bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi merupakan salah satu fase yang memiliki pengaruh sangat luas
bagi kehidupan di seluruh dunia. Globalisasi membuka kesempatan yang lebih
besar di segala bidang, termasuk di dalamnya bidang ekonomi dunia. Migrasi
internasional menjadi salah satu hasil dari proses globalisasi ekonomi dunia.
Terbukanya akses yang lebih lebar ini menjadikan keleluasan yang lebih untuk
melaksanakan perjanjian kerja sama antar negara. Perjanjian kerjasama yang
menjadi semakin fleksibel inilah yang mendorong semakin maraknya migrasi
antar Negara.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga turut
mempengaruhi proses migrasi, termasuk di dalam migrasi internasional.
Perkembangan IPTEK membawa suatu peningkatan baik dari standar hidup
maupun gaya hidup yang cenderung bersifat konsumtif. Perubahan standar dan
gaya hidup masyarakat secara global tidak diimbangi oleh pendapatan individu.
Kebutuhan akan gaya hidup konsumtif tersebut kemudian menjadi rangsangan
langsung maupun tidak langsung untuk melakukan rangsangan pendapatan yang
lebih tinggi.
Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal menuju daerah
tujuan yang berkaitan langsung dengan pertimbangan keuntungan dan kerugian
sebagai landasan pengambilan keputusan bermigrasi. Martin (2003) menyatakan
proses perpindahan disebabkan karena adanya perbedaan dari kedua daerah
tersebut. Perbedaan kondisi ekonomi merupakan faktor dominan yang mendorong
terjadinya
migrasi.
Terdapat
tiga
kelompok
faktor
yang
mendorong
dilaksanakannya migrasi, yaitu demand pull, supply push, dan network. Demand
pull menyatakan suatu kondisi dimana terdapat permintaan karena kekurangan
tenaga kerja sehingga menyebabkan terjadinya migrasi. Supply push adalah
kondisi terdapat ketidakmampuan lapangan kerja menyerap semua tenaga kerja
1
yang ada di suatu daerah sehingga mengharuskan penduduk berpindah ke tempat
lain guna memenuhi kebutuhan. Network factor mengandung unsur informasi
yang mampu membantu migran untuk mengambil keputusan bermigrasi.
Migrasi internasional terjadi melibatkan negara-negara di seluruh dunia.
Wilayah Asia pun turut terlibat dari adanya proses migrasi internasional.
Fenomena migrasi antar negara telah lama terjadi pada zaman sebelum perang
dunia kedua. Migrasi antar negara pada masa
tersebut dipengaruhi oleh
kedatangan dari bangsa Eropa yang mendiami beberapa wilayah di Asia.
Pergerakan tenaga kerja di wilayah Asia Timur dan Tenggara, khususnya, dimulai
pada akhir abad ke-19 yang dipengaruhi oleh kebutuhan pemerintah kolonial akan
tenaga kerja. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Inggris dalam
memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja mengambil pekerja asing dari Cina
Selatan, India Selatan, dan Pulau Jawa sebagai tenaga kerja perkebunan di Malaya
(Kassim dalam United Nations, 2003). Tidak hanya terjadi pergerakan tenaga
kerja antar negara di Asia. Tenaga kerja Asia juga melakukan pergerakan ke
Amerika. Tenaga kerja yang kebanyakan melakukan pergerakan ini adalah tenaga
kerja Asia Timur yaitu Cina dan Jepang. Hugo (1998) menyatakan bahwa migrasi
tenaga kerja internasional di Asia merupakan kompleksitas proses yang berasal
dari keterkaitan perubahan ekonomi, sosial, dan politik yang ada, terlebih karena
adanya kecenderungan pengaruh dari proses globalisasi.
Sekitar tahun 1970, migrasi internasional yang terjadi di wilayah Asia
Tenggara mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan negaranegara penghasil minyak di Asia Barat akan tenaga kerja migran pada tahun 1973
bersamaan dengan kenaikan harga minyak dunia. Filipina merupakan negara yang
paling banyak melakukan migrasi antar negara keluar dari Asia Tenggara pada
tahun tersebut. Lebih dari dua per tiga pekerja yang berasal dari Filipina
mendapatkan kerja di Asia Barat, atau sekitar 29.000 orang dari 42.000 orang
pekerja (United Nations, 2003).
Migrasi internasional yang banyak terjadi di wilayah Asia Tenggara adalah
migrasi yang melibatkan pergerakan tenaga kerja tidak tetap. Kondisi ini
kemudian berubah seiring dengan meningkatnya kebutuhan negara-negara
2
penghasil minyak di Asia Barat, seperti yang dijelaskan sebelumnya, akan tenaga
kerja pada tahun 1973. Kenaikan jumlah migran internasional (migran keluar)
terjadi di sejumlah negara yang memiliki kelebihan tenaga kerja. Negara di Asia
merupakan tujuan terbanyak negara-negara di Asia Tenggara tersebut. Terdapat
dua tipe migrasi tenaga kerja internasional di Asia Tenggara. Tipe pertama adalah
tipe yang dominan terjadi. Tipe ini terdiri dari pekerja yang unskilled maupun
semi-skilled. Pekerja ini dipekerjakan dengan upah dan status rendah yang biasa
disebut pekerjaan 3D (Dirty, Dangerous, and Difficult). Pekerja yang termasuk di
dalam tipe ini biasanya berasal dari Indonesia, Thailand, Filipina, Myanmar, dan
Vietnam. Tipe kedua yaitu pekerja yang memiliki keahlian dan keterampilan
tinggi. Pekerja yang masuk dalam tipe ini berasal dari Singapura, Malaysia, dan
Filipina, termasuk juga sedikit dari Indonesia (Hugo, 2004). Tenaga kerja
internasional yang dimiliki oleh Asia Tenggara secara umum cenderung berlatar
belakang pendidikan relatif rendah dan keterampilan yang kurang memadai
(Gardner dalam Haris, 1997).
Migrasi internasional awalnya hanya dipandang sebagai salah satu macam
mobilitas penduduk dalam memenuhi tantangan hidup serta merupakan hal yang
berkaitan dengan pribadi masing-masing. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada
tahun awal abad 20 atau tepatnya 1997. Krisis ekonomi secara cepat juga
menyebar di daerah Hongkong, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Republik
Korea. Krisis ekonomi ini kemudian menyebabkan semakin melambannya
pertumbuhan ekonomi negara. Krisis ekonomi kemudian menyebabkan semakin
banyaknya pengangguran di negara asal migran serta perubahan alokasi pekerjaan
bagi tenaga kerja asing dan lokal di negara tujuan. Migran dianggap sebagai suatu
beban bagi negara penerima. Krisis ekonomi yang terjadi kemudian menyebabkan
adanya campur tangan dari pemerintah negara setempat. Pemerintah saat itu
menjadikan pengiriman migran internasional sebagai salah satu strategi bertahan
di saat krisis melanda. Pemerintah Indonesia juga melakukan adaptasi strategi
yang sama untuk memulihkan kondisi perkekonomian negara. Migrasi
internasional oleh negara berkembang kemudian dipandang sebagai suatu strategi
kebijakan yang ditempuh untuk mengurangi masalah perekonomian negara.
3
Negara pengirim migran seperti Indonesia, menjadikan migrasi internasional
sebagai upaya untuk mengurangi masalah pengangguran, meningkatkan devisa
negara, dan mendorong pertumbuhan ekonomi baik dalam skala individu maupun
negara.
Kebijakan pengiriman migran bahkan dijadikan sebagai salah satu rencana
pembangunan bagi negara berkembang sebagai respon keberadaan remitan yang
hadir dari proses migrasi internasional. Martin (2001) berpendapat bahwa aliran
dana remitan merupakan kontribusi penting dari migran pada negara asalnya yang
secara umum merupakan negara yang sedang berkembang. Remitan yang menuju
negara sedang berkembang meningkat dua kali lipat dari sebesar US$ 33 miliar
tahun 1991 menjadi US$ 65 miliar tahun 1999. Remitan yang menuju negara
berkembang sebesar 62,1% dari total remitan dunia pada tahun 1999. Indonesia,
Kolumbia, Peru, dan Mexico merupakan empat negara yang menerima aliran dana
remitan yang begitu besar.
Keberadaan
remitan
dianggap
sebagai
hal
yang
penting
bagi
perekonomian negara, termasuk pula Indonesia. Tenaga kerja yang berasal dari
Nusa Tenggara Timur, salah satu provinsi sebagai kantong TKI di Indonesia,
tercatat mengirimkan remitan sebesar kurang lebih 120 miliar per tahunnya.
Besarnya remitan yang dikirim oleh para TKI yang berada di Malaysia ini lebih
tinggi dibandingkan dengan anggaran belanja provinsi yang hanya sekitar 80,4
miliar rupiah (Dwiyanto dalam Sukamdi, 2004). Peranan remitan lebih lanjut
dijelaskan oleh Dilip Ratha (2003) dalam Human Right Watch (-) bahwa remitan
yang diperoleh dari proses migrasi merupakan sumber pendapatan yang lebih
dapat diandalkan dibandingkan dengan penanaman modal asing langsung,
Remitan dianggap kurang rentan terhadap fenomena gejolak ekonomi
dibandingkan dengan penanaman modal asing langsung.
1.2 Perumusan Masalah
Asia Tenggara merupakan negara pengirim tenaga kerja internasional
dalam jumlah besar selama proses migrasi internasional terjadi. Latar belakang
pendidikan dan keterampilan yang rendah dapat membuka kesempatan masuknya
4
tenaga kerja internasional dari negara-negara di Asia Tenggara yang lebih maju
maupun negara-negara di luar kawasan Asia Tenggara. Arus migrasi yang terjadi
di Asia Tenggara memiliki dampak yang secara umum diperoleh oleh negara
pelaku migrasi internasional lainnya, salah satunya yaitu penerimaan remitan.
Remitan merupakan uang yang masuk atau kembali ke negara asal migran dan
dapat berfungsi mendukung perekonomian pada skala lokal maupun nasional.
Arus migrasi dan remitan negara-negara Asia Tenggara perlu dikaji secara spasial
sehingga dapat diketahui pola umum yang terbentuk. Kajian spasial dapat
memberikan gambaran yang lebih komunikatif mengenai migrasi internasional
yang terjadi sehingga mampu memberikan masukan terkait kebijakan migrasi
internasional, khususnya bagi Indonesia. Menariknya topik pergerakan pergerakan
pekerja migran internasional menjadikan penelitian ini mengkaji mengenai “Arus
Migrasi dan Remitan Indonesia dalam Konteks Negara-Negara Asia
Tenggara Tahun 2010“.
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, muncul pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1.
bagaimana pola arus migrasi dan remitan negara-negara di Asia Tenggara
tahun 2010?
2.
apa faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan negara tujuan migrasi negaranegara di Asia Tenggara tahun 2010?
3.
bagaimana posisi Indonesia dalam migrasi internasional Intra Asia Tenggara
dan Inter Asia Tenggara?
1.3 Tujuan Penelitian
Arus Migrasi dan Remitan Indonesia dalam Konteks Negara-Negara Asia
Tenggara Tahun 2010 perlu dilakukan untuk dapat memberikan gambaran yang
lebih komunikatif mengenai migrasi internasional yang terjadi. Oleh karena itu,
tujuan dari penelitian ini yaitu:
1.
menemukenali pola arus migrasi dan remitan negara-negara di Asia Tenggara
tahun 2010
5
2.
menemukenali faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan negara tujuan
migrasi negara-negara di Asia Tenggara tahun 2010
3.
mengkaji posisi Indonesia dalam migrasi internasional Intra Asia Tenggara
dan Inter Asia Tenggara
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain:
1. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 di
Fakultas Geografi UGM.
2. Bagi peneliti yang akan datang, sebagai referensi dalam pengembangan
penelitian yang terkait dengan migrasi internasional migran beserta remitan.
3. Bagi pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementrian Tenaga Kerja, sebagai
bahan masukan dalam merumuskan kebijakan terkait pekerja migran.
1.5 Keaslian Penelitian
Penulisan penelitian ini menggunakan hasil penelitian sebelumnya yang
dipublikasikan baik dalam lingkup nasional maupun internasional sebagai
referensi penulisan penelitian. Penelitian ini secara garis besar melihat serta
mengkaji secara keruangan arus migrasi dan remitan negara-negara di Asia
Tenggara. Beberapa referensi tersebut disajikan dalam bentuk tabel (Tabel 1.1)
yang dilampirkan dalam penelitian ini.
Asian Development Bank pada tahun 2005 meneliti mengenai Brain Drain
Versus Brain Gain: The Study of Remittances in Southeast Asia and Promoting
Knowledge Exchange Through Diasporas. Penelitian ini mengidentifikasi trend
dan pola aliran remitan regional. Migran Indonesia, Malaysia, dan Filipina
sebanyak kurang lebih 2 juta orang mengirimkan US$ 3 miliar ke negara asalnya.
Kebanyakan penerima remitan adalah orangtua migran. Remitan menjadikan
pendapatan yang diterima lebih besar daripada rata-rata pendapatan nasional.
Penelitian lain yang berkaitan dengan migrasi internasional di kawasan
Asia, tepatnya Asia Pasifik, dilakukan oleh Graeme Hugo pada tahun 2005.
Penelitian ini terkait dengan migrasi yang terjadi di kawasan Asia Pasifik.
6
Penelitian yang berjudul Migration in the Asia-Pasific Region mengungkapkan
bahwa terdapat perubahan pola migrasi internasional serta masuknya wanita
dalam kegiatan migrasi internasional. Perubahan fenomena migrasi yang terjadi di
kawasan Asia akan membawa dampak bagi perubahan sosial, ekonomi, politik,
dan kondisi demografi.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Wisnu Harto Adi Wijoyo pada
tahun 2011 yang meneliti mengenai determinan migrasi internasional terkait
migrasi netto negara ASEAN+6 (Cina, Jepang, Korea Selatan, India, Australia,
dan Arab Saudi) dan gravitasi migrasi keluar dari Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pola migrasi yang terjadi secara historis di ASEAN
dengan memasukkan negara lain yang memiliki kaitan erat dengan ASEAN
selama tiga dekade terakhir. Penelitian ini memiliki hasil bahwa faktor penarik
seperti lebih tingginya pendapatan di negara tujuan berlaku lebih kuat
dibandingkan dengan faktor pendorong. ASEAN+6 mengikuti pola dari teori
neoklasik dan dualisme tenaga kerja. Sementara Indonesia masih relevan dengan
teori neoklasik. Hasil analisis dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa untuk
kasus ASEAN+6 faktor penarik (pendapatan perkapita) lebih kuat dibandingkan
faktor pendorong (tingkat pengangguran), sementara untuk Indonesia hanya rasio
pendapatan perkapita yang terbukti berkorelasi positif dengan migrasi keluar
Indonesia.
Rupa Chanda, seorang profesor Ekonomi dari Indian Institute of
Management Bangalore, meneliti Migrasi antara Asia Selatan dan Asia Tenggara
pada tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren dan isu-isu yang
berada di kedua kawasan tersebut. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa baik
Asia Tenggara maupun Asia Selatan sangat penting peranannya dalam pergerakan
migrasi Asia. Migran yang berasal dari Asia Selatan ke Asia Tenggara terdiri dari
migran berketerampilan rendah maupun tinggi. Pasar kerja yang menjadi tujuan
utama di Asia Tenggara adalah Singapura dan Malaysia. Hubungan migrasi kedua
negara ini diwarnai dengan banyak masalah, seperti kekerasan, diskriminasi, serta
perebutan hak pekerja.
7
Beberapa penelitian tersebut cenderung membahas migrasi internasional
dari sudut pandang ekonomi saja, aspek keruangan masih belum dijadikan sebagai
pendekatan penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Graeme Hugo pada tahun
2005 sudah memasukkan peta sebagai sarana representatif dari data spasial yang
ada. Namun pendekatan yang dipakai belum menekankan lebih dalam pada
pendekatan keruangan.
Penelitian berjudul “Arus Migrasi dan Remitan Indonesia dalam Konteks
Negara-Negara Asia Tenggara Tahun 2010 “ lebih lanjut dapat menjadi penelitian
lanjutan atau update dari penelitian yang dilakukan oleh Graeme Hugo pada tahun
2005. Penelitian ini menitikberatkan pada penyajian data secara spasial dengan
menyajikan peta arus migrasi dan remitan. Penelitian ini mengambil cakupan
penelitian pada skala yang lebih kecil dibandingkan dengan penelitian yang telah
Graeme Hugo lakukan. Penetapan Asia Tenggara sebagai obyek penelitian
dikarenakan peranan Asia Tenggara yang teramati cukup besar berkaitan dengan
proses migrasi yang terjadi di dunia. Indonesia merupakan negara yang dibahas
lebih mendalam dalam penelitian karena tingginya minat orang Indonesia untuk
bermigrasi ke luar negeri. Keputusan Tahun 2010 dipilih sebagai tahun yang akan
diteliti dikarenakan update data terbaru yang tersedia terkait jumlah migrasi yang
terjadi. Penelitian ini juga menggunakan analisis data deskriptif dari data sekunder
yang ada. Faktor-faktor yang dibahas dalam kajian penelitian ini hanya
menekankan pada faktor ekonomi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan pendekatan keruangan terkait interaksi satu negara dengan negara
lainnya.
8
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
No
Judul Penelitian/ Tahun
Nama Penulis
Hasil Penelitian
1
Brain Drain Versus Brain Gain:
The Study of Remittances in
Southeast Asia and Promoting
Knowledge Exchange Through
Diasporas/ 2005
Asian Development Bank
 Lebih dari 2 juta migran Indonesia, Malaysia, dan
Filipina yang tinggal di Hongkong, Jepang,
Malaysia, dan Singapura mengirimkan uang sekitar
US$ 3 miliar. Penerima remitan banyaknya adalah
orang tua migran
 Pentingnya peraturan di negara asal maupun tujuan
terkait perputaran uang remitan guna mengekang
atau mengurangi pencucian uang ataupun aktivitas
kriminal lainnya
 Pengirim dan Penerima Remitan memiliki sedikit
kontak dengan bank perantara ketika remitan
ditransfer dalam bentuk tabungan
 Perantara finansial dan Transfer Remitan memiliki
koneksi terlemah sebagai hal yang sangat penting
dari hubungan antara remitan dan pembangunan
2
Migration in the Asia-Pasific
Region/ 2005
Graeme Hugo
 Terjadi peningkatan mobilitas penduduk dalam
skala dan kompleksitas perpindahan penduduk yang
menyebabkan perubahan di kondisi sosial, ekonomi,
politik, dan demografi
9
Lanjutan Tabel 1.1 ....
 Adanya peningkatan kualitas jaringan sosial antara
negara sedang berkembang menuju negara maju
akan menjadikan negara berkembang lebih
mendorong dan memfasilitasi migrasi
3
Determinan Migrasi Intenasional:
Migrasi Netto Studi Kasus
ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi
Keluar dari Indonesia / 2011
Wisnu Harto Adi Wijoyo
4
Migration between South and
Southeast Asia: Overview of
Trend and Issues/ 2012
Rupa Chanda
 Terjadi banyak dilema yang dialami oleh unskilled
workers (notabene mayoritas pekerja migran
internasional asal Asia)
 Faktor penarik seperti lebih tingginya pendapatan di
negara tujuan berlaku lebih kuat dibandingkan
dengan faktor pendorong
 ASEAN+6 mengikuti pola dari teori neoklasik dan
dualisme tenaga kerja. Sementara Indonesia masih
relevan dengan teori neoklasik.
 Asia Tenggara maupun Asia Selatan sangat penting
peranannya dalam pergerakan migrasi Asia.
 Migran yang berasal dari Asia Selatan ke Asia
Tenggara terdiri dari migran berketerampilan rendah
maupun tinggi.
 Pasar kerja yang menjadi tujuan utama di Asia
Tenggara adalah Singapura dan Malaysia.
 Hubungan migrasi kedua negara ini diwarnai
dengan banyak masalah, seperti kekerasan.
10
Lanjutan Tabel 1.1 ....
5
Arus Migrasi dan Remitan
Indonesia dalam Konteks NegaraNegara Asia Tenggara Tahun
2010/ 2014
Lucky Anggi
 Dinamika Migrasi masuk dan keluar negaranegara Asia Tenggara tergolong sangat tinggi.
Hubungan antara jumlah migran dan remitan
belum tentu bersifat linier. Besarnya remitan
juga dipengaruhi oleh jenis pekerjaan migran
dan tingkat upah berlaku di negara tujuan.
 Dinamika yang tinggi turut pula menghadirkan
pola spasial yang terjadi pada migrasi masuk
dan keluar negara – negara di Asia Tenggara.
Pola spasial yang terjadi pada migrasi keluar
oleh negara-negara Asia Tenggara adalah
kecenderungan migrasi South – North (negara
berkembang menuju negara maju). Sedangkan
kecenderungan pola spasial yang berlaku pada
migrasi masuk Asia Tenggara adalah migrasi
South – South (negara berkembang menuju
negara berkembang).
 Terjadi migrasi berskala lokal kawasan yang
tinggi dikarenakan negara asal migrasi masuk
Asia Tenggara didominasi oleh negara-negara
Asia Tenggara lainnya.
11
Lanjutan Tabel 1.1 ....
 Faktor ekonomi berupa tingginya pendapatan
per kapita yang dimiliki oleh negara tujuan
menjadi faktor utama terjadinya migrasi di Asia
Tenggara beserta pemilihan negara tujuan.
Namun, pertimbangan terkait dengan jarak,
jaringan yang sudah ada di antara dua negara,
dan kondisi pasar kerja kedua negara juga turut
menjadi faktor terjadinya migrasi beserta
pemilihan negara tujuan di samping faktor
pendapatan per kapita.
 Migran asal Indonesia cenderung memilih
menjalani pekerjaan kasar (blue collar
workers), pekerjaan informal serta pekerjaan
domestik atau dapat dikatakan sebagai
pekerjaan 3D (Dirty, Dangerous, Difficult)
sehingga seringkali menjadikan pekerja migran
asal Indonesia sebagai korban atas hubungan
kerja yang ada.
12
1.6 Tinjauan Pustaka
1.6.1 Konsep dan Teori Migrasi Internasional
Migrasi adalah perpindahan penduduk yang melintasi batas wilayah
menuju ke batas wilayah lain dalam periode waktu tertentu (Mantra, 2000).
Migrasi penduduk dapat bersifat permanen maupun non-permanen Migrasi dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu migrasi internal dan migrasi internasional.
Migrasi internal merupakan migrasi yang terjadi hanya pada lingkup kecil atau
hanya dalam cakupan satu negara, antar provinsi, kota ataupun batas administrasi
yang lain. Sedangkan migrasi internasional, merupakan migrasi dalam lingkup
lebih luas, atau antar negara. Menurut Lee (2000) migrasi internasional
merupakan aktivitas perpindahan penduduk yang mencakup aspek perubahan
tempat tinggal, tujuan bermigrasi maupun keinginan menetap atau tidak menetap
di daerah tujuan. Migrasi dapat dianggap sebagai penyeimbang pasar kerja yang
ada karena migrasi dilakukan menuju daerah yang dianggap menjanjikan
kehidupan yang lebih baik.
Zelinsky (1971) seperti dikutip Hanafie (2010) menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat modernisasi suatu daerah dengan perkembangan
mobilitas penduduk. Mobilitas permanen cenderung meningkat pada masyarakat
modern. Ravenstein (1895) dalam Bandono (2010) mengembangkan The Laws of
Migration. Ravenstein menyatakan hukum migrasi dalam tujuh butir. Ravenstein
beranggapan bahwa pada saat hukum tersebut dikembangkan faktor ekonomi
merupakan faktor yang sangat kuat memengaruhi migrasi. Hal ini tetapi juga tidak
memberikan satu anggapan bahwa faktor non-ekonomi dapat diabaikan dengan
mudah. Hukum Migrasi yang dinyatakan oleh Ravenstein (1885) seperti yang
dikutip Lee (2000) adalah sebagai berikut:
a.
Migrasi memiliki keterkaitan kuat dengan jarak.
Migrasi memiliki kecenderungan dilakukan pada jarak dekat. Jikapun
memang ada, migrasi dengan jarak jauh umumnya menuju ke pusat
perdagangan dan industri.
13
b.
Migrasi berlangsung secara bertahap
Turunnya jumlah penduduk di pedesaan akibat migrasi ke kota akan
digantikan oleh migran dari tempat yang lebih jauh. Hal ini akan terus terjadi
hingga daya tarik dari kota-kota yang tumbuh tersebut dapat mempengaruhi
daerah pelosok.
c.
Migrasi menimbulkan arus balik
Tiap arus migrasi akan menimbulkan arus balik sebagai penggantinya.
d.
Perbedaan minat migrasi penduduk desa dan kota
Oleh karena sudah cukup terpenuhinya sebagian besar kebutuhan dari
penduduk kota, minat migrasi yang ada cenderung lebih kecil.
e.
Perempuan cenderung bermigrasi ke daerah dekat
Hal ini terkait dengan peranannnya dalam rumah tangga ataupun
bermasyarakat.
Kewajiban
untuk
mengurus
rumah
tangga,
tidak
memungkinkan untuk melakukan migrasi jarak jauh.
f.
Perubahan teknologi dan komunikasi cenderung meningkatkan migrasi
g.
Motif ekonomi mendominasi pengambilan keputusan bermigrasi.
Menurut Todaro (2003) migrasi berkembang karena perbedaan-perbedaan
antara pendapatan yang diharapkan dan yang terjadi di daerah perdesaan dan di
daerah perkotaaan. Model migrasi Todaro berisi transfer tenaga kerja sektor
tradisional ke sektor modern. Teori migrasi menurut Todaro menyatakan bahwa
terdapat unsur-unsur migrasi, yaitu:
a.
Migrasi terutama sering dirangsang oleh pertimbangan ekonomis yang
rasional. Misalnya pertimbangan manfaat dan biaya, terutama sekali secara
finansial tetapi juga secara psikologis.
b.
Keputusan untuk bermigrasi lebih tergantung pada perbedaan upah riil yang
diharapkan dari pada yang terjadi antara perdesaan dan perkotaaan. Dimana
perbedaan yang diharapkan itu ditentukan oleh interaksi antara dua variabel
yaitu perbedaan upah perdesaan-perkotaaan yang terjadi dan kemungkinan
untuk memperoleh pekerjaan di sektor perkotaan.
c.
Kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan di perkotaan berhubungan
terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan.
14
Terdapat berbagai macam konsep dan definisi terkait dengan migrasi
internasional. Faktor waktu menjadi salah satu pertimbangan timbulnya perbedaan
definisi serta konsep tentang migrasi internasional. Secara garis besar, migrasi
internasional dapat dibedakan menjadi dua cakupan, berdasarkan aspek spasial
dan waktu. Namun, aspek spasial merupakan aspek yang dianggap cenderung
kurang berpengaruh terhadap penentuan status migrasi individu. Migrasi
internasional merupakan hasil dari perubahan ekonomi, sosial, dan politik yang
kemudian memengaruhi keputusan bermigrasi. Migran membuat keputusan
berdasarkan jaringan-jaringan hubungan personal, pengalaman yang sudah ada,
dan keyakinannya (Keban, 1998).
Migrasi internasional tidak dilakukan oleh sembarang orang. Proses
migrasi internasional berlangsung selektif, hanya orang dengan karakteristik
pribadi dan dari daerah tertentu pula yang dapat melakukan migrasi. Hubungan
ekonomi, politik, dan budaya internasional memiliki peran penting dalam
menentukan arus migrasi internasional (Kasto, 2002)
Terdapat empat tipe kajian migrasi internasional (ICPD, 1994) dalam
Mantra et al (2001). Pertama, pembangunan dan migrasi internasional dimana
migrasi dilihat melalui konteks hubungan negara pengirim dan penerima dalam
pembangunan sebagai bentuk saling menguntungkan. Kedua, migran yang
terdaftar. Tipe ini fokus pada upaya yang dilakukan oleh negara penerima kepada
migran yang telah terdaftar serta memenuhi persyaratan lama tinggal bagi
keluarga migran, serta perlakuan hak asasi yang sama seperti warga negara.
Ketiga, migran yang tidak terdaftar. Tipe ini fokus pada bentuk kebijakan migrasi
yang perlu diambil oleh pemerintah negara penerima dan pengirim agar terjadi
pengurangan jumlah migran illegal hingga pencegahan terhadap terjadinya
eksploitasi. Keempat, pengungsi, pencari suaka, dan orang terlantar. Fokus kajian
keempat terletak pada penanganan akar masalah dari adanya pengungsi dan
orang-orang yang terusir dari negaranya, terkait konflik ataupun yang lainnya.
Pelaksanaan migrasi internasional tidak terlepas dari pengaruh faktor
ekonomi yang membuat individu melakukan perpindahan melewati batas antar
negara. Faktor ekonomi dipandang sebagai faktor kuat terjadinya perpindahan.
15
Cohen (1996) membedakan teori dan konsep migrasi menjadi empat, yaitu (a)
teori ilmu ekonomi neo-klasik (makro ekonomi) - teori ilmu ekonomi neo-klasik
(mikro ekonomi); (b) teori ekonomi baru; (c) teori Dual Labor Market; (d) teori
World System.
Teori ilmu ekonomi neo-klasik merupakan teori migrasi tertua. Teori
neoklasik memandang bahwa perbedaan jumlah upah antar dua region/ wilayah
adalah alasan utama terjadinya migrasi tenaga kerja (Wijoyo, 2011). Cohen
(1996) kemudian membagi teori neo-klasik menjadi dua bagian, yaitu makro
ekonomi dan mikro ekonomi. Teori neo-klasik makro ekonomi menekankan pada
perbedaan geografis dalam hal pasokan dan permintaan tenaga kerja. Teori neoklasik mikro ekonomi menyatakan bahwa pelaku migrasi merupakan pribadi
rasional yang mengambil keputusan bermigrasi menggunakan perhitungan biayamanfaat. Perhitungan biaya-manfaat kemudian membuat pelaku migrasi berharap
mendapatkan keuntungan dari kegiatan migrasi.
Teori ekonomi baru tenaga kerja menyatakan bahwa keputusan bermigrasi
tidak dibuat semata-mata oleh individu, tetapi dipengaruhi oleh unit yang lebih
besar, seperti keluarga atau rumah tangga. Stark (1985) dalam Wijoyo (2011)
menyatakan bahwa salah satu kemungkinan untuk mengurangi resiko terkait
pendapatan rumah tangga adalah dengan tambahan pendapatan yang berasal dari
remitan anggota keluarga. Remitan memiliki dua konsekuensi, bersifat positif
terhadap pembangunan negara (berkembang) atau produktivitas dalam negeri
berkurang sebagai akibat dari berkurangnya tenaga kerja akif di dalam negeri
(Jennisen 2004 dalam Wijoyo, 2011).
Teori Dual-Labor Market menjelaskan bahwa migrasi internasional
disebabkan oleh permintaan akan buruh migran dari negara maju (Piore dalam
Cohen, 1996). Piore menjelaskan mengenai kemungkinan alasan permintaan
tenaga kerja asing di negara maju, yaitu: kekurangan tenaga kerja secara umum,
kebutuhan
untuk mengisi pekerjaan tingkat bawah (unskilled labor), dan
kekurangan tenaga kerja pada sektor sekunder suatu negara. Migrasi internasional
menurut teori ini terjadi karena kekuatan faktor penarik yang lebih sehingga para
migran berbondong-bondong pindah ke negara tujuan migrasi.
16
Teori World System menekankan bahwa migrasi internasional merupakan
dampak dari proses perkembangan ekonomi kapitalis di berbagai negara
(Richmond dalam Cohen, 1996). Sistem kapitalisme memaksa negara untuk
mencari sumberdaya alam baru, sumberdaya manusia baru yang lebih murah serta
pasar baru. Migrasi internasional hadir dan terjadi untuk mengisi celah-celah
kapitalisme.
Migrasi yang dilakukan oleh penduduk dunia kini tidak terbatas hanya
pada migrasi internal, melainkan migrasi internasional. Maraknya migrasi
internasional ini dapat dikarenakan karena sudah semakin lengkapnya sarana
prasarana dalam memfasilitasi terjadinya migrasi. Migrasi internasional dapat
menjadi salah satu cara adaptasi penduduk dalam menghadapi tantangan pasar
kerja global.
1.6.2
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Migrasi
Pada dasarnya orang berpindah tempat akan senantiasa di dukung oleh
berbagai alasan, alasan yang sifatnya pribadi, alasan lingkungan dan lain
sebagainya. Menurut Everett S. Lee dalam Mantra (2000) terdapat 4 faktor yang
mempengaruhi arus migrasi, yaitu:
1.
faktor-faktor yang terdapat di daerah asal, seperti sempitnya lapangan kerja
yang ada di daerah asal.
2.
faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan, seperti tawaran upah yang
cenderung lebih tinggi.
3.
rintangan antara, seperti kondisi fisik antara darah asal dan daerah tujuan
4.
faktor individu
Empat faktor tersebut di atas merupakan faktor yang dapat memengaruhi
migrasi penduduk. Keempat faktor tersebut secara umum dapat dibagi menjadi
dua jenis faktor menurut asalnya, yaitu faktor yang bersifat internal dan ekternal.
Faktor individu merupakan satu-satunya faktor yang bersifat internal atau berasal
dari dalam diri migran. Faktor individu dapat dikatakan sebagai faktor utama
terciptanya keputusan dilakukannya perpindahan atau tidak.
17
Sumber: Mantra, 2000
Gambar 1.1. Faktor Daerah Asal dan Daerah Tujuan Serta Penghalang Antara
dalam Migrasi
Pembahasan mengenai migrasi penduduk tidak dapat terlepas dari daerah
asal, daerah tujuan, dan rintangan yang menghambat. Faktor-faktor yang mampu
memengaruhi keputusan untuk meninggalkan suatu daerah digambarkan dalam
tanda + dan – pada Gambar 1. Tanda O menyatakan faktor yang tidak
berpengaruh sama sekali pada keputusan berpindah penduduk. Pemaknaan faktor
+ dan – , baik di daerah asal maupun tujuan, bervariasi pada tiap individu. Proses
pengambilan keputusan untuk berpindah atau tidak sangatlah bergantung dari
bagaimana individu mampu mengatasi ataupun menyesuaikan diri dengan faktorfaktor yang ada baik di daerah asal maupun daerah tujuan. Migrasi penduduk
terjadi juga karena adanya perbedaan nilai kefaedahan antara daerah asal dan
daerah tujuan.
Todaro (2003) menyatakan bahwa terdapat faktor selain faktor ekonomi
yang memengaruhi migrasi, yaitu antara lain:
a.
Faktor sosial, termasuk di dalamnya keinginan para migran melepaskan diri
dari masalah-masalah yang membelit hidupnya
b.
Faktor fisik, seperti bencana alam
c.
Faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian dan pertambahan
laju pertumbuhan penduduk pedesaan
d.
Faktor cultural
e.
Faktor komunikasi
18
Tabel 1.2. Hirarki Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow
Jenjang Needs
Deskripsi
Kebutuhan
Self Actualization Needs
Kebutuhan orang untuk menjadi yang
Berkembang
(Metaneeds)
seharusnya sesuai dengan potensinya.
Kebutuhan kreatif, realisasi diri, perkembangan
(Metaneeds)
self
Kebutuhan harkat kemanusiaan untuk
mencapai tujuan, terus maju, menjadi lebih
baik. Being Values → 17 kebutuhan berkaitan
dengan pengetahuan dan pemahaman,
pemakaian kemampuan kognitif secara positif
mencari kebahagiaan dan pemenuhan kepuasan
alih-alih menghindari rasa sakit. Masingmasing kebutuhan berpotensi sama, satu bisa
mengganti lainnya.
Kebutuhan
Esteem Needs
1. Kebutuhan kekuatan, penguasaan,
kompetensi, kepercayaan diri, kemandirian.
Karena
Kekurangan
2. Kebutuhan prestise, penghargaan dari orang
(Basic Needs)
lain,status, ketenaran, dominasi, menjadi
penting kehormatan dan apresiasi.
Love Needs/ Belonging-
Kebutuhan kasih sayang keluarga, sejawat,
ness
pasangan, anak. Kebutuhan menjadi bagian
kelompok, masyarakat. (Manurut Maslow,
kegagalan kebutuhan cinta & memiliki ini
menjadi sumber hampir semua bentuk
psikopatologi)
Safety Needs
Kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi,
struktur, hukum, keteraturan, batas, bebas dari
takut dan cemas.
Psychological Needs
Kebutuhan Homeostatik : makan, minum, gula,
garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan
seks
Sumber: Lisa, _
19
Teori kebutuhan dan tekanan menjelaskan bahwa setiap individu memiliki
kebutuhan yang perlu dipenuhi. Maslow dalam Kustiani (2005) menyatakan
bahwa terdapat empat kebutuhan dasar dan 1 kebutuhan berkembang. Kebutuhan
pada tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan atau terpenuhi sebelum
beranjak ke kebutuhan yang lebih lanjut. Kebutuhan masyarakat dunia yang
cenderung berada pada masa modernisasi sudah mengarah pada pemenuhan
kebutuhan dasar keempat yaitu kebutuhan akan harga diri (Self Esteem) dan
selanjutnya. Kebutuhan akan prestise, penguasaan, kompetensi, maupun status
(dapat dilihat pada tabel 1.2).
Keinginan pemenuhan kebutuhan akan hal inilah yang kemudian
memunculkan terjadinya migrasi. Migrasi tidak hanya dipandang sebagai salah
satu cara pemenuhan atas desakan kebutuhan ekonomi saja melainkan pula
terhadap aspek lain, seperti halnya aspek psikologi, berupa perolehan status
ataupun derajat dalam kehidupan sosial kemasyarakatan manusia tersebut.
Kebutuhan manusia yang bervariasi turut pula menghadirkan tekanan (stress)
dalam hidup manusia. Tekanan akan muncul apabila kebutuhan tidak dapat
terpenuhi. Individu cenderung tidak akan berpindah apabila individu tersebut
masih memiliki toleransi yang kuat terhadap tingkat stress yang ada (Mantra,
2000). Individu cenderung memilih tepat yang memiliki nilai manfaat tinggi
dimana kebutuhannya dapat terpenuhi (Khotijah, 2008).
Menurut Lewis (1982) dalam http://marthapratama. wordpress.com
terdapat dua jenis faktor yang menjadi penentu perpindahan penduduk, yaitu
faktor pendorong dan penarik. Faktor ini dikelompokkan berdasarkan kekuatan
daya dorong dan daya tarik dari suatu daerah. Faktor pendorong dari daerah asal
identik dengan faktor negatif yang dimiliki daerah asal dan faktor yang menarik
dari daerah tujuan identik dengan faktor positif yang dimiliki daerah tujuan.
Faktor pendorong maupun penarik migrasi menurut Lewis kemudian lebih lanjut
dikaitkan secara luas pada migrasi internasional.
Faktor pendorong dan penarik menurut Lewis ini kemudian oleh Jenissen
dalam Wijoyo (2011) digolongkan menjadi 5 ruang lingkup faktor, yaitu faktor
ekonomi, sosial-budaya, politik, demografi dan lingkungan negara asal. Faktor
20
ekonomi yang menjadi faktor pendorong terjadinya migrasi dapat berupa gap
kemiskinan negara asal. Perbedaan pendapatan antar penduduk yang begitu
signifikan menjadikan penduduk dengan pendapatan lebih rendah mencari
peluang untuk meningkatkan pendapatannya, salah satu caranya dengan
bermigrasi, termasuk di dalamnya migrasi internasional. Selain itu, tingginya
angka pengangguran yang disebabkan oleh semakin menyempitnya lahan
pekerjaan di negara asal turut pula menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya
migrasi. Semakin sempitnya kesempatan kerja di negara asal terkait dengan
struktur demografis negara. Banyaknya penduduk usia produktif suatu negara
yang tidak sebanding dengan pertumbuhan lapangan kerja dalam negeri dapat
menciptakan kelompok-kelompok penduduk yang tidak mampu diserap masuk
pasar kerja. Kelompok penduduk tersebut yang kemudian seringkali disebut
sebagai pengangguran, oleh karena desakan ekonomi mencari peluang kerja yang
lebih besar di negara lain.
Tabel 1.3. Faktor Pendorong Migrasi Internasional (Lewis, 1982)
Faktor
Kasus
Ekonomi
Gap Kemiskinan
Demografi
Tingginya angka pengangguran
Lingkungan
Kerusakan Ekosistem
Bencana Alam
Politik
Tekanan dari pihak penguasa
Sosial
Kurangnya fasilitas (pendidikan) di tempat asal
Sumber: Wijoyo, 2011; Chotib, 2010; Jennisen, 2004
Kondisi alam daerah juga turut berperan membawa pengaruh dalam
migrasi penduduk seperti halnya terkait sumberdaya alam yang semakin menipis
serta terjadinya bencana alam. Hal-hal tersebut mampu menciptakan kemudian
kondisi yang tidak kondusif bagi kelangsungan hidup penduduk. Semakin
menipisnya sumberdaya alam berdampak pada tidak terpenuhinya secara baik
kebutuhan penduduk akan sumberdaya alam tertentu. Dorongan kebutuhan akan
21
sumberdaya alam dapat menjadi hal yang berdaya dorong kuat pada pelaksanaan
migrasi penduduk.
Tabel 1.4. Faktor Penarik Migrasi Internasional (Lewis, 1982)
Faktor
Kasus
Ekonomi
Upah yang lebih tinggi di negara tujuan
Demografi
Kurangnya usia produktif di negara tujuan
Lingkungan
Polusi lebih rendah
Banyak keindahan alam di negara tujuan
Politik
Kebijakan pro migran
Sosial
Fasilitas (pendidikan) yang lebih baik di negara tujuan
Sumber: Wijoyo, 2011; Chotib, 2010; Jennisen, 2004
Migrasi penduduk keluar dari negara asal dapat terjadi secara paksa
apabila datangnya suatu bencana alam di negara tersebut. Bencana alam yang
dapat menjadi pendorong terjadinya migrasi dapat berupa bencana yang secara
rutin terjadi di daerah asal ataupun bencana alam yang memberikan dampak
negatif besar terhadap penduduk, seperti terdapat banyaknya korban jiwa. Migrasi
dari daerah asal juga dapat terjadi apabila terdapat kurangnya fasilitas seperti
pendidikan di daerah asal. Keinginan untuk mendapatkan fasilitas yang lebih baik
akan mampu memberikan suatu dorongan yang cukup kuat untuk meninggalkan
daerah asal. Faktor pendorong migrasi di daerah asal tidak hanya berasal dari
penduduk melainkan dari pihak sistem politik yang sedang berlaku di daerah asal.
Tekanan dari pihak penguasa, baik berupa kebijakan maupun sikap pemerintah,
dapat memberikan satu pengaruh negatif pada kehidupan penduduk sehingga
memutuskan untuk berpindah.
Keberadaan faktor penarik merupakan lawan dari faktor pendorong di
negara asal (Tabel 1.4). Negara tujuan dipandang sebagai obyek yang menarik
untuk dijadikan tempat memperoleh sesuatu hal yang tidak mungkin didapati atau
terbatas di negara asal. Keberadaan kondisi upah yang relatif lebih tinggi
merupakan satu alasan kuat bagi para migran, terutama pekerja migran, untuk
melakukan migrasi ke negara tujuan sehingga diharapkan akan mendapatkan
22
kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan negara asal. Peluang masuknya
migran dari negara asal juga turut didukung oleh kondisi demografi negara tujuan.
Negara tujuan yang secara umum kekurangan penduduk usia produktif. Kondisi
yang umumnya dialami oleh negara maju ini membuka suatu peluang bagi pekerja
migran yang berasal dari luar negaranya.
Tahap titik balik negara maju dengan kondisi penduduk yang sudah menua
dan tenaga kerja muda yang semakin berkurang menjadikan kebutuhan akan
tenaga kerja yang berbau 3D (Dirty, Dangerous, and Difficult) semakin besar
(Ananta, 2002). Migran yang terdidik dari negara pengirim cenderung memilih
untuk mengisi kekosongan tersebut. Kebijakan yang bersifat pro atau berpihak
pada kegiatan migrasi internasional beserta pelakunya,menjadikan negara tujuan
sangat menarik untuk dipilih, Hal ini dikarenakan dengan adanya kebijakan yang
berpihak kepada migran, maka faktor keamanan dan kenyamanan migran selama
berada di negara tujuan seolah sudah menjadi satu jaminan oleh negara tujuan
atau penerima.
1.6.3 Remitan
Pengertian remitan (remmitance) secara umum berasal dari transfer,
dalam bentuk cash ataupun sejenisnya, dari seorang asing kepada sanak famili di
negara asalnya. Remitan (Sorensen dalam Elanvito, 2010) menurut bentuknya
terbagi atas dua macam, yaitu:
a.
Monettary Remmitances
Remitan dipandang secara umum dimana didefinisikan sebagai bagian dari
pendapatan migran yang dikirim dari negara tujuan ke daerah asalnya.
Remitan Moneter berarti transfer uang atau barang migran dari negara tujuan
ke daerah asal.
b.
Social Remmitances
Social Remmitance menurut Levit (1996) dalam Elanvito (2010) didefinisikan
sebagai ide, perbuatan, identitas, dan social capital yang berasal dari negara
tujuan. Social Remmitance ditransfer melalui surat atau bentuk komunikasi
lain, termasuk internet dan telepon. Remitan jenis ini mampu berpengaruh
23
pada hubungan keluarga, peran gender, kelas dan identitas kesukuan, politik,
ekonomi, dan partisipasi keagamaan.
Solimano (2003) dalam Elanvito (2010) menyimpulkan motif pengiriman
remitan antara lain:
a.
Motif Altruistik
Motif pengiriman remitan karena adanya kepedulian terhadap nasib keluarga
di negara asal. Dimana remitan dapat menjadi alat untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga migran
b.
Motif Kepentingan Pribadi
Pengiriman remitan yang dilatarbelakangi tujuan ekonomi dan financial
untuk kepentingan pribadi migran
c.
Perjanjian Keluarga Implisit I : Pembayaran Hutang
Pembayaran hutang dilakukan setelah migran memiliki kehidupan yang
semakin mapan dengan tingkat pendapatan yang meningkat dari waktu ke
waktu. Dalam ini, migran sebagai investasi keluarga.
d. Perjanjian Keluarga Implisit : co-insurance
Dilakukan dengan prinsip diversifikasi risiko. Migran berperan dalam
membantu keluarga yang mengalami kesusahan di negara asal sedangkan
keluarga menjadi jaminan di kala kondisi ekonomi negara tujuan memburuk.
Menurut Salama (2004) dalam Irawaty (2011), pengaruh migrasi
internasional terhadap kesejahteraan rumah tangga ditandai dengan adanya
pengiriman remitan oleh migran. Remitan tersebut diantaranya digunakan untuk
memperbaiki rumah, pendidikan anak, kesehatan keluarga, dan untuk modal
usaha. Kiriman (remitan) merupakan komponen utama dalam melestarikan ikatan
dengan daerah asal. Mantra (1989) dalam Irawaty (2011) menunjukkan
kesimpulan secara umum tentang pola investasi pendapatan migran, yaitu: (a)
Sebagian
besar
investasi
digunakan
untuk
investasi
materi.
Hal
ini
menggambarkan keinginan untuk memiliki barang, baik yang bergerak maupun
tidak bergerak, sebagai simbol status sosial yang berperan penting bagi sebagian
migran; (b) Penggunaan investasi untuk pendidikan pun menjadi salah satu hal
yang penting bagi sebagian migran yang dilihat dari tingginya pendidikan
24
anak/adik para migran; (c) Sebagian kecil migran melakukan investasi pendapatan
dalam bentuk investasi modal, baik untuk pembukaan usaha ataupun
pengembangan usaha; (d) Kemudian investasi sosial seperti menyantuni orang
tua.
Secara umum definisi remitan terfokus pada remitan yang bersifat
moneter atau remitan berupa uang. Dampak remitan yang secara umum bersifat
positif dalam hal perekonomian menjadikan keberadaan remitan sangat penting.
Sudah sejak lama remitan terkenal sebagai penopang perekonomian lokal maupun
nasional pada saat sulit sekalipun datang. Meskipun jumlahnya yang terkadang
melebih pendapatan asli daerah, remitan seharusnya mendapatkan perlakuan
alokasi yang bijak. Penggunaan remitan seharusnya tidak hanya terpusat pada
kegiatan konsumtif melainkan kegiatan ekonomi produktif.
Massey et al. (1998) menyatakan bahwa remitan memiliki manfaat yang
sangat besar bukan hanya bagi penerima remitan.Remitan mungkin seringkali
digunakan dalam kegiatan konsumsi, namun tidak jarang ditemui sebagai pemicu
kegiatan ekonomi lain dan pembuatan lapangan kerja baru. Remitan juga
seringkali dimanfaatkan untuk kegiatan dalam bidang pendidikan dan rumah
tangga. Pengeluaran untuk pendidikan dan rumah tangga sering dikategorikan
sebagai kegiatan konsumsi meskipun sebenarnya pendidikan dan rumah tangga
yang lebih baik merupakan salah satu bentuk investasi dalam modal manusia.
1.6.4
Dampak Migrasi Bagi Negara Asal dan Tujuan
Tapinos (1994) memiliki dua pandangan yang berlawanan sekaligus
terhadap fenomena migrasi tenaga kerja internasional dan pembangunan ekonomi.
Pandangan pertama menyatakan bahwa imigran dapat berkontribusi positif
terhadap pembangunan ekonomi negara penerima. Imigran dianggap sebagai
pemberi variasi dalam pasar kerja di negara penerima. Pandangan negatif
dititikberatkan pada aspek non ekonomi dari imigran. Pandangan ini kemudian
menyarankan adanya peningkatan liberalisasi perdagangan, arus modal, relokasi
kegiatan, dan kerja sama antarnegara untuk menggantikan imigran. Hal ini
ditambahkan oleh Hollifield (2000) yang menyatakan bahwa migrasi bukanlah
25
ancaman baik bagi negara pengirim maupun penerima. Migrasi justru akan
menjadi suatu proses yang dapat menghasilkan remitan bagi negara pengirim dan
sebagai faktor bagi negara penerima.
Chiswick (2000) berpendapat yang cenderung bersifat negatif. Migran
yang melakukan investasi dalam bentuk destination-specific human capital dan
physical capital akan mengalami capital loss saat meninggalkan negara penerima.
Keputusan kembali ke negara asal dapat membuat adanya penurunan modal
sumberdaya manusia yang dimiliki oleh para migran. Kondisi inilah yang
kemudian melahirkan keputusan untuk berinvestasi dalam bentuk sumberdaya
manusia yang dapat berpindah secara internasional sehingga keputusan untuk
bermigrasi ulang akan muncul.
Migrasi internasional dapat memberikan dampak bagi negara pengirim
berupa suatu transformasi sosial masyarakatnya. Stalker (1994) menyatakan
bahwa transformasi pada masyarakat negara pengirim akan terjadi melalui efek
konsumsi dari remitan dan migran yang kembali. Hal ini akan menimbulkan
kenaikkan harga di daerah pedesaan dan munculnya kelompok termiskin sebagai
kelompok paling menderita. Migrasi di sisi lain dianggap sebagai upaya yang
dapat mengurangi kesenjangan antara kelas bawah dan menengah dalam strata
sosial.
Hui (1998) mengemukakan kekhawatiran akan keberadaan migran tidak
terdidik bagi negara penerima. Migran tidak terdidik dikhawatirkan akan
menurunkan tingkat upah, menghambat peningkatan dan restrukturisasi industri,
menciptakan masalah integrasi sosial, meningkatkan kepadatan penduduk, dan
memungkinkan terciptanya dampak politik yang bersifat negatif bagi negara
penerima. Hal ini turut pula didukung oleh Brandi (2001) yang mengemukakan
bahwa memang pekerja asing dapat menyebabkan turunnya tingkat upah. Hal ini
dikarenakan seringkali migran terdidik memiliki kualifikasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh pekerjaan yang diterima.
Pekerja migran asing ini pun akhirnya mau menerima pekerjaan tersebut dengan
upah yang lebih rendah daripada pekerja lokal.
26
Keluarnya migran terdidik, di sisi lain, dianggap dapat menyebabkan
hilangnya investasi sumberdaya manusia bagi negara pengirim. Afolayan (2001)
menunjukkan bahwa perpindahan migran terdidik pada akhirnya membawa
dampak negatif bagi negara pengirim seperti India. Bukan hanya dikaitkan dalam
arti kelangkaan sumberdaya manusia, namun menyangkut waktu yang harus
dibutuhkan dan terbuang untuk melatih sumberdaya manusia yang ada.
Pendapat lain dikemukakan oleh Maruja Asis pada tahun 2000 terkait
dengan gender yang dimiliki oleh migran yang member perhatian terhadap
dampak bagi negara pengirim. Maruja Asis menyimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang secara sistematis antara keluarga migran dan non migran apabila
migran tersebut laki-laki. Berbeda halnya ketika migran tersebut seorang
perempuan, maka akan terjadi pengambil alihan kewajiban yang ditinggalkan oleh
migran tersebut.
1.7 Kerangka Pemikiran
Migrasi internasional merupakan salah satu fenomena yang dialami secara
global oleh negara-negara di dunia. Keberagaman kondisi sumberdaya, baik
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia, di tiap negara menghasilkan
suatu kondisi spesifik negara tersebut. Sumberdaya manusia merupakan salah satu
titik berat dalam hal pembangunan negara. Sumberdaya manusia ini dipengaruhi
oleh empat faktor umum, yaitu ekonomi, sosial, budaya dan politik. Faktor
ekonomi berupa pertumbuhan ekonomi dan GDP per kapita suatu negara
merupakan hal yang menyebabkan adanya variasi cara dalam pemenuhan
kebutuhan. Pemanfaatan sumberdaya alam dan kondisi ekonomi yang berbedabeda antarnegara di dunia menyebabkan adanya interaksi dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidup masing-masing manusia. Interaksi yang kemudian muncul salah
satunya yaitu fenomena migrasi internasional yang melibatkan negara-negara di
dunia. Selain dikarenakan oleh faktor ekonomi, keberadaan faktor-faktor budaya,
sosial, dan politik turut pula menjadi pertimbangan akan terjadinya migrasi
internasional.
27
Migrasi internasional negara-negara di dunia kemudian difokuskan pada
migrasi keluar dan masuk negara-negara di Asia Tenggara pada tahun terakhir
(tahun 2010). Negara-negara di Asia Tenggara yang mengalami kenaikan volume
migran semenjak tahun 1970 dan disertai dengan perubahan kebijakan pengiriman
migran sebagai kebijakan resmi pemerintah di beberapa negara Asia Tenggara
turut pula menghasilkan suatu klasifikasi tertentu terkait migrasi internasional
yang terjadi. Klasifikasi sebagai negara pengirim dan penerima merupakan suatu
implikasi nyata terkait dengan kegiatan migrasi internasional yang dilakukan oleh
negara-negara di dunia, termasuk pula di dalamnya Asia Tenggara.
Kegiatan migrasi internasional juga membawa dampak berupa remitan
yang dianggap sebagai salah satu kontributor positif bagi perekomian negara.
Adanya kegiatan migrasi internasional dan remitan dipandang perlu untuk
dilakukannya pemetaan pola arus migrasi dan remitan yang diterima sehingga
dapat diperoleh gambaran jelas untuk keduanya. Kajian spasial terkait kedua hal
tersebut bertujuan untuk menemukenali pola arus migrasi dan remitan negaranegara di Asia Tenggara tahun 2010, menemukenali faktor-faktor yang
memengaruhi pemilihan negara tujuan migrasi negara-negara di Asia Tenggara
tahun 2010, serta mengkaji posisi Indonesia dalam migrasi internasional Intra
Asia Tenggara dan Inter Asia Tenggara .
1.8 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, dibuat
pertanyaan penelitian sebgaai berikut:
1.
bagaimana pola arus migran dan remitan negara-negara di Asia Tenggara
tahun 2010?
2.
faktor-faktor apa yang memengaruhi pemilihan negara tujuan migrasi negaranegara di Asia Tenggara tahun 2010?
3.
bagaimana posisi Indonesia dalam migrasi internasional Intra Asia Tenggara
dan Inter Asia Tenggara?
28
1.9 Hipotesis
Hipotesis peneltian ini adalah migrasi berasal dari negara dengan
pendapatan per kapita rendah menuju ke negara berpendapatan per kapita tinggi.
Semakin besar jumlah migrasi yang terjadi, maka semakin besar pula remitan
yang akan didapatkan dari negara tujuan.
1.10 Batasan Operasional
a. Arus Migran adalah jumlah atau banyaknya orang yang masuk maupun
keluar dari suatu wilayah menuju daerah lain dan begitu pula sebaliknya
b. Kajian Spasial adalah salah satu bentuk pengkajian akan suatu hal yang
menitikberatkan pada distribusi serta keberagaman ruang terkait dengan topik
arus pekerja migran dan remitan
c. Migran adalah seseorang atau sekumpulan orang yang melakukan
perpindahan melewati batas administrasi suatu daerah ke daerah lainnya
d. Migrasi Internasional adalah migrasi atau perpindahan orang dari suatu
negara menuju negara lain (melewati batas negara)
e. Pekerja Migran adalah seseorang atau sekumpulan orang berpindah
melewati batas negara dengan motif ekonomi bekerja dan menetap di negara
tujuan dalam beberapa waktu tertentu
f. Pola Arus adalah gambaran umum berupa model atau struktur dari suatu hal,
dalam hal ini jumlah pekerja migran dan remitan masuk di Asia Tenggara
g. Remitan adalah sejumlah uang yang dikirim oleh seorang migran (pekerja
migran) dari tempatnya bekerja di luar negeri kepada keluarganya di negara
asal
29
Migrasi Internasional
Negara-Negara
Dunia
Negara-Negara
Asia Tenggara
SDM
SDA
Ekonomi
Sosial
Politik
Budaya
Pertumbuhan
Ekonomi
GDP per
Kapita
Penerima
Migran
Pengirim
Migran
Remitan
TUJUAN:
1. Menemukenali pola arus migrasi dan remitan negaranegara di Asia Tenggara tahun 2010
Pemetaan Arus
Migrasi dan
Remitan
2. Menemukenali faktor-faktor yang memengaruhi
pemilihan negara tujuan migrasi negara-negara di Asia
Tenggara tahun 2010
3. Mengkaji posisi Indonesia dalam migrasi
internasional Intra-ASEAN dan Inter-ASEAN
Gambar 1.2. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
30
Download