophylline. Joko juga menderita necrotising enterocolitis setelah permulaan asupan makan melalui nasogastrik pada hari ketiga setelah kelahiran. Hal tersebut ditangani dengan mengganti antibiotik dan penghentian pemberian makanan secara enteral. Joko juga memerlukan foto terapi untuk penyakit kuning. Makanan diberikan lagi setelah 4 hari dan ditingkatkan perlahan-lahan. Saat ini asupan makanan yang diberikan bisa ditoleransi dengan baik dan volume makannya meningkat menjadi 180 ml/kg/hari. Joko dipulangkan saat sudah bisa makan dan telah mencapai berat badan 2 kg. Resusitasi neonatal merupakan penyelamatan kehidupan. Terapi oksigen, antibiotik dan pengukuran untuk mencegah hipothermia, hipoglikemia, apnea dan kejang merupakan hal yang penting untuk bayi baru lahir yang sakit. Berat badan bayi baru lahir yang rendah sangat berisiko terkena infeksi parah, apnea dan penyakit kuning serta intoleransi terhadap asupan makanan Beberapa infeksi neonatal dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan/higienis pada saat kelahiran, mencuci tangan selama menggunakan fasilitas kesehatan dan dengan cara menangani bayi serta dengan pemberian ASI eksklusif.