pengaruh outbound terhadap kecerdasan moral - e

advertisement
PENGARUH OUTBOUND TERHADAP KECERDASAN
MORAL ANAK SEKOLAH DASAR
Devi Lutfia, Mardianto, Duryati
Universitas Negeri Padang
e-mail : [email protected]
Abstract: Impact of outbound to moral intelligence elementary school student . This
research start from the phenomenon that are low moral intelligence elementray school
student and that make the researcher try to find a way to increase moral intelligence.
This research is experiment research with one group pretest-posttest. Subject in this
research are 11 peoples. Technique to collect data in this research use pretest scale and
posttest scale. Kind of scale is Likert scale. This research proves that outbound was
having an affect on moral intellingence children elementary school. Result from wilcoxon
sign test Z -2,938 with significance 0.03.
Keywords: moral intelligence, outbound, elementary school student
Abstrak: Pengaruh outbound terhadap kecerdasan moral anak sekolah dasar.
Penelitian ini berawal dari fenomena rendahnya kecerdasan moral anak sekolah dasar,
sehingga mendorong peneliti mencari upaya yang dapat meningkatkan kecerdasan moral.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan desain one group pretest-posttest. Subjek
penelitian adalah sebanyak 11 orang. Teknik mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan skala awal dan skala akhir. Model skala yang
digunakan yaitu skala Likert. Penelitian ini membuktikan metode outbound
berpengaruh terhadap kecerdasan moral anak sekolah dasar. Hasil uji statistik non
parametrik wilcoxon sign test didapatkan nilat Z – 2,938 dengan signifikansi sebesar 0.03.
Kata kunci: kecerdasan moral, outbound, anak sekolah dasar
pada periode ini yang mencerminkan ciri-
PENDAHULUAN
ciri penting dari periode akhir masa anak-
Masa kanak-kanak tengah dan akhir atau
anak. Label yang diberikan orangtua seperti
sering disebut dengan masa sekolah dasar
usia yang meyulitkan, usia tidak rapih dan
merupakan periode perkembangan yang
usia bertengkar. Para pendidik melabelkan
dimulai dari sekitar usia 6 hingga 11 tahun
akhir masa anak-anak dengan usia sekolah
(Santrock, 2007). Orangtua, pendidik dan
dasar. Pada usia ini anak diharapkan
ahli psikologi memberikan berbagai label
125
126 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm.125-135
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk
dewasa namun juga oleh anak-anak yang
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa.
seringkali meresahkan serta meng-ganggu
Sementara para ahli psikologi memberi label
masyarakat. Permasalahan
masa
usia
terlihat dari perilaku yang tidak me-miliki
berkelompok, usia penyesuaian dan usia
sopan santun, tidak bertanggung ja-wab,
bermain (Hurlock, 1980).
kurangnya
akhir
anak-anak
dengan
rasa
moral dapat
menghargai
dan
Menurut Erickson (dalam Feist and
menghormati, tidak disiplin, pemerasan,
Feist, 2007) pada masa ini dunia sosial anak
mencuri hingga pembunuhan dan seba-
berkembang
melampaui
gainya. Menurut Kohlberg (1995) perilaku
keluarga, teman sebaya, guru dan model-
amoral yang dilakukan oleh remaja bahkan
model dewasa lainnya. Sejalan dengan itu,
dewasa tersebut disebabkan kurang terin-
Papalia (2008) berpendapat bahwa pada
ternalisasinya nilai-nilai moral dalam diri
masa ini konsep diri anak menjadi lebih
mereka.
luas
hingga
kompleks dan mempengaruhi kepercayaan
Sejauh ini kekhawatiran terbesar
dirinya, hubungan dengan teman sebaya-pun
yang menjadi pusat perhatian banyak ka-
menjadi sesuatu yang penting. Pada usia ini
langan adalah tindak kekerasan yang dila-
anak-anak
dunia
kukan anak-anak muda dan itu sudah
sosial, belajar bereaksi terhadap orang-orang
merupakan keadaan gawat yang perlu segera
disekitarnya
diatasi, namun demikian ada hal lain yang
mulai
dan
mengeksplorasi
saling
mem-bangun
interaksi.
Semua
lebih mengkhawatirkan yaitu usia pelaku
orangtua
mendambakan
tindak kriminalitas semakin lama semakin
anaknya memiliki kemampuan berpikir,
muda (Borba, 2008). Sesuai dengan kasus
berperilaku, dan bertindak secara baik dan
pada pertengahan tahun lalu mengenai anak
benar untuk kepentingan dirinya sendiri dan
usia 8 tahun (YI) yang membunuh temannya
lingkungan
(2000)
(NAK) yang berusia 6 tahun karena hutang
menyebut kemampuan ini dengan istilah
seribu rupiah. (YI) membunuh (NAK)
moral yang baik yang dapat membedakan
karena kesal korban tidak mau membayar
individu satu dengan lainnya atau biasa
hutang yang dita-gihnya (Republika, 2013).
sekitarnya.
Coles
disebut sebagai kecerdasan moral. Namun,
Memahami dan menyikapi persoa-
tidak semua anak tumbuh dengan moral
lan moral tersebut, diperlukan adanya su-atu
yang baik seperti yang diharapkan. Akhir-
kecerdasan
akhir ini media massa diramaikan oleh
pendapat bahwa konsep kecerdasan moral
pemberitaan mengenai permasalahan mo-ral
lebih tepat untuk memberikan pemahaman
yang dilakukan tidak hanya oleh remaja dan
yang jelas tentang sejauh mana kapasitas
moral.
Coles
(2000)
ber-
Lutfia, dkk., Pengaruh Outbound Terhadap Kecerdasan…| 127
anak berpikir, merasakan dan berperilaku
tanpa bantuan orang tua (Borba, 2008).
secara norma moral atau solid character.
Menanamkan
Coles (2000) mendefenisikan sebagai ke-
dilakukan sejak masa kanak-kanak. Hal ini
cerdasan kalbu yang berkaitan dengan
sesuai dengan tugas per-kembangan anak
hubungan kepada sesama manusia dan alam
yang dikemukakan oleh Havighurts (dalam
semesta.
mengarah-kan
Hurlock, 1980) yang menyatakan bahwa,
seseorang untuk bertindak dengan ba-ik,
kata hati, moralitas dan skala-skala nilai
sehingga orang lain merasa tenang dan
berkembang pada ma-sa anak-anak akhir.
Kecerdasan
ini
gembira kepadanya tanpa rasa sakit hati, iri
hati, dengki, dendam dan angkuh.
nilai-nilai
Menurut
Borba
moral
(2008)
dapat
perkem-
bangan moral merupakan suatu proses yang
Sementara menurut Borba (2008)
terus menerus berkelanjutan sepajang hidup.
kecerdasan moral yaitu kemampuan me-
Anak berpotensi menguasai mora-litas yang
mahami kebenaran dari kesalahan, artinya
lebih tinggi jika didukung oleh kondisi yang
memiliki keyakinan etika yang kuat dan
baik. Setiap kali anak ber-hasil menguasai
bertindak berdasarkan keyakinan tersebut,
satu
sehingga orang bersikap benar dan ter-
bertambah dan ia pun menaiki tangga
hormat. Borba (2008) menyatakan kecer-
kecerdasan moral yang lebih tinggi.
kebajikan,
kecer-dasan
moralnya
dasan moral terbangun dari tujuh keba-jikan
Perkembangan moral anak dipe-
utama yaitu empati, nurani, kontrol diri,
ngaruhi oleh beberapa faktor, Berns (2007)
respek, baik budi, toleransi dan adil yang
mengemukakan tiga keadaan (contexts)
membantu anak menghadapi tan-tangan dan
yang berpengaruh terhadap perkembangan
tekanan etika yang tidak dapat dihindarkan
moral. Tiga keadaan tersebut yaitu : kon-
dalam
teks situasi, konteks individu dan konteks
kehidupannya
kebajikan
tersebut
Kebajikanakan
sosial. Konteks situasi meliputi sifat hu-
melindungi agar tetap berada di jalan yang
bungan antara individu dan yang terkait
benar
dengan apakah ada orang lain yang me-
dan
utama
kelak.
membantunya
yang
agar
selalu
bermoral dalam bertindak.
lihatnya, pengalaman yang sama sebelum-
Membangun kecerdasan moral san-
nya, dan nilai sosial atau norma di masya-
gat penting dilakukan agar anak bisa mem-
rakat tempat tinggal. Konteks individu
bedakan mana yang benar dan mana yang
meliputi emosi, interaksi sosial, pendi-dikan,
salah, sehingga mereka dapat memben-tengi
umur dan kecerdasan, harga diri, kontrol diri
diri dari pengaruh buruk. Kecerdasan moral
dan temperamen. Konteks sosial meliputi
diperlukan untuk melawan tekanan buruk
media massa, keluarga, teman sebaya,
dan membekali anak dalam ber-tindak benar
sekolah dan masyarakat.
128 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm.125-135
Menurut Kohlberg (dalam Berns,
(dalam
Rohcman,
2007)
berpenda-pat
2007) sekolah dan teman sebaya meru-
bermain juga berfungsi untuk memper-
pakan aspek dari konteks sosial yang
mudah perkembangan kognitif anak. Bela-
memberikan pengaruh pada kecerdasan
jar sambil bermain akan memungkinkan
moral anak. Sekolah mempengaruhi per-
anak meneliti lingkungan, mempelajari se-
kembangan moral melalui program pembe-
gala sesuatu dan memecahkan masalah yang
lajaran dan para stafnya. Sementara den-gan
dihadapinya. Bermain juga mening-katkan
teman
perkembangan sosial anak serta untuk
sebaya
kesempatan
anak
untuk
yang
memiliki
berpartisipasi
dalam
memahami peran orang lain dan menghayati
kelompok dapat lebih mengembangkan pe-
peran yang akan diambilnya setelah ia
nalaran dan perilaku moral. Sebagaimana
dewasa kelak. Manfaat bermain tidak saja
dikatakan oleh Hartup (dalam Berns, 2007)
dapat meningkatkan perkem-bangan kognitif
bahwa interaksi dengan teman sebaya
dan
menyediakan sumber pengetahuan, nilai-
bahasa, disiplin, perkem-bangan moral,
nilai dan keterampilan yang berbeda dari
kreativitas, dan perkem-bangan fisik.
yang disajikan oleh orangtua mereka.
sosial,
tetapi
juga
perkembangan
Outbound adalah salah satu bentuk
Murdiyono (2008) dalam peneliti-
permainan yang dapat meningkatkan mo-ral.
annya menemukan cara yang dapat dila-
Outbound
kukan
kecerdasan
pembelajaran di alam terbuka yang berda-
moral pada anak, salah satunya adalah
sarkan pada prinsip experiential learning
dengan bermain. Metode bermain ternyata
(belajar melalui pengalaman langsung) yang
dapat berpengaruh terhadap
perubahan
disajikan dalam bentuk permainan, simulasi,
perilaku siswa, dari yang tidak baik men-
diskusi dan petualangan sebagai media
jadi baik. Hurlock (1980) menyatakan
penyampai
bahwa bermain dapat mempengaruhi pem-
Awalnya kegiatan outbound lebih dikenal
bentukan standar moral pada anak. Selain itu
untuk kegiatan orang dewasa yang biasa
bermain
digunakan untuk mengembalikan semangat
untuk
juga
menanamkan
dapat
mengembangkan
kepribadian yang diinginkan pada anak.
Menurut
Vygotsky
(dalam
merupakan
materi
suatu
(Rohcman,
program
2012).
karyawan. Seiring perkemba-ngannya dari
waktu ke waktu kegiatan outbound saat ini
Rohcman, 2012) bermain mempunyai pe-ran
sudah
langsung terhadap perkembangan kog-nisi
pembelajaran oudoor. Menurut Maryatun
seorang anak dan berperan penting dalam
(2010) outbound adalah kegiatan yang
perkembangan sosial dan emosi anak.
disusun terencana untuk mencapai tujuan
Sejalan dengan itu, Heterington & Parke
dapat
dimodifikasi
untuk
Lutfia, dkk., Pengaruh Outbound Terhadap Kecerdasan…| 129
pengembangan potensi anak dan menantang
sehingga anak lebih mudah menjalani
untuk dilakukan.
kegiatan ini. Outbound juga dirancang
Menurut Indriani & Windarti (2008)
menantang agar anak tidak mudah bosan
Outbound adalah pelatihan untuk anak
ketika melakukan beberapa kegiatan pe-
dengan konteks alami sebagai instrumen
ngembangan sekaligus. Bersadarkan hasil
pembelajaran.
ini
penelitian Maryatun (2010) pelaksanaan
memberikan anak kemampuan bertahan
outbound di bagi dalam dua kategori, yaitu
yang sejalan dengan pengetahuan akan
outbound yang bersifat low impact atau
lingkungan dan materi pendukung pembe-
beresiko rendah dan high impact atau
lajaran lainnya yaitu kepemimpinan, kerja-
beresiko tinggi.
Tipe
pendidikan
sama, kemandirian, kepercayaan diri, mo-
Menurut Ancok (2012) ada bebe-
tivasi, kreatifitas, rasa tanggungjawab dan
rapa alasan mengapa metode outbound
penyelesaian masalah. Kemampuan inte-
digunakan yaitu; metode ini adalah sebuah
raksi sosial anak juga dapat berkembang
simulasi kehidupan yang kompleks yang
selama
dibuat menjadi
proses
outbound.
Penelitian
sederhana, metode
ini
McKenzie (2003) di bagian barat Canada,
menggunakan pendekatan metode belajar
menemukan bahwa kegiatan outbound ber-
melalui pengalaman dan metode ini penuh
pengaruh untuk meningkatkan self aware-
dengan
ness, self confidence, self reliance, self
dengan permainan. Hal ini membuat anak
esteem,
merasa senang menjalan kan kegiatan pe-
self
concept,
motivation,
self
responsibility, interpersonal skills, perha-
Rohcman
Kegiatan outbound sebagai kegia-tan
alam dilakukan dengan berbagai me-tode
yang pada intinya adalah memberikan
pengalaman langsung pada suatu peristiwa
pada anak. Metode-metode yang diguna-kan
outbound
adalah:
permainan
kelompok, kerja kelompok, petualangan
individu, ceramah, diskusi atau refleksi
pengalaman (Kemahalam, 2008).
Outbound dilakukan dalam suasana
yang
menyenangkan
di
alam
terbuka
karena
dilakukan
latihan.
tian pada orang lain dan lingkungan.
dalam
kegembiraan
(2012)
dalam
peneli-
tiannya menyimpulkan bahwa outbound
adalah cara yang tepat untuk mendidik anak.
Outbound
medianya
menggunakan alam seba-gai
dimana
experential
learning
sebagai metode yang digunakan. Adapun
bentuk
yang
kegiatannya
berupa
permainan
memberikan tantangan pada anak
sehingga anak berupaya untuk terus berusaha
menggali
dan
mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya. Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan
diatas,
peneliti
tertarik
untuk
130 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm.125-135
meneliti bagaimana pen-garuh outbound
Model skala yang digunakan yaitu
terhadap kecerdasan mo-ral anak sekolah
skala Likert. Skala ini merupakan skala
dasar.
sikap yang peneliti rancang sendiri berdasarkan pada tujuh aspek kebajikan yang
METODE
dikemukakan oleh Borba (2008) yang terdiri
Subjek
dari empati, hati nurani, kontrol diri, rasa
Subjek dalam penelitian ini terdiri
hormat,
kebaikan
hati,
dari 11 siswa kelas 6 SD yang terdiri dari 6
keadilan.
laki-laki dan 5 perempuan. Subjek diambil
Teknik Analisis Data
dari kelas yang sama dan diberi-kan
perlakuan
yang
sama
berupa
toleransi,
dan
Teknik analisis data yang digunakan
metode
adalah Wilcoxon Sign Test. Peneliti melaku-
permainan outbound yang dilakukan sela-
kan analisis statistik menggunakan Wilco-
ma enam kali pertemuan dalam waktu dua
xon Sign Rank untuk menguji signifikansi
minggu.
pengaruh perlakuan outbound untuk me-
Desain Penelitian
ningkatkan kecerdasan moral. Wilcoxon
Desain penelitian yang digunakan
Sign Test adalah metode statisika non-
adalah one group pretest posttest design
parametrik yang digunakan untuk mem-
yang disebut juga dengan before after
bandingkan perbedaan dua median. Data
design. Pada desain ini pengukuran terha-
dikumpulkan
dap variabel terikat dilakukan sebanyak dua
dependen before dan after.
berdasarkan
dua
sampel
Berdasarkan perbandingan
pretest
kali yaitu sebelum dan sesudah manipulasi
diberikan dengan meng-gunakan alat ukur
HASIL DAN BAHASAN
yang sama (Seniati, 2005).
Hasil
Teknik Pengumpulan Data
Teknik mengumpulkan data dalam
dan posttest, subjek mampu meningkatkan
penelitian ini adalah dengan menggunakan
skornya mulai dari empat poin hingga empat
skala awal dan skala akhir. Skala awal
puluh
diberikan
permainan
perbedaan nilai mean subjek pada saat
outbound di lakukan dan skala akhir di-
pretest 125 dan nilai mean posttest 143
berikan setelah program permainan out-
sehingga perbedaan mean gain score yang
bound dilakukan, kemudian dilihat perbe-
diperoleh
daan perilaku kecerdasan moral.
perbandingan
sebelum
program
tujuh
poin.
18
mean
Secara
poin.
pretest
deskriptif
Berdasarkan
dan
mean
posttest, ada peningkatan mean sebanyak
Lutfia, dkk., Pengaruh Outbound Terhadap Kecerdasan…| 131
delapan belas poin. Dari hasil uji Wilcoxon
kepemimpinan,
Sign Test didapat nilai Z sebesar -2.938
kepercayaan
dengan signifikansi
tanggung jawab dan pemecahan masalah.
sebesar 0.03 pada
pengujian, sehingga hipotesis diterima.
kerjasama,
diri,
kemandirian,
motivasi,
kreatifitas,
Penelitian tersebut memang tidak sama
dengan penelitian yang peneliti lakukan,
tetapi dari hasil penelitian tersebut dapat
Bahasan
Dari
hasil
analisis
didapatkan
perbedaan yang signifikan antara pretest
menjadi gambaran dari hasil pemberian
outbound.
dengan posttest setelah diberikannya per-
Jika dianalisis berdasarkan perban-
lakuan berupa permainan outbound. Dari
dingan
hasil uji statistik tersebut juga dapat dilihat
semua subjek menunjukkan peningkatan
perbedaan yang signifikan antara nilai mean
hasil pretest - posttest dengan gain score
pretest dan mean posttest. Jika dilihat dari
tertinggi 47 dan gain score terendah 4,
kategorisasi
moral
artinya semua subjek menunjukkan pe-
subjek, juga terdapat perbedaan antara
ningkatan skor kecerdasan moral. Analisis
pretest dan posttest. Kategorisasi tingkat
lebih lanjut dilakukan pada subjek dengan
kecerdasan moral pada waktu pretest,
gain score tertinggi dan terendah dengan
sebanyak tujuh orang subjek kategori sedang
menggunakan data pendukung berupa hasil
dan empat orang subjek kategori rendah,
observasi. Subjek dengan gain score ter-
pada waktu posttest sebanyak dua orang
tinggi yaitu EH, selama perlakuan dibe-
subjek kategori sedang dan tidak ada subjek
rikan selalu mengikuti instruksi dengan
kategori
hasil
baik. Pada salah satu permainan tantangan
penelitian yang dilakukan, dapat dikatakan
membantu teman, subjek EH adalah pe-serta
bahwa
outbound
yang paling banyak membantu te-man.
meningkatkan
Tidak jauh berbeda dengan EH, subjek DA
tingkat
rendah.
kecerdasan
Berdasarkan
penggunaan
berpengaruh
metode
dalam
kecerdasan moral anak usia sekolah dasar.
Sejalan dengan itu penelitian yang
dilakukan oleh Indriana dan Winarti (2008)
menunjukkan
bahwa
memberikan
anak
kemampuan
berkompetesi
yang
terintegrasi
pengetahuan
tentang
didukung
oleh
metode
outbound
untuk
dengan
lingkungan
pembelajaran
dan
tentang
masing-masing
subjek,
dimana
juga mengikuti instruksi de-ngan baik.
Namun pada salah satu per-mainan, subjek
DA
pernah
mengolok-olok
temannya
sehingga membuat temannya menangis.
Setelah diberikan penjelasan tentang rasa
menghargai,
mengulangi
subjek
DA
perilakunya.
tidak
lagi
Sebelum
per-
lakuan diberikan, subjek DA juga terlihat
tidak toleran terhadap instruktur dan ob-
132 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm.125-135
server, hal ini ditunjukkan oleh perilaku
reliance,
subjek DA yang suka bertanya dan selalu
motivation, self responsibility, interpersonal
berusaha melihat catatan observer dan
skills, perhatian pada orang lain dan
instruktur. Sementara subjek dengan gain
lingkungan.
score terendah yaitu AKS dengan kategori
self
esteem,
self
Sementara itu hasil
concept,
gain score
skor pretest rendah dan skor posttest sedang
kebajikan moral yang didapatkan dari skor
selama perlakuan diberikan sering membuat
pretest
masalah. Subjek meniru-nirukan perkataan
didapatkan aspek kebajikan moral dengan
instruktur dan memilih-milih teman ketika
gain score tertinggi adalah rasa hormat dan
permainan
dengan
aspek dengan gain score terrendah adalah
subjek AKS, subjek AM yang memiliki gain
toleransi. Hasil gain score yang didapatkan
score rendah tidak memperlihatkan perilaku
tersebut dianalisis dan dihubungkan de-ngan
yang menarik per-hatian sehingga tidak ada
respon peserta saat dan setelah per-mainan
catatan observasi mengenai subjek AM.
berlangsung serta faktor-faktor yang dapat
diberikan.
Berbeda
Hasil observasi secara keseluruhan
dan
skor
posttest
per
aspek
mempengaruhi kecerdasan moral.
yang dilakukan selama perlakuan ber-
Secara keseluruhan, siswa membe-
langsung menunjukkan bahwa semua pe-
rikan respon yang baik pada setiap per-
serta mengikuti permainan dengan baik.
mainan yang diberikan. Siswa antusias
Peserta melakukan semua instruksi yang
mengikuti
diperintahkan instruktur. Peserta juga aktif
menjawab
dalam berbagai sesi tanya jawab dan diskusi
diberikan serta aktif memberikan pen-dapat
yang
dilakukan.
keseluruhan
dapat
permainan-permainan,
ketika
aktif
pertanyaan-pertanyaan
Sehingga
secara
pada saat diskusi. Banyak faktor yang
disimpulkan
bahwa
berpengaruh
terhadap
peningkatan
metode outbound efektif untuk mening-
kecerdasan moral, dari semua faktor tersebut
katkan kecerdasan moral anak sekolah
jika dikaitkan dengan
dasar. Hasil penelitian ini juga sejalan
diberikan pada penelitian ini terdapat empat
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
faktor yang berpengaruh langsung yaitu
McKenzie (2003) yang menyatakan bahwa
pendidikan, umur dan kecerdasan, interaksi
kemampuan interaksi sosial anak juga dapat
sosial dan teman sebaya.
berkembang
selama
yang
outbound.
Pengaruh faktor pendidikan dapat
Penelitian yang dilakukan di bagian barat
dilihat dari tahap-tahap metode kegiatan
Canada ini menemukan bahwa kegiatan
outbound yaitu; pembentukan pengalaman,
outbound berpengaruh untuk meningkatkan
perenungan
self
konsep dan pengujian konsep. Menurut
awareness,
self
proses
perlakuan
confidence,
self
pengalaman,
pembentukan
Lutfia, dkk., Pengaruh Outbound Terhadap Kecerdasan…| 133
Boyett dan Boyett dalam Ancok (2002)
teman
tahapan-tahapan dalam metode kegiatan
kesempatan
outbound tersebut adalah sebuah tahapan
kelompok
proses belajar yang efektif. Lebih lanjut,
mengembangkan penalaran dan perilaku
melalui proses belajar tersebut anak memi-
moral. Sebagaimana dikatakan oleh Hartup
liki kesempatan untuk mengem-bangkan
dalam Berns (2007) bahwa interaksi dengan
pemikiran kritis yang dapat dibangun me-
teman
lalui
me-
pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan
ningkatkan kecerdasan moral. Anak yang
yang berbeda dari yang disajikan oleh
diberi kesempatan dan dibiasakan ber-dialog
orangtua mereka.
kebiasaan
berdiskusi
untuk
dapat membantu meningkatkan kapasitas
moralnya.
Faktor
sebaya.
Anak
untuk
yang
berpartisipasi
teman
sebaya
sebaya
memiliki
dalam
dapat
menyediakan
lebih
sumber
Salah satu tugas perkembangan anak
usia sekolah dasar menurut Havighurts
kedua
yang
berpengaruh
(dalam
Hurlock,
1980)
adalah
terhadap peningkatan kecerdasan moral
mengembangkan kata hati, moralitas dan
adalah umur dan kecerdasan. Menurut
skala nilai. Menggunakan metode out-bound
Kohlberg dkk dalam Berns (2007) pena-
agar tugas perkembangan dapat tercapai
laran moral berkaitan secara signifikan
merupakan pilihan yang tepat karena pada
dengan usia dan IQ. Semakin bertambah
masa ini menurut Brady, anak usia 10–12
usia anak maka penalaran moral anak pun
tahun mulai menunjukkan kemampuan dan
berkembang sesuai dengan tahapannya.
kemauan untuk melihat sudut pandang orang
Seiring dengan berubahnya kemampuan
lain, pencarian nilai-nilai, menunjukkan
anak dalam menangkap dan mengerti, anak-
adanya
anak bergerak ke tingkat perkem-bangan
mempunyai citarasa kea-dilan dan peduli
moral yang lebih tinggi.
kepada
Faktor selanjutnya yang berpengaruh
adalah
interaksi
sosial.
Beberapa
penelitian percaya bahwa moral berkem-
perbedaan
orang
penerimaan
di
lain,
terhadap
antara
individu,
pemahaman
adanya
dan
aturan
berdasarkan perbedaan jenis kelamin (dalam
Nugiantoro, 2005).
bang karena interaksi sosial, misalnya
karena diskusi atau dialog (Walker dkk
dalam Berns (2007). Interaksi anak dengan
orang lain memungkinkan adanya komu-
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
nikasi yang terbuka dan dialog, anak
pengujian hipotesis mengenai pengaruh
memiliki kesempatan mengutarakan pan-
metode outbound terhadap kecerdasan moral
dangan-pandangannya. Faktor terakhir yaitu
134 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm.125-135
anak sekolah dasar dapat disim-pulkan
dalam kehidupan sehari-hari dan mem-
bahwa
bagikan
metode
outbound
ber-pengaruh
permainan
dan
didalamnya
nilai
yang
yang
telah
terhadap kecerdasan moral anak sekolah
terkandung
dasar karena terdapat pening-katan skor
didapatkan kepada murid-murid yang lain.
pretest dan posttest. Hal ini ditun-jukkan
Bagi pihak sekolah sebaiknya program
oleh perbandingan nilai mean sebanyak 18
permainan outbound dila-kukan secara rutin
poin. Setelah dilakukan uji statistik wilcoxon
sehingga seluruh murid bisa men-dapatkan
signed test didapatkan nilat Z -2,938 dengan
nilai-nilai
signifikansi 0.03.
kepentingan penelitian dimasa mendatang
dari
permainan
ini.
Bagi
agar mempertimbangkan sega-la kondisi
Saran
terburuk
Berdasarkan hasil temuan dalam
perlakuan
sebelum
dan
menyusun
melakukan
jadwal
pene-litian
penelitian ini, maka dapat dikemukakan
lanjutan pada kelompok yang berbe-da
beberapa saran yaitu bagi murid sekolah
seperti siswa SMA, siswa SMP, dan lain-
dasar agar tetap menerapkan nilai-nilai
lain.
permainan outbound yang telah diberikan
DAFTAR RUJUKAN
Ancok, J. (2002). Outbound Management
Training. Yogyakarta: UII Press.
Berns, R.M. (2007). Child, family, school,
community: Socialization and Support.
Belmont : Thompson Learning, Inc.
Borba, M. (2008). Membangun kecerdasan
moral: Tujuh kebijakan utama agar
anak bermoral tinggi. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Coles,
R.
(2000).
Menumbuhkan
Kecerdasan Moral pada Anak
(Terjemahan: T.Hermaya). Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Feist, J & Feist G. J. (2008). Theories Of
Personality. (ed.6). (Terjemahan:
S.Yudi). Jakarta: Pustaka Pelajar.
Hurlock,
B.E
.(1980).
Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Indriani, D., Windarti, T. (2008).
Mengembangkan Kematangan Sosial
pada Anak melalui Outbond. Jurnal
Sekolah Dasar, Vol 17, No 2.
Kohlberg,
L.
(1995).
Tahap-tahap
perkembangan moral. Yogyakarta:
Kanisius.
Maryatun, I. B. (2010). Pemanfaatan
Kegiatan Outbound Untuk Melatih
Kerjasama (Sebagai Moral Behavior)
Anak Taman Kanak-Kanak. Dinamika
FIP UNY.
McKenzie, M. (2003) Beyond “The
Outward Bound Process:” Rethinking
Student Learning. Simon Fraser
University.
http://jee.sagepub.
com/content/26/1/8.abstract.
Murdiono, M. (2008) “Metode Penanaman
Nilai Moral Untuk Anak Usia Dini.”
Lutfia, dkk., Pengaruh Outbound Terhadap Kecerdasan…| 135
Laporan
Penelitian.
Negeri Yogyakarta.
Universitas
Nurgiyantoro,
B.
(2005).
Tahapan
Perkembangan
Anak
dengan
Pemilihan Bacaan Sastra Anak.
Cakrawala Pendidikan. No 2.
Papalia, D. E., Old, S. W., & Fielman, R. D.
(2008).
Human
Development
(Psikologi Perkembangan Edisi ke – 9
(Terj : A. K Anwar, (2008)) Jakarta :
Kencana.
Rohcman,
L.
F.
(2012).
Metode
Pembelajaran Outbound Untuk Anak
Usia Dini. Pedagogia, Vol. 1 No. 2.
Santrock, J. W, (2007). Life Span
Development. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W, (2004). Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B., N.
(2005).
Psikologi
Eksperimen.
Indonesia: PT Indeks.
Download