sistem pakar identifikasi nama dan jenis batu

advertisement
SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU
Naskah Publikasi
diajukan oleh
MURSETO
05.11.0840
kepada
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM
YOGYAKARTA
2009
1
NASKAH PUBLIKASI
SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU
disusun oleh
Murseto
05.11.0840
Dosen Pembimbing
Krisnawati, S.Si, MT
NIK. 190302038
Tanggal, 18 Januari 2010
Ketua Jurusan
Teknik Informatika
Ir. Abas Ali Pangera, M. Kom.
NIK. 190302010
2
EXPERT SYSTEM FOR IDENTIFICATION OF NAME AND TYPE STONE
SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU
Murseto
Jurusan Teknik Informatika
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ABSTRACT
Use of information systems with artificial intelligence, systems design and
the program can substitute for human vital role in finding solutions, providing
decision, clarifying, predicting, and other things that are identical with human
intelligence, the existence of Petrology experts, not necessarily the one found
directly to prolong the consultation time to learn the results of the research will
be undertaken, with the expert system that can help shorten the time to find out the
result sought by the expert system of rocks.
Expert System Application petrology is a software that will be used to
diagnose various types of rocks, based on inputs provided by the user. From these
inputs the system will make decisions by using rules that have been established.
This software is developed by using Vb.Net programming language and MySQL
database 5. Input user is given a choice of features that have been provided by the
system. Output obtained by the user are the conclusions / results are taken based
on the choice of symptoms which is input by the user.
In this thesis, try to analyze the main points of discussion and the results
are intended to provide a conclusion / outcome of these expert systems. In
addition, also to develop a data base and type of rock batyuan to leverage data
already stored in a database in order to provide better value for users.
Keyword: information System, petrology, input user, output
3
1. Pendahuluan
Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, terutama dalam bidang Artificial
Intelegence (AI) yang kini telah melahirkan bidang diantaranya dikenal dengan sebutan
Expert System atau Sistem Pakar. Dengan ditemukannya bidang tersebut maka dapat
menjadi sebuah tolak ukur bahwa peranan komputer dapat menggantikan posisi ahli
dalam
suatu
bidang
dengan
memanfaatkan
pengetahuan
ahli
tersebut
untuk
menyelesaikan masalah dalam ruang lingkup yang telah ditentukan.
Sistem berbasisi komputer dengan “Artificial Intelegence” (AI) sangat diperlukan
dalam kehidupan manusia, yang mana mempunyai tujuan untuk mengadopsi
kemampuan yang mirip dengan manusia dalam bernalar atau berfikir. Penggunaan
sistem informasi dengan kecerdasan buatan, mesin atau sistem di desain dan di program
untuk dapat menggantikan peran vital manusia dalam mencari solusi, memberikan
keputusan, mengklarifikasi, memprediksi, dan hal- hal lainnya yang identik dengan
kecerdasan manusia. Dengan demikian dapat
memberikan kemudahan dalam
penyelesaian pekerjaan atau masalah, karena dalam beberapa aspek peran manusia
dapat digantikan oleh komputer. Tujuannya adalah agar kualitas kehidupan manusia
dapat semakin ditingkatkan karena pekerjaan-pekerjaan yang tidak efisien, memakan
waktu, melelahkan, atau berbahaya dapat dialihkan untuk dikerjaan oleh mesin.
2. Landasan Teori
2.1 Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan merupakan bagian dari ilmu komputer yang digunakan untuk
menciptakan perangkat lunak dan perangkat keras dengan tujuan untuk menghasilkan
sesuatu seperti yang dihasilkan oleh manusia (Turban dan Frenzel, 1992,p3). Definisidefinisi tentang kecerdasan buatan antara lain :
a. Luger dan Stubblefield
Kecerdasan buatan adalah cabang dari ilmu komputer yang berkaitan dengan
perilaku dari kecerdasan.
b. Rich dan Knight
Kecerdasan buatan adalah salah satu bagian dari ilmu komputer yang membuat
komputer dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan
manusia.
4
c.
Ensiklopedia Britannica
Kecerdasan buatan sebagai cabang dari ilmu komputer yang dalam representasi
pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk simbol-simbol dari pada
bilangan, dan memproses informasi berdasarkan metode heuristik atau dengan
berdasarkankan sejumlah aturan.
2.2 System Pakar
Sistem pakar menurut Turban dan Frenzel (1992, p24) adalah suatu sistem yang
diusahakan agar dapat mengadopsi pengetahuan manusia ke dalam komputer, agar
komputer tersebut dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukakan oleh
para pakar.
Sistem pakar yang baik dirancang untuk dapat menyelesaikan suatu
permaslahan tertentu dengan meniru prinsip kerja dari para pakar. Dengan sistem ini,
user akan mampu menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya hanya
dapat diselesaikan dengan bantuan para pakar. Bagi para pakar sendiri, sistem ini juga
akan membantu aktivitasnya sebagai seorang asisten yang sangat berpengalaman.
Beberapa definisi tentang sistem pakar, antara lain :
a. Menurut Giarratano dan Riley (1998,p2)
Sistem pakar adalah suatu sistem komputer yang bisa menyamai atau meniru
kemampuan dari seorang pakar.
b. Jackson (1992,p2)
Sistem pakar adalah program komputer yang mewakili dan menelusuri
pengetahuan dari beberapa subyek spesial untuk memecahkan masalah atau
memberi nasihat.
c.
Rich and Knight (1991, p574)
Sistem pakar adalah suatu sistem yang memiliki tujuan untuk menyelesaikan masalah
yang biasa dilakukan oleh seorang pakar.
2.3 Batuan
Batuan merupakan bentukan alam yang terpadu, disususn oleh dua macam mineral
atau lebih, tidak termasuk tanah. Batuan bisa mengandung satu atau lebih beberapa
mineral. Sebagai contoh ada yang disebut sebagai monomineral rocks (batuan yang
hanya mengandung satu jenis mineral), misalnya marmer, yang hanya mengandung
kalsit dalam bentuk granular, kuarsit, yang hanya mengandung mineral kuarsa. Di
samping itu di alam ini paling banyak dijumpai batuan yang disebut polymineral rocks
(batuan yang mengandung lebih dari satu jenis mineral), seperti granit atau monzonit
kuarsa yang mengandung mineral kuarsa, fiedspar, dan biotit.
5
2.3.1
Mineral Penyusun Batuan
Mineral utama merupakan mineral primer yang sangat berpengaruh di dalam
penentuan penamaan batuan. Berdasarkan pengelompokan yang dibuat oleh Bowen,
susunan kristalisi mineral utama disajikan dalam bentuk deret reaksi Bowen,
pembentukannya dimulai dari mineral olivine, piroksen, amfibol, biotit, ortoklas,
muskovit, kuarsa.
Mineral sekunder merupakan mineral-mineral yang dibentuk kemudian setelah
mineral utama seperti mineral klorit. Mineral aksesori merupakan mineral tambahan
yang didapatkan semua batuan, contoh mineral magnetit (Fe 2O4), zircon (ZrSiO4).
Klasifikasi mineral berdasarkan kekerasnnya disebut mineral skala Mohs.
2.3.2
Pengelompokan Jenis Batuan
Pengelompokan batuan di bumi terdiri tiga macam batuan, yakni : Batuan
Endapan (sedimen), Batuan Beku, Batuan Malihan (metamorf).
a. Batuan Sedimen, dibentuk oleh butir-butir batuan lain yang lapuk karena erosi
atau kikisan. Ukuran butir dipengaruhi jarak dan alur lintasan angin atau air yang
membawanya. Batuan ini berlapis dan umumnya mengandung fosil. Batuan
sedimen yang paling penting di indonesia berumur tersier dikarenakan minyak
bumi terdapat pada batuan tersebut. Batuan endapan diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu : Endpan Klastika, Endapan Kimia, Endapan Biogenesis. Contoh
batuan sedimen : Batu lanau, Batu pasir, Breksi, Batu Ttravertin, Batuan
karbonat, Dolostone.
b. Batuan Beku, terbentuk karena pembekuan magma baik di dalam maupun di
permukaan bumi. Pembekuannya lambat sehingga menghasilkan bentuk yang
kasar pada kristal mineralnya, contoh batuan beku dasit.
c.
Batuan Malihan (metamorf), terbentuk dari batuan lain yang berubah karena
pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi. Tekanan tinggi menimbulkan
terjadinya mineral pipih yang tegak lurus dengan arah tekanan. Temperatur
menyebabkan terjadinya bentuk mineral yang berukuran snagat halus. Batuan
malihan juga dapat terbentuk oleh lingkungan kimiawi, contoh batu sabak.
6
3. Analisis (Proses Penelitian)
3.1 Analsis Sistem Pakar
Dalam mengembangkan sistem pakar ini diperlukan pengetahuan dan informasi yang
diperoleh dari beberapa sumber, yaitu dari para pakar, serta buku tentang geologi yang
berhubungan dengan batu yang ada. Seorang pakar adalah seseorang yang ahli dalam
bidang tertentu dan mempunyai pengetahuan atau keahlian khusus yang tidak dikuasai
dan dimiliki oleh kebanyakan orang lain sehingga dapat memecahkan permasalahan
yang tidak dapat oleh kebanyakan orang atau dapat memcahkan masalah dengan cara
yang lebih efisien (Giarratano dan Riley, 1998, p2). Oleh karena itu ruang lingkup
pembahasan identifikasi nama batu tidak akan menyimpang dari pengetahuan dari para
pakar.
Dalam mengidentifikasi nama batuan, seorang ahli geologi (seorang pakar) harus
memahami dengan baik bentuk dan ciri-ciri batuan tersebut, sehingga dapat
menyimpulkan suatu kesimpulan yang akurat serta dapat menentukan nama dan
kelompok batu tersebut. Tidak semua jenis batu dapat diketahui nama dan kelompoknya
oleh sistem pakar, oleh karena itu sistem pakar ini digunakan sebagai alat bantu dalam
mengidentifikasi nama dan kelompok jenis batu.
3.2 Analisis Batuan
Atas dasar cara terbentuknya, batuan dibedakan menjadi tiga kelompok, yang
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Karakteristik Batuan Beku
1) Sifat Fisik
Pengamatan fisik yang perlu diamati adalah warnanya saja. Warna dapat
mencerminkan proposisi kehadiran mineral terang (felsik) terhadap mineral
berwarna gelap (mafik). Dari pengamatan warna ini, dapat memberikan
penafsiran kepada tipe batuan asam, menengah, basa dan untrabasa.
2) Tekstur
Pengamatan tekstur meliputi, tingkat kristalisasi, keseragaman kristal dan
ukuran kristal yang masing-masing dpat dibedakan menjadi beberapa macam.
a) Tingkat Kristalisasi
 Holokristalin, seluruhnya terdiri atas kristalin
 Holohyalin, seluruhnya terdiri atas gelas
 Hypohyalin, sebagian kristal dn sebagian gelas
7
b) Keseragaman Kristal
 Equigranular, mempunyai ukuran kristal yang relatif seragam.
Sering dipisahkan menjadi idiomorfik granular (kristal berbentuk
euhedral), hypidiomorfik granular (kristal berbentuk subhedral) dan
allotriomorfik granular (kristal berbentuk anhedral).
 Inequigranular (porfiritik), mempunyai ukuran kristal yang tidak
seragam. Kristal yang relatif besar disebut sebagai fenokris (kristal
sulung), yang terbentuk lebih awal. Sedangkan kristal yang lebih
halus disebut sebagai massa dasar.
 Afanitik, jika batuan kristalin mempunyai ukuran kristal yang sangat
halus dan jenis mineralnya tidak dapat dibedakan dengan kaca
pembesar.
3) Komposisi
Mineral pada batuan beku dapat dikelompokkan menjadi mineral utama dan
mineral asesori. Mineral utama merupakan mineral yang dipakai untuk
menentukan nama batuan berdasarkan komposisi mineralogi, karena
kehadirannya pada batuan melimpah. Contoh : ortoklas, plagioklas, kuarsa,
piroksen dan olivin.
Mineral asesori adalah mineral yang keberadaanya pada batuan tidak
melimpah, namun sangat penting dalam penamaan batuan, misalnya biotit
atau homblende pada granit biotit atau granit hornblende. Mineral yang sangat
halus, misalnya pada batuan yang bertekstur afanitik, cukup disebutkan
kelompok mineralnya saja, misalnya mineral felsik, intermediate atau mineral
mafik. Contoh: riolit tersususn oleh mineral felsik.
4) Struktur
Struktur pada batuan beku adalah kenampakan hubungan antara bagianbagian batuan yang berbeda. Struktur ini sangat penting di dalam menduga
karakteriostik keteknikan, misalnya pada batuan beku yang berstruktur kekar
tiang (columnar joint) akan mempunyai karakteristik keteknikan yang berbeda
dengan batuan beku yang berstruktur kekar lembaran (sheeting joint). Kedua
struktur ini hanya dapat diamati di lapangan.
Macam- macam struktur yang sering dijumpai pada batuan beku adalah:
 Masif : bila batuan pejal tanpa retakan atau lubang gas
 Teretakkan : bila batuan mempunyai retakan (kekar tiang atau
kekar lembaran)
 Versikuler : bila terdapat lubang gas. Skoriaan, jika lubang gas
tidak saling berhubungan; Pumisan, jika lubang gas saling
8
berhubungan; Aliran, jika ada kenampakan aliran pada orientasi
lubang gas
 Amigdaloidal : bila lubang gas terisi oleh mineral sekunder
b. Karakteristik Batuan Sedimen
1) Sifat Fisik
Pengamatan fisik meliputi pengamatan warna dan derajat kompaksi. Warna
batuan sedimen dapat mencerminkan komposisi dominan atau jenis semen
penyusunnya, misalnya batuan sedimen yang berukuran pasir berwarna
kuning atau kemerahan dapat diduga bahwa batuan tersebut disemen oleh
material yang tersusun oleh oksida besi.
2) Tekstur
Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang berhubungan
dengan butiran penyusunnya, seperti ukuran butir, bentuk butir, hubungan
antar butir (kemas). Secara umum tekstur batuan sedimen dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu klastik dan non klastik.
Pada tekstur klastik, yang diamati meliputi:

Ukuran butir yang dapat dipisahkan berdasarkan skala Wentworth,
seperti bongkah (>256 mm), berangkal (64 . 256 mm), kerakal (4 .64
mm), kerikil (2 . 4 mm), pasir (0,063 .2 mm), lanau (0,004 .0,063 mm)
dan lempung (<0,004 mm)

Sortasi (pemilahan) dapat berupa sortasi baik, jika besar butiran
penyusunnya relatif sama dan sortasi buruk, jika besar butiran
penyusunnya tidak sama.

Bentuk butiran dibedakan atas bentuk menyudut (angular) dan
membundar
(rounded)
serta
menyudut/membulat
tanggung
(subangular atau subrounded)

Kemas dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kemas terbuka (matrix
supported), jika butiran yang berukuran besar (fragmen)tidak saling
bersentuhan atau mengambang dalam matrix. Kemas tertutup (class
supported) jika butiran penyusunnya saling bersentuhan satu sama
lain.
Pada batuan sedimen yang berukuran >2 mm, masih dapat dideskripsi lebih
detail mengenai fragmen (butiran yang lebih besar dari ukuran pasir). Matrix
(butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan diendapkan bersamasama fragmen), semen (material halus yang menjadi pengikat antara matrik
dan fragmen) semen dapat berupa silika, karbonat, sulfat, atau oksida besi.
9
Pada
batuan
yang
bertekstur
non-klastik
umumnya
memperlihatkan
kenampakan mozaik dari kristal penyusunnya. Kristal penyusun biasanya
terdiri dari satu macam mineral ( monomineralik), seperti gipsum, kalsit, dan
anhidrit.
Macam-macam tekstur non-klastik adalah :

Amorf : berukuran lempung/koloid

Oolitik : kristal berbentuk bulat yang berkumpul, ukurannya 0,25 .2
mm

Pisolitik : sama seperti oolitik, ukuran butir kristalnya > 2mm
3) Komposisi
Pengamatan kompisisi pada batuan sedimen lebih kompleks daripada pada
batuan beku, karena batuan sedimen dapat tersusun oleh fragmen batuan
maupun mineral. Namun pada pengamatan komposisi yang ditekankan cukup
pada pengamatan komposisi fragmen dan semen. Fragmen dapat berupa
butiran mineral yang berukuran lebih dari 2 mm maupun batuan lain (beku,
sedimen, metamorf).
Semen biasanya tersusun oleh mineral-mineral berukuran halus, seperti
lempung, gipsum, karbonat, oksida besi dan/ atau silika. Jenis semen ini akan
berpengaruh terhadap karakterikstik keteknikan dari batuan sedimen. Batuan
yang tersemen silika akan mempunyai karakteristik keteknikan yang lebih baik
daripada batuan yang tersemen karbonat. Jenis semen ini bisa diperkirakan
dengan menggunakan alat bantu, misalnya HCI untuk menentukan hadirnya
material karbonat. Semen gipsum biasanya mempunyai warna hampir sama
dengan karbonat, hanya tidak bereaksi dengan HCI. Semen oksida besi
biasanya berwarna kuning atau merah. Sedangkan semen silika biasanya
sangat keras.
4) Struktur
Struktur pada batuan sedimen sangat penting baik untuk geologi maupun
geologi teknik. Pada analisis geologi struktur ini dapat digunakan untuk
menganalisis kondisi tektonik dari daerah dimana batuan sedimen tersebut
dijumpai.
Di samping itu pada bidang batas struktur sedimen secara
keteknikan merupakan bidang lemah. Macam struktur sedimen yang dapat
dijumpai, misalnya:

Perlapisan atau laminasi sejajar, bentuk lapisan yang pada awalnya
terbentuk secara horizontal. Posisi lapisan ini dapat berubah jika
terkena proses tektonik, misalnya perlapisan miring atau terkena
patahan.
10

Perlapisan silang-siur, perlapisan batuan saling potong-memotong.

Perlapisan
bergradasi
(graded
bedding),
yang
dicirikan
oleh
perubahan ukuran butiran pada satu bidang perlapisan. Masif, apabila
tidak dijumpai lapisan atau laminasi.
c.
Karakteristik Batuan Metamorf
1) Sifat Fisik
Pengamatan fisik pada batuan metamorf meliputi pengamatan warna batuan.
Warna batuan dapat mencerminkan ukuran butiran. Warna yang gelap
cenderung mempunyai ukuran yang halus yang tesusun oleh mineral-mineral
mika yang berukuran halus. Warna yang terang biasanya tersusun oeh kuarsa
atau karbonat.
2) Tekstur
Pengamatan tekstur pada batuan metamorf relatif hampir sama dengan pada
batuan beku, karena sama-sama terdiri atas kristal. Macam-macam
pengamatan tekstur pada batuan metamorf adalah sebagai berikut :

Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal: idioblast (jika mineral
penyusunnya dominan berbentuk euhedra), hypidioblast (jika mineral
penyusunnya berbentuk anhedra).

Berdasarkan bentuk mineral, tekstur batuan metamorf dapat dibagi
menjadi : lepidoblastik (terdiri dari mineral berbentuk tabular seperti
mika), nematoblastik ( terdiri dari mineral berbentuk prismatik, seperti
hornblende/amfibol), granoblastik (terdiri dari mineral yang berbentuk
granular, anhedra, dengan batas-batas suture), dan porfiroblastik
(terdiri dari mineral-mineral yang berukuran tidak seragam, beberapa
mineral ditemukan berukuran lebih besar daripada yang lain)
3) Komposisi
Komposisi mineral pada batuan metamorf hampir sama dengan pada batuan
beku atau sedimen non-klatik. Perbedaanya jenis mineralnya lebih kompleks
karena merupakan hasil rekristalisasi dari mineral-mineral pada batuan
asalnya. Komposisi mineral pada batuan metamorf berfoliasi biasanya
polimineralik, sedangkan pada non-foliasi monomineralik, kecuali hornfels.
4) Struktur
Struktur pada batuan metamorf lebih penting daripada tekstur, karena
merupakan dasar dari penamaan batuan metamorf. Struktur ini dapat dibagi
menjadi dua, yaitu struktur foliasi dan struktur non-foliasi.
11

Struktur foliasi adalah struktur paralel yang disebabkan oleh adanya
penjajaran mineral-mineral penyusunnya. Umumnya tersusun oleh
mineral-mineral pipih dan/atau prismatik, seperti mika, hornblende
atau piroksen. Struktur foliasi dapat dibedakan menjadi Slaty
cleavage (adanya bidang-bidang belah yang sangat rapat, teratur
dan sejajar; batuannya disebut slate/batu sabak), Phyllitic (hampir
sama dengan slaty cleavage, tetapi tingkatannya lebih tinggi daripada
batu sabak, sudah terlihat adanya pemisahan mineral pipih dan
mineral granular; batuannya disebut filit), Schistosic (adanya
penjajaran mineral-mineral pipih yang menerus dan tidak terputus
oleh mineral granular; batuannya disebut sekis), dan Gneissic
(adanya penjajaran mineral-mineral granular
yang berselingan
dengan mineral-mineral prismatik, mineral pipih memiliki orientasi
tidak menerus; batuannya disebut gneis).
Struktur non-foliasi dicirikan oleh tidak adanya penjajaran mineral pipih atau prismatik.
Struktur ini terdiri atas Hornfelsic (dibentuk oleh metamorfosa termal, dimana butiran
mieralnya berukuran relatif seragam; batuannya disebut hornfels [tersusun oleh
polimineralik], kuarsit [tersusun dominan oleh kuarsa], dan marmer [tersusun oleh kalsit]
), Cataclastic (terbentuk karena metamorfosa kataklastik, misalnya akibat patahan;
nama batuannya adalah kataklasit), Mylonitic (mirip dengan kataklastik, tetapi mineral
penyusunnya berukuran halus dan dapat dibelah seperti skis; nama batuannya disebut
milonit), dan Pyllonitic (struktur ini mirip dengan
milonitik, tetapi sudah mengalami
rekristalisasi sehingga menunjukkan kilap sutera; nama batuannya gllonit).
3.3 Representasi Pengetahuan
Untuk membantu pengembangkan prototipe sistem pakar ini, maka pengetahuan
yang diperoleh dalam bentuk label keputusan selanjutnya direpresentasikan menjadi
bentuk diagram pohon keputusan. Proses representasi pengetahuan dari bentuk tabel
keputusan menjadi diagram pohon keputusan dilakukan dengan bantuan pakar. Hal ini
dilakukan agar pohon keputusan yang dibentuk sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh ahli geologi. Ciri-ciri yang terdapat dalam tabel tidak semuanya digunakan dalam
pohon keputusan, hanya ciri-ciri yang membedakan saja yang digunakan. Dengan
adanya diagram pohon keputusan tersebut maka kita dapat menggunakannya dalam
membentuk aturan-aturan dalam tahapan perancangan prototipe sistem pakar.
12
Abu-abu
X
X
2
Hitam-kehitaman
X
X
3
Hijau-kehijauan
4
Putih
X
X
5
Pink
X
X
6
Orange
X
7
Transparan
8
Cokelat
9
Berbutir halus
X
10
Porifiritik
X
11
Vesikuler
X
12
Aphanitic
X
13
Porphyritic
X
14
Phaneritic
X
15
Granitic
X
16
Holokristalin
X
17
Kerikil
X
18
Subhedral
19
Euhedral
X
20
Hexagonal
X
21
Lepidoblastik
X
22
Granoblastik
X
23
Anhedral
24
Rhombohedral
Ciri - Ciri
X
X
Kuarsa
Sabak (Slate)
Marmer
Dolomitee
Konglomerat
Basalt
1
Granit
Andesit
Nama Batu
Batu Gamping
Granit
a. Tabel Keputusan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
13
b. Pohon Keputusan
Gambar Denah Pohon 1
Pada denah pohon satu ciri utama abu-abu (warna). Jika ciri batu yang ada
adalah abu-abu (warna) maka terdapat empat kemungkinan yang ada yaitu, batu basalt,
batu dolomite, batu andesit dan batu sabak. Jika tidak terdapat abu-abu (warna) tetapi
terdapat ciri berbutir halus dan anhedral maka kemungkinan batu yang ada adalah batu
andesit dan batu kuarsa jika tidak terdapat ciri porphyritic. Jika terdpat abu-abu (warna)
dan butiran halus tetapi terdapat ciri porphyritic maka kemungkinan batu yang ada adalah
batu basalt dan jika tidak terdapat porphyritic maka dibutuhkan informasi lain untuk
menentukan nama batu.
Gambar Denah Pohon 2
Pada denah pohon tiga ciri utamanya adalah hexagonal. Jika terdapat ciri batu
tersebut maka kemungkinan batu yang ada adalah dolomite. Jika tidak terdapat ciri
hexagonal tetapi terdapat abu-abu (warna), subhedral dan anhedral maka kemungkinan
14
batu yang ada adalah
andesit. Jika tidak terdapat ciri subhedral tetapi terdapat ciri
aphantic maka kemungkinan batu yang ada adalah basalt. Sedangkan jika tidak terdapat
ciri aphantic maka kemungkinan batu yang ada adalah marmer. Jika tidak terdapat ciri
abu-abu (warna) maka dibutuhkan informasi lain untuk menentukan nama batu.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Implementasi dilakukan untuk menguji prototipe sistem pakar yang telah
dikembangkan. Pada implementasi ini ada hal yang perlu dilakukan pengujian yaitu pada
user interface (tampilan antamuka), knowledge base (basis pengetahuan). Pada
prototipe ini terdapat dua layar utama yaitu form menu utama dan form menu admin.
Form menu utama terdiri dari form data batuan, form data jenis, form data warna, form
data struktur, form data granularitas, form data bentuk kristal dan form data aturan ciriciri.
Spesifikasi sistem (hardware dan sofware) sangat perlu diperhatikan agar
prototipe sistem pakar dpat berjalan dengan baik. Seiring dengan kemajuan teknologi
komputer dan perkembangan informasi yang semakin pesat, maka dengan penggunaan
teknologi informasi ini dapat membantu program sistem pakar menjadi lebih berkembang.
Hardware dan sofware yang digunakan tidak harus selalu yang terbaru karena tidak
semua harware dan sofware yang baru dan mahal selalu dapat menyelesaikan masalah.
Sistem pakar akan lebih baik jika menggunakan sofware yang banyak dimengerti oleh
orang lain, sehingga akan lebih mudah bagi user (pengguna) dalam menjalankan
program. Sofware yang digunakan juga harus mendukung sistem keamanan (security)
yang baik agar tidak dapat dimodifikasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Dengan spesifikasi sistem yang mudah diperoleh dan dimengerti tentu saja akan
membuat user (pengguna) lebih tertarik.
Setelah dilakukan implementasi maka didapatkan hasil evaluasi sistem dari
tanggapan para pakar dan juga evaluasi dari kemampuan sistem pakar dalam mencari
nama batu dan jenis batu. Pada implementasi tampilan antarmuka sudah baik karena
sudah memiliki tampilan visual dan menarik sehingga user friendly pada pemakai, selain
itu mudah dioperasikan dan fleksibel karena tidak rumit.
Pada evaluasi keseluruhan tentang cara kerja sistem pakar dapat dikatakan
bahwa sistem pakar untuk mengidentifikasi nama dan jenis batu ini sudah berhasil
dengan baik. Karena pada pengujian terhadap beberapa contoh kasus mencari nama
dan jenis batu, sistem pakar ini dapat memberikan hasil identifikasi. Hal ini membuktikan
bahwa knowledge base pada sistem pakar ini dapat digunakan dalam mencari dan
15
mengidentifikasi nama dan jenis batuan. Hasil identifikasi pada sistem pakar ini
direpresentasikan dalam bentuk kalimat (keterangan).
Meskipun sistem pakar yang dirancang ini dapat digunakan pada beberapa
kasus identifikasi yang telah diuji, namun sistem pakar ini masih perlu dikembangkan lagi,
karena semakin lengkap sistem informasi dan pengetahuan yang didapatkan dari hasil
knowledge acquisition untuk distrukturisasi dan dimasukkan ke dalam knowledge base
sistem ini, maka akan semakin baik untuk digunakan dalam mengidentifikasi nama dan
jenis batuan.
5. Kesimpulan
Kesimpulan hasil rancangan dari penggunaan sistem pakar untuk
mengidentifikasi batuan ini adalah :
a. Prototipe sistem pakar ini telah diselesaikan mencakup berbagai aspek
batuan. Rule-rule yang telah dibuat telah sesuai dengan sistem pakar,
prototipe sistem pakar dirancang untuk berciri user friendly (dapat dengan
mudah dioperasikan oleh user).
b. Prototipe sistem pakar ini telah menggunakan decision tree dan decision
table yang digunakan sebagai basis pengetahuan dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada user untuk mendapatkan hasil kemungkinan
yang muncul dalam melakukan identifikasi.
c. Masih terdapat hasil identifikasi dari sistem pakar ini yang memiliki analisis
yang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh dua hal yaitu perbedaan
persepsi antara pertanyaan dan jawaban yang diajukan sistem pakar
dengan kondisi ciri batuan yang dideskripsikan oleh user (pemakai) dan
adanya kemungkinan perbedaan ciri-ciri batuan dari pemakai yang ada dari
ciri-ciri batuan yang seharusnya.
d. Sistem pakar untuk mengidentifikasi nama dan jenis batuan ini dapat
digunakan oleh pakar geologi untuk digunakan sebagai alat bantu untuk
mermberikan identifikasi banding. Selain itu sistem ini juga dapt digunakan
bagi para mahasiswa geologi untuk mempermudah pemahaman tentang
batuan, karena sistem pakar ini telah mengklasifikasikan batuan secara
terstruktur berdasarkan informasi yang diperoleh dari studi pustaka dan para
pakar
16
Daftar Pustaka
Arbie, Manajemen Database dengan MySQL, Yogyakarta, Andi Offset, 2004.
Anita. D dan Arhami M, Konsep Kecerdasan Buatan, Yogyakarta, Andi Offset, 2005.
Arhami M, Konsep Dasar Sistem Pakar, Yogyakarta, Andi Offset, 2004.
Budiarto, Ir. MT., dkk, MUSEUM GEOTEKNOLOGI MINERAL, yogyakrta, UPN
“VETERAN”, 1997
Bunafit Nugroho, Database Relasional dengan MySQL, Yogyakarta, Andi Offset, 2004
Efraim Turban HM, Jay E. Aronson, Tiang Peng liang, “decision support Systems dan
Intelegent Systems”. Yogyakarta, Andi Offset, 2005.
Kusrini, S.Kom, Sistem Pakar Teori dan Aplikasi, Yogyakarta, Andi Offset, 2006.
Prasetyo, Didik dwi. Belajar Sendiri Mengolah Database dengan Visual Basic.NET dan
MySQL Server, Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2005
Setiawan Sandi, Artificial Intelegence, Yogyakarta, Andi Offset, 1993.
Soesilo Joko, Ir, Sutanto, DEA, MT, Ir, Suhartono F, Msi, Ir, Panduan Praktikum
Petrologi, UPN Yogyakarta.
Supardi, Yuniardi. Ir. Microsoft Visual Basic 2005 untuk Segala Tingkat, Jakarta, PT Elex
Media Komputindo, 2008
Sumber internet: http://id.wikipedia.org/wiki/Petrologi
17
Download