BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia anak

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dunia anak adalah dunia bermain. Maka wajar apabila bermain merupakan
salah satu prinsip dasar pendidikan anak usia dini. Melalui bermain anak akan
belajar berbagai hal, antara lain anak akan belajar mengenal lingkungan
disekitarnya, belajar dalam menguasai beberapa keterampilan hidup seperti,
keterampilan berbahasa, bersosialisasi dan lainnya. Salah satu media anak dalam
melakukan sosialisasi ialah dengan cara bermain .
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003) pada pasal 1 ayat (14)
menyatakan bahwa :
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang dianjurkan
kepada anak sejak lahir sampai dengan enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
Masa kanak-kanak awal disebut pula sebagai usia bermain karena anak
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain. Bermain dapat
menumbuhkan kesenangan dan kepuasan, selain itu banyak nilai-nilai penting
yang
dihasilkan
dari
bermain,
antara
lain
sosialisasi,
sarana
belajar,
mengekspresikan emosional, perkembangan moral, fisik dan kepribadian.
Permainan merupakan aktivitas yang dipilih sendiri tanpa ada nya unsur paksaan,
dan merasa senang saat melakukannya.
Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses belajar
anak, melalui bermain anak akan didorong bereksperimen dan tumbuh dengan
baik dalam kehidupannya. Kegiatan bermain anak dapat difasilitasi dengan
berbagai jenis media dan jenis permainan.
Diantara banyaknya jenis permainan anak di Indonesia, maka kita mengenal
jenis
permainan
tradisional
dan
permainan
modern.
Namun
dalam
perkembangannya, permainan tradisional saat ini semakin terpinggirkan dan
popularitasnya telah digeser oleh kehadiran permainan modern. Salah satu gejala
yang muncul dalam tiga dasawarsa terakhir di Indonesia adalah maraknya
berbagai macam bentuk mainan (toys) dan permainan (game) yang berasal dari
luar negeri yang tentu saja menggeser popularitas permainan tradisional di
kalangan anak-anak. Modernisasi yang bergerak pesat telah membuat permainan
modern berkembang pesat dengan jenis-jenisnya yang makin variatif, permainan
tradisional kini kian tersisih, tertinggal bahkan terlupakan. Mulai dari anak-anak
sampai mereka yang telah dewasa pun kini asyik di depan layar TV, komputer,
dan handphone untuk bermain game. Hal tersebut tidak dimainkan sendiri.
Gelombang masuknya unsur mainan asing ini terasa semakin sejalan dengan
dibukanya tempat-tempat permainan elektronik dibanyak pusat perbelanjaan dan
gedung-gedung bioskop.
Permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun
temurun dan mempunyai bermacam-macam nilai budaya yang terkandung
didalamnya. Permainan tradisional dapat melatih kemampuan sosial emosional
anak, karena pada umumnya permainan tradisional adalah permainan yang
membutuhkan lebih dari satu pemain, seperti : congklak, engklek, petak umpet,
ular naga, lompat tali, eggrang, dan lain-lain.
Anak usia 4-5 tahun merupakan sosok individu yang sedang berada dalam
proses perkembangan. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang
perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh
kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun
psikososial.
Ketika bermain dengan teman sebayanya kecerdasan emosional pun akan
ikut terasah, dalam permainan tradisional ini bagaimana emosi anak, bagaimana
kemampuan anak untuk berempati dengan teman, kesabaran sangat dituntut dalam
mainan tradisional. Semakin sering anak-anak berinteraksi dalam bermain, maka
kecerdasan emosinya pun akan semakin terasah .
Depdiknas (Devianti, 2013 : 9), menyebutkan bahwa 50% kecerdasan anak
sudah terjadi ketika anak usia 4 tahun, sedangkan pada usia 8 tahun kapasitas
kecerdasan anak yang sudah terbangun mencapai 80% .
Penelitian
menunjukkan
bahwa
keterampilan
EQ
membuat
anak
bersemangat tinggi dalam belajar, disukai oleh teman-temannya di area bermain,
dan juga akan membantu anak di masa depannya.
Anak-anak akan belajar dari lingkungan yang memperlakukannya dengan
berinteraksi dan bekerja sama melalui permainan tradisional. Melalui permainan
tradisional ini akan mengasah kemampuan otak, sikap mudah bersosialisasi, dan
membangun kecerdasan emosional (EQ).
Berdasarkan analisis fakta di lapangan yang peneliti lakukan selama
beberapa bulan di RA Nurul Fadhilah Medan, peneliti menemukan suatu
permasalahan yaitu anak kurang menunjukan ekspresi emosional anak. Hal ini
tampak dari prilaku anak yang kurang menunjukkan ciri- ciri anak yang
emosional seperti, kurang menunjukkan ekspresi emosi, kurang berempati dengan
temannya, malu bertanya, kurang memuji hasil karya teman, kurang berkerja sama
dalam kelompok.
Rendahnya kecerdasan emosional pada anak disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah pembelajaran di RA Nurul Fadhilah Medan yang
masih memfokuskan pada kemampuan akademik seperti membaca, menulis, dan
berhitung (calistung). Hal itu disebabkan oleh tuntutan orang tua yang
memandang bahwa di taman kanak-kanak hendaknya anak terlatih untuk
membaca, menulis, dan berhitung. Hal lain yang menyebabkan kecerdasan
emosional anak rendah disebabkan karena permainan yang monoton contohnya:
perosotan, ayunan, dll. Sehingga sebagian anak merasa bosan dan jenuh dengan
permainan perosotan dan ayunan yang dilakukan setiap hari .
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, . judul penelitian ini
adalah : “Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Kecerdasan Emosional Anak
Usia 4-5 Tahun di RA Nurul Fadhilah Medan”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, beberapa masalah dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1.
Sistem pendidikan yang lebih memfokuskan pada kemampuan
akademik seperti membaca, menulis dan berhitung ( calistung).
2. Permainan yang monoton
3.
Anak kurang berempati dengan temannya
4.
Kurang bekerja sama dalam kelompok
5.
Kurang menunjukkan ekspresi emosi
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah yang akan
di kaji dalam penelitian ini adalah “ Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap
Kecerdasan Emosional Anak Usia 4 - 5 Tahun di RA Nurul Fadhilah Medan” .
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah yang
akan di kaji adalah “Apakah terdapat pengaruh yang positif penggunaan
permainan tradisional terhadap kecerdasan emosional anak usia 4 – 5 tahun di RA
Nurul Fadhilah Medan
1.5.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui pengaruh yang positif penggunaan permainan tradisional
terhadap kecerdasaan emosional anak usia 4 - 5 tahun di RA Nurul Fadhilah
Medan.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1.
Anak

Dapat mengungkapkan emosi-emosi yang ada dalam dirinya melalui
permainan tradisional

Memberi motivasi kepada anak untuk lebih semangat bekerja sama
dengan teman dalam permainan tradisional.
2.
Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru untuk dapat mempertimbangkan jenis
permainan tradisional yang lebih baik untuk merangsang kecerdasan
emosional anak.
3.
Bagi lembaga pendidikan anak usia dini
sebagai bahan evaluasi, guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di
Taman Kanak-kanak.
4.
Peneliti
Sebagai bekal ilmu dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak
dimasa yang akan datang.
Download