Bab 1 - Bab 5 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Dunia mode di Indonesia pada saat ini mengalami kemajuan yang pesat dapat
dilihat dengan cara memberikan keuntungan bagi industri dibandingkan dengan beberapa
dasawarsa yang lalu bisa dilihat di tabel dibawah ini.
Tabel 1.1
Kemajuan Distro
Tahun
Nilai
2005
2006
2007
2008
13.020.294
19.743.907
20.004.094
21.342.576
tambah
distro(juta
rupiah)
Sumber
:
BPS di internet
Perkembangan ini disebabkan karena meningkatnya animo masyarakat terhadap
kesesuaian berbusana. Pertumbuhannya juga dimulai dari Tahun 2002, pada waktu itu
jumlah distro sekitar 200 unit, dan saat ini sudah lebih dari 400 unit. Sejalan dengan
perkembangan budaya dan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka pemenuhan
kebutuhan akan pakaian tidak lagi harus berdasarkan fungsinya saja tetapi telah
memasukkan banyak pertimbangan dalam memilih pakaian. Hal ini dikarenakan
timbulnya kesadaran bahwa cara berpakaian dan penampilan seseorang dapat
mencerminkan kepribadian disamping juga menggambarkan profesi dan status di
masyarakat. Sehingga dalam memilih pakaian yang akan dikenakannya maka faktor
sikap, emosi , dan kesukaan pribadi akan sangat menentukan. Bandung juga dikenal
dengan julukan Paris Van Java merupakan salah satu kota yang menjadi sentral mode di
Indonesia. Pada saat ini, di kota Bandung sedang diramaikan oleh maraknya usaha Distro
(Distribution Outlet).
Distribution Outlet (Distro) ini merupakan suatu usaha yang bergerak dibidang
garment yang mayoritas dikelola oleh anak muda. Distribution Outlet (Distro) adalah
istilah yang dibuat oleh para pendirinya untuk membedakan dengan usaha garment
1
lainnya seperti Factory Outlet (FO), karena pada Distro, pakaian dibuat dengan sistem
Limited Edition (jumlahnya terbatas) untuk menjaga keeksklusifitasannya. Pada awal
muncul dan terbentuknya Distribution Outlet (Distro) ini adalah ide-ide para anak muda
untuk membuat suatu pakaian yang ditujukan untuk para peminat olahraga skate boarding
dan surfing sebelumnya kebanyakan pakaian untuk para skate boarder dan surfer ini
hanya dapat diperoleh dari barang impor yang harganya mahal seperti Quicksilver,
Billabong, Rusty, dll. Jadi ide tersebut datang untuk membuat pakaian dengan ciri khas
komunitas skate boarder dan surfer dengan harga yang relatif terjangkau. Akan tetapi,
dalam perkembangannya pakaian-pakaian ini juga banyak dikonsumsi oleh para remaja
yang menyukai desain unik dari pakaian ini, meskipun mereka tidak mempunyai hobi
tersebut.
Bandung yang dikenal sebagai pemimpin dalam dunia kreatif dan mode di
Indonesia pada saat ini melahirkan inovasi baru dengan membuat toko – toko baju yang
dikenal dengan nama Distro (Distribution Store) atau Clothing. Hampir disetiap jalan
utama di kota Bandung terdapat satu distro bahkan lebih.
Pada awalnya, pemikiran untuk memproduksi baju dengan merek lokal timbul
dari suatu komunitas tertentu, supaya berbeda dengan yang lain, di produksi terbatas dan
untuk digunakan sendiri. Menyadari peluang yang timbul untuk menjual produk yang
dihasilkan, mulailah produk ini dipasarkan ke konsumen lain walaupun jumlahnya tetap
terbatas agar tidak pasaran.
Melihat peluang akan berhasilnya konsep distro tersebut, membuat banyak orang
tertarik untuk membuatnya yang menyebabkan pertumbuhan distro ini menjadi semakin
cepat. Beberapa distro menjual barang yang hampir sama dengan pesaingnya, akan tetapi
setiap distro tersebut tetap memiliki ciri khas dan variasi produk sendiri. Dengan
bervariasinya produk yang ditawarkan tersebut membuat konsumen lebih selektif dalam
memilih suatu produk.
Kondisi demikian merupakan tantangan bagi perusahaan untuk berlomba
menciptakan berbagai produk dan jasa yang di nilai berguna atau dengan kata lain di satu
sisi mampu menciptakan produk yang sesuai dengan selera dan daya beli pelanggan dan
di sisi lain dari hasil penjualan produk tersebut mampu mendatangkan keuntungan yang
besar bagi perusahaan.
2
Adapun kebutuhan masyarakat akan suatu produk yang sama dapat dipenuhi oleh
banyaknya produk yang sejenis dengan merek – merek berbeda diantaranya ada distro –
distro yang serupa, misalnya : Blindwear, Arena, Anonim, Disconnect, dll. Karena distro
– distro tersebut juga bergerak di one stop shop atau menerima titipan dari clothing –
clothing lain, jadi tidak hanya mengandalkan 1 brand saja. Oleh karena itu dalam
memenangkan persaingan, setiap perusahaan harus mempunyai strategi pemasaran yang
tepat untuk produk yang dihasilkannya. Di antara sekian banyak strategi pemasaran
perusahaan dihadapkan pada keputusan pemberian merek atau brand.
Merek adalah sesuatu yang jauh melebihi nama, logo, warna, slogan atau simbol
semua ini adalah alat dan tak-tik pemasaran, merek pada hakikatnya adalah janji pemasar
untuk memberikan beberapa ciri, manfaat, dan layanan tertentu secara terus – menerus
kepada konsumen. Pemasar harus membangun misi untuk merek tersebut dan visi tentang
harus menjadi seperti apa merek tersebut dan apa yang harus dilakukannya.
Image adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan
seseorang terhadap sesuatu. Image yang ada pada perusahaan terbentuk dari bagaimana
perusahaan tersebut melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Sutisna (2003)
persepsi yang positif dan kepercayaan konsumen terhadap suatu merek akan menciptakan
Brand Image yang baik.
Brand image akan menjadi prioritas utama yang dijadikan acuan bagi konsumen
sebelum melakukan pembelian. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menciptakan
suatu merek yang menarik dan menggambarkan manfaat poduk yang sesuai dengan
keinginan konsumen sehingga konsumen memiliki persepsi yang positif terhadap merek
tersebut. Brand image yang baik merupakan salah satu aset bagi perusahaan, karena
brand tersebut mempunyai suatu dampak pada setiap persepsi konsumen, di mana
masyarakat akan mempunyai kesan positif terhadap perusahaan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh brand image diabolic store terhadap
keputusan pembelian konsumen di bandung”.
3
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, kami menganalisis
tentang pengaruh Brand image terhadap keputusan pembelian konsumen membatasinya
dengan mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Faktor – faktor apa saja yang membentuk Brand Image dari Diabolic Store
2. Bagaimana pendapat konsumen tentang Brand image dari Diabolic Store
3. Bagaimana tingkat keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen pada
Diabolic Store
4. Seberapa besar Brand image terhadap keputusan pembelian pada Diabolic Store
1.3
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang membentuk Brand Image
Diabolic Store
2. Untuk mengetahui pendapat konsumen mengenai Brand image Diabolic Store.
3. Untuk mengetahui proses keputusan pembelian konsumen terhadap produk
Diabolic Store.
4. Untuk mengetahui pengaruh Brand image terhadap keputusan pembelian
konsumen terhadap produk Diabolic Store.
1.4
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Pertumbuhan distro dan clothing yang semakin pesat membuat persaingan
semakin ketat. Sehingga setiap pemilik distro harus bisa melihat dan memilih peluang
yang baik untuk memajukan usahanya tersebut. Disamping melihat peluang para pemilik
juga dituntut untuk dapat mencermati langkah-langkah pemasaran yang akan dilakukan.
Brand merupakan salah satu atribut yang sangat penting bagi sebuah perusahaan, brand
tidak hanya sebuah nama bagi produk tapi lebih dari itu yaitu merupakan identitas untuk
membedakan dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan lain.
Dengan adanya identitas khusus, akan mempermudah konsumen untuk memilih
produk saat konsumen mempunyai minat untuk melakukan pembelian. Konsumen
memilih produk tidak hanya karena kebutuhan akan produknya saja tetapi
mempertimbangkan juga faktor merek. Merek adalah pengait ingatan terhadap suatu
4
merek yang mewakili citra tertentu dalam benak konsumen tentang suatu merek. Secara
umum terfapat 2 hal yang akan dicapai dengan pemberian merek.
Pertama adalah
pengukuran identitas layaknya seorang manusia, produk perlu diberi nama dan
kepribadian. Kepribadian ini dibangun melalui upaya komunikasi pemasaran maupun
kegiatan Public Relation. Kedua, dengan adanya nama, suatu produk dapat memiliki
posisi yang tegas dalam persaingan. (Susanto, 1997). Dengan pentingnya brand atau
merek sebagai identitas dari suatu produk atau perusahaan maka para ahli mendefinisikan
brand atau merek sebagai berikut:
Pengertian brand atau merek menurut (Kotler, 2002) yaitu:
“A brand is a name, term, sign, symbol, or design, or a combination of them,
intended to identify the goods or services of one seller or group of sellers and to
differentiate them from those of competitor”
Merek yang paling kuat menyajikan lebih daripada sekedar daya tarik rasional
merek tersebut harus mengandung kekuatan emosional. Jika merek tersebut menimbulkan
beberapa keyakinan dan nilai yang kuat perusahaan harus berhati – hati agar tidak
menyimpang dari sini. Pemberian brand pada produk juga memerlukan biaya yang cukup
besar khusunya biaya iklan dan promosi, namun konsumen dengan image yang positif
terhadap suatu brand akan lebih memungkinkan untuk loyal pada suatu produk. Oleh
karena itu kegunaan utama dari iklan dan promosi adalah untuk membangun citra positif
terhadap merek, dengan meningkatnya citra atau image yang baik di mata konsumen hal
ini dapat meningkatkan volume penjualan bagi perusahaan. Citra merek muncul bersama
produk atau jasa yang sulit dibedakan, atau menilai mutunya, atau menyampaikan
pernyataan tentang pengguna.
Merek dapat memiliki enam tingkatan pengertian atau yang lazim disebut dimensi
merek, sebagaimana yang dijelaskan oleh Kotler (2002:460), yaitu:
1. Atribut
Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.
2. Manfaat
Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.
5
3. Nilai
Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.
4. Budaya
Merek juga mewakili budaya tertentu.
5. Kepribadian
Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.
6. Pemakai
Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk
tersebut.
Adapun pengertian Brand image menurut Kotler (2004;338), adalah sebagai
berikut:
”Image is society perception to company or brand”
Definisi di atas dapat diartikan bahwa konsumen yang terbiasa menggunakan
merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap Brand Image, yang membuat
konsumen terus melakukan pembelian ulang. Sehingga menimbulkan loyalitas pada diri
konsumen tersebut. Menurut Park dan Srinivasan, 1994, Citra yang efektif melakukan
tiga hal. Pertama, merek yang positif dapat meningkatkan keuntungan yang diraih.
Kedua, kesetiaan konsumen terhadap suatu merek sehingga perusahaan lebih kuat dalam
menanggapi serangan dari para pesaing. Ketiga, kesempatan untuk memberikan surat ijin
untuk membuka cabang, memberikan kekuatan yang positif dalam pemasaran melalui
mulut ke mulut. Dengan keyakinan tersebut maka atribut – atribut pembentuk citra merek
tersebut secara tidak langsung akan terbentuk sendiri sesuai dengan kepribadian
konsumen sendiri.
Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan atau
mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa termasuk proses keputusan yang
mendahului tindakan – tindakan tersebut.
Menganalisa perilaku konsumen berarti mencoba memahami sebagian dari
kehidupan manusia, salah satu kegiatan yang berhubungan dengan perilaku konsumen
adalah keputusan pembelian.
6
Menurut Kotler (2004;204), proses pengambilan keputusan pembelian konsumen
terdiri dari:
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan.
2. Pencarian Informasi
Melalui pengumpulan informasi konsumen, mengatahui tentang merek – merek yang
bersaing dan keistimewaan produk tersebut
3. Evaluasi Alternatif
Proses ini adalah suatu kegiatan yang dilakukan konsumen dalam mengembangkan
sekumpulan keyakinan merek tentang di mana posisi setiap merek dalam masing –
masing atribut.
4. Keputusan Pembelian
Suatu keadaan dimana konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang paling
disukai.
5. Evaluasi pasca pembelian
Evaluasi ini menyangkut seberapa jauh kinerja produk dengan harapan pembeli.
Proses evaluasi ini akan menentukan apakah konsumen merasa puas atau tidak
puas atas keputusan pembeliannya. Seandaianya konsumen meras puas, maka
kemungkinan untuk melakukan pembelian kembali pada masa depan akan terjadi,
sementar itu jika konsumen tidak puas atas keputusan pembeliannya, dia akan mencari
kembali berbagai informasi produk yang dibutuhkannya. Proses itu akan berulang sampai
konsumen merasa terpuaskan atas keputusan pembelian produknya.
Gambar 1.1
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Sumber: Kotler (2004;204) dalam buku Manajemen Pemasaran
7
Perilaku
Purna
Pembelian
Dari proses pengambilan keputusan pembelian konsumen di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelian diawali dengan suatu pengenalan konsumen akan suatu
kebutuhan dan keinginan terhadap suatu produk yang kemudian dilanjutkan dengan suatu
pencarian terhadap informasi yang tersedia atau disediakan oleh perusahaan setelah itu
konsumen mendapatkan beberapa pilihan dan mengevaluasi setiap alternatif dalam
evaluasi tersebut terdapat beberapa pertimbangan diantaranya harga, sampai image dari
perusahaan tersebut yang akan didapat oleh konsumen bila menggunakan produknya.
dimana secara aktual konsumen akan melakukan pembelian akan produk tersebut dan
tahapan terakhir adalah perilaku pasca pembelian untuk membandingkan apakah dari
produk yang konsumen beli tersebut terpenuhi semua keinginannya atau tidak.
Konsumen akan melakukan pembelian ulang apabila merasa puas, atau tidak akan
melakukan pembelian ulang karena tidak puas.
Berdasarkan pengamatan dari hal – hal di atas kami mengajukan suatu hipotesis
yaitu : ”Brand Image Diabolic Store berpengaruh positif terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen Di Bandung”.
1.5
Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi
ini, penulis mengadakan penelitian yang dilakukan di distro Diabolic Store yang
terletak di jalan Buah Batu no. 205. Waktu penelitian dimulai dari bulan juni 2009
sampai selesai.
8
Download