instan m melitus utama k dengan rendah. degener salah sa data dar

advertisement
UBI JALA
AR SEBAGA
AI ALTER
RNATIF
PIILIHAN MA
AKANAN
BAGI PENDERIT
P
TA DIABET
TES
Oleh : Inndah Kusum
maningrum,, STP
Dengan sem
makin meniingkatnya gaya
g
hidup moderen
m
dimana semu
ua serba praaktis dan
m
Penyakit-penyakkit degeneraatif seperti kardiovask
kular, hiperrtensi, dan diabetes
instan maka
melitus (DM) sem
makin meningkat. Pennyakit-penyyakit degenneratif merrupakan peenyebab
utama kematian
k
dii negara maaju dan berrkembang. Penyakit-peenyakit terssebut sangaat terkait
dengan pola perilaaku, termasuk pola maakan yang ttidak seimbbang serta aktivitas
a
fissik yang
rendah. Kegemukkan atau obbesitas dapaat meningkaatkan resikoo menderitaa Penyakit-ppenyakit
degenerratif tersebuut dibandinggkan orang yang
y
berat tubuhnya
t
noormal.
Penyakit deegeneratif yang
y
prevallensinya ceenderung meningkat
m
daari tahun ke tahun,
salah saatunya ialah
h diabetes mellitus
m
(DM
M) atau biasa disebut diabetes.
d
Beerdasarkan Analisis
data darri Poliklinik
k Diabetes di seluruh Indonesia
I
m
memperkiraakan jumlahh penderita diabetes
di Indonesia pada tahun 19944 sebesar 2,,5 juta jiwaa dan mengalami penin
ngkatan padda tahun
2000 m
menjadi 4 jutta jiwa. Diaabetes adalaah penyakit kronik yan
ng timbul kaarena terlaluu banyak
glukosaa yang terkkandung dallam darah. Hal ini diisebabkan oleh
o
gangguuan sekresii insulin
sehinggga kadar inssulin rendahh, aktivitas metabolik insulin yanng rendah, atau
a
keduannya. DM
juga m
merupakan sekelompok
s
k gangguan metabolik dengan su
uatu manifeestasi umum
m, yaitu
hipergliikemia (kad
dar glukosa darah tingggi). Menurutt penelitian yang dilakuukan oleh Willett
W
et
al., 2002 menunjukkan bahwa asupan karbohidrat dengan IG tinggi menghasilkan insulin
resisten yang lebih tinggi dibandingkan dengan asupan dengan IG rendah. Oleh karena itu,
penderita diabetes dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah
sehingga membantu mengontrol kadar gula darah dalam tubuhnya.
Indeks Glikemik dapat didefinisikan sebagai rasio antara luas kurva respon glukosa
makanan yang mengandung karbohidrat total setara 50 gram gula terhadap luas kurva respon
glukosa setelah makan 50 gram glukosa, pada hari yang berbeda dan pada orang yang sama.
Kedua tes tersebut dilakukan pada pagi hari setelah puasa 10 jam dan penentuan kadar gula
ditentukan selama dua jam.
Indeks glikemik (IG) pangan merupakan tingkatan pangan menurut efeknya
(immediate effect) terhadap kadar gula darah. Pangan yang apabila sehabis dikonsumsi
menaikkan gula darah dengan cepat, memiliki indeks glikemik tinggi, sebaliknya yang
menaikkan gula darah dengan lambat, memiliki indeks glikemik rendah. Konsep Indeks
glikemik ditujukan khususnya untuk bahan pangan berkarbohidrat.
Dengan mengetahui IG pangan, penderita DM dan obesitas secara mandiri dengan
mudah dapat memilih makanan yang dapat mengenyangkan namun tidak cepat menaikkan
kadar glukosa darah, selain itu penderita DM dapat memilih makanan yang tidak menaikkan
kadar gula darah secara drastis sehingga kadar gula darah dapat dikontrol pada tingkat yang
aman. Menurut Rimbawan dan Siagian (2004), Makanan yang memiliki IG rendah dapat
membantu orang untuk mengendalikan rasa lapar, selera makan dan kadar gula darah.
Berbagai faktor dapat Memilih makanan dengan IG rendah, secara tidak langsung berarti
mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam. Oleh karena itu, pengaturan diet dan
pemilihan makanan dengan konsep IG juga mendukung upaya penganekaragaman makanan.
Ubi jalar merupakan salah satu bahan pangan yang berpotensi sebagai pangan
fungsional hal ini dikarenakan ubi jalar mengandung energi paling tinggi (194 MJ/ha/hari)
jika dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Keunggulan ubi jalar dibandingkan
tanaman yang lain ubi jalar merupakan sumber gizi yang baik (vitamin A, vitamin C, kalium,
besi dan fosfor), umur panen relatif pendek (3-4 bulan), dan produksi tinggi (10-30 ton/ha),
sehingga berpotensi dikembangkan untuk diversifikasi pangan. Selain itu, ubi jalar
merupakan sumber karbohidrat dengan IG rendah (Brand et al., 1985), sehingga banyak
digunakan sebagai alternatif diet bagi penderita obesitas dan DM. Keberadaan ubi jalar telah
dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, bahkan di beberapa daerah ubi jalar sudah dijadikan
makanan pokok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astawan dan Widowati (2006)
menunjukkan bahwa ubi jalar klon BB00105.10 memberikan aktivitas hipoglikemik terbaik
dibandingkan tujuh varietas/klon ubi jalar lainnya (Sukuh, Jago, Sari, Ungu, Kidal,
BB00106.18 dan B0464). Hal ini dapat dilihat dari respon glikemik tersebut didukung oleh
pati resisten (3,8%) dan protein (5,47%) yang cukup tinggi, daya cerna pati rendah (51,4%),
serta kadar amilosa sedang (24,94%). Oleh karena itu, ubi jalar klon BB 00105.10 dapat
digunakan sebagai alternatif diet bagi penderita DM atau obesitas.
Download