BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Juni tahun 2014 hingga bulan Februari tahun 2015. Penelitian di lakukan di Laboratorium Kimia Dasar dan Analitik Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia. Untuk tahapan sekuensing dilakukan di 1st BASE inc. Singapura. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pipet mikro, tabung eppendorf, sentrifuge, set alat PCR, autoklaf, set alat elektroforesis, dan lampu UV. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam tahap lisis yaitu buffer lisis (500 mM Tris- HCl pH 8,5, 10 mM EDTA pH 8, dan 5% Tween – 20), enzim proteinase K 10mg/mL, dan ddH2O. Bahan-bahan yang digunakan dalam proses PCR adalah primer HV2R 20pmol/µL, primer HV2F 20pmol/µL, buffer PCR 10x (500 mM KCl, 100 mM Tris-HCl pH 9,0 pada suhu 25°C, 1% triton X-100, 15 mM MgCl2), enzim Taq DNA Polimerase 5unit/µL, dan campuran dNTP 10 mM. Bahan-bahan yang digunakan pada elektroforesis gel agarosa yaitu agarosa, buffer TAE 1x (Tris-asetat 0,05 M dan EDTA 0,001 M pH 8), larutan EtBr 10µg/mL, loading buffer (sukrosa 50%, EDTA 0,1 M pH 8, bromfenol biru 0,1% pH 8), dan marker pUC19/HinfI 60 µg/µL. 3.3 Metode Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan 6 tahap utama yang meliputi tahap pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtDNA, amplifikasi fragmen mtDNA pada daerah D-loop mtDNA manusia dengan teknik PCR, pendeteksian produk Idris Maliki, 2015 IDENTIFIKASI KANDIDAT MARKER GENETIK DAERAH HIPERVARIABEL II DNA MITOKONDRIA PADA EMPAT GENERASI DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS TIPE 2 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 18 PCR dengan elektroforesis gel agarosa, sekuensing urutan nukleotida daerah HV2 manusia dengan metode dideoksi sanger, dan analisis urutan nukleotida hasil sekuensing dengan menggunakan program SeqMan ver 4.00 DNASTAR. Secara keseluruhan penelitian dapat digambarkan seperti bagan alir pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian 3.3.1. Pengumpulan Sampel Sampel yang digunakan adalah akar rambut dari empat generasi dengan riwayat diabetes melitus tipe 2. Pengambilan sampel akar rambut dengan cara mencabut rambut sampai akarnya, sehingga didapatkan akar rambut yang selanjutnya digunakan pada tahap lisis dan ekstraksi mtDNA dari akar rambut tersebut. Idris Maliki, 2015 IDENTIFIKASI KANDIDAT MARKER GENETIK DAERAH HIPERVARIABEL II DNA MITOKONDRIA PADA EMPAT GENERASI DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS TIPE 2 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 19 3.3.2. Isolasi mtDNA Sampel akar rambut diisolasi secara enzimatik. Tahap awal sampel rambut sebanyak 5-7 helai dipotong ±1 cm dari bagian pangkal akarnya dan dimasukan ke dalam tabung eppendorf ukuran 1500µL yang telah disterilisasi menggunakan autoklaf. Kemudian ditambahkan ddH2O sebanyak 170µL. Selanjutnya ditambahkan 20 µL buffer lisis (500 mM Tris-HCl pH 8,5, 10 mM EDTA pH 8, dan 5% Tween-20), dan 10µL enzim proteinase K 10mg/mL hingga volume lisis tepat 200 µL. Kemudian tabung eppendorf yang berisis campuran reaksi dibungkus dengan parafilm dan diinkubasi selama 1 jam pada waterbath pada suhu ±55C°. Setelah itu dilakukan proses deaktifasi enzim proteinase K pada suhu ±95C° selama 10 menit. Kemudian campuran reaksi disentrifugasi selama 3 menit dengan kecepatan 14.000 rpm. Setelah proses sentrifugasi supernatan diambil sebanyak 150 µL untuk selanjutnya digunakan sebagai templat pada proses PCR. 3.3.3. Amplifikasi Fragmen mtDNA Manusia secara In Vitro dengan Teknik PCR Proses amplifikasi fragmen daerah HV2 mtDNA manusia dilakukan dengan menggunakan primer HV2R dan HV2F. Campuran reaksi PCR dimasukan kedalam tabung eppendorf 200µL, terdiri dari 5 µL templat mtDNA hasil lisis; 0,5 µL primer HV2F (20 pmol/µL); 0,5 µL primer HV2R (20 pmol/µL); 2,5 µL Buffer PCR 10x (500 mM KCl, 100 mM Tris-HCl pH 9,0 pada suhu 25°C, 1% triton X-100, 15 mM MgCl2); 0,2 µL enzim taq DNA polimerase (5 unit/µL); 0,5 µL campuran dNTP 10 mM; dan 15,8 µL ddH20 sehingga volumenya mencapai 25 µL. Urutan nukleotida, ukuran, posisi dan suhu penempelan primer HV2F dan HV2R ditunjukan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Urutan Nukleotida Primer HV2F dan HV2R Primer Urutan 5’ ke 3’ Posisi Ukuran Suhu Penempelan HV2F GGT CTA TCA CCC TAT TAA CCA C L 8-29 22 Nukleotida 52,2°C Idris Maliki, 2015 IDENTIFIKASI KANDIDAT MARKER GENETIK DAERAH HIPERVARIABEL II DNA MITOKONDRIA PADA EMPAT GENERASI DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS TIPE 2 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 20 CTG TTA AAA GTG CAT ACC GCC HV2R H 429 - 409 21 Nukleotida 54,4°C Proses PCR dilakukan dengan mesin GeneAmp® PCR System 2700 sebanyak 35 siklus. Tahap pertama dari proses PCR adalah tahap denaturasi awal yang dilakukan pada suhu 90°C selama 5 menit, kemudian dilanjutkan dengan siklus PCR yang terdiri dari 3 tahap yaitu tahap denaturasi yang dilakukan pada suhu 94°C selama 1 menit, tahap annealing yang dilakukan pada suhu 50°C selama 1 menit, dan tahap polimerisasi yang dilakukan pada suhu 72°C selama 4 menit. mtDNA hasil PCR kemudian disimpan pada suhu -20°C. 3.3.4. Analisis Hasil PCR dengan Elektroforesis Gel Agarosa Hasil amplifikasi mtDNA dari proses PCR yang telah dilakukan sebelumnya kemudian dianalisis dengan elektroforesis gel agarosa 1% (b/v) menggunakan set alat elektroforesis sederhana. Komposisi gel agarosa dibuat dengan melarutkan 0,4 gram agarosa dalam 15 mL buffer TAE 1x. Larutan tersebut kemudian dipanaskan hingga semua agarosa larut sempurna, lalu didinginkan hingga suhu larutan mencapai ±60°C. Pada masing-masing sumur gel dimasukan 5 µL loading buffer (sukrosa 50%; EDTA 0,1 M pH 8; bromfenol biru 0,1 pH 8). Proses elektroforesis dilakukan dalam buffer TAE 1 sebagai media penghantar arus pada tegangan 100 volt selama 45 menit. Marker yang digunakan adalah pUC19/HinfI. Setelah proses elektroforesis selesai, hasil elektroforesis divisualisasikan dengan sinar UV dan difoto dengan kamera digital. Penentuan konsentrasi mtDNA dapat dilakukan dengan cara membandingkan intensitas pita sampel terhadap pita-pita dari marker yang telah diketahui konsentrasinya. 3.3.5. Penentuan Urutan Nukleotida Daerah HV2 mtDNA Manusia dengan Sekuensing Metode Dideoksi Sanger Sekuensing DNA adalah tahapan terakhir dalam penentuan urutan nukleotida fragmen hasil amplifikasi dengan teknik PCR. Sekuensing dilakukan oleh 1st BASE inc. Singapore berdasarkan prinsip sekuensing metode Dideoksi Idris Maliki, 2015 IDENTIFIKASI KANDIDAT MARKER GENETIK DAERAH HIPERVARIABEL II DNA MITOKONDRIA PADA EMPAT GENERASI DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS TIPE 2 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 21 Sanger menggunakan Automatic DNA Sequencer dengan primer HV2F (5’GGTCTATCACCCTATTAACCAC-3’). 3.3.6. Analisis Urutan Nukleotida Daerah HV2 mtDNA Manusia Urutan nukleotida pada daerah HV2 mtNDA manusia hasil sekuensing dianalisis dengan menggunakan SeqMan™ versi 4.00 DNASTAR. Proses analisisnya dilakukan dengan cara memasukan urutan nukleotida sampel dan urutan DNA standar. Dalam elektroforegram, setiap jenis basa nukleotida menunjukan warna dan tinggi puncak yang berbeda. Basa adenin (A) berwarna hijau, basa guanin (G) berwarna hitam, basa sitosin (C) berwarna biru, dan basa timin (T) berwarna merah. Urutan DNA standar yang digunakan adalah urutan dari revised Cambridge Reference Sequence (rCRS) yang telah direvisi (Andrew et al., 1999) program akan secara otomatis menandai basa pada posisi tertentu yang memiliki basa berbeda dengan basa pada standar rCRS. Setelah dibandingkan dengan urutan standar, urutan nukleotida sampel kemudian dibandingkan dengan data sekunder. Idris Maliki, 2015 IDENTIFIKASI KANDIDAT MARKER GENETIK DAERAH HIPERVARIABEL II DNA MITOKONDRIA PADA EMPAT GENERASI DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS TIPE 2 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu