analisis kinerja ekspor ubi kayu (cassava

advertisement
ANALISIS KINERJA EKSPOR UBI KAYU (CASSAVA)
INDONESIA KE NEGARA TUJUAN EKSPOR
LISA MEILANIE
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Ekspor
Ubi Kayu (Cassava) Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Lisa Meilanie
NIM H14120050
ABSTRAK
LISA MEILANIE. Analisis Kinerja Ekspor Ubi Kayu (Cassava) Indonesia ke
Negara Tujuan Ekspor. Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI.
Indonesia merupakan tiga besar negara pengekspor ubi kayu di dunia yang
memberikan peluang bagi Indonesia untuk menguasai pangsa pasar dunia. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis daya saing dan faktor–faktor yang
memengaruhi permintaan ekspor ubi kayu Indonesia ke negara tujuan. Negara yang
dianalisis adalah China, Korea, Amerika Serikat, Belanda, Brunei Darussalam,
Singapura, Inggris, Australia, Malaysia, dan Hongkong pada periode 2001-2014.
Metode yang digunakan dalam analisis adalah Revealed Comparative Advantage
(RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan gravity model. Hasil analisis RCA
menunjukkan bahwa ubi kayu Indonesia berdaya saing di negara tujuan. Sedangkan
hasil analisis EPD komoditas ubi kayu Indonesia berada pada posisi rising star
untuk negara Australia, Amerika Serikat, Belanda, dan Singapura. Terdapat lima
negara pada posisi falling star yaitu Brunei Darussalam, Korea, Inggris, Malaysia,
Hongkong, dan pada posisi retreat adalah China. Pada hasil analisis gravity model
menunjukkan bahwa kelima variabel berpengaruh secara signifikan terhadap
permintaan ekspor ubi kayu Indonesia, yaitu jarak ekonomi, nilai tukar riil, GDP
riil negara tujuan, populasi, dan harga ekspor riil.
Kata kunci: Daya saing, EPD, gravity model, RCA, ubi kayu
ABSTRACT
LISA MEILANIE. Analysis of Indonesian Cassava Performance in Export
Destination Countries. Supervised by RINA OKTAVIANI.
Indonesia is one of the big country exporters of cassava that provides
opportunities dominating the world market share. The purpose of this research is to
analyze competitiveness and factors influencing demand for Indonesian exports of
cassava in some destination countries. The export destination countries include
China, Korea, United States, Netherland, Brunei Darussalam, Singapore, United
Kingdom, Australia, Malaysia, and Hongkong in the period of 2001- 2014. The
analytical methods used in this analysis are revealed comparative advantage (RCA) ,
export product dynamic (EPD) , and gravity model. The results of the RCA analysis
show that Indonesian cassava has a high competitiveness in the destination
countries. Meanwhile, EPD analysis result that Indonesian cassava export to
Australian, United States, Netherland, and Singapore is under the rising star. The
five countries in a position of falling star are Brunei Darussalam, Korea, United
Kingdom, Malaysia, Hongkong, while the retreat position on China. The result of
gravity model analysis shows five variables significantly influence demand for
cassava Indonesia, which are economic distance, real exchange rate, real GDP
destination countries, population, and real export prices.
Keywords: Cassava, competitiveness, EPD, gravity model, RCA
ANALISIS KINERJA EKSPOR UBI KAYU (CASSAVA)
INDONESIA KE NEGARA TUJUAN EKSPOR
LISA MEILANIE
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Ekspor Ubi
Kayu (Cassava) Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor” dapat diselesaikan dengan
baik. Penelitian ini ditujukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS selaku
dosen pembimbing serta Dr Sahara, SP, MSi dan Dr Eka Puspitawati, SP, MSi
selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan, saran, dan nasihat
kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta
yang telah memberikan doa dan motivasi kepada penulis. Selain itu, penulis juga
berterima kasih kepada teman satu bimbingan Eni, Dewi S, Hasan, Ana, serta
sahabat terdekat Aryani, Eni, Halimah, Zelin, Dewi Ayu, Maya, Selly, Deby, dan
Melda, serta teman-teman Ilmu Ekonomi 49 atas semangat dan masukan kepada
penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2016
Lisa Meilanie
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
Perdagangan Internasional
6
Konsep Daya Saing
7
Gravity Model
7
Penelitian Terdahulu
9
Kerangka Pemikiran
10
Hipotesis
11
METODE PENELITIAN
12
Jenis dan Sumber Data
12
Metode Analisis Data
12
Analisis Daya Saing
13
Analisis Gravity Model
14
Model Penelitian
17
Definisi Operasional
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
Gambaran Umum Ubi Kayu Indonesia
18
Keragaan Ekspor Ubi Kayu Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor
20
Analisis Daya Saing Ubi Kayu Indonesia ke Sepuluh Negara Tujuan Ekspor
Periode 2009-2014
23
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Ubi Kayu Indonesia ke Negara
Tujuan Ekspor
25
Uji Kriteria Statistik
26
Uji Kriteria Ekonometrika
27
Interpretasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Ubi
Kayu Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
28
SIMPULAN DAN SARAN
30
Simpulan
30
Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32
RIWAYAT HIDUP
48
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
Produksi, konsumsi, ekspor, dan impor ubi kayu di Indonesia tahun
2006 sampai tahun 2014
Nilai (US$) ekspor ubi kayu Indonesia ke 10 negara tujuan ekspor di
dunia 2011 – 2014
Data dan sumber data
Kerangka identifikasi autokorelasi
Hasil RCA komoditas ubi kayu Indonesia ke negara tujuan ekspor
Hasil estimasi EPD ubi kayu Indonesia ke 10 negara tujuan ekspor
Hasil estimasi gravity model ekspor ubi kayu Indonesia menggunakan
fixed effect model dengan pembobotan cross section SUR
2
4
12
16
24
25
26
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kontribusi subsektor pertanian terhadap GDP Indonesia tahun 2014
Negara eksportir ubi kayu
Tren harga ubi kayu Indonesia
Keseimbangan parsial perdagangan internasional
Kerangka pemikiran
Kekuatan bisnis dan daya tarik pasar dalam metode EPD
Produksi ubi kayu delapan kabupaten di Indonesia (2014)
Sepuluh negara produksi tertinggi ubi kayu tahun 2014
Perkembangan GDP riil sepuluh negara tujuan ekspor
Perkembangan populasi sepuluh negara tujuan 2001 - 2014
Perkembangan jarak ekonomi negara tujuan ekspor dengan Indonesia
tahun 2001- 2014
12 Perkembangan harga ekspor riil ubi kayu tahun 2001 – 2014 (US$/kg)
13 Perkembangan nilai tukar riil negara tujuan terhadap USD pada tahun
2001 – 2014
1
3
5
6
11
14
18
19
20
21
22
22
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
Hasil olahan metode RCA ekspor komoditas ubi kayu Indonesia ke 10
negara tujuan ekspor tahun 2009-2014
Hasil olahan metode EPD ekspor komoditas ubi kayu Indonesia ke 10
negara tujuan ekspor tahun 2009-2014
Variabel-variabel yang memengaruhi permintaan ekspor komoditas ubi
kayu Indonesia di 10 negara tujuan ekspor tahun 2001-2014
Hasil uji chow
Hasil uji hausman
Hasil estimasi panel data dengan menggunakan model FEM (Fixed Effect
Method) dengan pembobotan cross section SUR
Hasil uji normalitas
Matriks korelasi antar variabel
35
37
39
43
44
45
46
47
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perdagangan internasional merupakan salah satu bentuk kerja sama antar
negara baik dalam perdagangan jasa maupun perdagangan barang. Semakin
mudahnya akses dalam perdagangan internasional, seperti diturunkan maupun
dibebaskannya hambatan perdagangan, menuntut semua negara untuk
meningkatkan keunggulan agar dapat bersaing dengan negara lainnya. Setiap
negara yang melakukan perdagangan internasional akan mengekspor produk
dengan keunggulan yang lebih tinggi dibanding negara lain. Jika suatu produk atau
suatu komoditas memiliki keunggulan, maka komoditas tersebut akan cenderung
memberikan kontribusi yang tinggi bagi GDP nasional.
Salah satu sektor yang memiliki sumbangan terbesar untuk GDP Indonesia
adalah sektor pertanian, hal ini disebabkan Indonesia memiliki potensi dalam
mengembangkan sektor pertanian. Kondisi iklim dan lahan yang subur merupakan
beberapa faktor yang memengaruhinya. Sektor pertanian dibagi menjadi lima
subsektor, yaitu subsektor tabama (tanaman bahan makanan), tanaman perkebunan,
peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, serta perikanan. Subsektor tabama
mencakup beberapa komoditas seperti gandum, beras, jagung, ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah, kacang hijau, kedelai, dan lainnya.
Laju pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2011 mencapai 2.78 persen,
kemudian pada tahun 2012 terjadi peningkatan laju pertumbuhan mencapai 3.98
persen. Namun, pada tahun 2013 laju pertumbuhan sektor pertanian mengalami
penurunan menjadi 3.02 persen. Sedangkan laju pertumbuhan subsektor tanaman
bahan makanan pada tahun 2013 adalah sebesar 1.93 persen (Pusdatin 2014).
Gambar 1 menjelaskan kontribusi masing-masing subsektor pertanian pada GDP
Indonesia.
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
Tabama
Perkebunan
Peternakan dan hasilnya
Kehutanan
Perikanan
Sumber: Badan Pusat Statistik 2016
Gambar 1 Kontribusi subsektor pertanian terhadap GDP Indonesia tahun 2014
(miliyar rupiah)
2
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 kontribusi tertinggi dari
subsektor pertanian yaitu kontribusi yang dihasilkan oleh subsektor tabama sebesar
668 337.70 milyar rupiah. Kemudian kontribusi terbesar pada urutan kedua berasal
dari subsektor perikanan yaitu sebesar 340 343.80 miliyar rupiah. Selanjutnya
diurutan ketiga sumbangan dari subsektor perkebunan senilai 192 921.50 miliyar
rupiah, dan di posisi keempat dan kelima secara berurutan adalah subsektor
peternakan dan hasilnya serta kehutanan yang masing-masing sebesar 184 246.50
dan 60 872.80 miliyar rupiah (BPS 2016).
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menghasilkan pencapaian dari sasaran
kinerja tahun 2014 yaitu pada komoditas jagung sebesar 19.13 juta ton atau
mencapai 100.67 persen dari target, sehingga kondisi ini dikategorikan sangat
berhasil. Kemudian komoditas padi menghasilkan 70.61 juta ton atau 97.66 persen
dari target, kedelai 921 ribu ton atau 92.13 persen dari target, ubi jalar 2.36 juta ton
atau 90.77 persen dari target, dan ubi kayu 24.56 juta ton atau 88.98 persen dari
target (naik 2.60 persen), sehingga kondisi tersebut dikategorikan berhasil (Dirjen
Pangan 2015).
Pengembangan komoditas utama lainnya seperti kacang tanah, kacang hijau,
ubi kayu, dan ubi jalar tetap menjadi prioritas dari pemerintah disamping
pengembangan komoditas tanaman pangan utama (padi, kedelai, dan jagung). Hal
ini dilakukan dalam rangka peningkatan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani
lokal. Tingkat produksi rata-rata ubi kayu pada tahun 2010 hingga 2014 merupakan
yang terbesar jika dibandingkan dengan produksi komoditas utama lainnya, yaitu
sebesar 24.13 juta ton. Sedangkan rata–rata produksi ubi jalar, kacang tanah, dan
kacang hijau secara beurutan adalah 2.29 juta ton, 708 ribu ton, dan 272 ribu ton
(Dirjen Pangan 2015). Tabel 1 menunjukkan gambaran dari produksi, konsumsi,
ekspor, dan impor ubi kayu di Indonesia tahun 2006 hingga 2014
Tabel 1 Produksi, konsumsi, ekspor, dan impor ubi kayu di Indonesia tahun 2006
hingga 2014
Impor (ton)
Tahun Produksi (ton)
Konsumsi (ton)
Ekspor (ton)
39
19 986 640
14 551 000
132 005
2006
45
19 988 058
4 007 000
209 668
2007
23
21 756 991
20 858 000
129 696
2008
1
903
22 039 145
6 576 000
197 694
2009
21
23 918 118
10 568 768
145 217
2010
6
24 044 025
16 302 913
105 331
2011
13 291
24 177 372
15 163 609
40 550
2012
101
23 936 921
12 451 436
131 262
2013
23 436 384
13 328 499
80 175
2014
Sumber : Pusdatin 2015
Berdasarkan Tabel 1, produksi ubi kayu Indonesia pada tahun 2006 hingga
tahun 2014 cenderung mengalami peningkatan, akan tetapi produksi tahun 2013
dan 2014 menurun dibandingkan tahun 2012. Hal ini diakibatkan adanya konversi
lahan menjadi perkebunan dan perumahan serta adanya musim kemarau yang
panjang di Indonesia. Sedangkan konsumsi ubi kayu Indonesia menunjukkan angka
yang berfluktuatif. Tingkat produksi ubi kayu di Indonesia selalu lebih besar
3
daripada tingkat konsumsinya. Hal ini yang membuat Indonesia dapat melakukan
ekspor ke dunia. Tabel 1 menunjukkan bahwa neraca perdagangan ubi kayu bernilai
positif yang berarti bahwa ekspor ubi kayu Indonesia bernilai lebih besar dari impor
ubi kayu. Pada tahun 2012, impor ubi kayu Indonesia bernilai tinggi mencapai
angka 13 291 ton. Kementerian Pertanian (2012) menyatakan bahwa hal ini
dikarenakan penggunaan ubi kayu yang cukup besar, baik itu untuk konsumsi
maupun input produksi.
Ubi kayu merupakan salah satu tanaman multifungsi yang memiliki kegunaan
sebagai bahan baku sumber energi alternatif, pangan, maupun pakan (fuel, food,
feed). Ubi kayu merupakan bahan pangan alternatif yang potensial untuk dijadikan
bahan pangan pokok selain beras dan jagung. Selain itu ubi kayu dapat dijadikan
alternatif diversifikasi konsumsi pangan lokal dalam upaya mendukung
peningkatan ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional (Kristian 2015).
Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian nomor
15/Permentan/RC.110/I/2010 yang berisi tentang program peningkatan
diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat, dapat disimpulkan bahwa
permintaan ubi kayu akan mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan komoditas
ubi kayu berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan maupun industri.
Peningkatan kebutuhan ubi kayu dalam bidang industri dapat dikaitkan dengan
adanya program pemerintah untuk menggunakan sumber energi alternatif yang
berasal dari hasil pertanian (liquid biofuel), seperti biodiesel dan bioetanol serta
diversifikasi pangan berbasis pangan lokal.
Vietnam;
36.42
Thailand;
59.19
Lainnya; 1.2
Costa Rica;
1.3
Indonesia; 1.9
Sumber : Pusdatin 2015
Gambar 2 Negara eksportir ubi kayu di dunia tahun 2009 - 2013
Gambar 2 menunjukkan negara eksportir ubi kayu terbesar di dunia rata–rata
pada tahun 2009 hingga 2013. Indonesia sebagai negara agraris menduduki urutan
ketiga setelah Thailand dan Vietnam sebagai eksportir ubi kayu terbesar. Indonesia
dengan rata-rata produksi mencapai 23.67 juta ton, hanya mampu mengekspor ubi
kayu dengan rata-rata sebesar 129.11 ribu ton atau hanya menguasai pangsa ekspor
ubi kayu dunia sebesar 1.90 persen (Pusdatin 2015). Meskipun berada pada urutan
ketiga, akan tetapi Indonesia masih bisa berpeluang menjadi eksportir utama di
dunia. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan strategi meningkatkan
daya saing dari komoditas ubi kayu. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
4
mengkaji lebih dalam tentang daya saing ubi kayu di negara tujuan ekspor serta
untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor komoditas
ubi kayu Indonesia.
Rumusan Masalah
Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian
Indonesia yang dapat dilihat dari tingkat penyerapan tenaga kerja dan kontribusi
pada GDP nasional. Ubi kayu merupakan salah satu komoditas pertanian yang
merupakan bahan pangan alternatif dan berperan sebagai pengganti sumber pangan
utama setelah padi dan jagung. Ubi kayu berperan sebagai pendukung ketahanan
pangan di Indonesia. Indonesia termasuk dalam tiga negara terbesar di dunia yang
melakukan ekspor ubi kayu setelah Vietnam dan Thailand. Pada Tabel 2 dijelaskan
mengenai kondisi ekspor ubi kayu Indonesia ke sepuluh negara tujuan ekspor.
Tabel 2 Nilai (US$) ekspor ubi kayu Indonesia ke sepuluh negara tujuan ekspor di
dunia 2011 - 2014
Negara
2011
2012
2013
2014
China
22 284 133 7 815 846 26 706 142 16 947 821
Korea
6 397 111 1 866 934 3 502 287 1 653 806
Amerika Serikat
208 971
181 971
705 225
497 687
Belanda
58 471
114 302
165 902
226 642
Brunei Darussalam
137 190
114 704
159 599
160 083
Singapura
4 008
34 927
28 109
116 637
Inggris
240 595
293 841
320 896
98 797
Australia
23 099
114 553
118 198
55 798
Malaysia
108 073
245 114
233 219
33 044
Hongkong
886
756
912
704
Sumber : WITS (World Integrated Trade Solution) 2016
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa kondisi ekspor ubi kayu Indonesia
mengalami fluktuasi dari tahun 2011 hingga tahun 2014. Ekspor ubi kayu Indonesia
di beberapa negara mengalami peningkatan, namun untuk negara tujuan China,
Korea, Amerika Serikat, Inggris, Australia, Malaysia, dan Hongkong nilai ekspor
ubi kayu Indonesia cenderung mengalami penurunan. Penurunan terbesar ekspor
ubi kayu Indonesia yaitu pada negara China yang mencapai 9 758 321 US$ pada
tahun 2013 ke tahun 2014. Kondisi harga domestik ubi kayu di Indonesia juga
memengaruhi peningkatan maupun penurunan ekspor Indonesia.
Perkembangan harga rata-rata ubi kayu di tingkat nasional selama tahun
2010 hingga Agustus 2014 terus mengalami peningkatan dan berfluktuatif di setiap
tahunnya. Rata-rata peningkatan harga ubi kayu pada tahun 2010 sebesar 1.43
persen, tahun 2011 sebesar 1.87 persen, tahun 2012 sebesar 0.90 persen, dan tahun
2013 sebesar 0.99 persen. Peningkatan harga tertinggi pada periode tersebut terjadi
pada bulan November tahun 2011 hingga mencapai 13.46 persen. Sedangkan pada
bulan Agustus 2014 terjadi peningkatan harga ubi kayu menjadi Rp. 5.195,-/kg atau
naik sebesar 0.28 persen. Gambar 3 menunjukkan bahwa tren harga ubi kayu
Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga 2014, sehingga hal
5
tersebut menyebabkan penurunan ekspor komoditas ubi kayu ke negara–negara
tujuan ekspor (Pusdatin 2015).
Sumber : Pusdatin 2015
Gambar 3 Tren harga ubi kayu Indonesia
Pemerintah sebagai regulator telah membuat beberapa kebijakan terkait ubi
kayu di Indonesia, beberapa kebijakan tersebut seperti diversifikasi pangan dalam
upaya mengurangi konsumsi domestik terhadap beras dan pengembangan produk
olahan ubi kayu (bioetanol) yang dapat digunakan sebagai bahan energi alternatif.
Namun, program tersebut tidak berjalan dengan baik disebabkan oleh beberapa
faktor seperti teknologi yang kurang mendukung, kualitas ubi kayu Indonesia yang
bervariasi, dan harga bioetanol sendiri yang lebih mahal dibandingkan BBM.
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan di atas muncul beberapa rumusan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi daya saing ubi kayu Indonesia?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi permintaan ekspor ubi kayu Indonesia
ke negara tujuan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas,
tujuan penelitian ini secara umum adalah :
1. Menganalisis kondisi daya saing ubi kayu Indonesia.
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ubi kayu
Indonesia ke negara tujuan.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk
penulis maupun pihak-pihak yang terkait. Adapun manfaat yang diharapkan
tersebut antara lain :
1. Penelitian ini merupakan sarana mengembangkan ilmu yang diperoleh ketika
masa perkuliahan, khususnya dalam bidang ekonomi.
2. Diharapkan dapat menjadi informasi dan sumber tambahan bagi pihak-pihak
yang terkait, seperti pemerintah.
6
3. Bagi pembaca atau masayarakat, diharapkan dapat menjadi sarana untuk
menambah ilmu pengetahuan terkait topik penelitian ini.
Ruang Lingkup
Fokus penelitian ini adalah arus perdagangan dari sisi ekspor komoditas ubi
kayu (cassava) Indonesia ke negara-negara utama tujuan ekspor Indonesia.
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ubi
kayu Indonesia, serta menganalisis perkembangan daya saing ubi kayu di negara
tujuan ekspor utama. Negara- negara yang menjadi objek penelitian ini adalah
China, Korea, Amerika Serikat, Belanda, Brunei Darussalam, Singapura, Inggris,
Australia, Malaysia, dan Hongkong. Komoditas yang dianalisis adalah ubi kayu
mentah tanpa produk olahan (cassava) berdasarkan Harmonized System dengan
kode 071410 yang dimulai sejak tahun 2001 hingga tahun 2014.
TINJAUAN PUSTAKA
Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional terus berkembang, dimulai dengan suatu
aliran atau filsafat ekonomi yang berkaitan dengan aliran barang atau jasa dalam
perdagangan internasional. Teori tersebut dikenal dengan merkantilisme sampai
dengan teori perdagangan internasional modern. Teori merkantilisme menyatakan
bahwa suatu negara akan makmur apabila ekspor yang dilakukan lebih besar dari
impor. Tetapi, teori merkantilisme mendapat kritikan dari Adam Hume tentang
semakin banyaknya logam mulia, maka penawaran uang pun juga menjadi banyak.
Apabila money supply meningkat sementara produksi konstan, akan mendorong
terjadinya inflasi sehingga menaikkan harga barang-barang ekspor yang
mengakibatkan kuantitas barang yang di ekspor turun (Oktaviani dan Novianti
2014).
Sumber : Salvatore 1997
Gambar 4 Keseimbangan parsial perdagangan internasional
7
Model sederhana terkait keseimbangan parsial pada perdagangan
internasional dirumuskan oleh Salvatore (1997) pada Gambar 4. Sebelum
terjadinya perdagangan internasional, harga di negara A sebesar P3 sedangkan di
negara B sebesar P1. Penawaran pasar internasional akan terjadi jika harga
internasional lebih tinggi dari P3, sedangkan permintaan di pasar internasional lebih
rendah dari P1. Pada saat harga internasional ditetapkan pada P2 maka negara B
akan terjadi excess demand (ED) dan negara A akan terjadi excess suply (ES). Dari
terbentuknya kurva ES dan ED yang akan menentukan terjadinya perdagangan
internasional, di mana negara B akan mengimpor dan negara A akan mengekspor.
Konsep Daya Saing
Keunggulan absolut yang dikemukakan oleh Adam Smith, dimana suatu
negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional karena
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut
memiliki keunggulan mutlak (absolut) serta mengimpor barang jika negara tersebut
tidak memiliki keunggulan absolut (absolute disadvantage). Keunggulan dari teori
ini adalah terjadinya perdagangan bebas antara dua negara yang saling memiliki
keunggulan absolut yang berbeda, di mana terjadi interaksi impor dan ekspor yang
meningkatkan kemakmuran negara.
Selain teori keunggulan absolut, terdapat juga teori keunggulan komparatif
oleh David Ricardo. Ricardo menyatakan meskipun suatu negara tidak memiliki
keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis komoditas, tetapi perdagangan
yang saling menguntungkan bisa tetap berlangsung selama rasio harga antar negara
berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan (Oktaviani dan Novianti 2014).
Keunggulan komparatif dapat dilihat dari beberapa sisi seperti penggunaan lahan
dan tingkat produktivitas. Sedangkan keunggulan kompetitif suatu komoditas dapat
dilihat dari sisi harga dan kondisi infrastruktur, di mana ketika suatu komoditas
memiliki keunggulan komparatif di suatu wilayah, belum tentu komoditas tersebut
juga memiliki keunggulan kompetitif.
Gravity Model
Terdapat beberapa kelemahan dalam pengolahan data yang hanya
menggunakan pendekatan time series ataupun cross section. Sehingga muncul
pendekatan menggunakan data panel, yaitu menggunakan gabungan dari
pendekatan time series dan cross section (Firdaus 2011). Dalam konteks
perdagangan, gravity model menyatakan bahwa intensitas perdagangan antara
negara-negara akan berhubungan secara positif dengan pendapatan nasional
masing-masing negara dan berhubungan terbalik dengan jarak diantara keduanya.
Gravity model disusun oleh beberapa variabel utama untuk mengetahui aliran
perdagangan antar negara. Bergstrand et al. (2010) menyatakan bahwa rumus
gravity model adalah didasarkan pada hukum newton, yaitu :
LnPX = Lnβ0 + β1LnGDPi + β2LnGDPj + β3LnDISTij + Lnεij
Keterangan:
PX
= Volume interaksi antar dua negara (aliran perdagangan bilateral)
8
GDPi
GDPj
DISTij
β
ε
= Ukuran ekonomi atau GDP Riil (Gross Domestic Product) negara tujuan
=Ukuran ekonomi atau GDP Riil negara eksportir
= Jarak ekonomi kedua Negara (km)
= Konstanta
= error term
Jarak Ekonomi
Jarak ekonomi digunakan dalam aliran perdagangan bilateral dengan
menggunakan gravity model. Semakin jauh jarak, maka biaya transportasi akan
semakin mahal dan ekspor akan semakin berkurang. Jarak menggambarkan biaya
transportasi yang akan ditanggung oleh suatu negara yang melakukan ekspor
(Salvatore 1997). Menurut Li et al. (2008) rumus mencari jarak ekonomi adalah:
𝐷𝐼𝑆𝑇𝑓 ∗ 𝐺𝐷𝑃𝑓
𝐷𝐼𝑆𝑇𝐢𝑓 =
∑𝑛𝑓=1 𝐺𝐷𝑃𝑓
Keterangan:
𝐷𝐼𝑆𝑇𝐢𝑓 = Jarak Ekonomi (ED)
𝐷𝐼𝑆𝑇𝑓 = Jarak geografis antar negara
𝐺𝐷𝑃𝑓 = GDP negara f
Nilai Tukar Riil
Nilai tukar merupakan tingkat harga yang disepakati antara negara yang
melakukan perdagangan internasional. Nilai tukar dibagi menjadi dua, yaitu nilai
tukar riil dan nilai tukar nominal. Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga
relatif dari barang-barang diantara dua negara (Mankiw 2007). Jika suatu negara
mengalami depresiaisi pada nilai tukarnya, maka negara lain akan memandang
harga di negara tersebut murah, sehingga terjadi peningkatan ekspor pada negara
tersebut.
GDP (Gross Domestic Product) Riil
GDP riil merupakan GDP yang nilai barang dan jasanya diukur dengan
menggunakan harga kostan, sedangkan GDP nominal merupakan GDP yang nilai
barang dan jasanya diukur dengan menggunakan harga berlaku (Mankiw 2007).
GDP diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di
dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu. GDP dapat dihitung dengan
memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan
pendapatan.
Populasi
Populasi merupakan jumlah penduduk suatu negara. Jumlah penduduk
menentukan besarnya permintaan impor maupun ekspor suatu negara. Semakin
besar populasi suatu negara maka semakin besar pula permintaan negara tersebut
dalam memenuhi kebutuhan penduduk. Pertambahan populasi dapat
mempengaruhi ekspor dalam dua sisi yaitu penawaran dan permintaan. Pada sisi
penawaran, pertambahan populasi yaitu pertambahan tenaga kerja untuk melakukan
produksi komoditi ekspor. Pertumbuhan populasi dari sisi permintaan, akan
menyebabkan bertambahnya permintaan domestik (Salvatore 1997).
9
Harga Ekspor Riil
Harga merupakan variabel yang digunakan dalam analisis gravity model
untuk menunjukkan harga komoditas yang diperdagangkan. Ketika harga ekspor
meningkat, maka permintaan akan suatu komoditas mengalami penurunan. Harga
merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi jumlah permintaan
konsumen terhadap suatu barang dan jasa. Harga ekspor nominal dapat diperoleh
dari nilai ekspor suatu komoditi negara asal ke negara tujuan dibagi dengan volume
ekspor komoditi tersebut. Harga ekspor riil diperoleh dari pembagian harga ekspor
nominal dengan Indeks Harga Perdagangan Ekspor Indonesia (Oktora 2009).
Penggunaan harga ekspor riil adalah untuk mengantisipasi adanya inflasi.
Penelitian Terdahulu
Elshehawy et al (2014) melakukan penelitian mengenai The Factors Affecting
Egypt’s Exports: Evidence from the Gravity Model Analysis menggunakan metode
analisis data panel dengan model gravity yang menghasilkan kesimpulan bahwa
GDP Mesir, GDP importir, populasi importir, perjanjian perdagangan regional
(RTA), dan perbatasan antara Mesir dan mitra dagang merupakan faktor utama
yang memengaruhi ekspor Mesir ke mitra dagang utama. Semua faktor ini positif
mempengaruhi ekspor Mesir. Biaya transportasi (variabel jarak) yang ditemukan
memiliki efek negatif namun tidak signifikan terhadap ekspor Mesir.
Penelitian yang dilakukan oleh Ademe dan Yismawuntuk (2013) melihat pola
perdagangan kopi dari Ethiopia dalam jangka waktu enam belas tahun 1997-2011,
sedangkan jumlah cross section sebesar 36 negara, dengan menggunakan data panel
(gravity model). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa permintaan ekspor
kopi dan GDP negara tujuan ekspor berpengaruh signifikan terhadap ekspor kopi.
Selain itu, penurunan mata uang Ethiopia meningkatkan nilai ekspor kopi dari
Ethiopia selama sepuluh tahun terakhir.
Haditaqy (2015) melakukan penelitian mengenai ekspor teh hitam yang
dilakukan Indonesia dengan menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan ekspor teh hitam Indonesia di negara tujuan. Metode
analisis yang digunakan yaitu Revealed Comparative Advantage (RCA), Export
Product Dynamic (EPD), dan gravity model. Hasil analisis RCA menunjukkan
bahwa teh hitam Indonesia memiliki daya saing kuat di negara tujuan ekspor. Hasil
analisis EPD teh hitam indonesia di pasar Pakistan, Polandia, Federasi Rusia, dan
Ukraina berada pada posisi rising star, Uni Emirat Arab dan Inggris berada pada
posisi falling star, sedangkan Jerman, Malaysia, Belanda, dan Amerika Serikat
berada pada posisi lost opportunity. Hasil analisis gravity model menunjukkan
bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor teh hitam
adalah GDP riil negara tujuan ekspor, GDP per kapita negara Indonesia, nilai tukar
riil negara tujuan ekspor, harga ekspor teh hitam, dan jarak ekonomi.
Firdaus dan Pradipta (2014) melakukan penelitian mengenai posisi daya saing
dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor buah-buahan di Indonesia. Metode
analisis yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantage (RCA), Export
Product Dynamic (EPD), dan gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi aliran volume ekspor buah-buahan Indonesia (mangga, manggis,
rambutan, pisang, dan melon). Pada metode Export Product Dynamic (EPD) dan
10
Revealed Comparative Advantage (RCA) menunjukkan bahwa buah yang memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif tertinggi di negara tujuan dan dunia adalah
buah manggis, mangga, dan jambu. Ekspor buah Indonesia yang kehilangan
kesempatan dalam bersaing di negara tujuan adalah strawberi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi aliran ekspor buah Indonesia ke
negara tujuan meliputi harga ekspor, populasi, jarak ekonomi, GDP riil dan per
kapita, nilai tukar riil, indeks harga konsumen Indonesia, dan variabel dummy krisis
yang terjadi di Eropa.
Sari (2015) melakukan penelitian mengenai analisis daya saing dan faktorfaktor yang memengaruhi permintaan ekspor ubi jalar Indonesia di Asia
menggunakan metode data panel statis dan RCA, menghasilkan kesimpulan bahwa
variabel-variabel yang signifikan memengaruhi permintaan ekspor ubi jalar adalah
nilai ekspor periode sebelumnya, harga ekspor, dan GDP per kapita negara importir.
Analisis CMSA ubi jalar Indonesia ekspor komoditi ubi jalar di lima pasar terpilih
memiliki total perubahan yang positif kecuali negara Malaysia. Nilai efek
komposisi komoditi di enam pasar terpilih memiliki nilai yang positif menunjukkan
permintaan impor ubi jalar relatif meningkat dibandingkan komoditi lainnya. Selain
itu, tingkat daya saing ekspor ubi jalar pada hampir semua pasar menurun
ditunjukkan dengan nilai yang negatif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian
ini menggunakan komoditas ubi kayu (cassava) dengan jumlah negara yang
dianalisis sebanyak sepuluh negara tujuan ekspor yaitu China, Korea, Amerika
Serikat, Belanda, Brunei Darussalam, Singapura, Inggris, Australia, Malaysia, dan
Hongkong. Kemudian, variabel–variabel independen yang digunakan adalah jarak
ekonomi, nilai tukar riil, GDP riil negara tujuan, populasi, dan harga ekspor riil,
serta mengkaji bagaimana daya saing ubi kayu Indonesia.
Kerangka Pemikiran
Perdagangan internasional membuat negara–negara di dunia akan melakukan
spesialisasi pada produk yang dianggap memiliki keunggulan dibanding produk
lainnya. Ubi kayu, merupakan salah satu komoditas yang memiliki keunggulan
sebagai bahan pangan maupun input bagi industri pengolahan ubi kayu. Komoditas
ubi kayu memiliki berbagai manfaat, seperti digunakan untuk bahan pangan
alternatif pengganti beras dan jagung, kemudian ubi kayu merupakan input utama
pembuatan bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar nabati.
Perkembangan tingkat ekspor ubi kayu Indonesia ke sepuluh negara tujuan
berfluktuatif dari tahun ke tahun. Indonesia termasuk dalam tiga besar negara
produsen ubi kayu dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir jumlah ekspor ubi
kayu Indonesia ke negara tujuan ekspor mengalami penurunan. Berlatar belakang
alasan tersebut, penelitian ini akan menganalisis bagaimana daya saing ubi kayu
Indonesia yang menggunakan alat analisis RCA dan EPD. Kemudian untuk
menganalisis faktor–faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ubi kayu
Indonesia ke negara tujuan ekspor digunakan gravity model. Adapun kerangka
pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
11
Ubi kayu merupakan komoditas yang
potensial
Indonesia merupakan negara eksportir ubi kayu
terbesar ketiga di dunia
Penurunan ekspor ubi kayu Indonesia
Daya saing ubi kayu
Indonesia
(RCA dan EPD)
Faktor–faktor yang memengaruhi
ekspor (Gravity Model)
)
1.
2.
3.
4.
5.
Jarak ekonomi
Nilai tukar riil
GDP riil negara tujuan ekspor
Populasi
Harga ekspor riil
Implikasi kebijakan
Gambar 5 Kerangka pemikiran
Hipotesis
Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa hipotesis sebagai jawaban
sementara dari permasalahan yang dibahas. Hipotesis tersebut adalah :
1. Jarak Ekonomi berpengaruh negatif terhadap ekspor riil ubi kayu Indonesia.
Semakin jauh jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan, akan
menyebabkan nilai ekspor riil ubi kayu juga semakin menurun.
2. Nilai tukar riil negara tujuan ekspor terhadap USD memiliki pengaruh yang
negatif terhadap ekspor ubi kayu, apabila nilai tukar riil negara tujuan terhadap
US$ depresiasi, maka ekspor riil ubi kayu Indonesia akan menurun.
3. GDP riil negara tujuan ekspor memiliki pengaruh positif terhadap permintaan
ekspor riil ubi kayu Indonesia. Apabila GDP riil negara tujuan meningkat maka
daya beli masyarakat negara tujuan ekspor ubi kayu juga akan meningkat.
4. Populasi negara tujuan memiliki pengaruh yang positif terhadap permintaan
ekspor ubi kayu Indonesia, apabila terjadi peningkatan populasi negara tujuan
akan menyebabkan peningkatan permintaan ekspor riil ubi kayu Indonesia.
12
5. Harga ekspor riil ubi kayu Indonesia ke negara tujuan berpengaruh negatif
terhadap permintaan ekspor riil ubi kayu Indonesia. Ketika terjadi peningkatan
pada harga ekspor riil akan menurunkan permintaan ekpor riil ubi kayu
Indonesia ke negara tujuan.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah deret waktu (time series) dan antar individu
(cross section). Data deret waktu meliputi data tahunan selama empat belas tahun
yaitu dari tahun 2001 hingga tahun 2014. Sedangkan untuk data cross section,
penelitian ini menggunakan sepuluh negara tujuan ekspor ubi kayu Indonesia. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari
beberapa sumber terkait. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Data dan sumber data
Variabel
Sumber
Nilai ekspor riil
UN Comtrade (WITS)
Jarak ekonomi
CEPII
GDP riil negara tujuan ekspor
Worldbank
Nilai tukar nominal dan IHK
UNCTAD
Populasi
Worldbank
Harga ekspor
WITS
Indeks harga perdagangan ekspor
BPS
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode yang
digunakan untuk menganalisis daya saing adalah metode Revealed Comparative
Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD). Kemudian untuk menganalisis
faktor- faktor yang memengaruhi ekspor ubi kayu menggunakan gravity model.
Data sekunder yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer
Microsoft Excel dan Eviews 6.
Variabel dependen dan independen yang digunakan dalam analisis metode
panel adalah data nilai ekspor riil ubi kayu Indonesia, data jarak ekonomi, nilai
tukar riil, GDP riil negara tujuan, populasi, dan harga ekspor riil. Data yang
digunakan adalah data panel dengan menggabungkan data time series 2001 hingga
2014 dan cross section adalah sepuluh negara tujuan, yaitu China, Korea, Amerika
Serikat, Belanda, Brunei Darussalam, Singapura, Inggris, Australia, Malaysia, dan
Hongkong.
13
Analisis Daya Saing
Analisis daya saing yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode RCA (Revealed Comparative Advantage) untuk menganalisis keunggulan
komparatif komoditas tersebut. Sedangkan untuk mengidentifikasi produk atau
komoditi yang memiliki keunggulan kompetitif dan dinamis (pertumbuhannya
cepat) dalam suatu negara digunakan analisis Export Product Dynamic (EPD).
Revealed Comparative Advantages (RCA)
Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk menganalisis
keunggulan komparatif atau daya saing suatu komoditi dalam suatu negara. Metode
RCA didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya
menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel
yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah,
kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.
Analisis RCA secara kuantitatif dapat diketahui kemampuan ataupun
ketidakmampuan ubi kayu Indonesia bersaing di negara importir ubi kayu
Indonesia. Rumus RCA adalah sebagai berikut (Balassa 1965) :
 Xi οƒΆ

οƒ·
X t οƒ·οƒΈ

RCA =
 Wi οƒΆ
 οƒ·οƒ·
 Wt οƒΈ
Dimana: X i = Nilai ekspor komoditi i Indonesia ke negara j
X t = Nilai total ekspor Indonesia ke negara j
Wi = Nilai ekspor komoditi i dunia
Wt = Nilai total ekspor dunia
Terdapat dua kemungkinan hasil yang dapat diperoleh, yaitu:
1. Nilai RCA yang diperoleh bernilai lebih dari satu (RCA>1). Hal tersebut
berarti negara tersebut memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia
hingga komoditi tersebut memiliki daya saing yang kuat.
2. Nilai RCA yang diperoleh kurang dari satu (RCA<1), yang berarti bahwa
negara tersebut memiliki keunggulan komparatif di bawah rata-rata dunia
sehingga negara tersebut memiliki daya saing yang lemah pada komoditas
tersebut.
Export Product Dynamic (EPD)
Pendekatan export product dynamic digunakan untuk mengindentifikasi
keunggulan kompetitif suatu produk dan mengetahui apakah suatu produk dalam
performa yang dinamis atau tidak. Indikator ini mengukur posisi pasar dari produk
suatu negara untuk tujuan pasar tertentu. Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk
membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia. Sebuah
matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis.
Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah
produk untuk tujuan pasar tertentu, dimana informasi kekuatan bisnis diukur
berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada
tujuan pasar tertentu. Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini
14
menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat
kategori. Keempat kategori itu adalah rising star, falling star, lost oppotunity, dan
retreat.
Rising star merupakan posisi pasar ideal di mana perdagangan tersebut
memperoleh tambahan pangsa pasar pada produknya yang tumbuh cepat (fastgrowing products). Lost opportunity dihubungkan dengan penurunan pangsa pasar
ekspor yang kompetitif. Falling star terjadi ketika ada peningkatan pada pangsa
pasar ekspornya, tetapi tidak pada pangsa pasar produk dinamis. Sementara itu,
retreat adalah ketika produk tidak diinginkan lagi di pasar (Bappenas 2009).
Y
Lost
Opportunity
Rising
Star
X
Retreat
Falling
Star
Sumber: Salvatore 1997
Gambar 6 Kekuatan bisnis dan daya tarik pasar dalam metode EPD
Keterangan :
- Sumbu x menggambarkan peningkatan pangsa pasar ekspor negara tertentu di
perdagangan dunia.
- Sumbu y menggambarkan peningkatan pangsa pasar produk tertentu di
perdagangan dunia.
Analisis Gravity Model
Data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data time
series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu
yang menggambarkan keadaan pada waktu tersebut. Data time series adalah data
yang dikumpulkan secara berkala untuk melihat perkembangannya dari waktu ke
waktu. Implikasi yang diperoleh dari kombinasi tersebut adalah bahan hasil
estimasi dari model data panel lebih efisien, dikarenakan jumlah observasi lebih
banyak. Estimasi model menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga
metode, yaitu pooled least square, fixed effect, dan random effect.
Uji Kesesuaian Model
1.
Chow Test
Uji Chow digunakan untuk memilih model yang lebih baik di antara model
Pooled Least Square atau Fixed Effect. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai
berikut :
H0 : model pooled least square
H1 : model fixed effect
15
Jika nilai Chow statistic hasil pengujian lebih besar dari F tabel maka tolak
H0 sehingga model yang digunakan adalah fixed effect dan sebaliknya.
2.
Hausman Test
Hausman Test dilakukan untuk memilih model yang akan digunakan di antara
model fixed effect dan model random effect. Penggunaan model random effect harus
diperhatikan ada tidaknya pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat.
Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Model random effect
H1 : Model Fixed effect
Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statistik Hausman dan
membandingkannya dengan Chi-Square. Hausman test dapat dilakukan dengan
bahasa pemograman Eviews sebagai berikut: Jika hasil dari Hauman test signifikan
(probability dari Hausman < α) maka H0 ditolak, artinya Fixed Effect digunakan.
Uji Kriteria Statistik
Uji hipotesis dapat dilakukan dengan maksud memeriksa atau menguji
apakah variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi signifikan atau tidak.
Uji-F
1.
Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen di
dalam model secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen dengan
membandingan nilai kritis F dengan hasil F-hitung. Pengujian hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen dilakukan melalui pengujian besar
perubahan dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua
variabel independen. Perumusan hipotesis :
H0 : β1 = β2 =... = βt= 0 (tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap
variabel dependennya)
H1 : minimal ada satu βt ≠0 (paling tidak ada satu variabel independen yang
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya).
1. Probability F-stasistic < taraf nyata (α), maka tolak H0 dan dapat disimpulkan
bahwa minimal ada satu variabel independen yang memengaruhi variabel
dependennya.
2. Probability F-stasistic > taraf nyata (α), maka terima H0 dan disimpulkan bahwa
tidak ada variabel independen yang memengaruhi variabel dependennya
2.
Uji-t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
individu (masing-masing) berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen. Langkah pertama untuk melakukan uji-t adalah dengan menuliskan
hipotesis pengujian.
H0 : βt = 0 dengan t = 1,2,3,….,n
H1 : βt ≠ 0
Jika statistik t yang didapat pada taraf nyata sebesar α lebih besar daripada t
tabel (t satistik > t tabel), maka tolak H0. Kesimpulannya koefisien dugaan β ≠ 0
artinya variabel yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
Sebaliknya jika t statistik lebih kecil daripada t tabel (t statistik < t tabel) pada taraf
nyata sebesar α, maka terima H0. Kesimpulannya koefisien dengan β = 0 artinya
variabel yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Semakin
kecil α berarti semakin mengurangi resiko salah. Model yang diduga akan semakin
16
baik apabila semakin banyak variabel bebas yang signifikan atau berpengaruh nyata
terhadap variabel tak bebasnya.
3.
Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi merupakan uji kesesuaian model yang bertujuan
untuk mengukur keragaman variabel independen yang dapat dijelaskan oleh
variabel dependen. Ketika R2=1, berarti seratus persen variasi dalam variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdapat dalam
persamaan model.
Uji Kriteria Ekonometrika
Dalam analisis regresi, terdapat tiga asumsi yang harus diuji yaitu
heteroskedastisitas, multikolineritas, dan autokorelasi. Selain itu ada uji normalitas
untuk mengetahui apakah error term menyebar normal atau tidak.
1.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu dan ruang (Gujarati 2004). Autokorelasi terdeteksi ketika
terjadi hubungan serius antara galat estimasi satu observasi dengan estimasi
observasi lainnya. Panduan mengenai angka DW (Durbin-Watson) untuk
mendeteksi ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Kerangka identifikasi autokorelasi
Nilai Durbin-Watson
Kesimpulan
(4- dl) < DW < 4
Ada autokorelasi Negatif
(4-du) < DW < (4-dl)
Tanpa kesimpulan
du < DW < (4-du)
Tidak ada autokorelasi
dl < DW < du
Tanpa kesimpulan
0 < DW < dl
Ada autokorelsi Positif
Sumber : Juanda 2009
Juanda (2009) menjelaskan akibat adanya autokorelasi dalam model yang
diestimasi yaitu pendugaan parameter masih tetap tidak bias dan konsisten, namun
penduga ini memiliki standar error yang bias ke bawah, atau lebih kecil dari nilai
yang sebenarnya sehingga nilai statistik uji-t tinggi (overestimate).
2.
Uji Heteroskedastisitas
Terjadi karena ragam dari error tidak konsisten sehingga tidak memenuhi
teorema Gauss Markov, umumnya terjadi pada data cross-section, namun dapat
terjadi juga dalam data time series. Heteroskedastisitas terjadi jika ragam sisaan
tidak konstan, hal ini dilambangkan dengan Var (μi) = E (μi2) = σi2. Salah satu cara
mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan metode Generalized Least
Square (GLS). Metode ini merupakan metode kuadrat terkecil yang terboboti,
dimana model ditransformasi dengan memberikan bobot pada data asli (Juanda
2009).
3.
Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah hubungan linier yang kuat antar variabel independen
dalam persamaan regresi berganda. Indikasi adanya multikolinieritas dapat dilihat
jika dalam model yang dihasilkan terbukti signifikan secara keseluruhan (uji-F) dan
memiliki nilai R-squared yang tinggi namun banyak variabel yang tidak signifikan
17
(uji-t). Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan menggabungkan data
cross section dengan data time series (Juanda 2009).
Dampak dari adanya multikolinieritas pada suatu persamaan adalah koefisien
kuadrat terkecil tidak dapat ditentukan serta varians dan kovarians dari koefisien
menjadi tidak terhingga. Hubungan multikolinieritas yang hampir sempurna juga
menyebabkan persamaan yang dibentuk secara statistik mempunyai standar error
yang besar dan menyebabkan interval kepercayaan menjadi lebih besar. Hal ini
berakibat pada nilai estimasi koefisiennya menjadi tidak tepat.
4.
Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah error term
mendekati distribusi normal atau tidak. Uji normalitas error term dilakukan dengan
menggunakan uji Jarque Bera dengan hipotesisnya sebagai berikut:
H0 : α = 0, error term terdistribusi normal
H1 : α ≠ 0, error term tidak terdistribusi normal
Wilayah penerimaan yaitu ketika probabilitas (p-value)>α, sedangkan
wilayah penolakannya yaitu probabiity (pvalue)<α. Penerimaan H0
mengindikasikan bahwa data yang dianalisis tersebar normal.
Model Penelitian
Dugaan persamaan gravity model ekspor ubi kayu Indonesia dirumuskan
sebagai berikut :
Ln𝑋𝑖𝑗𝑑 = β0 + β1 πΏπ‘›πΈπ‘π‘œπ‘‘π‘–π‘ π‘‘π‘–π‘—π‘‘ + β2 πΏπ‘›π‘‹π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’π‘—π‘‘ + β4 𝐿𝑛𝐺𝐷𝑃𝑗𝑑 + β5 πΏπ‘›π‘ƒπ‘œπ‘π‘—π‘‘ +
β6 𝐿𝑛𝑃𝑋𝑖𝑑 + μ𝑖𝑗𝑑
Keterangan:
𝑋𝑖𝑗𝑑
: Nilai ekspor riil ubi kayu dari Indonesia ke negara j (US$)
πΈπ‘π‘œπ‘‘π‘–π‘ π‘‘π‘–π‘—π‘‘
: Jarak ekonomi (Km)
π‘‹π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’π‘—π‘‘
: Nilai tukar riil negara tujuan terhadap US$ (LCU/US$)
𝐺𝐷𝑃𝑗𝑑
: GDP riil negara importir (US$)
π‘ƒπ‘œπ‘π‘—π‘‘
: Populasi negara importir (jiwa)
𝑃𝑋𝑖𝑑
: Harga ekspor riil (US$/kg)
μ𝑖𝑗𝑑
: error term
β0
: intercept
β𝑛
: slope
Definisi Operasional
Definisi operasional digunakan untuk memperjelas variabel-variabel yang
dituliskan dalam persamaan di atas :
1. Nilai ekspor riil ubi kayu Indonesia merupakan variabel tak bebas dalam model,
nilai ekspor riil ini dinyatakan dalam satuan USD.
2. Jarak ekonomi pendekatan yang mewakili biaya transportasi. Jarak ekonomi
dinyatakan dalam satuan kilometer.
3. Nilai tukar riil mata uang negara tujuan terhadap dolar Amerika Serikat,
dinyatakan dalam LCU/USD.
18
4. Nilai GDP riil negara j adalah nilai produk domestik riil negara tujuan ekspor
(importir) yang dihasilkan perekonomian negara tersebut dalam satu tahun
berdasarkan harga konstan tahun 2000 selama periode 2001 hingga 2014,
dinyatakan dalam US$.
5. Populasi negara tujuan dinyatakan dalam satuan jiwa.
6. Harga ekspor riil ubi kayu merupakan harga ekspor ubi kayu yang berlaku di
pasar internasional yang dinyatakan dalam US$/kg.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Ubi Kayu Indonesia
Ubi kayu merupakan komoditas pertanian yang sangat mudah ditemukan di
berbagai wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan karena dalam penanamannya ubi
kayu tidak membutuhkan usaha yang sulit. Jika ubi kayu diletakkan di tanah,
dengan mudah akan muncul tunas–tunas baru. Ubi kayu memerlukan curah hujan
150-200 mm pada umur satu hingga tiga bulan, kemudian 250-300 mm pada umur
empat sampai tujuh bulan, dan 100-150 mm pada fase menjelang dan ketika panen.
Berdasarkan karakteristik iklim di Indonesia dan kebutuhan akan air tersebut, ubi
kayu dapat dikembangkan di hampir semua kawasan, baik di daerah beriklim kering
maupun hujan.
Manihot esculenta Crantz atau yang lebih dikenal dengan ubi kayu
merupakan salah satu sumber karbohidrat lokal Indonesia yang menduduki urutan
ketiga terbesar setelah padi dan jagung. Perlu adanya upaya peningkatan
pemanfaatan umbi-umbian, sehingga Indonesia tidak mudah tergantung pada bijibijian impor, seperti beras dan gandum. Selain itu, mengkonsumsi tanaman lokal
seperti ubi kayu sangat bermanfaat karena ketersediaan yang melimpah di
Indonesia dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, harga ubi kayu
juga relatif lebih murah meskipun harganya cenderung mengalami peningkatan.
Sumber : Kementerian Pertanian 2015
Gambar 7 Produksi ubi kayu delapan kabupaten di Indonesia pada tahun 2014 (ton)
19
Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa produksi ubi kayu tertinggi
berasal dari Provinsi Lampung yaitu dari Kabupaten Lampung Tengah, Lampung
Utara, Lampung Timur, Tulang Bawang Barat, dan Tulang Bawang.
Berkembangnya produksi ubi kayu di Provinsi Lampung dikarenakan budidaya ubi
kayu mudah dikembangkan dan cepat menguasai pasar. Provinsi Lampung
merupakan sentra produksi ubi kayu terbesar di Indonesia. Luas panen dan produksi
ubi kayu di Provinsi Lampung cenderung meningkat berbeda dengan di Jawa yang
semakin menurun sehingga Lampung menjadi andalan pemasok ubi kayu nasional
(Purwantini 2014).
Pada tahun 2014, tingginya permintaan ubi kayu yang diikuti dengan
meningkatnya harga ubi kayu membuat mayoritas petani beralih untuk menanam
ubi kayu. Beberapa perkebunan karet dan kelapa sawit ditebang untuk digunakan
sebagai lahan budidaya ubi kayu. Terdapat sekitar 150 pabrik yang menggunakan
ubi kayu sebagai bahan baku produksi. Kebutuhan ubi kayu berbeda-beda setiap
harinya, sekitar 200 sampai 1000 ton singkong per hari untuk setiap pabrik. Pabrik
ini didominasi oleh pabrik tepung tapioka.
Sumber : FAO Stat 2016
Gambar 8 Sepuluh negara produksi tertinggi ubi kayu tahun 2014 (ton)
Gambar 8 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu produsen ubi
kayu terbesar di dunia. Pada tahun 2014, produksi ubi kayu Indonesia berada pada
urutan ketiga setelah Nigeria dan Thailand, kemudian diikuti oleh Brazil, Kongo,
Ghana, Vietnam, Camobodia, India, dan yang terakhir Angola. Total produksi ubi
kayu dunia pada tahun 2014 sebesar 270 293 801 ton, Nigeria menyumbang sebesar
54 831 600 ton, disusul Thailand dengan jumlah produksi sebesar 30 022 052 ton,
dan diurutan ketiga adalah negara Indonesia dengan produksi ubi kayu mencapai
23 436 384 ton.
20
Keragaan Ekspor Ubi Kayu Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor
Juta US $
Perdagangan internasional adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua atau
beberapa negara dalam melakukan kegiatan ekspor dan impor barang atau
komoditas dalam kegiatan ekonomi atas dasar kesepakatan bersama. Dalam
perdagangan internasional suatu negara memiliki keuntungan yang akan didapat,
diantaranya terhadap pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) negara tersebut.
Kondisi makro suatu negara dapat berpengaruh pada volume perdagangan yang
dilakukan, beberapa variabel makro tersebut adalah GDP, nilai tukar, populasi, dan
lain sebagainya. Sepuluh negara tujuan yang dianalisis dalam penelitian ini diambil
dari importir terbesar ubi kayu Indonesia pada tahun 2014.
200000
150000
100000
50000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
China
Korea
Amerika
Belanda
Brunei
Singapura
Inggris
Australia
Malaysia
Hongkong
Sumber : Worldbank 2016
Gambar 9 Perkembangan GDP riil sepuluh negara tujuan ekspor 2001-2014
Berdasarkan Gambar 9 menunjukkan tingkat GDP riil untuk sepuluh negara
tujuan ekspor. Amerika Serikat sebagai negara adidaya merupakan negara yang
memiliki GDP riil tertinggi dibandingkan sembilan negara tujuan ekspor ubi kayu
Indonesia. Jumlah GDP riil Amerika Serikat mencapai 162 794 392 523 US$ pada
tahun 2014. Kemudian, di bawah Amerika Serikat terdapat negara China dan
diurutan ketiga adalah negara Inggris. Rata–rata jumlah GDP riil China dan Inggris
adalah sebesar 35 195 543 491 US$ dan 25 819 596 949 US$ pada tahun 2001
hingga tahun 2014. Negara tujuan lain, seperti Korea, Belanda, Australia, Singapura,
Malaysia, dan Hongkong memiliki tingkat GDP riil yang hampir sama. GDP riil
yang paling rendah dihasilkan oleh Brunei Darussalam sebesar 93 672 819 US$
pada tahun 2014, di mana sebanding dengan jumlah populasi yang rendah dan
berada di bawah negara tujuan lainnya.
Brunei Darussalam adalah negara pengekspor minyak di dunia yang membuat
GDP riil Brunei Darussalam cenderung tinggi dengan perbandingan jumlah
penduduk yang sedikit. Akan tetapi, Brunei Darussalam melakukan impor untuk
produk–produk otomotif maupun bahan pangan. Eksportir utama ke Brunei
Darussalam untuk komoditas ubi kayu adalah Indonesia, sehingga Indonesia
memiliki pangsa pasar dan daya saing yang tinggi di Brunei Darussalam. Namun,
permintaan ubi kayu mengalami penurunan karena Brunei Darussalam telah
membentuk pusat pelatihan bagi petani-petani di Brunei Darussalam. Selain dari
sisi GDP riil, suatu perdagangan dipengaruhi dari jumlah populasi suatu negara.
Juta Jiwa
21
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
China
Korea
Amerika Serikat
Belanda
Brunei
Singapura
Inggris
Australia
Malaysia
Hongkong
Sumber : Worldbank 2016
Gambar 10 Perkembangan populasi sepuluh negara tujuan 2001 - 2014
Gambar 10 menunjukkan jumlah populasi untuk masing-masing negara.
China merupakan negara dengan populasi terbesar di negara tujuan, bahkan di
seluruh dunia. Populasi negara China memiliki rasio sebesar 19 persen dari jumlah
penduduk dunia. Jumlah penduduk China mencapai 1 364 270 000 jiwa pada tahun
2014. Jumlah populasi terendah adalah pada negara Brunei Darussalam. Rata – rata
jumlah populasi di Brunei Darussalam pada tahun 2001 hingga 2014 hanya
mencapai 377 516 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak, akan
memudahkan Brunei Darussalam dalam mengatur roda perekonomian. Negaranegara tujuan lain seperti Korea, Inggris, Malaysia, Belanda, Australia, Singapura,
dan Hongkong memiliki jumlah populasi yang hampir sama, sehingga pada gambar
tidak terlihat perbedaannya. Berdasarkan data dari Worldbank, Korea dan Inggris
merupakan negara dengan populasi terbesar setelah China dan Amerika Serikat.
Selain tingkat populasi suatu negara yang berpengaruh pada perdagangan,
jarak ekonomi antar negara yang melakukan perdagangan juga berpengaruh pada
nilai perdagangan. Jarak ekonomi menggambarkan besarnya biaya transportasi.
Semakin jauh atau besar jarak ekonomi, maka akan semakin besar juga biaya
transportasi yang ditanggung oleh negara yang melakukan perdagangan.
Berdasarkan Gambar 11 jarak ekonomi terbesar dengan Indonesia adalah negara
Amerika Serikat, kemudian Inggris. Sedangkan jarak ekonomi yang paling kecil
adalah Brunei Darussalam. Selain Brunei Darussalam, negara yang paling dekat
dengan Indonesia adalah Singapura dan kemudian Malaysia.
22
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
China
Korea
Amerika
Belanda
Brunei
Singapura
Inggris
Australia
Malaysia
Hongkong
Sumber : CEPII 2016
Gambar 11 Perkembangan jarak ekonomi negara tujuan ekspor dengan Indonesia
tahun 2001- 2014 (km)
Pengaruh harga dapat dilihat dari sisi penawaran maupun permintaan. Pada
penelitian ini, harga ekspor riil dianalisis dari sisi permintaannya. Sehingga
bedasarkan teori, ketika harga ekspor riil mengalami peningkatan maka permintaan
ekspor ubi kayu Indonesia akan mengalami penurunan di negara tujuan. Gambar 12
menunjukkan bahwa harga ekspor riil berfluktuatif dari tahun 2001 hingga tahun
2014. Harga ekspor riil menunjukkan nilai yang berfluktuatif untuk sepuluh negara
tujuan. Sehingga hal tersebut juga menyebabkan ekspor Indonesia berfluktuatif
setiap tahunnya. Harga ekspor riil tertinggi berada pada tahun 2002, 2010, dan 2011.
Pada tahun tersebut untuk negara tujuan yang dianalisis memiliki nilai impor yang
semakin berkurang dari tahun sebelumnya.
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
China
Korea
Amerika Serikat
Belanda
Brunei
Singapura
Inggris
Australia
Malaysia
Hongkong
Sumber : WITS dan BPS 2016
Gambar 12 Perkembangan harga ekspor riil ubi kayu tahun 2001 – 2014 (US$/kg)
23
Gambar 13 menunjukkan bahwa nilai tukar riil Korea merupakan yang paling
lemah dibandingkan sembilan negara lainnya. Nilai tukar riil Korea terhadap USD
berfluktuatif setiap tahunnya, di mana nilai tukar paling lemah berada pada tahun
2001. Sedangkan negara dengan nilai tukar riil yang terlemah selanjutnya adalah
Hongkong, China, dan Malaysia. Lemahnya nilai tukar di negara China dan
Hongkong karena terjadi penurunan perekonomian di kedua negara. Selain Korea,
nilai tukar riil negara tujuan ekspor cenderung stabil dari tahun 2001 hingga 2014.
Nilai tukar riil yang paling kuat adalah negara Inggris dan Amerika Serikat, di mana
berpengaruh pada nilai atau volume impor yang dilakukan kedua negara tersebut.
16
14
12
10
8
6
4
2
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
China
Korea
Amerika Serikat
Belanda
Brunei
Singapura
Inggris
Australia
Malaysia
Hongkong
Sumber :UNCTAD 2016
Gambar 13 Perkembangan nilai tukar riil negara tujuan terhadap USD pada
tahun 2001–2014
Analisis Daya Saing Ubi Kayu Indonesia ke Sepuluh Negara Tujuan Ekspor
Periode 2009-2014
Daya saing atau keunggulan komparatif komoditas ubi kayu Indonesia di
pasar tujuan ekspor diperoleh dari perhitungan Revealed Comparative Advantage
(RCA). Metode ini digunakan untuk menganalisis kinerja ekspor komoditas ubi
kayu Indonesia, dengan menggunakan variabel yang diukur yaitu nilai ekspor
komoditas ubi kayu Indonesia terhadap total ekspor Indonesia yang kemudian
dibandingkan dengan pangsa nilai komoditas dalam perdagangan dunia. Jika hasil
perhitungan RCA menunjukkan nilai yang lebih dari satu (RCA>1), artinya
komoditi ubi kayu memiliki daya saing yang kuat. Sedangkan nilai RCA yang
kurang (RCA<1) dari satu artinya memiliki daya saing yang lemah terhadap
komoditas ubi kayu di negara tujuan ekspor.
24
Tabel 5 Hasil RCA komoditas ubi kayu Indonesia ke negara tujuan ekspor
Nilai RCA
Negara
2009
2010
2011
2012
2013
2014
China
2.41
2.27
1.37
0.46
1.07
0.94
Korea
7.66
27.36
24.96
10.73
1.88
40.74
AS
0.71
1.11
0.49
0.47
1.81
10.62
Belanda
0.67
0.26
0.98
2.59
3.78
26.04
Brunei Darussalam
30.91
46.61
70.56
71.97
63.08
65.24
Singapura
10.48
10.27
1.46
3.94
2.00
6.02
Inggris
17.42
11.60
27.18
38.08
34.01
59.09
Australia
0.57
0.31
0.77
5.28
3.41
1.66
Malaysia
18.84
1.68
17.54
17.40
19.28
16.10
Hongkong
141.03
198.04
3.46
29.62
0.55
0.17
Hasil perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) dari sepuluh
negara tujuan ekspor yang diteliti pada periode 2009 hingga 2014 mayoritas
memiliki nilai RCA yang lebih besar daripada satu. Pada Tabel 5, dapat dilihat
bahwa rata-rata nilai RCA tertinggi adalah pada negara Brunei Darussalam. Pada
tahun 2009 dan 2010 RCA Hongkong merupakan yang tertinggi dibandingkan
negara tujuan lainnya, akan tetapi mengalami penurunan drastis setelah tahun 2011
dikarenakan perekonomian Hongkong menurun akibat adanya krisis utang Eropa.
Selain Brunei Darussalam, negara lain seperti Malaysia, Inggris, Korea dan Belanda
juga memiliki pertumbuhan RCA yang tinggi setiap tahunnya. RCA China dan
Singapura cenderung menjukkan penurunan. Akan tetapi, secara keseluruhan
komoditas ubi kayu Indonesia memiliki keunggulan komparatif di negara tujuan
ekspor.
Selain menggunakan metode RCA terdapat juga metode lain untuk
menganalisis daya saing, terutama untuk melihat keunggulan kompetitif dari
komoditas yang dianalisis yaitu dengan menggunakan metode Export Product
Dynamic (EPD). Pada metode EPD dapat diketahui posisi pasar suatu komoditas
yang diteliti. Berdasarkan Tabel 6, pertumbuhan pangsa pasar ekspor terendah
berada di negara China dengan nilai -1.52 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
komoditi ubi kayu Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar ekspor di negara
tersebut. Sedangkan pertumbuhan pangsa pasar produk terendah terjadi di Brunei
Darussalam yaitu bernilai sebesar -11.73 persen yang menunjukkan bahwa
permintaan ekspor komoditas ubi kayu Indonesia mengalami penurunan di negara
tersebut. Pertumbuhan pangsa pasar ekspor terbesar berada pada negara Korea
dengan nilai sebesar 395.98 persen yang menunjukkan bahwa komoditi ubi kayu
Indonesia mengalami peningkatan pangsa pasar ekspor. Sedangkan pertumbuhan
pangsa pasar produk tertinggi berada di Australia dengan nilai sebesar 1.55 persen
yang artinya permintaan ekspor komoditas ubi kayu Indonesia mengalami
peningkatan di negara tersebut.
25
Tabel 6 Hasil estimasi EPD ubi kayu Indonesia ke 10 negara tujuan ekspor
Negara
Sumbu X
Sumbu Y
Posisi Pasar
China
Australia
Brunei Darussalam
Korea
Amerika Serikat
Belanda
Singapura
Inggris
Malaysia
Hongkong
-1.52
101.99
0.03
395.98
157.65
205.47
42.03
34.15
171.13
60.79
-1.76
1.55
-11.73
-3.59
0.21
0.30
1.20
-2.71
-2.87
-5.71
Retreat
Rising Star
Falling Star
Falling star
Rising star
Rising Star
Rising Star
Falling Star
Falling Star
Falling Star
Perhitungan Export Product Dynamic (EPD) menunjukkan posisi ubi kayu
Indonesia di sepuluh negara tujuan ekspor. Pada tahun 2009 hingga tahun 2014, ubi
kayu Indonesia berada pada posisi rising star, falling star, dan retreat. Posisi rising
star komoditas ubi kayu Indonesia berada di negara Australia, Amerika Serikat,
Belanda, Singapura. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditas ubi kayu Indonesia
memiliki keunggulan kompetitif di pasar negara tersebut yang ditandai dengan
meningkatnya permintaan ekspor serta pangsa pasar yang menunjukkan
pertumbuhan yang positif terhadap komoditi ubi kayu Indonesia. Posisi falling star
merupakan posisi yang kurang menguntungkan bagi Indonesia. Pada posisi ini,
terdapat pada lima negara tujuan yaitu Brunei Darussalam, Korea, Inggris, Malaysia,
dan Hongkong yang berarti bahwa komoditi ubi kayu Indonesia mengalami
peningkatan pertumbuhan pangsa pasar, namun mengalami penurunan permintaan
ekspor ubi kayu Indonesia. Sedangkan China berada pada posisi retreat yang
menunjukkan bahwa baik pangsa pasar dan permintaan ekspor komoditas ubi kayu
mengalami penurunan.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Ubi Kayu Indonesia ke Negara
Tujuan Ekspor
Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
permintaan ubi kayu Indonesia adalah gravity model. Gravity model digunakan
dalam menganalisis pengaruh variabel-variabel independen terhadap permintaan
ekspor riil ubi kayu Indonesia di negara tujuan ekspor (𝑋𝑖𝑗𝑑 ). Variabel independen
yang digunakan dalam model permintaan ekspor ubi kayu Indonesia adalah jarak
ekonomi (πΈπ‘π‘œπ‘‘π‘–π‘ π‘‘π‘–π‘—π‘‘ ), nilai tukar riil negara tujuan (π‘‹π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’π‘—π‘‘ ), GDP riil negara
tujuan (𝐺𝐷𝑃𝑗𝑑 ), populasi (π‘ƒπ‘œπ‘π‘—π‘‘ ), dan harga ekspor riil (𝑃𝑋𝑖𝑑 ).
Pemilihan model terbaik dilakukan dengan melakukan uji Chow dan uji
Hausman. Hasil uji chow, menunjukkan nilai probabilitas sebesar (0.00) lebih kecil
dari taraf nyata alpha lima persen, yang mengindikasikan model yang digunakan
adalah FEM (fixed effect model). Sedangkan hasil uji Hausman menunjukkan
bahwa nilai probabilitasnya sebesar (0.00) lebih kecil dari taraf nyata lima persen.
Sehingga cukup bukti untuk untuk menolak hipotesis nol dan model terbaik yang
26
digunakan adalah fixed effect model. Model yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Ln𝑋𝑖𝑗𝑑 = −172.5853 − 4.350071 πΏπ‘›πΈπ‘π‘œπ‘‘π‘–π‘ π‘‘π‘–π‘—π‘‘ − 3.398632 πΏπ‘›π‘‹π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’π‘—π‘‘
+ 1.804671 𝐿𝑛𝐺𝐷𝑃𝑗𝑑 + 9.719231 πΏπ‘›π‘ƒπ‘œπ‘π‘—π‘‘ − 0.674103 𝐿𝑛𝑃𝑋𝑖𝑑
+ μ𝑖𝑗𝑑
Tabel 7 Hasil estimasi gravity model ekspor ubi kayu Indonesia menggunakan fixed
effect model dengan pembobotan cross section (cross-section SUR)
Variabel
Koefisien
Prob.
LN_ECODIST
-4.350071
0.0000***
LN_XRATE
-3.398632
0.0000***
LN_GDP
1.804671
0.0119**
LN_POP
9.719231
0.0000***
LN_PX
-0.674103
0.0000***
C
-172.5853
0.0000***
Weighted Statistics
R-squared
0.960941
Prob(F-statistic)
0.00000
Sum squared resid
135.6721
Durbin-Watson stat
1.848853
Unweighted Statistics
R-squared
0.890605
Sum squared resid
247.6648
Durbin-Watson stat
1.540697
Keterangan : *** Signifikan pada taraf nyata 1 persen
** Signifikan pada taraf nyata 5 persen
Uji Kriteria Statistik
Uji kriteria statistik atau uji hipotesis berfungsi untuk menguji apakah
variabel-variabel independen yang digunakan dalam model signifikan atau tidak
pada variabel dependennya. Uji kriteria statistik yang digunakan terdiri dari uji F,
uji t, dan koefisien determinasi (R2).
1.
Uji F
Uji F bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependennya secara keseluruhan. Uji F dapat dilihat dari besarnya
Probabilitas F-statistik. Nilai F-statistik yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen
diindikasikan bahwa terdapat variabel independen yang berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependennya. Pada tabel 7 menunjukkan bahwa nilai
probabilitas F-statistik adalah sebesar (0.00) lebih kecil dari taraf nyata lima persen,
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen secara keseluruhan.
2.
Uji t
Uji t bertujuan untuk mengetahui variabel independen berpengaruh signifikan
atau tidak terhadap variabel dependennya dengan menguji koefisien regresi secara
individual. Pada tabel 7, dapat diindikasikan bahwa seluruh variabel independen
27
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya pada taraf nyata lima persen,
yaitu jarak ekonomi, nilai tukar riil, GDP riil negara tujuan, populasi, dan harga
ekspor riil ubi kayu Indonesia.
3.
Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi dari estimasi model ubi kayu yang dapat dilihat
pada tabel 7 adalah sebesar 0.96. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 96.09 persen dan
sisanya sebesar 3.81 persen dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model. Nilai R2
yang mendekati satu menunjukkan model tersebut dapat digunakan dengan baik.
Uji Kriteria Ekonometrika
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas yang
terdapat pada histogram-normality test, apabila nilai Jarque-Bera pada histogramnormality test lebih besar dari alpha lima persen maka dapat diartikan error term
menyebar normal. Nilai probabilitas Jarque-Bera pada penelitian ini sebesar 0.20
lebih besar dari taraf nyata lima persen. Sehingga model permintaan ekspor ubi
kayu Indonesia telah memiliki error term yang menyebar normal.
2.
Uji Multikolinearitas
Indikasi adanya multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai
probabilitas (F-Statistik) dan nilai korelasi antar variabel. Model yang dianalisis
memiliki probabilitas lebih kecil dari taraf nyata lima persen, yaitu sebesar 0.00.
Terdapat nilai korelasi antar beberapa variabel yang dianalisis berada diatas 0.8.
Namun, model memiliki nilai R-squared sebesar 96.09 persen dan semua variabel
bebas signifikan, sehingga masalah multikolinearitas dapat diabaikan.
Uji Heteroskedastisitas
3.
Masalah heteroskedastisitas dalam analisis data panel dapat dilihat dengan
membandingkan nilai Sum Squared Residual Weighted Statistic dengan nilai Sum
Squared Residual Unweighted. Nilai Sum Squared Weighted Statistic sebesar
135.67 lebih kecil dari nilai Sum Squared Unweighted Statistic yaitu sebesar 247.67.
Hal ini mengindikasikan bahwa model memiliki masalah heteroskedastisitas. Akan
tetapi, model yang dianalisis telah diberi pembobotan cross section SUR.
Pembobotan cross section membuat model terbebas dari masalah
heteroskedastisitas. Selain itu, hasil dari Standardized Residual Graph
menunjukkan grafik yang berfluktiatif seperti detak jantung, sehingga masalah
heteroskedastisitas sudah diatasi.
4.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (DW). Pada model,
nilai DW sebesar 1.85. Nilai ini lebih besar dari dU dan (4-DW) lebih besar dari dU
pada taraf nyata sepuluh persen (10%). Nilai dU yaitu sebesar 1.65, sehingga model
tidak mengandung autokorelasi. Selain itu, model dianalisis menggunakan fixed
effect model dengan pembobotan cross section SUR sehingga autokorelasi sudah
diatasi.
28
Interpretasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor
Ubi Kayu Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
1. Jarak Ekonomi
Pada model, variabel jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara
tujuan ekspor memiliki hubungan negatif dan signifikan pada taraf nyata
satu persen (1%) terhadap nilai ekspor riil ubi kayu Indonesia. Nilai
koefisien pada variabel jarak sebesar -4.35, yang artinya setiap terjadi
kenaikan jarak ekonomi sebesar satu persen (1%) maka akan terjadi
penurunan besarnya permintaan ekspor riil komoditi ubi kayu Indonesia
sebesar 4.35 persen. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis awal bahwa
jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor komoditi
ubi kayu Indonesia. Peningkatan jarak ekonomi mengindikasikan tingginya
biaya transportasi untuk pengangkutan barang, sehingga akan berdampak
signifikan pada ekspor ubi kayu Indonesia. Hasil penelitian untuk variabel
jarak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Firdaus dan Pradipta
(2014) yang menganalisis posisi daya saing dan faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor buah-buahan di Indonesia.
Amerika Serikat dengan jarak ekonomi terbesar dengan Indonesia
memiliki posisi rising star meskipun jumlah ekspornya tidak terlalu besar.
Sedangkan Brunei dengan jarak ekonomi terkecil, memiliki posisi EPD
pada falling star. Sedangkan jika dilihat perbandingan negara Korea dan
Amerika Serikat berpengaruh pada nilai ekspor riil yang dilakukan. Nilai
ekspor riil Korea lebih besar di bandingkan Amerika Serikat, sedangkan
jarak ekonomi Korea terhadap Indonesia lebih kecil dibandingkan Amerika
Serikat dengan Indonesia.
2. Nilai Tukar Riil
Nilai tukar riil yang dianalisis dalam penelitian ini adalah nilai tukar
riil negara tujuan ekspor tehadap dollar Amerika Serikat, karena mayoritas
negara menggunakan US$ sebagai alat pembayaran dalam transaksi
internasional. Hal tersebut dikarenakan nilai mata uang dolar Amerika
Serikat relatif stabil dibandingkan mata uang negara lainnya. Pada
penelitian ini, nilai tukar riil negara tujuan berpengaruh negatif dan
signifikan pada taraf nyata satu persen (1%). Hal ini berarti bahwa nilai
tukar riil negara tujuan berpengaruh negatif terhadap ekspor ubi kayu
Indonesia. Jika nilai tukar riil negara tujuan meningkat sebesar satu persen
(1%), maka akan berakibat pada penurunan ekspor Indonesia sebesar 3.39
pesen. Hasil ini sejalan dengan penelitian Listianingrum (2014).
Nilai tukar riil Korea yang mengalami depresiasi menyebabkan
turunnya permintaan ubi kayu di Korea dan membuat Korea berada pada
posisi falling star. Meskipun berada pada posisi falling star, impor ubi kayu
Korea masih lebih besar di bandingkan negara tujuan yang lain. Singapura
dan Hongkong menunjukkan pergerakan yang fluktuatif dan cenderung
menurun pada nilai RCA. Hasil analisis EPD menunjukkan bahwa
Hongkong berada pada posisi falling star, sedangkan Singapura berada
pada posisi rising star. GDP riil Hongkong dan Singapura menunjukkan
nilai yang hampir sama, akan tetapi nilai tukar riil Singapura lebih kuat
29
dibandingkan Hongkong. Hal ini yang membuat Singapura memiliki
kemampuan untuk melakukan impor lebih besar. Nilai tukar riil yang paling
kuat adalah negara Inggris dan Amerika Serikat, dimana Amerika Serikat
berada pada posisi rising star dan Inggris berada pada posisi falling star.
Pada kedua negara, komoditas ubi kayu Indonesia memiliki pangsa pasar
dan berdaya saing kuat, akan tetapi pada negara Inggris terjadi penurunan
permintaan ubi kayu.
3. GDP Riil Negara Tujuan
Berdasarkan hasil estimasi pada model, GDP riil negara tujuan
mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap nilai ekspor riil ubi
kayu Indonesia. Hal ini sesuai dengan hipotesis dan dibuktikan dengan nilai
probabilitas dari GDP riil negara tujuan yang signifikan pada taraf nyata
lima persen dan koefisiennya sebesar 1.80. Hal ini menunjukkan bahwa
ketika terjadi kenaikan satu persen (1%) GDP riil negara tujuan, maka akan
terjadi peningkatan ekspor ubi kayu sebesar 1.80 persen. GDP riil negara
tujuan yang meningkat menggambarkan ukuran daya beli yang tinggi
terhadap komoditi ubi kayu Indonesia, sehingga konsumsi negara tujuan
juga akan semakin bertambah yang ditandai dengan impor yang meningkat.
Nilai GDP riil tertinggi berada pada negara Amerika Serikat dan hasil
EPD menunjukkan bahwa Amerika Serikat berada pada posisi rising star.
Hal ini berarti ubi kayu Indonesia memiliki pangsa pasar dan permintaan
ekspor ubi kayu Indonesia ke Amerika Serikat mengalami peningkatan
meskipun nilai ekspor riilnya masih di bawah China. Sedangkan China
dengan tingkat GDP riil di bawah Amerika Serikat adalah negara importir
ubi kayu utama di dunia, akan tetapi Indonesia bukan merupakan eksportir
utama ubi kayu ke negara China, masih ada negara pesaing seperti Thailand
dan Vietnam. Kemudian untuk negara Inggris berada pada posisi falling star
dan tingkat RCA untuk negara Inggris juga mengalami peningkatan, artinya
komoditas ubi kayu memiliki daya saing yang kuat dan pangsa pasar akan
tetapi terjadi penurunan untuk permintaannya.
4. Populasi
Hasil estimasi model pada variabel populasi menunjukkan
probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata satu persen (1%) yaitu sebesar
0.00 hal ini menandakan bahwa variabel populasi berpengaruh secara
signifikan terhadap ekspor ubi kayu Indonesia. Sedangkan nilai koefisien
dari variabel populasi adalah 9.72 yang artinya ketika terjadi peningkatan
populasi sebesar satu persen (1%), maka akan terjadi peningkatan
permintaan ekspor ubi kayu Indonesia ke negara tujuan sebesar 9.71 persen.
Hal ini sesuai dengan hipotesis dan sejalan dengan penelitian Elshehawy
(2014).
China merupakan negara dengan populasi yang paling besar dan nilai
ekspor riil ubi kayu Indonesia ke negara China merupakan urutan kedua
tertinggi. Namun, hasil EPD negara China masih berada pada posisi retreat.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan pangsa pasar maupun pangsa
produk untuk komoditas ubi kayu di China. Sedangkan tingkat populasi
terbesar kedua adalah Amerika Serikat, dimana Amerika Serikat berada
30
pada posisi rising star. Hal ini menunjukkan ubi kayu Indonesia memiliki
pangsa pasar yang ideal di Amerika Serikat, meskipun nilai ekspor riilnya
masih di bawah Korea maupun China. Jumlah populasi terendah adalah
pada negara Brunei Darussalam. Posisi ubi kayu Indonesia di Brunei
Darussalam berada pada falling star, meskipun Indonesia merupakan
eksportir utama untuk komoditas ubi kayu ke Brunei Darussalam.
5. Harga Ekspor Rill
Variabel harga ekspor riil pada penelitian ini memiliki probabilitas
sebesar 0.00 lebih kecil dari taraf nyata satu persen (1%), sedangkan
koefisiennya sebesar -0.67. Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga
ekspor riil berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor ubi kayu
Indonesia. Ketika terjadi peningkatan harga ekspor riil sebesar satu persen
(1%), maka terjadi penurunan nilai ekspor ubi kayu Indonesia sebesar 0.67
persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis dan sejalan dengan penelitian
Firdaus dan Pradipta (2014).
Harga ekspor riil pada tahun 2002 merupakan yang tertinggi
dibanding tahun-tahun yang lainnya, hal ini berdampak pada negara
Australia. Sehingga menyebabkan penurunan yang drastis pada nilai impor
riil ubi kayu di negara Australia yang hanya sebesar 53.13 US$. Sedangkan
pada tahun 2010, harga ekspor riil yang tinggi tidak berpengaruh pada
jumlah impor ubi kayu yang dilakukan Singapura. Berdasarkan data, impor
yang dilakukan Singapura pada tahun 2010 cenderung stabil, tetapi
mengalami penurunan di tahun 2011. Kemudian pada tahun 2011, harga
ekspor riil juga meningkat dan berpengaruh pada impor negara Hongkong.
Kenaikkan harga tersebut yang menyebabkan penurunan drastis pada nilai
impor riil ubi kayu di Hongkong dan menyebabkan penurunan juga pada
nilai RCA. Hasil RCA di Hongkong mengalami penurunan drastis dari
198.04 di tahun 2010 menjadi 3.46 di tahun 2011.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ubi kayu Indonesia memiliki daya saing komparatif yang berfluktuatif di
sepuluh negara tujuan ekspor. Beberapa negara seperti Korea, Amerika Serikat,
Belanda, Brunei Darussalam, Inggris, dan Malaysia mengalami peningkatan daya
saing. Sedangkan di negara lainnya seperti China, Hongkong, Australia, dan
Singapura cenderung mengalami penurunan. Hal ini dibuktikan dengan hasil
analisis revealed comparative advantage (RCA) yang bernilai lebih dari satu dan
beberapa menunjukkan kurang dari satu. Hasil analisis gravity model menunjukkan
bahwa jarak ekonomi, nilai tukar riil, dan harga ekspor riil berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap ekspor ubi kayu Indonesia. Sedangkan GDP riil
negara tujuan dan populasi memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap
permintaan ekspor ubi kayu Indonesia.
31
Kondisi makro suatu negara baik dari sisi GDP, nilai tukar, maupun populasi
berpengaruh terhadap perdagangan yang dilakukan. Beberapa negara dengan
tingkat GDP riil yang tinggi serta kuatnya nilai tukar, seperti Amerika Serikat,
Belanda, Australia, dan Singapura, cenderung melakukan impor ubi kayu dari
Indonesia lebih tinggi dan berada pada posisi rising star untuk analisis EPD. Bagi
negara–negara lain seperti Brunei Darussalam, Inggris, Malaysia, Korea, dan
Hongkong meskipun memiliki tingkat GDP riil yang tinggi dan nilai tukar riil yang
kuat untuk beberapa negara, akan tetapi posisi ubi kayu Indonesia berada pada
posisi falling star. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor dari internal maupun
eksternal, seperti faktor pesaing dan faktor harga. Sedangkan hasil EPD negara
China berada pada posisi retreat, meskipun dari kondisi makro China masih bisa
bersaing dengan negara lainnya. Kondisi retreat di negara China disebabkan
beberapa faktor, seperti adanya negara pesaing, harga ubi kayu Indonesia masih
lebih mahal, serta kualitas ubi kayu Indonesia yang tidak terlalu baik. Selain itu,
harga ekspor riil yang meningkat juga berpengaruh pada penurunan kuantitas
komoditas ubi kayu yang diekspor. Kemudian jarak ekonomi suatu negara
berpengaruh terhadap nilai ekspor riil, contohnya pada negara Korea dan Amerika.
Saran
Hasil analisis Export Product Dynamic (EPD) menunjukkan bahwa tidak
semua negara tujuan komoditas ubi kayu Indonesia memiliki keunggulan
kompetitif. Beberapa negara berada pada posisi rising star, falling star, bahkan
retreat. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya dukungan dari pemerintah dalam
perbaikan sistem untuk meningkatkan keunggulan kompetitif, seperti menurunkan
transaction cost dan perbaikan sistem infrastruktur. Perbaikan infrastruktur akan
membuat Indonesia semakin mudah dalam pemasaran ubi kayu. Selain itu, perlu
adanya perbaikan sistem untuk pembibitan dan varietas unggul, karena kualitas ubi
kayu Indonesia belum semuanya memenuhi standar kualitas dari Hazard Analysis
and Critical Control Points (HACCP).
Kondisi harga ubi kayu domestik berfluktuatif dan cenderung meningkat,
membuat pola konsumsi dalam negeri dan permintaan ekspor juga mengalami
perubahan setiap periodenya yang cenderung mengarah pada penurunan. Hasil
estimasi gravity model untuk variabel harga ekspor riil menunjukkan hubungan
yang negatif terhadap permintaan ekspor ubi kayu Hal ini mengindikasikan bahwa
harga ekspor riil yang rendah akan meningkatkan permintaan ubi kayu Indonesia.
Sehingga perlu bagi pemerintah untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah agar
Indonesia tetap menjadi negara utama pengekspor ubi kayu.
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menganalisis produk turunan
ubi kayu, dan dapat dilakukan analisis dari dua arah yaitu pada sisi ekspor dan
impor, serta memperbaharui jumlah time series maupun cross section-nya. Selain
itu, pada variabel independen dapat ditambah menggunakan variabel-variabel lain
di luar model, seperti variabel infrastruktur.
32
DAFTAR PUSTAKA
Ademe AS dan Yismawuntuk. 2013. Ethiopian Coffe Trade Pattern: an Augmented
Gravity Modeling Approach. [jurnal]. Economics and Sustainable
Developmentt. 4(17).
Badan Penyuluhan dan Pengembangan. 2014. Cara Menanam Ubi Kayu dengan
Benar. Jakarta: Kementerian Pertanian.
Balassa B. 1965. Trade Liberalisation and Revealed Comparative Advantage.
Volume 33, issue 2 p.99-123. Online published on 21st April 2008 The
Manchester School.
[Balitbang] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Inovasi
Pengelolaan Singkong Meningkatkan Pendapatan dan Diversifikasi Pangan.
[internet].
[diunduh
2015
Feb
15].
Tersedia
pada
:
http://www.litbang.pertanian.go.id/.
[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2009. Perdagangan dan
Investasi di Indonesia [publikasi]. Jakarta (ID): BAPPENAS.
Bergstrand, Jeffrey H, Egger P. 2010. Gravity Equations and Economic Frictions
in the World Economy. [working paper]. [diunduh 2015 Des 16]. Tersedia
pada : http://www3.nd.edu/~jbergstr/Working_Papers/Gravity_Survey.pdf.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Indeks Harga Perdagangan Ekspor. Jakarta (ID):
BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. GDP Subsektor Pertanian 2014. Jakarta (ID):
BPS.
[CEPII]. Centre d’Etudes Prosfectives et d’Informations Internationales. 2016.
Perkembangan Jarak Ekonomi Negara Tujuan Ekspor dengan Indonesia
Tahun 2001-2014. [internet]. [diunduh 2016 Februari 14]. Tersedia pada :
http://www.cepii.fr/distance/dist_cepii.zip.
[Dirjen Pangan] Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2015. Laporan Kinerja
Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Jakarta: Kementerian Pertanian
Elshehawy H, Shen H, Ahmed R. 2014. The Factors Affecting Egypt’s Exports:
Evidence from the Gravity Model Analysis. [jurnal]. Social Sciences. 2 : 138148.
FAO Stat. 2016. Negara Produksi Tertinggi Ubi Kayu Tahun 2014. [internet]
[diunduh 2016 Jan 21]. Tersedia pada : http://www.faostat.fao.org/.
Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor
(ID): IPB Press.
Firdaus M dan Pradipta A. 2014. Posisi Daya Saing dan Faktor- Faktor yang
Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia. [jurnal]. Manajemen dan
Agribisnis. 11(2).
Gujarati DN. 2004. Basic Econometrics 4th Ed. New York (NY): Mc Graw Hill.
Haditaqy A. 2015. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Permintaan Ekspor Teh Hitam Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor [skripsi].
Bogor [ID]: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Juanda B. 2009. Ekonometrika: Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID) : IPB
Press.
[Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2013. Market Brief: Ubi Kayu, Ubi Jalar,
dan Talas. Jakarta[ID]: Kementerian Perdagangan
33
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2015. Produksi Ubi Kayu Kabupaten di
Indonesia Tahun 2014. Jakarta[ID]: Kementerian Pertanian.
Kristian. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi dan Harga
Ubi Kayu Indonesia (Studi Tahun 1991-2013 dengan Menggunakan
Persamaan Simultan) [tesis]. Jakarta[ID]: Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia.
Li K, Song L, Zhao X. 2008. Component Trade and China’s Global Economic
Integration [research paper]. [diunduh 2015 Sep 15]. Tersedia pada :
http://www.wider.unu.edu/.
Listianingrum N. 2014. Posisi Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009-2013
[skripsi]. Bogor [ID]: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Mankiw NG. 2007. Makroekonomi. Ed ke-6. Fitria Liza dan Imam Nurmawan,
Penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
Oktaviani R dan Novianti T. 2009. Teori Kebijakan Perdagangan Internasional
dan Aplikasinya di Indonesia Bagian I. Bogor (ID): Departemen Ilmu
Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Oktora R. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Purwantini TB. 2014. Merancang Masa Depan Ubi Kayu Lampung [internet].
[diunduh 2016 Maret 20]. Tersedia pada : http://lampost.co/berita/merancang
-masa-depan-ubi-kayu-lampung-.
[Pusdatin] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Analisis GDP Sektor
Pertanian. Jakarta : Kementerian Pertanian.
[Pusdatin] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2015. Analisis
Perkembangan Harga Komoditas Pertanian. Jakarta : Kementerian Pertanian
[Pusdatin] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2015. Outlook Ubi Kayu.
Jakarta: Kementerian Pertanian.
Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional. Ed ke-5 Jilid 1. Haris Munandar,
Penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
Sari PG. 2015. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Permintaan Ekspor Ubi Jalar Indonesia di Asia [skripsi]. Bogor [ID]: Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Sukiman S. 2015. Menjadikan Ubi Kayu Sebagai Sumber Ketahanan Pangan dan
Energi di Indonesia. [buletin ilmiah]. Bogor [ID]: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
[UNCTAD] United Nations Conference on Trade and Development. 2016.
Perkembangan Nilai Tukar Riil Negara Tujuan terhadap USD Tahun 20012014. [Diunduh 2016 Feb 20]. Tersedia di http://www.unctadstat.unctad.org/.
[WITS] World Integrated Trade Solution. 2016. Export Cassava Indonesia.
[diunduh 2016 Feb 22]. Tersedia pada : http://www.wits.worldbank.org/.
[WITS] World Integrated Trade Solution. 2016. Perkembangan Harga Ekspor Riil
Ubi Kayu Indonesia Tahun 2001-2014. [diunduh 2016 Maret 14]. Tersedia
pada : http://www.wits.worldbank.org/.
34
[WB] Worldbank. 2016. Perkembangan GDP Riil Sepuluh Negara Tujuan Ekspor
2001-2014.
[diunduh
2016
Feb
24].
Tersedia
pada
:
http://www.worldbank.org/.
[WB] Worldbank. 2016. Populasi Sepuluh Negara Tujuan 2001-2014. [diunduh
2016 Feb 26]. Tersedia pada : http://www.worldbank.org/.
Zahro, BA. 2013. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia di Kawasan ASEAN dan China. [skripsi].
Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
35
Lampiran 1 Hasil olahan metode RCA ekspor komoditas ubi kayu Indonesia ke 10
negara tujuan ekspor tahun 2009-2014
Negara
China
Tahun
Xi
Xj
Wi
Wj
2009
2010
2011
2012
2013
2014
19632415
25473826
22284133
7815846
26706142
16947821
1.15E+10
1.57E+10
2.29E+10
2.17E+10
2.26E+10
1.76E+10
2009
2010
2011
2012
2013
2014
4948336
5707700
6397111
1866934
3502287
1653806
2009
2010
2011
2012
2013
2014
176058
384098
208971
181971
705225
497687
1.09E+10
1.43E+10
1.65E+10
1.49E+10
1.57E+10
1.66E+10
32151080
41999582
50661730
52921361
50739505
6084019
1.41E+12
1.74E+12
1.97E+12
2.03E+12
2.05E+12
2.15E+12
2009
2010
2011
2012
2013
2014
23703
8999
58471
114302
165902
226642
2.91E+09
3.72E+09
5.13E+09
4.66E+09
4.11E+09
3.98E+09
5453915
4999496
7312787
5964136
6771701
1372173
4.52E+11
5.39E+11
6.3E+11
6.31E+11
6.33E+11
6.28E+11
2009
2010
2011
2012
2013
2014
48193
102197
137190
114704
159599
160083
74861886
60963938
81689361
81755280
1.23E+08
1E+08
48363
104585
138095
114704
160107
160481
2.32E+09
2.91E+09
5.8E+09
5.88E+09
7.76E+09
6.56E+09
2009
2010
2011
2012
2013
69432
81679
4008
34927
28109
1.03E+10
1.37E+10
1.84E+10
1.71E+10
1.67E+10
129923
144252
43795
155594
258302
2.01E+11
2.49E+11
2.94E+11
3.01E+11
3.06E+11
6.02E+08 8.49E+11
8.28E+08 1.16E+12
9.91E+08 1.4E+12
1.09E+09 1.4E+12
1.65E+09 1.5E+12
1.53E+09 1.49E+12
Rataan
Korea
8.15E+09 20655085 2.6E+11
1.26E+10 5714797 3.44E+11
1.64E+10 6405427 4.1E+11
1.5E+10 4757901 4.11E+11
1.14E+10 66928006 4.11E+11
1.06E+10 1654323 4.32E+11
Rataan
Amerika
Serikat
Rataan
Belanda
Rataan
Brunei
Darussalam
Rataan
Singapura
RCA
2.41
2.27
1.37
0.46
1.07
0.94
1.42
7.66
27.36
24.96
10.73
1.88
40.74
18.89
0.71
1.11
0.49
0.47
1.81
10.62
2.54
0.67
0.26
0.98
2.59
3.78
26.04
5.72
30.91
46.61
70.56
71.97
63.08
65.24
58.06
10.48
10.27
1.46
3.94
2.00
36
2014
116637
1.68E+10
364234 3.15E+11
2009
2010
2011
2012
2013
2014
154133
152576
240595
293841
320896
98797
1.46E+09
1.69E+09
1.72E+09
1.7E+09
1.63E+09
1.66E+09
3072541
4409160
3385103
3024396
3733591
671387
5.07E+11
5.68E+11
6.58E+11
6.65E+11
6.47E+11
6.66E+11
2009
2010
2011
2012
2013
2014
12762
7289
23099
114553
118198
55798
3.26E+09
4.24E+09
5.58E+09
4.91E+09
4.37E+09
4.96E+09
983746
956072
1131301
991264
1678434
1403787
1.42E+11
1.72E+11
2.11E+11
2.24E+11
2.12E+11
2.07E+11
2009
2010
2011
2012
2013
2014
84664
49245
108073
245114
233219
33044
6.81E+09
9.36E+09
1.1E+10
1.13E+10
1.07E+10
9.73E+09
84664
531083
108522
256898
246914
45100
1.28E+11
1.69E+11
1.94E+11
2.06E+11
2.18E+11
2.14E+11
2009
2010
2011
2012
2013
2014
5764
555808
886
756
912
704
2.11E+09
2.5E+09
3.22E+09
2.63E+09
2.69E+09
2.78E+09
7364
557688
46868
6255
466504
1067425
3.8E+11
4.97E+11
5.88E+11
6.46E+11
7.52E+11
7.07E+11
Rataan
Inggris
Rataan
Australia
Rataan
Malaysia
Rataan
Hongkong
Rataan
6.02
5.69
17.42
11.60
27.18
38.08
34.01
59.09
31.23
0.57
0.31
0.77
5.28
3.41
1.66
2.00
18.84
1.68
17.54
17.40
19.28
16.10
15.14
141.03
198.04
3.46
29.62
0.55
0.17
62.14
37
Lampiran 2 Hasil olahan metode EPD ekspor komoditas ubi kayu Indonesia ke 10
negara tujuan ekspor tahun 2009-2014
Negara
China
Korea
Amerika
Serikat
Belanda
Brunei
Darussalam
Singapura
Share
Share
Average
Xij/Wij
0.0326
0.0308
0.0225
0.0072
0.0161
0.0110
Xj/Wj
0.0135
0.0135
0.0164
0.0155
0.0151
0.0118
Growth X
na
-5.7143
-26.9400
-68.0316
124.6689
-31.5928
-1.5220
na
316.8964
-0.0056
-60.7104
-86.6639
1810.3828
395.9799
na
67.0078
-54.8966
-16.6386
304.2130
488.5512
157.6474
na
-58.5835
344.2113
139.6893
27.8343
574.1828
205.4668
na
-1.9386
1.6660
0.6597
-0.3173
0.0695
0.0279
na
5.9534
-83.8373
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2009
2010
2011
0.2396
0.9988
0.9987
0.3924
0.0523
0.9997
0.0055
0.0091
0.0041
0.0034
0.0139
0.0818
0.0043
0.0018
0.0080
0.0192
0.0245
0.1652
0.9965
0.9772
0.9934
1.0000
0.9968
0.9975
0.5344
0.5662
0.0915
0.0313
0.0365
0.0400
0.0366
0.0278
0.0245
0.0077
0.0082
0.0084
0.0073
0.0077
0.0077
0.0064
0.0069
0.0082
0.0074
0.0065
0.0063
0.0322
0.0210
0.0141
0.0139
0.0158
0.0153
0.0510
0.0552
0.0628
Average
Growth
Y
na
0.0564
21.3512
-5.7131
-2.8395
-21.6410
-1.7572
na
16.7349
9.5917
-8.5618
-24.0895
-11.6338
-3.5917
na
6.7664
1.8296
-12.5021
4.7116
0.2559
0.2123
na
7.2759
17.9723
-9.3180
-12.2323
-2.1988
0.2998
na
-34.9758
-32.8325
-1.3183
13.7264
-3.2360
-11.7272
na
8.1269
13.8453
Market
Positioning
Retreat
Falling Star
Rising star
Rising star
Falling Star
38
2012
2013
2014
Inggris
Australia
Malaysia
Hongkong
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2009
2010
2011
2012
2013
2014
0.2245
0.1088
0.3202
0.0502
0.0346
0.0711
0.0972
0.0859
0.1472
0.0130
0.0076
0.0204
0.1156
0.0704
0.0397
1.0000
0.0927
0.9959
0.9541
0.9445
0.7327
0.7827
0.9966
0.0189
0.1209
0.0020
0.0007
0.0570
0.0544
0.0532
0.0029
0.0030
0.0026
0.0026
0.0025
0.0025
0.0229
0.0247
0.0264
0.0219
0.0206
0.0239
0.0531
0.0553
0.0568
0.0548
0.0490
0.0455
0.0056
0.0050
0.0055
0.0041
0.0036
0.0039
145.2818
-51.5215
194.2647
42.0282
na
-31.0185
105.3924
36.6970
-11.5366
71.2116
34.1492
na
-41.2319
167.8167
465.9814
-39.0619
-43.5568
101.9895
na
-90.7274
973.9886
-4.1906
-1.0056
-22.4293
171.1271
na
27.3278
-98.1032
539.3478
-98.3825
-66.2638
60.7852
-9.2777
-4.4361
-2.2794
1.1958
na
3.5954
-12.3286
-2.4166
-0.9625
-1.4521
-2.7129
na
7.7413
6.8475
-17.1367
-5.7311
16.0078
1.5458
na
4.1090
2.7141
-3.3883
-10.6845
-7.1149
-2.8729
na
-9.3269
8.5772
-25.3312
-12.2602
9.7860
-5.7110
Rising star
Falling Star
Rising star
Falling Star
Falling Star
39
Lampiran 3 Variabel-variabel yang memengaruhi permintaan ekspor komoditas ubi
kayu Indonesia di 10 negara tujuan ekspor tahun 2001-2014
Ln
Ln Nilai
Ln
Harga
Ln
Ln GDP Ln
Negara
Tahun
Tukar
Ekspor
Ekspor
Jarak
Riil
Populasi
Riil
Riil
2001
20.964
17.973
-7.302
6.323
23.733
1.964
2002
20.970
17.263
-7.354
6.357
23.799
1.988
2003
20.977
16.198
-7.244
6.391
23.888
2.000
2004
20.983
18.454
-7.176
6.450
24.019
1.987
2005
20.988
18.792
-7.063
6.519
24.138
1.993
2006
20.994
18.335
-7.102
6.219
23.835
1.981
2007
20.999
18.877
-6.909
6.341
24.015
1.916
China
2008
21.004
18.365
-7.012
6.508
24.197
1.804
2009
21.009
18.585
-6.863
6.658
24.303
1.792
2010
21.014
18.966
-6.480
6.716
24.413
1.913
2011
21.019
18.764
-6.273
6.801
24.550
1.845
2012
21.024
17.687
-6.463
6.866
24.648
1.815
2013
21.029
18.886
-6.487
6.922
24.741
1.786
2014
21.034
18.419
-6.298
6.965
24.819
1.773
2001
17.673
21.990
-7.358
5.221
22.617
7.228
2002
17.679
17.725
-6.370
5.292
22.720
7.185
2003
17.684
15.613
-6.671
5.315
22.798
7.125
2004
17.688
22.577
-7.175
5.329
22.886
7.076
2005
17.690
22.404
-6.943
5.430
23.036
6.971
2006
17.694
20.976
-7.026
5.554
23.156
6.909
2007
17.699
22.562
-6.829
5.577
23.237
6.886
Korea
2008
17.706
22.194
-6.898
5.419
23.094
7.048
2009
17.711
22.580
-6.932
5.323
22.954
7.166
2010
17.716
22.610
-6.440
5.433
23.116
7.053
2011
17.723
22.674
-6.356
5.459
23.194
7.003
2012
17.728
21.457
-6.314
5.432
23.201
7.017
2013
17.732
22.059
-6.468
5.453
23.258
6.990
2014
17.736
21.274
-6.224
5.489
23.330
6.956
2001
19.468
10.577
-3.963
9.300
25.579
0.000
2002
19.477
10.012
-4.250
9.286
25.596
0.000
2003
19.486
7.313
-3.772
9.258
25.623
0.000
2004
19.495
9.729
-3.814
9.223
25.661
0.000
Amerika
2005
19.504
11.894
-3.634
9.205
25.693
0.000
Serikat
2006
19.514
11.894
-3.674
9.234
25.720
0.000
2007
19.523
11.894
-3.773
9.195
25.737
0.000
2008
19.533
12.091
-3.947
9.178
25.735
0.000
2009
19.542
12.079
-3.918
9.193
25.706
0.000
40
Belanda
Brunei
Darussalam
Singapura
2010
2011
2012
2013
2014
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
12.859
-3.809
9.166
25.732
12.250
12.112
13.466
-3.770
-3.966
-5.174
9.129
9.119
9.105
25.747
25.770
25.793
13.118
13.238
13.303
12.563
9.028
9.162
9.305
9.840
10.237
10.399
9.386
11.314
11.901
12.296
-5.205
-4.996
-5.378
-5.073
-3.574
-4.507
-4.008
-4.218
-4.379
-4.103
-4.093
-4.468
-4.416
-4.273
9.093
5.715
5.734
5.864
5.906
5.880
5.925
5.991
6.061
6.013
5.928
5.941
5.818
5.809
25.816
22.347
22.398
22.582
22.698
22.721
22.764
22.887
22.972
22.881
22.847
22.912
22.822
22.850
12.615
8.267
9.092
9.083
9.071
5.170
9.806
9.774
10.288
11.142
11.842
12.072
11.900
12.241
-4.062
-5.647
-4.695
-4.674
-4.728
-4.387
-3.606
-3.706
-3.968
-3.969
-3.899
-3.828
-3.789
-3.820
5.783
-0.736
-0.730
-0.728
-0.766
-0.797
-0.704
-0.707
-0.680
-0.680
-0.642
-0.580
-0.597
-0.653
22.860
17.899
17.937
17.994
18.029
18.048
18.137
18.192
18.234
18.190
18.280
18.394
18.410
18.391
12.278
13.640
10.577
9.532
11.129
9.939
11.392
10.781
11.258
-3.618
-7.431
-7.438
-4.709
-3.817
-4.174
-4.646
-5.570
-6.286
-0.724
1.553
1.563
1.580
1.628
1.666
1.800
1.883
1.949
18.355
20.737
20.779
20.849
20.971
21.059
21.190
21.330
21.411
19.550
19.558
19.565
19.573
19.580
16.591
16.597
16.602
16.606
16.608
16.609
16.612
16.616
16.621
16.626
16.631
16.634
16.637
16.640
12.728
12.747
12.764
12.782
12.799
12.816
12.833
12.850
12.866
12.882
12.898
12.913
12.928
12.942
15.236
15.245
15.230
15.243
15.266
15.297
15.339
15.392
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.072
0.055
0.057
0.166
0.185
0.213
0.313
0.393
0.326
0.281
0.338
0.254
0.277
0.284
0.420
0.459
0.450
0.438
0.443
0.429
0.396
0.352
0.359
0.307
0.243
0.250
0.260
0.295
0.524
0.543
0.533
0.513
0.525
0.502
0.458
0.364
41
Inggris
Australia
Malaysia
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
11.531
11.618
8.507
-3.855
-2.739
-4.821
1.959
2.114
2.202
21.378
21.584
21.724
10.640
10.414
-4.802
-3.812
2.209
2.214
21.765
21.807
11.859
10.231
11.112
9.889
11.275
11.407
11.699
11.998
12.199
11.516
11.505
11.900
12.109
12.201
-3.894
-4.959
-4.975
-4.299
-4.216
-4.281
-4.341
-4.039
-4.261
-4.093
-3.715
-4.367
-4.328
-4.442
2.195
7.100
7.132
7.196
7.263
7.235
7.277
7.328
7.224
7.059
7.015
7.018
6.982
6.957
21.823
23.701
23.765
23.884
24.024
24.046
24.084
24.193
24.104
23.896
23.903
23.959
23.956
23.967
10.977
10.536
3.973
9.297
9.176
8.824
7.385
7.198
9.100
9.713
8.980
10.016
11.620
11.711
-4.707
-3.959
-2.455
-3.891
-3.945
-4.568
-4.234
-4.618
-4.293
-4.088
-3.786
-4.660
-4.362
-4.342
7.002
5.119
5.101
5.182
5.350
5.387
5.415
5.442
5.595
5.461
5.609
5.693
5.740
5.723
24.048
22.474
22.488
22.624
22.866
22.952
22.977
23.062
23.230
23.052
23.251
23.388
23.468
23.487
11.017
9.060
11.927
11.409
13.323
13.386
13.698
12.973
-4.122
-7.250
-6.466
-6.114
-6.376
-6.771
-6.840
-5.601
5.601
2.147
2.168
2.169
2.161
2.167
2.256
2.325
23.401
21.049
21.101
21.157
21.223
21.278
21.364
21.491
15.422
15.440
15.461
15.486
15.502
15.515
17.895
17.899
17.904
17.910
17.917
17.924
17.932
17.940
17.947
17.955
17.963
17.970
17.976
17.982
16.781
16.794
16.806
16.818
16.831
16.846
16.852
16.872
16.892
16.908
16.922
16.939
16.956
16.972
16.990
17.010
17.029
17.048
17.066
17.084
17.101
0.383
0.307
0.211
0.179
0.170
0.192
-0.385
-0.410
-0.495
-0.586
-0.572
-0.583
-0.655
-0.576
-0.430
-0.431
-0.491
-0.482
-0.478
-0.523
0.702
0.641
0.458
0.337
0.306
0.318
0.221
0.207
0.259
0.086
-0.031
-0.029
0.031
0.088
1.330
1.328
1.341
1.351
1.354
1.317
1.261
42
Hongkong
2008
2009
2010
2011
2012
2013
14.027
12.606
11.974
12.709
13.541
-5.466
-5.906
-5.624
-5.790
-5.578
2.387
2.322
2.471
2.521
2.532
21.568
21.459
21.659
21.762
21.806
13.504
-4.300
2.521
21.832
2014
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
11.573
10.003
10.693
11.325
10.405
13.828
11.327
10.926
8.833
10.714
15.278
8.818
8.638
8.797
-4.980
-3.609
-4.524
-3.739
-4.055
-6.779
-4.797
-6.258
-5.734
-3.701
-6.403
-2.688
-4.397
-4.070
2.506
3.364
3.349
3.326
3.335
3.359
3.431
3.432
3.439
3.464
3.475
3.468
3.454
3.448
21.853
21.244
21.261
21.293
21.375
21.449
21.517
21.576
21.598
21.579
21.641
21.687
21.707
21.738
8.510
-3.720
3.438
21.762
17.119
17.136
17.152
17.168
17.184
17.199
1.216
1.259
1.169
1.118
1.132
17.213
15.720
15.724
15.722
15.730
15.734
15.741
15.749
15.755
15.758
15.765
15.772
15.783
15.788
15.795
1.167
1.906
1.952
1.999
2.029
2.053
2.061
2.075
2.069
2.055
2.050
2.031
2.010
1.981
1.145
1.953
43
Lampiran 4 Hasil uji chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Cross-section F
Statistic
73.275714
d.f.
Prob.
(9,125)
0.0000
44
Lampiran 5 Hasil uji hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
32.466151
5
0.0000
45
Lampiran 6 Hasil estimasi panel data dengan menggunakan model FEM (Fixed
Effect Method) dengan pembobotan Cross Section SUR
Dependent Variable: LN_XIJT
Method: Panel EGLS (Cross-section SUR)
Date: 06/11/16 Time: 16:56
Sample: 2001 2014
Periods included: 14
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 140
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LN_ECODIST
LN_XRATE
LN_GDP
LN_POP
LN_PX
C
-4.350071
-3.398632
1.804671
9.719231
-0.674103
-172.5853
0.820519
0.400380
0.707383
2.305273
0.058518
30.06652
-5.301605
-8.488518
2.551194
4.216088
-11.51963
-5.740115
0.0000
0.0000
0.0119
0.0000
0.0000
0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.960941
0.956567
1.041814
219.6647
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
15.88756
19.27973
135.6721
1.848853
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.890605
247.6648
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
12.69535
1.540697
46
Lampiran 7 Hasil uji normalitas
20
Series: Standardized Residuals
Sample 2001 2014
Observations 140
16
12
8
4
0
-2
-1
0
1
2
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
2.36e-16
0.111618
2.478167
-2.673445
0.987957
-0.367054
3.070623
Jarque-Bera
Probability
3.172764
0.204665
47
Lampiran 8 Matriks korelasi antar variable
LN_XIJT
LN_XIJT
LN_ECODIST
LN_XRATE
LN_GDP
LN_POP
LN_PX
1.000
0.230
0.771
0.284
0.486
-0.723
LN_ECODIST
0.230
1.000
-0.007
0.973
0.840
-0.009
LN_XRATE
0.771
-0.007
1.000
0.019
0.146
-0.601
LN_GDP
0.284
0.973
0.019
1.000
0.898
-0.083
LN_POP
0.486
0.840
0.146
0.898
1.000
-0.378
LN_PX
-0.723
-0.009
-0.601
-0.083
-0.378
1.000
48
RIWAYAT HIDUP
Penulis, Lisa Meilanie, dilahirkan di Mataram, Lombok Barat pada 24 Mei
1994. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Sugiarta dan Ibu Iswati. Pendidikan formal penulis dimulai dari taman kanak-kanak
Kemala Bhayangkari, kemudian dilanjutkan ke tingkat sekolah dasar SDN II
Genteng. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMPN I Genteng, setelah itu
melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas dan menjadi lulusan tahun 2012
dari SMAN I Genteng. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SNMPTN Undangan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi kampus
antara lain Organisasi Mahasiswa Daerah Banyuwangi, Himpunan Profesi Peminat
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) sebagai sekretaris divisi
D’Bussiness and Corporation Trops (DISTRO) periode 2013/2014, dan Badan
Eksekutif Mahasiswa KM IPB sebagai staf Biro Badan Internal periode 2014/2015.
Selain itu, penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitian di IPB antara lain
Canvassing IPB sebagai staf divisi acara, The 10Th Hipotex-R 2013, The 11th
Hipotex-R 2014, Euforias IE Day’s 2014, Masa Perkenalan Departemen IE 2014
sebagai staf komisi disiplin, Gerakan Pertanian Nasional 2015, The International
Cultural Night IPB 2015 sebagai staf dekorasi dan dokumentasi. Penulis juga
pernah menjadi juara ketiga dalam perlombaan Economic Championship (EChamp) pada tahun 2014 dengan tim. Kegiatan penulis pada bulan Juni dan Agustus
tahun 2015 ialah melakukan kuliah kerja profesi (KKP) di Desa Simpen Kaler,
Kecamatan Balubur Limbangan, Garut, Jawa Barat. Penulis juga menerima
beasiswa peningkatan prestasi akademik (PPA) selama lima periode.
Download