PDF (Bab I)

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa tumbuh kembang anak adalah masa yang sangat riskan bagi
setiap kehidupan anak, maka sangat penting untuk memperhatikan semua
aspek yang mendukung maupun yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Masalah tumbuh kembang anak yang sering dijumpai
salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau
kerusakan pada otak yang bersifat non-progresif yang terjadi pada proses
tumbuh kembang. Kelainan atau kerusakan tersebut dapat terjadi pada saat di
dalam kandungan (pre-natal), selama proses melahirkan (natal), atau setelah
proses kelahiran (post-natal). CP dapat menyebabkan gangguan sikap
(postur), kontrol gerak, gangguan kekuatan otot yang biasanya disertai
gangguan neurologik berupa kelumpuhan, spastik, gangguan basal ganglia,
cerebellum, dan kelainan mental (mental retardation) (Mardiani, 2006).
Angka kejadian CP yang sesungguhnya tidak diketahui secara pasti.
Namun berdasarkan penelitian National Institute of Neurological Disorders
and Stroke (NINDS) yang diadakan pada tahun 2000, menyatakan bahwa 2-3
bayi dari 1000 kelahiran menderita CP (Akatsuki, 2011). CP 10 kali lebih
sering ditemukan pada bayi yang lahir premature serta bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari normal (berat badan bayi lahir normal 2,5 - 4 kg).
1
2
NINDS mencatat bahwa tipe spastic merupakan tipe yang paling sering
ditemukan, yaitu berkisar antara 70%-80%, setelahnya ataksia antara 5%10%, dan sisanya pada athetoid dan campuran. Di Indonesia sendiri angka
kejadian CP belum dapat dikaji secara pasti.
Academy for Cerebral Palsy mengemukakan klasifikasi gambaran
klinis CP sebagai berikut: klasifkasi neuromotorik yaitu, spastic, atetosis,
rigiditas, ataxia, tremor dan mixed. Klasifikasi distribusi topografi keterlibatan
neuromotorik: diplegia, hemiplegia, triplegia dan quadriplegia yang pada
masing-masing dengan tipe spastik (Sunusi dan Nara, 2007).
Permasalahan umum yang timbul pada kondisi CP spastic athetoid
quadriplegi adalah Abnormalisasi tonus postural akan mengakibatkan
gangguan postur tubuh yaitu: (1) spastisitas pada anggota gerak atas (AGA)
dan anggota gerak bawah (AGB), (2) mempunyai karakteristik gerakan yang
tidak terkontrol, (3) gerakan sering meningkat selama periode peningkatan
stress dan hilang saat tidur, (4) gerak rotasi tidak berkembang sempurna, (5)
gangguan keseimbangan dan koordinasi, (6) yang mengakibatkan gangguan
pada fungsinal pasien. Selain itu penderita juga dapat mengalami problem
penyerta seperti retardasi mental, gangguan penglihatan, hipersensitif oral,
gangguan intelektual serta potensial terjadi kontraktur (deformitas).
Fisioterapi berperan dalam meningkatkan kemampuan fungsional agar
penderita mampu hidup mandiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan
terhadap orang lain. Neuro developmental treatment (NDT) merupakan salah
satu pendekatan yang paling umum digunakan untuk intervensi anak-anak
3
dengan gangguan perkembangan. Pendekatan NDT berfokus pada normalisasi
otot hypertone atau hypotone. Intervensi penanganan NDT melatih reaksi
keseimbangan, gerakan, dan fasilitasi (Uyanik and Kayihan, 2013).
NDT dapat juga diartikan sebagai suatu teknik terapi mulai dengan
penanganan langsung untuk mengoptimalkan fungsi setiap individu dengan
gangguan neurologis yang ada di dalam lingkungannya. Konsep NDT
memiliki 2 prinsip, yaitu: (1) normalisasi postur abnormal dan tonus otot
dinamis yang mengarah pada gerakan normal dan eksplorasi gerak, (2)
fasilitasi dari pola gerakan normal dalam aktifitas sehari-hari. Sedangkan
teknik NDT meliputi (1) inhibisi yaitu suatu upaya untuk menghambat atau
menurunkan, menghentikan tonus otot yang
berlebihan
dengan
menggunakan sikap hambat reflek atau Reflex Inhibitory Postures (RIP), (2)
fasilitasi pola gerak normal menggunakan teknik tertentu yang berfungsi
untuk mempermudah reaksi-reaksi automatif dan gerak motorik yang benar,
(3) stimulasi yang merupakan suatu upaya untuk memperkuat dan
meningkatkan tonus otot melaui propioceptif dan taktil (Waspada, 2010).
Teknik yang digunakan dalam stimulasi adalah usapan halus (neurostracture
taktil, tendon guard, myofacial), tepukan (tapping), penekanan sendi
(kompresi/aproximasi), traksi sendi, contra-strech otot, penahanan berat
(weight bearing), oral treatment, dan streching. Dari uraian di atas maka
penulis menyusun proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastic Athetoid Quadriplegi di
Pediatric and Developmental Therapy Centre (PNTC).
4
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi pada kondisi CP spastic athetoid quadriplegi
sangatlah kompleks, maka penulis dalam hal ini mengambil pembatasan
masalah dengan rumusan permasalahan sebagai berikut: apakah ada pengaruh
terapi latihan dengan metode NDT dalam menurunkan spastisitas dan
meningkatkan kontrol dan keseimbangan gerak dalam upaya meningkatkan
kemampuan fungsional pada CP spastic athetoid quadriplegi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari dan mengambil suatu
kesimpulan tentang kondisi CP spastic athetoid quadriplegi diantaranya:
untuk mengetahui pengaruh terapi latihan dengan metode NDT dalam
menurunkan spastisitas dan meningkatkan kontrol dan keseimbangan gerak
dalam upaya meningkatkan kemampuan fungsional pada CP spastic athetoid
quadriplegi.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah
1. Bagi penulis:
a. Menambah wawasan penulis tentang kasus CP spastic athetoid quadriplegi
yang ditulis dan dikaji penulis dalam karya tulis ini.
5
b. Mengetahui manfaat terapi latihan dengan metode NDT dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan pasien CP spastic athetoid quadriplegi dan
meningkatkan aktifitas fungsional pasien CP spastic athetoid quadriplegi.
2. Bagi Pembaca:
Dengan membaca makalah yang dibuat oleh penulis ini semoga dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan para pembaca.
Download