pengaruh kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap

advertisement
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
KPP PRATAMA BATURAJA
Divianto
Politeknik Negeri Sriwijaya
The purpose of this study was to determine the number of variables Taxpayers are
PPH 21 registered and Annual Income Tax 21 reported that both a concrete
manifestation of the level of tax compliance affects the acceptance of article 21 of
the Income Tax ?, Which is the major variable affecting alcohol tax revenues 2?
This study uses data obtained from the analysis of Tax Office Primary Baturaja
amount of data related to revenue receipts Individual Taxpayers and Taxpayer
Compliance private person. In this study, the data used are secondary data.
Writers get it directly from the Tax Office Primary Baturaja is located at DR. M.
Hatta No. 649 street in Baturaja. In collecting the data that will be examined
documents used inspection method. Data collection techniques in this study can be
done by way of documentation. The population in this study is the individual
taxpayer registered Tax Office Primary Baturaja period 2008-2011. The sampling
method is done by simple random sampling. This study uses secondary data where
data files are examined throughout the period 2000 to 2010. Results of testing the
hypothesis of unity (H1) in this study which states that the amount of Income tax
Payer 21 registered and 21 Annual Income Tax simultaneously reported a
significant effect on tax revenue in the Tax Office Primary Baturaja, stated
hypothesis of unity (H1) is acceptable. Based on the results of statistical tests
obtained value of t = 4,741 and p = 0.001 (p <0.05) so that the second hypothesis
(H2) is accepted. Results of testing the third hypothesis (H3) in this study which
states that the Annual Income Tax Return 21 reported significant and positive
influence on the Revenue, or the third hypothesis (H3) be rejected.
Keywords: Compliance, WPOP, Revenue, Tax, Income
PENDAHULUAN
Sejauh ini, persentase penerimaan negara dari sektor pajak setiap tahun semakin
meningkat, hal ini terlihat dalam APBN negara kita. Semakin meningkatnya persentase
penerimaan pajak kita. Hal tersebut berarti pemerintah masih dapat melakukan upayaupaya untuk menggali potensi pajak dan mengoptimalkan penerimaan pajak. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan antara lain dengan ekstensifikasi pajak yaitu dengan menambah
jumlah Wajib Pajak dan dengan intensifikasi pajak dengan mengaktifkan atau menggali
potensi dari Wajib Pajak yang sudah ada. Berdasarkan Dirjen Pajak tahun 2009, rasio
kepatuhan wajib pajak di Indonesia tergolong rendah apabila dibandingkan dengan rasio di
negara-negara maju. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya rasio tersebut,
diantaranya : rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kewajiban
penyetoran dan pelaporan pajak, minimnya jumlah fiskus atau jumlah pemeriksa pajak,
dan sebagainya. Berikut adalah data jumlah wajib pajak yang terdaftar memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak di Baturaja.
317
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
Tabel 1. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang Memiliki NPWP (Terdaftar) di
Kabupaten Baturaja Tahun 2000-2010
Tahun
Karyawan
Usahawan
Total
2000
3,065
5.680
8,749
2001
3,970
6.449
10,419
2002
4,040
7.631
11,671
2003
4,129
9.340
13,469
2004
4,540
10.490
15,030
2005
4,800
10.260
15,060
2006
5,070
9.938
15,108
2007
5.426
14.833
20,259
2008
5.700
18.404
24,104
2009
6.052
27.070
33,122
2010
5.874
38.600
44,474
Sumber: KPP Pratama Baturaja, data diolah
Salah satu subjek pajak adalah wajib pajak orang pribadi yang juga merupakan
bagian terpenting dalam menunjang jumlah penerimaan pajak selain wajib pajak orang
badan dan warisan yang belum terbagi. Berkembangnya kemajuan badan usaha pada saat
ini khususnya badan usaha yang ada di Kabupaten Baturaja diharapkan akan dapat
mendudukung program penerimaan pajak penghasilan yang terus meningkat. Baturaja
merupakan daerah yang berkembang, potensi pendapatan pajak daerah akan cukup besar
jika program pelaksanaannya berjalan dengan efektif. Besarnya jumlah penerimaan pajak
akan sangat membantu kemajuan pembangunan daerah. Oleh karena itu, upaya
peningkatan dan proses pelaksanaan pajak sangat perlu diperhatikan demi mendukung
keberhasilan pencapaian pembangunan daerah di kabupaten Baturaja yang merupakan
bagian wilayah provinsi Sumatera Selatan. Berikut adalah data penerimaan pajak Baturaja
dari tahun 2000 – 2010.
Tabel 2. Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Baturaja
Tahun 2000-2010
PPh Pasal 25/29 OP
Tahun
PPh Pasal 21 (Karyawan)
(Usahawan)
2000
80,298,461
400,224,790
2001
80,298,947
420,127,450
2002
83,498,203
490,211,730
2003
88,944,378
600,320,970
2004
90.293,557
574,239,200
2005
91,238,409
683,984,576
2006
94,149,112
719,251,343
2007
130,112,775
772,790,124
2008
96,938,687
847,457,129
2009
224,590,426
2,010,990,283
2010
96,180,109
2,703,233,943
Sumber: KPP Pratama Baturaja, data diolah
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat penerimaan pajak serta peningkatan kepatuhan wajib pajak badan
maupun wajib pajak pribadi. Sebagian penelitian menyatakan bahwa kesadaran wajib
318
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
pajak dalam melaksanakan kewajibannya akan sangat mempengaruhi jumlah penerimaan
pajak. Selain itu, hal ini telah membantu mengetahui upaya peningkatan dan
perkembangan program pajak di berbagai daerah, dan menjadi referensi untuk menjadi
pedoman dalam melakukan upaya peningkatan selanjutnya. Kepatuhan Wajib pajak
Pribadi dalam memenuhi kewajiban pajaknya pada dasarnya tercermin dari tiga hal, yaitu :
(1) pemenuhan kewajiban intern, seperti pembayaran massa dan SPT massa termasuk SPT
PPn dan PPBM yang dilaksanakan setiap bulan, (2) pemenuhan kewajiban tahunan seperti
menghitung dan melunasi hutang pajak, serta melaporkan perhitungannya dalam SPT
diakhir tahun, (3) Pemenuhan ketentuan materil dan yuridis formal perpajakan melalui
perlakuan pembukuan atas pengakuan penghasilan dan biaya serta berbagai transaksi
keuangan lain untuk memperoleh dasar perhitungan pajak terutang dalam pembukuan
wajib pajak. Jadi kepatuhan dalam konteks perpajakan adalah suatu ketaatan untuk
melakukan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan perpajakan yang diwajibkan atau
diharuskan untuk dilaksanankan wajib pajak.
Salah satu upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak yang dilakukan oleh Dirjen
pajak adalah dengan melakukan e-SPT dan e-Filling. Proses ini merupakan sarana
penyampaian SPT secara online, artinya setiap wajib pajak dapat menyampaikan SPT-nya
melalui sarana komputer dimanapun wajib pajak berada melalui penyedia jasa aplikasi
yang telah ditentukan oleh Dirjen pajak. Upaya Dirjen Pajak dalam meningkatkan dan
mengoptimalkan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) adalah dengan
dikeluarkannya peraturan mengenai Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) oleh Direktur
Jenderal Pajak. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per - 175/PJ./2006 tanggal 19
Desember 2006 tentang Tata Cara Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi
Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat
Usaha di Pusat Perdagangan dan/atau Pertokoan. Selanjutnya, pada 29 Agustus 2007
Dirjen Pajak mengeluarkan peraturan Nomor Per – 116/PJ./2007 tentang Ekstensifikasi
Wajib Pajak Orang Pribadi Melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan.
Kemudian dirubah menjadi Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per – 32/PJ/2008. Berikut
adalah data WPOP yang melaporkan SPT tahunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Baturaja
Tabel 3. WPOP melaporkan SPT Tahunan pada KPP Pratama Baturaja
Tahun 2000-2010
WPOP Terdaftar WPOP Melapor
Tingkat
Tahun
(Orang)
(Orang)
Kepatuhan %
58,4
2000
8.749
5,145
73,6
2001
10.419
7,670
68,8
2002
11.671
8,030
70,5
2003
13.469
9,449
66,2
2004
15.030
9,960
67,5
2005
15.060
10,170
60
2006
18.108
10,864
56,2
2007
20,259
11,391
51,3
2008
24,104
12,366
44,2
2009
33,122
14,642
38,4
2010
44,474
17,085
Sumber: KPP Pratama Baturaja, data diolah
319
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
Berdasarkan tabel 3. di atas persentase kepatuhan Jumlah pelaporan SPT Tahunan
oleh WPOP dapat dilihat bahwa pada Tahun 2000 sebesar 58,4%. Tahun 2001 sebesar
73,6%. kemudian pada Tahun 2002 sebesar 68,8%. Selanjutnya Tahun 2003 sebesar
70,5%. Tahun 2004 sebesar 66,2%. Tahun 2005 sebesar 67,5%. Tahun 2006 sebesar
60%. Tahun 2007 sebesar 56,2% . Tahun 2008 sebesar 51,3%. Sedangkan pada Tahun
2009 sebesar 44,2%. Tahun 2010 pelaporan SPT Tahunan oleh WPOP di KPP Pratama
Baturaja sebesar 38,4%. Berdasarkan data persentase kepatuhan pelaporan SPT Tahunan
oleh WPOP tersebut, dapat diketahui bahwa cukup tinggi. Namun, kepatuhan pelaporan
SPT Tahunan oleh WPOP tersebut fluktuatif (terjadi kenaikan dan penurunan).
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka berikut ini
dirumuskan masalah dalam penelitian ini:
1. Apakah variabel jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar dan SPT Tahunan PPh 21 yang
dilaporkan yang keduanya merupakan wujud nyata dari tingkat kepatuhan wajib pajak
berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan pasal 21?
2. Variabel manakah yang paling besar mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan
Pasal 2 ?
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pajak
Secara umum pajak diartikan sebagai pungutan pemerintah kepada masyarakat,
dengan tidak adanya balas jasa (imbalan) secara langsung. Pajak merupakan salah satu
perwujudan dan kewajiban kenegaraan yang merupakan saran peran masyarakat dalam
pembiayaan Negara dan pembangunan nasional.
Pengertian atau definisi pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1, yaitu: “Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.”
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pajak memiliki
unsur-unsur yaitu:
1. Iuran dari rakyat kepada Negara
2. Berdasarkan undang-undang
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya kontraprestasi individual oleh
pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran
yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Fungsi Pajak
Pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan
kesejahteraan umum, suatu negara tidak akan mungkin menghendaki merosotnya
kehidupan ekonomi masyarakatnya. Oleh karena itu berdasarkan pengertianpengertian pajak yang telah dikemukakan diatas,terlihat adanya fungsi pajak. Fungsi pajak
menurut Mardiasmo (2008:1) menyebutkan bahwa Fungsi Budgetair dan Fungsi
Regulerend (mengatur).
320
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
Kedudukan Hukum Pajak
Menurut Rochmat Soemitro, Hukum Pajak mempunyai kedudukan di antara
hukum-hukum sebagai berikut (Mardiasmo, 2009:4):
1. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya.
2. Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Hukum
ini dapat dirinci lagi sebagai berikut: Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha
(Hukum Administratif), Hukum Pajak, Hukum Pidana
Dengan demikian kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik.
Dalam mempelajari bidang hukum, berlaku apa yang disebut lex specialis derogat lex
generalis, yang artinya peraturan khusus lebih diutamakan dari pada peraturan umum atau
jika sesuatu ketentuan belum atau tidak diatur dalam peraturan khusus, maka akan berlaku
ketentuan yang diatur dalam peraturan umum. Dalam hal ini peraturan khusus adalah
hukum pajak, sedangkan peraturan umum adalah hukum publik atau hukum lain yang
sudah ada sebelumnya.
Hukum pajak menganut paham imperatif, yakni
pelaksanaannya tidak dapat ditunda. Misalnya dalam hal pengajuan keberatan, jika ada
Wajib Pajak yang mengajukan keberatan sebelum ada keputusan dari Direktur Jenderal
Pajak bahwa keberatan tersebut diterima, maka Wajib Pajak yang mengajukan keberatan
terlebih dahulu membayar pajak, sesuai dengan yang telah ditetapkan atau sesuai dengan
pajak terutangnya.
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2008:7) adalah : Official
Assessment System, Self Assessment System, With Holding System.
Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil
Hukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut
pajak dengan rakyat sebagai Wajib Pajak. Ada 2 (dua) macam hukum pajak yakni: Hukum
Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil.
Pengelompokkan Pajak terdiri dari: Menurut Golongannya, Menurut Sifatnya, dan
Menurut Lembaga Pemungutnya.
Pengertian Wajib Pajak
Adanya kepatuhan maka secara tidak langsung penerimaan pajak akan berjalan
dengan lancar karena kepatuhan wajib pajak telah menunjukan bahwa wajib pajak telah
melaksanakan
kewajiban
perpajakannya
dengan
baik.
Menurut
Sofa
perpajakan(http://massofa.wordpress.com/2008/02/05/pengertian-administrasi
kepatuhan-dan-pajak-internasioanal/) menyatakan bahwa : “Kepatuhan perpajakan dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.”
Pajak Penghasilan
Undang-undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh) berlaku sejak
1 Januari 1984. Undang-undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir
kali diubah dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Undang-undang PPh
mengatur mengenai pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Undang-undang PPh
menganut asal materiil, artinya penentuan mengenai pajak yang terutang tidak tergantung
321
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
kepada surat ketetapan pajak, tetapi tergantung pada pendapatan yang diterima seseorang
dalam tahun pajak.
Pajak Penghasilan adalah pungutan resmi pemerintah kepada masyarakat yang
memiliki penghasilan atau penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam Tahun Pajak,
pajak ini digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan untuk kepentingan
masyarakat. Dasar hukum Pajak Penghasilan adalah Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan yang terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun
2008. Undang-undang Pajak Penghasilan berlaku mulai 1984 dan merupakan pengganti
UU Pajak Perseroan 1925, UU Pajak Pendapatan 1944, UU PDBR 1970. Pajak
Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang menjadi Subjek Pajak adalah:
1. a. Orang Pribadi;
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak;
2. Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk
badan lainnya temasuk kontrak investasi kolektif.
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi: Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek
Pajak luar negeri
Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun, termasuk:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undangundang ini;
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
3. Laba usaha;
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak.
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
7. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14. Premi asuransi;
322
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan;
19. Surplus Bank Indonesia.
Lebih lanjut, dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun 2002 tentang APBN Tahun
Anggaran 2003, PPh dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:
1. PPh Non Migas; PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 22 Impor, PPh Pasal 23,
PPh Pasal 25/29 OP, PPh Pasal 25/29 Badan, PPh Pasal 26, PPh Final dan Fiskal
Luar Negeri, PPh Non Migas Lainnya
2. PPh Migas
Dalam penelitian ini akan dianalisis hubungan antara kepatuhan wajib pajak orang pribadi
yang terdaftar dengan wajib pajak orang pribadi yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak yang merupakan (X1) analisis Tingkat pengaruhnya terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (Y).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Jumlah Kepatuhan wajib pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan Pajak ( Y )
H2 : Jumlah Wajib Pajak yang efektif terdaftar berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan Pajak ( Y )
H3 : Jumlah SPT Tahunan yang dilaporkan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
Pajak ( Y )
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Baturaja berkaitan dengan data jumlah penerimaan penghasilan Wajib pajak
Orang Pribadi dan Kepatuhan Wajib pajak orang pribadi.
Definisi Operasional dan PengukuranVariabel
Definisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi Operasional yang
dipakai dalam penelitian ini adalah:
1.
Kepatuhan Wajib Pajak
Adalah kesadaran Wajib Pajak mengenai kewajibannya dalam hal perpajakan seperti
wajib pajak terdaftar yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dilihat dalam
pelaksanaanya menyampaikan dan melaporkan SPT masa bagi wajib pajak orang
pribadi yang melakukan perhitungan pajak nya sendiri. Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak dalam penelitian ini dicerminkan dari variabel jumlah Wajib Pajak PPh 21
terdaftar (X1) dan SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan (X2).
323
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
2.
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Y)
Adalah Angsuran pajak penghasilan wajib pajak Pribadi dalam Waktu berjalan yang
harus dibayar sendiri oleh wajib pajak pada setiap tahun dan mempengaruhi jumlah
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2008-2011.
Jenis dan Sumber data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah Data Sekunder, yaitu data yang
diperoleh secara tidak langsung dari studi kepustakaan atau dari pihak lain yang berkaitan
dengan obyek yang sedang diteliti (Effendi, 2000:147). Adapun data yang diperoleh oleh
penulis adalah sejarah singkat, jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar, jumlah SPT Tahunan
PPh 21 yang dilaporkan serta Jumlah penerimaan PPh Orang Pribadi pada KPP Pratama
Baturaja. Data diperoleh adalah data yang telah diolah. Penulis memperolehnya langsung
dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja yang beralamat di Jalan DR. M. Hatta No.
649 Baturaja.
Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang akan diteliti digunakan metode inspeksi dokumen.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan cara dokumentasi
yaitu data yang diperoleh dengan memanfaatkan laporan-laporan maupun dokumendokumen yang berkaitan dengan penelitian.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja periode tahun 2008-2011. Metode pengambilan
sampel dilakukan dengan simple random sampling, dengan jumlah 10 sampling yang
dibagi-bagi menurut wilayah cakupan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja. Simple
random sampling merupakan proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi
kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi
proses memilih sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secara random.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dimana arsip data yang diteliti adalah sepanjang
kurun waktu 2000 sampai dengan 2010.
Uji Asumsi Klasik
Penulis melakukan Uji Asumsi Klasik yang terdiri dari: multikolinieritas dan Uji
Heteroskedastisitas serta Uji normalitas.
Teknik Analisis Data
Statistik Deskriptif
Gambaran tentang data penelitian untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak
Orang pribadi, pemeriksaan pajak dan penerimaan pajak penghasilan yang disajikan
dalam persentase, rata-rata dan sebagainya.
Statistik inferensial
Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan analisis regresi.
Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas
yang masing-masing adalah variabel X dan Y digunakan analisis regresi berganda dalam
rumusan sebagai berikut:
Y = a + b 1 X1 + b 2 X2 + b 3 X 3 + e
Keterangan:
Y
: Realisasi penerimaan PPh Orang Pribadi
X1
: jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar
X2
: jumlah SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan
324
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
a
: Konstanta
b 1 – b3 : Koefisien regresi
e
: Error Term
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini ada dua yaitu Uji Signifikansi Simultan
(Uji Statistik F) dan Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji t Statistik) menggunakan
program SPSS 16.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum KPP Pratama Baturaja
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja.didirikan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah DJP Sumatera Selatan dan
Kepulauan Bangka Belitung yang berkedudukan di Palembang. Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Baturaja didirikan sebagai bagian dari modernisasi Direktorat Jenderal Pajak
dengan menerapkan Sistem Administrasi Perpajakan Modern. Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Baturaja beralamat di di Jalan DR. M. Hatta No. 649 Baturaja.
Statistik Deskriptif Data Penelitian
Dalam rangka menguji Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan KPP Pratama Baturaja, maka penelitian ini menggunakan
bingkai populasi (population frame) seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja periode tahun 2000-2010.
Selanjutnya apabila dilihat dari nilai minimum, maksimum dan rata-rata (mean)
dan standar deviasi (δ) dari masing-masing variabel penelitian kepatuhan dan variabel
penerimaan pajak. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak dalam penelitian ini dicerminkan dari variabel jumlah Wajib Pajak
PPh 21 terdaftar (X1) dan SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan (X2). Sedangkan variabel
terikat adalah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Data yang digunakan dalam
penelitian ini untuk masing-masing variabel diperoleh dari banyak periode bulan selama
tahun pengamatan (2000-2010) didapatkan jumlah data sebanyak 11 tahun.
Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dipaparkan deskripsi dari
data yang diperoleh. Dari hasil perhitungan dengan SPSS versi 16.0, diperoleh gambaran
masing-masing variabel. Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif dari data yang
digunakan dalam penelitian ini
Tabel 4. Statistik Deskriptif Data Variabel Penelitian
N
WPOP_terdaftar
WPOP_melapor
penerimaan_pajak_
WPOP
Valid N (listwise)
Minimum
11
11
Maximum
8749
5145
44474
17085
Mean
Std. Deviation
19496.82
10615.64
10809.159
3302.583
11 480523251 2799414052 1034488600.18
758918815.346
11
325
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
Berdasarkan tabel 4., dapat diketahui statistic deskriptif dari masing-masing variabel.
Data 11 tahun selama tahun 2000-2011 WPOPN terdaftar yang terkecil adalah 8749 WP
dan yang terbesar adalah sebanyak 44.474. Rata-rata dari jumlah WPOP terdaftar pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja periode tahun 2000-2011 adalah 19.496 WP
dengan standar deviasinya sebesar 10.809 WP. WPOP yang melapor paling sedikit yakni
5145 WP dan terbesar yakni 17.085 WP. Sedangkan penerimaan pajak terkecil sejumlah
Rp. 480.523.251,- dan penerimaan pajak terbesar adalah Rp 2.799.414.052,-. Nilai ratarata penerimaan pajak sebesar Rp. 1.034.488.600,- setiap tahunnya, sedangkan untuk
standar deviasinya adalah Rp. 758.918.815,-.
Pengujian Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Normalitas P-Plot dan grafik histogram
digambarkan dalam gambar 1. dan gambar 2. berikut ini.
Gambar 1. Uji Normalitas P-Plot
Gambar 2. Grafik Histogram
Berdasarkan grafik histogram di atas model regresi cenderung membentuk kurva
normal yang cembung dengan angka standar deviasi mendekati satu yaitu sebesar 0,894
dan pada normal probability plot mengikuti garis diagonal. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal.
Heteroskedastisitas
Hasil deteksi dengan melihat scatterplot disajikan dalam gambar 3. di bawah ini.
326
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
Gambar 3. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan Gambar 3. terlihat titik-titik menyebar secara acak baik di atas
maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dan juga terlihat titik-titik tersebut membentuk
suatu pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terbebas dari
masalah heteroskedastisitas.
Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi Durbin Watson yang dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 16.0 adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson)
Model
1
R
Adjusted R
Square
R Square
.972
a
.944
Std. Error of the
Estimate
.930
Durbin-Watson
.15011
1.112
a. Predictors: (Constant), WPOPmelapor, WPOPTerdaftar
b. Dependent Variable: penerimaan_pajak
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5. dimana pada hasil tersebut diperoleh
nilai DW sebesar 1.112. Sedangkan nilai dl yaitu sebesar 0.5948 dan du sebesar 1.9280.
Oleh karena nilai DW 1.112 kurang dari batas atas (du) 1.6739 dan lebih dari dL sebesar
0.5948, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terjadi autokorelasi.
Multikolinieritas
Adapun hasil pengujian dengan SPSS 16.0 untuk mendeteksi terjadinya gejala
multikolinearitas disajikan sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Multikoliniearitas
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Standardized
Coefficients
Std. Error
11.753
1.771
WPOPTerdaftar
1.538
.324
WPOPmelapor
.671
.491
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
6.636
.000
1.332
4.741
.001
.808
1.350
.384
1.367
.209
.808
1.350
a. Dependent Variable: penerimaan_pajak
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 6. menunjukkan bahwa semua variabel
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tolerance yang lebih dari 0,1 dan nilai VIF
yang kurang dari 10. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel penelitian tidak menunjukkan
adanya gejala multikolinearitas dalam model regresi.
Pengujian-pengujian di atas telah membuktikan kalau data yang akan digunakan
telah memenuhi syarat normalitas, tidak ada heteroskedastisitas, tidak ada autokorelasi,
327
VIF
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
dan bebas multikolinearitas. Dengan empat pengujian pendahuluan ini, maka pengujian
atas persamaan multiple regression dapat dilakukan dengan hasil yang akurat.
Analisis Regresi dan Hasil Pengujian Hipotesis
Regresi adalah hubungan fungsional yang terjadi antara satu atau lebih variabel
dependen dengan variabel independen, agar dapat diketahui nilai duga rata-rata variabel
dependen atas pengaruh variabel independen tersebut. Dalam penelitian ini digunakan
model regresi linier berganda. Perhitungan analisis regresi linier berganda dilakukan
dengan bantuan komputer Program SPSS for Windows Release 16.0.
Analisis regresi linier digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas (Ghozali, 2001). Adapun hasil
pengolahan data sebagi berikut :
Tabel 7. Hasil Analisis Regresi
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
Beta
11.753
1.771
WPOPTerdaftar
1.538
.324
WPOPmelapor
.671
.491
t
Sig.
6.636
.000
1.332
4.741
.001
.384
1.367
.209
a. Dependent Variable: penerimaan_pajak
Model persamaan regresi linier berganda dan hasil analisis yang diperoleh adalah:
Y = 11.753 + 1.538 (X1) + 0.671 (X2) + e
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Baturaja dipengaruhi oleh Kepatuhan Wajib Pajak yakni variabel jumlah
Wajib Pajak PPh 21 terdaftar (X1) dan variabel SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan
(X2). Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Nilai konstanta bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa apabila kepatuhawan
WPOP yakni variabel jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar (X1) dan SPT Tahunan
PPh 21 yang dilaporkan (X2). konstan, maka penerimaan pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Baturaja akan sebesar 11.753. Artinya penerimaan pajak
hanya sebesar Rp 11.753.000.000,- setiap bulannya.
b. Nilai koefisien jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar bernilai positif sebesar 1.538 dan
signifikan, artinya jika jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar meningkat, maka
penerimaan pajak akan meningkat sebesar -1.538 atau 153.8%.
c. Nilai koefisien jumlah SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan bernilai positif sebesar
0.671 dan tidak signifikan, artinya jika jumlah SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan
meningkat, maka penerimaan pajak akan meningkat sebesar 0.671 atau 67.1%.
Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan
variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Dari hasil
pengujian simultan diperoleh sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Uji F
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
df
Mean Square
3.061
2
1.530
.180
8
.023
328
F
67.916
Sig.
.000
a
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
Total
3.241
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
10
a. Predictors: (Constant), WPOPmelapor, WPOPTerdaftar
b. Dependent Variable: penerimaan_pajak
Hasil pengolahan data terlihat bahwa variabel independen jumlah Wajib Pajak PPh
21 terdaftar (X1) dan SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan (X2) mempunyai signifikansi
F hitung sebesar 67.916 dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen
jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar (X1) dan SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan (X2)
berpengaruh secara simultan (serempak) terhadap penerimaan pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Baturaja periode tahun 2000-2011.
Pengujian Determinan (R2)
Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien adalah antara nol
sampai dengan satu dan ditunjukkan dengan nilai adjusted R2. Dan berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan (adjusted R2) diperoleh
hanya sebesar 0.228 atau 22.8%. Hal ini menunjukkan bahwa 39.8% artinya penerimaan
pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja dipengaruhi oleh variable jumlah
Wajib Pajak PPh 21 terdaftar (X1) dan SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan (X2).
Sedangkan sisanya sebesar 77.2% dijelaskan oleh variabel lain. Hasil tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 9. Hasil Uji Determinasi
Model
R
1
R Square
.972
a
Adjusted R
Square
.944
Std. Error of the
Estimate
.930
Durbin-Watson
.15011
2.112
a. Predictors: (Constant), WPOPmelapor, WPOPTerdaftar
b. Dependent Variable: penerimaan_pajak
Hasil Pengujian Hipotesis (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,2001). Hasil pengujian
analisis regresi sebagaimana pada lampiran diketahui nilai t hitung sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Uji Statistik t
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Standardized
Coefficients
Std. Error
11.753
1.771
WPOPTerdaftar
1.538
.324
WPOPmelapor
.671
.491
Beta
t
Sig.
6.636
.000
1.332
4.741
.001
.384
1.367
.209
a. Dependent Variable: penerimaan_pajak
Berdasarkan hasil Uji t, maka pengambilan keputusannya berdasarkan Pengujian terhadap
variable penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja. Secara
keseluruhan hasil uji t menunjukkan bahwa
jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar
329
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
berpengaruh terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja
periode 2000-2011. Sedangkan jumlah SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan tidak
berpengaruh terhadap pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja.
Pembahasan Hasil
Hasil penelitian dengan berbagai pengujian yang dilakukan menyatakan kesimpulan
akhir seperti disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 11. Hasil Analisis Regresi
t
p (sig)
Koefisien
1.538
4.741
0.001
Variabel
jumlah Wajib Pajak
PPh 21 terdaftar (X1)
jumlah SPT Tahunan
.671
1.367
PPh 21 yang
dilaporkan (X2)
R Square = 0.944 F = 67.916 p (sig) = 0.000
Y = 11.753 + 1.538 (X1) + 0.671 (X2) + e
0.209
Konfirmasi sig.
Bermakna/Signifikan
Tidak Bermakna/tidak
Signifikan
Konstanta = 11.753
Berdasarkan pada hasil pengolahan data dan analisis statistik dengan model regresi
berganda, maka sebagai uapaya pendalaman dalam pembahasan ini yang dikaitkan dengan
perumusan masalah dan hipotesis yang diajukan maka berikut ini merupakan uraian
pembahasannya.
Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien adalah antara nol
sampai dengan satu dan ditunjukkan dengan nilai adjusted R2. Dan berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan (adjusted R2) diperoleh
hanya sebesar 0.944 atau 94.4%. Hal ini menunjukkan bahwa 94.4% penerimaan pajak
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja dipengaruhi oleh variable jumlah Wajib
Pajak PPh 21 terdaftar (X1) dan SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan (X2). Sedangkan
sisanya sebesar 5.6% dijelaskan oleh variabel lain. Hasil pengolahan data terlihat bahwa
variabel independen variable jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar (X1) dan SPT Tahunan
PPh 21 yang dilaporkan (X2) mempunyai signifikansi F hitung sebesar 67.916 dengan
tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hasil analisis dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen variable jumlah Wajib Pajak PPh
21 terdaftar (X1) dan SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan (X2) berpengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Baturaja periode 2000-2011.
Pengaruh Jumlah Wajib Pajak Pph 21 Terdaftar dan SPT Tahunan Pph 21 yang
Dilaporkan terhadap Penerimaan Pajak
Pajak merupakan tulang punggung penerimaan suatu negara untuk digunakan oleh
pemerintah guna membiayai kegiatan pemerintah. Salah satu sumber pembiayaan tersebut
adalah dari penerimaan pajak dalam negeri dimana pajak penghasilan orang pribadi
termasuk didalamnya. Salah satu syarat bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam menunaikan
kewajiban perpajakannya adalah dengan mendaftarkan dirinya di Kantor Pelayanan Pajak
setempat. Penerimaan pajak penghailan sangat dipengaruhi kepatuhan wajib pajak
terhadap peraturan perpajakan. Dengan kata lain kepatuhan wajib pajak pajak akan
menciptakan kondisi yang mendukung peencapaian realisasi penerimaan pajak.
330
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis kesatu (H1) dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar (X1) dan SPT Tahunan PPh 21
yang dilaporkan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja, dinyatakan Hipotesis kesatu (H1) dapat
diterima. Nilai koefisien determinan (adjusted R2) diperoleh hanya sebesar 0.994 atau
99.4%. Hal ini menunjukkan bahwa 99.4% penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Baturaja dipengaruhi oleh jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar (X1) dan
SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan. Sisanya sebesar 5.6% dijelaskan oleh variabel lain.
Sedangkan signifikansi F hitung sebesar 67.916 dengan tingkat signifikansi yang lebih
kecil dari 0,05. Dengan kata lain F hitung > F tabel.
Oleh karena itu, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lebukan (2011) yang berjudul Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPH 21
Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar
Utara. Dalam Penelitian tingkat kepatuhan wajib pajak diukur melalui perbandingan antar
jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dengan wajib pajak orang pribadi yang
melaporkan SPT tahunan nya selama kurun waktu 5 tahun yakni dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010. Hasil Penelitian menunjukan adanya pengaruh positif antara tingkat
kepatuhan wajib pajak dengan penerimaan pajak penghasilan pada KPP Makassar Utara.
Begitu pula halnya dengan penelitian Suhendra (2010) dengan judul Pengaruh Kepatuhan
Wajib Pajak Badan Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Hasil dari penelitian
ini menyimpulkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh positif
terhadap penerimaan pajak badan pada KPP Wilayah Jakarta.
Pengaruh Jumlah Wajib Pajak Pph 21 Terdaftar terhadap Penerimaan Pajak
Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa Jumlah Wajib Pajak Pph 21 Terdaftar berpengaruh signifikan dan
positif terhadap penerimaan pajak diterima. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai
t = 4.741 dan p = 0.001 (p < 0,05) sehingga hipotesis kedua (H2) diterima. Hal ini
dikarenakan wajib pajak pada …. memiliki kepatuhan atau kesadaran dalam membayar
pajak dengan kata lain belum dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik.
Pengaruh SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan terhadap Penerimaan Pajak
Kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan dan membayar pajak merupakan salah
satu unsure pokok dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak. Semakin patuh wajib
pajak maka resiko kehilangan penerimaan semakin rendah karena wajib pajak sadar akan
menghitung pajak terutangnya sesuai dengan kondisi yag sesungguhnya dan sebaliknya,
semakin tidak patuh wajib pajak semakin tinggi resiko kehilangan penerimaan pajak.
Sarana yang digunakan wajib pajak untuk melaporkan kewajiban pajak tersebut
menggunakan SPT. SPT yang disampaikan oleh wajib pajak langsung ke kantor pajak
diteliti terlebih dahulu mengenai kelengkapan pengisian dan lampiran-lampirannya. Oleh
petugas pelayanan sedangkan untuk SPT yang disampaikan melalui pos ke kantor
pelayanan pajak diterima oleh sub bagian umum, SPT tersebut langsung dikirim ke bagian
pelayanan untuk diperiksa mengnai kelengkapan pengisian dan lampiran-lampiran yang
diperlukan dalam penyampaian SPTnya maka petugas pelayanan memberikan tanda terima
SPT langsung pada wajib pajak yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan berpengaruh signifikan dan
positif terhadap Penerimaan Pajak, atau hipotesis ketiga (H3) dinyatakan dapat ditolak.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai t = 1.367 dan p = 0.209 (p > 0,05). Hal ini
331
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
menunjukkan bahwa Jumlah Wajib Pajak Aktif (SPT) yang memiliki kesadaran atau
kepatuhan yang cukup pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Untuk mengatasi wajib pajak yang tidak patuh tersebut diperlukan pengawasan yang
intensif dari pihak fiskus dan member sanksi yan tegas dan jelas terhadap wajib pajak yang
lalai atau melanggar peraturan karena ketentuan pelaporan ini sendiri mengandung
kelemahan yang potensial yaiu kewajiban pelaporan tersebut hanya berdasarkan kesadaran
pemotong pajak, sehingga jika terdaftar pelanggaran terhadap pelaksanaan ketentuan
aparat pajak akan sulit mendeteksinya. Misalnya jika pemotong pajak sengaja menahan
sebagian pajak terutang yang telah dipotong dari karyawan dan penyetoran baru dilakukan
pada akhir tahun bersamaan dengan penyetoran pajak terutang akhir tahun sebagai akibat
dari mekanisme perhitungan ulang yang dilaporkan dalam SPT tahunan. Atas praktek ini,
sampai dengan saat ini belu ada pengenaan sanksi yang tegas, walaupun secara financial
hal tersebut jelas merugikan negara. Pajak yang seharusya masuk ke kas negara pada saat
terutang pada bulan takwin bersangkutan, baru disetor pada tahun pajak berikutnya pada
saat penyetoran pajak terutang akhir tahun. Untuk memaksimalisasikan peundaan
penyetoran tersebut, perlu ditetapkan sanksi yang tegas. Bentuk dan jumlah sanksi yang
dikenakan seharusnya dapat meningkatkan kepatuhan pemotong pajak.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian mengenai analisis pengaruh variabel
independen jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar dan SPT Tahunan PPh 21 yang
dilaporkan terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baturaja di
periode 2000-2011: Hasil pengujian Hipotesis kesatu (H1) dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar dan SPT Tahunan PPh 21 yang
dilaporkan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Baturaja, dinyatakan Hipotesis kesatu (H1) dapat diterima.
Nilai koefisien determinan (adjusted R2) diperoleh hanya sebesar 0.944 atau 94.4%. Hal ini
menunjukkan bahwa 944% artinya penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Palembang Ilir Barat dipengaruhi oleh variable jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar dan
SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan. Sedangkan signifikansi F hitung sebesar 67.916
dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Dengan kata lain F hitung > F tabel.
Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini yang menyatakan
bahwa jumlah Wajib Pajak PPh 21 terdaftar berpengaruh signifikan dan positif terhadap
Penerimaan Pajak. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai t = 4.741 dan p = 0.001
(p < 0,05) sehingga hipotesis kedua (H2) diterima. Hasil pengujian Hipotesis ketiga
(H3) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa SPT Tahunan PPh 21 yang dilaporkan
berpengaruh signifikan dan positif terhadap Penerimaan Pajak, atau hipotesis ketiga (H3)
dinyatakan ditolak. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai t = 1.367 dan p =
0.209 (p > 0,05).
332
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan KPP Pratama Baturaja
VOL. 3 NO. 3
SEPT 2013
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Pawoko, Sigit, (2008), Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan (KUP) 2007, Salemba Empat, Jakarta.
Mardiasmo.2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta : Andi.
333
Download