BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi di era globalisasi semakin meningkat seiring perkembangan jumlah penduduk dan industri. Namun, kebutuhan tersebut semakin lama menuntut negara memberikan pasokan energi yang lebih banyak daripada tahun sebelumnya. Di sisi lain, berdasarkan data dari BP (British Petroleum) pada tahun 2014 menunjukkan bahwa cadangan bahan bakar fosil akan habis 10 tahun lagi. Kondisi ini menuntut Indonesia membangun pembangkit listrik secara masif untuk memenuhi pasokan listrik di dalam negeri dikarenakan oleh tuntutan tenaga listrik yang dibutuhkan meningkat sekitar 19% per tahun seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2. Sedangkan di sisi lain kondisi meningkatnya CO2 tiap tahunnya rata-rata sebesar 8% seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3. Gambar 1.1 Jumlah kebutuhan energi dari berbagai jenis sumbernya (Sumber: BPPT – Outlook Energi Indonesia, 2014) 1 Gambar 1.2 Jumlah energi yang dikonsumsi oleh berbagai sektor (Sumber: BPPT – Outlook Energi Indonesia, 2014) Gambar 1.3 Data emisi tahunan terdiri atas CO2, N20, CH4, CFC-12, CFC-11, HCFC-22, HFC-134a (Etheridge et al 1998) dimodifikasi sesuai kalibrasi NOAA Earth System Research Laboratory (Dlugokencky et al, 2005) Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia faktanya tidak diimbangi dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik. Masih ada daerah di Indonesia yang belum mendapatkan hak pasokan energi listriknya. Padahal Indonesia 2 merupakan negara yang memiliki cadangan geothermal terbesar di dunia (International Geothermal Association). Menteri Energi dan Sumber Daya Alam dan Manusia mengatakan bahwa. “Presiden Jokowi menargetkan pembangunan PLTP 35.000 MW di Indonesia”. Target ini perlu dicapai karena Indonesia memiliki masa depan yang baik dengan potensi panas bumi yang melimpah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.4. Gambar 1.4 Ditribusi proyek geothermal (World Bank, 2013) Banyak investor dalam negeri dan luar negeri yang melakukan investasi ke ranah panas bumi saat ini di Indonesia. Melihat potensi ini, pengembangan teknologi maupun metode optimasi suatu sistem dalam energi terbarukan khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi sangat diperlukan. Pada tahun 2012, potensi di Indonesia sebesar 28.835 MW, sedangkan yang baru digunakan hanya sekitar 1401 MWe (www.psdg.bgl.esdm.go.id) mengingat Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 40% dari seluruh dunia. 3 Gambar 1.5 Grafik potensi panas bumi di Indonesia (Badan Geologi, 2012) Untuk mencapai target pemanfaatan energi panas bumi yang optimal diperlukan analisis kesetimbangan energi untuk mengoptimalkan panas bumi yang akan dikonversi menjadi energi listrik maupun secara direct use. Analisis kesetimbangan energi dan exergy telah digunakan oleh para peneliti dan praktisi lapangan sebagai cara yang baik dalam mengidentifikasi dan mengetahui proses penurunan transfer energi dikarenakan oleh jumlah energi yang terkonversi menjadi bentuk lain (losses). Metode ini juga dapat digunakan dalam pembuktian studi kasus dari beberapa metode perhitungan efisiensi pada suatu sistem. 1.2 Rumusan Masalah PLTP Kamojang unit IV menghasilkan sebesar 65 MW. Tetapi yang diperoleh kurang dari 65 MW. Apakah yang menyebabkan hilangnya energi tersebut? Dengan menggunakan analisis kesetimbangan energi dan exergy kita dapat mengetahui tipe, lokasi, dan jumlah energi yang hilang. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis ini terhadap masing-masing sistem pada unit pembangkit. Dimulai dari scrubber, turbin uap, hot well pump, auxiliary cooling water pump, cooling tower, dan ejektor. Dengan menggunakan analisis 4 kesetimbangan energi dan exergy di tiap komponen bisa kita peroleh jumlah efisiensi dan jumlah energi yang hilang akibat proses tersebut. Setelah dianalisis, jumlah energi yang hilang bisa dilakukan optimalisasi pada suatu sistem terkait agar dapat ditingkatkan efisiensinya sehingga jumlah energi yang terbuang bisa diminimalisir sesuai kebutuhan yang diperlukan. 1.3 Batasan Masalah Studi kasus ini terbatas pada analisis sistem sebagai berikut : 1. Analisis berdasarkan kondisi aktual dengan mengasumsikan kondisi dan parameter yang diperlukan 2. Fluida yang mengalir dari sumur produksi diasumsikan properti air 3. Sistem disederhanakan menjadi control volume dan aliran diasumsikan steady state, dan proses berlangsung secara reversible 4. Kinetik exergy, potensial exergy dan chemical exergy diabaikan 5. Analisis terbatas pada nilai exergy dari suatu proses, exergy yang hilang dan second law efficiency. 6. Dengan asumsi saat beberapa komponen sedang tidak aktif disesuaikan kondisi saat pengukuran yaitu pada saat kondisi tidak ada masalah seperti blow out, kebakaran, kerusakan komponen dan pembersihan turbin uap 1.4 Tujuan Tujuan studi kasus ini adalah menganalisis kesetimbangan energi dan exergy pada suatu sistem. 1.5 Manfaat Dengan mengetahui kesetimbangan exergy kita bisa mengetahui bahwa seberapa besar nilai dan kualitas energi pada suatu sistem sekaligus mendata nilai exergy destroyed supaya dapat ditentukan solusi untuk mengurangi atau memanfaatkan energi yang hilang tersebut sekaligus dapat meningkatkan efisiensi sistem sehingga diperoleh daya pembangkit yang mendekati kapasitas total produksi pembangkit. 5