BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan sangatlah
penting bagi perusahaan publik. Persaingan usaha dalam dunia bisnis dewasa ini,
menuntut perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan eksistensinya dalam
perekonomian global terutama mempertahankan reputasinya kepada pembaca
laporan keuangan. Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi dari
pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Sebuah perusahaan secara
periodik menyiapkan laporan keuangan untuk pihak-pihak yang berkepentingan
seperti pemegang saham, investor dan pemerintah. Laporan keuangan harus
relevan dan reliable (PSAK, 2009:5-6) supaya tidak menyesatkan pengguna
dalam menginterpretasikannya. (Siagian, 2011)
Laporan keuangan yang relevan artinya informasi yang disajikan dalam
laporan
keuangan
dapat
membantu
mengevaluasi peristiwa masa lalu,
pemakai
laporan
keuangan
untuk
masa kini dan meprediksi peristiwa masa
depan. Laporan Laba/Rugi merupakan salah satu komponen laporan keuangan
yang sangat penting karena di dalamnya terkandung informasi laba yang
bermanfaat bagi pemakai informasi laporan keuangan untuk mengetahui
kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Statement of Financial
Accounting Concept (SFAC) No 1, Informasi laba merupakan perhatian utama
untuk menaksir kinerja atau pertanggung jawaban manajemen.
1
2
Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam
menaksir earnings power perusahaan dimasa yang akan datang. Salah satu cara
untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan oleh manajemen adalah melalui
manajemen
laba
(earning
management).
Dalam
hal
ini,
manajemen
memanfaatkan informasi yang diketahui nya serta keputusan-keputusan yang
dapat diambil sebelum para investor atau kreditor mengetahui informasi tersebut
(Andayani, 2010).
Manajemen
memiliki informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan pemilik ataupun pihak lain yang berhubungan dengan
perusahaan.
Manajemen berkewajiban untuk memberikan informasi, salah satunya
laporan keuangan kepada pihak yang berkepentingan (pemilik). Oleh karena itu,
manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat
membuat
laporan
keuangan
menjadi
baik.
Tetapi
terkadang
manager
meyalahgunakan tindakan yang melanggar. Tindakan manajer ini kadang
bertentangan dengan tujuan perusahaan. Tindakan yang menyimpang tersebut
salah satu bentuknya adalah manajemen laba. Manajemen laba adalah campur
tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk
menguntungkan dirinya sendiri (manajer).
Manajemen laba diukur dengan menggunakan proxy Discretionary
Accrual (DA). Sedangkan yang dimaksud dengan Discretionary Accrual adalah
komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajer, artinya manajer memberi
intervensinya dalam proses pelaporan akuntansi. Tindakan earnings management
telah menimbulkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi dalam dunia
3
bisnis juga terjadinya krisis ekonomi, antara lain Enron corporation dan World
Comdi Amerika Serikat dan juga di perusahaan lain seperti Australia (Cornett,
Marcuss, Saunders dan Tehranian, 2006) dalam Siagian (2011). Dan pernah
terjadi di Indonesia seperti kasus Bank Century yang laporan keuangannya
dimanipulasi oleh pemiliknya Robert Tantular. Selain itu, di Indonesia juga terjadi
hal serupa, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan
pelaporan keuangan yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi.
Dengan adanya beberapa kasus di atas agar baik lembaga ataupun lembaga
masyarkat yang bergerak dalam pengawasan laporan keuangan dan situasi
ekonomi lebih memperhatikan dan memperketat pengawasanya. Dari contoh
kasus tersebut di atas, maka sangat relevan bila ditarik suatu pertanyaan tentang
bagaimana efektivitas penerapan Corporate Governance terhadap manajemen
laba. Hal ini berarti bahwa diterapkannya Corporate Governance dalam suatu
perusahaan belum tentu perusahaan tersebut benar-benar sehat atau terbebas dari
tindakan manajemen laba.
Di Indonesia, isu terkait corporate governance sudah mulai banyak
dibahas dalam dunia bisnis, sehingga banyak sumber-sumber corporate
governance yang mulai diteliti di dalam perusahaan kemudian dikembangkan oleh
lembaga peneliti corporate governance, salah satu informasi yang terkait dengan
corporate governance saat ini yang dapat digunakan adalah Corporate
Governance Perception Index (CGPI). Index CGPI adalah hasil penelitian dari
sebuah lembaga yang diselenggarakan oleh The Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG) bekerjasama dengan majalah SWA, dimana CGPI
4
ini sudah dibuat sejak tahun 2001. Corporate governance perception index ini
bertujuan untuk membuat pemeringkatan index terbaik dari setiap perusahaan
yang telah menerapkan corporate governance. (Utama, 2013)
Pada saat ini sudah mulai banyak perusahaan-perusahaan yang ikut serta di
dalam CGPI seperti perbankan, perusahaan publik, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Dengan adanya Corporate
Governance Perception Index tersebut diharapkan manfaatnya bagi pihak
manajemen dan investor. Seperti bagi pihak manajemen CGPI berguna sebagai
bahan evaluasi perusahaan mengenai tingkat tata kelola yang sudah diterapkan di
perusahaan. Sedangkan bagi investor CGPI dapat berguna untuk mengetahui tata
kelola perusahaan yang sudah diterapkan.
Menurut Sulistyanto (2008) manajemen laba merupakan perilaku
oportunis
manajer
untuk
mengelabui
investor
dan
memaksimalkan
kesejahteraannya karena menguasai informasi lebih banyak dibandingkan pihak
lain. Manajer hanya akan mengungkapkan suatu informasi tertentu jika ada
manfaat yang diperolehnya. Apabila tidak ada manfaat yang bisa diperolehnya
maka manajer akan menyembunyikan atau menunda pengungkapan informasi itu
bahkan kalau diperlukan akan mengubah informasi itu.
Ada banyak cara yang dilakukan manajer untuk mempengaruhi laporan
keuangan. Pertama, dengan cara memilih metode dan standar akuntansi. Kedua,
dengan mengendalikan berbagai akrual yang membuat komponen akrual
perusahaan menjadi lebih besar dibandingkan komponen kasnya. Alasan utama
mengapa seorang manajer perusahaan mengelola dan mengatur laba padahal
5
aktivitas ini cenderung melanggar peraturan yaitu seorang manajer mengelola laba
untuk menciptakan kesejahteraan bagi pemilik atau pemegang saham perusahaan
yang dikelolanya maupun untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri,
dalam hal ini pengelolaan laba bersifat oportunistik.
Upaya manajemen laba ini sebenarnya diakui dan diperbolehkan dalam
standar akuntansi selama apa yang dilakukan perusahaan diungkapkan secara jelas
dalam laporan keuangan. Tetapi dengan adanya praktek manajemen laba
mengakibatkan pemakai laporan keuangan akan memperoleh informasi yang
menyesatkan dan membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya
menjadi keliru (Sulistyanto, 2008) dalam Sudibyo (2013).
Saat ini telah banyak penelitian mengenai pengaruh Corporate
Governance dan Struktur Kepemilikan tentang pengaruhnya terhadap manajemen
laba. Tapi dari penelitian-penelitian tersebut
terdapat perbedaan hasil yang
signifikan, seperti penelitian dari Irawan (2013), Suherni (2013), Siagian (2011),
Ningsaptiti (2010). Hasil yang diungkapkan pun berbeda-beda, antara lain:
menurut Irawan (2013) dan Suherni (2013) mengungkapkan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba artinya keberadaan kepemilikan
manajerial akan mengurangi tindakan manajemen laba. Namun pendapat tersebut
bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferdiansyah (2013)
dan Siagian (2011) bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba .
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menguji kembali faktor – faktor
yang berpengaruh terhadap manajemen laba karena adanya perbedaan hasil
6
penelitian pada penelitian-penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini, variabel
yang digunakan yaitu corporate governance dan struktur kepemilikan
(kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial).
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka judul penelitian ini
adalah: "PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI CORPORATE GOVERNANCE
PERCEPTION INDEX TAHUN 2010-2012)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah Corporate Governance berpengaruh terhadap manajemen laba?
2.
Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba?
3.
Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian adalah:
1. Untuk menguji secara empiris pengaruh corporate governance terhadap
manajemen laba
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh struktur kepemilikan terhadap
manajemen laba
7
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
Manfaat teoritis :
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai faktor-faktor yang
mampengaruhi manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, sehingga diharapkan dapat menambah literatur tentang
manajemen laba yang jumlahnya relatif sedikit.
2. Sebagai bahan pembanding bagi penelitian terdahulu sekaligus sumber
referansi dan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Manfaat praktis :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen untuk mengungkapkan
manajemen laba yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat membantu
stakeholder dalam mendapatkan informasi yang lengkap mengenai
perusahaan.
2. Memberikan masukan kepada investor bahwa manajemen laba pada
perusahaan dapat dijadikan salah satu informasi dalam kaitannya dengan
keputusan investasi.
Download