perubahan garis pantai di sepanjang pesisir pantai indramayu

advertisement
PERUBAHAN GARIS PANTAI
DI SEPANJANG PESISIR PANTAI INDRAMAYU
DEGEN ERASMUS KALAY
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Perubahan Garis Pantai Di
Sepanjang Pesisir Pantai Indramayu” adalah karya saya sendiri dibawah
bimbingan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal dan/atau
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir
tesis ini.
Bogor, Desember 2008.
Degen Erasmus Kalay.
ABSTRACT
DEGEN ERASMUS KALAY. Coastline Changing of Indramayu Coastal Area.
Under the direction of I Wayan Nurjaya and Nyoman M. N. Natih.
The aim of this research is to investigate the characteristics of wave and
sediment as well as coastline change in Indramayu. Data for the research consist
of Landsat ETM satelite image process and hydro-oceanographic of wave and
current. The data were analyzed by using method of energy flux, wind data
forecasting, sediment statistics, budget sediment, and processing of the satelite
image. Results of the research are (i) maximum wave height ranged from 0.181–
1.179 meter with a period of 1.73 – 3.36 sec, occured on the west season; (ii)
sediment of coastal waters was dominated by silt-clay, with a sorting value of
very well sorted, skweness very coarse skewed – near semytrical and kurtosis
very platikurtik, and maximum transport sediment along the coast 0.13-11.83
kg/day; (iii) tide pattern classified as mixed tide preveling semiurdinal; (iv) current
velocity of the waters ranged from 0.012-0.024 m/sec in March and 0.17-0.32
m/sec in July, with a direction of longshore current of 0.14 – 0.34 m/sec; (v)
coastline abration occured with an average value of 19.89 m/year.
Key words: wave, sediment, coastline change, current.
RINGKASAN
DEGEN ERASMUS KALAY. Perubahan Garis Pantai Di Sepanjang
Pesisir Pantai Indramayu. Dibimbing oleh I Wayan Nurjaya dan Nyoman M.
N. Natih.
Pantai adalah daerah di tepi perairan (laut) sebatas antara surut terendah
dengan pasang tertinggi, sedangkan daerah pesisir adalah daratan pantai
beserta perairannya dimana pada daerah tersebut masih terpengaruh oleh
aktivitas darat maupun laut. Salah satu masalah pada kawasan ini adalah
perubahan garis pantai. Hal tersebut menimbulkan berbagai permasalahan,
diantaranya pemanfaatan lahan; bertambah atau berkurangnya luas daratan;
terancamnya aktivitas manusia dan lain sebagainya. Perubahan garis pantai
merupakan hasil gabungan dari proses alam (gelombang, pasang surut, arus
dan sedimentasi) dan manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik gelombang serta
karakteristik dan distribusi sedimen pada perairan Teluk Indramayu, serta
mengetahui perubahan garis pantai di sepanjang pantai Indramayu dengan
menggunakan pengolahan Citra Landsat ETM serta mangacu kepada dinamika
yang didukung oleh faktor-faktor hidro-oseanografi khususnya gelombang dan
arus sebagai metode analitik. Informasi tentang dinamika perairan pesisir dan
perubahan garis pantai dapat dimanfaatkan sebagai acuan pengembangan dan
pengelolaan wilayah pantai kepada masyarakat, pemerintah dan komponenkomponen terkait lainnya
Data sedimen yang dianalisis adalah karakteristik sedimen dengan
menghitung
statistik
sedimen
(mean,
sorting,
skweness
dan
kurtosis)
berdasarkan USACE, 1998. arah pergerakan di hitung resultante vector dan
volume transpor dihitung menggunakan metode fluks energi arus menyusur
pantai. Perhitungan gelombang didasarkan pada data angin (tahun 1993–2007),
dimulai dengan perhitungan panjang fetch effective, peramalan menggunakan
metode SMB atau Sverdrup Munk Bretschneider, parameter gelombang yang
dihitung adalah tinggi dan periode; energi gelombang; karakteristik gelombang
pecah dan model perambatan gelombang menggunakan program menggunakan
program STWave (Steady-State Spectral Wave Model) merupakan bagian dari
program SMS atau surface water modeling system. Tipe pasang surut
ditentukkan berdasarkan kriteria Courtier guna memperoleh bilangan Formzal
(F). Arus yang dihitung adalah arus sejajar pantai (longshore current) dan pola
arus menggunakan hasil pengukuran lapangan. Perubahan garis pantai
menggunakan metode sediment budget dan analisis citra
Tinggi gelombang maksimum berkisar antara 0.18-1.18 m dan periode
1.73-3.76 det, terjadi pada musim barat.
Sedimen perairan didominasi oleh
ukuran lanau-lempung, dengan nilai sorting very well sorted; skweness very
coarse skewed – near simetrical dan kurtosis very platikurtik. Volume sedimen
transpor maksimum sepanjang pantai 0.13-11.83 g/m3. Tipe pasang surut mixed
tide preveling semidiurnal. Kecepatan arus perairan berkisar antara 0.01-0.02
m/det (Maret) dan 0.17-0.32 m/det (Juli), arus sejajar pantai (longshore current)
0.14-0.34 m/det. Garis pantai mengalami abrasi dengan rata-rata nilai 19.89
m/tahun.
Tinggi gelombang maksimum di Teluk Indramayu berdasarkan hasil
ramalan dengan metode SMB berkisar antara 0.18 – 1.18 m, terbentuk pada saat
musim barat. Tinggi gelombang tersebut sangat mempengaruhi cepat rambat,
tinggi gelombang pecah dan besar energi gelombang.
Arus pada Teluk
Indramayu bergerak dari timur ke barat, polanya berbeda sesuai musim dan
kecepatan semakin melemah ke bagian dalam teluk.
Arus sepanjang pantai
(longshore current) sangat dipengaruhi oleh nilai tinggi gelombang pecah.
Sedimen yang terdistribusi umumnya didominasi ukuran kecil yaitu lanau (silt)
dan lempung (clay). Sortingnya very well sorted, skwenessnya near symatrical,
coarse skewed dan very coarse skewed dan kurtosisnya very platykurtik.
Volume dan arah pergerakan sangat dipengaruhi oleh tinggi gelombang dan
sudut datang gelombang.
Pesisir pantai Indramayu mengalami abrasi yang
sangat parah. Berdasarkan budget sediment, untuk skala waktu abrasi tertinggi
terjadi pada tahun 2001 (transpor sedimen barat ke timur) dan tahun 2004
(transpor sedimen timur ke barat), sedangkan skala ruang tertinggi pada
sel/segmen 2.
Berdasarkan hasil analisa citra lansad tahun 2001 dan 2006
kisaran abrasinya adalah 12.23 – 242.07 m atau pertahunnya 2.04 – 40.34 m
dengan rata-ratanya 19.89 m/thn, titik abrasi terendah pada posisi 1070.92’BT
dan 60.25’LS sedangkan terbesar pada 1070.98’BT dan 60.27’LS.
Kata kunci : Gelombang, sedimen, Perubahan garis pantai, arus.
© Hak cipta milik IPB tahun 2008
Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantum
atau menyebut sumber.
a. pengutipan hanya kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. penutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
PERUBAHAN GARIS PANTAI
DI SEPANJANG PESISIR PANTAI INDRAMAYU
DEGEN ERASMUS KALAY
C551060011
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Penguji Luar Komisi : Bapak Dr. Ir. Erizal, M.Agr
Judul Tesis : Perubahan Garis Pantai Di Sepanjang Pesisir Pantai Indramayu
Nama
: Degen Erasmus Kalay
NIM
: C551060011
Disetujui,
Komisi Pembimbing,
Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc.
Ketua
Dr. Ir. Nyoman Metta N. Natih, M.Si
Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan,
Dekan Sekolah Pascasarjana,
Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S
Tanggal Ujian : 14 November 2008.
Tanggal Lulus :
HALAMAN PERSEMBAHAN
Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan (Amzal 1: 7)
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku (Filipi 4: 13)
Tesis ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus
Dunia ilmu pengetahuan khususnya ilmu kelautan bidang oseanografi
Almamater tercinta Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Pattimura
(UNPATTI)
Keluarga Besar Kalay - Sopacuaperuw
Orang tercinta yang selalu memberikan dukungan, membangun harapan dan
menabur senyum bagiku disetiap waktu dan kala.
Tete Manis tahu bahwa cita dan cinta yang terpatri dalam karya ini takan
percuma, tapi akan menjadi berkat bagi banyak orang, sebab apa yang di
hasilkan dari sebuah ketulusan dan kerendahan hati sangat bernilai di
mata-NYA.
PRAKATA
Syukur dan terima kasih beta sampaikan kepada Tete Manis yang adalah Tuhan dan
pemberi hidup, atas limpahan berkat, kasih karunia dan bimbingan serta kemampuan yang
diberikan sehingga penulisan tesis “Perubahan Garis Pantai Di Sepanjang Pesisir Indramayu”
dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini beta ucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc dan Dr. Ir. Nyoman Metta N. Natih, M.Si. sebagai
Ketua dan Anggota komisi pembimbing yang selalu menyediakan waktu untuk membantu
memberikan masukan saran dan kritik dalam penyusunan tesis ini.
2. Bpk Dr. Ir. Erizal, M.Agr sebagai penguji luar komisi yang telah banyak memberikan
masukan guna penyempurnaan Tesis ini.
3. Pimpinan dan staf Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor khsusunya pada
Program Studi Ilmu Kelautan, yang telah banyak memberikan dan berbagi pengetahuan.
4. Rektor dan staf Universitas Pattimura Ambon teristimewa Fakultas Perikanan dan Kelautan
yang telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk melanjutkan studi S2.
5. Pihak P2O-LIPI yang telah memberikan kesempatan untuk terlibat bersama dalam
kegiatan penelitian sekaligus proses pengambilan data untuk penulisan tesis (Pa Wahyu
BS, Bu Tiwo, Pa Eddy K, Pa Robiman, Pa Muhajirin, Bang Hasan, Nia dan Uci).
6. Dirjen Pendidikan Tinggi yang memberikan beasiswa BPPS dan Yayasan Dana Beasiswa
Maluku (YDBM) serta Yayasan Tahija yang memberikan bantuan beasiswa guna
penyelesaian tulisan ini.
7. Teman-teman mahasiswa program studi Ilmu Kelauatan 2006,2005, 2007 dan 2008.
khususnya Heron S, Bahar, Bang Anto, Try, Hawir, Ikbal, Mukti dan Hengky yang selalu
memberikan bantuan informasi, diskusi dan olah data.
8. Persekutuan Mahasiswa Maluku (PERMAMA) untuk semua kebersamaan dan bantuan
yang diberikan dan Teman-teman warga Perwira 12.
9. Teman-teman Among, Yanto dan Denny serta Ibu Pdt D. Akywen (mama piara) di Waai.
10. Secara khusus untuk Papa Elly Kalay dan Mama Koce Kalay/Sopacuaperuw (alm), serta
kakak-kakak dan keluarganya Billy dan Nell serta Chrys, Boby dan Gos untuk bimbingan,
kasih sayang, doa, motivasi dan dukungan yang diberikan.
Akhir kata, beta berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2008
Degen Erasmus Kalay
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Degen Erasmus Kalay. Lahir di Waai – Ambon, 06
Nopember 1975. Merupakan anak ke tiga dari pasangan
Bpk Elias Jacob Kalay dan Ibu Jacoba Sopacuaperuw.
Pendidikan SD - SMP dii Negeri Waai dan SMA di
Tulehu. Pada tahun 1993 diterima sebagai mahasiswa
Program Studi Ilmu Kelautan dan Teknologi Kelautan,
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura
(UNPATTI) Ambon dan tamat tahun 1998. Aktiv di dunia LSM pada tahun 2001 –
2005. Tahun 2004 (Tentamen 2003) di terima sebagai staf pengajar pada
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon.
Tahun 2006 diterima sebagai mahasiswa pascasarjana program magister pada
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ilmu Kelautan
bidang minat Oseanografi.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Perumusan Masalah
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
1
3
4
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pantai
2.2. Gelombang
2.3. Pasang Surut
2.4. Arus
2.5. Sedimen
2.6. Kondisi Pantai Indramayu
6
6
10
14
17
17
19
III. METODOLOGI
3.1. Waktu Dan Lokasi
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Metode Penelitian
3.4. Analisis Laboratorium
3.5. Analisis Data
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gelombang
4.1.1. Angin
4.1.2. Karakteristik Gelombang
4.1.3. Model Karakteristik Gelombang
4.2. Sedimen
4.2.1. Distribusi Sedimen Pada Daerah Teluk
4.2.2. Distribusi Dan Arah Transpor Sedimen Dekat Pantai
4.3. Pasang Surut
4.4. Arus
4.4.1. Pola Pergerakan Arus Pada Teluk
4.4.2. Arus Sepanjang Pantai
4.5. Perubahan Garis Pantai
V. PENUTUP
5.1. Simpulan
5.2. Saran
22
22
22
24
27
28
41
43
43
45
49
56
56
59
67
68
68
71
72
83
83
83
DAFTAR PUSTAKA
85
LAMPIRAN
89
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Ukuran Partikel Sedimen Berdasarkan Skala Wentworth
18
Tabel 2
Alat dan Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian
22
Tabel 3
Manfaat dan Kegunaan Data
26
Tabel 4
Jarak dan Waktu Pemipetan Sedimen
27
Tabel 5
Distribusi Kualitatif Sedimen Untuk Standar Deviasi, Skweness
Dan Kurtosis (CHL 2002)
29
Tabel 6
Persamaan Parameter Gelombang Amplitudo Kecil (CHL 2002)
34
Tabel 7
Frekuensi Kejadian Angin Dalam Persen Pada Teluk Indramayu 43
Berdasarkan Stasiun Pengukuran Jatiwangi – Cirebon. Jawa
Barat
Tabel 8
Panjang Fetch Efektif Perairan Teluk Indramayu
45
Tabel 9
Karakteristik Gelombang Berdasarkan Arah Angin
46
Tabel 10
Karakteristik Gelombang Pecah
46
Tabel 11
Hasil Analisis Parameter Statistik Sedimen Dasar Teluk
Indramayu pada Bulan Juli 2007.
57
Tabel 12
Hasil Analisis Parameter Statistik Sedimen Dasar Teluk
Indramayu pada Bulan Juli 2007
58
Tabel 13
Hasil Analisis Parameter Statistik Sedimen Pantai Teluk
Indramayu
61
Tabel 14
Hasil Perhitungan Sedimen yang Tertampung Oleh Trap pada
Bulan Juli 2007.
65
Tabel 15
Volume Transpor Sedimen dihitung Berdasarkan Komponen
Gelombang Dan Pengaruh Kecepatan Longshore Current
66
Tabel 16
Kecepatan Arus di Perairan Teluk Indramayu pada Bulam Maret
2007 Berdasarkan Posisi Lintang Bujur
70
Tabel 17
Kecepatan Arus di Perairan Teluk Indramayu pada Bulam Juli
2007 Berdasarkan Posisi Lintang Bujur
71
Tabel 18
Kecepatan Arus Menyusur Pantai (V) Permusim yang dihitung
Berdasarkan Tinggi Gelombang Pecah (Hb) Permusim
71
Tabel 19
Karakter Masing- Masing Sel/Segmen
71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Alur Penelitian
4
Gambar 2
Kondisi pantai di Sepanjang Pesisir Pantai Indramayu
5
Gambar 3
Sketsa Defenisi Gelombang Progresif
12
Gambar 4
Spectrum Gelombang Ideal
12
Gambar 5
Refraksi Gelombang Pada Berbagai Bentuk Tipe Kontur Garis 13
Pantai
Peta Lokasi Penelitian (Teluk Indramayu)
23
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Beberapa Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian. a. Tide 24
Gauge; b. ADCP; c. Bottom Sediment Grab dan d. Sediment
Trap
Lintasan Tracking Pengukuran Arus di Lokasi Penelitian pada 25
Bulan Maret dan Juli 2007 (sumber : Wahyu BS – P2O LIPI).
32
Gambar 10
Diagram Alir Koreksi Kecepatan Angin (Simbol Lihat Dalam
Teks). Keterangan: UL=Kecepatan Angin di Darat;
UW=Kecepatan Angin di Laut; RT=Kondisi Atmosfer; UA=Faktor
Tegangan Angin
Rasio Koreksi Angin pada Ketinggian 10 m.
Gambar 11
Rasio Durasi Kecepatan Angin (Ut) pada Kecepatan 1 Jam (U3600)
33
Gambar 12
Perbandingan/Rasio (RL) Kecepatan Angin di Atas Laut (UW) 33
Dengan Angin di Darat (UL) (CHL 2002). (Keterangan:
Pemakaian RL, Normalnya Jika Jarak Alat Pencatat Angin 16
km dari Laut)
Tahapan Analisis Numerik dengan Menggunakan Program SMS 39
Gambar 9
Gambar 13
32
Gambar 14
Pembagian Segmen Pantai Untuk Menghitung Perubahan Garis 41
Pantai
Gambar 15
Wind Rose Teluk Indramayu Tahun 1993 – 2007 Berdasarkan 43
Hasil Pengamatan pada Stasiun Jatiwangi – Cirebon
Gambar 16
Tinggi Gelombang Rata-Rata Selama Pengukuran Lapangan 45
Pada Bulan Maret 2007.
Gambar 17
Hempasan Gelombang yang Tiba di Garis Pantai
49
Gambar 18
Profil Topografi Wilayah Model
49
Gambar 19
Model Tinggi Gelombang pada Musim Barat dan Peralihan 1
49
Gambar 20
Model Tinggi Gelombang pada Musim Timur dan Peralihan 2
51
Gambar 21
Model Periode Gelombang pada Musim Barat dan Peralihan 1
53
Gambar 22
Model Periode Gelombang pada Musim Timur dan Peralihan 2
54
Gambar 23
Model Arah Datang Gelombang pada Musim Barat dan 55
Peralihan 1
Gambar 24
Model Arah Datang Gelombang Pada Musim Timur dan
Peralihan 2
56
Gambar 25
Gambar 26
Cara Sedimen Mengalami Perpindahan (Transpor) Dari Satu 63
Titik Ke Titik Yang Lain (Sumber. Anthoni, 2000)
Proses Pemasangan Sediment Trap
66
Gambar 27
Garfik Pola Pasang Surut Perairan Teluk Indramayu. Hasil 68
Pengukuran Pasang Surut Pada 26-31 Maret 2007 dan
Pengukuran Dishidros Pada Bulan Maret 2007 (Sumber Data :
Jawatan Hidro-Oseanografi TNI-AL, 2007)
Gambar 28
Pola Pergerakan Massa Air Di Teluk Indramayu pada Bulan 69
Maret 2007. (sumber : Wahyu BS – P2O LIPI)
Gambar 29
Pola Pergerakan Massa Air di Teluk Indramayu pada Bulan 70
Maret 2007. (sumber : Wahyu BS – P2O LIPI)
Gambar 30
Grafik Hasil Analisis Model Budget Sediment Berdasarkan 77
Transpor Sedimen Menyusur Pantai Per Sel/Segmen Pantai
Selama Tahun 2001 – 2006 Saat Gelombang bergerak dari
Barat ke Timur
Grafik Hasil Analisis Model Budget Sediment Berdasarkan 78
Transpor Sedimen Menyusur Pantai Pada Setiap Sel/Segmen
Pantai Selama Tahun 2001 – 2006 (Timur – Barat).
Gambar 31
Gambar 32
Grafik Hasil Analisis Model Budget Sediment Berdasarkan 79
Transpor Sedimen Menyusur Pantai Per Sel/Segmen Pantai
Selama Tahun 2001 – 2006
Gambar 33
Hasil Analisa Perubahan Garis Pantai Pada Teluk Indramayu 80
Dengan Menggunakan Citra Lansad Tahun 2001 Dan 2006
Gambar 34
Budget Sediment Sepanjang Pantai Mengacu pada Hasil 81
Analisis Citra Satelit
Gambar 35
Grafik Hasil Analisis Model Budget Sediment Berdasarkan
Transpor Sedimen Menyusur Pantai Per Sel/Segmen Pantai
Menggunakan Data Permodelan.
82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Data Kecepatan Angin Maksimum Tahun 1993 - 2007. Sumber
: Stasiun BMG (Badan Geofisika Dan Meteorologi) Jatiwangi,
Cirebon – Jawa Barat
Persentase Kejadian Angin dan Windrose
89
90
Lampiran 3
Hasil Perhitungan Panjang Fetch
96
Lampiran 4
Hasil Perhitungan Tinggi dan Periode Gelombang Berdasarkan
Data Angin
97
Lampiran 5
Hasil Perhitungan Karakteristik Gelombang
102
Lampiran 6
Data Sedimen Dasar
106
Lampiran 7
Pola Distribusi Sedimen Dasar
111
Lampiran 8
Distribusi Sedimen Profil Pantai
119
Lampiran 9
Pola Distribusi Sedimen Profil Pantai
123
Lampiran 10 Hasil Perhitungan Statistik Sedimen
130
Lampiran 11 Perhitungan Arah Transpor Sedimen Berdasarkan Data
Sedimen Trap
131
Lampiran 12 Hasil Analisis Volume Transpor Sedimen Total (Perbulan)
133
Lampiran 13 Tipe dan Koefisien Pasang Surut pada Bulan-Bulan Survei
Berdasarkan Data Dishidros
137
Lampiran 14 Hasil Perhitungan Kecepatan Arus Menyusur Pantai
Berdasarkan Data Angin
138
Lampiran 15 Hasil Perhitungan Nilai Tangen β Untuk Tiap Profil
143
Lampiran 16 Hasil Perhitungan Data Sedimen Per Sel/Segmen Untuk
Transpor Sedimen
144
Lampiran 17 Pola Perubahan Garis Pantai Hasil Tracking
148
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum pantai didefenisikan sebagai daerah di tepi perairan (laut)
sebatas antara surut terendah dengan pasang tertinggi, sedangkan daerah
pesisir adalah daratan pantai beserta perairannya dimana pada daerah tersebut
masih terpengaruh oleh aktivitas darat maupun laut (Prasetya et al., 1993;
Romimohtarto dan Juwana, 2001). Merujuk dari pernyataan ini dapat dikatakan
bahwa pantai merupakan bagian transisi yang membatasi darat dan laut. Daerah
pantai
memiliki
multifungsi
pemanfaatan,
diantaranya
sebagai
kawasan
pemukiman; kawasan industri dan pertambangan; kawasan rekreasi dan wisata;
tempat mencari nafkah; pelabuhan; habitat bagi berbagai organisme pantai dan
lokasi penelitian. Multifungsi pantai yang kompleks tersebut, akan menimbulkan
berbagai masalah jika tidak ditata secara baik, salah satunya adalah perubahan
morfologi pantai khususnya perubahan garis pantai.
Perubahan garis pantai baik maju atau mundur menimbulkan berbagai
permasalahan, diantaranya pemanfaatan lahan; bertambah atau berkurangnya
luas daratan; terancamnya aktivitas manusia dan lain sebagainya. Terlepas dari
faktor manusia yang menyebabkan perubahan, faktor lain yang sangat
berpengaruh adalah faktor alam (Efendi et al., 1981 dalam Hermanto, 1986).
Menurut Diposaptono (2004) perubahan morfologi pantai (garis pantai)
merupakan rangkaian proses pantai yang diakibatkan oleh faktor eksternal (arus,
gelombang, angin dan pasang surut) dan internal (karakteristik dan tipe sedimen
serta lapisan dasar dimana sedimen tersebut berada).
Hal senada juga
disampaikan oleh Wood et al., (1990) bahwa perubahan morfologi pantai sangat
dipengaruhi oleh respons yang diberikan oleh kekuatan gelombang; pasang
surut; arus dan angin serta kondisi dan suplai sedimen. Perubahan morfologi
akan merujuk kepada aktivitas erosi dan pengendapan sedimen yang terjadi di
pantai, hal ini merupakan fungsi ekstrim dari hasil evaluasi yang relatif penting
dari variasi sedimen yang masuk dan keluar pada zona perairan pantai (Komar
1976). Menurut Bowen and Inman (1966) dalam Komar (1976) perbandingan
dari penambahan dan pengurangan sedimen merupakan keseimbangan yang
akan merefleksikan kestabilan morfologi pantai, sebab bila terjadi akresi
(pengendapan) maka akan terjadi penambahan pada pantai, sebaliknya bila
terjadi abrasi akan terjadi pengurangan pada pantai, dinamika yang terjadi akan
2
mengarah kepada perubahan bentuk dan garis pantai. Perubahan-perubahan
yang terjadi mempunyai skala waktu (bulan, tahun, dekade bahkan abad) dan
ruang (dari suatu daerah pantai, lokal, regional, sampai tingkat nasional).
Di Indonesia umumnya perubahan morfologi pantai diakibatkan oleh abrasi
pantai yang disebabkan oleh sirkulasi arus, dinamika gelombang dan interaksi
faktor-faktor tersebut dengan sedimen serta faktor manusia (Diposaptono, 2004).
Menurut Direktorat Bina Pesisir, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil (Dirjen P3K) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) tercatat pada
tahun 2001 lalu terdapat 122 daerah pantai di 15 provinsi yang terkena erosi
pantai parah dan memerlukan perhatian serta penanganan segera, salah satu
yang dinilai sangat parah adalah kawasan pesisir Indramayu yang terdapat di
bagian Utara Pulau Jawa (http://www.kompas.com). Alasan utama dari abrasi
yang terjadi karena hutan mangrove yang berada di sepanjang pantai telah
dibabat oleh masyarakat dengan berbagai alasan, diantaranya faktor keamanan
pengembangan usaha perikanan, faktor kesehatan (mangrove sebagai sarang
nyamuk dan ular) dan lain sebagainya. Alasan lainnya adalah pembangunan
struktur keras di kawasan pantai tanpa memperhatikan karakteristik wilayah yang
bersangkutan. Menurut Hanafi (2005) proses erosi pantai (abrasi) yang terjadi di
sepanjang pantai Indramayu telah berlangsung lama, sampai sekarang
diperkirakan mecapai 100 m atau lebih.
Mengacu dari apa yang disampaikan diatas ternyata permasalahanpermasalahan pantai khususnya perubahan garis pantai harus mendapat
perhatian serius, sebab apa yang terjadi dirasakan akan sangat mempengaruhi
rencana dan aktivitas pembangunan serta kesejatreaan masyarakat. Salah satu
kegiatan yang dirasakan masih perlu dilakukan adalah evaluasi terhadap
morfologi pantai (garis pantai) yang harus dilakukan dari waktu ke waktu untuk
mengatahui sejauh mana perubahan yang terjadi, apakah masih pada batasbatas yang dapat ditoleransi bila suatu kondisi tertentu akan dipertahankan
ataukah perubahan yang terjadi memiliki dampak yang signifikan. Hal inilah yang
menjadi catatan untuk mengetahui bagaimana perubahan morfologi pantai
khususnya garis pantai yang terjadi di Utara Pulau Jawa khususnya pesisir
pantai Kabupaten Indramayu.
Survey yang dilakukan didasarkan pada profil
pantai dan pengaruh oseanografi mencakup gelombang dan arus serta pasang
surut. Melalui penelitian ini diharapkan ada informasi perubahan morfologi pantai
sebagai dampak dari abrasi yang terjadi.
3
1.2. Perumusan Masalah
Pada dasarnya perubahan garis pantai merupakan hasil gabungan dari
proses alam dan manusia. Artinya, alam dan manusia memberikan kontribusi
terhadap perubahan pantai, baik secara individu maupun bersama-sama.
Pengaruh aktivitas manusia umumnya lebih besar dan sering paling dominan
dalam
perubahan
morfologi
tersebut,
terutama
dampak
negatif
yang
ditimbulkannya (Goekcesu, 1996 dalam Kodoatie, 2004). Faktor alam ditentukan
oleh dinamika perairan pesisir seperti gelombang, pasang surut, arus dan
sedimentasi (Hanafi, 2005); keterbukaan pantai terhadap variasi gelombang
secara tetap di kawasan pesisir dan kestabilan sediment budget (Anthony and
Reichard, 2002) dan karakter sedimen yang membentuk massa daratan pada
suatu kawasan (Triatmodjo, 1999).
Salah satu keluaran dari perubahan garis pantai adalah erosi dan deposit
sedimen. Bila kedua proses ini terjadi dalam suatu lingkungan dianggap sebagai
bagian dari keseimbangan lingkungan yang diakibatkan oleh aliran massa air.
Hasil dari keseimbangan yang dimaksudkan adalah kondisi normal yang selalu
terjadi secara kontinu, dimana proses erosi atau deposit akan berada pada
sebuah siklus dalam periode tertentu.
Jika kesimbangan yang diharapkan
mengalami perubahan maka secara langsung akan ada gangguan yang
berdampak pada terjadinya erosi ataupun akresi (pengendapan) yang berlebihan
(Selley, 1988).
Menurut Dyer (1986) faktor yang dominan berperan dalam
proses erosi dan deposit sedimen adalah gelombang dan arus yang terbentuk di
pantai serta pasang surut. Selanjutnya dikatakan pula bahwa sedimen yang ada
di pesisir merupakan hasil dari akumulasi sedimen yang berasal dari daratan
yang ditransport oleh sungai, angin dan akibat erosi sepanjang pantai; aktivias
biologi; dan masukan dari atmosfer.
Kawasan perairan Pantai Utara Pulau Jawa memiliki kedalaman yang
dominan dangkal dibandingkan perairan Pantai Selatan, menurut Direktorat Bina
Pesisir Departemen Kelautan dan Perikanan hal ini disebabkan oleh tingginya
erosi pada daratan yang membawa sedimen ke laut.
Hal senada juga telah
disampaikan lebih awal oleh Yuwono (1993) bahwa Pantai Eretan dan Menir
merupakan dua lokasi yang harus mendapat perhatian akibat kerusakan pantai.
Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan awal di lapangan menunjukan bahwa
tingkat kerusakan pantai yang berdampak pada perubahan garis pantai di
Indramayu terbilang sangat parah.
4
Sedimen
Source
Faktor
Hidro-oseanografi
Gelombang
Energi
gelombang
Arus
Pasang Surut
Kecepatan
Dan arah arus
Sedimen
Garis Pantai
Perubahan
Garis Pantai
Ukuran butiran
Jenis butiran
Tipe Pasut
Data lapangan
-. Sedimen
Trap
beadfload
-. Pasang surut
-. Kec. Arus pantai
-. Gelombang (tinggi dan periode)
Analisa lab
-. Grain size
Terjadi proses abrasi/akresi
Dengan arah dan kecepatan aliran
Serta besar energi yang berdampak
Perubahan garis Pantai
Gambar 1. Alur Penelitian
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
ƒ
Mengetahui karakteristik gelombang serta karakteristik dan distribusi
sedimen pada perairan Teluk Indramayu.
ƒ
Mengetahui perubahan garis pantai yang terjadi sepanjang pantai dengan
menggunakan pengolahan citra satelit serta mangacu kepada dinamika
yang
diakibatkan
oleh
faktor-faktor
hidro-oseanografi
gelombang dan arus sebagai metode analitik.
khususnya
5
1.4. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah dinamika pantai dan modelnya pada
Teluk Indarmayu dapat diketahui dan dapat dimanfaatkan. Kawasan ini
merupakan salah satu wilayah pengembangan perikanan tangkap dan budidaya
di pantai utara Pulau Jawa dan Provinsi Jawa Barat yang sangat produktif.
Informasi tersebut bisa dipakai sebagai acuan pengembangan dan pengelolaan
wilayah pantai kepada masyarakat, pemerintah dan komponen-komponen terkait
lainnya.
Gambar 2. Kondisi Pantai di Sepanjang Pesisir Pantai Indramayu
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pantai
Seperti yang telah disampaikan pada bagian pendahuluan, pantai disebut
sebagai daerah tepi perairan yang berada diantara surut terendah dan pasang
tertinggi.
Daerah sekitarnya itu disebut sebagai daerah pesisir pantai yang
ditandai dengan pengaruh dari darat dan laut (Prasetya et al., 1993;
Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Bagian yang memisahkan laut dan darat
memiliki pola yang berbentuk garis berliku atau lurus, bagian itu kenal sebagai
garis pantai (Horikawa, 1988).
Jika pantai dianggap sebagai sebuah kawasan yang masih mendapat
pengaruh air laut, maka di dalam kawasan tersebut adalah pembagaian
tersendiri secara spesifik. Menurut Sastroprawiro (1992) ada tiga bagian utama
pantai, yakni :
a) Beach (daerah pantai). Daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut
dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang surut.
b) Shoreline (garis pantai).
Jalur pemisah yang relatif berbentuk baris dan
relatif merupakan batas antara daerah yanmg dapat dicapai air laut dan
yang tidak bisa.
c) Coast (pantai, pesisir). Daerah yang berdekatan dengan laut dan masih
mendapat pengaruh dari air laut.
Selanjutnya dikatakan juga bahwa pantai selalu mengalami perubahan
bentuk secara kontinu, perubahan yang terjadi berada dalam satuan skala waktu
atau time scale (kisaran perubahan dari waktu geologi untuk periode tunggal dari
gelombang yang disebabkan oleh angin atau perubahan dalam kisaran musim
tertentu) dan skala ruang atau spatial scale (pada kisaran pantai atau kawasan
tertentu dengan panjang yang berbeda atau bisa juga dalam sebuah region).
Menurut Triatmodjo (1999) perubahan bentuk dan garis pantai merupakan
respons dinamis alami pantai terhadap laut.
Apabila proses ini berlangsung
secara terus-menerus tanpa ada faktor penghambat, maka proses pengikisan
akan berlanjut. Dalam skala waktu, luas daratan, besaran energi eksternal dan
daya tahan material penyusun pantai akan menentukan apakah pantai tersebut
akan hilang atau tenggelam (Diposaptono, 2004). Hantoro (2006) menyatakan
bahwa perubahan garis pantai bergeser seiring perubahan paras muka laut,
7
pergeseran tersebut dapat terjadi oleh susutnya permukaan air laut atau gerak
vertikal dari darat (proses tektonik, dll). Sementara itu, perubahan paras laut
disebabkan oleh berubahnya volume air atau berubahnya volume cekungan
samudera.
Ada banyak bentuk pantai.
Pembagainnya dapat didasarkan pada
berbagai komponen.
a. Berdasarkan materi penyusun pantai (Triatmodjo, 1999 dan Diposaptono,
2004), diantaranya :
ƒ
Pantai berbatu. Dinding pantainya terjal yang langsung berhubungan
dengan laut dan sangat dipangaruhi oleh serangan gelombang. Biasanya
tidak mudah tererosi akibat adanya arus atau gempuran gelombang.
Kalaupun ada lebih banyak disebabkan oleh pelapukan batuan atau
proses geologi lain dalam waktu yang relatif lama. Erosi pada material
masif (seperti batu atau karang) ini lebih dikenal dengan nama abrasi
ƒ
Pantai berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi
gelombang, pengendapan sedimen, dan material organik. Material
penyusun terdiri atas pasir bercampur batu yang berasal dari daratan
yang terbawa aliran sungai atau berasal dari daratan di belakang pantai
tersebut. Di samping berasal dari daratan, material penyusun pantai ini
juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di daerah
pantai itu sendiri.
ƒ
Pantai berlumpur. Pantai berlumpur yang banyak dijumpai di muara
sungai yang ditumbuhi oleh hutan mangrove, energi gelombang
terdisipasi oleh hutan mangrove dan lumpur. Pantai tipe ini relatif mudah
berubah bentuk, mengalami deformasi, dan tererosi.
b. Berdasarkan morfologi pantai dan pesisir yang dipengaruhi oleh proses
geologi, laut dan iklim (Hantoro 2006).
♦
Pantai curam singkapan batuan.
Umumnya ditemukan di pesisir yang
menghadap laut lepas dan merupakan bagian jalur tunjaman/tumbukan,
berupa pantai curam singkapan batuan volkanik, terobosan, malihan atau
sedimen.
♦
Pantai landai (datar).
Pesisir datar hingga landai menempati bagian
mintakat kraton stabil atau cekungan belakang.
Pembentukan pantai
dikendalikan oleh proses eksogen cuaca dan hidrologi.
8
♦
Pantai dengan bukit atau paparan pasir.
Pantai menghadap perairan
bergelombang dan angin kuat dengan asupan sedimen sungai cukup,
umumnya membentuk rataan dan perbukitan pasir. Kondisi kering dan
berangin kuat dapat membentuk perbukitan pasir.
♦
Pantai lurus dan panjang dari pesisir datar.
Pantai tepian samudera
dengan agitasi kuat gelombang serta memiliki sejumlah muara sungai
kecil berjajar padanya dengan asupan sedimen, dapat membentuk garis
lurus
dan
panjang
pantai
berpasir.
Erosi
terjadi
bila
terjadi
ketidakseimbangan lereng dasar perairan dan asupan sedimen.
♦
Pantai berbukit dan tebing terjal.
ditemukan pada berbagai mintakat
berbeda, yaitu di jalur tumbukan/tunjaman, jalur volkanik, pulau-pulau sisa
tinggian di paparan tepi kontinen, jalur busur luar atau jalur tektonik geser.
♦
Pantai erosi. Terjadinya erosi terhadap pantai disebabkan oleh adanya:
batuan atau endapan yang mudah tererosi, agen erosi berupa air oleh
berbagai bentuk gerak air.
♦
Pantai akresi.
Proses akresi terjadi di pesisir yang menerima asupan
sedimen lebih dari jumlah yang kemudian tererosi oleh laut.
c. Berdasarkan genesa (Johnson, 1919 dalam Sastroprawiro, 1992)
♦
Emergence coast. Pantai yang terbentuk karena pengangkatan daratan
sehingga terjadi kemunduran garis pantai, dasar laut mendalam secara
teratur dan perlahan. Ciri pada peta topografi : (i) garis pantai yang relatif
lurus (garis kontur lurus); (ii) pantai yang relatif landai (garis kontur
renggang) dan (iii) jika dijumpai perkampungan umumnya relatif sejajar
dengan garis pantai.
♦
Submergence coast. Pantai yang terbentuk jika air laut menggenangi
daratan sehingga terjadi kemajuan garis pantai, dasar laut mempunyai
kedalaman yang tidak teratur, yang merupakan lembah-lembah dan bukitbukit lama. Ciri pada peta topografi : (i) garis pantai tidak teratur; (ii) garis
pantai berkelok-kelok tidak teratur; (iii) pantainya relatif curam (garis
kontur relatif rapat) dan (iv) perkampungan di sekitar pantai umumnya
tidak sejajar dengan garis pantai.
♦
pantai netral.
Pantai yang terbentuk karena adanya pengendapan
aluvial/sungai, delta dataran aluvial dan dataran outwasth. Ciri pada peta
topografi : (i) adanya delta plain, aluvial plain; (ii) biasanya garis kontur
9
renggang; (iii) bentuk garis relatif melengkung dan (iv) sungai dibagian
muara mempunya banyak cabang (pola sungai berbentuk pohon atau
dendritik).
♦
pantai campuran (compound coast). Pantai yang terbentuk dari proses
pengangkatan dan penurunan.
Ciri pada peta topografi : (i) adanya
dataran pantai, teras-teras (emergence) dan (ii) adanya teluk-teluk
dengan kontur yang relatif rapat.
d. Berdasarkan hubungan antara faktor pembentuk dengan perbedaan bentukbentuk awal (initial) dan bentuk sequential (Shepard, 1948 dalam
Sastroprawiro, 1992).
♦
Pantai primer. Pantai berstadium muda dan dihasilkan oleh proses bukan
asal dari laut (non marine egency).
Misalnya pantai karena erosi
daratan; pantai yang dibentuk oleh pengendapan asal darat dan bentuk
pantai akibat aktivitas volkanism.
♦
Pantai sekunder.
Pantai yang mempunyai stadium dewasa dan
dihasilkan oleh proses-proses laut. Misalnya bentuk pantai karena erosi
air laut dan bentuk pantai karena pengendapan laut
Bagian pantai yang berbentuk garis dan menjadi arah batas antara laut
dan darat secara jelas disebut sebagai garis pantai (Shalowitz, 1964 dalam
Saptarini, 2000). Menurut Hermanto (1986) keberadaan garis pantai selalu
mengalami perubahan secara kontinu, pada pantai yang berhadap langsung
dengan arah datang gelombang dan arus pantai selalu mengalami abrasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pantai yang letaknya sejajar atau
searah dengan arah datangnya gelombang.
Garis pantai terbagi atas dua
kelompok besar yang dipengaruhi oleh gerakan tektonik, gerakan eustatik dan
kombinasi kedua gerakan tersebut (Bird, 1970 dalam Hermanto, 1986) :
•
Garis pantai naik.
Garis pantai yang mengalami pengangkatan dan
biasanya lurus dan datar, disebabkan karena daratan mengalami
pengangkatan.
•
Garis pantai turun. Garis pantai yang mengalami penurunan, biasanya
memiliki bentuk yang tidak lurus dan disebabkan daratan
mengalami penurunan.
10
2.2. Gelombang
2.2.1. Defenisi Dan Pembangkit
Gelombang adalah peristiwa naik-turunnya muka laut. Proses ini terjadi
akibat adanya gaya-gaya alam yang bekerja di laut seperti tekanan atau tekanan
dari atmosfir (khususnya melalui angin), gempa bumi, gaya gravitasi bumi dan
benda-benda angkasa (bulan dan matahari), gaya coriolis (akibat rotasi bumi),
dan tegangan permukaan (Sorensen 1991; Komar 1998). Menurut Davis (1991)
Gelombang dominan terjadi di laut adalah gelombang yang terbentuk sebagai
akibat dari asosiasi antara angin dan permukaan laut, secara praktis angin
sangat penting bagi pembentukan gelombang di permukaan laut, karena itu
dikatakan bahwa gelombang merupakan fungsi dari beberapa faktor yakni
kecepatan angin, durasi angin dan jarak tiupan angin pada pantai terbuka (fetch).
Pada pertumbuhan gelombang laut dikenal beberapa istilah seperti :
♦
Fully developed seas, kondisi di mana tinggi gelombang mencapai harga
maksimum (terjadi jika fetch cukup panjang).
♦
Fully limited-condition, pertumbuhan gelombang dibatasi oleh fetch. Dalam
hal ini panjang fetch (panjang daerah pembangkit angin) dapat dibatasi
oleh garis pantai atau dimensi ruang dari medan angin
♦
Duration limited-condition, pertumbuhan gelombang dibatasi oleh lamanya
waktu dari tiupan angin
♦
Sea waves, gelombang yang tumbuh di daerah medan angin. Kondisi
gelombang di sini adalah curam yaitu panjang gelombang berkisar antara
10 sampai 20 kali lebih tinggi gelombang.
♦
Swell waves (swell), gelombang yang tumbuh (menjalar) di luar medan
angin. Kondisi gelombang di sini adalah landai yaitu panjang gelombang
berkisar antara 30 sampai 500 kali tinggi gelombang, (Ningsih 2000).
Gambar 3 menunjukkan sketsa definisi dari suatu gelombang sinusoidal
yang menjalar disuatu kedalaman perairan d pada sistem koordinat x dan z.
Dasar perairan terletak di z=-d dan profil permukaan gelombang pada z=η.
dimana x dan z merupakan koordinat horisontal dan vertikal; a = H/2 adalah
amplitudo gelombang; η = a cos ( kx − ωt ) adalah elevasi muka air; H = tinggi
gelombang; T = perioda gelombang; L = panjang gelombang; C = L/T adalah
kecepatan rambat gelombang, dimana; kedalaman perairan (d) dihitung dari
SWL (still water level) yaitu muka air rata-rata; waktu (t); u dan w = masing-
11
masing menyatakan komponen kecepatan partikel horisontal dan vertikal; ζ dan ε
menyatakan posisi horisontal dan vertikal sesaat (mengacu ke pusat orbit) dari
partikel yang begerak sepanjang orbitnya; k = 2π / L adalah jumlah gelombang;
ω = 2π /T adalah frekuensi sudut gelombang.
Gambar 3. Sketsa Definisi Gelombang Progresif (CHL 2002).
Berdasarkan tipe hempasan, Gross (1993) membagi gelombang atas 3
kelompok besar yaitu :
♦
Gelombang dengan kemiringan dasar sangat kecil dengan reaksi sangat
lemah dan lama (spilling);
♦
Gelombang yang memiliki puncak yang bergulung-gulung dan jatuh
didepan gelombang serta hempasannya tidak lama (plunging)
♦
Gelombang yang agak lemah saat mencapai pantai dengan dasar yang
lebih curam dan kemudian akan pecah tepat pada tepi pantai (surging).
Berdasarkan perioda gelombang (spektrum gelombang ideal) Munk, (1950)
dalam Sumich (1992) membagi gelombang menjadi beberapa kelompok
(Gambar 4), yaitu :
♦
Capillary wave atau rippless. Gelombang dengan periode < 0.3 detik
♦
Chop atau seas. Gelombang dengan periode antara 0.3 – 15 detik.
♦
Swell. Gelombang dengan periode berkisar antara 15 – 30 detik.
♦
Seiche. Gelombang dengan periode antara 30 detik – 5 menit.
♦
Tsunami. Gelombang dengan periode 5 menit – 1 jam
♦
Tide. Gelombang dengan periode 12 – 24 jam.
12
or
seas
or
ripples
Gambar 4. Spectrum Gelombang Ideal (Munk, 1950 dalam Sumich, 1992)
2.2.2. Perambatan atau Propagasi Gelombang
Penjalaran
gelombang
yang
bergerak
menjauhi
titik
pembangkit
mentransmisi energi namun partikel-pertikel air hanya melakukan gerak orbital
secara vertikal. Pergerakan ini akan mengalami deformasi ketika berada di
perairan pantai dan kemudian pecah ketika mendekati garis pantai, penjalaran ini
sangat dipengaruhi oleh keberadaan angin pada lokasi tersebut (Bowden, 1983).
Menurut Komar (1983) dan Hapke et al (2006) Gelombang yang terbentuk di laut
merupakan komponen penting dalam mentranspor energi, dimana energi yang
dimiliki awalnya diterima dari angin, lalu ditransfer sepanjang perairan dalam dan
dikirim ke zona pantai kemudian mengakibatkan terjadinya erosi atau abrasi
pantai, arus dekat pantai dan membentuk pola transpor sedimen. Hal senada
juga dikatakan oleh Harikawa (1988) bahwa dinamika perubahan pantai dalam
kurun waktu yang pendek, sangat dipengaruhi oleh dinamika kekuatan
gelombang dan arus yang yang diterima oleh pantai. Sedangkan menurut
Prasetya (1994) aksi gelombang di pantai merupakan gaya eksternal yang
terkuat
mengakibatkan
pengadukan,
transpor
sedimen
dasar
serta
membangkitkan arus sejajar pantai (longshore current) dan rip current.
Karakteristik
gelombang
ketika
bergerak
menuju
pantai
sangat
dipengaruhi efek geografi daratan terhadap laut, kondisi iklim, orientasi garis
pantai dan batimetri lokal (Hapke et al., 2006). Gelombang yang datang secara
berkelompok menuju pantai pada saat melewati dasar perairan dangkal yang
agak miring tingginya bertambah dengan cepat dan puncaknya semakin miring
13
mengikuti profil dasar karena itu profil gelombang menjadi tidak simetris dan
akhirnya pecah (Harikawa, 1988).
Garis pantai
Gelombang
pecah
Semenanjung
Teluk
Teluk
Kontur
Puncak gelombang
Kontur
(a)
Ortogonal
(b)
Garis Pantai
Garis Pantai
Kontur
Ortogonal
(c)
Ortogonal
Kontur
(d)
Gambar 5 Refraksi Gelombang pada Berbagai Bentuk Tipe Kontur Garis Pantai (A)
Kontur Lurus dan Sejajar; (B) Gabungan Antara submarine ridge dan
submarine canyon; (c); submarine ridge dan (d) submarine canyon (CHL
2002).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapke et al., (2006) pada Pantai
California menunjukan bahwa pada bulan April – Oktober gelombang yang
merambat ke pantai memiliki tinggi antara 0.3 – 3 m dengan periode 10 – 25 det
sedangkan antara Oktober - April tingginya antara 1 - 4 m dan periodenya 3 - 10
det, perambatannya dipengaruhi oleh angin lokal yang melewati California
Tengah.
Kemampuan gelombang untuk menyebabkan erosi dipantai berkaitan
dengan beberapa faktor (http//www.vsi.esdm.go.id.), diantaranya :
♦
Kekasaran dari batuan yang tampak pada kemiringan dasar.
Hal ini
dianggap sebagai faktor kunci dalam mendeterminasi kemampuan erosi
termasuk keberadaan batuan sapanjang pantai dengan keberadaan
14
patahan dan material non-cohasive seperti lanau (silt) dan pasir haslus
(fine sand).
♦
Kemiringan dasar pantai. Pantai membantu meredam atau mengurangi
energi gelombang yang bergerak dari offshore dan memberikan ukuran
perlindungan dengan kemiringan yang dimiliki terhadap coastal erosion.
♦
Stabilitas pantai atau resistensi pantai. Pengurangan aksi gelombang
dipantai merupakan faktor yang mengontrol kecepatan cliff recession.
Jika pantai menurun dan melebar sangat efektif untuk meredam energi
gelombang, sehingga kekuatan gelombang berkurang saat mencapai
daerah yang biasanya tererosi.
♦
Batimetri yang saling berdekatan.
Batimetri dekat pantai mengontrol
energi gelombang yang tiba di pantai dan dapat berpengaruh penting
terhadap kecepatan erosi.
♦
Suplai material pantai pada coastal cell dari updrift (aliran). Ketersedian
material yang mengalami erosi updrift datang dari sepanjang cliff, akan
membantu menstabilkan pantai.
Ukuran ketersedian dapat menjadi
pelindung.
2.3. Pasang Surut
Pasang surut adalah fenomena perubahan muka laut dalam periode yang
pendek secara periodik yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya
tarik menarik dari benda-benda angkasa terutama matahari, bumi dan bulan
(Garisson, 2006).
Untuk benda lain pengaruhnya dapat diabaikan sebab
letaknya jauh dan ukurannya lebih kecil.
Faktor non astronomi yang sangat
mempengaruhi terutama pada perairan semi tertutup (teluk) antara lain oleh
bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan.
Pasang surut dianggap
sebagai gelombang panjang dengan panjang gelombang dapat mencapai
seperdua ekuator yang melingkari bumi (Garisson, 2006).
Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut setiap hari,
hal ini disebabkan olah perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya
pembangkit pasang surut.
Secara umum pasang surut di berbagai daerah di
Indonesia dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu (Wyrtki, 1961):
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide).
Dalam satu hari terjadi
dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir
sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode
15
pasang surut rata-rata 12 jam 24 menit. Pasut jenis ini terdapat di Selat
Malaka sampai Laut Andaman.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide). Dalam satu hari terjadi satu
kali pasang dan satu kali surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50
menit. Pasut ini terdapat di perairan selat Karimata.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing
semi diurnal).
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali
surut, tetapi periodenya berbeda. Pasut jenis ini terdapat di perairan
Indonesia bagian Timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide
prevailing diurnal). Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut, tetapi pereodenya berbeda.
Tipe pasang juga dapat ditentukan berdasarkan bilangan Formzal (F)
yang dinyatakan dalam bentuk (Pond and Pickard, 1983) :
F=
AO1 + AK
AM 2 + AS1
Dengan ketentuan
F ≤ 0,25
: pasang surut tipe ganda (semidiurnal tides)
0,25 < F ≤ 1,5 : pasang surut tipe campuran condong harian ganda
1,50 < F ≤ 3,0 : pasang surut tipe campuran condong harian tunggal
F > 3,0
: pasang surut tipe harian tunggal (diurnal tides)
Dimana :
F
: bilangan Formzal
AK : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan dan matahari.
AO1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan.
AM2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan.
AS1 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan dan matahari.
Di perairan pantai, pasang surut merupakan gaya eksternal utama dalam
menentukan perilaku perubahan fungsi tinggi muka air (Prasetya 1994).
16
Perbedaan tinggi dan rendah level muka air dalam satu siklus pasang surut
disebut sebagai tidal range atau kisaran pasang surut (Haslet, 2000).
Menurut Haslet (2000) Pertambahan tidal range berhubungan dengan
jarak dari amphidromic point. Garis pantai yang dekat dengan amphidromic point
memiliki tidal range yang kecil, sebaliknya pantai yang jaraknya jauh dari
amphidromic point tidal range besar. Penambahan tidal range pada pantai juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, diantaranya :
•
Batimetri. Sebab panjang gelombang pasang surut yang besar dapat
berhubungan dengan semua gelombang pada perairan dangkal,
karena itu bisa terjadi refraksi gelombang dan sebelum terfokus pada
bagian khusus di pantai, maka energi; tinggi dan tidal range
bertambah.
•
Lebar continental sheft.
Perairan yang sangat dangkal menghambat
gelombang pasang surut, dimana continental shelf mengurangi
penjalaran gelombang dan tinggi gelombang bertambah.
Front
diperlambat mendekati gelombang yang dari belakang sehingga
puncak
gelombang
terangkat,
kemudian
tinggi
gelombang
bertambah. Karena itu continetal shelf yang lebar memberikan waktu
lebih
untuk
puncak
gelombang
pasang
surut
terkonsentrasi
menyempit tapi gelombang sangat tinggi lalu gelombang semakin
tinggi saat mencapai pantai.
•
Konfigurasi Pantai. Gelombang pasang yang memasuki pantai seperti
pada daerah teluk dan estuari mempunyai jalur yang terbatas,
sebelum menjalar ke pantai mengalami tekanan karena itu range dan
tinggi gelombang bertambah.
Gelombang pasang surut yang memasuki pantai dapat diklasifikasikan
berdasarkan tidal range yang dimiliki (Davis, 1964 dalam Haslet, 2000), yaitu :
•
Microtidal.
Pantai dengan tidal range kurang dari 2 meter dan
karakeristik pantai samudera terbuka, seperti pantai timur Australia.
•
Mesotidal. Pantai dengan proses tida range antara 2 – 4 meter.
•
Macrotidal. Pantai dengan tidal range lebih dari 4 meter.
17
2.4. Arus
Arus merupakan gerakan horisontal atau vertikal dari massa air sehingga
massa air tersebut mencapai kestabilan. Gerakan arus di laut disebabkan dua
gaya utama yakni gaya primer dan gaya sekunder. Gaya primer berperan dalam
menggerakan arus dan menentukan kecepatannya (gesekan angin, pasang
surut,
gravitasi,
gradien
tekanan,
perbedaan
densitas,
gaya
dorong
keatas/bawah dan tekanan atmosfer), sedangkan gaya sekunder meliputi gaya
Coriollis dan gesekan air laut itu sendiri (Pond and Pickard, 1983).
Untuk daerah pantai, arus yang timbul dalam zona tersebut dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu arus laut yang bergerak ke arah offshore, arus
pasang surut dan arus sejajar pantai yang ditimbulkan oleh gelombang (Prasetya
1994). Hal senada dikatakan oleh Komar (1983) bahwa arus yang dominan pada
dekat pantai adalah arus yang tegak lurus garis pantai mengarah ke laut (rip
current), namun karena adanya gelombang pecah seiring dengan pembentukan
sudut gelombang mengakibatkan arus bergerak sejajar garis pantai atau
longshore current.
Dikatakan lebih lanjut bahwa variasi kecepatan longshore
current sangat bergantung pada tinggi gelombang pecah yang tiba di pantai dan
pola kemiringan pantai. Dampak yang ditimbukan dari pergerakan arus di pantai
(longshore
current
atau
rip
current)
adalah
transpor
sedimen
yang
mengakibatkan terjadinya perubahan profil pantai, serta penyebaran polutan
sepanjang pantai dan beberapa kejadian lainnya.
2.5. Sedimen
Keberadaan sedimen sebagai penutup dasar perairan terlihat sangat
kompleks dan memiliki peran yang sangat signifikan bagi keberdaan perairan
tersebut baik dari sisi kimia, biologi maupun fisik perairan.
dikelompokan berdasarkan berbagai komponen.
pembentuk
adalah
detrial,
biogenous,
Sedimen dapat
Berdasarkan komponen
hydrogenous
dan
cosmogenous.
Berdasarkan region atau keberdaannya terhadap laut dan massa daratan adalah
sedimen neritik (perairan dangkal) dan laut dalam. Berdasarkan ukuran butiran
yakni batu, pasir, lumpur dan lempung (Dyer, 1985 dan Davis, 1993).
Skala
tersebut menunjukan ukuran standar kelas sedimen dari fraksi berukuran mikron
sampai beberapa milimeter dengan spektrum yang bersifat kontinu.
18
Tabel 1. Ukuran Partikel Sedimen Berdasarkan Skala Wentworth
Nama
Partikel
Ukuran (mm)
Bongkah (boulder)
> 256
Krakal (coble)
64 - 256
Kerikil (peoble)
4 - 64
Butiran (granule)
2-4
Pasir sangat kasar (verry coarse sand)
1-2
Pasir kasar (coarse sand)
½-1
Pasir sedang (medium sand)
¼-½
Pasir halus (fine sand)
1/8 – ¼
Pasir sangat halus (verry find sand)
1/16 – 1/8
Lumpur kasar (coarse silt)
1/32 – 1/16
Lumpur sedang (medium silt)
1/64 – 1/32
Lumpur halus (fine silt)
1/128 – 1/64
Lumpur sangat halus (verry find silt)
1/256 – 1/128
Lempung kasar (coarse clay)
1/640 – 1/256
Lempung sedang (medium clay)
1/1024 – 1/640
Lempung halus (fine clay)
1/2360 – 1/1024
Lempung sangat halus (verry find clay)
1/4096 – 1/2360
Batu (Stone)
Pasir (Sand)
Lumpur (Silt)
Lempung (Clay)
Menurut Ingmanson dan Wallace (1985) besar kecilnya ukuran partikel
dipengaruhi oleh transportasi yang dialami akibat arus, hal ini berkaitan dengan
besar kecil tekanan yang diterima oleh partikel sedimen.
Selain itu
mencerminkan keberadaan partikel dari jenis yang berbeda, daya tahan partikel
terhadap proses pelapukan, erosi atau abrasi serta proses pengangkutan dan
pengendapan material (Friedman and Sanders, 1978). Serta juga penting untuk
menentukan tingkat pengangkatan sedimen dari ukuran tertentu dan tempat
sedimen tersebut terakumulasi di lautan (Gross, 1993).
Dari ukuran partikel
sedimen dapat menentukan lingkungan sedimentasi dan transpor sedimen
dengan pendekatan parameter statistik, yakni besar ukuran partikel rata-rata
(mean grain size), standar deviasi kecondongan (skweness) dan kurtosis (Dyer
1986).
19
2.6. Kondisi Pantai Pantai Indramayu
Luas wilayah Kabupaten Indramayu 204.011 Ha. Dengan panjang pantai
114 km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang.
Indramayu terletak pada 107°51° 108°36° Bujur Timur dan 6°15°-6"40° Lintang
Selatan.
Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, utara
berbatasan dengan Laut Jawa, sedangkan timur berbatasan dengan Kabupaten
Cirebon dan Laut Jawa serta selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka,
Sumedang, dan Cirebon. Kabupaten Indramayu mempunyai ketinggian 0 - 100
meter di atas permukaan laut, dimana 98,70 % berada pada ketinggian 0 - 3
meter di atas permukaan laut. Suhu harian di Indramayu berkisar antara 26°27°C dengan suhu harian tertinggi 30°C dan terendah 18°C. Kelembaban udara
berkisar antara 70-80%. Curah hujan rata-rata tahunan 1.428,45 mm per tahun
dengan jumlah hujan 75 hari (http://www.indramayu.go.id.).
Kawasan pantai yang dimiliki terbilang sangat rawan terhadap abrasi yang
diakibatkan oleh pengikisan dari daratan maupun dari laut. Laporan dari Dirjen
P3K Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun 2001 bahwa pantai Indramayu
merupakan salah satu dari 122 daerah pantai di Indonesia yang mengalami
erosi pantai dan harus mendapat perhatian serius dan penanganan segera
(http://www.kompas.com).
Menurut Darlan (2007) jenis pantai Indramayu dapat dikelompokan dalam
pantai memanjang (mainlandlong beaches) dan pantai gosong pasir (barrier
beaches). Pasir yang ada umunya berasal dari endapan sungai yang bermuara
disekitarnya dan aktivitas erosi sepanjang pantai. Selanjutnya dikatakan pula
bahwa sedimen yang terbentuk dan menyebar sepanjang perairan adalah pasir,
pasir lanauan, lanau pasiran dan lanau. Pasir biasanya menyebar sepanjang
pantai pada kedalaman laut antara 0 – 1 meter.
Berdasarkan analisis
laboratorium sedimen pasir tersebut berupa pasir berbutir halus dan sedang,
berwarna cokelat gelap, abu-abu gelap yang terdiri atas material organik dan
cangkang moluska (5%), sedikit mineral kuarsa (10%), dan sebagian besar
berupa fragmen batuan dan mineral hitam (85%). Pasir tersebut berasal dari
endapan Sungai Cimanuk, selanjutnya disebarkan ke arah sepanjang pantai oleh
arus laut.
Proses itu telah berlangsung menurut skala waktu geologi hingga
sekarang.
Endapan pasir lanauan (lanau butiran sedimen yang lebih halus dari
pasir) umumnya tersebar di sekitar muara-muara sungai yang terdapat di daerah
survei pada kedalaman laut antara 1–2 meter. Pasir lanauan itu berwarna abu-
20
abu kecokelatan dan abu-abu gelap, terdapat kepingan moluska <5%. Pasir
yang terdapat pada endapan pasir lanauan tersebut berasal dari endapan sungai
yang bercampur dengan endapan sedimen laut akibat arus turbulen. Endapan
lanau pasiran sebagian besar (60% dari total area survei) tersebar di sepanjang
pesisir Karangsong hingga Tanjung Ujungan pada kedalam air laut antara 2 dan
8 meter. Endapan tersebut berwarna abu-abu kehijaun dan abu-abu gelap terdiri
atas lebih dari 75% mineral kuarsa dan kepingan organik seperti kayu dan
butiran karbon, sisanya berupa mineral lempung, karbonat, dan mineral berat
(besi dan magnetit). Endapan lanau sebagian besar tersebar di lepas pantai
Singaraja dan Tanjung Ujungan pada kedalaman laut lebih dari 8 meter.
Sebagian lagi terdapat di sekitar pantai Karangsong yang merupakan bagian
timur dari komplek delta Cimanuk. Endapan tersebut berwarna abu-abu gelap
dan kehijuan terdiri atas kepingan moluska; akar-akar tanaman; butiran karbon;
mineral lempung dan karbonat; dan sedikit mineral hitam. Sedimen itu berasal
dari endapan delta Cimanuk dan endapan laut.
Menurut Hanafi (2005) peta perubahan garis pantai menunjukkan adanya
kaitan antara faktor alam dan tingkah laku manusia setempat sebagai penyebab
terjadinya perubahan garis pantai (abrasi dan akresi), hal ini dapat dijelaskan
antara lain sebagai berikut :
1. Sifat dataran pantai yang masih muda dan belum seimbang.
2. Pantai memiliki kondisi tegak lurus terhadap kedatangan angin dan
gelombang laut, sehingga banyak bangunan pantai yang hilang, juga
perlindungan pantai yang ada juga sudah mulai terkikis air laut.
3. Perusakan hutan bakau oleh masyarakat yang mengakibatkan perlindungan
pantai hilang.
4. Pendangkalan sungai yang mengakibatkan kapal-kapal nelayan mengalami
kesulitan untuk keluar masuk sungai. Penataan DAS di daerah hulu dengan
pemanfaatan lahan tidak ditata dengan baik mengakibatkan pendangkalan
di daerah hilir.
5. Perubahan keseimbangan transportasi sedimen sejajar pantai akibat
pembuatan perlindungan pantai, seperti pembuatan jetty, pemecah
gelombang, pembangunan pelabuhan di kawasan industri perminyakan
Balongan, dengan melalui kegiatan reklamasi pantai. Kondisi pantai abrasi
dan pantai akresi di daerah pesisir Indramayu, pantainya ditempati oleh
alluvium, hal ini disebabkan oleh banyaknya sungai yang bermuara di
21
daerah penelitian. Pada umumnya daerah ini mempunyai daya dukung
terhadap energi gelombang sangat kecil. Proses abrasi di daerah penelitian
terjadi di sepanjang pantai eretan, pada saat ini sudah pada tingkat
penanganan yang serius, mengingat daerah pantai Eretan merupakan
daerah padat dengan berbagai infrastruktur seperti jalan raya pantai utara
Jakarta - Cirebon yang mempunyai jarak dari pantai tinggal beberapa puluh
meter saja, kawasan pemukiman dan rencana pengembangan sarana
transportasi. Bangunan penahan abrasi yang ada sekarang sudah mulai
bergerak ke arah darat dan telah banyak memakan korban seperti rumah
penduduk, lahan pertanian dan pertambakan.
III METODOLOGI
3.1. Waktu dan lokasi
Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu pada Bulan Maret dan Juli 2007.
Analisis sampel dan analisis data lapangan dilakukan setelah kegiatan lapangan.
Sedimen yang diambil dianalisa di Laboratorium P2O LIPI. Lokasi penelitian yaitu di
Pesisir Pantai Indramayu khususnya pada posisi 06015’ – 06018’LS dan 107 000’45”108015’30”BT (Gambar 6.)
3.2. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta kegunaannya
ditabulasikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian.
Alat Dan Bahan
Perangkat survei lapangan :
− Facum pump dan kertas saring
− GPS (global positioning system)
− Bottom sedimen grab
− Sedimen trap dan core
Kegunaan
−
−
−
−
− Tide Gauge (SP2 Cyberd 1NC. USA)
− ADCP (RD Instrument 1NC USA)
− Kapal
Penyang sedimen suspensi
Penentuan posisi
Pengambilan sampel sedimen dasar
Pengambilan sampel sedimen secara horisontal
dengan garis pantai (arah x dan y)
− Pengukuran pasang surut dan gelombang
− Mengukur kecepatan aliran
− Alat bantu survei untuk pengukuran arus dan batimetri
Bahan :
− Peta batimetri lokasi penelitian
− Kantong plastik dan ember
− ATK
− Peta dasar dalam penelitian
− Wadah penyimpanan sampel sedimen dari lapangan
− Pencatatan data lapangan
Perangkat analisa data :
− Sieving shaker
− Gelas ukur Pipet
− Wadah-wadah sedimen
− Timbangan digital
− Hardwere dan softwere komputer
− Oven
−
−
−
−
−
−
Ayakan untuk penentuan butiran sedimen
Alat bantu untuk analisa butiran sedimen.
Wadah untuk sedimen saat dikeringkan
Menentukan berat sedimen
Analisa data
Mengeringkan sampel sedimen sebelum dan sesudah
diayak
23
10 7°5 4'
107 °57'
10 8°0 0'
10 8°3 '
108 °6'
10 8°9 '
PETA TEL UK I ND R AMA YU
JAW A BAR A T
6°12'
6°12'
N
St 18
&
St 19
1
&
St 1
1
2 Km
&
#
St 3
& St
& St
St& 3
15
16
St 5#
St 6
St
2
&
St& 1
&
#
St 4
St &9&
St 10
#
6°18'
St &8&
St 7
6°18'
0
St 6#
1
0
8
°
7
°
Ke teran gan :
#
#
#
Stasiun
sedimen
Tit
ik samplin
g sePantai
dimen p an tai
Tit
Stasiun
ik sedimen
sedimen
p erair
Teluk
an
Tit
ik Mo
ring
Titik
moring
6°21'
6°21'
DEG E N E. K A LA Y
C5 51 060 011
10 7°5 4'
107 °57'
10 8°0 0'
10 8°3 '
108 °6'
10 8°9 '
Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian (Teluk Indramayu)
6
°
1
0
8
°
St 2
St& 11
1
0
7
°
St 1
#
&
7
°
#
&
St 14
6°15'
&
&
Pe ta Petunjuk
J aw a B ara t
St 4
1
0
7
°
St 5
St 12
6°15'
0
St 13
6
°
&
Sk ala 1:187034
PRO GRA M ST U DI
ILM U KE LAU TA N - IPB
24
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. pengambilan data
a. Garis Pantai
Penentuan garis pantai dilakukan dengan cara tracking sepanjang garis pantai
dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Selain itu acuan untuk
melihat perubahan garis pantai digunakan data sekunder yang berasal dari peta
rupa bumi dan batimetri serta citra satelit dengan kisaran waktu yang berbeda. Citra
yang digunakan memiliki waktu berbeda ini sebenarnya mengacu dari pendapatpendapat yang telah disampaikan dari awal bahwa perubahan garis pantai selain
dilihat berdasarkan skala ruang juga harus dilihat berdasarkan skala waktu.
a
b
c
d
Gambar 7. Beberapa Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian. a. Tide Gauge;
b. ADCP; c. Bottom Sediment Grab dan d. Sediment Trap.
b. Sedimen
Sedimen yang diambil adalah sedimen dasar di bagian tengah teluk (laut) dan
sedimen dekat pantai, stasiun pengambilan sampel sedimen disesuaikan dengan
posisi teluk dan karakteristik pantai. Pengambilan sedimen dasar pada bagian
25
tengah teluk dengan menggunakan bottom sediment grab di 19 stasiun dan di
dekat pantai dengan menggunkaan sediment core sebanyak 7 transek.
Untuk melihat volume dan arah pergerakan sedimen transpor sepanjang pantai
digunakan sediment trap (6 stasiun) yang dipasang selama 24 jam. Setiap trap
dipasang 4 tabung, ke empat tabung ini akan diletakan tegak lurus arah mata
angin. Titik pemasangan trap adalah merupakan titik terluar dari core.
c. Arus
Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan ADCP (acoustic
dopller current profile), yang pengukurannya langsung dilakukan dengan
melakukan pelayaran kapal atau tracking (Gambar 8). Kecepatan kapal (± 3-5 knot)
saat melakukan tracking di sesuaikan dengan kemampuan ADCP supaya proses
perekaman kecepatan arus bisa dilakukan secara baik. Hasil pengukuran akan
memperlihatkan pola aliran dan kecepatan arus pada kolom perairan. Arus yang
bergerak sepanjang pantai (longshore current) didapat pendekatan dengan
menggunakan data gelombang.
Gambar 8. Lintasan Tracking Pengukuran Arus di Lokasi Penelitian pada
Bulan Maret dan Juli 2007 (sumber : Wahyu BS – P2O LIPI).
26
d. Gelombang dan Pasang Surut
Pengukuran gelombang dan pasang surut dengan alat Tide Guage yang memakai
metode mooring.
Data gelombang diukur per 5 menit dan interval waktu
pengukuran per 3 jam. Sedangkan pasang surut diukur per 24 jam. Lama waktu
pengukuran di lapangan adalah selama 6 hari. Hasil rekaman langsung ditransfer
ke komputer. Untuk gelombang beberapa komponen yang tercatat diantara, tinggi,
periode dan panjang gelombang. Sedangkan pasang surut adalah data beda tinggi
air setiap jam. Selain itu untuk kedua data ini, digunakan juga data sekunder.
Untuk data angin (Tahun 1993 – 2007) diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika Stasiun Jatiwangi – Cirebon dan data pasang surut (bulan Maret dan Juli
2007) dari Dishidros TNI AL.
3.3.2. Manfaat Dan Kegunaan Data
Tabel 3. Manfaat Dan Keguanaan Data
Input Data
Proses
Output
Merupakan hasil pengukuran
lapang
yang
kemudian
disesuaikan dengan peta dan
citra satelit yang digunakan
Pola perubahan garis pantai yang
mengarah kepada perubahan bentuk dan
morfologi (abrasi atau akresi)
Sedimen
Data hasil ayakan sampel
sedimen
diolah
dengan
menggunakan program microsof
exel
Arah gerak tansport massa air, besarnya
angkutan yang terangkut sepanjang
pantai, distribusi sedimen tegak lurus
pantai dan struktur serta sedimen yang
berada sepanjang pantai serta sudut
datang gelombang.
Arus
Hasil
pengukuran
lapangan
untuk melihat pola arus teluk
dan analisa data gelombang
untuk arus sepanjang pantai
Kecepatan aliran massa air yang bergerak
dan mengakibatkan abrasi atau akresi
Pasang
surut
Analisa menggunakan microsoft
exel untuk melihat perubahan
muka air
Tipe pasang surut
Gelombang
Menggunakan data lapangan
dan
data
angin
untuk
menghitung
beberapa
komponen gelombang dengan
menggunakan microsoft exel
Tinggi
gelombang,
besar
energi
gelombang dan kecepatan arus yang
ditimbulkan oleh gelombang yang tiba di
pantai dan berdampak pada abrasi atau
akresi
Batimetri
Dari peta rupa bumi
melihat kontur perairan.
Perubahan-perubahan kedalaman perairan
Garis pantai
untuk
27
3.4. Analisis laboratorium
Analisis sedimen dilakukan pada Laboratorium Geologi Laut P2O LIPI Jakarta,
dilakukan untuk melihat tekstur sedimen yang didasarkan pada ukuran butiran.
Analisisnya menggunakan metode Buchanan (1984) dalam Holme and McIntyre
(1984), yaitu:
♦
Sampel ditambang sebanyak 25 gram, lalu disaring dengan saringan ukuran
0.063 mm dan diayak dalam baskom yang diisi 1 liter aquades hingga terbagi
menjadi dua bagian, yaitu sampel yang mengendap dan sampel yang
tersaring.
♦
Sampel yang tidak lolos saringan dimasukan dalam oven pada temperatur 7001000C hingga kering.
♦
Sampel disaring dengan saringan bertingkat (2.000 mm, 1.000 mm, 0.500 mm,
0.250 mm, 0.125 mm dan 0.064 mm) dan kemudian masing-masing hasil
ayakan ditimbang.
♦
Sampel yang lolos paling bawah ditimbang dan dicampur dengan sampel yang
lolos pada saringan pertama, kemudian dipindahkan dalam gelas ukur volume
1 liter, dikocok hingga homogen untuk melakukan pemipetan (jarak dan waktu
pemipetan seperti pada Tabel 4).
♦
Masing masing hasil pemipetandiletakan pada cawan yang sebelumnya
ditimbang dan dimasukan pada oven pada temperatur 1000C hingga kering.
Sampel diambil dan dimasukan dalam desikator selama 10 menit. Kemudian
ditimbang untuk mendapatkan presentase masing-masing fraksi.
Tabel 4. Jarak dan Waktu Pemipetan Sedimen.
Diameter
(mm)
0.0625
0.0312
0.0156
0.0070
0.0039
Jarak Tenggelam
(cm)
20
10
10
10
10
Jam
Waktu
Menit
2
1
7
31
3
Detik
58
56
44
0
0
28
3.5. Analisis Data
Secara umum analisis data dilakukan beberapa tahapan sesuai dengan
komponen-komponen data yang diperoleh dan digunakan dalam penelitian ini.
3.5.1. Sedimen
Menurut Dyer (1986) dari ukuran partikel sedimen dapat menentukan lingkungan
sedimentasi dan analisis fisik sedimen dengan pendekatan parameter statistik, yakni
besar ukuran partikel rata-rata (mean grain size), standar deviasi (sorting),
kecondongan (skweness) dan kurtosis.
Besar ukuran partikel rata-rata (mean grain size) merupakan fungsi ukuran
partikel dari suatu populasi sedimen atau nilai terbesar partikel dimana 50% halus dan
sebaliknya kasar. Hal ini dapat dihitung dengan mengggunakan persamaan berikut
(USACE, 1998) :
Mϕ =
ϕ16 + ϕ50 − ϕ 84
3
..................................................................... (3.1)
Dimana :
ϕ16 : ukuran partikel 16%
ϕ 50 : ukuran partikel 50%
ϕ84 : ukuran partikel 84%
Standart deviasi merupakan metode pemilihan keragaman distribusi ukuran
partikel yakni penyortirannya. Dimana penyortiran dapat menunjukan batas ukuran
partikel, tipe pengendapan, karakteristik arus pengendapan serta lamannya waktu
pengendapan dari suatu populasi sedimen. Hal ini dapat dihitung dengan
mengggunakan persamaan berikut (USACE, 1998) :
σϕ =
ϕ84 − ϕ16 ϕ95 − ϕ 5
+
4
6
.............................................. (3.2)
σϕ : Sorting
ϕ : ukuran partike (persentase 84, 16, 95 dan 5)
Skweness mencirikan dinamika sedimentasi yang menunjukan kearah mana
ukuran partikel dari suatu populasi tersebut, mungkin simetri, condong kearah ukuran
29
kasar atau kearah ukuran halus. Nilai skweness dapat dihitung dengan menggunkan
persamaan
berikut :
σϕ =
ϕ16 + ϕ84 − ϕ 50 ϕ 5 + ϕ95 − 2ϕ50
+
2(ϕ84 − ϕ16 )
2(ϕ 95 − ϕ5 )
................................ (3.3)
σϕ : Skweness
ϕ : ukuran partike (persentase 84, 16, 95, 50 dan 5)
Kurtosis merupakan nisbah antara sebaran ekor dengan pusat sebaran pada
bentuk kurva sedimen distribusi normal. Mengacu pada bentuk kurva distribusi normal,
tinggi rendahnya atau runcing datarnya bentuk kurva dapat ditentukan dengan
perhitungan. Bila kurva distribusi normal tidak terlalu runcing atau tidak terlalu datar
disebut mesokurtik, kurva yang runcing disebut leptokurtik dan kurva yang datar
disebut platikurtik. Dalam mentukan ukuran kurtosis dapat dihitung dengan
menggunakan formula berikut (USACE, 1998) ;
βϕ =
ϕ 95 − 2ϕ 50
......................................................... (3.4)
2,44(ϕ 75 − ϕ 25 )
βϕ : Kuretosis
ϕ : ukuran partike (persentase 95, 50, 75 dan 25)
Tabel 5. Distibusi Kualitatif Sedimen Untuk Standar Deviasi, Skweness dan Kurtosis
(CHL, 2002)
Standar deviasi
Very well sorted
Well sorted
Moderately well sorted
Moderately sorted
Poorly sorted
Very Poorly sorted
Extreme Poorly sorted
Skweness
<0.35
0.35-0.50
0.50-0.71
0.71-1.00
1.00-2.00
2.00-4.00
>4.00
Very coarse
skewed
coarse skewed
Near symmetrical
Fine skewed
Very fine skewed
Kurtosis
< -0.3
-0.3 – 0.1
-0.1 – 0.1
0.1 – 0.3
> 0.3
Very platykurtik (flat)
Platykurtik
Mesokurtik (normal
peakedness)
Leptokurtik (peaked)
Very leptokurtik
Extremely leptokurtik
< 0.65
0.65-0.90
0.90-1.11
1.11-1.50
1.50-3.00
>3.00
Selain itu dari sedimen yang diperoleh dengan menggunakan trap dapat
dihitung arah gerak dari partikel sepanjang garis pantai. untuk menghitung besar dan
arah Resultante Vektor total dari pergerakan sedimen menggunakan rumus:
Rt =
=
∑ Fx
2
+
∑ Fy
2
(Fs - Fu) + (Fb - Ft)
2
............................................. (3.5)
2
30
dimana
?Fx = Jumlah gaya pada sumbu-x (Fs-Fu)
?Fy = Jumlah gaya pada sumbu-y (Fb-Ft)
Fu
= Gaya dari arah utara
Ft
= Gaya dari arah timur
Fs
= Gaya dari arah selatan
Fb
= Gaya dari arah barat
Arah dari resultan vektornya adalah
? = tan-1 (?Fy/?Fx)
= tan-1 ((Fs-Fu)/(Fb-Ft)) ............................................. (3.6)
Azimut (a) dari resultan vektor total adalah
a = 90º - ?
.................................................................... (3.7)
Jadi azimuthnya adalah N aº E
Analisis volume transpor sedimen total menggunakan metode Metode Fluks
Energi yang dikembangkan oleh CERC (1984), metode ini tergantung pada komponen
besar fluks energi (power) arus menyusur pantai. Metode ini kemudian dimodifikasi
oleh CHL (2002), persamaannya :

 5
ρ g
 H 2 sin (2α )
Ql = K 
1
b
 16γ 2 (ρ − ρ )(1 − n )  b
b
s


................................. (3.8)
Dimana,
K
: komponen empirik (K = 0,2)
?
: densitas air dan sedimen (? = 1025 kg/m 3),
?s
: densitas sedimen (?s = 2650 kg/m 3)
n
: porositas sedimen (n = 0,4).
γb
: indeks gelombang pecah
g
: percepatan grafitasi (9.8 m 2/det)
3.5.2. gelombang
a. Peramalan Gelombang
Untuk
perhitungan
gelombang,
menggunakan
dua
data.
Pertama
menggunakan data hasil pengukuran dari lapangan dan kedua menggunakan data
31
angin untuk 10 tahun belakangan untuk mendapatkan kondisi gelombang rata-rata
yang terjadi pada perairan Teluk Indramayu selama 10 tahun terakhir.
Prediksi gelombang diawali dengan analisis panjang fetch efektif (Feff) dan data
angin BMG. Perhitungan panjang fetch efektif menggunakan Peta RBI dan Peta Alur
Pelayaran dengan persamaan (Latief, 1996 dalam Baharudin, 2006):
Feff =
dimana
∑ Xi cos α
∑ cos α
......................................................................... (3.9)
Xi = panjang fetch yang diukur dari titik observasi gelombang sampai
memotong garis pantai, a = deviasi pada kedua sisi (kanan dan kiri) arah angin
dengan menggunakan pertambahan 5o sampai sudut 45o.
Metode ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut :
a. Angin berhembus melalui permukaan air melalui lintasan yang berupa garis
lurus.
b. Angin berhembus dengan mentransfer energinya dalam arah gerakan angin
menyebar dalam radius 45o pada sisi kanan dan kiri dari arah anginnya.
c. Angin mentransfer satu unit energi pada air dalam arah dan pergerakan angin
dan ditambah satu satuan energi yang ditentukan oleh harga kosinus sudut
antara jari-jari terhadap arah angin.
d. Gelombang diabsorpsi secara sempurna di pantai.
Berdasarkan data angin maksimum yang diperoleh dari BMG yang diukur di
darat, maka harus dikoreksi menjadi data angin di laut untuk dapat digunakan dalam
prediksi gelombang. Urutan analisis koreksi data kecepatan angin berdasarkan
petunjuk dari CHL (2002), terlihat pada Gambar 9. Untuk mempermudah pembacaan
data arah dan kecepatan angin, maka divisualisasikan dalam bentuk tabel dan diagram
mawar angin (wind rose) setiap bulan selama periode peramalan dengan
menggunakan software WRPLOT view.
32
Data Angin SM
Koreksi Angin pada
Ketinggian 10 m
Gambar 10
Koreksi untuk Durasi Angin
Gambar 11
< 10 mil /16 ,09 km
Panjang Fetch
> 10 mil /16 ,09 km
Koreksi Angin Darat ke Laut
U W = R L UL
Koreki Angin Darat ke Laut
U W = 1 ,2 U L
Koreksi Angin Terhadap
Kondisi Atmosfer
UC = R T L
R T = 1,U1
Koreki Tegangan Angin
1 ,23
U A = 0,71 U W
Koreki Tegangan Angin
1, 23
U A = 0 ,71 U W
Peramalan
Gelombang SMB
Gambar 9
Diagram Alir Koreksi Kecepatan Angin (Simbol Lihat Dalam Teks). Keterangan:
UL=Kecepatan Angin di Darat; UW=Kecepatan Angin di Laut; RT=Kondisi Atmosfer;
UA=Faktor Tegangan Angin
Gambar 10. Rasio Koreksi Angin pada Ketinggian 10 m.
33
Gambar 11. Rasio Durasi Kecepatan Angin (Ut ) pada Kecepatan 1 Jam (U3600).
Gambar 12. Perbandingan/Rasio (RL) Kecepatan Angin di Atas Laut (UW ) Dengan Angin
di Darat (UL) (CHL 2002). (Keterangan: Pemakaian RL, Normalnya Jika
Jarak Alat Pencatat Angin 16 km dari Laut).
Peramalan ditujukan untuk transformasi data angin menjadi data gelombang.
Salah satu metodenya adalah metode SMB (Sverdrup Munk Bretschneider) (CERC
1984),
peramalannya dibangun berdasarkan pertumbuhan energi gelombang.
Kecepatan angin yang digunakan adalah kecepatan angin maksimum yang dapat
membangkitkan gelombang, yakni kecepatan ≥10 knot, arahnya disesuaikan dengan
posisi pantai terhadap arah angin dan mengabaikan angin yang datang dari arah darat.
34
Parameter gelombang perairan dalam dari metode ini berdasarkan US. Army
Corps of Enginers, USACE (2002) adalah:
Tinggi gelombang :
 gX
gHmo
= 4.31 x 10 - 2  2
2
U*
U*
1/ 2




................................................................... (3.10)
Periode gelombang:
 gX
gTmo
= 4.31 x 10 - 2  2
2
U*
U*
1/ 2




................................................................... (3.11)
Durasi pertumbuhan gelombang:
t=
1609
Uf
untuk satuan Uf meter per detik
.................................... (3.12)
Analisis parameter gelombang menggunakan teori gelombang amplitudo kecil
(small-amplitude wave theory). Dari teori ini penyederhanaan rumus-rumus
gelombang dilakukan klasifikasi gelombang berdasarkan kedalaman.
Gelombang yang ditransformasi ke pantai juga memiliki energi, komponen
tersebut dengan persamaan (Horikawa, 1988 dan Triatmodjo, 1999):
Energi gelombang (kinetik dan potensial) : = Ek + Ep =
?gH 2 L
...... (3.13)
8
dimana
g
: percepatan grafitasi (9.8 m 2/det)
T : perioda gelombang (detik)
ρ
: densitas perairan (1025 Kg/m 3)
H : tinggi gelombang (m)
Tabel 6. Persamaan Parameter Gelombang Amplitudo Kecil (CHL 2002)
Perairan Dangkal
Kecepatan gelombang
Panjang gelombang
Kecepatan grup
Perairan Transisi
1 d 1
< <
20 L 2
d 1
<
L 20
Kedalaman Relatif
C=
L
= gd
T
L = T gd = CT
C g = C = gd
L
gT
 2π d 
=
tanh 

T
2π
 L 
gT 2
 2πd 
L=
tanh 

2π
 L 
1
4π d L 
C g = nC = 1 +
C
2  sinh (4πd L ) 
C =
Perairan Dalam
d 1
<
L 2
C = Co =
L = Lo =
L gT
=
T 2π
gT 2
= Co T
2π
1
gT
Cg = C =
2
4π
35
b. Analisis Parameter Gelombang Pecah
Diketahui bahwa arah datang gelombang tidak selalu tegak lurus garis pantai,
karena itu pengaruh transformasi gelombang yaitu refraksi dan shoaling (perubahan
kedalaman) perlu dihitung. Selain besar sudut datang gelombang pada perairan dalam
disesuaikan dengan sudut datang angin. Untuk menghitung parameter gelombang
pecah faktor yang perlu diketahui juga adalah indeks gelombang (?b) pecah, maka
harus harus diketahui keadaan kemiringan pantai.
Analisis
transformasi
gelombang,
dapat
dilakukan
dengan
menentukan
gelombang dalam ekivalen ( H o' ) menggunakan persamaan (CHL 2002):
H o' = H mo K s K r
.............................................................................. (3.14)
dimana Ks dan Kr adalah koefisien shoaling dan refraksi.
Kedua komponen diatas dihitung dengan menggunakan persamaan:
Ks =
Kr =
C go
........................................................... (3.15)
Cg
cos θ o
cos θ
........................................................... (3.16)
Indeks gelombang pecah menggunakan persamaan (Weggel 1972 dalam CHL 2002):
γb = b −a
Hb
gT 2
........................................................... (3.17)
dimana a dan b adalah fungsi kemiringan pantai tan β.
a = 43,75 (1 − e −19 tan β )
........................................................... (3.18)
b = 1,56 (1 − e −19, 5 tan β ) −1
........................................................... (3.19)
Hubungan semi empiris indeks gelombang pecah (Ω b) untuk teori gelombang
linear diperoleh dengan menggunakan persamaan (Komar dan Gaughan, 1973 dalam
CHL, 2002) :
 H' 
Ω b = 0.56  o 
 Lo 
−1 / 5
....................................................................... (3.20)
36
Parameter- parameter gelombang pecah yang dihitung:
Gelombang pecah: H b =
H mo
Ωb
........................................................... (3.21)
Kedalaman gelombang pada saat pecah: d b=
Lebar daerah hempasan gelombang pecah:
Kecepatan grup gelombang pecah:
Tipe gelombang pecah: ξ o
Hb
γb
Xb =
Cb = C gb =
H
= tan β  mo
 Lo



........................ (3.22)
Hb
γ b tan β
gd b
............ (3.23)
........................ (3.24)
− 0 .5
.................................... (3.25)
dimana
ξo
: surf similarity;
tan ß
: kemiringan pantai;
Hmo dan L o : tinggi dan panjang gelombang di perairan dalam.
Selanjutnya tipe pecah dapat diduga berdasarkan surf similarity dengan kriteria
sebagai berikut:
Surging/Collapsing
ξ o > 3,3
Plunging
0.5 < ξ o < 3,3
Spilling
ξ o < 0,5
Subskrib (o) menunjukkan parameter gelombang sebelum pecah.
c. Analisis Transformasi Gelombang Menggunakan Model STWave
Permodelan gelombang menggunakan program STWave (Steady-State Spectral
Wave Model) merupakan bagian dari program SMS (surface water modeling system).
Hal ini merupakan solusi numerik untuk menganalis transformasi gelombang diperairan
dengan menggunakan algoritma yang ada.
Hubungan gelombang dengan arus atau disebut dispersi gelombang (Jonsson
et al., 1990 dalam Smith et al., 2001).
? r = gk tanh kd
.................................... (3.26)
Dispersi absolutnya
? a = ? r + kU cos(δ − α ) ........................ (3.27)
37
dimana
k
: angka gelombang (2π/L)
U : kecepatan arus
α : sudut datang gelombang
g
: gravitasi (9.8 m 2/det)
d
: kedalaman perairan (m)
δ
: kecepatan arus relatif pada sumbu x.
refraksi dan shoaling memerlukan cepat rambat gelombang Cr dan cepat rambat group
gelombang Cg.
?r
k
Cr =
2 kd 

C g = 0.5Cr  1 +

 sinh 2kd 
................................... (3.28)
cepat rambat relatif dari gelombangnya adalah
Ca = Cr + U cos (d − a )
(C ga )i =
(C ) + (U )
g i
.......................................................... (3.29)
i
Nilai absolut cepat rambat group gelombang didefenisikan sebagai arah aliran
gelombang, yang dihitung dengan persmaan :
 C g sin α + U sin δ 
-1
µ = tan 

 Cg cos α + U cos δ 
.............................................. (3.30)
Arah orthogonal gelombang untuk kondisi steady-state, dihitung dengan persamaan :
C ga
C r k Dd k i DU i
Da
=−
DR
sinh 2kd Dn k Dn
Dimana
D : derivatif
R : koordinat arah lintasan gelombang
n
: koordinat normal dari ortogonal gelombang.
........... (3.31)
38
Persamaan yang dipakai untuk konservasi steady-state pada aksi gelombang spektral
sepanjang lintasan gelombang adalah :
(C )
ga i
∂ Ca C ga cos (µ − α )E(ω a , α )
S
=∑
∂xi
ωr
ωr
........................ (3.32)
Dimana
E : densitas energi gelombang pemisah (ρ wg)
ρ w : densitas air
S : sumber energi dan sink terms.
Untuk pemakian model ini beberapa asumsi yang dipakai adalah :
ϕ Dasar perairan sedikit miring dan refleksi gelombang diabaikan (Mild bottom slope
and negligible wave reflection).
ϕ Kondisi gelombang offshore secara spasial homogen (Spatially homogeneous
offshore wave conditions).
ϕ Gelombang, arus dan angin berada dalam kondisi steady-state (Steady-state
waves, currents, and winds).
ϕ Refraksi dan shoaling linear (Linear refraction and shoaling).
ϕ Arus pada kedalaman seragam (Depth-uniform current).
ϕ Gesekan dasar diabaikan (Bottom friction is neglected).
ϕ Tekanan radiasi linear (Linear radiation stress).
39
Spektral Gel-angin
Dan Tinggi Muka Air
Data Batimetri
Data Arus
STWAVE
(Surface Water Modeling System )
Tinggi, Arah dan
Perioda Gel
Gradien
Tekanan
Data
Garis Pantai
Breacker
Indices
GENESIS
Longshore Transport
Selected
Wave
Struktur dan
Kondisi Dasar
Coastline Change
Gambar 13. Tahapan Analisis Numerik Dengan Menggunakan Program SMS
3.5.3. Arus
Analisa arus didasarkan pada data pengukuran lapangan dan data gelombang.
Data lapangan digunakan untuk melihat pola aliran massa air pada teluk secara
menyeluruh. Sedangkan yang dihitung dari komponen gelombang ditujukan untuk
mengetahui kecepatan massa air yang bergerak sepanjang pantai (longshore current)
dan sangat mempengaruhi transpor sedimen sepanjang pantai akibat perubahan profil
pantai. persamaan yang digunakan untuk menghitung longshore current adalah :
V = 1,17( gH b )1 / 2 sin α b cos α b
............................................... (3.33)
Dimana,
V : kecepatan arus sepanjang pantai (m/det)
g
: percepatan gravitasi (9.8 m 2/det)
Hb : tinggi gelombang pecah (m)
α b : sudut datang gelombang pecah
40
3.5.4. Pasang Surut
Dari data pasang surut yang diperoleh pada pengukuran lapang dan data dari hasil
pengamatan dishidros akan digunakan untuk melihat fluktuasi muka air sebagai
pengaruh pasang surut. Untuk kepentingan ini data lapangan dioleh dengan
menggunakan progran microsoft exel.
Tipe pasut ditentukkan berdasarkan kriteria Courtier guna memperoleh bilangan
Formzal (F) yang dinyatakan dalam bentuk:
F=
dimana:
AO 1 + AK1
AM 2 + AS2
....................................................................... (3.34)
AK1 dan AO 1 adalah amplitudo komponen pasang surut harian utama;
AM 2 dan AS2 adalah amplitudo komponen pasang surut ganda utama.
dengan ketentuan :
F=0,25
=
0,25<F=1,5 =
Pasang surut tipe ganda (semidiurnal)
Pasang surut tipe campuran condong keharian ganda (mixed tide
prevailing semidiurnal)
1,5<F=3,0
= Pasang surut tipe campuran condong keharian tunggal (mixed tide
prevailing diurnal)
F>3.0
=
Pasang surut tipe tunggal (diurnal)
Data pasang surut, analisisnya akan menggunakan Metode Admiralty (Djaja 1989
dalam Ongkosongo dan Suyarso, 1989) guna mendapatkan nilai konstanta harmonik
pasutnya (So, K1, S2, M 2, O1, P1, N2, M 4, dan MS4). Hasil tersebut juga selanjutnya
digunakan untuk memperoleh tipe pasut, tunggang air pasut dan koreksi kedalaman.
3.5.5. Perubahan Garis Pantai
Analisis Sediment Budget
Guna mengetahui perubahan garis pantai sebagai akibat transpor sedimen
dengan membagi garis pantai dalam bagian-bagian (profil) berdasarkan morfologi
pantai dikenal sebagai konsep coastal cell (sediment budget). Interaksi antara
gelombang yang membangkitkan dengan sedimen di daerah dekat pantai
menyebabkan sedimen tersebut bergerak/terangkut dan diendapkan pada batas-batas
tertentu. Analisis budget sedimen pantai didasarkan pada hukum kontinuitas
41
(kekekalan massa sedimen) sehingga diketahui daerah pantai yang mengalami erosi
atau akresi (sedimentasi) dari aktifitas energi yang bekerja.
1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 14. Pembagian Segmen Pantai Untuk Menghitung Perubahan Garis Pantai.
Besarnya budget sedimen permusim dapat ditentukan dari perhitungan laju
transpor dari masing-masing profil berdasarkan volume dan arah pergerakan prediksi
netto sediment transport musiman. Budget sedimen adalah selisih antara sedimen
yang masuk dengan yang keluar pada suatu profil pantai. Apabila nilai budget
sedimennya nol maka pantai pada profil tersebut dalam kondisi seimbang, jika nilainya
positif pantai mengalami akresi dan sebaliknya untuk nilai budget negatif pantai
mengalami erosi. Hasil analisis budget sediment pada setiap sel/segmen tersebut
sebagai dasar input kedalaman (perubahan kedalaman dengan penambahan dan
pengurangan berdasarkan hasil budget).
Perhitungan budget sediment juga
memperhitungkan arah datang gelombang yang menyebabkan perbedaan arah
transport sedimen menyusur pantai (barat – timur dan timur – barat). Hal lain yang
harus diperhatikan adalah karakteristik masing-masing sel/segmen.
Pembagian
sel/segmen tidak dasarkan pada faktor-faktor tertentu, yang terpenting adalah luas
wilayah dari tiap sel/segmen sama besar.
42
Data Citra
Salah satu metode untuk melihat perubahan pantai juga adalah dengan
memanfaatkan data citra (Landsat 7 ETM+). Pengelohan data citra dilakukan lewat
beberapa tahapan. Pertama koreksi geometri, meliputi penyiapan data pengambilan
titik kontrol bumi antara citra dengan peta, penentuan titik kontrol dilakukan dengan
sistem UTM (Universal Transvere Mercator) karena daerah penelitian realtif kecil.
Kedua pemotongan (croping), untuk membatasi citra sesuai lokasi yang diteliti
sehingga tampilan pada citra hanya menampilkan daerah kajian. Ketiga penajaman
citra (enchancement) dan pemilihan kombinasi kanal, penajaman kanal menggunakan
komposit kanal 5, 4 dan 2 (RGB 542) sebab ketiga kanal sesuai untuk mendeteksi
perubahan garis pantai kemudian menggunakan band 4 sebagai gray scale. Keempat
delinasi garis pantai, merupakan tahapan terakhir sebab dengan menggunakan band
empat secara langsung akan memisahkan komponen laut dan darat.
Citra yang akan dipakai adalah citra tahun 2001 dan 2006. Citra yang ada akan
diklasifikasikan menjadi dua kelas (darat dan laut), kemudian dilakukan overlay untuk
mengetahui seberapa besar perubahan luas pada masing-masing kelas. Hasil overlay
tersebut akan didapatkan citra perubahan garis pantai.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gelombang
4.1.1. Angin
Gelombang di laut dapat dibedakan atas beberapa macam tergantung
faktor pembangkitnya, diantaranya angin (tekanan atmosfer), pasang surut dan
gempa bumi (Sorensen 1991 dan Komar 1998). Dari sekian banyak faktor
pembangkit tersebut dinilai sangat dominan adalah angin (Janssen,…. Dan
Triatmodjo, 1999). Berdasarkan hasil analisis data kecepatan angin maksimum
secara menyeluruh angin bertiup dengan kecepatan 1.50 – 15.00 m/det. Jika
dipilah berdasarkan bulan dan musim kecepatan angin terbesar 2.00-15.00
m/det, terjadi pada musim timur yakni dari Juni – Agustus. Kemudian mengalami
perlambatan pada musim peralihan kedua antara 2.00-10.00 m/det, musim barat
1.50-10.00 m/det dan kisaran terendah pada peralihan pertama antara 1.50-9.00
m/det (Lampiran 1).
Gambar 15. Wind Rose Teluk Indramayu Tahun 1993 – 2007 Berdasarkan
Hasil Pengamatan pada Stasiun Jatiwangi – Cirebon.
Frekuensi dan persentase kecepatan dan arah angin maksimum selama
15 tahun (1993-2007) yang terlihat pada Gambar 15 (wind rose berdasarkan
Tabel 7) menunjukan bahwa ada tiga arah angin yang dominan, yaitu arah angin
dari timur sebesar 46,12% di ikuti oleh arah utara (22,24%) dan selatan (20%).
Sedangkan arah barat laut (7,23%); timur laut (2,22%); barat (1,67%) dan barat
44
daya (0,56%) yang terlihat relatif kecil, sedangkan dari arah tenggara tidak ada
sama sekali.
Kecepatan yang ada dibagi berdasarkan interval, dimana
kecepatan dominan yaitu 3.00-5.00 m/det sebesar 40,01% kemudian 5.00-7.00
m/det sebesar 28,34% dan 18,90. sedangkan untuk interval 1.00-3.00 m/det dan
9.00-11.00 m/det berada pada kisaran 5% dan interval >11.00 m/det merupakan
persentase terkecil yaitu sebesar 2,22 %.
Jika persentase diatas dikaitkan
dengan skala beaufort, maka dikatakan kisaran angin bertiup adalah Calm atau
tidak berangin sampai Strong Breeze atau sepoi kencang (WMO, 1998 dan
Wibisono, 2005).
Tabel 7 Frekuensi Kejadian Angin Dalam Persen Pada Teluk Indramayu Berdasarkan
Stasiun Pengukuran Jatiwangi – Cirebon. Jawa Barat.
Arah
Utara
Timur Laut
Timur
Kecepatan Angin (m/det)
5-7.
7-9.
9-11.
1-3.
3-5.
>11
Jumlah
0.56
10.56
5.56
3.89
1.67
-
22.24
-
1.11
1.11
-
-
-
2.22
3.89
20.56
12.78
6.67
2.22
-
46.12
Tenggara
-
-
-
-
-
-
-
Selatan
-
2.78
6.11
7.22
1.67
2.22
20.00
Barat Daya
-
0.56
-
-
-
-
0.56
Barat
-
1.11
-
0.56
-
-
1.67
Barat Laut
0.56
3.33
2.78
0.56
-
-
7.23
Total
5.01
40.01
28.34
18.90
5.56
2.22
100.00
Komulatif
5.0
45.01
73.35
92.25
97.81
100.0
100.00
Untuk peramalan gelombang, kecepatan angin yang diperoleh dikonversi
menjadi kecepatan angin diatas permukaan laut sehingga diperoleh faktor
tegangan angin yang dapat membangkitkan gelombang.
didasarkan pada petunjuk CHL (2002).
Proses konversi
Perhitungan panjang fetch untuk
mereduksi atau mengeliminasi hasil peramalan gelombang (Savile et al., 1962
dalam CERC 1984). Tabel 8 menunjukan hasil perhitungan panjang fetch efektif,
terpanjang dari arah utara dan arah timur laut kemudian barat laut. Perbedaan
tersebut disebabkan karena letak posisi pantai yang terbuka menghadap ke
utara.
Berbeda dengan arah timur dan barat, pada kedua arah ini arah
datangnya angin akan mengalami penghambatan oleh daratan yang menjorok
keluar (tanjung) yang berada pada kedua sisi teluk sehingga tidak semua sisinya
dapat dimanfaatkan untuk menghitung nilai fetch, hal yang sama juga berlaku
untuk arah barat laut dan timur. Sedangkan arah selatan, tenggara, timur laut
45
dan barat laut tidak ada sebab berasal dan terhalangi daratan Pulau Jawa
(diasumsikan arah angin yang dari darat tidak menyebabkan pembentukan
gelombang).
Tabel 8 Panjang Fetch Efektif Perairan Teluk Indramayu.
Arah
Utara
Barat Laut
Barat
Timur
Timur Laut
Feff (m)
42844.9
29809.2
9838.9
7067.8
38528.03
4.1.2. Karakteristik Gelombang
Penggunaan metode SMB untuk memprediksi parameter gelombang
didasarkan kepada pertumbuhan gelombang. Hasil analisisnya ditampilkan pada
Lampiran 3, parameter yang dianalisis diantaranya tinggi, periode, durasi,
kecepatan dan panjang gelombang serta besar energi.
Kondisi maksimum
dicapai selama musim barat (Desember) dengan tinggi gelombangnya berkisar
antara 0.18-1.18 m, kemudian awal musim peralihan pertama (Maret) tinggi
gelombangnya berkisar antara 0.18-1.09 m. Memasuki fase berikutnya tinggi
gelombang mengalami penurunan hingga mencapai kisaran 0.22-0.59 m (Juli),
setelah itu pada akhir musim timur hingga akhir peraihan kedua agak meningkat
mencapai kisaran 0.22-0.80 m (November).
Sama seperti tinggi gelombang, hasil prediksi juga menunjukan periode
gelombang (T) maksimum terjadi selama musim barat dengan kisaran 1.73-3.76
det, panjang gelombangnya (L0) antara 4.65-22.05 m, kecepatan rambat
gelombang (C0) 2.69-5.86 m/det dan energinya 41.10-1745.40 Joule. Kondisi
tersebut masih terjadi sampai awal peralihan pertama dimana periode
gelombangnya 2.05-3.66 det, panjang gelombang 6.55-20.91 m, kecepatan
rambatnya 3.20-5.71 m/det dan energinya 114.5-1487.6 Joule. Fase berikutnya
pada pertengahan dan akhir peralihan pertama sampai dengan musim timur
kondisi gelombang menurun, dimana periode gelombangnya berkisar antara
1.85-2.77 det; panjang gelombang 5.36-10.33 m, cepat rambat gelombang 2.894.32 m/det dan energinya 62.8-449.9 Joule.
Pada peralihan kedua terjadi
peningkatan, dimana periode gelombang berkisar antara 1.85-3.31 detik; panjang
gelombang 5.36-17.06 m, cepat rambatnya 2.90-5.16 m/det dan energinya 62.8807.7 Joule.
Bila ditinjau berdasarkan arah angin, hasil prediksi karakteristik gelombang
selama 15 tahun (1993-2007) yang terlihat pada Tabel 9, menunjukan bahwa
46
kondisi maksimum terjadi saat angin bergerak dari arah utara dengan tinggi
gelombang berkisar antara 0.42-1.18 m; periodenya 2.66-3.76 det; cepat rambat
gelombang 4.15-5.86 m/det. Sedangkan kondisi minimumnya pada saat angin
bergerak dari arah barat, karakteristik gelombang yang terbentuk menunjukan
tinggi gelombang berkisar antara 0.284-0.432 m; periodenya 1.83-2.10 det;
panjang gelombang 5.23-6.91 m dan cepat rambat gelombang 2.86-3.28 m/det.
Dari hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa periode, panjang
dan cepat rambat serta energi gelombang berbanding lurus dengan tinggi
gelombang
yang
terjadi,
sebab
waktu-waktu
dimana
tinggi
gelombang
mengalami kondisi maksimum kemudian menurun, sama dengan kondisi
perubahan dari ketiga parameter tersebut. Selain itu hasil yang diperoleh juga
menunjukan
bahwa
periode
gelombang
sangat
mempengaruhi
panjang
gelombang dan kecepatan rambat gelombang.
Tabel 9 Karakteristik Gelombang Berdasarkan Arah Angin
UA
(m/det)
Feff
(m)
Hs
(m)
Ts
(det)
t
(det)
Co
(m/det)
Lo
(m)
U
4.30-13.83
42844.943
0.418-1.179
2.66-3.76
165.15-660.58
4.15-5.86
11.05-22.05
B
6.43-10.29
9838.93
0.284-0.432
1.83-2.10
235.92-412.86
2.86-3.28
5.23-6.91
BL
2.77-12.09
29809.238
0.239-0.869
2.08-2.65
194.29-1100.97
3.24-4.99
6.74-15.95
T
2.77-13.83
17067.761
0.181-0.744
1.73-2.77
165.15-1100.97
2.69-4.32
TL
7.10-8.41
38528.03
0.613-0.713
2.97-3.12
300.27-366.99
Keterangan : U= Utara; BL= Barat Laut; B= Barat; T= Timur; TL= Timur Laut
4.63-4.87
4.65-11.94
13.77-15.21
αo
Berdasarkan Tabel 9, besar kisaran nilai durasi angin maksimum terjadi
pada saat arah anginnya bergerak dari timur yaitu 194.29-1100.97 det dan
minimumnya 300.27-366.99 det dengan arah timur laut. Hal ini berbeda jika
dikaitkan dengan kisaran nilai tinggi, periode, panjang dan cepat rambat
gelombang. Perbedaan yang terjadi menunjukan bahwa paramater-parameter
tersebut tidak terkait secara langsung dengan durasi angin sebagai salah satu
faktor pembangkit gelombang dilaut, sebab walaupun angin bertiup dengan
durasi yang panjang atau lama tapi kecepatannya kecil maka gelombang yang
dibangkitkan juga memiliki kisaran yang kecil.
Pada Tabel 9 juga terlihat bahwa ada perbedaan antara faktor tegangan
angin (UA) dan panjang fetch efektif (Feff) yang mempengaruhi tinggi dan periode
gelombang signifikan. Secara nyata menunjukan bahwa yang berpengaruh
adalah panjang fetch. Terlihat dari kisaran nilai tinggi gelombang maksimum
0.418-1.179 m dan panjang fetchnya 42844.943 m arah utara, sedang kisaran
gelombang minimum 0.284-0.432 m dengan panjang fetch 9838.93 m arah barat.
47
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa perbedaan nilai fetch untuk masingmasing arah angin dipengaruhi langsung oleh posisi pantai terhadap arah
datangnya angin, karena itu fetch untuk arah angin dari utara lebih besar sebab
letak pantainya yang tegak lurus dan terbuka arah utara.
Kajian yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Indramyau pada tahun 1996
dengan metode SMB menunjukkan bahwa umumnya gelombang sesuai dengan
arah angin yaitu dari arah barat laut, utara dan timur laut masing-masing
sebanyak 22,25 %, 10,88 % dan 20,10 % (BAPPEDA Jawa Barat, 2007). Secara
keseluruhan yaitu sebanyak 28,40 % tinggi gelombang mencapai antara 0,5-0,8
meter, sedang gelombang teduh dengan ketinggian < 0,3 m sebanyak 28,40 %.
Secara rinci ketinggian gelombang musiman adalah sebagai berikut:
•
Pada musim barat gelombang dari barat dengan ketinggian > 1,7 m (45 %),
sedangkan gelombang teduh antara 30 - 50 %.
•
Musim peralihan I gelombang tetap dari barat namun ketinggian dan
frekuensinya semakin kecil. Gelombang dari timur makin dominan (40 %).
•
Musim timur gelombang dari timur (40 %).
•
Musim peralihan II walaupun masih terdapat gelombang dari arah timur,
namun masih didominasi oleh gelombang dari arah barat.
Hasil pengukuran lapangan pada 26 – 30 Maret 2008 (Gambar 16)
menunjukan bahwa tinggi gelombang terukur adalah <0.1-0.64 meter. Dengan
demikian kisarannya masih berada pada kisaran prediksi berdasarkan data
angin.
Perbedaan yang ada sangat dimaklumi sebab proses pengukuran
lapangan dilakukan hanya 5 hari, sedangkan hasil prediksi memanfaatkan data
angin selama 1 (satu) bulan sehingga bisa saja pada hari-hari lain pada bulan
tersebut tinggi gelombangnya melewati nilai maksimal yang ada.
Dari
hasil
peramalan
gelombang
kemudian
dihitung
karakteristik
gelombang pecah yang juga menunjukan proses transformasi gelombang. Hasil
perhitungan yang dilakukan (Tabel 10) menunjukan bahwa tinggi gelombang
(Hmo) setelah pecah tinggi gelombang akan menurun dan juga mengalami
kenaikan. Salah satu faktor penentunya adalah hubungan semi empiris indeks
gelombang pecah, semakin besar nilai tersebut maka tinggi gelombang pecah
mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya jika nilainya kecil maka tinggi
gelombang pecah mengalami penurunan.
Nilai indeks semi empiris sendiri
sangat dipengaruhi oleh besar panjang gelombang dan tinggi gelombang
48
ekuivalen. Namun begitu sebenarnya perubahan tinggi gelombang saat
merambat menuju pantai dan kemudian pecah nilainya kecil, sehingga
perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Dari kisaran nilai yang ada boleh
dikatakan bahwa tipe gelombang pecah yang terjadi di perairan Teluk Indramayu
adalah tipe plunging dan spiling.
0.7
0.64
T ing g i G el. R a ta -R ata (m )
0.6
0.5
0.42
0.43
0.4
0.33
0.3
0.33
0.32
0.28
0.28
0.27
0.28
0.23
0.2
0.2
0.14
0.1
0.16
0.12
0.18
0.18
0.16
0.16
0.16
0.15
0.14
0.19
0.18
0.15 0.15
0.13
0.085
0.09
0.07
0.1
0.09
0.08 0.09
0.07
0.07
0.05
0
1 2 26
3 Mon
4 5 6
7 8 9 27
10Tus
11 12 13 14 15 16 17 28
18Wen
19 20 21 22 23 24 252926Thus
27 28 29 30 31 32 33
34 35 36 37
30 Fri
Waktu Pengukuran (hari)
Gambar 16
Tinggi Gelombang Rata-Rata Selama Pengukuran Lapangan
Pada Bulan Maret 2007
Tabel 10 Karakteristik Gelombang Pecah
Musim
Hmo
(m)
T (s)
Kr
Ho' (m)
Lo (m)
Ω
Hb (m)
γb
db (m)
Co
(m/det)
Barat
0.18-1.18
1.73-3.76
0.98
0.18-1.16
4.65-22.05
1.0-1.1
0.19-1.17
0.78
0.24-1.50
2.69-5.86
Pan. 1
0.18-1.09
1.73-3.66
0.98
0.18-1.07
4.56-20.91
0.98-1.08
0.19-1.08
0.78
0.24-1.39
2.69-5.71
Timur
0.22-0.74
1.85-2.77
0.98
0.22-0.73
5.36-11.94
0.98-1.06
0.23-0.71
0.78
0.30-0.92
2.89-4.32
Pan. 2
0.22-0.80
1.85-3.31
0.98
0.22-0.79
5.36-17.06
0.98-1.07
0.23-0.82
0.78
0.30-1.04
2.90-5.16
Kisaran nilai panjang gelombang dan kecepatan rambat gelombang juga
sama, karena kedua komponen ini merupakan fungsi dari gelombang. Kondisi ini
juga berkaitan dengan kisaran kedalaman gelombang pecah, dari hasil
perhitungan yang dilakukan kisaran kedalaman gelombang pecah adalah 0.241.50 m dengan kedalam tertinggi terjadi pada musim barat yaitu 1.50 m. Dari
perubahan nilai kisaran pada Tabel 10 terlihat bahwa perubahan nilai yang ada
sama seperti perubahan kisaran nilai tinggi gelombang pada setiap musim.
49
Gambar 17. Hempasan Gelombang Yang Tiba Di Garis Pantai.
4.1.3. Model Karakteristik Gelombang
Komponen yang dibutuhkan dalam membangun model gelombang ini
adalah sudut datang, tinggi dan periode gelombang. Selain itu juga dibutuhkan
kecepatan dan sudut datang angin serta tinggi tunggang air (tidal range) dan
kedalaman perairan. Beberapa asumsi yang dipergunakan adalah karena ini
adalah kondisi Steady-State maka tekanan dianggap konstan, arah perambatan
gelombang akan mengakibatkan pola gerakan longshore, arah datang
gelombang sama dengan arah angin.
Secara geografis wilayahnya terletak pada 107.9289° – 108.0493° BT,
6.2556° – 6.3177° LS dan 107.9568° – 108.0802° BT, 6.1931° – 6.2481° LS.
Jumlah grid 134 dan luasnya 0.849 km2, sedangkan luas wilayah yang
dimodelkan adalah 113.74 Km2 dengan panjang garis pantainya 14.74 km dan
kedalaman perairan antara 0 – 14 meter. Dari Gambar 18 terlihat bahwa pola
perubahan kontur kedalaman tidak terjadi secara signifikan, tapi membentuk
sebuah pola sederhana dan mengakibatkan profil kedalamannya agak landai.
Gambar 18 Profil Topografi Wilayah Model
50
Pada bagian ini dijelaskan bagaimana karakter model gelombang saat
mengalami perambatan atau transformasi dari laut ke pantai.
Karakter
gelombang yang dimaksudkan adalah tinggi, periode dan arah datang
gelombang.
karakter gelombang yang dimaksudkan pada musim barat
(Desember – Pebruari), peralihan 1 (Maret – Mei), timur (Juni – Agustus) dan
peralihan 2 (September – November).
Diharapakan model ini akan
menggambarkan suatu pola yang dapat memperlihatkan karakteristik gelombang
dalam 1 (satu) tahun atau pola tahunan pada perairan pesisir pantai Indramayu.
Pembahasan yang dibuat hanya terbatas pada areal yang dimodelkan.
♦
Tinggi Gelombang
Gambar 19
Model Tinggi Gelombang Pada Musim Barat (Atas) dan
Peralihan 1 (Bawah)
Secara keseluruhan kisaran tinggi gelombang pada saat musim barat
berkisar antara 0.01-1.18 meter (Gambar 19). Tapi untuk wilayah yang
dimodelkan hanya berkisar antara 0.14–0.53 m, dengan nilai maksimum
terdapat pada garis pantai. Dari pola yang ada ternyata tinggi gelombang
51
pada kedalaman 14 m. Saat bergerak ke arah pantai tinggi gelombang
hampir tidak mengalami perubahan tinggi, kecuali pada satu bagian pantai
dimana tinggi gelombang meningkat hingga mencapai 0.53 m.
Pada musim peralihan 1 (satu) kisaran tinggi gelombang keseluruhannya
antara 0.10-1.00 m, sedangkan wilayah yang dimodelkan antara 0.2-0.4 m.
Pola transformasi gelombang sama dengan musim barat, hanya tinggi
gelombang maksimum pada daerah pantai agak kecil (0.4 m). Kesamaan
yang terjadi sebab arah datang gelombang dan arah angin yang
mengakibatkan gelombang untuk kedua musim memiliki nilai yang sama.
Gambar 20
Model Tinggi Gelombang Pada Musim Timur (Atas) dan
Peralihan 2 (Bawah)
Untuk musim timur kisaran tinggi gelombang keseluruhan antara
0.09-
0.72 m, sedangkan pada wilayah yang dimodelkan antara 0.16-0.30 m
(Gambar 20). Walaupun tinggi gelombang maksimum berada pada garis
pantai (0.3 m) tapi ternyata saat mengalami perambatan, di sisi barat
52
terjadi peningkatan perubahan tinggi gelombang hingga mencapai 0.23 m
dari 0.16 m. Perubahan tersebut ada yang terus hingga mencapai garis
pantai ada juga yang kemudian menurun lagi.
Kisaran tinggi gelombang keseluruhan pada musim peralihan 2 (dua)
adalah 0.13-0.76 m (Gambar 20), sedangkan untuk wilayah yang
dimodelkan berkisar antara 0.13-0.48 m dengan tinggi maksimum berda
dekat garis pantai. Pola rambatan gelombang yang terjadi mirip dengan
musim barat dan peralihan 1 (satu), tapi pada musim peralihan 2 tinggi
gelombang juga mengalami peningkatan hingga 0.34 m ketika bergerak
menuju pantai (pada bagian timur).
Secara menyeluruh model tinggi gelombang yang ada menunjukan bahwa
pada wilayah yang dimodelkan tinggi gelombang hampir homogen, dimana
tinggi gelombang dominan berkisar antara 0.09-0.20 m. Nilai maksimum
tinggi gelombang berada dekat pantai yang memiliki nilai kedalaman
terendah, ini menunjukan bahwa ketika gelombang memasuki perairan
dangkal tingginya akan meningkat bahkan pecah. Perbedaan yang nyata
adalah adalah distribusi titik-titik tinggi gelombang yang agak besar, hal ini
sangat dipengaruhi oleh sudut datang gelombang yang mengakibatkan
arah rambatan menuju pantai berbeda. Karena itu pada saat musim barat,
peralihan 1 dan peralihan 2 gelombang tinggi gelombang mengalami
perubahan saat gelombang mencapai wilayah bagian timur.
Berbeda
dengan musim timur walaupun titik maksimum gelombang pecah sama
dengan musim yang lain tapi bagian barat terlihat juga bahwa tinggi
gelombang juga meningkat, ini disebabkan karena gelombang bergerak
dari arah timur ke barat. Perbedaan kisaran tinggi gelombang permusim
diduga sebagai akibat dari perbedaan panjang fetch efektif terhadap garis
pantai dan perbedaan tekanan angin untuk semua musim.
♦
Periode Gelombang
Pada musim barat periode gelombang berkisar antara 3.01 – 3.20 det, hal
yang sama juga terjadi pada daerah yang dimodelkan.
Titik dimana
periode gelombang berubah pada daerah terjadi perubahan tinggi
gelombang (dekat dengan pantai) dengan nilai maksimumnya 3.20 det.
Musim peralihan 1 (satu) berkisara periode polanya sama dengan musim
barat. Dimana periode gelombang (Gambar 21 dan 22) homogon pada
53
sebagian besar wilayah teluk tapi mengalami perubahan menjadi semakin
lama pada titik terjadinya perubahan tinggi gelombang.
Gambar 21
Model Periode Gelombang Pada Musim Barat (Atas) dan
Peralihan 1 (Bawah)
Untuk musim timur periode gelombang terlihat homogen untuk semua
wilayah yang dimodelkan dengan kisaran nilai antara 3.5-4.5 det.
Selanjutnya musim peralihan 2 (dua) periode gelombang berkisar antara
3.03 – 3.57 det, sedangkan pada wilayah model antara 3.03-3.33 det. Dari
ke empat model yang terlihat bahwa periode gelombang sangat terkait
dengan tinggi gelombang pada daerah tersebut, selian itu faktor lain yang
sangat menentukan adalah kecepatan angin.
54
Gambar 22 Model Periode Gelombang Pada Musim Timur (atas) dan
Peralihan 2 (bawah)
♦
Arah datang
Arah datang atau arah perambatan gelombang pada musim barat dan
peralihan 1 sama yaitu membentuk sudut 3500-800 (Gambar 23). Dengan
demikian menunjukan bahwa gelombang bergerak dari arah utara. Hal lain
terlihat juga adalah terjadinya pembelokan arah perambatan gelombang
khususnya pada bagian barat wilayah pantai dari areal yang dimodelkan.
Lalu kemudian ketika mendekati pantai juga terjadi pembelokan arah
perambatan.
Persentase terbesar gelombang yang tiba di pantai
membentuk sudut 800 atau 100 terhadap pantai.
55
Gambar 23 Model Arah Datang Gelombang Pada Musim Barat (Atas) dan
Peralihan 1 (Bawah)
Pada musim timur gelombang yang datang dari arah timur dengan besar
sudut yang dibentuk 119-1370 (Gambar 24).
Dari pola yang terlihat
menunjukan dinamika perubahan arah rambatan sangat tinggi jika
dibandingkan dengan musim lain.
Selain itu arah perambatan akan
membentuk sudut yang kecil ketika mendekati garis pantai. Untuk musim
peralihan 2 arah datang gelombang dari barat membentuk sudut 8-470
untuk semua wilayah model atau disebut arah datang gelombang
homogen. Keseragaman yang terjadi diduga terkait dengan bentuk garis
pantai yang miring dan arah datang angin dari barat laut serta kontur
kedalaman yang juga miring seperti garis pantai.
Perubahan arah rambat atau datang gelombang ketika mendekati garis
pantai atau disebut refraksi tirjadi karena pengaruh kontur topografi dasar
perairan dan juga bentuk garis pantai apakah sejajar, miring ataukan
membentuk lengkungan (teluk) dan runcing (tanjung).
56
Gambar 24 Model Arah Datang Gelombang Pada Musim Timur (Atas) dan
Peralihan 2 (Bawah)
4.2. Sedimen
4.2.1. Distribusi Sedimen Pada Daerah Teluk
Dari hasil analisis butiran sedimen pada bulan Maret 2007 diketahui bahwa
sedimen yang terdistribusi pada perairan Teluk Indramayu berkisara dari kerikil –
lempung dan didominasi oleh lempung dengan ukuran 50 % dari rata-rata ukuran
sedimen <0.004 mm. Pada Tabel 11 terlihat bahwa di stasiun 1-5, 17 dan 19 nilai
mean (D50) berada pada kisaran nilai lempung (clay) yang menunjukan bahwa
dominansi lempung tersebut sangat tinggi jika dibandingkan dengan ukuran
butiran lainnya.
Sedangkan pada stasiun 6-16 dan 18 nilai meannya (D50)
berada pada kisaran lanau (silt) yang menunjukan bahwa dominasi butiran
lempung tidak terlalu besar.
Kondisi ini diperkuat oleh hasil perhitungan sorting
(besar bias antara mean dan nilai tengah) adalah seragam pada semua stasiun
pengukuran yakni very well sorted yakni kondisi biasnya sangat kecil, maka
57
variasi dominasi butirannya sangat kecil. Skweness yang menggambarkan arah
sebaran butiran secara menyeluruh adalah near symetrical kecuali stasiun 7
adalah very coarse skewed, itu berarti dominasi butiran lebih mengarah ke
butiran kisaran ukuran tertentu besar, sedangkan pada stasiun 7 arah sebaran
dominasi butiran sangat kecil. Kurtosisnya secara menyeluruh very platykurtik
yang menunjukan bahwa pola sebaran yang terbentuk hampir seragam untuk
semua ukuran butiran, namun begitu ini juga bisa berarti terjadi dominasi yang
pada ukuran terbesar atau terkecil dan dari hasil yang diperoleh ternyata
menggambarkan terjadi dominasi pada ukuran terkecil (Dyer, 1990).
Tabel 11 Hasil Analisis Parameter Statistik Sedimen Dasar Teluk Indramayu Pada
Bulan Maret 2007.
Stasiun
Pengamatan
Mean
Sorting
Skweness
Kurtosis
1
0.0013
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
2
0.0013
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
3
0.0013
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
4
0.0013
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
5
0.0013
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
6
0.0210
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
7
0.0417
very well sorted
very coarse skewed
very platykurtik
8
0.0613
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
9
0.0613
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
10
0.0013
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
11
0.0833
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
12
0.0613
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
14
0.0210
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
15
0.0210
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
16
0.0613
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
17
0.0013
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
18
0.0210
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
19
0.0013
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
Pada survei Juli 2007 diketahui kisaran ukuran butiran sedimen yang
terdistribusi antara kerakal – lempung, dimana dominasi butiran adalah lanau
(0.004 - 0.063 mm) dan lempung (>0.004 mm). Tabel 12 memperlihatkan bahwa
stasiun 1 - 7 dan 14 – 19 nilai mean (D50) berada pada kisaran lanau (silt)
dengan ukuran butiran 0.004 – 0.063 mm, sedangkan stasiun 12 berada pada
kisaran pasir sedang atau fine sand dengan ukuran 0.25 – 0.5 mm dan stasiun
13 berada pada kisaran pasir sangat halus atau very find sand dengan ukuran
0.063 – 0.125 mm. Sortingnya adalah very well sorted yang berati bias kisaran
dominasi butiran pada setiap stasiun tidak terlalu besar. Nilai skeness adalah
near symetrical yang menunjukan bahwa arah sebaran dominasi butiran lebih ke
58
ukuran tertentu sedang, sedangkan stasiun 12 dan 16 skwenessnya adalah very
coarse skewed menunjukan bahwa arah sebaran butiran pada kedua stasiun
sangat kecil. Kurtosisnya secara menyeluruh very platykurtik yang menunjukan
bahwa pola sebaran yang terbentuk hampir seragam untuk semua ukuran
butiran, namun begitu ini juga bisa berarti terjadi dominasi yang pada ukuran
terbesar atau terkecil dan dari hasil yang diperoleh ternyata menggambarkan
terjadi dominasi pada ukuran terkecil (Dyer, 1990).
Tabel 12 Hasil Analisis Parameter Statistik Sedimen Dasar Teluk Indramayu pada
Bulan Juli 2007.
Stasiun
Mean
Sorting
Skweness
Kurtosis
Pengamatan
1
0.0210
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
2
0.0210
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
3
0.0407
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
4
0.0407
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
6
0.0210
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
7
0.0407
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
8
0.1040
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
9
0.1040
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
10
0.1040
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
11
0.0613
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
12
0.3530
verry well sorted
very Coarse skewed
very platykurtik
13
0.0833
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
14
0.0407
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
15
0.0407
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
16
0.0623
verry well sorted
very Coarse skewed
very platykurtik
17
0.0407
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
18
0.0407
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
19
0.0407
verry well sorted
Near symetrical
very platykurtik
Secara menyeluruh terlihat bahwa kondisi distribusi sedimen pada Maret
dan Juli sebenarnya agak mirip yaitu didominasi oleh ukuran butiran kecil (lanau
dan lempung). Tapi begitu, sebaran nilai mean menunjukan bahwa dinamika
perairan Teluk Indramayu pada bulan Juli lebih besar dari pada bulan Maret,
karena nilai mean sedimen pada bulan Maret berkisar antara ukuran butiran
<0.004 – 0.063 mm sedangkan pada bulan Juli berkisar antara ukuran butiran
<0.004 – 0.5 mm.
59
4.2.2. Distribusi Dan Arah Transpor Sedimen Dekat Pantai
Distribusi sedimen dekat garis pantai dapat memberikan gambaran tentang
profil dan dinamika pantai tersebut.
Hasil yang didapat dari 7 transek
pengukuran menunjukan ada suatu dinamika yang terjadi sepanjang pantai
tersebut (Tabel 13)
Transek 1. Kisaran nilai meannya berada pada ukuran butiran <0.004 (lempung)
-0.25 mm (pasir sedang/fine sand), dimana titik pertama memiliki
kisaran nilai terkecil dibandingkan dengan ketiga titik lainnya, hal ini
menunjukan bahwa ukuran butiran sedimen dengan ukuran sangat
kecil (lempung) lebih terkonsentrasi pada garis pantai.
Nilai
sortingnya very well sorted (bias antara mean dan nilai rata-rata
kecil) ini menunjukan dominasi ukuran butiran pada setiap titik
berada pada kisaran nilai mean yang ada. Skwenessnya beragam
dari near symetrical (titik 3) yang menunjukan dominiasi yang terjadi
memiliki arah sebaran yang sedang; coarse skewed (titik 2 dan 4)
dominasi yang terjadi memiliki arah sebaran agak kecil; dan very
coarse skewed (titik 1) dominai yang terjadi memiliki arah sebaran
sangat kecil. Kurtosisnya very platykurtik yang menunjukan bahwa
pola sebarannya hampir merata untuk semua ukuran butiran atau
terjadi dominasi pada ukuran yang berada pada kelas terendah atau
tertinggi.
Dari kondisi yang terjadi dengan kisaran yang ada, boleh dikatakan
ada beberapa hal yang terjadi diantaranya terjadi perpindahan
sedimen dengan kisaran ukuran yang sama yaitu 0.125 – 0.25 (pasir
halus) dengan cara saltining (melompat) dari titik 4 ke titik 2, hal ini
ditunjukan dengan kisaran nilai pada titik 2 dan 4 berada pada 1
kisaran sedangkan pada titik tiga mengalami penurunan nilai yang
menunjukan ada penurunan tekanan yang terjadi. Ukuran butiran
lempung yang dominan pada titik 1 bukan berarti bahwa besar
tekanan pada bagianb pantai di transek ini kecil tetapi ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pantai yang merupakan daerah
sawah rusak akibat abrasi.
Transek 2. Nilai meannya berkisar antara 0.001-0.750 dengan nilai terbesar ada
pada titik 1 (0.750) ini menunjukan bahwa sedimen berukuran pasir
kasar (coarse sand) mendominasi garis pantai kemudian kearah laut
60
sudah di dominasi oleh lempung (clay/lumpur). Nilai sortingnya very
well sorted menunjukan besar bias antara mean dan nilai tengah
sangat tipis yang berarti dominasi ukuran butiran masih berada pada
kisaran nilai mean. Skweness very coarse skewed (titik 1,2 dan 5)
dominasi arah sebaran sangat kecil dan near symetrical (titik 3-4)
dominasi arah sebaran sedang/besar. Kurtosisinya very paltykurtik
dengan demikian pola sebaran mendatar tapi terjadi penumpukan
pada bagian ukuran terendah.
Dari kondisi yang ternyata pada transek 2 (dua) terlihat bahwa
dominasi sedimen coarse sand, mengingat lokasinya tepat pada
daerah bekas tambak udang yang struktur tanahnya agak kasar dan
padat. Proses transport yang terjadi sangat lambat dengan
kecepatan arus yang lambat sehingga yang domininan berpindah ke
laut adalah sedimen berukuran kecil.
Transek 3.
Nilai meannya berkisar antara 0.083-0.499 dengan nilai terbesar
pada titik 2 (0.499) ukuran butirannya pasir sedang (fine sand), dari
nilai mean yang ada terlihat bahwa distribusi ukuran butiran sedimen
dari arah laut semakin menurun yang didominasi oleh pasir halus
(fine sand); pasir sangat halus (very fine sand) dan lanau (silt),
kemudian menjadi pasir sedang (medium sand) dan di garis pantai
pasir halus lagi.
Sortingnya very well sorted yang menunjukan
bahwa dominasi yang terjadi dominan oleh sedimen dengan kisaran
nilainya disekitar nilai mean. Skwenessnya very coarse skewed (titik
2 dan 4) berarti dominasi yang terjadi memiliki arah sebaran sangat
kecil, coarse skewed (titik 4 dan 5) dominasi arah sebarannya agak
kecil dan near symetrical (titik 1) dominasi arah sebarannya sedang.
Kurtosisnya very platykurtik, pola distribusinya mendatar namun
terjadi penumpukan yang besar pada kisaran ukuran butiran bagian
terendah atau terbesar.
Kondisi yang ada menggambarkan bahwa besar tekanan dari arah
laut mengalami penurunan yang digambarkan oleh kisaran ukuran
nilai mean yang menurun ke arah darat, tapi pada titik 2 (dua)
dimana ukuran butiran besar menumpuk diduga disebabkan karena
sekitar titik ini merupakan pertemuan gelombang yang datang dari
arah laut dan gelombang yang berbalik dari pantai sehingga
61
tekanannya meningkat. Sedangkan pada daerah pantai ukurannya
dipengaruhi struktur tanah bagian darat yang merupakan bekas
lahan sawah yang sudah tidak dikelola lagi.
Tabel 13 Hasil Analisis Parameter Statistik Sedimen Pantai Teluk Indramayu (Juli 2007)
Transek
1
2
3
4
5
6
7
Mean
Sorting
Skweness
Kurtosis
a.
0.001
very well sorted
very coarse skewed
very platykurtik
b.
0.249
very well sorted
coarse skewed
very platykurtik
c.
0.083
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
d.
0.207
very well sorted
coarse skewed
very platykurtik
a.
0.750
very well sorted
very coarse skewed
very platykurtik
b.
0.001
very well sorted
very coarse skewed
very platykurtik
very platykurtik
c.
0.001
very well sorted
near symetrical
d.
0.001
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
e.
0.042
very well sorted
very coarse skewed
very platykurtik
a.
0.167
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
b.
0.499
very well sorted
very coarse skewed
very platykurtik
c.
0.083
very well sorted
very coarse skewed
very platykurtik
d.
0.124
very well sorted
coarse skewed
very platykurtik
e.
0.167
very well sorted
coarse skewed
very platykurtik
a.
0.417
very well sorted
very coarse skewed
very platykurtik
b.
0.250
very well sorted
very coarse skewed
very platykurtik
very platykurtik
c.
0.001
very well sorted
near symetrical
d.
0.001
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
e.
0.083
very well sorted
coarse skewed
very platykurtik
a.
0.250
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
b.
0.833
very well sorted
very coarse skewed
very platykurtik
c.
0.001
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
d.
0.001
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
e.
0.001
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
a.
0.125
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
b.
0.001
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
c.
0.021
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
d.
0.021
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
e.
0.001
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
a.
0.375
very well sorted
very coarse skewed
very platykurtik
b.
0.001
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
c.
0.001
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
d.
0.125
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
e.
0.165
very well sorted
near symetrical
very platykurtik
Transek 4. Kisaran nilai mean antara 0.001-0.417 dengan nilai tertinggi 0.417
yang berada pada kisaran ukuran butiran 0.25–0.5 mm (pasir
sedang atau medium sand). Sortinggnya sama untuk tiap titik yakni
very well sorted berati bias yang terjadi sangat kecil karena itu
dominasi butiran sedimen masih berada di sekitar ukuran nilai mean.
62
Skwenessnya very coarse skewed (titik 1 dan 2) dominasi arah
sebaran butiran sangat kecil, near symetrical (titik 3 dan 4) dominasi
arah sebaran butiran sedang dan coarse skewed (titik 5) dominasi
arah sebaran butiran kecil. Kurotisinya verry platykurtik yang berarti
pola sebarannya mendatar tapi mengalami dominasi pada ukuran
terendah atau tertinggi.
Pola ini menunjukan bahwa tekanan semakin berkurang ke arah
pantai karena itu ukuran butiran sedimen semakin kecil, dimana
sedimen butiran pasir sedang (medium sand) yang dominan di titik 2
mengalami perpindahan dari titik 1. Diduga kedalaman pada titik 3
dan 4 lebih dalam dari titik 5, sebab itu tekanan yang diterima kecil
sehingga didominasi oleh ukuran butiran yang kecil.
Transek 5. Nilai mean berkisar antara 0.001-0.833, nilai tertingginya
berada
pada titik 2 dengan kisaran ukuran pasir kasar. Sortingnya very well
sorted yang berarti secara keseluruhan diminasi butiran pada semua
titik masih berada pada kisaran nilai mean.
Skwenessnya near
symetrical (titik 1 dan 3-5) yang berarti arah dominasi butiran sedang
dan titik 2 very coarse skewed yang berarti arah dominasi butiran
sangat kecil.
Kurtosisnya adalah very platykurtik, artinya pola
distribusinya mendatar tapi terjadi penumpukan atau dominasi
berlebihan pada ukuran terendah atau tertinggi dari kisaran sedimen
yang ada.
Dengan pola yang demikian, diduga besar tekanan pada titik 3 – 5
adalah sama sebab kisaran butirannya adalah lempung, sedangkan
pada sekitar titik 2 tekanan meningkat karena daerah ini merupakan
pertemuan gelombang yang datang dari laut dan yang balik dari
pantai. Pada titik 1 lebih kepada pengaruh struktur tanah agak gasar
dari tanah bekas sawah.
Transek 6. Nilai mean berkisar antara 0.001-0.125, dimana nilai terbesar berada
pada titik 1 dengan ukuran butiran pasir sedang (medium sand).
Sortingnya very well sorted artinya ukuran butiran yang dominan
pada tiap titik masih berada pada kisaran nilai mean sebab bias
antara mean dan nilai tengah sangat kecil. Skwenessnya adalah
near symetrical artinya dominasi arah sebaran butiran sedang.
Kurtosisnya very platykurtik yang menunjukan pola sebaran
63
mendatar tapi ada penumpukan pada ukuran butiran terendah atau
tertinggi pada kisaran butiran yang didapat.
Kondisi yang ada menunjukan besar tekanan pada transek ini
hampir sama hanya di bagian garis pantai, sedimennya didominasi
oleh tanah dari sawah yang tidak termanfaatkan lagi.
Gambar 25. Cara Sedimen Mengalami Perpindahan (Transpor) Dari Satu
Titik Ke Titik Yang Lain (Sumber. Anthoni, 2000).
Transek 7. Nilai mean berkisar antara 0.001-0.375 dimana nilai tertingginya
0.375 pada titik 1, dengan ukuran butiran pasir sedang (medium
sand). Sortingnya very well sorted yang artinya ukuran butiran yang
dominan pada tiap titik masih berada pada kisaran nilai mean sebab
bias antara mean dan nilai tengah sangat kecil. Skwenessnya very
coarse skewed pada titik 1 artinya dominasi arah sebaran butiran
sangat kecil dan pada titik 2-4 adalah near symetrical artinya
dominasi arah sebaran butiran sedang. Kurtosisinya very platykurtik
yang menunjukan pola sebaran mendatar tapi ada penumpukan
pada ukuran butiran terendah atau tertinggi pada kisaran butiran
yang didapat.
Kondisi menggambarkan bahwa tekanan yang diperoleh semakin
kepantai semakin kecil, sedangkan pada daerah pantai walaupun
tekanannya kecil tapi sedimen yang ada disitu masih didominasi oleh
tanah daratan yang merupakan daerah bekas sawah.
Dari data sebaran sedimen ke tujuh transek diatas menunjukan bahwa
besar tekanan akan semakin menurun menuju garis pantai, walaupun pada
64
transek 3 dan 5 tekanan meningkat ketika berada sangat dekat dengan garis
pantai hal ini lebih disebabkan karena daerah tersebut merupakan daerah
pertemuan gelombang yang datang dari laut dengan gelombang yang bergerak
balik dari garis pantai. Umumnya di bagian garis pantai ukuran butiran yang
besar lebih dipengaruhi oleh struktur tanah diatasnya yang memiliki struktur tidak
stabil, karena pernah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan sawah dan
lokasi pertambakan udang.
Proses perpindahan antar titik yang terjadi pada sedimen, bisa secara
rolling ata creep, saltation atau jumping dan suspension atau dust storm
sederhananya di tampilkan oleh Gambar 25. Dari kisaran nilai yang diperoleh,
dapat dikatakan bahwa sedimen pada titik yang jauh dari pantai perpindahannya
secara saltattion dan suspensio sedangkan pada bagian garis pantai adalah
rolling. Proses perpindahan tersebut sangat dipengaruhi oleh gelombang, arus
dan pasang surut. Untuk arah pergerakan menyusur pantai mengacu dari hasil
analisis sediment trap, seperti yang terlihat pada Tabel 13.
Menurut BAPPEDA Jawa Barat (2007) Endapan Pantai dan Pematang
Pantai Indramayu disusun oleh pasir berukuran halus sampai kasar, kadangkadang mengandung lanauan lempung, daya dukung pondasi kecil sampai
sedang, nilai keterusan terhadap air sedang sampai besar.
Endapan Laut
terbentuk dari lempung abu-abu sampai biru, lunak, daya dukung terhadap
pondasi kecil, keterusan terhadap air kecil.
Sedangkan menurut Darlan (2007) Sedimen yang tersebar di perairan
Indramayu terdiri atas pasir, pasir lanauan, lanau pasiran, lanau dan lempung.
Pasir biasanya tersebar sepanjang pantai dan masih dapat ditemui pada
kedalaman laut antara 0 - 1 meter. Berdasarkan analisis laboratorium sedimen
pasir tersebut berupa pasir berbutir halus dan sedang, berwarna cokelat gelap,
abu-abu gelap, terdiri atas material organik dan cangkang moluska (5%), sedikit
mineral kuarsa (10%), dan sebagian besar berupa fragmen batuan dan mineral
hitam (85%). Pasir tersebut berasal dari endapan Sungai Cimanuk, selanjutnya
disebarkan ke arah sepanjang pantai oleh arus laut. Endapan pasir lanauan
(lanau butiran sedimen yang lebih halus dari pasir) umumnya tersebar di sekitar
muara-muara sungai yang terdapat di daerah survei pada kedalaman laut antara
1 - 2 m.
Pasir lanauan itu berwarna abu-abu kecokelatan dan abu-abu gelap,
terdapat kepingan moluska kurang dari 5%. Pasir yang terdapat pada endapan
pasir lanauan tersebut berasal dari endapan sungai yang bercampur dengan
65
endapan sedimen laut akibat arus turbulen. Endapan lanau pasiran sebagian
besar (60% dari total area survei) tersebar di sepanjang pesisir Karangsong
hingga Tanjung Ujungan pada kedalam air laut antara 2 – 8 m. Endapan tersebut
berwarna abu-abu kehijaun dab abu-abu gelap terdiri atas lebih dari 75% mineral
kuarsa dan kepingan organik seperti kayu dan butiran karbon, sisanya berupa
mineral lempung, karbonat, dan mineral berat (besi dan magnetit).
Tabel 14
Hasil Perhitungan Sedimen yang Tertampung Oleh Trap
pada Bulan Juli 2007
Stasiun
Sedimen terperangkap
(gr/jam)
Azimuth resultan
vector
1
1,30
98,53º
2
1,15
51,84º
3
0,32
89,75º
4
4,36
63,60º
5
2,27
34,25º
6
1,17
58,57º
Laju pengendapan sedimen yang terukur lewat sedimen trap pada bulan
Juli 2007 berkisara antara 0.32 - 4.36 g/jam, dimana jumlah terbesar adalah 4.36
g/jam pada stasiun 4 dan yang terendah 0.32 g/jam pada stasiun 3, dengan nilai
rata-ratanya 1,76 gr/jam (Tabel 14). Azimuth resultan vector menunjukan bahwa
umumnya sedimen ditranspor sejajar garis pantai dari arah timur dan timur laut.
Arah pergerakan ini sesuai dengan arah pergerakan arus sepanjang pantai pada
bulan Juli 2007 (Gambar 23).
Perubahan besar sudut datang arah transpor
sedimen dipengaruhi oleh letak garis pantai yang agak miring ke tenggara
sehingga pada setiap titik stasiun arah pergerakan arus mengalami perubahan
mengikuti kemiringan yang ada. Diketahui bahwa arah transpor sedimen
menyusur pantai ini juga menunjukan arah pergerakan arus menyusur pantai
(longshore current) yang terjadi sepanjang pantai sebagai akibat dari pergerakan
gelombang (Komar, 1983 dan Prasetya, 1994).
Dari Gambar 28 juga bisa
dikatakan bahwa pada bulan Maret arah transport sedimen mengalami
perubahan, yakni akan bergerak dari arah Barat dan barat laut. Kondisi tersebut
masih terkait dengan apa yang terjadi pada bulan Juli, dimana arah datang
gelombang dan posisi pantai terhadap arah datang gelombang punya pengaruh
terhadap apa yang terjadi.
66
Gambar 26 Proses Pemasangan Sedimen Trap
Hasil perhitungan volume sedimen yang ditranspor sepanjang pantai
berdasarkan data gelombang menunjukan bahwa kisarannya antara 0.13-11.83
kg/hr. Volume sedimen tersuspensi terbesar terjadi pada musim barat.
Dari
nilai yang ada memperlihakan bahwa laju transpor sedimen sepanjang pantai
sangat di pengaruhi oleh dinamika gelombang yang tiba di pantai.
Hasil
perhitungan ini juga dinilai masih relevan jika dibandingkan dengan hasil
pengukuran sedimen transpor (Tabel 15) dilapangan.
Dimana kisaran nilai
perhitungan volume transpor sedimen pada musim timur berkisara antara 0.302.09 kg/hr sedangkan rata-rata transpor sedimen saat sampling di bulan Juli
2007 sebesar 1,76 gr/jam. Menurut Sorensen (1991) angkutan sedimen
menyusur pantai merupakan hasil dari pengadukan sedimen oleh gelombang
yang pecah, proses tersebut berhubungan dengan arah gelombang mendekati
pantai dan sudut yang dibentuk oleh puncak gelombang terhadap pantai.
Tabel 15 Volume Transpor Sedimen yang di Hitung Berdasarkan Komponen
Gelombang dan Pengaruh Kecepatan Longshore Current.
Hb
Qi
Musim
γb
(Kg/hr)
(m)
Barat
0.19-1.17
0.78
0.13-11.83
Peralihan I
0.19-1.08
0.78
0.13-9.81
Timur
0.23-0.71
0.78
0.30-2.09
Peralihan II
0.23-0.81
0.78
0.21-4.81
67
4.3. Pasang Surut
Berdasarkan Lampiran 13 nilai koefisien pasang surut diketahui
komponen pasut yang digunakan untuk menentukan tipe pasang surut
diantaranya O1 sebesar 5.0; K1 (14.0); M2 (10.0) dan S2 (10). Dari nilai-nilai yang
ada hasil perhitungan untuk besar nilai Formzal (F) adalah 0.730769 dengan
demikian sesuai Kriteria Courtier, maka tipe pasang surut pada perairan Teluk
Indramayu adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda atau (mixed
tide prevailing semidiurnal).
Gambar 27 menunjukan pasang surut yang terjadi di perairan Teluk
Indramayu 2 (dua) kali sehari, artinya terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut tapi
tingginya tidak sama. Kedua pola tersebut sama seperti yang digambarkan oleh
Wyrtki (1961) dan Pariwono dalam Ongkosongo dan Suyarso (1989).
Berdasarkan data prakiraan dari dua stasiun (Tanjung Priok dan Cirebon), tipe
pasut di wilayah pantai Jawa Barat bagian utara termasuk kategori campuran
mengarah ke semidiurnal. Kisaran maksimum tinggi pasang dan surut terbesar
adalah 1 m dan kisaran tinggi pasang dan surut (tidal range) adalah 0,5 - 0,7 m
(Dishidros-TNI AL, 2000 dalam BAPPEDA Jawa Barat, 2007).
Jika dilihat dari pola grafik yang ada, dapat dikatakan bahwa pasang
surut di Cirebon (Dishidros) lebih dahulu terjadi dari Teluk Indramayu (lapangan)
dengan perbedaan waktunya 1 (satu) jam lebih. Bila kondisinya seperti demikian
pada saat terjadi pasang surut massa air yang bergerak lebih dahulu mencapai
perairan pantai Cirebon baru kemudian mencapai perairan pantai Teluk
Indramayu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada bulan Maret massa
air yang masuk di perairan Teluk Indramayu bergerak dari arah timur.
Keberadaan pasang surut punya kaitan dengan kestabilan pantai. Pada
saat pasang tertinggi, massa air bisa mencapai garis pantai yang paling atas.
Dengan sendirinya jika terjadi gelombang, maka tekanan dari gelombang dapat
mencapai bagian teratas pantai, sehingga bisa mengangkut sedimen yang
terdapat dibagian atas pantai ke arah laut. Selain itu arus pasang surut yang
mencapai garis pantai sangat mempengaruhi dinamika sedimen sepanjang
pantai. Menurut USACE (1998) ada 3 (tiga) hal penting dari pasang surut yang
sangat mempengaruhi proses geologi pantai, yaitu 1) hasil perubahan muka air
secara periodik di bagian pantai yang berbeda menunjukan energi gelombang
harian secara keseluruhan, 2) arus pasang surut dapat menyebabkan erosi dan
68
transpor sedimen dan 3) pasang surut menyebabkan massa air masuk-keluar
pada perairan teluk.
dishidro
s
lapanga
Kisaran Nilai Pasut (m)
0.4
0.2
0
1
24
47
70
93
116
-0.2
-0.4
-0.6
Waktu Pengukuran (Jam )
Gambar 27. Garfik Pola Pasang Surut Perairan Teluk Indramayu. Hasil Pengukuran Pasang
Surut Pada 26-31 Maret 2007 dan Pengukuran Dishidros Pada Bulan Maret
2007 (Sumber Data : Jawatan Hidro-Oseanografi TNI-AL, 2007).
4.4. Arus
4.4.1. Pola Pergerakan Arus Pada Teluk
Pada Gambar 28 dan 29 terlihat bagaimana pola pergerakan arus di Teluk
Indramayu. Secara menyeluruh arus bergerak dari timur kemudian memasuki
wilayah teluk, pada bulan Maret terlihat bahwa arah tidak langsung membelok
memasuki teluk tapi bergerak terus mendekati tanjung sebalah barat kemudian
membelok memasuki bagian dalam teluk dengan arah gerak barat ke timur
kemudian membelok lagi dan bergerak searah dengan arus di bagian depan
teluk dekat bagian tanjung sebelah timur, pola sebaran ini juga menunjukan pola
pergerakan eddies. Kecepatan rata-rata arus berkisar antara 0.012-0.024 m/det.
Jika didasarkan pada posisi bujur dan lintang (Lampiran 14), dapat dikatakan
bahwa
kekecapatan rata-rata dari massa air yang bergerak dari arah timur
mengalami perlambatan yaitu 0.024 m/det menjadi 0.014 m/det pada lintang <
6.220 dan 0.022 m/det menjadi 0.013 m/det pada lintang 6.230 – 6.240, kemudian
arah pergerakan mengalami perubahan dengan berbelok ke bagian dalam teluk.
Perlambatan yang terjadi disebabkan oleh massa air yang bergerak memasuki
perairan yang lebih dangkal sehingga terjadi gesekan yang mengakibatkan
pergerakannya diperlambat. Sedangkan pembelokan arah gerak kedalam teluk
disebabkan oleh pengaruh angin yang bertiup dari arah barat laut dan utara
(Lampiran 2). Kecepatan massa air yang bergerak memasuki teluk meningkat
69
ketika berada di sekitar lintang 6.230 – 6.240 dan bujur 108.030-108.070 (dari
0.012 menjadi 0.021 m/det), perubahan tersebut di pengaruhi oleh angin dan
perubahan kedalam. Semakin kebagian dalam teluk kecepatan arus menurun
bahkan mendekati konstan pada kecepatan antara 0.014 – 0.015 m/det.
Pada bulan Juli, arus yang bergerak dari arah timur ketika mencapai
tanjung bagian timur terbagi dua yaitu ada langsung berbelok memasuki teluk
dan tetap bergerak lurus ke arah barat, didalam teluk sendiri arus tidak
membentuk pola pergerakan melingkar tapi langsung bergerak kearah barat dan
bergabung dengan arus yang bergerak di bagian depan teluk. Kecepatan ratarata arus berkisar antara 0.17-0.32 m/det. Jika didasarkan pada posisi bujur
lintang, kecepatan aliran di bagian luar (mulut teluk) pada lintang < 6.220 massa
air yang bergerak dari arah timur mengalami perubahan dari lambat ke cepat
kemudian lambat dan akhirnya cepat lagi (Tabel 16 dan 17).
Perubahan ini
diakibatkan oleh terpecahnya aliran, ada bagian yang tetap bergerak ke barat
tapi sebagian lagi berbelok memasuki bagian dalam teluk. Bagian yang bergerak
ke bagian dalam teluk, kecepatannya juga menurun dari 0.032 m/det menjadi
0.024 m/det, tapi arahnya berubah menuju ke barat dengan kecepatan
meningkat (0.025 m/det), kemudian menurun menjadi 0.017 m/det, perubahan
arah dan kecepatan ini di pengaruhi oleh angin yang dominan bertiup dari arah
timur (Lampiran 2).
Gambar 28.
Pola Pergerakan Massa Air Di Teluk Indramayu Pada Bulan Maret
2007. (sumber : Wahyu BS – P2O LIPI)
Secara keseluruhan terlihat bahwa kecepatan arus pada Teluk Indramayu
mengalami perlambatan ketika massa air bergerak semakin ke dalam teluk.
Keberadaan angin sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perubahan arah
aliran massa air diperkuat oleh angin, di ketahui pada bulan Maret angin dominan
70
bergerak dari arah utara (57,78%) dan barat laut (22,22%) menyebabkan massa
air yang bergerak ke barat mengalami pembelokan arah kebagian dalam teluk,
sedangkan pada bulan Juli 2007 arah pergerakan angin dominan dari Timur
(66,67%), sehingga massa air yang bergerak akan mengarah ke barat.
Tabel 16 Kecapatan Arus di Perairan Teluk Indramayu pada Bulan Maret 2007
Berdasarkan Posisi Lintang dan Bujur.
Posisi
Kecepatan Arus (m/det)
Lintang
<60.22’
60.23’-60.24’
60.25’-60.27’
60.28’-60.30’
>60.30’
0
0
107 .88’-107 .92’
0.014
0.013
-
-
-
1070.93’-1070.97’
0.021
0.014
0.012
-
-
107 .98’-108 .02’
0.020
0.014
0.013
0.015
-
1080.03’-1080.07’
0.023
0.021
0.021
0.015
0.015
0.024
0.022
0.017
0.014
0.015
Bujur
0
0
0
0
108 .08’-108 .15’
Gambar 29 Pola Pergerakan Massa air di Teluk indramayu pada Bulan Juli
2007 (Sumber : Wahyu BS – P2O LIPI).
Arus yang disebabkan oleh angin pada umumnya bersifat musiman,
dimana pada satu musim arus bergerak satu arah dengan tetap dan pada musim
berikutnya akan berubah arah sesuai arah angin yang terjadi (Pariwono, 1998).
Parameter arus permukaan mengikuti pola musim, yaitu pada musim barat
(Desember - Pebruari) arus permukaan bergerak ke arah timur dan pada musim
timur (Juni - Agustus) arus bergerak ke arah barat. Pada musim barat, arus
permukaan ini mencapai maksimum 0.656 m/det dan minimum 0.006 m/det,
sedangkan pada musim timur arus maksimum mencapai 0.592 m/det dan
minimum 0.006 m/det (PKSPL-IPB, 2000 dalam BAPPEDA Jabar, 2007).
71
Tabel 17 Kecapatan Arus di Perairan Teluk Indramayu pada Bulan Juli 2007
Berdasarkan Posisi Lintang dan Bujur.
Posisi
Kecepatan Arus (m/det)
Lintang
0
<6 .22’
60.23’-60.24’
60.25’-60.27’
60.28’-60.30’
>60.30’
0
0
107 .88’-107 .92’
0.032
0.017
-
-
-
1070.93’-1070.97’
Bujur
0.033
0.022
0.025
-
-
0
0
0.028
0.025
0.027
0.022
-
0
0
0.032
0.024
0.027
0.022
0.023
0
0
0.028
0.024
0.021
0.025
0.021
107 .98’-108 .02’
108 .03’-108 .07’
108 .08’-108 .15’
4.4.2. Arus Sepanjang Pantai
Salah satu aspek penting yang diakibatkan oleh penjalaran gelombang di
sekitar pantai adalah terbentuknya arus menyusur pantai atau longshore current
(Sorensen, 1991). Dari hasil perhitungan diperoleh kecepatan arus menyusur
pantai
Indramayu
berkisar
antara
0.14-0.34
m/det,
dimana
kecepatan
terbesarnya terjadi pada saat musim barat (0.14-0.34 m/det) dan kecepatan
terendah terjadi pada musim timur (0.15-0.27 m/det). Pada Tabel 18 terlihat
bahwa perubahan nilai kecepatan arus punya hubungan erat dengan fluktuasi
tinggi gelombang yang terjadi.
Tabel 18 Kecepatan Arus Menyusur Pantai (V) Permusim Yang Dihitung
Berdasarkan Tinggi Gelombang Pecah (Hb)Permusim
Musim
Hb (m)
V (m/det)
Arah
Musim Barat
0.19-1.17
0.14-0.34
Barat - Timur
Peralihan I
0.19-1.08
0.14-0.33
Barat - Timur
Musim Timur
0.23-0.71
0.15-0.27
Timur - Barat
Peralihan II
0.23-0.81
0.15-0.29
Barat - Timur
Menurut
Komar
(1983)
gelombang
yang
mencapai
pantai
membangkitkan sejumlah arus yang bergerak menyusur pantai. Arus tersebut
dihasilkan dari gradien fluks momentum (tegangan radiasi) akibat pengaruh
kemiringan gelombang pecah dipantai dan komponen angin menyusur pantai,
secara umum rata-rata kecepatan arus pantai adalah < 0.3 m/det tapi dapat
mencapai nilai yang lebih saat terjadi badai, kecepatan arusnya juga relatif
konstan di seluruh kolom air (Visser, 1991 dalam CHL, 2002).
72
4.5. Perubahan Garis Pantai
Daratan dan sedimen pesisir pada dasarnya dinamis bergerak menurut
dimensi ruang dan waktu. Gelombang pecah, arus pasang-surut, sungai,
tumbuhan pesisir, dan aktivitas manusia merupakan faktor yang dapat
menimbulkan perubahan dinamika pantai untuk membentuk suatu keseimbangan
dinamika pantai yang baru. Setiap kawasan pesisir tidak dapat semuanya
merespons terhadap seluruh proses perubahan tergantung pada beberapa faktor
seperti jenis sedimen, morfologi, kondisi geologi pantainya.
Tabel 19 Karakter Masing- Masing Sel/Segmen
Sel/
Segmen
Karakter
1
Daerah persawahan dan dataran agak tinggi
2
Daerah persawahan, bekas lokasi penanaman mangrove, lokasi
penambangan pasir, bekas tambak dan lokasi kuburan (rusak)
3
Bekas sawah, tambak dan daratan agak tinggi
4
Bekas sawah, bekas tambak dan daratan agak tinggi
5
Bekas sawah, bekas tambak dan daratan agak tinggi
6
Bekas sawah, bekas tambak dan daratan agak tinggi
7
Bekas sawah, sawah, muara sungai (Jeti) dan daratan agak rendah
8
Lahan darat agak tinggi, areal industri pemukiman dan tambak
Model analisis budget sediment yang diprediksi berdasarkan data
gelombang,
sudut
datang
gelombang,
densitas
sedimen
dan
perairan,
menunjukan bahwa setiap tahun, dari 2001 – 2006 terjadi pemunduran yang
mengarah perubahan garis pantai di Teluk Indramayu (tanda ‘-‘ menunjukan
terjadinya erosi pada pantai) dari pada penambahan garis pantai. Analisis
dilakukan berdasarkan arah datang gelombang terhadap pantai, sebab itu
dipisahkan untuk gelombang yang menyebabkan sedimen terangkut dari barat ke
timur dan timur ke barat. Kemudian dari kedua kondisi tersebut di bagi
berdasarkan skala waktu dan ruang.
Untuk transpor sedimen yang bergerak dari barat ke timur (Gambar 30),
dalam skala waktu (tahun) kisaran perubahan terbesar terjadi pada tahun 2001,
yaitu sebesar 0.84 m3/hari (pemunduran) sedangkan penambahannya sebesar
0.02 m3/hari.
Terkecil pada tahun 2002 dengan nilai pemundurannya 0.27
m3/hari dan penambahan 0.007 m3/hari.
perbedaan tinggi gelombang pertahun.
Perbedaan ini sebagai akibat dari
Berdasarkan sel/segmen atau secara
spasial, ternyata dari dari delapan sel/segmen yang ada 6 sel menunjukan terjadi
73
pemuduran atau terjadi erosi (sel/segmen 1,2,3,4,5 dan 8), 1 sel/segmennya
terjadi penambahan (sel/segmen 6) dan 1 tidak mengalami perubahan
(sel/segmen 7).
Erosi terbesar terjadi pada sel/segmen 2 dengan kisaran
nilainya 0.27–0.84 m3/hari; sel/segmen 3 dengan kisaran 0.10–0.30 m3/hari dan
sel/segmen dengan nilai terkecil adalah sel/segmen 5 (0.007 – 0.13 m3/hari).
Kisaran nilai penambahan berkisar antara 0.007 – 0.013 m3. Perbedaan spasial
yang terjadi ini sangat terkait dengan kedalaman perairan yang membentuk
kemiringan profil pantai dan sudut datang gelombang pada setiap sel/segmen.
Sedangkan sel/segmen yang tidak mengalami perubahan disebabkan karena
profil yang dipakai sebagai acuan memiliki nilai yang sama.
Untuk transpor dari timur ke barat (Gambar 31), dalam skala waktu (tahun)
pemunduran terbesar terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu 0.009-0.42 m3/hari,
kemudian tahun 2001 (0.006-0.34 m3/hari) dan 2005 (0.005-0.26 m3/hari).
Sedangkan yang terkecil pada tahun 2003 yaitu (0.001-0.08 m3/hari), perbedaan
yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan tinggi gelombang yang kemudian
mengakibatkan perbedaan kecepatan arus per tahun.
Secara spasial hasil
analisis menunjukan bahwa terjadi pemunduran pada semua sel/segmen di
masing-masing profil. Sel/segmen terbesar yang mengalami pemunduran pada
adalah sel/segmen 2 dengan kisaran pemundurannya 0.08-0.42 m3/hari dan
kemudian sel/segmen 1 dan 4 (0.06-0.20 m3/hari),
nilai pemunduran yang
terkecil adalah 0.001-0.006 m3/hari pada sel/segmen 3. diduga perbedaan yang
terjadi disebabkan karena perbedaan topografi atau kemiringan dasar perairan
dan sudut datang gelombang pada masing-masing segmen.
Jika kedua model barat-timur dan timur barat di gabung (Gambar 32)
terlihat bahwa di seluruh sel/segmen terjadi pemunduran, Itu berarti terjadi
perubahan.
3
m /hari)
Dalam skala waktu kondisi terbesar pada sel/segmen 2 (0.01–1.18
dan
terkecilnya
sel/segmen
tahun
2002
(0.00–0.40
m3/hari).
Berdasarkan skala spasial, pemunduran terbesar itu pada sel/segmen 2 yaitu
0.40-1.81 m3/hari dan yang terkecil sel/segmen 7, sebesar 0.00-0.01 m3/hari.
Dari tersebut juga dapat dikatakan bahwa perubahan garis pantai yang terjadi
lebih disebabkan oleh abrasi pantai.
Hasil analisis perubahan garis pantai dengan memanfaatkan citra landsat
tahun 2001 dan 2006 (Gambar 33), menunjukan secara menyeluruh garis pantai
telah mengalami pemunduran. Besar pemunduran tersebut berkisaran antara
12.23 – 242.07 meter dengan nilai rata-ratanya 119.34 meter.
Titik terkecil
74
berada sekitar 1070.92’ BT dan 60.25’ LS, sedangkan yang terbesar pada
1070.98’ BT dan 60.27’ LS. Dari kisaran nilai yang ada, dapat dikatakan bahwa
proses pemunduran garis pantai yang terjadi sepanjang pantai Indramayu
pertahun berkisar antara 2.04 – 40.34 m/thn dengan rata-ratanya 19.89 m/thn.
Bila kisaran nilai pemunduran dari hasil analisa citra landsat di buat per
sel/segmen (Gambar 34). Terlihat bahwa pemunduran maksimal berkisar antara
150-240 m, dimana nilai terbesar pada sel/segmen 6 (240 m) dan 8 (230 m).
Sedangkan nilai terendah pada sel/segmen 5 (150 m).
Perbedaan nilai pemunduran pada bagian pantai diduga disebabkan oleh
perbedaan karakter pantai. Secara umum kondisi pantai Teluk Indramayu sangat
terbuka terhadap dinamika perairan sebagai akibat dari hilangnya hutan bakau
sebagai pelindung pantai. Tapi pada bagian-bagian tertentu telah dibangun talud
khususnya daerah yang dekat dengan wilayah pemukiman dan lokasi industri.
Biasanya pada daerah ini kondisinya agak stabil dibandingkan dengan daerah
lain yang tidak terlindungi.
Dari Tabel 19 terlihat bahwa hampir sepanjang pantai lahan darat yang
bearda dekat dengan garis pantai sudah mengalami perubahan fungsi sebagai
areal yang pernah dan telah dikelola oleh masyarakat. Artinya bahwa ketika
kawasan tersebut mengalami perubahan fungsi, maka kemampuan kawasan
tersebut untuk mempertahankan kestabilannya akan sangat labil. Khsusunya
pada daerah yang beralih fungsi sebagai lahan sawah dan tambak, kondisisnya
sangat rentan sebab tanahnya dikelola oleh masyarakat dengan memanfaatkan
begitu banyak air dan struktur tanahnya tidak rapat, sehingga bila tekanan yang
datang dari laut terus menerus akan sangat mudah kawasan tersebut mengalami
kerusakan.
Hal ini juga terkait dengan porositas sedimen yang berada di
kawasan tersebut yang umumnya didominasi oleh ukuran silt dan clay. Sebab
jika sedimen yang dominan berukuran kecil porositasnya sangat kecil tapi sangat
mudah mengalami perpindahan atau mudah untuk ditranspor walaupun tekanan
yang diberikan agak kecil.
Kondisi ini terjawab dari distribusi sedimen pada
daerah tersebut, dimana hasilnya menunjukan bahwa pasang surut, gelombang
dan arus sepanjang pantai (longshore current) memiliki peran yang sangat besar
terhadap transpor sedimen sepanjang pantai.
Kedua hasil analisis menunjukan bahwa terjadi perubahan garis pantai dan
polanya terlihat pada sel/segmen 2, namun begitu jika di padukan ada
perbedaan.
Hal ini disebabkan karena dalam metode budget sediment garis
75
pantai dianggap lurus dan karakter dibangun berdasarkan profil topografi,
sedangkan dari citra satelit kondisinya berbeda sebab profil topografi diabaikan
dan yang menjadi karakter utama adalah pola garis pantai yang dianggap tidak
lurus tapi berlekuk sebab hasil analisis citranya memberikan gambaran yang
sangat jelas.
Dari hasil permodelan dinamika gelombang permusim kemudian dihitung
transpor sedimen dengan menggunakan konsep budget sediment memanfaatkan
kisaran nilai tinggi, periode dan arah datang gelombang. Hasilnya menunjukan
bahwa (Gambar 35) sepanjang pantai terjadi perubahan tapi tidak secara
keseluruhan hanya pada sel-sel tertentu. Jika dipilah berdasarkan skala waktu,
bisa dikatakan bahwa perubahan terbesar terjadi pada musim barat (3,12 m3/hr),
dimana besaran yang ada menggambarkan perubahan tersebut hanya terdapat
di dua segmen, artinya ketika terjadi abrasi pada segmen 11 kemudian
diendapkan (akresi) pada segmen 13.
Untuk skala ruang, perubahan yang
terbesar terjadi pada segmen 11 dan 13, tapi yang untuk setiap musim segmen
11 selalu berdinamika.
Menurut BAPEDDA Jawa Barat (2007) pantai sepanjang kurang lebih 20
km dari Kecamatan Eretan ke arah barat hingga perbatasan Kabupaten Subang,
menunjukkan bahwa telah terjadi proses erosi pantai yang dicirikan oleh tebing
pantai yang terjal. Abrasi di Pantai Eretan kemungkinan besar disebabkan oleh
pengaruh perputaran arus yang bergerak dari barat yang disebabkan oleh
adanya pertumbuhan Delta Cipunegara (Pamanukan). Abrasi di pantai Eretan
merupakan kejadian alam sebagai upaya untuk mencapai keseimbangan.
Diperkirakan pantai yang terabrasi tidak stabil tetapi ada kemungkinan akan
berpindah sesuai dengan pertumbuhan Delta Cipunagara, selain itu dipengaruhi
pula oleh kuat lemahnya arus barat.
Hasil penelitian terdahulu juga menunjukan bahwa perubahan garis pantai
yang terjadi juga disebabkan oleh gangguan ekosistem pantai seperti pembuatan
tanggul dan kanal serta pembuatan bangunan di sekitar pantai. Hutan bakau
sebagai penyangga pantai banyak dirubah fungsinya untuk dijadikan sebagai
daerah pertambakan, hunian, industri dan daerah reklamasi (Hanafi, 2005).
Sedangkan menurut Darlan (2007) sedimen yang dominan di perairan Indramayu
adalah pasir halus, lanau dan lempung.
Dengan kondisi tersebut kekuatan
gelombang dan arus sangat mudah menyebabkan terjadinya perpindahan dari
76
suatu tempat ke tempat yang lain dan berdampak kepada kerusakan dan proses
ketidakstabilan pantai.
Data Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup Kab. Indramayu (2005)
mencapai total luas wilayah terabrasi adalah 2143,10 ha yang meliputi Kec.
Sukra yang merupakan lokasi PLTU 1 Jawa barat sebesar 522,47 ha, Kec. Kroya
(418,34 Ha), Juntinyuat (406,33 Ha), Krangkeng (293,13 Ha), Balongan (201,81
Ha) dan kec. Indramayu (197,07 ha). Penyebab abrasi selama ini adalah
pembukaan lahan hutan mangrove oleh penduduk pesisir Kab. Indramayu
berdasarkan survey lapangan di beberapa lokasi daerah abrasi sudah dipasang
Shore line atau tanggul pelindung pantai yaitu di daerah PPI (pusat Pelelangan
Ikan) Trungtum, PPI Bugel dan PPI eretan Kulon (www.rekamudra.com).
77
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
0.05
-0.05
Kisaran Nilai Sedimen (m3/hr)
-0.15
-0.25
-0.35
-0.45
-0.55
-0.65
-0.75
-0.85
Profil 1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 30. Grafik Hasil Analisis Model Budget Sediment Berdasarkan Transpor Sedimen Menyusur Pantai Per Sel/Segmen Pantai Selama Tahun
2001 – 2006 Saat Gelombang bergerak Dari Barat Ke Timur.
78
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
0
Kisaran Nilai Sedimen (m3/hr)
-0.05
-0.1
-0.15
-0.2
-0.25
-0.3
-0.35
-0.4
-0.45
Profil 1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 31. Grafik Hasil Analisis Model Budget Sediment Berdasarkan Transpor Sedimen Menyusur Pantai Per Sel/Segmen Pantai Selama Tahun
2001 – 2006 Saat Gelombang bergerak Dari Timur Ke Barat.
79
2001
2002
2003
2004
2005
2006
0.00
Kisaran Nilai Sedimen (m3/hr)
-0.20
-0.40
-0.60
-0.80
-1.00
-1.20
Tahun
Profil 1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 32. Grafik Hasil Analisis Model Budget Sediment Berdasarkan Transpor Sedimen Menyusur Pantai Per Sel/Segmen Pantai Selama Tahun
2001 – 2006.
80
Gambar 33. Hasil Analisa Perubahan Garis Pantai Pada Teluk Indramayu Dengan Menggunakan Citra Lansad Tahun 2001 Dan 2006
81
1
2
3
4
5
6
7
8
Kisaran Nilai Perubahan (m)
0
-50
-100
-150
-150
-200
-190
-190
-210
-200
-210
-250
-240
Sel/Segm en
Gambar 34 Budget Sediment Sepanjang Pantai Mengacu pada Hasil Analisis Citra Satelit.
-230
82
4
3
Kisaran Sedimen (m3/hr)
2
1
0
Barat
Tim ur
Per 1
Per 2
-1
-2
-3
-4
Musim
Profil 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Gambar 35. Grafik Hasil Analisis Model Budget Sediment Berdasarkan Transpor Sedimen Menyusur Pantai Per Sel/Segmen Pantai Menggunakan
Data Permodelan.
V. PENUTUP
5.1. Simpulan
Tinggi gelombang maksimum di Teluk Indramayu berdasarkan hasil
ramalan dengan metode SMB berkisar antara 0.418 – 1.179 m, terbentuk pada
saat musim barat dengan arah angin dominan dari utara. Tinggi gelombang
sangat mempengaruhi cepat rambat, tinggi gelobang pecah dan besar energi
gelombang.
Arah pergerakan arus atau massa air pada Teluk Indramayu secara
keseluruhan bergerak dari timur ke barat dengan pola pergerakan di bagian
dalam teluk mengalami perubahan sesuai musim. Kecepatan arus di bagian luar
teluk lebih besar dibandingkan bagian dalam teluk.
Arus sepanjang pantai
(longshore current) sangat dipengaruhi oleh kisaran nilai tinggi gelombang
pecah.
Sedimen yang terdistribusi di Teluk Indramayu umumnya didominasi oleh
ukuran kecil yaitu lanau (silt) dan lempung (clay). Sortingnya very well sorted,
skwenessnye near symatrical dan very coparse skewed dan kurtosisnya very
platykurtik. Sedangkan dekat pantai walaupun umumnya berukuran kecil tapi
pada bagian yang dekat sekali dengan darat ukuran butirannya agak besar,
sortinggnya very well sorted, skwenessnya near symetrical; coarse skewed dan
very coarse skewed.
Volume dan arah pergerakan sangat dipengaruhi oleh
tinggi gelombang dan sudut datang gelombang.
Pesisir pantai Indramayu mengalami erosi atau abrasi yang sangat parah.
Berdasarkan budget sediment untuk skala waktu (2001–2006), abrasi terbesar
terjadi pada tahun 2001 (transpor sedimen barat ke timur) dan tahun 2004
(transpor sedimen timur ke barat), sedangkan skala ruang tertinggi pada
sel/segmen 2.
Berdasarkan hasil analisa citra lansad tahun 2001 dan 2006
menunjukan bahwa kisaran abrasi rata-rata per tahun 19.89 m/thn.
5.2. Saran
Untuk mengetahui pola perubahan secara baik harus dilakukan penelitian
agar pola perubahan garis pantai secara musiman dapat diketahui. Perlu juga
dilakukan pengukuran perubahan profil pantai khususnya perubahan kedalaman
perairan sebagai akibat dari proses abrasi yang tinggi dan trasnpor sedimen
84
sepanjang pantai. Pemerintah Jawa Barat khususnya Kabupaten Indramayu dan
masyarakat harus bisa menetapkan kebijakan untuk mendukung manajemen
pantai secara baik sehingga kondisi pantai bisa tetap terjaga sebab peluang dan
proses abrasi masih akan terus berlanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Profil Kabupaten Indramayu. Indramayu Online Vol.III Edisi 1 Sabtu.
http://www.indramayu.go.id. [ 11 Agust 2007]
Anonim.
Anthoni
Coastal Erosion. From Wikipedia,
The Free Encyclopedia..
www.vsi.esdm.go.id.htm [19 Pebruari 2008]
J.
F,
2000.
Oceanography:
Dunes
and
Beaches
www.seafriends.org.nz/oceano/beach.htm [8 November 2007]
Anthony E. J And B. Reichmüth, 2002. The Variability Of Ridge And Runnel Beach
Morphology: Examples From Northern France. Coastal Geomorphology And
Shoreline Management Unit, Je 2208, Université Du Littoral Côte D’opale, 2
Chaussée Des Darses, 59140 Dunkerque, France
Baharudin, 2006. Model Pengaruh Gelombang Terhadap Pantai Bau-Bau, Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 1997 – 2005 (Tesis). Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. 175 hal.
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat, 2007. Peta
Sumberdaya Alam Provinsi Jawa Barat. www.bplhdjabar.go.id [20 Juni
2008].
Bowden K. F, 1983. Physical oceanography of Coastal Waters. Ellis Horwood Limited.
Publisher – Chichester. Halsted Press : a division of Jhon Wiley and Sons.
New York – Brisbane – chichester - Ontario
[CERC] Coastal Engineering Research Center, 1984. Shore Protection Manual
Volume I, Fourth Edition. Washington: U.S. Army Coastal Engineering
Research Center.
[CHL] Coastal Hydraulic Laboratory, 2002. Coastal Engineering Manual, Part I-VI.
Washington DC: Department of the Army. U.S. Army Corp of Engineers.
Darlan Y, 2007. Morfologi dan Jenis Pantai. Pikiran Rakyat Edisi Cetak
Juni 2007. http://www.pikiran-rakyat.com. [11 Agustus 2007].
Kamis, 14
Davis R. A. Jr, 1991. Oceanography; An Introduction to the Marine Environment, New
Jersey: WCB Publisher International Published.
Diposaptono S, 2004. Penambangan Pasir Dan Ekologi Laut. Kasubdit Mitigasi
Lingkungan Pesisir Pada Direktorat Jenderal Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil,
Departemen Kelautan Dan Perikanan.http://www.kompas.com. [3 Jan
2004].
Dyer K. R, 1986. Costal And Estuarine Sediment Dynamics. Jhon Wiley & Sons, Inc.
New York
86
Friedman G. M dan J. E Sanders, 1978. Principles of Sedimentology. New York: John
Wyley & Sons Ltd.
Garisson T, 2006. Essentdials of Oceanography. Fourth edition. Thomson, Brook/
Cole. Oreange Coast College, University of Southern California. 361 pp.
Gross M. G, 1990. Oceanography; A Viewof Earth, 6th edition. New Jersey: PrenticeHall Inc., Englewood Cliffs.
Hanafi M, 2005. Studi Perubahan Garis Pantai Kaitannya Dengan Pengelolaan
Wilayah Pesisir Indramayu Jawa Barat. Marine Geological Institute. Pusat
Penelitian
Dan
Pengambangan
Geologi
Kelautan.
Bandung.
http://www.mgi.esdm.go.id.htm. [15 April 2007]
Hantoro W. S, 2006.
Pengaruh Karakteristik Laut Dan Pantai Terhadap
Perkembangan Kawasan Kota Pantai. Pusat Penelitian Geoteknologi Lipi.
Proceeding – Kerugian Pada Bangunan Dan Kawasan Akibat Kenaikan
Muka
Air
Laut
Pada
Kota-Kota
Pantai
Di
Indonesia.
[email protected]
Hapke C. J, D. Reid, B. M. Richmond, P. Ruggiero and J. List, 2006. National
Assessment of Shoreline Change Part 3: Historical Shoreline Change and
Associated Coastal Land Loss Along Sandy Shorelines of the California
Coast. Open-File Report 2006-1219. U.S. Department of the Interior - U.S.
Geological Survey. http/www.Pubs.usgs.gov. [11 Jan 2008]
Haslet
S. K, 2000. Coastal System. Routledge Introduction to Environment.
Published and Forthcoming Titles. London and New York.
Hermanto B, 1986. Pemantauan Garis Pantai Dengan Menggunakan Citra Landsat.
Oseana, Volme XI, Nomor 4: 163-170. 1986. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Oseanologi Jakarta
Holme N. A and A. D. McIntyre, 1984. Methods For The Study Of Marine Benthose
2nd Blackwell Scientific Publication Oxford 387 pp
Horikawa K, 1988. Nearshore Dynamics and Coastal Procesess
Ingmanson D. E and W. J. Wallace, 1985. Oceanography : An Introduction. Third
Edition. San Diego Stack University. 551 pp.
Janssen P,.............
The Interaction of Ocean Waves and Wind. 379 pp
www.gigapedia.org [11 Jun 2008]
Jawatan Hidro-Oseanografi TNI-AL, 2007.
Indonesia. Tahun 2007. 672 hal.
Daftar Pasang Surut.
Kepulauan
Komar P. D, 1976. Beach Proses And Sedimentation. School Of Oceanography
Oregon Stste University Prentice – Hall, Inc Englewood Cliffs, New Jersey.
87
Komar P. D, 1983. Beach Proses And Erosion – An introduction. CRC Hanbook of
Coastal Processes and Erosion. CRC Press, Inc. boca Raton, Florida.
Chapter I : 1-33
Komar P. D, 1998. Beach Processes and Sedimentation, Second Edition.
Jersey: Prentice-Hall Inc, Englewood Cliffs.
New
Ningsih N. S, 2000. Gelombang Laut. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Ongkosongo O. S. R dan Suyarso, 1989. Pasang Surut. Asean – Australia Cooperative
Programs On Marine Science Project I: Tides And Tidel Phenomena.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Oseanologi. Jakarta. Hal : 135-147.
Pariwono J. I, 1998. Kondisi oseanografi perairan pesisir Lampung. Proyek pesisir
publication. Technical report (TE – 99/12 – I) Coastal resources center,
univercity of rhode island. Jakarta. Indonesia. 24 hal. [7 januari 2008].
Prasetya G. S, D. C. Itiyanto dan R. H. Ishak, 1993. Sistem Informasi Pantai. Makalah
Seminar Teknik Pantai ’93 Tentang Masalah Pantai Di Indonesia Dan
Usaha-Usaha Penanganan Inter-Institusi Yang Pernah Dan Perlu
Dilakukan. Laboratorium Pengkajian Teknik Pantai Badan Pengkajian Dan
Penerapan Teknolohgi (LPTP-BPP) Teknologi, Yagyakarta, April 1994. Hal
91-100.
Pond S and Pickard, 1983. Introductionary Dynamical Oceanography. 2nd Edition.
Pergamon Press, Oxford.
Kodoatie R. J, 2004. Berdampak Mulai KLI Hingga Tanjung Emas. Suara merdeka.
Kamis, 12 Agustus 2004. www.morfologi pantai/kot03. [5 April 2007]
Romimohtarto K dan S. Juwana, 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Jakarta. Djambatan.
Saptarini D, 2000. Coastline Changes Detection Using Remote Sensing Technique
Banten Bay Study Case. Tesis. Graduate Program. Bogor Agricultural
University.
Sasatroprawiro H. S, A. Sungkowo, H. Purnomo dan Supomo, 1992. Geomorfologi.
Diktat kuliah. Universitas Pembangunan Nasional ‘veteran” Yogyakarta.
Selley R. C, 1988. Applied Sedimenology. Department Of Geology, Royal School Of
Mines. Imperial Collage Of Science And Technology. University Of London.
Smith J. M, A. R. Sherlock and D. T. Resio, 2001. STWAVE. Steady-State Spectral
Wave Model User’s Manual For STWave, Version 3.0. US Army Corps of
Engineers. Engineer Research and Development Center.
Sorensen R. M, 1991. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley & Sons, Ltd.
88
th
Sumich J. L, 1992. An Introduction to the Biology of Marine Life 5 Edition. Wm.C.
Brown Publishers, USA.
Triastmodjo B, 1999. Teknik Pantai.Beta offset, Jogjakarta.
USACE, 1998.
Coastal Engineering Manual Part III. U.S. Army Corps Of
Engineering.Dept. Of. The Army. Washington DC.
Wahyu B. S – P2O LIPI.
pribadi).
Dokumentasi Hasil Dan Analisa Lapangan (Dokumen
Wyrtki K, 1961. Physical Oceanography of Southeast Asian Waters. Naga Report
Volume 2. University of California.
Wibisono M. S, 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta. 226 hal.
WMO [World Meteorological Organization], 1998. Guide to Wave Analysis And
Forecasting. Second Edition. Secretariat of the World Meteorological
Organization – Geneva – Switzerland. 159 pp
www.rekamudra.com, Fenomena Abrasi Dan Akrasi Di Pantai Utara Jawa Barat
[7 Januari 2008]
Yuwono N, 1982. Teknik Pantai, Volume 1. Yogyakarta: Biro Penerbit, Keluarga
Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada.
89
Lampiran 1
Bulan
JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
Data Kecepatan Angin Maksimum Tahun 1993 - 2007.
Jatiwangi, Cirebon – Jawa Barat.
1993
Kec
(knot)
Arah
14
N
18
NW
11
NE
11
NE
10
E
10
E
15
NE
15
NE
14
E
16
E
12
S
13
N
1994
Kec
(knot)
Arah
16
NW
16
N
14
W
11
E
15
S
25
S
22
SE
25
SE
19
S
15
E
11
E
15
S
1995
Kec
(knot)
Arah
12
NE
13
E
15
E
12
E
10
E
10
NE
12
E
15
S
11
S
6
E
7
N
8
NE
2001
2002
2003
Kec
Kec
(knot)
Arah Kec (knot) Arah
(knot)
JAN
11
N
9.4
N
10.6
PEB
17.4
N
11.4
N
15.4
MAR
11.4
N
12.6
NE
11.6
APR
11
NE
7.4
NE
7.8
MEI
11
NE
9.6
E
8
JUN
11.2
E
11.2
E
12.6
JUL
13.6
E
12
E
15.8
AGS
14
NE
14
S
16
SEP
16
E
13
SE
20
OKT
11.4
E
11.6
SE
14
NOP
11.8
N
11.2
E
11.6
DES
13.8
E
12
E
12
Keterangan : kecepatan angin dalam Knoth (0.5 m/det)
1996
Kec
(knot)
Arah
8
N
11
N
11
N
12
E
15
E
11
E
12
10
11
13
E
E
S
S
Bulan
Arah
N
N
N
NE
E
E
S
S
S
SW
SW
NW
Sumber : Stasiun BMG (Badan Geofisika Dan Meteorologi)
1997
Kec
(knot)
Arah
11.2
N
14.4
N
6.4
NE
6.6
NE
6.8
E
11.4
E
10.8
S
12.4
E
8.4
S
7.8
SE
6.6
E
7
E
2004
Kec
(knot)
Arah
10.4
15
N
N
9.2
S
16
20
28
11.2
15
11
E
E
E
S
E
NW
1998
Kec
(knot)
Arah
10.4
N
6.4
N
8
N
6.2
NE
6.6
NE
6
E
7.6
E
12.4
E
13.4
NE
11.6
E
11
NW
8.4
NW
2005
Kec
(knot)
Arah
9.8
N
17.2
E
14.2
S
10.8
N
9.8
NE
12.4
E
11.4
S
26
S
13.8
S
14.8
S
13.6
SE
15
E
1999
Kec
(knot)
Arah
13.4
NW
14.4
NW
11.2
E
11
E
8.4
E
11.8
E
12.2
E
15.4
E
15.6
S
15.6
E
12
NW
13.4
NW
2006
Kec
(knot)
Arah
15.8
14.6
14
10.4
16.2
20
24
19.2
15.6
16.4
16
N
N
E
E
S
S
S
S
SE
E
N
2000
Kec
(knot)
Arah
16.6
NW
18.2
NW
12.4
NW
12
N
10.6
NE
10.6
E
18.6
E
14
S
14.8
S
16
S
16
N
13
N
2007
Kec
(knot)
Arah
9.9
N
9.9
N
11.1
N
16.9
E
8.9
E
12
E
12
E
14
S
18.1
E
15
E
8.9
E
12
N
90
Lampiran 2. Persentase Kejadian Angin Dan Windrose
91
Lanjutan lampiran 2
92
Lanjutan lampiran 2
93
Lanjutan Lampiran 2.
94
Lanjutan Lampiran 2
95
Lanjutan Lampiran 2.
96
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Panjang Fetch
a
Inv a
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Jum
0.71
0.77
0.82
0.87
0.91
0.94
0.97
0.98
1.00
1.00
1.00
0.98
0.97
0.94
0.91
0.87
0.82
0.77
0.71
16.90
Feff
Utara
F
F*Cosa
58573.59
41,418
54940.782 42,087
50993.178 41,771
47669.838 41,283
44770.574 40,576
41536.644 39,032
38503.347 37,191
35336.406 34,800
32392.408 32,269
29330.307 29,330
31442.526 31,323
34431.146 33,908
37196.711 35,929
40408.385 37,971
43620.059 39,533
47456.163 41,098
50757.025 41,578
54325.453 41,616
58652.289 41,473
832336.83 724,187
42,845
Timur Laut
F
F*Cosa
29330.307 20,740
31442.526 24,086
34431.146 28,204
37196.711 32,213
40408.385 36,622
43620.059 40,989
47456.163 45,839
50757.025 49,986
54325.453 54,119
58652.289 58,652
55280.28 54,119
51994.176 49,986
48389.45 45,839
45313.974 40,989
42753.09 36,622
40299.882 32,213
0
0
0
0
0
0
651,221
38,528
Timur
F
F*Cosa
58,652 41,473
55,280 42,347
51,994 42,591
48,389 41,906
45,314 41,068
42,753 40,175
40,300 38,927
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
288,488
17,068
Barat Laut
Barat
F
F*Cosa
F
F*Cosa
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
52464.039 51666.992
0
0
55265.068 55054.768
0
0
58,574
58,574
0
0
54,941
54,732
0
0
50,993
50,218
0
0
47,670
46,046
0
0
44,771
42,071
0
0
41,537
37,645
0
0
38,503
33,345
0
0
35,336
28,946
33,296
52,464
32,392
24,814
35,180
55,265
29,330
20,740
31,806
58,574
541,776
503,851
100281.67 166,303
29,809
9,839
97
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Tinggi dan Periode Gelombang Berdasarkan
Data Angin
1993
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m)
(m/s)
(m/s)
315
6.5
6.3
5.7
29809
7.6
8.4
315
8.5
8.3
7.4
29809
9.1
10.0
45
5.5
5.4
4.9
38528
6.8
7.5
Bulan
α
Jan-93
Feb-93
Mar-93
o
U*
Hmo
T
(m/s)
(m)
(s)
0.00139
0.31
0.710
3.0
0.00145
0.38
0.869
3.2
0.00136
0.28
0.713
3.1
CD
Apr-93
45
5.0
4.9
4.5
38528
6.4
7.0
0.00134
0.26
0.664
3.0
May-93
90
5.0
4.9
4.5
17068
6.4
7.0
0.00134
0.26
0.442
2.3
Jun-93
90
7.0
6.8
6.2
17068
8.0
8.8
0.00141
0.33
0.568
2.5
Jul-93
90
7.0
6.8
6.2
17068
8.0
8.8
0.00141
0.33
0.568
2.5
Aug-93
90
7.5
7.3
6.6
17068
8.4
9.2
0.00142
0.35
0.599
2.6
Sep-93
90
7.0
6.8
6.2
17068
8.0
8.8
0.00141
0.33
0.568
2.5
Oct-93
180
7.0
6.8
6.2
0
8.0
8.8
0.00141
0.33
0.000
0.0
Nov-93
180
6.5
6.3
5.7
0
7.6
8.4
0.00139
0.31
0.000
0.0
Dec-93
360
7.0
6.8
6.2
42845
8.0
8.8
0.00141
0.33
0.900
3.4
1994
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m)
(m/s)
(m/s)
360
7.5
7.3
6.6
42845
8.4
9.2
360
7.5
7.3
6.6
42845
8.4
9.2
Mar-94
270
7.0
6.8
6.2
9839
8.0
Apr-94
90
4.5
4.4
4.1
17068
5.9
May-94
180
7.5
7.3
6.6
0
Jun-94
180
12.5
12.2
10.5
0
Jul-94
180
11.0
10.7
9.3
0
Aug-94
180
12.5
12.2
10.5
Sep-94
180
9.0
8.8
7.8
Bulan
α
Jan-94
Feb-94
o
U*
Hmo
T
(m/s)
(m)
(s)
0.00142
0.3
0.9
3.5
0.00142
0.3
0.9
3.5
8.8
0.00141
0.3
0.4
2.1
6.5
0.00133
0.2
0.4
2.3
8.4
9.2
0.00142
0.3
0.0
0.0
11.8
13.0
0.00155
0.5
0.0
0.0
10.8
11.9
0.00152
0.5
0.0
0.0
0
11.8
13.0
0.00155
0.5
0.0
0.0
0
9.5
10.4
0.00146
0.4
0.0
0.0
CD
Oct-94
90
7.5
7.3
6.6
17068
8.4
9.2
0.00142
0.3
0.6
2.6
Nov-94
90
5.0
4.9
4.5
17068
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.4
2.3
Dec-94
180
7.5
7.3
6.6
0
8.4
9.2
0.00142
0.3
0.0
0.0
1995
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
(m/s)
360
5.5
5.4
4.9
42845
6.8
7.5
360
7.5
7.3
6.6
42845
8.4
9.2
Mar-95
90
6.0
5.8
5.3
17068
7.2
Apr-95
90
5.0
4.9
4.5
17068
May-95
90
5.0
4.9
4.5
17068
Bulan
α
Jan-95
Feb-95
o
U*
Hmo
T
(m/s)
(m)
(s)
0.00136
0.3
0.8
3.2
0.00142
0.3
0.9
3.5
7.9
0.00138
0.3
0.5
2.4
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.4
2.3
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.4
2.3
CD
Jun-95
90
6.0
5.8
5.3
17068
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.5
2.4
Jul-95
90
7.5
7.3
6.6
17068
8.4
9.2
0.00142
0.3
0.6
2.6
Aug-95
180
10.0
9.7
8.6
0
10.2
11.2
0.00149
0.4
0.0
0.0
Sep-95
180
6.0
5.8
5.3
0
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.0
0.0
Oct-95
90
2.5
2.4
2.3
17068
3.9
4.3
0.00125
0.2
0.3
2.0
Nov-95
360
3.0
2.9
2.8
42845
4.5
4.9
0.00127
0.2
0.5
2.8
Dec-95
360
4.0
3.9
3.6
42845
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.6
3.0
98
Lanjutan Lampiran 4.
1996
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
(m/s)
360
3.5
3.4
3.2
42845
5.0
5.5
360
5.0
4.9
4.5
42845
6.4
7.0
U*
Hmo
T
(m/s)
(m)
(s)
0.00129
0.2
0.5
2.9
0.00134
0.3
0.7
3.2
Bulan
α
Jan-96
Feb-96
Mar-96
360
5.0
4.9
4.5
42845
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.7
3.2
Apr-96
90
6.0
5.8
5.3
17068
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.5
2.4
May-96
90
7.0
6.8
6.2
17068
8.0
8.8
0.00141
0.3
0.6
2.5
Jun-96
90
3.5
3.4
3.2
17068
5.0
5.5
0.00129
0.2
0.3
2.1
Jul-96
90
5.0
4.9
4.5
17068
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.4
2.3
Aug-96
90
5.0
4.9
4.5
17068
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.4
2.3
Sep-96
90
6.0
5.8
5.3
17068
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.5
2.4
Oct-96
180
6.0
5.8
5.3
0
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.0
0.0
Nov-96
90
5.0
4.9
4.5
17068
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.4
2.3
Dec-96
90
6.0
5.8
5.3
17068
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.5
2.4
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
U*
Hmo
T
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
m/s)
(m/s)
(m)
(s)
5.0
4.9
4.5
42845
6.4
7.0
0.3
0.7
3.2
3.6
o
CD
1997
Bulan
α
Jan-97
360
Feb-97
360
8.0
7.8
7.0
42845
8.7
9.6
0.00144
0.4
1.0
Mar-97
90
5.0
4.9
4.5
17068
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.4
2.3
Apr-97
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
May-97
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
Jun-97
90
7.0
6.8
6.2
17068
8.0
8.8
0.00141
0.3
0.6
2.5
Jul-97
180
7.5
7.3
6.6
0
8.4
9.2
0.00142
0.3
0.0
0.0
Aug-97
90
10.0
9.7
8.6
17068
10.2
11.2
0.00149
0.4
0.7
2.8
Sep-97
180
10.0
9.7
8.6
0
10.2
11.2
0.00149
0.4
0.0
0.0
Oct-97
90
6.0
5.8
5.3
17068
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.5
2.4
Nov-97
90
10.0
9.7
8.6
17068
10.2
11.2
0.00149
0.4
0.7
2.8
Dec-97
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
o
CD
0.00134
1998
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
(m/s)
360
4.0
3.9
3.6
42845
5.5
6.0
360
3.0
2.9
2.8
42845
4.5
4.9
360
9.0
8.8
7.8
42845
9.5
10.4
Bulan
α
Jan-98
Feb-98
Mar-98
o
U*
Hmo
T
(m/s)
(m)
(s)
0.00131
0.2
0.6
3.0
0.00127
0.2
0.5
2.8
0.00146
0.4
1.1
3.7
CD
Apr-98
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
May-98
90
4.5
4.4
4.1
17068
5.9
6.5
0.00133
0.2
0.4
2.3
Jun-98
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
Jul-98
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
Aug-98
90
5.0
4.9
4.5
17068
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.4
2.3
Sep-98
90
7.5
7.3
6.6
17068
8.4
9.2
0.00142
0.3
0.6
2.6
Oct-98
90
5.0
4.9
4.5
17068
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.4
2.3
Nov-98
315
4.0
3.9
3.6
29809
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.5
2.6
Dec-98
315
4.0
3.9
3.6
29809
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.5
2.6
99
Lanjutan lampiran 4.
1999
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
(m/s)
315
1.5
1.5
1.4
29809
2.7
3.0
315
5.0
4.9
4.5
29809
6.4
7.0
Bulan
α
Jan-99
Feb-99
o
U*
Hmo
T
(m/s)
(m)
(s)
0.00121
0.1
0.2
2.1
0.00134
0.3
0.6
2.8
CD
Mar-99
90
3.0
2.9
2.8
17068
4.5
4.9
0.00127
0.2
0.3
2.0
Apr-99
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
May-99
90
4.5
4.4
4.1
17068
5.9
6.5
0.00133
0.2
0.4
2.3
Jun-99
90
3.0
2.9
2.8
17068
4.5
4.9
0.00127
0.2
0.3
2.0
Jul-99
90
3.5
3.4
3.2
17068
5.0
5.5
0.00129
0.2
0.3
2.1
Aug-99
90
7.5
7.3
6.6
17068
8.4
9.2
0.00142
0.3
0.6
2.6
Sep-99
180
6.0
5.8
5.3
0
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.0
0.0
Oct-99
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
Nov-99
315
4.0
3.9
3.6
29809
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.5
2.6
Dec-99
315
4.0
3.9
3.6
29809
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.5
2.6
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
U*
Hmo
T
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m)
(s)
4.5
4.4
4.1
29809
5.9
6.5
0.2
0.5
2.7
2000
Bulan
α
Jan-00
315
o
CD
0.00133
Feb-00
315
4.0
3.9
3.6
29809
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.5
2.6
Mar-00
315
5.0
4.9
4.5
29809
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.6
2.8
Apr-00
360
3.5
3.4
3.2
42845
5.0
5.5
0.00129
0.2
0.5
2.9
May-00
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
Jun-00
90
5.0
4.9
4.5
17068
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.4
2.3
Jul-00
90
6.0
5.8
5.3
17068
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.5
2.4
Aug-00
180
6.0
5.8
5.3
0
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.0
0.0
Sep-00
180
8.0
7.8
7.0
0
8.7
9.6
0.00144
0.4
0.0
0.0
Oct-00
180
7.5
7.3
6.6
0
8.4
9.2
0.00142
0.3
0.0
0.0
Nov-00
360
6.0
5.8
5.3
42845
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.8
3.3
Dec-00
360
10.0
9.7
8.6
42845
10.2
11.2
0.00149
0.4
1.2
3.8
2001
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
(m/s)
360
3.0
2.9
2.8
42845
4.5
4.9
360
6.0
5.8
5.3
42845
7.2
7.9
360
7.5
7.3
6.6
42845
8.4
9.2
Bulan
α
Jan-01
Feb-01
Mar-01
o
U*
Hmo
T
(m/s)
(m)
(s)
0.00127
0.2
0.5
2.8
0.00138
0.3
0.8
3.3
0.00142
0.3
0.9
3.5
CD
Apr-01
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
May-01
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
Jun-01
90
6.0
5.8
5.3
17068
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.5
2.4
Jul-01
90
7.5
7.3
6.6
17068
8.4
9.2
0.00142
0.3
0.6
2.6
Aug-01
90
10.0
9.7
8.6
17068
10.2
11.2
0.00149
0.4
0.7
2.8
Sep-01
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
Oct-01
90
3.0
2.9
2.8
17068
4.5
4.9
0.00127
0.2
0.3
2.0
Nov-01
360
3.0
2.9
2.8
42845
4.5
4.9
0.00127
0.2
0.5
2.8
Dec-01
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
100
Lanjutan lampiran 4.
2002
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
(m/s)
360
4.0
3.9
3.6
42845
5.5
6.0
360
4.0
3.9
3.6
42845
5.5
6.0
Bulan
α
Jan-02
Feb-02
o
U*
Hmo
T
(m/s)
(m)
(s)
0.00131
0.2
0.6
3.0
0.00131
0.2
0.6
3.0
CD
Mar-02
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
Apr-02
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
May-02
90
3.5
3.4
3.2
17068
5.0
5.5
0.00129
0.2
0.3
2.1
Jun-02
90
2.5
2.4
2.3
17068
3.9
4.3
0.00125
0.2
0.3
2.0
Jul-02
90
2.0
1.9
1.9
17068
3.4
3.7
0.00123
0.1
0.2
1.9
Aug-02
180
3.8
3.7
3.4
0
5.2
5.7
0.00130
0.2
0.0
0.0
Sep-02
180
3.8
3.7
3.4
0
5.2
5.7
0.00130
0.2
0.0
0.0
Oct-02
90
2.5
2.4
2.3
17068
3.9
4.3
0.00125
0.2
0.3
2.0
Nov-02
90
2.0
1.9
1.9
17068
3.4
3.7
0.00123
0.1
0.2
1.9
Dec-02
90
1.5
1.5
1.4
17068
2.7
3.0
0.00121
0.1
0.2
1.7
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
U*
Hmo
T
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m)
(s)
6.0
5.8
5.3
42845
7.2
7.9
0.3
0.8
3.3
2003
Bulan
α
Jan-03
360
o
CD
0.00138
Feb-03
360
4.0
3.9
3.6
42845
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.6
3.0
Mar-03
360
2.5
2.4
2.3
42845
3.9
4.3
0.00125
0.2
0.4
2.7
Apr-03
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
May-03
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
Jun-03
90
3.0
2.9
2.8
17068
4.5
4.9
0.00127
0.2
0.3
2.0
Jul-03
180
3.5
3.4
3.2
0
5.0
5.5
0.00129
0.2
0.0
0.0
Aug-03
180
7.0
6.8
6.2
0
8.0
8.8
0.00141
0.3
0.0
0.0
Sep-03
180
7.5
7.3
6.6
0
8.4
9.2
0.00142
0.3
0.0
0.0
Oct-03
180
4.0
3.9
3.6
0
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.0
0.0
Nov-03
225
4.0
3.9
3.6
0
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.0
0.0
Dec-03
315
6.0
5.8
5.3
29809
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.7
2.9
2004
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
m/s)
270
4.0
3.9
3.6
9839
5.5
6.0
360
3.0
2.9
2.8
42845
4.5
4.9
360
3.5
3.4
3.2
42845
5.0
5.5
Bulan
α
Jan-04
Feb-04
Mar-04
o
U*
Hmo
T
(m/s)
(m)
(s)
0.00131
0.2
0.3
1.8
0.00127
0.2
0.5
2.8
0.00129
0.2
0.5
2.9
CD
Apr-04
45
3.5
3.4
3.2
38528
5.0
5.5
0.00129
0.2
0.5
2.8
May-04
180
5.0
4.9
4.5
29809
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.6
2.8
Jun-04
180
4.0
3.9
3.6
29809
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.5
2.6
Jul-04
90
6.5
6.3
5.7
17068
7.6
8.4
0.00139
0.3
0.5
2.5
Aug-04
90
6.5
6.3
5.7
17068
7.6
8.4
0.00139
0.3
0.5
2.5
Sep-04
90
5.0
4.9
4.5
17068
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.4
2.3
Oct-04
180
6.0
5.8
5.3
0
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.0
0.0
Nov-04
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
Dec-04
315
6.0
5.8
5.3
29809
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.7
2.9
101
Lanjutan Lampiran 4.
2005
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
(m/s)
360
4.5
4.4
4.1
42845
5.9
6.5
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
Bulan
α
Jan-05
Feb-05
o
U*
Hmo
T
(m/s)
(m)
(s)
0.00133
0.2
0.6
3.1
0.00131
0.2
0.4
2.2
CD
Mar-05
180
5.0
4.9
4.5
0
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.0
0.0
Apr-05
360
5.0
4.9
4.5
42845
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.7
3.2
May-05
45
4.5
4.4
4.1
38528
5.9
6.5
0.00133
0.2
0.6
3.0
Jun-05
90
4.0
3.9
3.6
29809
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.5
2.6
Jul-05
180
7.5
7.3
6.6
0
8.4
9.2
0.00142
0.3
0.0
0.0
Aug-05
180
15.0
14.6
12.4
0
13.3
14.7
0.00161
0.6
0.0
0.0
Sep-05
180
6.0
5.8
5.3
0
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.0
0.0
Oct-05
180
5.0
4.9
4.5
0
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.0
0.0
Nov-05
180
5.0
4.9
4.5
0
6.4
7.0
0.00134
0.3
0.0
0.0
Dec-05
90
4.5
4.4
4.1
17068
5.9
6.5
0.00133
0.2
0.4
2.3
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
U*
Hmo
T
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(m)
(s)
4.5
4.4
4.1
9839
5.9
6.5
0.2
0.3
1.9
2006
Bulan
α
Jan-06
270
o
CD
0.00133
Feb-06
360
4.0
3.9
3.6
42845
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.6
3.0
Mar-06
360
4.0
3.9
3.6
42845
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.6
3.0
Apr-06
90
1.5
1.5
1.4
17068
2.7
3.0
0.00121
0.1
0.2
1.7
May-06
90
4.0
3.9
3.6
17068
5.5
6.0
0.00131
0.2
0.4
2.2
Jun-06
180
7.0
6.8
6.2
0
8.0
8.8
0.00141
0.3
0.0
0.0
Jul-06
180
8.0
7.8
7.0
0
8.7
9.6
0.00144
0.4
0.0
0.0
Aug-06
180
13.0
12.7
10.9
0
12.1
13.3
0.00157
0.5
0.0
0.0
Sep-06
180
7.0
6.8
6.2
0
8.0
8.8
0.00141
0.3
0.0
0.0
Oct-06
180
8.0
7.8
7.0
0
8.7
9.6
0.00144
0.4
0.0
0.0
Nov-06
90
8.0
7.8
7.0
17068
8.7
9.6
0.00144
0.4
0.6
2.6
Dec-06
360
7.0
6.8
6.2
42845
8.0
8.8
0.00141
0.3
0.9
3.4
2007
Uz
U10
Ut=3600
F
Uw
Uc
(m/s)
(m/s)
(m/s)
(s)
(m/s)
(m/s)
360
5.0
4.8
4.4
42845
6.3
6.9
360
5.0
4.8
4.4
42845
6.3
6.9
360
5.6
5.4
5.0
42845
6.8
7.5
Bulan
α
Jan-07
Feb-07
Mar-07
o
U*
Hmo
T
(m/s)
(m)
(s)
0.00134
0.3
0.7
3.2
0.00134
0.3
0.7
3.2
0.00136
0.3
0.8
3.2
CD
Apr-07
90
8.5
8.2
7.3
17068
9.1
10.0
0.00145
0.4
0.7
2.7
May-07
90
4.5
4.3
4.0
17068
5.9
6.5
0.00133
0.2
0.4
2.3
Jun-07
90
6.0
5.8
5.3
17068
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.5
2.4
Jul-07
90
6.0
5.8
5.3
17068
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.5
2.4
Aug-07
180
7.0
6.8
6.2
0
8.0
8.8
0.00141
0.3
0.0
0.0
Sep-07
90
9.1
8.8
7.8
17068
9.5
10.5
0.00147
0.4
0.7
2.7
Oct-07
90
7.5
7.3
6.6
17068
8.4
9.2
0.00142
0.3
0.6
2.6
Nov-07
90
4.5
4.3
4.0
17068
5.9
6.5
0.00133
0.2
0.4
2.3
Dec-07
360
6.0
5.8
5.3
42845
7.2
7.9
0.00138
0.3
0.8
3.3
102
Lampiran 5. Hasil Perhitngan Karakteristik Gelombang.
Month
Hmo
(m)
T (s)
Kr
Ho'
Lo
Ω
Hb
γb
db
Co
ρ
g
E
Jan-93
0.710
2.99
0.98
0.696
13.94
1.02
0.710
0.78
0.91
4.66
1025
9.8
633.7
Jan-94
0.948
3.50
0.98
0.929
19.07
1.02
0.952
0.78
1.22
5.45
1025
9.8
1129.5
Jan-95
0.751
3.24
0.98
0.736
16.33
1.04
0.766
0.78
0.98
5.05
1025
9.8
709.0
Jan-96
0.537
2.89
0.98
0.526
13.05
1.06
0.560
0.78
0.72
4.51
1025
9.8
361.4
Jan-97
0.700
3.16
0.98
0.686
15.57
1.05
0.717
0.78
0.92
4.93
1025
9.8
614.8
Jan-98
0.593
2.99
0.98
0.581
13.94
1.06
0.614
0.78
0.79
4.66
1025
9.8
440.8
Jan-99
0.239
2.08
0.98
0.234
6.74
1.10
0.257
0.78
0.33
3.24
1025
9.8
71.8
Jan-00
0.540
2.73
0.98
0.529
11.60
1.04
0.549
0.78
0.70
4.25
1025
9.8
365.5
Jan-01
0.479
2.78
0.98
0.469
12.09
1.07
0.503
0.78
0.64
4.34
1025
9.8
287.5
Jan-02
0.593
2.99
0.98
0.581
13.94
1.06
0.614
0.78
0.79
4.66
1025
9.8
440.8
Jan-03
0.802
3.31
0.98
0.786
17.06
1.04
0.815
0.78
1.04
5.16
1025
9.8
807.7
Jan-04
0.284
1.83
0.98
0.278
5.23
1.01
0.280
0.78
0.36
2.86
1025
9.8
101.2
Jan-05
0.647
3.08
0.98
0.634
14.78
1.05
0.666
0.78
0.85
4.80
1025
9.8
525.4
Jan-06
0.310
1.88
0.98
0.304
5.54
1.00
0.304
0.78
0.39
2.94
1025
9.8
120.6
Jan-07
0.695
3.15
0.98
0.681
15.49
1.05
0.712
0.78
0.91
4.92
1025
9.8
605.7
Feb-93
0.869
3.20
0.98
0.852
15.95
1.01
0.857
0.78
1.10
4.99
1025
9.8
949.2
Feb-94
0.948
3.50
0.98
0.929
19.07
1.02
0.952
0.78
1.22
5.45
1025
9.8
1129.5
Feb-95
0.948
3.50
0.98
0.929
19.07
1.02
0.952
0.78
1.22
5.45
1025
9.8
1129.5
Feb-96
0.700
3.16
0.98
0.686
15.57
1.05
0.717
0.78
0.92
4.93
1025
9.8
614.8
Feb-97
0.996
3.55
0.98
0.976
19.70
1.02
0.997
0.78
1.28
5.54
1025
9.8
1244.9
Feb-98
0.479
2.78
0.98
0.469
12.09
1.07
0.503
0.78
0.64
4.34
1025
9.8
287.5
Feb-99
0.584
2.80
0.98
0.572
12.23
1.03
0.591
0.78
0.76
4.37
1025
9.8
427.8
Feb-00
0.494
2.65
0.98
0.484
10.94
1.04
0.506
0.78
0.65
4.13
1025
9.8
306.7
Feb-01
0.802
3.31
0.98
0.786
17.06
1.04
0.815
0.78
1.04
5.16
1025
9.8
807.7
Feb-02
0.593
2.99
0.98
0.581
13.94
1.06
0.614
0.78
0.79
4.66
1025
9.8
440.8
Feb-03
0.593
2.99
0.98
0.581
13.94
1.06
0.614
0.78
0.79
4.66
1025
9.8
440.8
Feb-04
0.479
2.78
0.98
0.469
12.09
1.07
0.503
0.78
0.64
4.34
1025
9.8
287.5
Feb-05
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Feb-06
0.593
2.99
0.98
0.581
13.94
1.06
0.614
0.78
0.79
4.66
1025
9.8
440.8
Feb-07
0.695
3.15
0.98
0.681
15.49
1.05
0.712
0.78
0.91
4.92
1025
9.8
605.7
Dec-93
0.900
3.44
0.98
0.882
18.42
1.03
0.907
0.78
1.16
5.36
1025
9.8
1018.1
Dec-94
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Dec-95
0.593
2.99
0.98
0.581
13.94
1.06
0.614
0.78
0.79
4.66
1025
9.8
440.8
Dec-96
0.506
2.43
0.98
0.496
9.23
1.00
0.499
0.78
0.64
3.80
1025
9.8
321.8
Dec-97
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Dec-98
0.494
2.65
0.98
0.484
10.94
1.04
0.506
0.78
0.65
4.13
1025
9.8
306.7
Dec-99
0.494
2.65
0.98
0.484
10.94
1.04
0.506
0.78
0.65
4.13
1025
9.8
306.7
Dec-00
1.179
3.76
0.98
1.155
22.05
1.01
1.167
0.78
1.50
5.86
1025
9.8
1745.4
Dec-01
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Dec-02
0.181
1.73
0.98
0.177
4.65
1.08
0.191
0.78
0.24
2.69
1025
9.8
41.1
Dec-03
0.669
2.93
0.98
0.656
13.39
1.02
0.671
0.78
0.86
4.57
1025
9.8
562.0
Dec-04
0.669
2.93
0.98
0.656
13.39
1.02
0.671
0.78
0.86
4.57
1025
9.8
562.0
Dec-05
0.408
2.26
0.98
0.400
8.00
1.02
0.408
0.78
0.52
3.53
1025
9.8
209.3
Dec-06
0.900
3.44
0.98
0.882
18.42
1.03
0.907
0.78
1.16
5.36
1025
9.8
1018.1
Dec-07
0.802
0.1811.179
3.31
1.733.76
0.98
0.786
0.1771.155
17.06
4.6522.05
1.04
1.01.1
0.815
0.1911.167
0.78
1.04
0.241.50
5.16
2.695.86
1025
9.8
1025
9.8
807.7
41.11745.4
Kisaran
0.98
0.78
103
Lanjutan lampiran 5.
Pancarobah 1
Month
Hmo
(m)
T (s)
Kr
Ho'
Lo
Ω
Hb
γb
db
Co
ρ
g
E
Mar-93
0.713
3.12
0.98
0.698
15.21
1.04
0.724
0.78
0.93
4.87
1025
9.8
637.6
Mar-94
0.432
2.10
0.98
0.423
6.91
0.98
0.414
0.78
0.53
3.28
1025
9.8
233.8
Mar-95
0.506
2.43
0.98
0.496
9.23
1.00
0.499
0.78
0.64
3.80
1025
9.8
321.8
Mar-96
0.700
3.16
0.98
0.686
15.57
1.05
0.717
0.78
0.92
4.93
1025
9.8
614.8
Mar-97
0.442
2.32
0.98
0.433
8.43
1.01
0.439
0.78
0.56
3.63
1025
9.8
244.9
Mar-98
1.088
3.66
0.98
1.067
20.91
1.02
1.083
0.78
1.39
5.71
1025
9.8
1487.6
Mar-99
0.302
2.05
0.98
0.296
6.54
1.04
0.308
0.78
0.39
3.20
1025
9.8
114.5
Mar-00
0.584
2.80
0.98
0.572
12.23
1.03
0.591
0.78
0.76
4.37
1025
9.8
427.8
Mar-01
0.948
3.50
0.98
0.929
19.07
1.02
0.952
0.78
1.22
5.45
1025
9.8
1129.5
Mar-02
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Mar-03
0.418
2.66
0.98
0.410
11.05
1.08
0.443
0.78
0.57
4.15
1025
9.8
219.4
Mar-04
0.537
2.89
0.98
0.526
13.05
1.06
0.560
0.78
0.72
4.51
1025
9.8
361.4
Mar-05
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Mar-06
0.593
2.99
0.98
0.581
13.94
1.06
0.614
0.78
0.79
4.66
1025
9.8
440.8
Mar-07
0.757
3.24
0.98
0.741
16.40
1.04
0.771
0.78
0.99
5.06
1025
9.8
718.7
Apr-93
0.664
3.05
0.98
0.650
14.51
1.04
0.678
0.78
0.87
4.76
1025
9.8
552.9
Apr-94
0.408
2.26
0.98
0.400
8.00
1.02
0.408
0.78
0.52
3.53
1025
9.8
209.3
Apr-95
0.442
2.32
0.98
0.433
8.43
1.01
0.439
0.78
0.56
3.63
1025
9.8
244.9
Apr-96
0.506
2.43
0.98
0.496
9.23
1.00
0.499
0.78
0.64
3.80
1025
9.8
321.8
Apr-97
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Apr-98
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Apr-99
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Apr-00
0.537
2.89
0.98
0.526
13.05
1.06
0.560
0.78
0.72
4.51
1025
9.8
361.4
Apr-01
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Apr-02
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Apr-03
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Apr-04
0.509
2.79
0.98
0.499
12.15
1.06
0.529
0.78
0.68
4.35
1025
9.8
325.0
Apr-05
0.700
3.16
0.98
0.686
15.57
1.05
0.717
0.78
0.92
4.93
1025
9.8
614.8
Apr-06
0.181
1.73
0.98
0.177
4.65
1.08
0.191
0.78
0.24
2.69
1025
9.8
41.1
Apr-07
0.655
2.65
0.98
0.642
10.96
0.99
0.634
0.78
0.81
4.14
1025
9.8
538.7
May-93
0.442
2.32
0.98
0.433
8.43
1.01
0.439
0.78
0.56
3.63
1025
9.8
244.9
May-94
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
May-95
0.442
2.32
0.98
0.433
8.43
1.01
0.439
0.78
0.56
3.63
1025
9.8
244.9
May-96
0.568
2.53
0.98
0.557
9.97
1.00
0.555
0.78
0.71
3.94
1025
9.8
405.6
May-97
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
May-98
0.408
2.26
0.98
0.400
8.00
1.02
0.408
0.78
0.52
3.53
1025
9.8
209.3
May-99
0.408
2.26
0.98
0.400
8.00
1.02
0.408
0.78
0.52
3.53
1025
9.8
209.3
May-00
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
May-01
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
May-02
0.339
2.13
0.98
0.332
7.06
1.03
0.343
0.78
0.44
3.32
1025
9.8
144.0
May-03
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
May-04
0.584
2.80
0.98
0.572
12.23
1.03
0.591
0.78
0.76
4.37
1025
9.8
427.8
May-05
0.613
2.97
0.98
0.601
13.77
1.05
0.630
0.78
0.81
4.63
1025
9.8
472.4
May-06
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
May-07
0.405
0.1811.088
2.26
1.733.66
0.98
0.397
0.1771.067
7.96
4.5620.91
1.02
0.981.08
0.405
0.1911.083
0.78
0.52
0.241.39
3.52
2.695.71
1025
9.8
1025
9.8
205.8
41.11487.6
Kisaran
0.98
0.78
104
Lanjutan Lampiran 5.
Musim Timur
Month
Hmo
(m)
T (s)
Kr
Ho'
Lo
Ω
Hb
γb
db
Co
ρ
g
E
405.6
Jun-93
0.568
2.53
0.98
0.557
9.97
1.00
0.555
0.78
0.712
3.94
1025
9.8
Jun-94
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jun-95
0.506
2.43
0.98
0.496
9.23
1.00
0.499
0.78
0.639
3.80
1025
9.8
321.8
Jun-96
0.339
2.13
0.98
0.332
7.06
1.03
0.343
0.78
0.439
3.32
1025
9.8
144.0
Jun-97
0.568
2.53
0.98
0.557
9.97
1.00
0.555
0.78
0.712
3.94
1025
9.8
405.6
Jun-98
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.482
3.43
1025
9.8
175.6
Jun-99
0.302
2.05
0.98
0.296
6.54
1.04
0.308
0.78
0.394
3.20
1025
9.8
114.5
Jun-00
0.442
2.32
0.98
0.433
8.43
1.01
0.439
0.78
0.563
3.63
1025
9.8
244.9
Jun-01
0.506
2.43
0.98
0.496
9.23
1.00
0.499
0.78
0.639
3.80
1025
9.8
321.8
Jun-02
0.264
1.96
0.98
0.259
5.98
1.05
0.271
0.78
0.348
3.05
1025
9.8
87.4
Jun-03
0.302
2.05
0.98
0.296
6.54
1.04
0.308
0.78
0.394
3.20
1025
9.8
114.5
Jun-04
0.494
2.65
0.98
0.484
10.94
1.04
0.506
0.78
0.648
4.13
1025
9.8
306.7
Jun-05
0.494
2.65
0.98
0.484
10.94
1.04
0.506
0.78
0.648
4.13
1025
9.8
306.7
Jun-06
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jun-07
0.506
2.43
0.98
0.496
9.23
1.00
0.499
0.78
0.639
3.80
1025
9.8
321.8
Jul-93
0.568
2.53
0.98
0.557
9.97
1.00
0.555
0.78
0.712
3.94
1025
9.8
405.6
Jul-94
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jul-95
0.599
2.57
0.98
0.587
10.33
0.99
0.583
0.78
0.747
4.01
1025
9.8
449.9
Jul-96
0.442
2.32
0.98
0.433
8.43
1.01
0.439
0.78
0.563
3.63
1025
9.8
244.9
Jul-97
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jul-98
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.482
3.43
1025
9.8
175.6
Jul-99
0.339
2.13
0.98
0.332
7.06
1.03
0.343
0.78
0.439
3.32
1025
9.8
144.0
Jul-00
0.506
2.43
0.98
0.496
9.23
1.00
0.499
0.78
0.639
3.80
1025
9.8
321.8
Jul-01
0.599
2.57
0.98
0.587
10.33
0.99
0.583
0.78
0.747
4.01
1025
9.8
449.9
Jul-02
0.224
1.85
0.98
0.219
5.36
1.06
0.233
0.78
0.298
2.89
1025
9.8
62.8
Jul-03
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jul-04
0.538
2.48
0.98
0.527
9.61
1.00
0.527
0.78
0.676
3.87
1025
9.8
362.8
Jul-05
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jul-06
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jul-07
0.506
2.43
0.98
0.496
9.23
1.00
0.499
0.78
0.639
3.80
1025
9.8
321.8
Aug-93
0.599
2.57
0.98
0.587
10.33
0.99
0.583
0.78
0.747
4.01
1025
9.8
449.9
Aug-94
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Aug-95
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Aug-96
0.442
2.32
0.98
0.433
8.43
1.01
0.439
0.78
0.563
3.63
1025
9.8
244.9
Aug-97
0.744
2.77
0.98
0.729
11.94
0.98
0.714
0.78
0.916
4.32
1025
9.8
695.3
Aug-98
0.442
2.32
0.98
0.433
8.43
1.01
0.439
0.78
0.563
3.63
1025
9.8
244.9
Aug-99
0.599
2.57
0.98
0.587
10.33
0.99
0.583
0.78
0.747
4.01
1025
9.8
449.9
Aug-00
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Aug-01
0.744
2.77
0.98
0.729
11.94
0.98
0.714
0.78
0.916
4.32
1025
9.8
695.3
Aug-02
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Aug-03
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Aug-04
0.538
2.48
0.98
0.527
9.61
1.00
0.527
0.78
0.676
3.87
1025
9.8
362.8
Aug-05
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Aug-06
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Aug-07
0
0.2240.744
0
1.852.77
0
0
0.2190.729
0
5.3611.94
0
0.981.06
0
0.2330.714
0
0
0.300.92
0
2.894.32
0
0
1025
9.8
0
62.8695.3
Kisaran
0.98
0.78
105
Lanjutan Lampiran 5.
Month
Hmo
(m)
T (s)
Kr
Ho'
Lo
Ω
Hb
γb
db
Co
ρ
g
E
Sep-93
0.568
2.53
0.98
0.557
9.97
1.00
0.555
0.78
0.71
3.94
1025
9.8
405.6
Sep-94
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sep-95
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sep-96
0.506
2.43
0.98
0.496
9.23
1.00
0.499
0.78
0.64
3.80
1025
9.8
321.8
Sep-97
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sep-98
0.599
2.57
0.98
0.587
10.33
0.99
0.583
0.78
0.75
4.01
1025
9.8
449.9
Sep-99
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sep-00
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sep-01
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Sep-02
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sep-03
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sep-04
0.442
2.32
0.98
0.433
8.43
1.01
0.439
0.78
0.56
3.63
1025
9.8
244.9
Sep-05
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sep-06
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sep-07
0.690
2.70
0.98
0.676
11.35
0.98
0.666
0.78
0.85
4.21
1025
9.8
597.6
Oct-93
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Oct-94
0.599
2.57
0.98
0.587
10.33
0.99
0.583
0.78
0.75
4.0
1025
9.8
449.9
Oct-95
0.264
1.96
0.98
0.259
5.98
1.05
0.271
0.78
0.35
3.1
1025
9.8
87.4
Oct-96
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Oct-97
0.506
2.43
0.98
0.496
9.23
1.00
0.499
0.78
0.64
3.8
1025
9.8
321.8
Oct-98
0.442
2.32
0.98
0.433
8.43
1.01
0.439
0.78
0.56
3.63
1025
9.8
244.9
Oct-99
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Oct-00
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Oct-01
0.302
2.05
0.98
0.296
6.54
1.04
0.308
0.78
0.39
3.20
1025
9.8
114.5
Oct-02
0.264
1.96
0.98
0.259
5.98
1.05
0.271
0.78
0.35
3.05
1025
9.8
87.4
Oct-03
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Oct-04
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Oct-05
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Oct-06
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Oct-07
0.599
2.57
0.98
0.587
10.33
0.99
0.583
0.78
0.75
4.01
1025
9.8
449.9
Nov-93
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Nov-94
0.442
2.32
0.98
0.433
8.43
1.01
0.439
0.78
0.56
3.63
1025
9.8
244.9
Nov-95
0.479
2.78
0.98
0.469
12.09
1.07
0.503
0.78
0.64
4.34
1025
9.8
287.5
Nov-96
0.442
2.32
0.98
0.433
8.43
1.01
0.439
0.78
0.56
3.63
1025
9.8
244.9
Nov-97
0.744
2.77
0.98
0.729
11.94
0.98
0.714
0.78
0.92
4.32
1025
9.8
695.3
Nov-98
0.494
2.65
0.98
0.484
10.94
1.04
0.506
0.78
0.65
4.13
1025
9.8
306.7
Nov-99
0.494
2.65
0.98
0.484
10.94
1.04
0.506
0.78
0.65
4.13
1025
9.8
306.7
Nov-00
0.802
3.31
0.98
0.786
17.06
1.04
0.815
0.78
1.04
5.16
1025
9.8
807.7
Nov-01
0.479
2.78
0.98
0.469
12.09
1.07
0.503
0.78
0.64
4.34
1025
9.8
287.5
Nov-02
0.224
1.85
0.98
0.219
5.36
1.06
0.233
0.78
0.30
2.89
1025
9.8
62.8
Nov-03
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Nov-04
0.374
2.20
0.98
0.366
7.55
1.03
0.376
0.78
0.48
3.43
1025
9.8
175.6
Nov-05
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Nov-06
0.628
2.61
0.98
0.616
10.67
0.99
0.610
0.78
0.78
4.08
1025
9.8
495.9
Nov-07
0.405
0.2240.802
2.26
1.853.31
0.98
0.397
0.2190.786
7.96
5.3617.06
1.02
0.981.07
0.405
0.2330.815
0.78
0.52
0.301.04
3.52
2.905.16
1025
9.8
1025
9.8
205.8
62.8807.7
Kisaran
0.98
0.78
106
Lampiran 6. Data Sedimen Dasar
a. Maret 2007
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
ST1
Berat
(gram)
ST 2
Persentase
Berat
Kumulatif
Berat
ST 3
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
0.1892
0.5132
0.5132
Berat
ST 4
Persentase
Berat
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
(gram)
Berat
Kumulatif
0.0369
4-8
Kerikil
2-4
1-2
0,5 - 1
Pasir
0.0177
0.0480
0.5612
0,25 - 0,5
0.0140
0.0306
0.0306
0.0306
0.0830
0.6442
0.0663
0.1475
0.1475
0.0128
0.0369
0,125 - 0,25
0.0322
0.0704
0.1010
0.0232
0.0629
0.7071
0.0601
0.1337
0.2811
0.0168
0.0484
0.0853
0,063 - 0,125
0.2169
0.4741
0.5751
0.1036
0.2810
0.9881
0.2216
0.4929
0.7740
0.0719
0.2073
0.2926
Lanau
0,004 - 0,063
1.6738
3.6585
4.2336
0.6124
1.6610
2.6491
0.4718
1.0494
1.8234
0.6307
1.8184
2.1111
Lempung
< 0,004
43.8139
95.7664
100.0000
35.8926
97.3509
100.0000
44.1413
98.1766
100.0000
33.9517
97.8889
100.0000
45.7508
100
36.8693
100
44.9611
100
34.6839
100
Jumlah
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
ST 5
Berat
(gram)
Kerakal
Lanau
Persentase
Berat
Kumulatif
Berat
(gram)
ST 7
Persentase
Berat
Kumulatif
Berat
ST 8
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
4-8
1.0548
2.7857
2.7857
2-4
0.9027
2.3840
1-2
0.3334
0.8805
Berat
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
5.1697
0.1768
0.2410
0.2410
6.0502
0.1371
0.1869
0.4280
0.1803
0.2458
0.6738
8 - 16
Kerikil
Pasir
ST 6
0,5 - 1
0.023
0.0552
0.0552
0.0861
0.1535
0.1535
0.1711
0.4519
6.5020
0,25 - 0,5
0.0719
0.1725
0.2277
0.0285
0.0508
0.2043
0.0635
0.1677
6.6697
0.2177
0.2968
0.9706
0,125 - 0,25
0.1378
0.3306
0.5583
0.0348
0.0620
0.2663
0.9673
2.5546
9.2243
10.7780
14.6944
15.6650
0,063 - 0,125
1.3997
3.3579
3.9162
0.0431
0.0768
0.3431
10.4734
27.6598
36.8842
33.0670
45.0827
60.7477
0,004 - 0,063
4.2139
10.1093
14.0255
12.3057
21.9323
22.2754
3.5556
9.3902
46.2744
2.4016
3.2743
64.0220
35.8372
85.9745
100.0000
43.6095
77.7246
100.0000
20.3432
53.7256
100.0000
26.3890
35.9780
100.0000
41.6835
100
56.1077
100
37.8650
100
73.3475
100
Lempung
< 0,004
Jumlah
107
Lanjutan Lampiran 6.
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
Berat
ST 10
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
4-8
0.4236
1.5230
1.5230
2-4
0.0976
0.3509
1-2
0.0499
0,5 - 1
Berat
ST 11
Persentase
Berat
ST 12
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
(gram)
Berat
Kumulatif
0.2130
0.3569
0.3569
1.8739
1.4616
2.8333
2.8333
0.4925
0.8253
0.1794
2.0533
0.3429
0.6647
3.4980
0.2750
0.0593
0.2132
2.2665
0.2928
0.5676
4.0656
0.3926
Berat
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
1.1823
0.2826
0.4602
0.4602
0.4608
1.6431
0.1180
0.1921
0.6523
0.6579
2.3010
0.1114
0.1814
0.8337
8 - 16
Kerikil
Pasir
ST 9
0,25 - 0,5
0.0828
0.2977
2.5642
0.1867
0.3619
4.4275
0.4533
0.7596
3.0607
0.1742
0.2837
1.1174
0,125 - 0,25
1.1472
4.1245
6.6887
0.5975
1.1582
5.5857
8.0716
13.5263
16.5870
1.7353
2.8257
3.9430
0,063 - 0,125
13.3089
47.8495
54.5382
1.9567
3.7930
9.3788
10.2366
17.1544
33.7414
23.3638
38.0444
41.9874
Lanau
0,004 - 0,063
5.6861
20.4432
74.9814
2.9576
5.7332
15.1120
2.9442
4.9339
38.6753
5.3899
8.7766
50.7640
Lempung
< 0,004
6.9587
25.0186
100.00
43.7910
84.8880
100.00
36.5945
61.3247
100.00
30.2368
49.2360
100.00
27.8141
100
51.5868
100
59.6733
100
61.412
100
Jumlah
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
ST 13
Berat
(gram)
Kerikil
ST 14
Persentase
Berat
Kumulatif
Lanau
ST 15
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
4-8
0.2952
1.1908
1.1908
2-4
0.334
1.3473
2.5381
1-2
0.2132
0.8600
3.3981
0,5 - 1
Pasir
Berat
Berat
(gram)
ST 16
Persentase
Berat
Kumulatif
Berat
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
0.0826
0.1605
0.6474
4.0455
0.0861
0.1535
0.1535
0,25 - 0,5
0.0135
0.1317
0.1317
0.0847
0.3417
4.3871
0.0285
0.0508
0.2043
0.0209
0.0826
0,125 - 0,25
0.0613
0.5979
0.7296
0.2290
0.9237
5.3109
0.0348
0.0620
0.2663
2.3913
9.4507
9.5333
0,063 - 0,125
0.0597
0.5823
1.3119
0.4977
2.0076
100.0000
0.0431
0.0768
0.3431
3.9096
15.4511
24.9844
0,004 - 0,063
0.1711
1.6689
2.9808
5.5892
22.5452
12.3057
21.9323
22.2754
14.69
58.0564
83.0407
9.9468
97.0192
100.0000
18.0168
72.6745
43.6095
77.7246
100.0000
4.2912
16.9593
100.0000
10.2524
100
24.7911
100
56.1077
100
25.303
100
Lempung
< 0,004
Jumlah
100.0000
108
Lanjutan Lampiran 6.
Jenis
Sedimen
ST 17
Ukuran Butir
(mm)
Berat
Persentase
(gram)
Kerakal
ST 18
Berat
Berat
Kumulatif
ST 19
Persentase
(gram)
Berat
Berat
Kumulatif
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
8 - 16
4-8
Kerikil
2-4
1-2
0,5 - 1
Pasir
0,25 - 0,5
0.1307
0.2625
0.2625
0.0154
0.0336
0.0336
0.0048
0.0087
0.0087
0,125 - 0,25
2.9268
5.8774
6.1398
0.0898
0.1960
0.2296
0.0196
0.0353
0.0440
0,063 - 0,125
1.8955
3.8064
9.9462
4.7331
10.3302
10.5598
0.0653
0.1177
0.1617
Lanau
0,004 - 0,063
1.4385
2.8887
12.8349
2.7125
5.9202
16.4800
0.127
0.2289
0.3906
Lempung
< 0,004
43.4062
87.1651
100.0000
38.2671
83.5200
100.0000
55.2602
99.6094
100.0000
49.7977
100
45.8179
100.0000
55.4769
100
Jumlah
b. Juli 2007.
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
St. 1
Berat
(gram)
Kerakal
Lanau
Persentase
Berat
Kumulatif
Berat
St.3
Persentase
Berat
St. 4
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
(gram)
Berat
Kumulatif
0.1310
0.3709
0.3709
0.1711
0.5254
0.5254
0.6369
Berat
(gram)
Persentase
Berat
Kumulatif
8 - 16
4-8
Kerikil
Pasir
St. 2
2-4
0.0358
0.0771
0.0771
0.0100
0.0283
0.3992
0.0363
0.1115
1-2
0.0602
0.1296
0.2067
0.0439
0.1243
0.5235
0.0176
0.0540
0.6909
0,5 - 1
0.0518
0.1115
0.3182
0.0263
0.0745
0.5979
0.0072
0.0221
0.7130
0.0530
0.1634
0.1634
0,25 - 0,5
0.0352
0.0758
0.3940
0.0308
0.0872
0.6851
0.0300
0.0921
0.8052
0.0174
0.0536
0.2170
0,125 - 0,25
0.0511
0.1100
0.5040
0.0451
0.1277
0.8128
0.0641
0.1968
1.0020
0.6303
1.9428
2.1598
0,063 - 0,125
0.5444
1.1721
1.6762
0.0722
0.2044
1.0172
0.1758
0.5398
1.5418
0.2878
0.8871
3.0469
0,004 - 0,063
40.1455
86.4361
88.1123
31.0353
87.8642
88.8814
26.4246
81.1442
82.6860
20.4646
63.0786
66.1255
5.5213
11.8877
100
3.9273
11.1186
100
5.6383
17.3140
100
10.9899
33.8745
100
46.4453
100
35.3219
100
32.565
100
32.4430
100
Lempung
< 0,004
Jumlah
109
Lanjutan Lampiran 6.
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
Berat
Persentase
(gram)
Berat
St. 7
Berat
Kumulatif
(gram)
St. 8
Persentase
Berat
Kumulatif
Berat
(gram)
St. 9
Persentase
Berat
Kumulatif
8 - 16
4-8
Kerikil
Pasir
St. 6
Berat
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
0.7067
1.9294
1.9294
0.2077
0.5093
0.5093
1.1819
1.8737
1.8737
1.0083
2.7529
4.6823
2-4
0.0558
0.1499
0.1499
0.1575
0.3862
0.8955
0.146
0.2315
2.1052
0.626
1.7091
6.3914
8.0295
1-2
0.0221
0.0594
0.2093
0.0450
0.1103
1.0059
0.0792
0.1256
2.2307
0.6000
1.6381
0,5 - 1
0.0171
0.0459
0.2552
0.0228
0.0559
1.0618
0.0444
0.0704
2.3011
0.394
1.0757
9.1052
0,25 - 0,5
0.0324
0.0870
0.3422
0.0186
0.0456
1.1074
0.0327
0.0518
2.3529
0.3437
0.9384
10.0436
0,125 - 0,25
0.0660
0.1773
0.5195
0.0994
0.2437
1.3512
8.6084
13.6471
16.0000
0.6139
1.6761
11.7197
0,063 - 0,125
2.2614
6.0748
6.5944
4.6520
11.4076
12.7587
27.2346
43.1757
59.1757
0.9790
2.6729
14.3925
Lanau
0,004 - 0,063
29.9299
80.4010
86.9953
28.3892
69.6155
82.3742
21.6469
34.3173
93.4930
3.3640
9.1844
23.5769
Lempung
< 0,004
4.8411
13.0047
100
7.1878
17.6258
100
4.1045
6.5070
100
27.9917
76.4231
100
37.2258
100
40.78
100
63.0786
100
36.6273
100
Jumlah
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
St. 10
Berat
(gram)
Kerikil
Pasir
Lanau
St. 11
Persentase
Berat
Kumulatif
Berat
(gram)
St. 12
Persentase
Berat
Kumulatif
Berat
(gram)
St.13
Persentase
Berat
Kumulatif
Berat
(gram)
Persentase
Berat
Kumulatif
4-8
0.2219
0.3614
0.3614
0.1792
0.2788
0.2788
2.5845
4.2095
4.2095
0.0921
0.1227
0.1227
2-4
0.261
0.4251
0.7865
0.2452
0.3815
0.6603
2.6270
4.2787
8.4882
0.1851
0.2465
0.3692
1-2
0.0772
0.1257
0.9123
0.2440
0.3796
1.0399
2.4865
4.0499
12.5381
0.2047
0.2726
0.6418
0,5 - 1
0.0751
0.1223
1.0346
0.2821
0.4389
1.4788
2.4889
4.0538
16.5919
0.1308
0.1742
0.8160
0,25 - 0,5
0.0720
0.1173
1.1518
0.3650
0.5679
2.0466
2.5256
4.1136
20.7054
0.1850
0.2464
1.0623
0,125 - 0,25
0.4222
0.6877
1.8395
1.0320
1.6056
3.6522
3.1840
5.1859
25.8913
16.0835
21.4193
22.4816
0,063 - 0,125
1.4843
2.4175
4.2570
13.8742
21.5853
25.2375
14.1878
23.1083
48.9996
20.3789
27.1397
49.6213
0,004 - 0,063
50.4422
82.1574
86.4145
16.0717
25.0042
50.2417
19.4106
31.6149
80.6145
28.1498
37.4886
87.1099
< 0,004
8.3411
13.5855
100
31.9827
49.7583
100
11.9021
19.3855
100
9.6790
12.8901
100
61.397
100
64.2761
100
61.397
100
75.0889
100
Lempung
Jumlah
110
Lanjutan Lampiran 6.
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Berat
St. 15
Persentase
Berat
St. 16
Persentase
Berat
St. 17
Persentase
Berat
(gram)
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
(gram)
Berat
Kumulatif
(gram)
Berat
Kumulatif
4-8
0.1221
0.1827
0.1827
0.1711
0.3994
0.3994
1.9646
4.8454
4.8454
2-4
0.2887
0.4320
0.6147
0.0363
0.0847
0.4841
0.5246
1.2939
6.1393
1-2
0.2658
0.3977
1.0124
0.0176
0.0411
0.5252
0.4625
1.1407
7.2800
0.0683
0.0959
0.0959
0,5 - 1
0.252
0.3771
1.3895
0.0072
0.0168
0.5420
0.3396
0.8376
8.1176
0.1154
0.1620
0.2578
0,25 - 0,5
0.2638
0.3947
1.7843
0.0300
0.0700
0.6120
0.2494
0.6151
8.7327
0.2917
0.4094
0.6672
0,125 - 0,25
2.3141
3.4627
5.2470
0.0641
0.1496
0.7617
0.3961
0.9769
9.7096
0.6505
0.9130
1.5802
Kerakal
Berat
Kumulatif
8 - 16
Kerikil
Pasir
St. 14
0,063 - 0,125
1.4290
2.1383
7.3853
0.1758
0.4104
1.1720
22.3129
55.0319
64.7415
4.1436
5.8155
7.3957
Lanau
0,004 - 0,063
49.0089
73.3348
80.7200
26.4246
61.6806
62.8526
10.6138
26.1776
90.9191
52.3811
73.5169
80.9127
Lempung
< 0,004
12.8846
19.2800
100
15.9143
37.1474
100
3.6819
9.0809
100
13.5998
19.0873
100
66.8290
100
42.841
100
40.5454
100
71.2504
100
Jumlah
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
St. 18
Berat
(gram)
Lanau
Lempung
Berat
Kumulatif
Berat
Persentase
(gram)
Berat
Kumulatif
2-4
0.0983
0.2133
0.2133
1-2
0.0012
0.0026
0.2159
4-8
Kerikil
Pasir
St. 19
Persentase
0,5 - 1
2.4588
3.4405
3.4405
0.0084
0.0182
0.2341
0,25 - 0,5
2.4724
3.4595
6.9000
0.0122
0.0265
0.2606
0.3532
0,125 - 0,25
2.5527
3.5719
10.4719
0.0427
0.0926
0,063 - 0,125
2.5631
3.5864
14.0583
0.1786
0.3875
0.7407
0,004 - 0,063
61.1166
85.5176
99.5759
36.3145
78.7919
79.5327
0.3031
0.4241
100
9.4332
20.4673
100
71.4667
100
46.0891
100
< 0,004
Jumlah
111
Lampiran 7. Pola Distribu Sedimen Dasar
a. Maret 2007
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
Kerikil
Persentase Dmonisasi Berat Per Stasiun (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
4-8
2.79
2-4
2.38
0.24
0.35
0.88
0.19
0.18
1-2
0.51
0,5 - 1
0.06
0.15
0.45
0.25
0.21
0,25 - 0,5
0.03
0.08
0.15
0.04
0.17
0.05
0.17
0.30
0.30
0,125 - 0,25
0.07
0.06
0.13
0.05
0.33
0.06
2.55
14.69
4.12
0,063 - 0,125
0.47
0.28
0.49
0.21
3.36
0.08
27.66
45.08
47.85
Pasir
0.05
1.52
Lanau
0,004 - 0,063
3.66
1.66
1.05
1.82
10.11
21.93
9.39
3.27
20.44
Lempung
< 0,004
95.77
97.35
98.18
97.89
85.97
77.72
53.73
35.98
25.02
100
100
100
100
100
100
100
100
100
10
11
2-4
2.83
1-2
0.66
Jumlah
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
Persentase Dmonisasi Berat Per Stasiun (%)
4-8
Kerikil
Pasir
12
14
0.83
0.46
1.31
0.46
0.19
0.84
0.36
15
16
17
18
19
0.01
1.16
0,5 - 1
0.57
0.66
0.18
0.63
0.15
0,25 - 0,5
0.36
0.76
0.28
0.33
0.05
0.08
0.26
0.03
0,125 - 0,25
1.16
13.53
2.83
0.90
0.06
9.45
5.88
0.20
0.04
0,063 - 0,125
3.79
17.15
38.04
1.96
0.08
15.45
3.81
10.33
0.12
Lanau
0,004 - 0,063
5.73
4.93
8.78
21.99
21.93
58.06
2.89
5.92
0.23
Lempung
< 0,004
84.89
61.32
49.24
70.88
77.72
16.96
87.17
83.52
99.61
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Jumlah
Stasiun 1
Stasiun2
100
100
90
80
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
90
70
60
50
40
30
20
10
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0,25- 0,5
0,125 - 0,25
0,063- 0,125
0,004- 0,063
Ukuran Butiran (mm)
<0,004
0
1-2
0,5-1
0,25-0,5 0,125-0,25 0,063-0,125 0,004-0,063
UkuranButiran(mm)
<0,004
112
Lanjutan Lampiran 7
Stasiun 4
100
100
90
90
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
Stasiun 3
80
70
60
50
40
30
20
80
70
60
50
40
30
20
10
10
0
0
0,25 - 0,5
0,125 - 0,25
0,063 - 0,125 0,004 - 0,063
0,25 - 0,5
< 0,004
0,125 - 0,25
Stasiun 5
0,004 - 0,063
< 0,004
Stasiun 6
90
80
80
70
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
0,063 - 0,125
Ukuran Butiran (mm)
Ukuran Butiran (mm)
70
60
50
40
30
20
60
50
40
30
20
10
10
0
0
0,5- 1
0,25- 0,5 0,125- 0,25 0,063- 0,1250,004- 0,063
<0,004
0,5 - 1
0,25 - 0,5
UkuranButiran(mm)
0,125 - 0,25 0,063 - 0,125 0,004 - 0,063
< 0,004
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun 8
Stasiun 7
50
60
45
40
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
50
40
30
20
35
30
25
20
15
10
10
5
0
0
4- 8
2- 4
1- 2
0,5- 1
0,25- 0,5 0,125- 0,25
Ukuran Butiran (mm)
0,0630,125
0,0040,063
<0,004
2- 4
1- 2
0,5 - 1
0,25 - 0,5 0,125 - 0,25 0,063 - 0,125
Ukuran Butiran (mm)
0,004 0,063
<0,004
113
Lanjutan Lampiran 7
Stasiun 9
Stasiun 10
90
45
80
40
70
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
50
35
30
25
20
15
60
50
40
30
10
20
5
10
0
4- 8
2- 4
1- 2
0,5 - 1
0,25 - 0,5
0,125 0,25
0,063 0,125
0,004 0,063
0
< 0,004
2- 4
1- 2
0,5 - 1
Ukuran Butiran (mm)
0,063 0,125
0,004 0,063
<0,004
0,004 0,063
<0,004
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun 11
Stasiun 12
70
50
45
Persentase Dominasi (%)
60
Persentase Dominasi (%)
0,25 - 0,5 0,125 - 0,25
50
40
30
20
40
35
30
25
20
15
10
10
5
0
4- 8
2- 4
1- 2
0,5 - 1
0,25 - 0,5 0,125 - 0,25 0,063 0,125
0,004 0,063
0
<0,004
2- 4
1- 2
0,5 - 1
0,25 - 0,5 0,125 - 0,25 0,063 - 0,125
Ukuran Butiran (mm)
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun 15
80
80
70
70
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
Stasiun 14
60
50
40
30
20
10
60
50
40
30
20
10
0
4- 8
2- 4
1- 2
0,5 - 1 0,25 - 0,5 0,125 0,25
Ukuran Butiran (mm)
0,063 0,125
0,004 0,063
<0,004
0
0,5- 1
0,25- 0,5
0,125- 0,25
0,063- 0,125 0,004- 0,063
Ukuran Butiran (mm)
<0,004
114
Lanjutan Lampiran 7
Stasiun 16
Stasiun 17
90
80
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
60
50
40
30
20
10
70
60
50
40
30
20
10
0
0,25 - 0,5
0,125 - 0,25
0,063 - 0,125
0,004 - 0,063
0
<0,004
0,25- 0,5
Ukuran Butiran (mm)
0,125- 0,25
0,063- 0,125
0,004- 0,063
<0,004
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun 19
Stasiun 18
90
100
90
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
80
70
60
50
40
30
20
80
70
60
50
40
30
20
10
10
0
0
0,25- 0,5
0,125- 0,25
0,063- 0,125
0,004- 0,063
<0,004
0,25 - 0,5
0,125 - 0,25
0,063 - 0,125 0,004 - 0,063
Ukuran Butiran (mm)
Ukuran Butiran (mm)
< 0,004
115
Lanjutan Lampiran 7
b. Juli 2007
Jenis
Sedimen
Persentase Dmonisasi Berat Per Stasiun (%)
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
1
4
6
7
8
Pasir
9
10
1.93
0.37
0.53
0.51
1.87
2.75
0.36
2-4
0.08
0.03
0.11
0.15
0.39
0.23
1.71
0.43
1-2
0.13
0.12
0.05
0.06
0.11
0.13
1.64
0.13
0,5 - 1
0.11
0.07
0.02
0.16
0.05
0.06
0.07
1.08
0.12
0,25 - 0,5
0.08
0.09
0.09
0.05
0.09
0.05
0.05
0.94
0.12
0,125 - 0,25
0.11
0.13
0.20
1.94
0.18
0.24
13.65
1.68
0.69
4-8
0,063 - 0,125
1.17
0.20
0.54
0.89
6.07
11.41
43.18
2.67
2.42
0,004 - 0,063
86.44
87.86
81.14
63.08
80.40
69.62
34.32
9.18
82.16
< 0,004
11.89
11.12
17.31
33.87
13.00
17.63
6.51
76.42
13.59
100
100
100
100
100
100
100
100
100
18
19
Lempung
Jumlah
Jenis
Sedimen
3
8 - 16
Kerikil
Lanau
2
Persentase Dmonisasi Berat Per Stasiun (%)
Ukuran Butir
(mm)
8 - 16
4-8
Kerikil
2-4
1-2
0,5 - 1
Pasir
0,25 - 0,5
0,125 - 0,25
0,063 - 0,125
Lanau
0,004 - 0,063
Lempung
< 0,004
Jumlah
11
12
13
14
15
16
17
0.28
4.21
0.12
0.18
0.40
4.85
0.38
4.28
0.25
0.43
0.08
1.29
0.38
4.05
0.27
0.40
0.04
1.14
0.10
0.44
4.05
0.17
0.38
0.02
0.84
0.16
3.44
0.02
0.57
4.11
0.25
0.39
0.07
0.62
0.41
3.46
0.03
Kerakal
0.21
0.00
1.61
5.19
21.42
3.46
0.15
0.98
0.91
3.57
0.09
21.59
23.11
27.14
2.14
0.41
55.03
5.82
3.59
0.39
25.00
31.61
37.49
73.33
61.68
26.18
73.52
85.52
78.79
49.76
19.39
12.89
19.28
37.15
9.08
19.09
0.42
20.47
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Stasiun2
Stasiun1
90
90
80
70
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
80
60
50
40
30
20
10
70
60
50
40
30
20
10
0
2-4
1-2
0,5-1
0,25-0,5 0,125-0,25 0,063-0,125 0,004-0,063 <0,004
UkuranButiran(mm)
0
4-8
2-4
1-2
0,5-1
0,25-0,5 0,125-0,25 0,063-0,125 0,004-0,063 <0,004
UkuranButiran(mm)
116
Lanjutan Lampiran 7
Stasiun3
Stasiun 4
80
70
70
60
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
90
60
50
40
30
20
50
40
30
20
10
10
0
4- 8
2- 4
1- 2
0,5- 1
0,25- 0,5
0,125- 0,25 0,063- 0,125 0,004- 0,063
0
<0,004
0,5- 1
0,25- 0,5
0,125- 0,25 0,063- 0,125 0,004- 0,063
Stasiun6
<0,004
Ukuran Butiran (mm)
UkuranButiran(mm)
Stasiun7
70
90
60
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
50
40
30
20
10
0
2-4
1-2
0,5-1
0,25-0,5 0,125-0,25 0,063-0,125 0,004-0,063 <0,004
0
4-8
2-4
1-2
0,5-1
UkuranButiran(mm)
Stasiun9
45
80
40
70
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
Stasiun8
0,25-0,5 0,125-0,25 0,063-0,125 0,004-0,063 <0,004
UkuranButiran(mm)
35
30
25
20
15
60
50
40
30
20
10
10
5
0
8-16
0
4-8
2-4
1-2
0,5-1
0,25-0,5 0,125-0,25 0,063-0,125 0,004-0,063 <0,004
UkuranButiran(mm)
4-8
2-4
1-2
0,5-1 0,25-0,5 0,125-0,25 0,0630,125
UkuranButiran(mm)
0,0040,063
<0,004
117
Lanjutan Lampiran 7
Stasiun10
50
80
45
70
40
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
Stasiun11
90
60
50
40
30
20
35
30
25
20
15
10
10
5
0
0
4-8
2-4
1-2
0,5-1
0,25-0,5 0,125-0,25 0,0630,125
0,0040,063
4- 8
<0,004
2- 4
1- 2
0,25- 0,5 0,125- 0,25 0,0630,125
0,0040,063
<0,004
0,0040,063
<0,004
UkuranButiran(mm)
UkuranButiran(mm)
Stasiun12
Stasiun 13
35
40
30
35
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
0,5- 1
25
20
15
10
5
30
25
20
15
10
5
0
0
4- 8
2- 4
1- 2
0,5- 1
0,25- 0,5 0,125- 0,25 0,063- 0,125 0,0040,063
4- 8
<0,004
2- 4
1- 2
UkuranButiran(mm)
0,5- 1 0,25- 0,5
0,1250,25
0,0630,125
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun14
Stasiun 15
70
80
60
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
70
60
50
40
30
20
50
40
30
20
10
10
0
0
4- 8
2- 4
1- 2
0,5- 1
0,25- 0,5 0,125- 0,25 0,0630,125
UkuranButiran(mm)
0,0040,063
<0,004
4- 8
2- 4
1- 2
0,5 - 1
0,25 - 0,5
0,125 0,25
Ukuran Butiran (mm)
0,063 0,125
0,004 0,063
<0,004
118
Lanjutan Lampiran 7
Stasiun 17
Stasiun 16
60
80
Persentase Dominasi (%)
50
70
Persentase Dominasi (%)
40
30
20
10
60
50
40
30
20
10
0
4- 8
2- 4
1- 2
0,5- 1 0,25- 0,5
0,1250,25
0,0630,125
0,0040,063
<0,004
0
1- 2
0,5- 1
Ukuran Butiran (mm)
0,25-0,5
0,125-0,25 0,063- 0,125 0,004- 0,063
<0,004
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun 18
Stasiun19
80
90
70
70
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
80
60
50
40
30
20
60
50
40
30
20
10
10
0
0,5- 1
0,25- 0,5
0,125- 0,25
0,063- 0,125 0,004- 0,063
Ukuran Butiran (mm)
<0,004
0
2- 4
1- 2
0,5- 1
0,25- 0,5 0,125- 0,25 0,063- 0,125 0,004- 0,063 <0,004
UkuranButiran(mm)
119
Lampiran 8. Distribusi Sedimen Profil Pantai.
Jenis
Sedimen
Lanau
4-8
0.9490
2.0472
2.0472
2-4
0.7178
1.5484
1-2
0.6162
1.3293
0,5 - 1
0.2306
0,25 - 0,5
0,125 - 0,25
Berat
Berat
komulatif
3.5956
1.6188
3.6041
3.6041
4.9249
0.6270
1.3959
5.0000
0.4974
5.4223
1.8359
4.0874
9.0874
0.2038
0.4396
5.8619
8.2041
18.2655
0.4091
0.8825
6.7445
10.9329
24.3409
Persentase
Berat
Persentase
(gram)
Berat
komulatif
(gram)
Berat
komulatif
0.1824
0.4468
0.4468
0.2254
0.5954
0.5954
0.1562
0.3826
0.8294
27.3530
5.5158
14.5707
15.1662
6.7496
16.5336
17.3630
51.6938
26.6512
70.4028
85.5690
11.1144
27.2255
44.5885
0,063 - 0,125
1.0239
2.2087
8.9532
4.3130
9.6024
61.2962
3.4359
9.0764
94.6454
6.5396
16.0192
60.6077
1.8196
3.9252
12.8784
0.7704
1.7152
63.0115
0.5677
1.4997
96.1451
1.8415
4.5109
65.1186
< 0,004
40.3866
87.1216
100
16.6137
36.9885
100
1.4593
3.8549
100
14.2398
34.8814
100
46.3566
100
44.9158
100
37.8553
100
40.8235
100
Jumlah
Ukuran Butir
(mm)
F.II. A
Berat
(gram)
Lanau
Persentase
(gram)
F. I. D
0,004 - 0,063
Lempung
Pasir
Berat
komulatif
F. I. C
8 - 16
Pasir
Kerikil
Persentase
Berat
Kerikil
Kerakal
Berat
F. I. B
(gram)
Kerakal
Jenis
Sedimen
F. I. A
Ukuran Butir
(mm)
F. II. B
Persentase
Berat
Berat
komulatif
(gram)
F. II. C
Persentase
Berat
Berat
komulatif
F.II. D
Persentase
Berat
(gram)
Berat
komulatif
0.1225
0.2817
0.2817
F.II. E
Persentase
Berat
(gram)
Berat
komulatif
0.1904
0.5074
0.5074
0.1156
0.3080
0.8154
(gram)
Persentase
Berat
komulatif
8 - 16
4-8
2-4
2.2984
5.1558
5.1558
1-2
7.2717
16.3118
21.4676
0,5 - 1
10.844
24.3252
45.7928
0,25 - 0,5
12.8877
28.9096
74.7024
0.4857
1.2069
1.2069
0.5296
1.2179
1.4996
0.6865
1.8293
2.6447
0.1214
0.3027
0.3027
0,125 - 0,25
6.8374
15.3376
90.0400
1.5597
3.8756
5.0824
1.1025
2.5354
4.0351
1.1867
3.1622
5.8068
3.9887
9.9458
10.2485
0,063 - 0,125
1.5455
3.4669
93.5069
1.3154
3.2685
8.3509
1.6442
3.7812
7.8162
0.5124
1.3654
7.1722
10.8332
27.0125
37.2610
0,004 - 0,063
0.1767
0.3964
93.9032
2.1876
5.4358
13.7867
1.6463
3.7860
11.6023
0.5124
1.3654
8.5376
2.1356
5.3251
42.5861
2.7179
44.5793
6.0968
100
100
34.6962
40.2446
86.2133
100
100
38.4387
43.4838
88.3977
100
100
34.3241
37.5281
91.4624
100
100
23.0255
40.1044
57.4139
100
100
Lempung
< 0,004
Jumlah
120
Lanjutan Lampiran 8
F.III. A
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Berat
F. III. B
Persentase
(gram)
Berat
Berat
komulatif
(gram)
F. III. C
Persentase
Berat
komulatif
Berat
F.III. D
Persentase
(gram)
Berat
komulatif
Kerakal
8 - 16
Kerikil
4-8
2.9190
7.3484
7.3484
2-4
1.0636
2.6775
10.0259
Pasir
1-2
Berat
0.5777
0.2766
komulatif
0.7386
1.8594
11.8853
19.1383
19.1383
0.4625
1.1643
13.0496
0.2341
0.5777
0.7044
0.7044
0,25 - 0,5
17.9019 42.7453
43.4521
17.3565 42.5100
61.6483
1.0792
2.7168
15.7664
5.4078
13.3451 13.9228 12.1624 30.9741
31.6786
0,125 - 0,25
21.3487 50.9754
94.4275
6.2395
15.2820
76.9302
1.7220
4.3350
20.1015
10.2587 25.3159 39.2387 21.0643 53.6447
85.3233
0,063 - 0,125
2.2049
5.2648
99.6922
2.0609
5.0476
81.9778
0.8135
2.0479
22.1494
4.4673
11.0242 50.2629
2.6911
6.8535
92.1768
1.2384
3.0561
53.3190
0.1702
0.4335
92.6102
100
2.9017
7.3898
100
39.2663
100
0,004 - 0,063
0.0104
0.0248
99.7171
0.7821
1.9155
83.8934
1.3606
3.4252
25.5746
< 0,004
0.1185
0.2829
100
6.5762
16.1066
100
29.564
74.4254
100
41.8804
100
40.8292
100
39.723
100
Jumlah
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
Lempung
Persentase
(gram)
7.8140
Lanau
Lanau
Berat
komulatif
0.7068
0.2960
Lempung
Pasir
Persentase
Berat
0.7068
0,5 - 1
Kerikil
Berat
(gram)
F.III. E
F.IV. A
Berat
F. IV. B
Persentase
(gram)
Berat
komulatif
4-8
1.1302
2.9239
2.9239
2-4
0.7306
1.8901
4.8141
1-2
2.5790
6.6721
11.4862
Berat
18.9164 46.6810
40.5227
F. IV. C
Persentase
(gram)
Berat
komulatif
0.0986
0.2581
0.2581
0,5 - 1
6.2650
16.2081
27.6943
1.9429
5.0851
5.3432
0,25 - 0,5
15.3152
39.6218
67.3160
24.6917
64.6254
69.9686
Berat
(gram)
0.0842
F.IV. D
Persentase
Berat
0.2304
100
komulatif
0.2304
Berat
(gram)
F.IV. E
Persentase
Berat
komulatif
Berat
Persentase
(gram)
Berat
komulatif
0.6339
1.5907
1.5907
0.1359
0.3539
0.3539
0.7904
1.9834
3.5741
0.5089
1.3254
1.6793
3.5279
8.8528
12.4269
0,125 - 0,25
10.5206
27.2177
94.5337
9.7023
25.3938
95.3624
0.3326
0.9101
1.1404
2.2647
5.8982
7.5775
3.1029
7.7863
20.2131
0,063 - 0,125
0.8267
2.1387
96.6725
0.1950
0.5104
95.8728
0.5342
1.4617
2.6021
0.2197
0.5722
8.1497
3.0748
7.7158
27.9289
0,004 - 0,063
0.0895
0.2315
96.9040
0.0075
0.0196
95.8924
0.1211
0.3314
2.9335
0.8905
2.3192
10.4689
0.8755
2.1969
30.1259
1.1967
38.6535
3.0960
100.
100
1.5694
38.2074
4.1076
100
100
35.4749
36.547
97.0665
100
100
34.3769
38.3966
89.5311
100
100
27.8454
39.8508
69.8741
100
100
< 0,004
Jumlah
121
Lanjutan Lampiran 8
F.V. A
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
Berat
(gram)
Lanau
Berat
komulatif
Berat
(gram)
1.3954
5.4161
5.4161
1-2
5.0497
19.5998
25.0158
(gram)
F.V. D
Persentase
Berat
komulatif
Berat
(gram)
F.V. E
Persentase
Berat
Persentase
Berat
komulatif
(gram)
Berat
komulatif
0.3922
0,5 - 1
0.4051
0.8949
0.8949
9.2138
35.7622
60.7780
0.5470
1.1958
1.1958
0.3960
1.0834
1.0834
0.1692
0.3922
33.4886
73.9793
74.8742
7.4811
29.0369
89.8149
0.3227
0.7054
1.9012
0.1148
0.3141
1.3974
0.0602
0.1396
0.5318
0,125 - 0,25
5.2015
11.4906
86.3648
1.6268
6.3142
96.1291
1.0643
2.3266
4.2278
0.3218
0.8804
2.2778
0.1833
0.4249
0.9567
0,063 - 0,125
0.4812
1.0630
87.4278
0.3454
1.3406
97.4697
0.5692
1.2443
5.4721
0.3172
0.8678
3.1456
1.7667
4.0956
5.0523
0,004 - 0,063
0.1444
0.3190
87.7468
0.0827
0.3210
97.7907
0.4071
0.8899
6.3620
0.0809
0.2213
3.3669
0.3626
0.8406
5.8929
5.5467
12.2532
100
0.5692
2.2093
100
42.8347
93.6380
100
35.3224
96.6331
100
40.5945
94.1071
100
45.2675
100
25.7641
100
45.745
100
36.5531
100
43.1365
100
< 0,004
F. VI.A
Ukuran Butir
(mm)
Berat
(gram)
F. VI.B
Persentase
Berat
Berat
F. VI.C
Persentase
komulatif
(gram)
Berat
komulatif
Berat
F. VI.D
Persentase
Berat
F. VI.E
Persentase
Berat
(gram)
Berat
komulatif
(gram)
Berat
komulatif
(gram)
Persentase
Berat
komulatif
8 - 16
4-8
Kerikil
Pasir
komulatif
2-4
Jumlah
Kerakal
Berat
Berat
0,25 - 0,5
Lempung
Jenis
Sedimen
F. V. C
Persentase
4-8
Kerikil
Pasir
F. V. B
Persentase
2-4
1-2
0.0457
0.1498
0.1498
0.2445
0.6280
0.6280
0.4761
1.1310
1.1310
0,5 - 1
0.0134
0.0439
0.1937
0.1424
0.3657
0.9937
0.6180
1.9399
1.9399
0.0794
0.2524
0.2524
0.1727
0.4102
1.5412
2.0985
0,25 - 0,5
0.6406
2.0994
2.2930
0.1993
0.5119
1.5056
0.0912
0.2863
2.2262
0.2451
0.7791
1.0316
0.2346
0.5573
0,125 - 0,25
19.4597
63.7726
66.0656
0.2929
0.7523
2.2578
0.7236
2.2714
4.4977
0.8746
2.7803
3.8118
0.0882
0.2095
2.3080
0,063 - 0,125
9.3455
30.6267
96.6924
1.2431
3.1927
5.4506
3.1918
10.0193
14.5169
3.0524
9.7033
13.5151
4.2305
10.0494
12.3574
Lanau
0,004 - 0,063
0.4547
1.4901
98.1825
0.8769
2.2522
7.7028
1.8107
5.6839
20.2008
1.0642
3.3830
16.8980
1.2597
2.9924
15.3498
Lempung
< 0,004
0.5546
1.8175
100
35.9363
92.2972
100
25.4213
79.7992
100
26.1418
83.1020
100
35.6351
84.6502
100
30.5142
100
38.9354
100
31.8566
100
31.4575
100
42.0969
100
Jumlah
122
Lanjutan Lampiran 8
F.VII. A
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Persentase
(gram)
Berat
2-4
3.2095
7.5358
1-2
2.2017
5.1695
0,5 - 1
3.7085
8.7074
21.4128
Kerakal
komulatif
Berat
F. VII. C
Persentase
(gram)
Berat
komulatif
7.5358
0.601
1.4318
1.4318
12.7053
0.0699
0.1665
0.0928
0.2211
Berat
F.VII. D
Persentase
(gram)
Berat
1.5984
0.0304
0.0797
1.8195
0.0621
0.1628
komulatif
Berat
F.VII. E
Persentase
Berat
(gram)
Persentase
(gram)
Berat
komulatif
Berat
komulatif
0.0797
0.0356
0.1213
0.1213
0.0532
0.1849
0.1849
0.2425
0.0974
0.3318
0.4530
0.0396
0.1376
0.3225
8 - 16
4-8
Kerikil
Pasir
Berat
F.VII. B
0,25 - 0,5
5.0457
11.8471
33.2599
0.3024
0.7204
2.5399
0.2691
0.7054
0.9479
2.1210
7.2248
7.6778
3.0523
10.6089
10.9314
0,125 - 0,25
9.7352
22.8579
56.1179
0.9126
2.1742
4.7141
0.2358
0.6181
1.5660
19.8976
67.7776
75.4554
16.4739
57.2583
68.1897
0,063 - 0,125
14.0494
32.9876
89.1054
0.1794
0.4274
5.1415
0.1251
0.3279
1.8939
5.0356
17.1529
92.6083
1.6240
5.6445
73.8343
Lanau
0,004 - 0,063
0.1767
0.4149
89.5203
0.0927
0.2209
5.3624
0.0292
0.0765
1.9705
0.3384
1.1527
93.7610
0.3846
1.3368
75.1710
Lempung
< 0,004
4.4633
10.4797
100
39.723
94.6376
100
37.3965
98.0295
100
1.8316
6.2390
100
7.1436
24.8290
100
42.5900
100
41.9738
100
38.1482
100
29.3572
100
28.7712
100
Jumlah
123
Lampiran 9 Pola Distribusi Sedimen Profil Pantai.
a. Stasiun 1.
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
Kerikil
A
B
4-8
2.05
2-4
1.55
3.60
1-2
1.33
1.40
D
0.45
0,5 - 1
0.50
4.09
0.60
0.38
0.44
18.27
14.57
16.53
0,125 - 0,25
0.88
24.34
70.40
27.23
16.02
0,063 - 0,125
2.21
9.60
9.08
Lanau
0,004 - 0,063
3.93
1.72
1.50
4.51
Lempung
< 0,004
87.12
36.99
3.85
34.88
100
100
100
100
Jumlah
Stasiun1a
87.1
Stasiun1b
40
80.0
35
70.0
30
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
2.0
1.5
1.3
0.5
0.4
0.9
2.2
3.9
Persentase dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
C
0,25 - 0,5
Pasir
90.0
Persentase Dominasi Berat (%)
25
20
15
10
5
0
0.0
4-8
2-4
1-2
0,5-1
0,25-0,5 0,125-0,25 0,063-0,125 0,004-0,063 <0,004
2-4
1-2
0,5-1
Stasiun1c
Stasiun 1d
30
25
Persentase Dominasi (%)
80
70
Persentase Dominasi (%)
0,25-0,5 0,125-0,25 0,063-0,125 0,004-0,063 <0,004
UkuranButiran(mm)
UkuranButiran(mm)
60
50
40
30
20
20
15
10
5
10
0
0
0,5- 1
0,25- 0,5
0,125- 0,25 0,063- 0,125 0,004- 0,063
UkuranButiran(mm)
<0,004
0,5- 1
0,25-0,5
0,125-0,25 0,063- 0,125 0,004- 0,063
Ukuran Butiran (mm)
<0,004
124
Lanjutan Lampiran 9
b. Stasiun 2.
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
Persentase Dominasi Berat (%)
A
B
C
D
25
2-4
Pasir
Persentase Dominasi (%)
4-8
Kerikil
5.2
1-2
16.3
0,5 - 1
24.3
0,25 - 0,5
28.9
0.5
1.2
0.3
0.3
1.2
1.8
0.3
0,125 - 0,25
15.3
3.9
2.5
3.2
9.9
0,063 - 0,125
3.5
3.3
3.8
1.4
27.0
Lanau
0,004 - 0,063
0.4
5.4
3.8
1.4
5.3
Lempung
< 0,004
6.1
86.2
88.4
91.5
57.4
100
100
100
100
100
Jumlah
20
15
10
5
0
2-4
1-2
0,5-1
Stasiun 2b
Stasiun 2c
90
80
Persentase Dominasi (%)
80
70
60
50
40
30
70
60
50
40
30
20
20
10
10
0
0,25- 0,5
0,125- 0,25
0,063- 0,125
0,004- 0,063
0
<0,004
0,5- 1
0,25- 0,5
0,063- 0,125 0,004- 0,063
<0,004
Stasiun2e
Stasiun2d
100
0,125- 0,25
Ukuran Butiran (mm)
Ukuran Butiran (mm)
60
90
80
50
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
0,25-0,5 0,125-0,25 0,063-0,1250,004-0,063 <0,004
UkuranButiran(mm)
90
Persentase Dominasi (%)
Stasiun2a
30
E
70
60
50
40
30
20
40
30
20
10
10
0
0
1-2
0,5-1
0,25-0,5 0,125-0,25 0,063-0,125 0,004-0,063 <0,004
UkuranButiran(mm)
0,25-0,5
0,125-0,25
0,063-0,125
UkuranButiran(mm)
0,004-0,063
<0,004
125
Lanjutan Lampiran 9
c. Stasiun 3.
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
Kerikil
Persentase Dominasi Berat (%)
A
B
C
D
E
8 - 16
-
4-8
-
-
-
-
-
-
7.3
-
-
2-4
-
-
2.7
-
-
1-2
-
-
1.9
-
-
0,5 - 1
0.7
19.1
1.2
0.6
0.7
0,25 - 0,5
42.7
42.5
2.7
13.3
31.0
0,125 - 0,25
51.0
15.3
4.3
25.3
53.6
0,063 - 0,125
5.3
5.0
2.0
11.0
6.9
Pasir
Lanau
0,004 - 0,063
0.0
1.9
3.4
3.1
0.4
Lempung
< 0,004
0.3
100
6.1
100
74.4
100
46.7
100
7.4
100
Jumlah
Stasiun3a
60
Persentase Dominasi (%)
Jenis
Sedimen
50
40
30
20
10
0
0,5-1
0,25-0,5
0,125-0,25
0,063-0,125 0,004-0,063
<0,004
UkuranButiran(mm)
Stasiun 3b
Stasiun3c
80
70
Persentase Dominasi (%)
45
Persentase Dominasi (%)
40
35
30
25
20
15
60
50
40
30
20
10
10
5
0
0
0,5- 1
0,25- 0,5
0,125- 0,25
0,063- 0,125
0,004- 0,063
4-8
<0,004
2-4
1-2
0,5-1
0,25-0,5 0,125-0,25 0,063-0,125 0,004-0,063 <0,004
UkuranButiran(mm)
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun 3e
Stasiun 3d
50
60
50
40
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
45
35
30
25
20
15
10
40
30
20
10
5
0
0
0,5- 1
0,25- 0,5
0,125- 0,25
0,063- 0,125
Ukuran Butiran (mm)
0,004- 0,063
<0,004
0,5- 1
0,25- 0,5
0,125- 0,25
0,063- 0,125 0,004- 0,063
Ukuran Butiran (mm)
<0,004
126
Lanjutan Lampiran 9
d. Stasiun 4.
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
Kerikil
Persentase Dominasi Berat (%)
A
4-8
2.9
2-4
1.9
1-2
6.7
B
C
D
0.3
E
1.6
0,5 - 1
16.2
5.1
0.4
2.0
0,25 - 0,5
39.6
64.6
0.2
1.3
8.9
0,125 - 0,25
27.2
25.4
0.9
5.9
7.8
0,063 - 0,125
2.1
0.5
1.5
0.6
7.7
Lanau
0,004 - 0,063
0.2
0.0
0.3
2.3
2.2
Lempung
< 0,004
3.1
4.1
97.1
89.5
69.9
100
100
100
100
100
Pasir
Jumlah
Stasiun4a
40
35
30
Persentase Dominasi (%)
Jenis
Sedimen
25
20
15
10
5
0
4- 8
2- 4
1- 2
0,5- 1
0,25- 0,5 0,125- 0,25
0,0630,125
0,0040,063
<0,004
UkuranButiran(mm)
Stasiun 4c
Stasiun 4b
100
70
90
Persentase Dominasi (%)
Persentase Domnasi (%)
60
50
40
30
20
80
70
60
50
40
30
20
10
10
0
0
1-2
0,5-1
0,25- 0,5
0,125-0,25 0,063- 0,125 0,004-0,063
<0,004
0,25- 0,5
0,125- 0,25
0,063- 0,125
0,004- 0,063
<0,004
Ukuran Butiran (mm)
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun 4e
Stasiun 4d
80
70
70
60
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
90
60
50
40
30
20
50
40
30
20
10
10
0
0
0,5- 1
0,25- 0,5
0,125- 0,25
0,063- 0,125 0,004- 0,063
Ukuran Butiran (mm)
<0,004
1- 2
0,5- 1
0,25- 0,5 0,125- 0,25 0,063- 0,125 0,004- 0,063
Ukuran Butiran (mm)
<0,004
127
Lanjutan Lampiran 9
e. Stasiun 5.
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
Persentase Dominasi Berat (%)
A
B
C
D
Stasiun 5a
E
80
4-8
Lempung
5.4
1-2
19.6
0,5 - 1
0.9
35.8
1.2
1.1
0.4
0,25 - 0,5
74.0
29.0
0.7
0.3
0.1
0,125 - 0,25
11.5
6.3
2.3
0.9
0.4
0,063 - 0,125
1.1
1.3
1.2
0.9
4.1
0,004 - 0,063
0.3
0.3
0.9
0.2
0.8
12.3
100
2.2
100
93.6
100
96.6
100
94.1
100
Pasir
Lanau
70
2-4
< 0,004
Jumlah
Persentase Dominasi (%)
Kerikil
60
50
40
30
20
10
0
0,5- 1
0,125- 0,25 0,063- 0,125 0,004- 0,063
<0,004
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun 5c
Stasiun 5b
40
100
35
90
30
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
0,25- 0,5
25
20
15
10
5
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2- 4
1- 2
0,5 - 1
0,25 - 0,5 0,125 - 0,25 0,063 0,125
0,004 0,063
< 0,004
0
0,5 - 1
0,25 - 0,5
Ukuran Butiran (mm)
0,125 - 0,25
0,063 - 0,125 0,004 - 0,063
< 0,004
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun 5e
Stasiun 5d
100
100
90
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
90
80
70
60
50
40
30
80
70
60
50
40
30
20
20
10
10
0
0
0,5 - 1
0,25 - 0,5
0,125 - 0,25 0,063 - 0,125 0,004 - 0,063
Ukuran Butiran (mm)
< 0,004
0,5 - 1
0,25 - 0,5
0,125 - 0,25 0,063 - 0,125 0,004 - 0,063
Ukuran Butiran (mm)
< 0,004
128
Lanjutan Lampiran 9
f. Stasiun 6.
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
Stasiun 6a
B
-
C
-
D
-
E
-
70
4-8
-
-
-
-
-
60
2-4
-
-
-
-
-
1-2
0.1
0.6
-
-
1.1
0,5 - 1
0.0
0.4
1.9
0.3
0.4
0,25 - 0,5
2.1
0.5
0.3
0.8
0.6
0,125 - 0,25
63.8
0.8
2.3
2.8
0.2
0,063 - 0,125
30.6
3.2
10.0
9.7
10.
Lanau
0,004 - 0,063
1.5
2.3
5.7
3.4
3.0
Lempung
< 0,004
1.8
92.3
79.8
83.1
84.7
Jumlah
100
100
100
100
Persentase Dominasi (%)
8 - 16
A
-
Kerikil
Pasir
Persentase Dominasi Berat (%)
50
40
30
20
10
0
1- 2
0,5- 1
0,25- 0,5
0,125- 0,25 0,063- 0,125 0,004- 0,063
<0,004
Ukuran Butiran (mm)
100
Stasiun 6c
Stasiun 6b
100
80
70
80
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
90
70
60
50
40
30
20
10
60
50
40
30
20
10
0
1- 2
0,5 - 1
0,25 - 0,5
0,125 - 0,25 0,063 - 0,125 0,004 - 0,063
0
<0,004
0,5- 1
0,25- 0,5
Ukuran Butiran (mm)
0,125- 0,25
0,063- 0,125 0,004- 0,063
<0,004
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun 6d
Stasiun 6e
90
90
80
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
70
60
50
40
30
20
10
0
0
0,5 - 1
0,25 - 0,5
0,125 - 0,25
0,063 - 0,125 0,004 - 0,063
Ukuran Butiran (mm)
< 0,004
1- 2
0,5 - 1
0,25- 0,5
0,125 - 0,25 0,063- 0,125 0,004- 0,063
Ukuran Butiran (mm)
<0,004
129
Lanjutan Lampiran 9
g. Stasiun 7.
Jenis
Sedimen
Ukuran Butir
(mm)
Kerakal
8 - 16
A
B
C
D
Stasiun 7a
E
35
30
Pasir
Lanau
2-4
7.5
1.4
1-2
5.2
0.2
0.1
0.1
0.2
0,5 - 1
8.7
0.2
0.2
0.3
0.1
0,25 - 0,5
11.8
0.7
0.7
7.2
10.6
0,125 - 0,25
22.9
2.2
0.6
67.8
57.3
0,063 - 0,125
33
0.4
0.3
17.2
5.6
0,004 - 0,063
0.4
0.2
0.1
1.2
1.3
10.5
100
94.6
100
98
100
6.2
100
24.8
100
< 0,004
Jumlah
Persentase Dominasi (%)
4-8
Kerikil
Lempung
Persentase Dominasi Berat (%)
25
20
15
10
5
0
2- 4
1- 2
0,25- 0,5 0,125- 0,25
0,0630,125
0,0040,063
<0,004
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun 7c
Stasiun 7b
100
0,5- 1
100
90
90
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
80
70
60
50
40
30
80
70
60
50
40
30
20
20
10
10
0
0
1- 2
2- 4
1- 2
0,5- 1
0,25- 0,5
0,125- 0,25 0,063- 0,125 0,004- 0,063
0,5- 1
0,25 - 0,5
0,125 - 0,25 0,063- 0,125 0,004 - 0,063
<0,004
<0,004
Ukuran Butiran (mm)
Ukuran Butiran (mm)
Stasiun 7e
Stasiun 7d
60
70
50
Persentase Dominasi (%)
Persentase Dominasi (%)
60
50
40
30
20
40
30
20
10
10
0
1- 2
0,5 - 1
0,25 - 0,5
0,125 - 0,25 0,063 - 0,125 0,004 - 0,063
Ukuran Butiran (mm)
< 0,004
0
1- 2
0,5 - 1
0,25 - 0,5
0,125 - 0,25 0,063 - 0,125 0,004 - 0,063
Ukuran Butiran (mm)
<0,004
130
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Statistik Sedimen
Stasiun
Pengamatan
stasiun 1
a.
b.
c.
d.
Stasiun 2
a.
b.
c.
d.
e.
Stasiun 3
a.
b.
c.
d.
e.
Stasiun 4
a.
b.
c.
d.
e.
Stasiun 5
a.
b.
c.
d.
e.
Stasiun 6
a.
b.
c.
d.
e.
Stasiun 7
a.
b.
c.
d.
e.
Mean
Sorting
Skweness
Kurtosis
0.001
0.249
0.083
0.207
-0.166
-0.207
-0.073
-0.207
-0.498
-1.813
-0.068
-0.188
0.000
0.044
0.000
0.025
0.750
0.001
0.001
0.001
0.042
-1.104
-0.166
-0.083
-0.041
-0.071
-8.532
-0.498
-0.008
-0.031
-0.498
0.051
0.000
0.000
0.000
0.000
0.167
0.499
0.083
0.124
0.167
-0.125
-0.415
-1.394
-0.135
-0.145
-0.070
-0.314
-36.015
-0.110
-0.125
0.013
0.051
0.000
0.012
0.025
0.417
0.250
0.001
0.001
0.083
-0.500
-0.208
0.000
-0.041
-0.144
-0.586
-0.313
0.000
-0.031
-0.155
0.077
0.026
0.000
0.000
0.000
0.250
0.833
0.001
0.001
0.001
-0.145
-1.000
-0.020
0.000
-0.020
-0.032
-7.219
-0.008
0.000
-0.008
0.051
0.461
0.000
0.000
0.000
0.125
0.001
0.021
0.021
0.001
-0.052
-0.020
-0.035
-0.035
-0.020
-0.016
-0.008
-0.009
-0.009
-0.012
0.006
0.000
0.000
0.000
0.000
0.375
0.001
0.001
0.125
0.165
-0.551
-0.020
0.000
-0.114
-0.144
-7.955
-0.008
0.000
-0.071
-0.063
0.038
0.000
0.000
0.000
0.019
131
Lampiran 11. Perhitungan Arah Transpor Sedimen Berdasarkan Data Sedimen
Trap
-
Stasiun 1
Rt =
= 40,44749
Rt/jam = Rt/(wa-wp)
= 40,44749/31 = 1,30475
θ
=
((fs - fu)/(fb - ft))
((255 – 261)/(282 – 242))
=
=
(-6/40) = -8,5307
α = 90º - θ
= 90º - (-8,5307) = 98,5307º
Azimutnya = N 98,5307º E
-
Stasiun 2
Rt =
=
Rt/jam = Rt/(wa-wp)
= 35,608987/31 = 1,148677
θ
=
= 35,608987
((fs - fu)/(fb - ft))
=
((198 – 220)/(180 – 208))
=
(-22/-28) = 38,157
α = 90º - θ
= 90º - (38,157) = 51,843º
Azimutnya = N 51,843º E
-
Stasiun 3
Rt =
=
Rt/jam = Rt/(wa-wp)
= 8,246211/26 = 0,317161
θ
=
((fs - fu)/(fb - ft))
=
((320 – 318)/(344 – 336))
=
(2/8) = 0,25
α = 90º - θ
= 90º - (0,25) = 89,75º
Azimutnya = N 89,75º E
= 8,246211
132
-
Stasiun 4
Rt =
=
Rt/jam = Rt/(wa-wp)
= 139,44178/32 = 4,357555
θ
=
= 139,44178
((fs - fu)/(fb - ft))
=
((307 – 369)/(301 – 425,9))
=
(-62/-124,9) = 26,39996
α = 90º - θ
= 90º - (26,39996) = 63,60004º
Azimutnya = N 63,60004º E
-
Stasiun 5
Rt =
=
Rt/jam = Rt/(wa-wp)
= 56,859475/25 = 2,274379
θ
=
= 56,859475
((fs - fu)/(fb - ft))
=
((281 – 234)/(260 – 228))
=
(47/32) = 55,750966
α = 90º - θ
= 90º - (55,750966) = 34,249004º
Azimutnya = N 34,249004º E
-
Stasiun 6
Rt =
=
Rt/jam = Rt/(wa-wp)
= 31,642534/27 = 1,171945
θ
=
((fs - fu)/(fb - ft))
=
((163 – 146,5)/(179 – 152))
(16,5/27) = 31,42956
=
α = 90º - θ
= 90º - (31,42956) = 58,57044º
Azimutnya = N 58,57044º E
= 31,642534
133
Lampiran 12. Hasil Analisis Volume Transpor Sedimen Total (Perbulan)
Month
Hb (m)
γb
ρ
3
(kg/m )
ρs
3
(kg/m )
α0
Sin 2α0
g
2
(m /det)
n
K
Qi
3
(gr/m )
Jan-93
0.710
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
3.41
Jan-94
0.952
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
7.12
Jan-95
0.766
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
4.13
Jan-96
0.560
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.88
Jan-97
0.717
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
3.50
Jan-98
0.614
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.37
Jan-99
0.257
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.27
Jan-00
0.549
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.80
Jan-01
0.503
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.44
Jan-02
0.614
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.37
Jan-03
0.815
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
4.81
Jan-04
0.280
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.33
Jan-05
0.666
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.91
Jan-06
0.304
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.41
Jan-07
0.712
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
3.44
Feb-93
0.857
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
5.47
Feb-94
0.952
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
7.12
Feb-95
0.952
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
7.12
Feb-96
0.717
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
3.50
Feb-97
0.997
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
7.97
Feb-98
0.503
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.44
Feb-99
0.591
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.16
Feb-00
0.506
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.46
Feb-01
0.815
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
4.81
Feb-02
0.614
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.37
Feb-03
0.614
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.37
Feb-04
0.503
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.44
Feb-05
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Feb-06
0.614
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.37
Feb-07
0.712
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
3.44
Mar-93
0.724
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
3.59
Mar-94
0.414
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.89
Mar-95
0.499
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.41
Mar-96
0.717
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
3.50
Mar-97
0.439
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.03
Mar-98
1.083
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
9.81
Mar-99
0.308
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.42
Mar-00
0.591
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.16
Mar-01
0.952
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
7.12
Mar-02
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Mar-03
0.443
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.05
Mar-04
0.560
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.88
Mar-05
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Mar-06
0.614
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.37
Mar-07
0.771
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
4.20
134
Lanjutan Lampiran 12
Month
Hb (m)
γb
ρ
3
(kg/m )
ρs
3
(kg/m )
α0
Sin 2α0
g
2
(m /det)
n
K
Qi
3
(gr/m )
Apr-93
0.678
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
3.04
Apr-94
0.408
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.85
Apr-95
0.439
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.03
Apr-96
0.499
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.41
Apr-97
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Apr-98
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Apr-99
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Apr-00
0.560
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.88
Apr-01
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Apr-02
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Apr-03
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Apr-04
0.529
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.63
Apr-05
0.717
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
3.50
Apr-06
0.191
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.13
Apr-07
0.634
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.57
May-93
0.439
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.03
May-94
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
May-95
0.439
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.03
May-96
0.555
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.85
May-97
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
May-98
0.408
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.85
May-99
0.408
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.85
May-00
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
May-01
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
May-02
0.343
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.55
May-03
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
May-04
0.591
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.16
May-05
0.630
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.53
May-06
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
May-07
0.405
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.84
Jun-93
0.555
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.85
Jun-94
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Jun-95
0.499
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.41
Jun-96
0.343
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.55
Jun-97
0.555
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.85
Jun-98
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Jun-99
0.308
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.42
Jun-00
0.439
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.03
Jun-01
0.499
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.41
Jun-02
0.271
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.31
Jun-03
0.308
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.42
Jun-04
0.506
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.46
Jun-05
0.506
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.46
Jun-06
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Jun-07
0.499
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.41
135
Lanjutan Lampiran 12
Month
Hb (m)
γb
ρ
3
(kg/m )
ρs
3
(kg/m )
α0
Sin 2α0
g
2
(m /det)
n
K
Qi
3
(gr/m )
Jul-93
0.555
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.85
Jul-94
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Jul-95
0.583
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.09
Jul-96
0.439
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.03
Jul-97
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Jul-98
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Jul-99
0.343
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.55
Jul-00
0.499
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.41
Jul-01
0.583
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.09
Jul-02
0.233
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.21
Jul-03
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Jul-04
0.527
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.62
Jul-05
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Jul-06
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Jul-07
0.499
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.41
Aug-93
0.583
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.09
Aug-94
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Aug-95
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Aug-96
0.439
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.03
Aug-97
0.714
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
3.47
Aug-98
0.439
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.03
Aug-99
0.583
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.09
Aug-00
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Aug-01
0.714
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
3.47
Aug-02
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Aug-03
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Aug-04
0.527
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.62
Aug-05
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Aug-06
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Aug-07
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Sep-93
0.555
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.85
Sep-94
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Sep-95
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Sep-96
0.499
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.41
Sep-97
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Sep-98
0.583
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.09
Sep-99
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Sep-00
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Sep-01
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Sep-02
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Sep-03
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Sep-04
0.439
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.03
Sep-05
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Sep-06
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Sep-07
0.666
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.91
136
Lanjutan Lampiran 12
Month
Hb (m)
γb
ρ
3
(kg/m )
ρs
3
(kg/m )
α0
Sin 2α0
g
2
(m /det)
n
K
Qi
3
(gr/m )
Oct-93
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Oct-94
0.583
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.09
Oct-95
0.271
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.31
Oct-96
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Oct-97
0.499
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.41
Oct-98
0.439
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.03
Oct-99
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Oct-00
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Oct-01
0.308
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.42
Oct-02
0.271
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.31
Oct-03
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Oct-04
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Oct-05
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Oct-06
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Oct-07
0.583
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.09
Nov-93
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Nov-94
0.439
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.03
Nov-95
0.503
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.44
Nov-96
0.439
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.03
Nov-97
0.714
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
3.47
Nov-98
0.506
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.46
Nov-99
0.506
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.46
Nov-00
0.815
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
4.81
Nov-01
0.503
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
1.44
Nov-02
0.233
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.21
Nov-03
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Nov-04
0.376
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.70
Nov-05
0.000
0.00
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.00
Nov-06
0.610
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
2.34
Nov-07
0.405
0.78
1025
2660
5
0.17
9.8
0.4
0.2
0.84
Dec-93
0.907
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
6.30
Dec-94
0.000
0.00
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
0.00
Dec-95
0.614
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
2.37
Dec-96
0.499
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
1.41
Dec-97
0.376
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
0.70
Dec-98
0.506
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
1.46
Dec-99
0.506
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
1.46
Dec-00
1.167
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
11.83
Dec-01
0.376
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
0.70
Dec-02
0.191
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
0.13
Dec-03
0.671
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
2.97
Dec-04
0.671
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
2.97
Dec-05
0.408
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
0.85
Dec-06
0.907
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
6.30
Dec-07
0.815
0.78
1025
2660
5
0.174
9.8
0.4
0.2
4.81
137
Lampiran 13.
Tipe Dan Koefisien Pasang Surut Pada Bulan-Bulan Survey
Berdasarkan Data DISHIDROS.
1. Maret 2007
100
90
Tinggi Muka Air (cm)
80
70
60
50
40
30
20
0
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
264
288
312
336
360
384
408
432
456
480
504
528
552
576
600
624
648
672
696
720
744
Waktu Pengukuran (Jam)
2. Juli 2007
110
100
90
Tinggi Air (cm)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240 264 288
312
336 360 384 408 432 456 480 504 528 552 576 600 624 648 672 696 720 744
Wak tu Pe nguk uran (Jam )
Koefisen Pasang Surut
S0
fasa (degree)
Amplitudo (m)
60,00
M2
S2
N2
K2
K1
O1
P1
M4
MS4
56,0
183,00
108,00
140,00
312,00
205,00
315,00
0,00
0,00
16,00
10,00
6,00
5,00
14,00
5,00
5,00
0,00
0,00
138
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Kecepatan Arus Menyusur Pantai Berdasarkan
Data Angin
Month
Jan-93
Jan-94
Jan-95
Jan-96
Jan-97
Jan-98
Jan-99
Jan-00
Jan-01
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
Feb-93
Feb-94
Feb-95
Feb-96
Feb-97
Feb-98
Feb-99
Feb-00
Feb-01
Feb-02
Feb-03
Feb-04
Feb-05
Feb-06
Feb-07
Mar-93
Mar-94
Mar-95
Mar-96
Mar-97
Mar-98
Mar-99
Mar-00
Mar-01
Mar-02
Mar-03
Mar-04
Mar-05
Mar-06
Mar-07
Hb
(m)
G
(m2/det)
0.710
0.952
0.766
0.560
0.717
0.614
0.257
0.549
0.503
0.614
0.815
0.280
0.666
0.304
0.712
0.857
0.952
0.952
0.717
0.997
0.503
0.591
0.506
0.815
0.614
0.614
0.503
0.376
0.614
0.712
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
0.724
0.414
0.499
0.717
0.439
1.083
0.308
0.591
0.952
0.376
0.443
0.560
0
0.614
0.771
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
α0
sin α0
Cos α0
V
(m/det)
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.27
0.31
0.28
0.24
0.27
0.25
0.16
0.24
0.23
0.25
0.29
0.17
0.26
0.18
0.27
0.29
0.31
0.31
0.27
0.32
0.23
0.24
0.23
0.29
0.25
0.25
0.23
0.19
0.25
0.27
0.27
0.20
0.22
0.27
0.21
0.33
0.18
0.24
0.31
0.19
0.21
0.24
0
0.25
0.28
139
Lanjutan Lampiran 14
Month
Hb
(m)
G
(m2/det)
Apr-93
Apr-94
Apr-95
Apr-96
Apr-97
Apr-98
Apr-99
Apr-00
Apr-01
Apr-02
Apr-03
Apr-04
Apr-05
Apr-06
Apr-07
May-93
May-94
May-95
May-96
May-97
May-98
May-99
May-00
May-01
May-02
May-03
May-04
May-05
May-06
May-07
Jun-93
Jun-94
Jun-95
Jun-96
Jun-97
Jun-98
Jun-99
Jun-00
Jun-01
Jun-02
Jun-03
Jun-04
Jun-05
Jun-06
Jun-07
0.678
0.408
0.439
0.499
0.376
0.376
0.376
0.560
0.376
0.376
0.376
0.529
0.717
0.191
0.634
0.439
0
0.439
0.555
0.376
0.408
0.408
0.376
0.376
0.343
0.376
0.591
0.630
0.376
0.405
0.555
0
0.499
0.343
0.555
0.376
0.308
0.439
0.499
0.271
0.308
0.506
0.506
0
0.499
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
α0
sin α0
Cos α0
V
(m/det)
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.26
0.20
0.21
0.22
0.19
0.19
0.19
0.24
0.19
0.19
0.19
0.23
0.27
0.14
0.25
0.21
0
0.21
0.24
0.19
0.20
0.20
0.19
0.19
0.19
0.19
0.24
0.25
0.19
0.20
0.24
0
0.22
0.19
0.24
0.19
0.18
0.21
0.22
0.17
0.18
0.23
0.23
0
0.22
140
Lanjutan Lampiran 14
Month
Hb
(m)
G
(m2/det)
Jul-93
Jul-94
Jul-95
Jul-96
Jul-97
Jul-98
Jul-99
Jul-00
Jul-01
Jul-02
Jul-03
Jul-04
Jul-05
Jul-06
Jul-07
Aug-93
Aug-94
Aug-95
Aug-96
Aug-97
Aug-98
Aug-99
Aug-00
Aug-01
Aug-02
Aug-03
Aug-04
Aug-05
Aug-06
Aug-07
Sep-93
Sep-94
Sep-95
Sep-96
Sep-97
Sep-98
Sep-99
Sep-00
Sep-01
Sep-02
Sep-03
Sep-04
Sep-05
Sep-06
Sep-07
0.555
0
0.583
0.439
0
0.376
0.343
0.499
0.583
0.233
0
0.527
0
0
0.499
0.583
0
0
0.439
0.714
0.439
0.583
0
0.714
0
0
0.527
0
0
0
0.555
0
0
0.499
0
0.583
0
0
0.376
0
0
0.439
0
0
0.666
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
α0
sin α0
Cos α0
V
(m/det)
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.24
0
0.24
0.21
0
0.19
0.19
0.22
0.24
0.15
0
0.23
0.00
0
0.22
0.24
0
0
0.21
0.27
0.21
0.24
0
0.27
0
0
0.23
0
0
0
0.24
0
0
0.22
0
0.24
0
0
0.19
0
0
0.21
0
0
0.26
141
Lanjutan Lampiran 14
Month
Hb
(m)
G
(m2/det)
Oct-93
Oct-94
Oct-95
Oct-96
Oct-97
Oct-98
Oct-99
Oct-00
Oct-01
Oct-02
Oct-03
Oct-04
Oct-05
Oct-06
Oct-07
Nov-93
Nov-94
Nov-95
Nov-96
Nov-97
Nov-98
Nov-99
Nov-00
Nov-01
Nov-02
Nov-03
Nov-04
Nov-05
Nov-06
Nov-07
Dec-93
Dec-94
Dec-95
Dec-96
Dec-97
Dec-98
Dec-99
Dec-00
Dec-01
Dec-02
Dec-03
Dec-04
Dec-05
Dec-06
Dec-07
0
0.583
0.271
0
0.499
0.439
0.376
0
0.308
0.271
0
0
0
0
0.583
0
0.439
0.503
0.439
0.714
0.506
0.506
0.815
0.503
0.233
0
0.376
0
0.610
0.405
0.907
0
0.614
0.499
0.376
0.506
0.506
1.167
0.376
0.191
0.671
0.671
0.408
0.907
0.815
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
α0
sin α0
Cos α0
V
(m/det)
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.0872
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0.9962
0
0.24
0.17
0
0.22
0.21
0.19
0
0.18
0.17
0
0
0
0
0.24
0
0.21
0.23
0.21
0.27
0.23
0.23
0.29
0.23
0.15
0
0.19
0
0.25
0.20
0.30
0
0.25
0.22
0.19
0.23
0.23
0.34
0.19
0.14
0.26
0.26
0.20
0.30
0.29
142
Lanjutan Lampiran 14
Month
Hb (m)
V (m/det)
Januari
0.26 - 1.10
0.16 - 0.31
Pebruari
0.38 - 1.00
0.19 - 0.32
Maret
0.31 - 1.08
0.18 - 0.33
April
0.19 - 0.72
0.14 - 0.27
May
0.34 - 0.63
0.19 - 0.25
Juni
0.27 - 0.60
0.17 - 0.24
Juli
0.23 - 0.58
0.15 - 0.24
Agustus
0.4 - 0.71
0.21 - 0.27
September
0.38 - 0.67
0.19 - 0.26
Oktober
027 - 0.60
0.17 - 0.24
Nopember
0.23 - 0.81
0.15 - 0.29
Desember
0.19 - 1.17
0.14 - 0.34
143
Lampiran 15. Hasil Perhitungan Nilai Tangen β Untuk Tiap Profil
Profil
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jarak
(x)
137
137
137
137
137
137
137
137
137
Kadalaman
(Y)
10
8
9
7
7
6
7
7
6
Sin y
Cos x
Tan β
0.174
0.139
0.156
0.122
0.122
0.105
0.122
0.122
0.105
-0.731
-0.731
-0.731
-0.731
-0.731
-0.731
-0.731
-0.731
-0.731
0.004
0.003
0.004
0.003
0.003
0.002
0.003
0.003
0.002
144
Lampiran 16. Hasil Perhitungan Sedimen Per Sel/Segmen Untuk Perhitungan Transpor
Sedimen Pada Tiap Profil Pantai.
a. Arah transport timur ke barat
2001
3
Qi (m /hr)
Month
Arah
Angin
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Apr-01
90
0.681
0.694
0.721
0.721
0.734
0.741
0.747
0.748
0.760
May-01
90
0.681
0.694
0.721
0.721
0.734
0.741
0.747
0.748
0.760
Jun-01
90
0.680
0.692
0.719
0.720
0.732
0.739
0.745
0.746
0.758
Jul-01
90
1.380
1.406
1.460
1.462
1.487
1.501
1.513
1.515
1.540
Aug-01
90
3.397
3.464
3.598
3.598
3.665
3.698
3.731
3.732
3.798
Sep-01
90
0.681
0.694
0.721
0.721
0.734
0.741
0.747
0.748
0.760
Oct-01
90
0.413
0.421
0.437
0.438
0.446
0.450
0.453
0.454
0.461
Dec-01
90
0.681
0.694
0.721
0.721
0.734
0.741
0.747
0.748
0.760
8.758
9.097
9.103
9.267
9.352
Total
8.593
9.430
9.436
9.599
2002
3
Qi (m /hr)
Month
Arah
Angin
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Mar-02
90
0.681
0.694
0.721
0.721
0.734
0.741
0.747
0.748
0.760
Apr-02
90
0.681
0.694
0.721
0.721
0.734
0.741
0.747
0.748
0.760
May-02
90
0.540
0.550
0.571
0.572
0.582
0.587
0.592
0.593
0.603
Jun-02
90
0.541
0.551
0.573
0.573
0.583
0.589
0.594
0.594
0.604
Jul-02
90
0.302
0.308
0.319
0.320
0.325
0.328
0.331
0.331
0.337
Oct-02
90
0.302
0.307
0.319
0.319
0.325
0.328
0.330
0.331
0.336
Nov-02
90
0.205
0.209
0.217
0.217
0.221
0.223
0.225
0.225
0.229
Dec-02
90
0.125
0.127
0.132
0.132
0.135
0.136
0.137
0.137
0.139
3.376
3.440
3.573
3.576
3.640
3.673
3.703
3.706
3.769
Total
2003
3
Qi (m /hr)
Month
Arah
Angin
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Apr-03
90
0.681
0.694
0.721
0.721
0.734
0.741
0.747
0.748
0.760
May-03
90
0.681
0.694
0.721
0.721
0.734
0.741
0.747
0.748
0.760
Jun-03
90
0.682
0.695
0.722
0.722
0.735
0.742
0.749
0.749
0.762
2.044
2.083
2.163
2.165
2.204
2.224
2.242
2.244
2.283
4
3
2
1
1.782
Total
2004
Month
Arah
Angin
3
Qi (m /hr)
9
8
7
6
5
Apr-04
45
1.598
1.627
1.690
1.692
1.722
1.737
1.751
1.753
May-04
90
2.111
2.151
2.234
2.236
2.276
2.296
2.315
2.317
2.356
Jun-04
90
2.113
2.154
2.237
2.238
2.279
2.300
2.319
2.320
2.361
Jul-04
90
1.433
1.460
1.517
1.518
1.545
1.559
1.572
1.573
1.600
Aug-04
90
1.589
1.620
1.682
1.683
1.714
1.730
1.744
1.745
1.776
Sep-04
90
1.004
1.023
1.063
1.064
1.083
1.093
1.102
1.103
1.122
Nov-04
90
0.681
0.694
0.721
0.721
0.734
0.741
0.747
0.748
0.760
10.528
10.728
11.144
11.153
11.352
11.456
11.550
11.560
11.757
Total
145
2005
Month
3
Qi (m /hr)
Arah
Angin
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Feb-05
90
0.681
0.694
0.721
0.721
0.734
0.741
0.747
0.748
0.760
May-05
45
2.473
2.519
2.616
2.619
2.665
2.689
2.710
2.714
2.759
Jun-05
90
2.478
2.526
2.624
2.625
2.673
2.697
2.721
2.722
2.770
Dec-05
90
0.836
0.852
0.885
0.885
0.901
0.909
0.917
0.918
0.933
6.467
6.590
6.846
6.851
6.973
7.037
7.095
7.101
7.222
Total
2006
Month
3
Qi (m /hr)
Arah
Angin
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0.139
Apr-06
90
0.125
0.127
0.132
0.132
0.135
0.136
0.137
0.137
May-06
90
0.681
0.694
0.721
0.721
0.734
0.741
0.747
0.748
0.760
Nov-06
90
2.289
2.334
2.424
2.425
2.469
2.492
2.514
2.515
2.559
3.095
3.155
3.277
3.279
3.338
3.369
3.397
3.399
3.458
Total
3
Tahun
Qi (m /hr)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2001
8.593
8.758
9.097
9.103
9.267
9.352
9.430
9.436
9.599
2002
3.376
3.440
3.573
3.576
3.640
3.673
3.703
3.706
3.769
2003
2.044
2.083
2.163
2.165
2.204
2.224
2.242
2.244
2.283
2004
10.528
10.728
11.144
11.153
11.352
11.456
11.550
11.560
11.757
2005
6.467
6.590
6.846
6.851
6.973
7.037
7.095
7.101
7.222
2006
3.095
3.155
3.277
3.279
3.338
3.369
3.397
3.399
3.458
3
Qi (m /hr)
Profil
2001
2002
2003
2004
2005
2006
1
-0.164
-0.064
-0.039
-0.200
-0.123
-0.060
2
-0.340
-0.133
-0.081
-0.416
-0.256
-0.122
3
-0.006
-0.003
-0.001
-0.009
-0.005
-0.002
4
-0.164
-0.063
-0.039
-0.199
-0.123
-0.060
5
-0.085
-0.033
-0.020
-0.104
-0.064
-0.031
6
-0.078
-0.030
-0.018
-0.094
-0.058
-0.029
7
-0.007
-0.004
-0.002
-0.010
-0.006
-0.002
8
-0.163
-0.063
-0.039
-0.197
-0.122
-0.059
146
Lanjutan lampiran 16.
b. arah transport barat ke timur
2001
3
Qi (m /hr)
Month
Arah
angin
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Jan-01
360
1.548
1.546
1.546
1.548
1.546
1.518
1.488
1.407
1.405
Feb-01
360
5.172
5.167
5.167
5.172
5.167
5.074
4.975
4.702
4.697
Mar-01
360
7.651
7.644
7.644
7.651
7.644
7.507
7.363
6.957
6.950
Nov-01
360
Total
1.548
1.546
1.546
1.548
1.546
1.518
1.488
1.407
1.405
15.919
15.903
15.903
15.919
15.903
15.617
15.314
14.472
14.456
4
3
2
1
2002
3
Qi (m /hr)
Arah
angin
Month
9
8
7
6
5
Jan-02
360
2.5502
2.5468
2.5468
2.5502
2.5468
2.5010
2.4518
2.3177
2.3145
Feb-02
360
2.5502
2.5468
2.5468
2.5502
2.5468
2.5010
2.4518
2.3177
2.3145
5.1003
5.0936
5.0936
5.1003
5.0936
5.0021
4.9037
4.6355
4.6290
Total
2003
3
Qi (m /hr)
Month
Arah
angin
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Jan-03
360
5.172
5.167
5.167
5.172
5.167
5.074
4.975
4.702
4.697
Feb-03
360
2.550
2.547
2.547
2.550
2.547
2.501
2.452
2.318
2.315
Mar-03
360
1.129
1.128
1.128
1.129
1.128
1.107
1.085
1.026
1.024
Dec-03
315
3.190
3.187
3.187
3.190
3.187
3.130
3.070
2.900
2.898
12.041
12.028
12.028
12.041
12.028
11.812
11.582
10.946
10.933
Total
2004
3
Qi (m /hr)
Month
Arah
angin
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Jan-04
270
0.359
0.359
0.359
0.359
0.359
0.353
0.346
0.327
0.326
Feb-04
360
1.548
1.546
1.546
1.548
1.546
1.518
1.488
1.407
1.405
Mar-04
360
2.022
2.020
2.020
2.022
2.020
1.983
1.944
1.838
1.835
Dec-04
315
3.190
3.187
3.187
3.190
3.187
3.130
3.070
2.900
2.898
7.120
7.111
7.111
7.120
7.111
6.984
6.848
6.472
6.464
Total
2005
Month
Arah
angin
Jan-05
360
Apr-05
360
Total
3
Qi (m /hr)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
3.130
3.126
3.126
3.130
3.126
3.070
3.010
2.845
2.841
3.761
3.757
3.757
3.761
3.757
3.689
3.617
3.419
3.414
6.891
6.883
6.883
6.891
6.883
6.759
6.627
6.264
6.256
147
2006
Arah
angin
Month
3
Qi (m /hr)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0.401
Jan-06
270
0.441
0.441
0.441
0.441
0.441
0.433
0.425
0.401
Feb-06
360
2.550
2.547
2.547
2.550
2.547
2.501
2.452
2.318
2.315
Mar-06
360
2.550
2.547
2.547
2.550
2.547
2.501
2.452
2.318
2.315
Dec-06
360
Total
6.777
6.771
6.771
6.777
6.771
6.649
6.521
6.162
6.156
12.318
12.305
12.305
12.318
12.305
12.084
11.849
11.198
11.186
3
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Qi (m /hr)
9
15.919
5.100
12.041
7.120
6.891
12.318
8
15.903
5.094
12.028
7.111
6.883
12.305
7
15.903
5.094
12.028
7.111
6.883
12.305
6
15.919
5.100
12.041
7.120
6.891
12.318
5
15.903
5.094
12.028
7.111
6.883
12.305
4
15.617
5.002
11.812
6.984
6.759
12.084
3
15.314
4.904
11.582
6.848
6.627
11.849
2
14.472
4.635
10.946
6.472
6.264
11.198
3
Profil
1
2
3
4
5
6
7
8
Qi (m /hr)
2001
-0.016
-0.842
-0.303
-0.286
-0.017
0.017
0.000
-0.017
2002
-0.006
-0.268
-0.098
-0.092
-0.007
0.007
0.000
-0.007
2003
-0.013
-0.636
-0.230
-0.216
-0.013
0.013
0.000
-0.013
2004
-0.008
-0.376
-0.136
-0.128
-0.008
0.008
0.000
-0.008
2005
-0.008
-0.363
-0.132
-0.124
-0.008
0.008
0.000
-0.008
2006
-0.013
-0.651
-0.235
-0.221
-0.013
0.013
0.000
-0.013
1
14.456
4.629
10.933
6.464
6.256
11.186
148
Lampiran 17. Pola Perubahan Garis Pantai Hasil Tracking Lapangan
Download