6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

advertisement
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah bagian dari ilmu manajemen
yang lebih memfokuskan pembahasannya mengatur peranan sumber daya
manusia dalam mewujudkan tujuan yang optimal. Pengaturan ini meliputi
masalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan
pemberhentian karyawan untuk membantu terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan dan masyarakat. Jadi jelasnya manajemen sumber daya manusia
mengatur manusia sedemikian rupa sehingga terwujudnya suatu tujuan
perusahaan, kepuasaan karyawaan dan masyarakat.
Manajemen sumber daya manusia (human resources management)
berbeda dengan manajemen personalia (personal management). Manajemen
sumber daya manusia menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset)
utama organisasi yang harus dikelola dengan baik, jadi MSDM sifatnya lebih
strategis bagi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan manajemen personalia menganggap karyawan sebagai salah satu
faktor produksi yang harus dimanfaatkan secara produktif, atau manajemen
personalia lebih menekankan pada system dan prosedur.
6
7
Pentingnya faktor manusia didalam perusahaan tidak lepas dari peranan
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dan Manajemen Personalia
(Personal management). Manusia selalu berperan dominant dan aktif dalam
segala kegiatan organisasi karena manusia adalah perencana, pelaku, dan penentu
dari terwujudnya tujuan perusahaan atau sebuah organisai. Mengatur karyawan
adalah suatu hal yang rumit dan kompleks sebab setiap manusia memiliki
pemikiran dan keinginan yang berbeda-beda.
Dalam praktek manajemen sangat menitik beratkan pada kerjasama dari
setiap pegawai. Hal tersebut dapat digolongkan sebagai hubungan antar manusia
dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang manajemen yang
khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi perusahaan.
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen. Oleh
karena itu teori-teori manajemen umum menjadi dasar pembahasannya.
Manajemen
sumber
daya
manusia
merupakan
aktivitas-aktivitas
yang
dilaksanakan agar sumber daya manusia dalam organisasi dapat didayagunakan
secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan perusahaan dan kepuasaan kerja.
8
Masing-masing ahli memberikan pendapat yang berbeda. Dibawah ini
adalah beberapa pendapat atau definisi manajemen sumber daya manusia dari
beberapa ahli:
Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Edy Sutrisno (
2009:5 ) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia adalah
:
“Suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas
pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan
organisasi perusahaan secara terpadu”
Menurut Ike Kusdyah Rachmawati ( 2005:23 ) Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah :
“Sumber daya manusia harus didefinisikan bukan dengan apa yang
sumber daya manusia lakukan, tetapi apa yang sumber daya manusia
hasilkan “.
Sedangkan menurut Malayu ( 2007:10 ) menyatakan bahwa:
“Manajemen Sumber Daya Manusia adalah seni yang mengatur hubungan
dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien untuk membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat “.
Dari uraian yang dikemukakan oleh ketiga ahli diatas maka jelaslah bahwa
manajemen sumber daya manusia merupakan serangkaian kegiatan yang
9
terintegrasi dan terarah dalam pengelolaan sumber daya manusia melalui fungsifungsi manajemen sumber daya manusia itu sendiri agar dapat mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan perusahaan dengan efektif dan efisien.
2.1.2 Fungsi Manajemen SDM
a)
Fungsi Manajerial
Fungsi manajerial terdiri dari:
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan mempunyai arti penentuan mengenai program tenaga kerja
yang akan mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi dibentuk dengan merancang struktur hubungan yang
mengaitkan antara pekerjaan, karyawan, dan faktor-faktor fisik sehingga
dapat terjalin kerjasama satu dengan yang lainnya.
3) Pengarahan (Directing)
Pengarahan terdiri dari fungsi staffing dan leading. Fungsi staffing
adalah menempatkan orang-orang dalam struktur organisasi, sedangkan
fungsi leading dilakukan pengarahan sumber daya manusia agar
karyawan bekerja sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
10
4) Pengawasan (Controlling)
Adanya fungsi manajerial yang mengatur aktifitas-aktifitas agar sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan organisasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai, bila terjadi penyimpangan dapat diketahui dan segera
dilakukan perbaikan.
b)
Fungsi Operasional
Fungsi-fungsi operasional dari manajemen sumber daya manusia menurut
Ike Kusdyah Rachmawati ( 2009:9 ) adalah :
1) Perencanaan (Planning)
Adalah kegiatan memperkirakan tentang keadaan tenaga kerja, agar sesuai
dengan kebutuhan organisasi secara efektif dan efisien, dalam membantu
terwujudnya tujuan.
2) Pengorganisasian (Organization)
Adalah kegiatan untuk mengorganisasikan semua karyawan dengan
menetapkan pembagian kerja, delegasi, wewenang, integrasi dan
koordinasi dalam organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan.
3) Pengarahan (Directing)
Merupakan kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerja
sama dan bekerja efektif dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan,
karyawan dan masyarakat.
11
4) Pengendalian (Controlling)
Adalah kegiatan yang mengendalikan semua karyawan agar mentaati
peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai rencana.
5) Pengadaan (Procurement)
Merupakan proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi
untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
6) Pengembangan (Development)
Suatu proses peningkatan ketrampilan teknis, teoritis, konseptual, dan
moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
7) Kompensasi (Compensation)
Adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau
barang kepada perusahaan. Kompensasi dibagi kedalam dua kategori,
yaitu kompensasi keuangan (pembayaran gaji dan bonus) dan kompensasi
non keuangan (kepuasan kerja dan lingkungan kerja karyawan).
8) Integrasi (Integration)
Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan
karyawan agar tecipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan.
9) Pemeliharaan (Maintenance)
Suatu kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental,
dan loyalitas karyawan agar mereka tetap mau bekerja sama sampai
pensiun.
12
10) Kedisiplinan (Dicipline)
Merupakan hal terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa
disiplin yang baik akan sulit tercapainya tujuan yang maksimal.
Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturanperaturan dan norma social.
11) Pemberhentian (Separation)
Merupakan pemutusan hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan.
Maksud dari semua kegiatan yang telah dijelaskan diatas adalah untuk
membantu dalam menyelesaikan sasaran-sasaran dasar sehingga arah, visi,
misi, dan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien oleh karyawan sehingga tercapai tujuan
dasarnya.
Sedangkan fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Gary Dessler
( 2003:9 ) adalah :
1) Perencanaan
Perencanaan tenaga kerja merupakan operasi dari manajemen sumber daya
manusia. Dengan perencanaan tenaga kerja dimaksudkan ada upaya untuk
merencanakan jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan yang dibutuhkan guna mencapai tujuan organisasi ini. Fungsi
ini mulai dari analisis pekerjaan, rekrutmen, penempatan sampai pada
orientasi pekerjaan.
13
2) Pengembangan Tenaga Kerja
Pengembangan tenaga kerja merupakan suatu kondisi yang menunjukkan
adanya peningkatan-peningkatan kualitas tenaga kerja sehingga dapat
mengurangi ketergantungan organisasi untuk menarik karyawan baru.
Adapun tujuan dari pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk
mengubah sumber daya manusia yang potensial tersebut menjadi tenaga
kerja yang produktif, serta mampu dan terampil sehingga menjadi efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi. Adanya pengembangan
tenaga kerja, baik melalui pendidikan dan pelatihan, promosi maupun
mutasi akan dapat memotivasi karyawan untuk mempunyai kinerja yang
lebih baik sehingga dalam penilaian prestasi kerja dapat maksimal.
3) Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja merupakan salah satu aspek yang penting dalam
pengelolaan sumber daya manusia. Dengan adanya penilaian prestasi
kerja, maka dapat diketahui karyawan yang mempunyai prestasi kerja
yang baik maupun yang kurang. Hal ini akan berdampak pada pemberian
kompensasi.
4) Pemberian Kompensasi
Fungsi pemberian kompensasi meliputi kegiatan pemberian balas jasa
kepada para karyawan. Kompensasi ini dapat berupa finansial maupun non
finansial. Kegiatan disini meliputi penentuan system kompensasi yang
mampu mendorong prestasi karyawan, dan juga menentukan besarnya
kompensasi yang akan diterima oleh masing-masing pekerja secara adil.
14
5) Pemeliharaan Tenaga Kerja
Didalam pemeliharaan tenaga kerja ada pelaksanaan aspek ekonomis dan
juga non ekonomis yang diharapkan dapat memberikan ketenangan kerja
dan konsentrasi penuh bagi pekerja guna menghasilkan prestasi kerja yang
diharapkan oleh organisasi. Aspek ekonomis berhubungan dengan
pemberian kompensasi yang berupa gaji dan bonus yang sebanding
dengan hasil kerjanya. Sedangkan aspek non ekonomis berupa adanya
jaminan kesehatan, kesejahteraan dan keamanan serta kenyamanan dalam
bekerja.
6) Pemberhentian
Pemberhentian adalah fungsi operatif terakhir manajemen sumber daya
manusia. Fungsi pemberhentian harus dapat perhatian yang serius dari
manajer SDM karena telah diatur oleh undang-undang dan mengikat bagi
perusahaan maupun karyawan. Istilah pemberhentian atau separation,
pemisahan adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari organisasi
(perusahaan) yang disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan
organisasi, pensiun, atau sebab-sebab lain yang diatur oleh undangundang.
15
2.2
Pengertian Seleksi
Dalam suatu proses perekrutan karyawan sampai pada penempatan yang
tepat, seleksi merupakan langkah ketiga bagi perusahaan untuk mendapatkan
calon tenaga kerja yang berkualitas dan professional. Hal ini sesuai dengan tujuan
seleksi yang diungkapan oleh Drs. Marihot Amh Manullang ( 2006:99 ) dalam
bukunya yang berjudul Manajemen Personalia adalah :
“seleksi bertujuan untuk mendapatkan tenaga kerja yang paling tepat
untuk memegang jabatan tertentu “.
Proses seleksi dilaksanakan berdasarkan pada informasi mengenai analisis
jabatan (job analysis) dalam rangka mendapatkan uraian jabatan (job description).
Jadi langkah pertama adalah menentukan uraian jabatan (job description), yakni
menentukan sifat jabatan yang akan diisi dan menentukan kualifikasi atau tipe
pekerja yang cocok untuk jabatan itu. Barulah pada langkah berikutnya diadakan
rekrutmen atau penarikan, yakni suatu proses dimana tenaga kerja ditarik melalui
sumber-sumber tenaga kerja.
Menurut Drs. Edy Sutrisno, M.Si. (2009:57) dalam bukunya yang berjudul
“Manajemen Sumber Daya Manusia”, sumber-sumber tenaga kerja tersebut dapat
berasal dari :
1. Memasang Iklan Lowongan
Bertujuan untuk memberitahukan bahwa disuatu perusahaan ada lowongan
kerja dan memberitahukan mereka yang merasa berminat dan merasa
16
memenuhi syarat yang ditetapkan untuk melamar atau menawarkan diri
untuk mengisinya.
2. Memanfaatkan Jasa Dinas Tenaga Kerja Setempat
Cara ini ditempuh perusahaan yang memerlukan tenaga kerja dari mulai
yang tidak terampil sampai pada yang professional.
3. Memanfaatkan Jasa Pencari/Penyalur Tenaga Kerja
Umumnya cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan yang berasal dari
luar pulau jawa, seperti di Pulau Batam. Tentu ada biaya untuk jasa yang
mereka berikan yang biasanya ditetapkan per tenaga kerja. Hal ini sangat
membantu menghemat waktu dan juga biaya.
4. Menggunakan Jasa Konsultan dan head hunter
Penggunaan jasa konsultan dan head hunter dalam rekrutmen banyak
dilakukan oleh perusahaan yang mencari tenaga-tenaga manajerial. Alasan
utama mengapa perusahaan melakukan cara ini adalah karena proses
rekrutmen tersebut mungkin harus dirahasiakan baik pada orang dalam
maupun orang luar. Tentu saja untuk jasa mereka ada biaya yang cukup
tinggi yang berkisar antara 20% sampai dengan 30% dari penghasilan
dalam setahun (gaji, plus THR, dan lain-lain) yang akan dibayarkan
kepada calon yang diterima oleh perusahaan yang meminta jasa mereka.
5. Lembaga Pendidikan
Yaitu dengan memberikan pengumuman lowongan tenaga kerja pada
lembaga pendidikan yang sesuai dengan lowongan kerja yang ada tersebut.
17
6. Melalui Organisasi Profesi
Rekrutmen melalui organisasi seperti ini dapat dilakukan apabila
perusahaan mencari tenaga-tenaga profesional dan spesialis tertentu
melalui pendekatan langsung. Organisasi-organisasi tersebut antara lain :
Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ), Indonesia Marketing Association ( IMA ),
Ikatan Akuntansi Indonesia ( IAI ), Ikatan Finansial Eksekutif Indonesia (
IFEI ).
7. Meminta Bantuan Karyawan Lama
Pimpinan perusahaan atau bagian sumber daya manusia secara informal
menanyakan kepada karyawan yang sudah ada bila mereka mengenal
orang yang berminat untuk pindah kerja atau mencari peluang ditempat
baru. Terdapat keuntungan dan kerugian dari cara ini. Keuntungan dari
cara ini adalah biaya untuk mencari calon karyawan dapat ditekan, waktu
pencarian dapat dipercepat, dan karyawan yang merekomendasi calon
diharapkan dapat memberikan “garansi” tentang karakter dan mungkin
kompetensi dari calon. Sedangkan kerugiannya adalah karyawan yang
diminta bantuan sudah pasti akan merekomendasikan orang-orang yang
ingin dibantunya. Sesuai dengan budaya Indonesia, kelompok pertama
yang akan dibantunya adalah famili atau keluarga dekat, kemudian orang
dari satu daerah atau orang dari kerabat dekat. Dengan kata lain cara ini
dapat menimbulkan nepotisme didalam perusahaan. Hal ini harus dicegah
kecuali bila perusahaan tersebut memang mengadopsi gaya manajemen
“kekeluargaan.“
18
8. Mencari dari Arsip ( Bank Data ) Pelamar
Cara ini bertujuan apabila selama masa itu harus dilaksanakan rekrutmen,
maka sebelum mencari calon kesana kemari tidak ada salahnya untuk
mencari dari dalam bank data pelamar. Tentu saja bank data ini hanya
bermanfaat
bila kita akan
merekrut tenaga kerja
yang belum
berpengalaman.
Setelah selesai penarikan, maka sampailah pada tahap berikutnya yaitu
mengadakan seleksi dari tenaga kerja yang sudah tersedia.
Beberapa ahli mengemukakan definisi dari seleksi itu, dibawah ini adalah
beberapa pendapat atau definisi dari seleksi, diantaranya :
Menurut Ike Kusdyah Rachmawati ( 2008:101) menyatakan bahwa:
“seleksi merupakan proses dua arah dimana organisasi menawarkan posisi
kerja dengan kompensasi yang layak, sedangkan calon pelamar
mengevaluasi organisasi dan daya tarik posisi serta imbalan yang
ditawarkan organisasi.”
Menurut Malayu S.P Hasibuan ( 2007:64 ) menyatakan bahwa:
“seleksi merupakan cara tepat untuk mendapatkan tenaga kerja yang
berkualitas dan profesional pada posisi atau tempat yang tepat yang
dilakukan secara efektif dan efisien guna mengisi formasi pada suatu
perusahaan.”
19
Pengertian efektif mengandung arti bahwa penarikan tenaga kerja melalui
proses seleksi berjalan dengan ketat dan dalam jumlah yang tepat, sedangkan
efisien adalah apabila proses seleksi tersebut dijalankan dengan menghabiskan
waktu dan biaya yang seminimal mungkin dengan mendapatkan hasil yang
semaksimal mungkin.
Faktor lain yang perlu mendapatkan perhatian dalam mengadakan seleksi
adalah
kebijaksanaan perburuhan
pemerintah.
Kebijaksanaan
perburuhan
pemerintah pada umumnya dituangkan dalam bentuk perundang-undangan sosial.
Perundang-undangan sosial pada umumnya melarang adanya diskriminasi kulit,
agama, ras dan suku.
Perundangan-undangan
sosial
melarang
mempekerjakan
anak-anak
dibawah umur, melarang mempekerjakan wanita pada malam hari atau pada
tempat pekerjaan tertentu. Patokan-patokan didalam perundang-undangan sosial
harus diterapkan dalam proses seleksi pegawai, tidak menjadi soal apakah itu
perusahaan Negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta, perusahaan besar
ataupun perusahaan kecil.
Semua faktor tersebut, menjadi dasar kebijaksanaan dalam mengadakan
seleksi pegawai pada perusahaan. Dengan menerapkan faktor-faktor tersebut
dalam proses pemilihan pegawai maka sebagian dari fungsi sosial perusahaan
sudah dilaksanakaan.
20
2.2.1 Tahapan Seleksi
Sebelum menjalankan proses seleksi ada banyak cara yang harus
diperhatikan oleh perusahaan, antara lain :
1) Subyektivitas Orang yang Menginterview
Manusia selalu dipengaruhi oleh perasaanya, demikian pula orang yang
mengadakan interview sedikit banyak dipengaruhi oleh perasaannya, fakta
ini mungkin sekali menguntungkan si pelamar tetapi mungkin pula tidak
lolosnya pelamar itu. Timbulnya unsur subyektivitas menonjol karena
perbedaan tempramen dari mereka yang menginterview dan tidak dapat
menekan perasaanya.
2) Cara Mengajukan
Ada pertanyaan yang terburu-buru, kurang jelas atau menggunakan katakata yang sukar dimengerti sehingga akan menyulitkan para calon untuk
menjawab yang pada akhirnya akan menyulitkan personalia itu sendiri
menilai kemampuan, kecakapan dan pendidikan si pelamar.
3) Pengaruh Hallo
Maksudnya bahwa sifat khusus atau karakteristik seorang yang dihadapi
memberi kesan kepada kita sehingga didalam pengambilan keputusan
mengenai orang tersebut orang yang mengeinterview terpengaruh oleh
kesan yang dibawa oleh si pelamar. Hal ini terjadi karena kurangnya
informasi yang diterima mengenai si pelamar.
21
Dengan cara diatas besar kemungkinan pelaksanaan seleksi yang
dijalankan dapat berjalan efektif sehingga dapat diperoleh calon karyawan yang
sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan perusahaan yang membutuhkan.
2.2.2 Proses Seleksi
Pada dasarnya proses seleksi yang dijalankan untuk menyeleksi calon
tenaga kerja eksternal ada sembilan langkah. Hal inilah yang membedakan calon
tenaga kerja eksternal dengan calon tenaga kerja internal dimana calon tenaga
internal sudah tidak perlu lagi melalui tes – tes pendahuluan dan wawancara awal
sehingga dapat lebih efektif dan efisien. Adapun sembilan langkah dari proses
seleksi menurut DR. Edy Sutrisno, M.Si., ( 2009 : 57 ) didalam bukunya yang
berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia” yaitu sebagai berikut:
1) Skrinning Lamaran
Menyeleksi surat-surat lamaran artinya memilih surat-surat lamaran dan
mengelompokkan atas surat lamaran yang memenuhi syarat dan surat
lamaran yang tidak memnuhi syarat, dimana surat lamaran yang telah
memenuhi syarat dapat mengikuti seleksi selanjutnya dan surat lamaran
yang tidak memenuhi syarat berarti gugur dan tidak dapat mengikuti
tahapan seleksi berikutnya.
2) Tes Mengisi Formulir Lamaran
Pelamar yang dipanggil harus mengisi blangko (formulir) lamaran yang
telah disediakan. Tujuannya adalah pertama, untuk mengetahui apakah
benar pelamar tersebut yang membuat daftar riwayat hidup yang
22
dikirimkan atau dibuatkan oleh orang lain. Kedua, adalah untuk
mengetahui lebih banyak informasi tentang pelamar yang khusus
dibutuhkan untuk tahap seleksi berikutnya.
3) Pemeriksaan Referensi
Memeriksa referensi adalah meneliti siapa referensi pelamar, dapat
dipercaya atau tidak untuk memberikan informasi mengenai sifat, perilaku,
pengalaman kerja dan hal-hal lain yang dianggap penting dari pelamar.
Referensi pada dasarnya adalah seorang yang dapat memberikan informasi
dan jaminan mengenai sifat, perilaku dan hal-hal lain dari pelamar yang
bersangkutan. Pemeriksaan referensi ini membutuhkan ketelitian karena
informasi yang diberikan pada umumnya yang baik-baik saja. Referensi
yang dibutuhkan berupa personal reference dan employment reference.
Personal reference yang artinya referensi yang dapat memberikan
informasi mengenai karakter dan kondisi kesehatan atau penyakit yang
pernah dialami oleh sang pelamar. Sedangkan employment reference
adalah yang dapat memberikan informasi atau semacam jaminan mengenai
latar belakang maupun lamaran kerja pelamar yang bersangkutan.
4) Wawancara Pendahuluan
Dalam wawancara pendahuluan, pimpinan atau tim penyeleksi perusahaan
mengadakan wawancara formal dan mendalam dengan si pelamar. Dengan
demikian akan didapatkan data yang lebih akurat dan kompeten. Dengan
percakapan langsung, pewawancara yang berpengalaman dapat menggali
kemampuan seorang pelamar.
23
Wawancara berarti tanya jawab dengan maksud memperoleh data atau
informasi lebih mendalam secara langsung dari pelamar. Cara wawancara
dikenal atas unstructural interview, structural interview dan mixed
interview.
Unstructural interview (Free Interview) adalah wawancara secara bebas
tanpa persiapan pertanyaan yang akan ditanyakan.
Structural interview (Guided Interview) adalah wawancara yang
pertanyaannya sudah disiapkan sehingga wawancara lebih terarah dan
cepat. Dampak dari wawancara ini hasilnya tidak mendalam karena
pertanyaan yang diajukan terbatas.
5) Tes Penerimaan
Tes penerimaan adalah proses untuk mencari data calon karyawan yang
disesuaikan dengan spesifikasi jabatan atau pekerjaan yang akan dijabat.
Jenis tes penerimaan calon karyawan ini adalah wawancara dan tertulis.
Bentuk-bentuk tes penerimaan adalah Physical test (medical test),
academic test (knowledge test) dan Physicological Test.
Physical test adalah proses untuk menguji kemampuan fisik pelamar
contoh pendengaran atau penglihatan (buta warna atau tidak).
Academic test (knowledge test) adalah proses menguji kecakapan yang
dimiliki pelamar sesuai dengan kebutuhan jabatan yang akan diisiinya.
24
Phsycological test yaitu proses menguji kecerdasan (intelligence), bakat
(aptitude), prestasi (achievement) dan kepribadian (personality) dari
pelamar.
6) Tes Psikologi (Physicological Test)
Jenis-jenis test psikologi :
1) Tes Kecerdasan (intelligence test) yaitu mengetes kepribadian mental
pelamar dalam daya pikir secara menyeluruh dan logis.
2) Tes kepribadian (personality test) yaitu mengetes kepribadian mental
pelamar dalam kesediaan bekerja sama, sifat pemimpin, kejujuran, dan
unsur-unsur kepribadian lainnya yang dibutuhkan perusahaan.
3) Tes Bakat (aptitude test) yaitu mengetes dan mengukur kemampuan
mental potensi (IQ) pelamar apakah mempunyai kesanggupan untuk
dikembangkan dikemudian hari.
4) Tes Minat (interest test) yaitu mengetes jenis pekerjaan apa yang
paling cocok serta antusias mengerjakan pekerjaan yang akan
diberikan kepadanya.
5) Tes Prestasi (achievement Test) yaitu mengetes dan mengukur apakah
pelamar akan mampu berpretasi dalam mengerjakan pekerjaan yang
akan diberikan kepadanya.
25
7) Tes kesehatan
Tes kesehatan yaitu pemeriksaan kesehatan fisik pelamar apakah
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan untuk jabatan yang
bersangkutan. Misal : pendengaran, penglihatan (buta warna atau tidak),
pernah mengalami penyakit apa dan mempunyai cacat badan atau tidak.
8) Wawancara akhir oleh atasan langsung
Kepala bagian atau atasan langsung mewawancarai pelamar untuk
memperoleh data yang lebih mendalam tentang kemampuan pelamar
dalam melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.
9) Memutuskan diterima atau ditolak
Tiap manajer akan memutuskan diterima atau ditolaknya pelamar
memperoleh hasil dari seleksi - seleksi terdahulu. Pelamar yang tidak
memenuhi spesifikasi ditolak sedangkan pelamar yang lulus seleksi
diputuskan diterima menjadi karyawan dengan status karyawan dalam
masa percobaan. Selanjutnya mereka diharuskan mengisi formulir dan
melengkapi syarat-syarat sepenuhnya.
2.2.3 Kualifikasi-Kualifikasi yang Menjadi Dasar dalam Seleksi
Pada umumnya beberapa kualifikasi yang disebut dibawah ini menjadi
dasar dalam seleksi pegawai. Marihot Amh Manullang dalam bukunya yang
berjudul Manajemen Personalia (2006:102) menjelaskan beberapa kualifikasikualifikasi tersebut adalah :
26
a) Keahlian
Keahlian merupakan salah satu kualifikasi yang utama yang menjadi dasar
dalam proses seleksi. Dalam jabatan-jabatan yang tidak memerlukan
keahlian tertentu, kualifikasi keahlian itu dapat diabaikan. Keahlian
tersebut dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu :
a. Technical skill
b. Human skill dan
c. Conceptual skill
Technical skill merupakan jenis keahlian yang utama yang harus dimiliki
oleh para pegawai pelaksana. Sedang human skill merupakan keahlian
yang harus dimiliki oleh mereka yang akan memimpin beberapa orang
bawahan, jadi baik pimpinan tingkat rendah, menengah, maupun pimpinan
tertinggi suatu keahlian yang harus dimiliki oleh mereka yang akan
memangku jabatan pucuk pimpinan, ia merupakan keahlian yang dapat
mengkoordinir segala aktivitas-aktivitas dari berbagai badan usaha untuk
tertuju kepada realisasi tujuan perusahaan.
b) Pengalaman
Pengalaman penting artinya dalam proses seleksi pegawai. Pengalaman
dapat menunjukkan apa yang dapat dikerjakan oleh calon pegawai pada
saat dia melamar. Keahlian dan pengalaman merupakan dua kualifikasi
yang selalu diperhatikan dalam proses pemilihan pegawai. Umumnya
perusahaan-perusahaan lebih condong memilih tenaga kerja yang
berpengalaman.
27
c) Umur
Kualifikasi
umur
dalam
proses
seleksi
karyawan
banyak
pula
mendapatkan perhatian. Umumnya perusahaan-perusahaan tidak begitu
saja menerima calon yang berusia muda maupun mereka yang berusia
lanjut. Mereka yang memiliki usia lanjut mempunyai tenaga fisik yang
relatif kecil dan terbatas, meskipun mereka ini pada umumnya sudah
mempunyai pengalaman. Pengalaman ini mempunyai hubungan yang erat
dengan umur. Sebaliknya mereka yang mempunyai usia muda relative
kurang memiliki rasa tanggung jawab. Karena hal tersebut, maka dalam
seleksi ada baiknya ditekankan pada calon-calon yang berumur sedang.
Ditinjau dari sudut ilmiah maka dikatakan bahwa salah satu sumber tenaga
kerja yang terbaik berasal dari Akademi, Perguruan Tinggi, dan
Universitas.
d) Jenis kelamin
Pada zaman emansipasi sekarang ini, maka terbuka pintu yang luas bagi
kaum wanita untuk memangku jabatan-jabatan yang dahulu hanya
diperuntukkan bagi kaum pria. Dewasa ini terbuka lowongan jabatan bagi
kaum wanita. Namun tidaklah berarti bahwa segala macam jabatan dapat
diisi oleh kaum wanita, ada jabatan yang memang tertutup bagi kaum
wanita. Jabatan tersebut bukan karena syarat tenaga fisik yang kuat, tetapi
ditinjau dari sudut moral kurang tepat bagi kaum wanita. Dalam hal ini
perundang-undangan sosial haruslah menjadi bahan perhatian.
28
e) Pendidikan
Pendidikan sering digandengkan dengan latihan, umumnya dianggap dapat
menunjukkan kesanggupan dari pelamar. Dengan demikian pendidikan
merupakan salah satu kualifikasi dari seseorang calon yang akan
memangku jabatan manajer, terlebih-lebih jabatan manajer tingkat
menengah dan tingkat tinggi.
f) Keadaan Fisik
Untuk jabatan-jabatan tertentu keadaan fisik haruslah diperhatikan. Maka
dari itu perlu diadakannya tes kesehatan guna mengetahui kondisi fisik si
pelamar apakah memiliki gangguan kesehatan atau cacad fisik.
g) Tampang
Dari jabatan-jabatan tertentu, tampang juga merupakan salah satu
kualifikasi
yang menentukan
berhasil tidaknya seseorang
dalam
melaksanakan tugasnya. Pramugari dan sales promotion haruslah
mempunyai tampang yang menarik, sehingga dengan melihat tampangnya
saja ada dorongan setiap mereka yang melihatnya untuk berkomunikasi
dengan mereka. Dalam proses seleksi, kualifikasi tampang ini tidaklah
boleh diartikan sebagai suatu kualifikasi penting. Pada umumnya
kualifikasi tampang itu hanya sebagai kualifikasi tambahan.
29
h) Bakat
Bakat atau aptitude memiliki peranan yang sangat penting sebagai salah
satu kualifikasi yang menentukan dalam proses pemilihan calon pekerja.
Bakat ada dua macam, ada bakat yang tersembunyi disamping adanya
bakat yang nyata. Yang dimaksud bakat tersembunyi ialah segala bakatbakat yang tersembunyi atau kemampuan yang masih merupakan benih
yang belum dikembangkan.
i) Temperamen
Temperamen merupakan sifat-sifat yang bersumber pada faktor-faktor
psikologi atau mental. Dalam proses seleksi temperamen ini sering juga
diambil sebagai dasar yang perlu dimiliki oleh si pelamar. Untuk jabatan
sales promotion misalnya dibutuhkan tenaga manusia yang memiliki
temperamen periang.
j) Karakter
Temperamen tidak sama pengertiannya dengan karakter, meskipun ada
hubungan yang erat dengan keduanya. Temperamen adalah faktor
endogen, sedangkan karakter adalah faktor eksogin. Karakter dapat
diperbaiki dengan jalan pendidikan dan pelatihan,sedangkan temperamen
tidak dapat diubah.
Dalam pemilihan calon pegawai, sesungguhnya masih ada lagi kualifikasikualifikasi lain yang dijadikan dasar dalam proses seleksi. Kiranya kualifikasi
yang telah disebutkan diatas merupakan faktor-faktor yang menjadi bahan
30
perhatian dalam proses pemilihan pegawai. Harus dicatat bahwa tidak seluruhnya
kualifikasi tersebut merupakan kualifikasi yang harus dimiliki oleh calon
karyawan. Kualifikasi itu tergantung dari job specification dari suatu jabatan
tertentu. Kualifikasi pegawai yang dibutuhkan tergantung dari masing-masing
jabatan yang hendak diisi.
2.3 Pengertian Penempatan
Pelamar yang telah lulus seleksi dan hasilnya dikonfirmasikan dan
selanjutnya harus segera disampaikan kepada bagian penempatan karyawan agar
dikaji secara mendalam berdasarkan kualifikasi karyawan yang bersangkutan. Hal
ini dilakukan setelah pelaksanaan seleksi tenaga kerja telah selesai, setelah itu
fungsi manajer personalia selanjutnya adalah menempatkan karyawan tersebut
pada jabatan atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Seorang manajer personalia harus menyadari benar-benar, betapa
peranannya dalam menempatkan tenaga kerja dalam hubungannya dengan
perekonomian seluruhnya. Dalam proses seleksi, calon tenaga kerja harus diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk mengetahui ditempat mana dia paling cocok
bekerja agar dapat lebih mengembangkan bakatnya yang dimiliki. Bila ia tidak
dapat diterima, kepadanya diberikan saran-saran atau nasihat-nasihat untuk
mencari tempat dimana ia ditempatkan ditempat yang paling tepat dengan
bakatnya.
31
Dengan perkataan lain, proses pemilihan harus pula membantu calon
tenaga kerja untuk mengetahui ditempat mana paling tepat untuk memberikan
darma baktinya kepada masyarakat seluruhnya. Jadi kepada calon tenaga kerja
harus diberi bantuan dalam memilih jabatan yang paling tepat bagi dirinya.
Definisi tentang pengertian penempatan kerja juga dikemukakan oleh
Ambar Teguh Sulistiani dan Rosidah dalam bukunya yang berjudul “Manajemen
Sumber Daya Manusia” ( 2003:151 ) yang isinya sebagai berikut :
“Penempatan karyawan adalah suatu kebijakan yang diambil oleh
pimpinan suatu perusahaan atau instansi untuk menentukan seorang
pegawai masih tetap atau tidak ditempatkan pada suatu posisi atau jabatan
tertentu berdasarkan pertimbangan keahlian, ketrampilan, pengetahuan,
kemampuan dan kepribadian. “
Sedangkan menurut Rivai (2004:210) menyatakan bahwa:
“Penempatan karyawan berarti mengalokasikan para karyawan pada
posisi kerja tertentu”.
Penempatan ini harus berdasarkan pada job description dan job
specification yang telah ditentukan serta berpedoman pada prinsip “ penempatan
orang yang tepat pada tempatnya (the right man on the right place)”.
32
Banyak orang berpendapat bahwa penempatan merupakan akhir dari
proses seleksi. Menurut pandangan ini, jika seluruh proses seleksi telah ditempuh
dan lamaran seseorang diterima, akhirnya seseorang memperoleh status sebagai
pegawai yang ditempatkan pada posisi tertentu untuk melaksanakan tugas atau
pekerjaan tertentu.
Pandangan demikian memang tak salah sepanjang menyangkut pegawai
baru. Hanya saja teori manajemen sumber daya manusia yang mutakhir
menekankan bahwa penempatan tidak hanya berlaku bagi para pegawai baru
tetapi berlaku pula bagi para pegawai lama yang sudah tepat atau belum
ditempatkan pada posisinya. Penempatan karyawan yang tepat pada suatu jabatan
atau pekerjaan tertentu bukan saja idaman bagi setiap perusahaan tetapi juga
menjadi keinginan dari para karyawan. Dengan demikian, karyawan yang
bersangkutan dapat mengetahui ruang lingkup pekerjaan yang dibebankan
kepadanya. Karena itu penempatan karyawan yang tepat pada posisinya menjadi
tugas dan kewajiban personalia yang tidak bisa diabaikan dan dilaksanakan tanpa
pertimbangan dan proses yang matang.
2.3.1 Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Penempatan Pegawai
Sastrohadiwiryo (2002:162-165), mengemukakan faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menempatkan pegawai adalah sebagai berikut:
1) Faktor Prestasi Akademis
Prestasi akademis yang dimaksud adalah prestasi akademis yang telah
dicapai oleh pegawai selama mengikuti jenjang pendidikan pada masa
33
Sekolah Dasar sampai pendidikan terakhir, dipadukan dengan prestasi
akademis yang diperoleh berdasarkan hasil seleksi yang telah dilakukan
terhadap pegawai yang bersangkutan, sehingga dapat diharapkan
memperoleh masukan dalam menempatkan pegawai yang tepat pada posisi
yang tepat.
2) Faktor Pengalaman
Faktor
pengalaman
perlu
mendapat
pertimbangan
karena
ada
kcenderungan, makin lama bekerja, makin banyak pengalaman yang
dimiliki dan sebaliknya makin singkat masa kerja, makin sedikit
pengalaman yang diperoleh.
3) Faktor Kesehatan Fisik dan Mental
Faktor ini juga tidak kalah pentingnya dengan faktor-faktor tersebut diatas,
karena bila diabaikan dapat merugikan perusahaan. Oleh sebab itu
sebelum pegawai yang bersangkutan diterima menjadi pegawai perlu
diadakan tes/uji kesehatan oleh dokter yang ditunjuk, walaupun tes
kesehatan tersebut tidak selamanya dapat menjamin bahwa yang
bersangkutan benar-benar sehat jasmani dan rohani.
4) Faktor Status Perkawinan
Status perkawinan juga perlu dipertimbangkan mengingat banyak hal yang
dapat merugikan kita bila tidak ikut dipertimbangkan, terutama bagi
pegawai wanita sebaiknya ditempatkan pada lokasi atau kantor cabang
dimana suaminya bertugas.
34
5) Faktor Usia
Dalam rangka menempatkan pegawai, faktor usia pada diri pegawai yang
lulus
dalam
seleksi, perlu
mendapatkan
pertimbangan.
Hal ini
dimaksudkan untuk menghindarkan rendahnya produktivitas kerja yang
dihasilkan oleh pegawai yang bersangkutan.
2.3.2 Indikator Penempatan Kerja Menurut Ambar Teguh Sulistiani dan
Rosidah (2003:152) yaitu :
1) Pengetahuan
Adalah daya pikir dan penugasan ilmu serta luas sempitnya wawasan yang
dimiliki oleh seseorang.
2) Ketrampilan atau Keahlian
Adalah ahli dalam bidang tertentu yang bersifat karyaan yang diperoleh
melalui proses belajar dan berlatih.
3) Kemampuan
Adalah kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki
oleh seorang pegawai, pengetahuan dan kompetensi termasuk faktor
pembentuk kemampuan.
4) Tes Psikologi atau Kepribadian
Merupakan pencampuran yang unik dari karakteristik-karakteristik
individu yang mempengaruhi interaksi dengan lingkungan dan membantu
dalam mendefinisikan seseorang.
35
2.4
Produktifitas Kerja
Sebagian masyarakat mencampur adukkan pengertian produktivitas
dengan produksi, sehingga perbedaan produktivitas dan produksi sulit dipahami
secara jelas. Pada umumnya, dengan menambah masukan akan terjadi
peningkatan produksi, demikian pula sebaliknya dengan mengurangi masukan
akan
terjadi
penurunan
produksi.
Peningkatan
produksi
menunjukkan
pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan produktivitas berarti
pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian produksi. Hal inilah yang
membedakan produksi dengan produktivitas, dimana produksi tidak selalu
disebabkan oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat
walaupun produktivitas tetap menurun.
Beberapa ahli mengemukakan definisi tentang produktivitas itu,
diantaranya :
Menururt DR. Edy Sutrisno, M.Si.,dalam bukunya yang berjudul
“Manajemen Sumber Daya Manusia” ( 2009:109 ):
“Produktivitas kerja adalah rasio dari hasil kerja dengan waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seseorang tenaga kerja.”
36
Menurut Husein Umar dalam bukunya yang berjudul “Riset Sumber Daya
Manusia Dalam Organisasi” ( 2005:9 ):
“Produktivitas kerja memiliki dua dimensi, dimensi pertama adalah
efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal
yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan
waktu. Dan dimensi yang kedua adalah efisiensi yang berkaitan dengan
upaya membandingkan input dengan realisasi penggunannya atau
bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan”.
Keberhasilan kerja sering dinilai dari produktivitas kerja yang dihasilkan
oleh perusahaan mereka. Peningkatan produktivitas secara esensial adalah misi
para manajer produksi dan operasi produksi tidak lepas dari sumber daya manusia,
modal dan tekhnologi yang mempengaruhi karena ketiga hal ini secara tidak
langsung mempengaruhi kegiatan produksi.
2.4.1 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Langsung Produktivitas
Karyawan dan Saling Berkaitan, yaitu :
1) Manajemen
Dalam rangka menggerakkan perusahaan serta melaksanakan kegiatan
maka para pemimpin perusahaan bertanggung jawab atas kelancaran dan
kelangsungan hidup perusahaan serta dapat mengkoordinasi pekerjaan
setiap organisasi yang berada didalam perusahaan.
37
2) Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang cepat
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Tanpa ada tenaga kerja
maka kegiatan kerja perusahaan tidak dapat berjalan dengan lancar.
Walaupun dengan adanya bantuan mesin sebagai kemajuan teknologi
dalam menjalankan aktivitas produksi.
3) Teknologi
Perkembangan tekhnologi sekarang ini juga akan mempengaruhi
produktivitas kerja. Dalam hal ini seperti mesin-mesin yang serba
otomatis, komputer dan lain-lain.
2.4.2 Indikator Produktivitas Kerja Menurut DR. Edy Sutrisno, M.Si., (
2009:111) yaitu :
1) Kemampuan
Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan seorang
karyawan sangat tergantung pada ketrampilan yang dimiliki serta
profesionalisme mereka dalam bekerja.
2) Meningkatkan Hasil Yang Dicapai
Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah
satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang
menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi, upaya untuk memanfaatkan
produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu
pekerjaan.
38
3) Semangat Kerja
Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini
dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam suatu hari
kemudian membandingkan dengan hari sebelumnya.
4) Pengembangan Diri
Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja.
Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan
dengan apa yang akan diahadapi. Sebab semakin kuat tantangannya,
pengembangan diri pun mutlak dilakukan. Begitu juga harapan untuk
menjadi lebih baik yang pada gilirannya akan sangat berdampak pada
kenginginan karyawan untuk meningkatkan kemampuan.
5) Mutu
Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu yang lebih baik dari yang telah
lalu. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas
kerja seoarang pegawai. Jadi, meningkatkan mutu bertujuan untuk
memberikan hasil yang terbaik yang pada gilirannnya akan sangat berguna
bagi perusahaan dan diri sendiri.
6) Efisiensi
Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya
yang dimiliki. Masukan dan pengeluaran merupakan aspek produktif yang
memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan.
39
2.5
Hubungan Seleksi dengan Penempatan Kerja
Dalam suatu perusahaan selalu dilibatkan dengan masalah seleksi
karyawan. Dimana telah diketahui bahwa salah satu kegiatan manajemen
personalia adalah menyeleksi calon karyawan untuk mendapatkan tenaga kerja
yang berkualitas dan siap pakai.
Mendapatkan karyawan yang berkualitas baik merupakan titik kritis yang
harus dilalui oleh setiap perusahaan dan ini mutlak bagi perusahaan. Oleh sebab
itu, perusahaan mempunyai hak memilih dan menentukan karyawan yang
dianggap sesuai dengan apa yang dinginkannya.
Sebagimana telah dijelaskan sebelumnya seleksi merupakan cara tepat
untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional pada posisi atau
tempat yang tepat yang dilakukan secara efektif dan efisien guna mengisi formasi
pada suatu perusahaan ( Malayu, 2007:64 ).
Pelaksanaan seleksi harus benar-benar dilakukan secara teliti, efektif dan
efisien guna meningkatkan produktivitas bagi karyawan dan perusahaan.
Teliti mengandung arti bahwa proses seleksi tidak bisa dilakukan secara
sembarangan tanpa perhitungan yang matang karena hasil yang akan dicapai akan
menentukan maju mundurnya suatu perusahaan.
Efektif mengandung arti bahwa proses seleksi dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan perusahaan dan penempatan karyawan yang tepat
dapat meningkatkan motivasi untuk lebih giat dalam bekerja. Hal ini dapat
40
meningkatkan produktivitas karyawan karena karyawan bekerja sesuai dengan
kemampuan, pengetahuan, dan posisi yang tepat.
Efisien mengandung arti bahwa proses seleksi sebisa mungkin dilakukan
dengan mengeluarkan waktu dan biaya yang serendah-rendahnya, mengingat
perusahaan harus lebih berhati-hati dalam mengatur pengeluaran biaya. Maka dari
itu, manajer personalia harus segera mencari cara bagaimana hal ini dapat
terealisasi. Apabila hal ini tidak berhasil manajer personalia bisa kembali kepada
prosedur yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Hubungan seleksi dengan penempatan karyawan pada tingkat perusahaan,
nampak sangat tergantung pada hasil seleksi yang dilakukan oleh manajer
personalia. Hal ini dapat dilihat setelah dilakukannya pelaksanaan seleksi
karyawan, fungsi manajemen personalia selanjutnya yang harus dilaksanakan
adalah penempatan (placement). Penempatan karyawan yang tepat pada suatu
posisi jabatan atau pekerjaan tertentu bukan saja menjadi idaman bagi perusahaan,
tapi juga menjadi keinginan bagi calon karyawan.
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2007:64) seleksi dan penempatan pegawai
ini harus berpedoman kepada prinsip “ the right man in the right place and the
right man behind in the right job “, atau penempatan orang-orang yang tepat pada
tempat yang tepat dan penempatan orang-orang yang tepat pada jabatan yang
tepat. Dengan demikian karyawan yang bersangkutan dapat mengetahui ruang
lingkup pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
41
Dengan adanya penempatan karyawan yang tepat, dampak positif bagi
perusahaan adalah volume penjualan ( omzet ) output produksi yang dihasilkan
oleh karyawan yang bersangkutan akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
penentuan karyawan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Dengan demikian manfaat seleksi sangat besar pengaruhnya dan
menentukan sekali dalam menempatkan karyawan yang dinginkan oleh perusahan
dan juga menjadi idaman bagi perusahan.
Download