Makalah Seminar Kerja Praktek PENGUKURAN KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR BESERTA POWER KALKULASI REDAMANNYA UNTUK WILAYAH PEKALONGAN M. Fajri Fitrianto[1], Darjat ST, MT.[2] ¹Mahasiswa dan ²Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jalan Prof. Sudarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Tel (024) 7460053, 7460055 Fax (024) 7460055 [email protected] Abstrak - Serat optik berperan sebagai pemandu gelombang cahaya serat optik yang terbuat dari bahan gelas atau silika dengan ukuran yang sangat kecil dan ringan (dalam satuan mikro meter) yang dapat menghantarkan sinyal informasi dalam jumlah yang besar dan dengan rugi-rugi yang relatif rendah. Struktur kabel serat optik terdiri dari coating, cladding dan core. Core atau inti inilah yang berfungsi untuk menentukan arah rambat cahaya pada kabel serat optik. Sedangakan coating dan cladding berguna untuk melindungi core yang bersifat mudah hancur dan patah. Walau dengan berbagai keunggulan yang terdapat padanya bukan berarti Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) tidak memiliki permasalahan. Permasalahan utama dan yang paling sering terjadi dalam serat optik adalah hilangnya energi cahaya di dalam serat optik. Pada dasarnya hilangnya energi cahaya didalam serat optik disebabkan oleh dua hal : bahan inti serat optik (core) yang kotor dan cahaya dibelokan kearah yang salah. Salah satu penyebab berbeloknya arah cahaya kearah yang salah adalah akibat penyambungan kabel serat optik yang kurang baik. Keunggulan serat optik dalam mentransmisikan data dalam kapasitas yang besar tidak terlepas dari beberapa kendala yang dapat mengakibatkan terganggunya proses transmisi. Transmisi dengan menggunakan kabel optik mengalami banyak redaman. Diantara redaman-redaman yang ada, pada sambungan pula terdapat redaman yang diakibatkan oleh adanya penyambungan itu sendiri. Dengan demikian, diperlukan suatu teknik yang dapat memperkecil redaman penyambungan itu agar kualitas transmisi tetap terjaga, untuk itulah penyambungan secara fusi (Fusion Splicing) digunakan dengan alat bantu yang dinamakan fusion splicer dan teknik penyambungan yang benar sehingga diharapkan redaman pada sambungan sekecil mungkin. Kata kunci : Core, Fusion Slicing, Fusion Splicer, Rugi-rugi penyambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi pada bidang telekomunikasi saat ini banyak perusahaan di bidang telekomunikasi yang mulai menggunakan teknologi serat optik guna memberikan layanan yang terbaik, mudah dan cepat untuk masyarakat selain untuk persaingan yang kian ketat. Dengan teknologi serat optik maka bentuk layanan kepada masyarakat yang bervariasi mulai dari komunikasi suara, data, bahkan sampai konferensi video secara real time akan semakin baik lagi. Dalam prosedur transmisi sinyal informasi ada dua aspek mendasar yang harus dipenuhi, yaitu ketepatan waktu penerimaan (time transperacy) dan penerimaan informasi dengan benar (information transparency), dan dengan menggunakan Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) syarat mendasar dari transmisi dapat terpenuhi. Karakteristik dari media transmisi serat optik tersebut adalah mempunyai lebar bidang frekuensi (bandwith) yang besar, redaman rendah, ukuran lebih kecil dan lebih ringan, biaya murah, tahan terhadap noise dan minim terhadap percakapan silang (cross talk). Namun dengan berbagai keunggulan itu bukan berarti Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) yang ada saat ini sudahlah sempurna dan tidak memiliki permasalahan. Permasalahan utama dan yang sering terjadi dalam serat optik adalah hilang nya energi cahaya di dalam serat optik. Pada dasarnya hilangnya cahaya di dalam serat optik disebabkan dua hal : bahan inti serat optik yang kotor dan cahaya dibelokan kearah yang salah. Salah satu penyebab pembelokan cahaya kearah yang salah adalah teknik penyambungan yang kurang baik. Untuk melakukan penyambungan serat optik digunakan alat yaitu Optical Fiber Fusion Splicer Type-39. Alat ini yang akan menghubungkan antara core yang satu dengan core lainnya, serta menghubungkan juga cladding yang satu dengan cladding lainnya. 1.2 Tujuan 1. Mempelajari secara langsung peralatan yang berhubungan denagn SKSO (Sistem Komunikasi Serat Optik) 2. Mengetahui teknik penyambungan kabel serat optik dengan menggunakan metode penyambungan fusi. 1.3 Batasan Masalah 1. Membahas mengenai struktur serat optik secara umum. 2. cara penyambungan serat optik menggunakan metode fusi. II. DASAR TEORI 2.1 Kabel Serat Optik Serat optik adalah salah satu jenis saluran transmisi yang terbuat dari kaca yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Bagian-bagian dari kabel optik meliputi core, cladding, dan buffer. Core adalah kaca tipis yang merupakan bagian inti dari fiber optik dimana pengiriman sinar dilakukan. Cladding merupakan materi yang mengelilingi inti yang berfungsi memantulkan sinar kembali ke dalam inti (core). Cladding mempunyai indek bias lebih rendah dari pada core yang akan memantulkan kembali cahaya yang mengarah keluar dari core kembali kedalam core lagi. Sedangkan buffer berfungsi melindungi fiber dari kerusakan. Gambar 2.1 Bagian-Bagian Kabel Optik 2.2 Jenis-Jenis Kabel Optik Menurut cara perambatan cahaya di dalam core, ada dua jenis fiber optik yang umumnya digunakan, yaitu Single mode dan Multi Mode. a. Single mode fiber optik Dilihat dari faktor sistem transmisinya, Single mode adalah sebuah sistem transmisi data berwujud cahaya yang didalamnya hanya terdapat satu buah indeks sinar tanpa terpantul yang merambat di sepanjang media tersebut. Gambar 2.2 Kabel Optik Single Mode Single mode dapat membawa data dengan lebih cepat dan 50 kali lebih jauh dibandingkan dengan multi mode. Tetapi harga yang harus dikeluarkan untuk penggunaannya juga lebih besar. Core yang digunakan lebih kecil dari Multi mode. yang besar digunakan untuk menaikkan effisiensi coupling pada sumber cahaya yang tidak koheren seperti LED. b. Multi mode fiber optik 2. Multimode Graded Index Sinar yang berada di dalamnya lebih dari satu buah. Cahaya yang dibawanya tersebut akan mengalami pemantulan berkali-kali hingga sampai di tujuan akhirnya. Gambar 2.3 Kabel Optik Multimode Sinyal cahaya dalam teknologi Multi mode fiber optik dapat dihasilkan hingga 100 mode cahaya. Dilihat dari faktor strukturalnya, teknologi Multi mode ini merupakan teknologi fiber optik yang menggunakan ukuran core yang cukup besar dibandingkan dengan single mode. Ukuran core kabel Multi mode secara umum adalah berkisar antara 50 sampai dengan 125 mikrometer. Keuntungan lainnya, teknologi ini memungkinkan pengguna untuk menggunakan LED sebagai sumber cahayanya, sedangkan Single mode harus menggunakan laser sebagai sumber cahayanya. Teknologi ini cukup berbeda jauh dari segi harga dibandingkan dengan single mode. Sedangkan menurut distribusi indeks bias core, kabel optik dibedakan atas Step Index dan Graded Index. 1. Multimode Step Index Fiber Sama halnya dengan Single mode fiber, pada serat optik ini terjadi perubahan index bias dengan segera (step index) pada batas antara core dan cladding. Diameter core Multimode Graded Index dibuat dengan menggunakan bahan multi component glass atau dapat juga dengan silica glass baik untuk core maupun claddingnya. Pada serat optik tipe ini, indeks bias berubah secara perlahan-lahan (Graded Index multimode). Indeks bias inti berubah mengecil perlahan mulai dari pusat core sampai batas antara core dengan cladding. Makin mengecilnya indeks bias ini menyebabkan kecepatan rambat cahaya akan semakin tinggi dan akan berakibat dispersi waktu antara berbagai mode cahaya yang merambat akan berkurang dan pada akhirnya semua mode cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaan di penerima (ujung serat optik). Diameter core jenis kabel serat optik ini lebih kecil dibandingkan dengan diameter core jenis kabel serat optik Multimode Step Index, yaitu 30 – 60 µm untuk core dan 100 – 150 µm untuk cladding-nya. 2.3 Redaman Pada Serat Optik a. Karakteristik Mekanis 1. Fibre Bending (tekukan serat) 2. Cable Bending (tekukan Kabel) 3. Crush (tekanan berlebih) 4. Impact (Pembebanan Berlebih) 5. Cable Torsion (Torsi berlebih) b. Kerugian Serat Optik 1. Penyerapan (Absorbtion) 2. Scattering (Hamburan) 3. Radiative losses 4. Distorsi 2.4 Keunggulan Serat Optik a. dan Kekurangan Keunggulan 1. Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwidh) yang lebar 2. Redaman sangat rendah dibandingkan dengan kabel tembaga 3. Kebal terhadap gangguan gelombang elektromagnetik. 4. Dapat menyalurkan informasi digital dengan kecepatan tinggi 5. Ukuran dan berat serat optik kecil dan juga ringan 6. Tidak mengalirkan arus listrik 7. Keamanan atau kerahasiaan informasi terjaga dengan baik 8. Crosstalk rendah. 9. Tahan terhadap temperatur tinggi 10. Tahan terhadap oksidasi. b. Kekurangan 1. Konstruksi serat optik lemah dan rentan. 2. Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar yang berlebihan. 3. Tidak dapat dialiri arus listrik secara langsung, sehingga tidak dapat memberikan catuan pada pemasangan repeater. 4. Instalasi nya lebih kompleks III. TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK DENGAN METODE PENYAMBUNGAN FUSI (FUSION SPLICING) 3.1 Teknik Penyambungan Serat Optik Dengan Metode Penyambungan Fusi (Fusion splicing) Teknik Penyambungan Serat Optik Dengan Metode Penyambungan Fusi (Fusion splicing) adalah penyambungan serat optik yang dilakukan dengan cara melakuakan pemanasan pada ujung sambungan dan menggunakan lelehannya sebagai perekatnya sehingga terbentuk suatu sambungan kontinyu. Teknik Penyambungan Serat Optik Dengan Metode Penyambungan Fusi (Fusion splicing) merupakan suatu teknik penyambungan serat optik untuk menyambing dua fiber secara permanen dan rugi-rugi penyambungan yang didapat pun kecil karena penyambungan menggunakan suatu alat yang bernama fusion splicer. 3.2 Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Proses Penyambungan 1. Pastikan Tangan dan Peralatan bersih 2. Meletakan tangan di belakang cutter 3. Jangan menginjak tube 4. Simpan cairan alkohol pada jarak aman 5. jangan menggulung core terlalu kecil 6. ikuti prosedur yang telah tersedia dalam buku petunjuk (Manual Book) 3.3 Alat dan Bahan yang Digunakan 1. Optical Fiber Fusion Splicer Type 39 2. Alat ukur Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) Anritsu MT9083 3. Sumber Listrik 4. Perangkat pemotong 5. Material yang digunakan untuk penyambungan kabel serat optik 3.4 Prosedur Penyambungan Kabel 3.4.1 Persiapan kabel 1. Pengelupasan kabel Terlebih dahulu melakukan pengukuran panjang kabel yang akan dikupas. Gambar 3.1 Pengukuran Kabel Dilanjutkan dengan memisahkan kabel penguat dari kabel optik. Gambar 3.3 Fiber Cleaver 5. Masukan core ke dalam fusion splicer. 6. Setting mode Fusion Splicer sesuai dengan jenis kabel dan tekan tombol hijau (start) untuk penyambungan. masukan core yang tersambung dan tertutup slip protection ke dalam heater untuk perekatan slip protection. Gambar 3.2 Pemisahan Kabel Penguat 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dilanjutkan dengan pengelupasan Kulit Kabel dengan rotary pip. Bersihkan alumunium tape atau lapisan alumunium Urai susunan kabel agar lebih mudah dalam proses pengupasan dan bersihkan tube dari Gel Potong central stregh member. Buka lapisan tube dengan menggunakan alat pengupas lupsheat cutter. Ikat central stregh member pada clamp yang ada di dalam join closure. Pasang kabel serat optik pada join closure yang sebelumnya telah dilapisi oleh plastik elastis pada pangkal nya. Lakukan proses yang sama untuk kabel/tube lainya. 3.4.2 Proses Penyambungan Serat 1. Lindungi core yang telah dikupas dengan slip protection 2. Kupas coating dengan menggunakan tang pengupas (fiber stripper) 3. bersihkan core dengan tisue tanpa parfum yang sudah dibasahi dengan alkohol 4. Masukan ke dalam pemotong core (fiber cleaver) Gambar 3.4 Fusion Splicer 7. 3.4.3 Penutupan Joint Closure 1. Penempatan serat optik setelah disambung pada kaset / tape harus memperhatikan mikro binding. Gambar 3.5 Peletakan serat pada tape 2. 3. 4. 5. 6. Tempatkan splice protection pada penjepit yang tersedia pada sisi pinggir kaset. Letakan berurutan satu per satu. Penutupan tape yang rapat. Pasang ring penutup Pasang pada Joint Closure dan tutup rapat. IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Struktur serat optik terdiri dari 3 bagian yaitu inti (core), selubung(cladding) dan jaket(coating). 2. Komunikasi serat optik lebih banyak menguntungkan daripada komunikasi 3. 4. 5. 6. 7. dengan menggunakan gelombang radio atau satelit karena menggunakan serat optik tidak ada suatu informasi yang mengalami penundaan, isyarat tidak terpengaruh oleh derau elektris maupun medan magnetis, isyarat dalam kabel serat optik terjamin keamanannya, dan cepat dalam memberikan sinyal informasi. Metode penyambungan serat optik menggunakan fusion splicer merupakan metode yang paling efektif, karena metode ini menghasilkan redaman yang paling kecil bahkan bisa sampai 0 dB. Peralatan utama dalam fusion splicing adalah rotary pip berfungsi mengupas kulit terluar kabel (Polyethelne), Lupsheat Cutter berfungsi mengupas kulit tube, Fiber Stripper untuk mengupas coating, Fiber Cleaver untuk memotong serat optik, dan Fusion Splicer untuk melebur/menyambung serat optik. Dalam melakukan peleburan, jarak kedua ujung serat otik tidak boleh saling bersentuhan tetapi hanya berdekatan satu sama lain dengan rentang jarak 0,2 mm – 0.5 mm serta panjang core tertentu 8 mm – 13 mm. Prinsip kerja Fusion Splicer adalah menggunakan kontrol komputer dalam melakuakn penyambungan dan sekaligus memberikan perkiraan analisa hasilnya (besar loos estimasi). Untuk mendapatkan kualitas penyambungan yang bagus harus menggunakan kabel yang sesuai spesifikasi, alat sambung (Splicer) yang baik, lingkungan Core yang bersih dan Jointer yang berpengalaman.. 4.2 Saran 1. Dalam penyambungan harus diperhatikan keadaan sekitar, agar tidak mengganggu proses penyambungan. 2. Dalam menggunakan fusion splicer mode splicing harus sesuai dengan fiber yang digunakan 3. Perlu adanya pengukuran lebih lanjut dengan OTDR dan Power Meter untuk memastikan bahwa link masih bisa digunakan atau tidak. DAFTAR PUSTAKA [1] Anonim. 2000. Kabel Serat Optik : Standard Operation Procedure dan Standard Maintenence Procedure Edisi Pertama. PT. Telekomunikasi Indonesia. Bandung [2] Anonim. Penyambungan Kabel Serat Optik. DIVLAT PT. Telekomunikassi Indonesia. Bandung [3] Anonim. 2004. Modul Pelatihan : Dasar Alat Ukur dan Penyambungan. PT. Telekomunikasi Indonesia. Surakarta [4] Anonim. 2007. Modul Jaringan Akses dan Jaringan Transport. Jurusan Teknik Elektro STT Telkom. [5] Anonim. 2007. Modul Penerapan Sistem Transmisi Serat Optik (SKSO). Jurusan Teknik Elektro STT Telkom. [6] Eliot, B dan Crispand, J.2008. Serat Optik : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga [7] Nugraha, R. –A.2006. Serat Optik. Yogyakarta : Penerbit Andi [8] Sarini, Leti. 2008. Analisa Konfigurasi Kontingensi Sistem Komunikas Serat Optik (SKSO) Intercity Palembang (Studi Kasus Transmisi Talang Kelapa-Kenten Ujung) di PT. Telkom. Poloteknik Negeri Sriwijaya. [9] http://digilib.polsri.ac.id, diakses pada tanggal 16 September 2013 [10] http://physicsismylifeyoucanreadit.blogspot.com/2011/06/ perambatan-cahaya.html, diakses pada tanggal 16 September 2013 [11] http://frisilya09.wordpress.com, diakses pada tanggal 16 September 2013 [12] http://engineeringtown.com, diakses pada tanggal 16 September 2013 [13] http://openlearn.open.ac.uk, diakses pada tanggal 16 September 2013 [14] http://tuolima.com, diakses pada tanggal 16 September 2013 [15] http://scada.pln-jawa-bali.co.id, diakses pada tanggal 7 Oktober 2013 BIODATA PENULIS M. Fajri Fitrianto (21060110130081) lahir di Indramayu, 11 April 1992. Menempuh pendidikan dari SDN Cilandak 1, SMP Negeri 1 Sukra, SMA Unggulan Da’I Annur dan saat ini melanjutkan studi S1 di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Konsentrasi Teknik Telekomunikasi. Semarang, Oktober 2013 Mengetahui dan Mengesahkan, Dosen Pembimbing Darjat ST, MT. NIP. 19720606 1999031001