analisis kebijakan ketahanan ekonomi indonesia

advertisement
Sekretariat Negara Republik Indonesia
ANALISIS KEBIJAKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA
Rabu, 19 Oktober 2011
Data perkembangan Produk Domestik Bruto
ditinjau dari sisi penggunaan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir digunakan
sebagai data dasar untuk menganalisis ketahanan ekonomi Indonesia terhadap
gejolak atau krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 dan yang berpotensi
untuk terjadi kembali pada akhir 2011 atau awal 2012 sehubungan dengan
memburuknya krisis utang di 5 negara Eropa (Portugal, Italia, Irlandia, Yunani
dan Spanyol) serta belum pulihnya krisis ekonomi AS.
- Tabel
berikut ini menunjukkan perkembangan PDB menurut jenis penggunaan dalam waktu
10 tahun terakhir (dalam Rp triliun).
-
Tabel
diatas menjelaskan bahwa:
- Dalam
10 tahun terakhir ditinjau dari sisi penggunaan, kontributor terbesar terhadap
PDB Indonesia adalah Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal
Tetap Bruto yang tumbuh secara signifikan diikuti oleh Konsumsi
Pemerintah pada urutan ketiga. Sedangkan perdagangan internasional secara
netto yaitu Ekspor dikurangi Impor selama 10 tahun terakhir ini
kontribusinya terhadap PDB cukup kecil.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 28 October, 2017, 10:21
Sekretariat Negara Republik Indonesia
- Pembentukan Modal Tetap
Bruto meningkat cukup signifikan. Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) adalah pengeluaran untuk barang modal yang mempunyai umur pemakaian lebih
dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi. PMTB mencakup bangunan tempat
tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan lain seperti infrastruktur jalan,
pelabuhan dan bandara, serta mesin dan peralatan. Pengeluaran barang modal
untuk keperluan militer tidak dicakup dalam rincian ini tetapi digolongkan sebagai
konsumsi pemerintah. Tingginya laju peningkatan kontribusi PMTB menunjukkan
bahwa kontribusi investasi mulai mengejar secara perlahan kontribusi konsumsi
rumah tangga terhadap PDB.
- Besarnya
kontribusi Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto
serta Konsumsi Pemerintah dan kecilnya kontribusi netto perdagangan
internasional (Ekspor dikurangi Impor) menunjukan bahwa kekuatan perekonomian
Indonesia sesungguhnya terletak pada kekuatan pasar domestik dan kurang/tidak
tergantung pada pasar ekspor. Kondisi ini pula yang menyebabkan perekonomian
Indonesia relatif lebih tahan terhadap krisis yang terjadi pada tahun 2008 dan
juga terhadap potensi krisis yang mungkin akan terjadi pada akhir 2011 atau
awal 2012 di Zona Euro dan Amerika Serikat.
-
Tabel
berikut ini menunjukkan kontribusi (dalam %) dari setiap sisi penggunaan
terhadap PDB dalam 10 tahun terakhir.
a)Â Dari
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 28 October, 2017, 10:21
Sekretariat Negara Republik Indonesia
tabel ini terlihat dengan jelas kecenderungan semakin menurunnya kontribusi
Konsumsi Rumah Tangga dari 70,6% terhadap PDB pada tahun 2002 menjadi 56,7%
terhadap PDB pada tahun 2010. Dengan kecenderungan penurunan kontribusi
Konsumsi Rumah Tangga ini maka pernyataan para pengamat yang mengatakan
bahwa ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi pada dasarnya sudah tidak tepat.
b)Â Tabel
ini juga menunjukkan bahwa Pembentukan Modal Tetap Bruto secara konsisten
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu meningkat dari 20,2% dari PDB
pada tahun 2002 menjadi 32,2% dari PDB pada tahun 2010. Kecenderungan ini
menunjukkan perkembangan yang sangat positif karena pendapatan (termasuk saving) digunakan untuk investasi barang
modal yang pada gilirannya akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di masa
yang akan datang. Kita harus ingat bahwa tidak ada pertumbuhan tanpa
investasi.
c) Kontribusi perdagangan
internasional secara netto (Ekspor dikurangi Impor) cenderung mengalami
penurunan dari 8,5% dari PDB pada tahun 2001 menjadi 1,6% dari PDB pada tahun
2010. Meskipun nilai ekspor pada tahun 2010 mencapai Rp
1.580,0 trilyun (atau 24,6% dari PDB), namun nilai impor juga cukup besar
mencapai Rp. 1.475,8 trilyun (atau 23,0% dari PDB). Beberapa hal yang perlu
dicermati terkait ekspor dan impor ini antara lain:
- - Kecenderungan ini menunjukkan
adanya sisi positif dan sisi negatif. Sisi positifnya mengindikasikan bahwa PDB
Indonesia bertumpu pada kekuatan ekonomi domestik, namun sisi negatifnya
kalau kecenderungan penurunan kontribusi surplus perdagangan ini terus menurun
bahkan bisa sampai negatif atau mengakibatkan defisit neraca perdagangan, maka
hal ini perlu diwaspadai agar tidak terjadi banjir produk impor yang akan
merugikan produk domestik.
- - Namun berdasarkan pengalaman
selama ini ketika ekspor mengalami peningkatan maka impor juga mengalami
peningkatan sebaliknya ketika ekspor mengalami penurunan maka impor juga
mengalami penurunan, sehingga kecenderungan penurunan ini tidak perlu
terlalu dikhawatirkan karena untuk pembiayaan impor diperlukan devisa yang
antara lain diperoleh dari hasil ekspor. Untuk meningkatkan surplus neraca
perdagangan, maka perlu ditingkatkan kebijakan bauran pengurangan impor
(strategi subsitusi impor) dan peningkatan ekspor (strategi orientasi ekspor),
termasuk mengurangi dan mengganti ekspor komoditas/bahan mentah dengan ekspor
produk yang telah diolah, sehingga meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian
nasional. Â
- · Semakin mengecilnya netto
perdagangan luar negeri sejalan dengan peningkatan investasi (PMTB) pada
dasarnya bukanlah merupakan hal yang negatif karena investasi barang modal yang
kita lakukan sebagian memang memerlukan barang modal yang diimpor terutama
barang modal untuk industri manufaktur dan industri pengolahan.Â
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 28 October, 2017, 10:21
Sekretariat Negara Republik Indonesia
-
Mengantisipasi
potensi krisis yang mungkin kembali terjadi dan berdasarkan data perkembangan
perekonomian Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dapat disimpulkan
dan disarankan hal-hal sebagai berikut:
a)Â Kekuatan
perekonomian Indonesia pada dasarnya terletak pada kekuatan ekonomi domestik
sehingga lebih tahan terhadap krisis ekonomi global.
b)Â Pemerintah
selama 7 tahun terakhir sudah menjalankan kebijakan fiskal yang sangat disiplin
sehingga dari sisi fiskal perekonomian Indonesia memiliki tingkat kesehatan
yang cukup baik.
c)Â Bank
Indonesia agar terus meningkatkan pengawasan terhadap sektor perbankan kita
yang kinerjanya cukup baik agar sektor perbankan ini memiliki daya tahan yang
tangguh dalam menghadapi krisis.
d)Â BUMN dan usaha swasta
agar mempercepat penerapan International
Financial Reporting Standards (IFRS)
agar laporan keuangan perusahaan merefleksikan secara benar dan fair kondisi
bisnis yang dilakukan sehingga diharapkan dapat mencegah krisis keuangan yang
dipicu oleh usaha swasta sebagaimana terjadi atau dialami pada tahun 2008 di
Amerika Serikat.
e)Â Agar
perekonomian domestik mampu bertahan maka kita tetap perlu menjaga tingkat
inflasi dan mengendalikan gejolak nilai tukar. Di sektor riil ketahanan energi
dan ketahanan pangan perlu terus ditingkatkan. Upaya peningkatan ketahanan
energi dan pangan antara lain:
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 28 October, 2017, 10:21
Sekretariat Negara Republik Indonesia
- Peningkatkan ketahanan energi
antara lain penggunaan BBG dan LPG sebagai pengganti BBM bersubsidi untuk
sektor transportasi dan percepatan pembangunan PLTU 10 Ribu MW untuk mengurangi
penggunaan BBM Solar sebagai energi pembangkit.
- Peningkatan ketahanan pangan
antara lain melakukan kembali Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional
(GP2BN) yang cukup sukses pada masa kerja KIB I.
- f) Terus
melakukan perbaikan terhadap faktor yang menghambat investasi (de-bottlenecking) agar peluang yang
sangat besar dari kondisi perekonomian yang cukup kondusif saat ini mampu
meraih aliran modal masuk untuk diinvestasikan di sektor riil dalam negeri,
sehingga ketika krisis berakhir perekonomian kita dapat tumbuh dengan laju
pertumbuhan yang lebih tinggi.
Â
(Chairil
Abdini / Adyawarman)
Download : Analisis Kebijakan Ketahanan Ekonomi Indonesia.pdf
Â
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 28 October, 2017, 10:21
Download