PENGARUH OUTBOUND TERHADAP KECERDASAN MORAL ANAK SEKOLAH DASAR Devi Lutfia, Mardianto, Duryati Universitas Negeri Padang e-mail : [email protected] Abstract: Impact of outbound to moral intelligence elementary school student . This research start from the phenomenon that are low moral intelligence elementray school student and that make the researcher try to find a way to increase moral intelligence. This research is experiment research with one group pretest-posttest. Subject in this research are 11 peoples. Technique to collect data in this research use pretest scale and posttest scale. Kind of scale is Likert scale. This research proves that outbound was having an affect on moral intellingence children elementary school. Result from wilcoxon sign test Z -2,938 with significance 0.03. Keywords: moral intelligence, outbound, elementary school student Abstrak: Pengaruh outbound terhadap kecerdasan moral anak sekolah dasar. Penelitian ini berawal dari fenomena rendahnya kecerdasan moral anak sekolah dasar, sehingga mendorong peneliti mencari upaya yang dapat meningkatkan kecerdasan moral. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan desain one group pretest-posttest. Subjek penelitian adalah sebanyak 11 orang. Teknik mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala awal dan skala akhir. Model skala yang digunakan yaitu skala Likert. Penelitian ini membuktikan metode outbound berpengaruh terhadap kecerdasan moral anak sekolah dasar. Hasil uji statistik non parametrik wilcoxon sign test didapatkan nilat Z – 2,938 dengan signifikansi sebesar 0.03. Kata kunci: kecerdasan moral, outbound, anak sekolah dasar pada periode ini yang mencerminkan ciri- PENDAHULUAN ciri penting dari periode akhir masa anak- Masa kanak-kanak tengah dan akhir atau anak. Label yang diberikan orangtua seperti sering disebut dengan masa sekolah dasar usia yang meyulitkan, usia tidak rapih dan merupakan periode perkembangan yang usia bertengkar. Para pendidik melabelkan dimulai dari sekitar usia 6 hingga 11 tahun akhir masa anak-anak dengan usia sekolah (Santrock, 2007). Orangtua, pendidik dan dasar. Pada usia ini anak diharapkan ahli psikologi memberikan berbagai label 125 126 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm.125-135 memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk dewasa namun juga oleh anak-anak yang penyesuaian diri pada kehidupan dewasa. seringkali meresahkan serta meng-ganggu Sementara para ahli psikologi memberi label masyarakat. Permasalahan masa usia terlihat dari perilaku yang tidak me-miliki berkelompok, usia penyesuaian dan usia sopan santun, tidak bertanggung ja-wab, bermain (Hurlock, 1980). kurangnya akhir anak-anak dengan rasa moral dapat menghargai dan Menurut Erickson (dalam Feist and menghormati, tidak disiplin, pemerasan, Feist, 2007) pada masa ini dunia sosial anak mencuri hingga pembunuhan dan seba- berkembang melampaui gainya. Menurut Kohlberg (1995) perilaku keluarga, teman sebaya, guru dan model- amoral yang dilakukan oleh remaja bahkan model dewasa lainnya. Sejalan dengan itu, dewasa tersebut disebabkan kurang terin- Papalia (2008) berpendapat bahwa pada ternalisasinya nilai-nilai moral dalam diri masa ini konsep diri anak menjadi lebih mereka. luas hingga kompleks dan mempengaruhi kepercayaan Sejauh ini kekhawatiran terbesar dirinya, hubungan dengan teman sebaya-pun yang menjadi pusat perhatian banyak ka- menjadi sesuatu yang penting. Pada usia ini langan adalah tindak kekerasan yang dila- anak-anak dunia kukan anak-anak muda dan itu sudah sosial, belajar bereaksi terhadap orang-orang merupakan keadaan gawat yang perlu segera disekitarnya diatasi, namun demikian ada hal lain yang mulai dan mengeksplorasi saling mem-bangun interaksi. Semua lebih mengkhawatirkan yaitu usia pelaku orangtua mendambakan tindak kriminalitas semakin lama semakin anaknya memiliki kemampuan berpikir, muda (Borba, 2008). Sesuai dengan kasus berperilaku, dan bertindak secara baik dan pada pertengahan tahun lalu mengenai anak benar untuk kepentingan dirinya sendiri dan usia 8 tahun (YI) yang membunuh temannya lingkungan (2000) (NAK) yang berusia 6 tahun karena hutang menyebut kemampuan ini dengan istilah seribu rupiah. (YI) membunuh (NAK) moral yang baik yang dapat membedakan karena kesal korban tidak mau membayar individu satu dengan lainnya atau biasa hutang yang dita-gihnya (Republika, 2013). sekitarnya. Coles disebut sebagai kecerdasan moral. Namun, Memahami dan menyikapi persoa- tidak semua anak tumbuh dengan moral lan moral tersebut, diperlukan adanya su-atu yang baik seperti yang diharapkan. Akhir- kecerdasan akhir ini media massa diramaikan oleh pendapat bahwa konsep kecerdasan moral pemberitaan mengenai permasalahan mo-ral lebih tepat untuk memberikan pemahaman yang dilakukan tidak hanya oleh remaja dan yang jelas tentang sejauh mana kapasitas moral. Coles (2000) ber- Lutfia, dkk., Pengaruh Outbound Terhadap Kecerdasan…| 127 anak berpikir, merasakan dan berperilaku tanpa bantuan orang tua (Borba, 2008). secara norma moral atau solid character. Menanamkan Coles (2000) mendefenisikan sebagai ke- dilakukan sejak masa kanak-kanak. Hal ini cerdasan kalbu yang berkaitan dengan sesuai dengan tugas per-kembangan anak hubungan kepada sesama manusia dan alam yang dikemukakan oleh Havighurts (dalam semesta. mengarah-kan Hurlock, 1980) yang menyatakan bahwa, seseorang untuk bertindak dengan ba-ik, kata hati, moralitas dan skala-skala nilai sehingga orang lain merasa tenang dan berkembang pada ma-sa anak-anak akhir. Kecerdasan ini gembira kepadanya tanpa rasa sakit hati, iri hati, dengki, dendam dan angkuh. nilai-nilai Menurut Borba moral (2008) dapat perkem- bangan moral merupakan suatu proses yang Sementara menurut Borba (2008) terus menerus berkelanjutan sepajang hidup. kecerdasan moral yaitu kemampuan me- Anak berpotensi menguasai mora-litas yang mahami kebenaran dari kesalahan, artinya lebih tinggi jika didukung oleh kondisi yang memiliki keyakinan etika yang kuat dan baik. Setiap kali anak ber-hasil menguasai bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, satu sehingga orang bersikap benar dan ter- bertambah dan ia pun menaiki tangga hormat. Borba (2008) menyatakan kecer- kecerdasan moral yang lebih tinggi. kebajikan, kecer-dasan moralnya dasan moral terbangun dari tujuh keba-jikan Perkembangan moral anak dipe- utama yaitu empati, nurani, kontrol diri, ngaruhi oleh beberapa faktor, Berns (2007) respek, baik budi, toleransi dan adil yang mengemukakan tiga keadaan (contexts) membantu anak menghadapi tan-tangan dan yang berpengaruh terhadap perkembangan tekanan etika yang tidak dapat dihindarkan moral. Tiga keadaan tersebut yaitu : kon- dalam teks situasi, konteks individu dan konteks kehidupannya kebajikan tersebut Kebajikanakan sosial. Konteks situasi meliputi sifat hu- melindungi agar tetap berada di jalan yang bungan antara individu dan yang terkait benar dengan apakah ada orang lain yang me- dan utama kelak. membantunya yang agar selalu bermoral dalam bertindak. lihatnya, pengalaman yang sama sebelum- Membangun kecerdasan moral san- nya, dan nilai sosial atau norma di masya- gat penting dilakukan agar anak bisa mem- rakat tempat tinggal. Konteks individu bedakan mana yang benar dan mana yang meliputi emosi, interaksi sosial, pendi-dikan, salah, sehingga mereka dapat memben-tengi umur dan kecerdasan, harga diri, kontrol diri diri dari pengaruh buruk. Kecerdasan moral dan temperamen. Konteks sosial meliputi diperlukan untuk melawan tekanan buruk media massa, keluarga, teman sebaya, dan membekali anak dalam ber-tindak benar sekolah dan masyarakat. 128 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm.125-135 Menurut Kohlberg (dalam Berns, (dalam Rohcman, 2007) berpenda-pat 2007) sekolah dan teman sebaya meru- bermain juga berfungsi untuk memper- pakan aspek dari konteks sosial yang mudah perkembangan kognitif anak. Bela- memberikan pengaruh pada kecerdasan jar sambil bermain akan memungkinkan moral anak. Sekolah mempengaruhi per- anak meneliti lingkungan, mempelajari se- kembangan moral melalui program pembe- gala sesuatu dan memecahkan masalah yang lajaran dan para stafnya. Sementara den-gan dihadapinya. Bermain juga mening-katkan teman perkembangan sosial anak serta untuk sebaya kesempatan anak untuk yang memiliki berpartisipasi dalam memahami peran orang lain dan menghayati kelompok dapat lebih mengembangkan pe- peran yang akan diambilnya setelah ia nalaran dan perilaku moral. Sebagaimana dewasa kelak. Manfaat bermain tidak saja dikatakan oleh Hartup (dalam Berns, 2007) dapat meningkatkan perkem-bangan kognitif bahwa interaksi dengan teman sebaya dan menyediakan sumber pengetahuan, nilai- bahasa, disiplin, perkem-bangan moral, nilai dan keterampilan yang berbeda dari kreativitas, dan perkem-bangan fisik. yang disajikan oleh orangtua mereka. sosial, tetapi juga perkembangan Outbound adalah salah satu bentuk Murdiyono (2008) dalam peneliti- permainan yang dapat meningkatkan mo-ral. annya menemukan cara yang dapat dila- Outbound kukan kecerdasan pembelajaran di alam terbuka yang berda- moral pada anak, salah satunya adalah sarkan pada prinsip experiential learning dengan bermain. Metode bermain ternyata (belajar melalui pengalaman langsung) yang dapat berpengaruh terhadap perubahan disajikan dalam bentuk permainan, simulasi, perilaku siswa, dari yang tidak baik men- diskusi dan petualangan sebagai media jadi baik. Hurlock (1980) menyatakan penyampai bahwa bermain dapat mempengaruhi pem- Awalnya kegiatan outbound lebih dikenal bentukan standar moral pada anak. Selain itu untuk kegiatan orang dewasa yang biasa bermain digunakan untuk mengembalikan semangat untuk juga menanamkan dapat mengembangkan kepribadian yang diinginkan pada anak. Menurut Vygotsky (dalam merupakan materi suatu (Rohcman, program 2012). karyawan. Seiring perkemba-ngannya dari waktu ke waktu kegiatan outbound saat ini Rohcman, 2012) bermain mempunyai pe-ran sudah langsung terhadap perkembangan kog-nisi pembelajaran oudoor. Menurut Maryatun seorang anak dan berperan penting dalam (2010) outbound adalah kegiatan yang perkembangan sosial dan emosi anak. disusun terencana untuk mencapai tujuan Sejalan dengan itu, Heterington & Parke dapat dimodifikasi untuk Lutfia, dkk., Pengaruh Outbound Terhadap Kecerdasan…| 129 pengembangan potensi anak dan menantang sehingga anak lebih mudah menjalani untuk dilakukan. kegiatan ini. Outbound juga dirancang Menurut Indriani & Windarti (2008) menantang agar anak tidak mudah bosan Outbound adalah pelatihan untuk anak ketika melakukan beberapa kegiatan pe- dengan konteks alami sebagai instrumen ngembangan sekaligus. Bersadarkan hasil pembelajaran. ini penelitian Maryatun (2010) pelaksanaan memberikan anak kemampuan bertahan outbound di bagi dalam dua kategori, yaitu yang sejalan dengan pengetahuan akan outbound yang bersifat low impact atau lingkungan dan materi pendukung pembe- beresiko rendah dan high impact atau lajaran lainnya yaitu kepemimpinan, kerja- beresiko tinggi. Tipe pendidikan sama, kemandirian, kepercayaan diri, mo- Menurut Ancok (2012) ada bebe- tivasi, kreatifitas, rasa tanggungjawab dan rapa alasan mengapa metode outbound penyelesaian masalah. Kemampuan inte- digunakan yaitu; metode ini adalah sebuah raksi sosial anak juga dapat berkembang simulasi kehidupan yang kompleks yang selama dibuat menjadi proses outbound. Penelitian sederhana, metode ini McKenzie (2003) di bagian barat Canada, menggunakan pendekatan metode belajar menemukan bahwa kegiatan outbound ber- melalui pengalaman dan metode ini penuh pengaruh untuk meningkatkan self aware- dengan ness, self confidence, self reliance, self dengan permainan. Hal ini membuat anak esteem, merasa senang menjalan kan kegiatan pe- self concept, motivation, self responsibility, interpersonal skills, perha- Rohcman Kegiatan outbound sebagai kegia-tan alam dilakukan dengan berbagai me-tode yang pada intinya adalah memberikan pengalaman langsung pada suatu peristiwa pada anak. Metode-metode yang diguna-kan outbound adalah: permainan kelompok, kerja kelompok, petualangan individu, ceramah, diskusi atau refleksi pengalaman (Kemahalam, 2008). Outbound dilakukan dalam suasana yang menyenangkan di alam terbuka karena dilakukan latihan. tian pada orang lain dan lingkungan. dalam kegembiraan (2012) dalam peneli- tiannya menyimpulkan bahwa outbound adalah cara yang tepat untuk mendidik anak. Outbound medianya menggunakan alam seba-gai dimana experential learning sebagai metode yang digunakan. Adapun bentuk yang kegiatannya berupa permainan memberikan tantangan pada anak sehingga anak berupaya untuk terus berusaha menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk 130 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm.125-135 meneliti bagaimana pen-garuh outbound Model skala yang digunakan yaitu terhadap kecerdasan mo-ral anak sekolah skala Likert. Skala ini merupakan skala dasar. sikap yang peneliti rancang sendiri berdasarkan pada tujuh aspek kebajikan yang METODE dikemukakan oleh Borba (2008) yang terdiri Subjek dari empati, hati nurani, kontrol diri, rasa Subjek dalam penelitian ini terdiri hormat, kebaikan hati, dari 11 siswa kelas 6 SD yang terdiri dari 6 keadilan. laki-laki dan 5 perempuan. Subjek diambil Teknik Analisis Data dari kelas yang sama dan diberi-kan perlakuan yang sama berupa toleransi, dan Teknik analisis data yang digunakan metode adalah Wilcoxon Sign Test. Peneliti melaku- permainan outbound yang dilakukan sela- kan analisis statistik menggunakan Wilco- ma enam kali pertemuan dalam waktu dua xon Sign Rank untuk menguji signifikansi minggu. pengaruh perlakuan outbound untuk me- Desain Penelitian ningkatkan kecerdasan moral. Wilcoxon Desain penelitian yang digunakan Sign Test adalah metode statisika non- adalah one group pretest posttest design parametrik yang digunakan untuk mem- yang disebut juga dengan before after bandingkan perbedaan dua median. Data design. Pada desain ini pengukuran terha- dikumpulkan dap variabel terikat dilakukan sebanyak dua dependen before dan after. berdasarkan dua sampel Berdasarkan perbandingan pretest kali yaitu sebelum dan sesudah manipulasi diberikan dengan meng-gunakan alat ukur HASIL DAN BAHASAN yang sama (Seniati, 2005). Hasil Teknik Pengumpulan Data Teknik mengumpulkan data dalam dan posttest, subjek mampu meningkatkan penelitian ini adalah dengan menggunakan skornya mulai dari empat poin hingga empat skala awal dan skala akhir. Skala awal puluh diberikan permainan perbedaan nilai mean subjek pada saat outbound di lakukan dan skala akhir di- pretest 125 dan nilai mean posttest 143 berikan setelah program permainan out- sehingga perbedaan mean gain score yang bound dilakukan, kemudian dilihat perbe- diperoleh daan perilaku kecerdasan moral. perbandingan sebelum program tujuh poin. 18 mean Secara poin. pretest deskriptif Berdasarkan dan mean posttest, ada peningkatan mean sebanyak Lutfia, dkk., Pengaruh Outbound Terhadap Kecerdasan…| 131 delapan belas poin. Dari hasil uji Wilcoxon kepemimpinan, Sign Test didapat nilai Z sebesar -2.938 kepercayaan dengan signifikansi tanggung jawab dan pemecahan masalah. sebesar 0.03 pada pengujian, sehingga hipotesis diterima. kerjasama, diri, kemandirian, motivasi, kreatifitas, Penelitian tersebut memang tidak sama dengan penelitian yang peneliti lakukan, tetapi dari hasil penelitian tersebut dapat Bahasan Dari hasil analisis didapatkan perbedaan yang signifikan antara pretest menjadi gambaran dari hasil pemberian outbound. dengan posttest setelah diberikannya per- Jika dianalisis berdasarkan perban- lakuan berupa permainan outbound. Dari dingan hasil uji statistik tersebut juga dapat dilihat semua subjek menunjukkan peningkatan perbedaan yang signifikan antara nilai mean hasil pretest - posttest dengan gain score pretest dan mean posttest. Jika dilihat dari tertinggi 47 dan gain score terendah 4, kategorisasi moral artinya semua subjek menunjukkan pe- subjek, juga terdapat perbedaan antara ningkatan skor kecerdasan moral. Analisis pretest dan posttest. Kategorisasi tingkat lebih lanjut dilakukan pada subjek dengan kecerdasan moral pada waktu pretest, gain score tertinggi dan terendah dengan sebanyak tujuh orang subjek kategori sedang menggunakan data pendukung berupa hasil dan empat orang subjek kategori rendah, observasi. Subjek dengan gain score ter- pada waktu posttest sebanyak dua orang tinggi yaitu EH, selama perlakuan dibe- subjek kategori sedang dan tidak ada subjek rikan selalu mengikuti instruksi dengan kategori hasil baik. Pada salah satu permainan tantangan penelitian yang dilakukan, dapat dikatakan membantu teman, subjek EH adalah pe-serta bahwa outbound yang paling banyak membantu te-man. meningkatkan Tidak jauh berbeda dengan EH, subjek DA tingkat rendah. kecerdasan Berdasarkan penggunaan berpengaruh metode dalam kecerdasan moral anak usia sekolah dasar. Sejalan dengan itu penelitian yang dilakukan oleh Indriana dan Winarti (2008) menunjukkan bahwa memberikan anak kemampuan berkompetesi yang terintegrasi pengetahuan tentang didukung oleh metode outbound untuk dengan lingkungan pembelajaran dan tentang masing-masing subjek, dimana juga mengikuti instruksi de-ngan baik. Namun pada salah satu per-mainan, subjek DA pernah mengolok-olok temannya sehingga membuat temannya menangis. Setelah diberikan penjelasan tentang rasa menghargai, mengulangi subjek DA perilakunya. tidak lagi Sebelum per- lakuan diberikan, subjek DA juga terlihat tidak toleran terhadap instruktur dan ob- 132 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm.125-135 server, hal ini ditunjukkan oleh perilaku reliance, subjek DA yang suka bertanya dan selalu motivation, self responsibility, interpersonal berusaha melihat catatan observer dan skills, perhatian pada orang lain dan instruktur. Sementara subjek dengan gain lingkungan. score terendah yaitu AKS dengan kategori self esteem, self Sementara itu hasil concept, gain score skor pretest rendah dan skor posttest sedang kebajikan moral yang didapatkan dari skor selama perlakuan diberikan sering membuat pretest masalah. Subjek meniru-nirukan perkataan didapatkan aspek kebajikan moral dengan instruktur dan memilih-milih teman ketika gain score tertinggi adalah rasa hormat dan permainan dengan aspek dengan gain score terrendah adalah subjek AKS, subjek AM yang memiliki gain toleransi. Hasil gain score yang didapatkan score rendah tidak memperlihatkan perilaku tersebut dianalisis dan dihubungkan de-ngan yang menarik per-hatian sehingga tidak ada respon peserta saat dan setelah per-mainan catatan observasi mengenai subjek AM. berlangsung serta faktor-faktor yang dapat diberikan. Berbeda Hasil observasi secara keseluruhan dan skor posttest per aspek mempengaruhi kecerdasan moral. yang dilakukan selama perlakuan ber- Secara keseluruhan, siswa membe- langsung menunjukkan bahwa semua pe- rikan respon yang baik pada setiap per- serta mengikuti permainan dengan baik. mainan yang diberikan. Siswa antusias Peserta melakukan semua instruksi yang mengikuti diperintahkan instruktur. Peserta juga aktif menjawab dalam berbagai sesi tanya jawab dan diskusi diberikan serta aktif memberikan pen-dapat yang dilakukan. keseluruhan dapat permainan-permainan, ketika aktif pertanyaan-pertanyaan Sehingga secara pada saat diskusi. Banyak faktor yang disimpulkan bahwa berpengaruh terhadap peningkatan metode outbound efektif untuk mening- kecerdasan moral, dari semua faktor tersebut katkan kecerdasan moral anak sekolah jika dikaitkan dengan dasar. Hasil penelitian ini juga sejalan diberikan pada penelitian ini terdapat empat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh faktor yang berpengaruh langsung yaitu McKenzie (2003) yang menyatakan bahwa pendidikan, umur dan kecerdasan, interaksi kemampuan interaksi sosial anak juga dapat sosial dan teman sebaya. berkembang selama yang outbound. Pengaruh faktor pendidikan dapat Penelitian yang dilakukan di bagian barat dilihat dari tahap-tahap metode kegiatan Canada ini menemukan bahwa kegiatan outbound yaitu; pembentukan pengalaman, outbound berpengaruh untuk meningkatkan perenungan self konsep dan pengujian konsep. Menurut awareness, self proses perlakuan confidence, self pengalaman, pembentukan Lutfia, dkk., Pengaruh Outbound Terhadap Kecerdasan…| 133 Boyett dan Boyett dalam Ancok (2002) teman tahapan-tahapan dalam metode kegiatan kesempatan outbound tersebut adalah sebuah tahapan kelompok proses belajar yang efektif. Lebih lanjut, mengembangkan penalaran dan perilaku melalui proses belajar tersebut anak memi- moral. Sebagaimana dikatakan oleh Hartup liki kesempatan untuk mengem-bangkan dalam Berns (2007) bahwa interaksi dengan pemikiran kritis yang dapat dibangun me- teman lalui me- pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan ningkatkan kecerdasan moral. Anak yang yang berbeda dari yang disajikan oleh diberi kesempatan dan dibiasakan ber-dialog orangtua mereka. kebiasaan berdiskusi untuk dapat membantu meningkatkan kapasitas moralnya. Faktor sebaya. Anak untuk yang berpartisipasi teman sebaya sebaya memiliki dalam dapat menyediakan lebih sumber Salah satu tugas perkembangan anak usia sekolah dasar menurut Havighurts kedua yang berpengaruh (dalam Hurlock, 1980) adalah terhadap peningkatan kecerdasan moral mengembangkan kata hati, moralitas dan adalah umur dan kecerdasan. Menurut skala nilai. Menggunakan metode out-bound Kohlberg dkk dalam Berns (2007) pena- agar tugas perkembangan dapat tercapai laran moral berkaitan secara signifikan merupakan pilihan yang tepat karena pada dengan usia dan IQ. Semakin bertambah masa ini menurut Brady, anak usia 10–12 usia anak maka penalaran moral anak pun tahun mulai menunjukkan kemampuan dan berkembang sesuai dengan tahapannya. kemauan untuk melihat sudut pandang orang Seiring dengan berubahnya kemampuan lain, pencarian nilai-nilai, menunjukkan anak dalam menangkap dan mengerti, anak- adanya anak bergerak ke tingkat perkem-bangan mempunyai citarasa kea-dilan dan peduli moral yang lebih tinggi. kepada Faktor selanjutnya yang berpengaruh adalah interaksi sosial. Beberapa penelitian percaya bahwa moral berkem- perbedaan orang penerimaan di lain, terhadap antara individu, pemahaman adanya dan aturan berdasarkan perbedaan jenis kelamin (dalam Nugiantoro, 2005). bang karena interaksi sosial, misalnya karena diskusi atau dialog (Walker dkk dalam Berns (2007). Interaksi anak dengan orang lain memungkinkan adanya komu- SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan nikasi yang terbuka dan dialog, anak pengujian hipotesis mengenai pengaruh memiliki kesempatan mengutarakan pan- metode outbound terhadap kecerdasan moral dangan-pandangannya. Faktor terakhir yaitu 134 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm.125-135 anak sekolah dasar dapat disim-pulkan dalam kehidupan sehari-hari dan mem- bahwa bagikan metode outbound ber-pengaruh permainan dan didalamnya nilai yang yang telah terhadap kecerdasan moral anak sekolah terkandung dasar karena terdapat pening-katan skor didapatkan kepada murid-murid yang lain. pretest dan posttest. Hal ini ditun-jukkan Bagi pihak sekolah sebaiknya program oleh perbandingan nilai mean sebanyak 18 permainan outbound dila-kukan secara rutin poin. Setelah dilakukan uji statistik wilcoxon sehingga seluruh murid bisa men-dapatkan signed test didapatkan nilat Z -2,938 dengan nilai-nilai signifikansi 0.03. kepentingan penelitian dimasa mendatang dari permainan ini. Bagi agar mempertimbangkan sega-la kondisi Saran terburuk Berdasarkan hasil temuan dalam perlakuan sebelum dan menyusun melakukan jadwal pene-litian penelitian ini, maka dapat dikemukakan lanjutan pada kelompok yang berbe-da beberapa saran yaitu bagi murid sekolah seperti siswa SMA, siswa SMP, dan lain- dasar agar tetap menerapkan nilai-nilai lain. permainan outbound yang telah diberikan DAFTAR RUJUKAN Ancok, J. (2002). Outbound Management Training. Yogyakarta: UII Press. Berns, R.M. (2007). Child, family, school, community: Socialization and Support. Belmont : Thompson Learning, Inc. Borba, M. (2008). Membangun kecerdasan moral: Tujuh kebijakan utama agar anak bermoral tinggi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Coles, R. (2000). Menumbuhkan Kecerdasan Moral pada Anak (Terjemahan: T.Hermaya). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Feist, J & Feist G. J. (2008). Theories Of Personality. (ed.6). (Terjemahan: S.Yudi). Jakarta: Pustaka Pelajar. Hurlock, B.E .(1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Indriani, D., Windarti, T. (2008). Mengembangkan Kematangan Sosial pada Anak melalui Outbond. Jurnal Sekolah Dasar, Vol 17, No 2. Kohlberg, L. (1995). Tahap-tahap perkembangan moral. Yogyakarta: Kanisius. Maryatun, I. B. (2010). Pemanfaatan Kegiatan Outbound Untuk Melatih Kerjasama (Sebagai Moral Behavior) Anak Taman Kanak-Kanak. Dinamika FIP UNY. McKenzie, M. (2003) Beyond “The Outward Bound Process:” Rethinking Student Learning. Simon Fraser University. http://jee.sagepub. com/content/26/1/8.abstract. Murdiono, M. (2008) “Metode Penanaman Nilai Moral Untuk Anak Usia Dini.” Lutfia, dkk., Pengaruh Outbound Terhadap Kecerdasan…| 135 Laporan Penelitian. Negeri Yogyakarta. Universitas Nurgiyantoro, B. (2005). Tahapan Perkembangan Anak dengan Pemilihan Bacaan Sastra Anak. Cakrawala Pendidikan. No 2. Papalia, D. E., Old, S. W., & Fielman, R. D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi ke – 9 (Terj : A. K Anwar, (2008)) Jakarta : Kencana. Rohcman, L. F. (2012). Metode Pembelajaran Outbound Untuk Anak Usia Dini. Pedagogia, Vol. 1 No. 2. Santrock, J. W, (2007). Life Span Development. Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W, (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B., N. (2005). Psikologi Eksperimen. Indonesia: PT Indeks.