Ringkasan Khotbah - 28 Jun'09 Matius 4:1-11 Pdt. Andi Halim Setiap kalimat yang diucapkan oleh Iblis kepada Yesus dalam pencobaan di padang gurun adalah kalimat-kalimat yang sangat berbahaya dan bukanlah pencobaan-pencobaan yang tergolong remeh/murahan. Pada pencobaan tahap pertama, Iblis tidak mencobai Tuhan Yesus dengan godaan yang mengarah pada dosa dimana hal itu melawan natur Allah sendiri tetapi mengarah pada ke-Maha Kuasa-an Tuhan Yesus sebagai Anak Allah dengan menyuruh-Nya untuk mengubah batu menjadi roti. Sebenarnya tidak menjadi masalah jikalau perkataan itu dilakukan tetapi Tuhan Yesus tetap tidak melakukannya. Jika Tuhan Yesus melakukannya maka Dia adalah Allah yang mau menuruti kemauan Iblis. Menurut pandangan si Iblis, pembuktian batu diubah menjadi roti merupakan peneguhan bahwa Yesus adalah Anak Allah tetapi Tuhan Yesus tidak menurutinya bahkan Dia melawan godaan Iblis itu dengan jawaban yang jitu dimana jawaban tersebut merupakan statement bagi kita bahwa hidup ini bukanlah untuk kebutuhan perut semata, manusia hidup bukan demi memuaskan hawa nafsu kedagingan dan hal-hal lahiriah lainnya tetapi hidup manusia oleh karena Fiman. Setelah selesai dengan pencobaan yang pertama, Iblis tidak menyerah pada kegagalannya yang pertama tetapi Iblis meningkatkan pencobaannya pada tahap yang kedua. Iblis tidak pernah menyerah sedikit pun dan setelah kegagalan Iblis pada pencobaan kepada Yesus di padang gurun pun, dia tetap tidak menyerah dan menantikan waktu yang baik untuk kembali menyerang (Luk 4:13). Hal kerja keras dan tak pernah menyerah inilah yang seharusnya menjadi prinsip kita namun jangan seperti Iblis yang bekerja keras dan tak pernah menyerah dengan tujuan untuk menghancurkan/menjatuhkan anak-anak Tuhan. Pada tahap sebelumnya, Iblis mencobai Tuhan Yesus berkenaan dengan kebutuhan perut maka sekarang dilanjutkan dengan pencobaan dimana Iblis pun mengutip firman Tuhan. Firman yang dikatakan oleh Iblis seperti yang tertulis di ayat 6 itu berkaitan dengan Maz 91:11-12. Bukankah firman Tuhan seharusnya diterapkan/dibuktikan? Mengapa tidak dibuktikan? Maka inilah strategi Iblis yang hendak menjatuhkan Tuhan Yesus dengan firman-Nya sendiri. Kalau memang itu adalah firman Tuhan sendiri lalu mengapa firman itu tidak diterapkan? Penerapan firman itu harus dimengerti sesuai dengan maksud, konteks, dan waktu. Setiap orang kristen bisa menggunakan firman, bahkan Iblis pun menggunakan firman tetapi tidak ada jaminan firman yang diterapkan itu telah sesuai dengan maksud, konteks, maupun waktu yang dikehendaki Tuhan. Menerapkan firman tanpa sesuai dengan ketiga hal itu maka sama halnya dengan memberontak dari firman, sama halnya dengan mencobai Allah. Sehingga ketika Iblis mencobai Yesus dengan menggunakan firman maka Yesus pun menjawab dengan perkataan, ‘Jangan mencobai Tuhan, Allahmu!’ (ayat 7). 1/2 Ringkasan Khotbah - 28 Jun'09 Pencobaan yang ketiga, mengapa pada bagian pencobaan ini, Iblis dengan berani menawarkan seluruh kerajaan dunia kepada Yesus? Memang ada bagian lain dalam Alkitab yang menyebutkan bahwa dunia dengan segala hawa nafsunya telah diserahkan kepada Iblis. Namun hal itu tidak berarti Iblis berkuasa atas dunia melainkan Iblis diberi kesempatan untuk menggoda dan menjatuhkan anak-anak Tuhan melalui apa yang ada di dunia ini, seperti kekayaan/harta, kenikmatan dunia, keinginan mata serta nafsu kedagingan. Inti dari pencobaan tahap terakhir ini adalah menginginkan segala sesuatu. Dan spirit menginginkan segala sesuatu ini sudah diadopsi oleh teologi kemakmuran. Contohnya tentang harta, harta yang ada pada kita itu seharusnya digunakan untuk pelebaran kerajaan Allah di bumi ini bukannya berambisi yang besar akan harta sehingga harta itu menjadi berhala di dalam hidup. Mari kita mengikuti apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sewaktu menjawab si Iblis, bahwa hanya satu Pribadi yang patut disembah yaitu Tuhan Allah. *) Ringkasan khotbah belum diperiksa oleh pengkhotbah. 2/2