Izin impor 250.000 ton gula putih diterbitkan Bisnis Indonesia: 26 Februari 2003 JAKARTA (Bisnis): Depperindag menerbitkan izin definitif impor gula putih (white sugar) kepada tiga importir (PT Perkebunan Nusantara X, PT Rajawali Nusantara Indonesia dan Bulog) dengan volume 250.000 ton. Dirjen Perdagangan Luar Negeri Depperindag Sudar SA mengatakan izin impor gula kepada PTPN diberikan sebanyak 50.000 ton (tahap kedua), PT RNI 100.000 ton dan Bulog sebanyak 100.000 ton. "Kami memberikan izin impor gula putih untuk jumlah sesuai yang mereka ajukan, yang izinnya sudah terbit dan ditandatangani Senin (24 Pebruari)," ujarnya di Jakarta kemarin. Dia mengharapkan ketiga importir tersebut bisa melakukan impor gula secara cepat sehingga diharapkan harga gula di tingkat eceran yang saat ini cukup tinggi bisa kembali pada kisaran normal Rp3.500-Rp4.000 per Kg. Sementara itu, Direktur Impor Depperindag Aang Kanaan Adikusumah mengingatkan izin impor gula tersebut hanya berlaku 24 Februari hingga 30 April 2003. "Jadi dalam tempo waktu tersebut gula impor harus sudah masuk pelabuhan bongkar sesuai yang tercantum dalam surat izin untuk masing-masing importir," tuturnya. Dia menegaskan dengan diberikannya izin impor bagi Bulog, maka lembaga tersebut kini memiliki tugas pengelolaan stok gula di dalam negeri di samping berkewajiban menjaga harga pembelian terendah di tingkat petani sebesar Rp3.100 per kg dan harga tertinggi di tingkat eceran Rp4.000 per kg. Artinya, kata Aang, jika harga ditingkat petani merosot di bawah Rp3.100 per kg, maka Bulog wajib membeli dengan harga Rp3.100 per kg. Sedangkan bila harga di tingkat eceran naik melebihi Rp4.000 prer kg, lembaga itu harus segera mendistribusikan stoknya ke pasar. Khusus untuk gula yang akan dimasukkan Bulog, menurut dia, semata-mata hanya digunakan sebagai buffer stock dan bukan untuk secara langsung didistribusikan ke pasar, kecuali harga di tingkat eceran melebihi Rp4.000 per Kg. Sudar menjelaskan pemberian izin impor kepada Bulog itu didasarkan pada kesepakatan dan komitmen antara PTPN, Bulog dan APTRI yang telah menunjuk perum tersebut untuk bekerjasama sebagai mitra penyelenggara buffer stock dalam rangka mengamankan pasokan melalui pengelolaan stok di dalam negeri yang pengadaannya bisa dilakukan lewat impor maupun dari lokal (gula petani). Menurut dia, sesuai SK Menperindag No. 643/MPP/Kep/9/2002 tentang Tata Niaga Impor Gula, PTPN selaku Importir Terdaftar Gula (IT Gula) memang memiliki keleluasaan untuk bekerja sama dengan pihak lain, baik swasta maupun BUMN, dalam pengadaan gula impor. "Dalam hal ini PTPN menggandeng Bulog karena dinilai memiliki likuiditas yang kuat di samping memiliki jaringan pergudangan yang luas," katanya. (cp)