8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication itu berasal dari bahasa latin communicatio yang berarti pemberitahuan, pertukaran. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama. Para ahli mendefinisikan komunikasi sesuai sudut pandang masingmasing, mengingat ilmu komunikasi dikembangkan dari ilmuwan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Mengapa kita berkomunikasi? Manfaat-manfaat apa yang kita peroleh dari komunikasi? Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, beberapa pakar komunikasi mengemukakan fungsi-fungsi yang berbeda-beda meskipun adakalanya terdapat tumpang tindih diantara berbagai pendapat tersebut. Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Namun tujuan dasar kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita. Gordon I. Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita, untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan dan 8 9 menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi, komunikasi mempunyai fungsi isi yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi itu mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilam keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu. 1 Proses komunikasi merupakan aktivitas yang mendasar bagi manusia sebagai makhluk sosial. Setiap proses komunikasi diawali dengan adanya stimulus yang masuk pada diri individu ditangkap melalui pancaindra. Stimulus diolah diotak dengan pengetauan, pengalaman, selera dan iman yang dimiliki individu. Stimulus tersebut mengalami intelektual menjadi informasi. Sedangkan informasi yang telah dikomunikasikan disebut sebagai pesan. 2 Untuk memahami hakikat suatu komunikasi perlu diketahui prinsip dari komunikasi tersebut. Menurut Seiler, ada empat prinsip dasar dari komunikasi yaitu: suatu proses, suatu sistematik, interaksi dan transaksi, dimaksudkan atau tidak dimaksudkan. Masing-masing dari prinsip ini akan dijelaskan berikut ini: 1. Komunikasi adalah Suatu Proses 1 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005, hal 4 2 Wiryanto, Op. cit, hal 33 10 Komunikasi adalah suatu proses karena merupakan suatu seri kegiatan yang terus menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah. 2. Komunikasi adalah Sistem Komunikasi terdiri dari beberapa komponen dan masing-masing komponen tersebut mempunyai tugasnya masing-masing. Tugas dari komponen-komponen itu berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan suatu komunikasi. Komponen komunikasi tersebut yaitu: pengirim pesan, pesan, saluran, penerima pesan dan balikan. 3. Komunikasi bersifat Interaksi dan Transaksi Yang dimaksud dengan istilah interkasi adalah saling bertukar komunikasi. Misalnya seseorang berbicara kepada temannya mengenai sesuatu, kemudian temannya yang mendengar memberikan reaksi atau komentar apa yang dibicarakan itu. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi yang kita lakukan tidak seteratur itu prosesnya. Banyak dalam percakapan tatap muka kita terlibat dalam proses pengirim pesan secara simultan tidak terpisah seperti pada contoh di atas. Dalam keadaan demikian komunikasi tersebut bersifat transaksi. Sambil menyandikan pesan kita juga menginterpretasikan pesan yang kita terima. 4. Komunikasi Dapat Terjadi Disengaja Maupun Tidak Disengaja Komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan yang mempunyai maksud tertentu dikirimkan kepada penerima yang dimaksudkan. Apabila pesan yang tidak disengaja dikirimkan atau tidak dimaksudkan 11 untuk orang tertentu untuk menerimanya maka itu dinamakan komunikasi tidak disengaja. 3 Banyak pengertian yang dikemukakan mengenai komunikasi. Kaitannya dengan penelitian ini, adalah bagaimana informasi atau pesan yang disampaikan organisasi atau perusahaan dapat di terima dengan baik oleh publiknya. Penyampaian komunikasi menggunakan proses dan berkesinambungan. Membangun komunikasi tidaklah mudah, bila tidak secara menyeluruh dan tidak lengkap kemungkinan informasi atau pesan dapat disalah pamahi. 2.2 Komunikasi Organisasi Organisasi merupakan sebuah kelompok individu yang diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan sebuah organisasi adalah menghasilkan pendapatan. Akan tetapi tujuan lain yang mendukung harus pula dicapai jika tujuan akhir tersebut ingin dipenuhi. Schein mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. 4 Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi adalah sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi tehadap lingkungan luarnya, 3 4 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara,2005, hal 19-22 Ibid, hal 23 12 seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan dan hubungan dengan masyarakat umum. 5 Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan adakalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi kebawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal. Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan lebih tinggi kepada mereka yang berorientasi lebih rendah. Para pegawai diseluruh tingkat dalam organisasi perlu diberi informasi. Manajemen puncak hidup dalam dunia informasi. Kualitas dan kuantitas informasi harus tinggi agar dapat membuat keputusan yang bermanfaat dan cermat. Manajemen puncak harus memilki informasi dari unit dalam organisasi dan harus memperoleh informasi dari semua unit. Komunikasi ke atas dalam suatu organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Semua pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali mereka yang menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas yaitu setiap bawahan mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepda seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. Suatu permohonan atau komentar yang 5 Ibid, hal 66 13 diarahkan kepada individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas. Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekanrekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja yang meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. 6 Sedangkan komunikasi informal tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat juga termasuk gosip. 7 Karena komunikasi informal ini menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang-orang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang dan kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Informasi yang diperoleh dari desas-desus adalah yang berkenaan dengan apa yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh yang berkuasa. 8 Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran, dan penanganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa makna bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi. Bila organisasi dianggap sebagai suatu struktur atau wadah yang telah ada sebelumnya, maka komunikasi dapat diangap sebagai suatu substansi nyata yang mengalir ke atas, ke bawah dan ke samping dalam suatu wadah. Dalam pandangan itu, komunikasi berfungsi sebagai tujuan dari sistem komunikasi. Fungsi-fungsi komunikasi lebih khusus meliputi pesan-pesan mengenai pekerjaan, pemeliharaan, 6 R. Wayne Face dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2001, hal 184-195 7 Dedy Mulyana, Op cit, hal 69 8 Arni Muhammad, Op.cit hal 124-125 14 motivasi, integrasi, dan inovasi. Komunikasi mendukung struktur organisasi dan adaptasinya dengan lingkungan. Bila organisasi merupakan suatu pemroses informasi besar, maka proses komunikasi adalah untuk memperoleh informasi yang tepat bagi orang yang tepat pada saat yang tepat. Berdasarkan perspektif ini, komunikasi organisasi dapat dilihat sebagai proses mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan komunikasi yang memungkinkan organisasi berfungsi. 9 2.3 Public Relations Public Relations (PR) adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. PR menggunakan metode manajemen. Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemajuan yang telah dicapai harus bisa diukur secara jelas, mengingat PR merupakan kegiatan yang nyata. 10 Menurut para pakar, hingga saat ini belum terdapat konsensus mutlak tentang definisi PR/Humas. Ketidaksepakatan tersebut disebabkan, pertama, beragam definisi public relations yang telah dirumuskna baik oleh para pakar maupun profesional PR/Humas didasari perbedaan sudut pandang terhadap pengertian Humas/Public Relations. Kedua, perbedaan latar belakang, misalnya definisi yang dilontarkan oleh kalangan akademis perguruan tinggi tersebut akan lain bunyinya dengan apa yang diungkapkan oleh kalangan praktisi (Public Relations Practitioner). Dan ketiga, adanya indikasi baik teoritis maupun prakftis bahwa kegiatan public relations atau 9 R. Wayne Face dan Don F. Faules, Loc.cit, hal 34 Frank Jefkins, Op.cit, hlm 10 10 15 kehumasan itu bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan dinamika kehidupan masyarakat yang mengikuti kemajuan zaman, khususnya memasuki era globalisasi dan milenium ketiga saat ini. Definisi Humas/PR berdasarkan The British Institute of Public Relations : a. “Public Relations activity is management of communications between an organization and as publics.“ (Aktivitas PR adalah mengelola komunikasi antara organisasi dan publiknya) b. “Public Relations practice is deliberate, planned, and sustain effort to establish and maintain mutual understanding between an organization and its public.“ (Praktik PR adalah memikirkan, merencanakan, dan mencurahkan daya untuk membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi dan publiknya). Kegiatan utama dari Humas/PR dalam mewakili top manajemen suatu lembaga atau organisasi, merupakan bentuk kegiatan two ways communication adalah ciri khas dari fungsi dan peranan Public Relations. Hal tersebut dikarenakan salah satu tugas PR ialah bertindak sebagai nara sumber informasi (source of informations) dan merupakan saluran informasi (channel of informations). 11 Sesuai dengan tujuan utamanya, Public Relations akan dituntut untuk mengembangkan atau membangun hubungan yang baik dengan publik. Dengan pengertian bahwa PR adalah fungsi manajemen, ini berarti PR adalah fungsi melekat dan tidak lepas dari manajemen suatu organisasi. Tujuannya adalah membentuk goodwill, toleransi (tolerance), saling kerja sama (mutual symbiosis), saling 11 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, hal 15-16 16 mempercayai (mutual confidence), saling pengertian (mutual understanding), dan saling menghargai (mutual appreciation), serta untuk memperoleh opini publik yang favorable, serta citra (image) yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang harmonis, baik hubungan ke dalam (internal relations) maupun hubungan ke luar (external relations). 12 2.3.1 Peran Public Relations Dari waktu ke waktu, praktisi menyesuaikan pola perilakunya untuk menangani situasi yang senantiasa terjadi di dalam pekerjaan mereka dan mengakomodasi ekspektasi orang lain tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam pekerjaan mereka. Ada beberapa peran PR/Humas yang mendeskripsikan sebagian besar praktik mereka. Akan tetapi, kadang-kadang praktisi melakukan semua peran ini dan peran lainnya dalam tingkat yang berbeda-beda, meskipun ada peran dominan dalam pekerjaan mereka sehari-hari dan dalam cara mereka berhadapan dengan orang lain. Peran Public Relations dapat dilihat dari orientasi tujuan yang akan dicapai, persiapan serta strategi maupun taktik untuk mencapainya. Kualifikasi dari praktisinya, yaitu kompetensi dan keterampilan yang dimiliki, akan menentukan peran yang dapat dimainkan. Dunia bisnis memandang arti penting publisitas dan hubungan dengan media sebagai pendukung kegiatan promosi, disinilah peran PR difungsikan. Seiring tuntutan stakeholder untuk merespon kebutuhan mereka, peran PR difungsikan sebagai penyebar informasi. Public Relations juga berperan sebagai 12 Rosady Ruslan, Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999, hal 31 17 perantara berbagi informasi untuk menciptakan pemahaman dengan kelompok publik potensial guna menghindari masalah. Dalam hal ini PR hanya berperan sebagai perantara saja, dan tidak terlibat dalam penentuan isi pesan. Peran Public Relations selanjutnya mengalami perubahan yang cukup bermakna, yaitu dari aktivitas taktikal bergerak menjadi fungsi tanggung jawab stratejik. PR berperan untuk membangun dan menjaga hubungan dengan publik vital. Perubahan ini dianggap sebagai suatu langkah besar dalam praktek PR yaitu dari peran teknisi menjadi manajer hubungan organisasi dengan publiknya (relationship management). 13 James Grunig dan Tod Hunt mengidentifikasikan peran pokok Public Relations/Humas, yaitu: 1. Teknisi Komunikasi (the communications technician) Mereka tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi namun menangani program-program PR seperti menulis press release, mengedit majalah internal dan mendesain halaman Web. Tidak terlibat dalam pelaksanaan riset atau evaluasi program, lebih terfokus pada implementasi. 2. Manajer Komunikasi (the communication manager) Merencanakan dan mengelola program-program PR, memberikan saran untuk manajemen, membuat keputusan tentang kebijakan komunikasi dan seterusnya. 3. 13 Penyusun yang Ahli (the expert presciber) Ridwan Nyak Baik dan Irmulan Sati T, Koalisi Dominan Refleksi Kritis Atas Peran dan Fungsi Public Relations Dalam Manajemen, Jakarta: BPP PERHUMAS, 2004, hal 184 18 Melakukan riset dan menjabarkan permasalahan PR, menyusun program serta mengimplementasikannya. Peran expert prescriber ini menarik perhatian praktisi karena menjalani peran ini akan membuat orang dilihat sebagai pihak yang punya otoritas ketika ada sesuatu hal yang harus dibereskan atau pihak yang punya otoritas untuk menentukan bagaimana cara mengerjakan sesuatu. 4. Fasilitator Komunikasi (the communication facilitator) Bertindak sebagai perantara, menjaga terciptanya komunikasi dua arah antara organisasi dengan publiknya. Merupakan penghubung, penerjemah serta mediator. 5. Fasilitator Proses Pemecah Masalah (the problem solving process facilitator) Membantu anggota organisasi yang lain untuk memecahkan masalah PR yang mereka hadapi. Bertindak seperti seorang konselor atau penasihat atas perencanaan dan implementasi program-program. David Dozier mengidentifikasikan dua peran Public Relations sebagai berikut: a. Peran sebagai Penghubung Media (media relations role) Ini adalah fungsi dua arah. Orang yang menduduki peran ini bertugas untuk menjaga bahwa media selalu dapat informasi, dan menginformasikan kepada organisasi apa yang dibutuhkan dan dikhawatirkan oleh media. Tugas ini tidak hanya berkaitan dengan produksi dan penyampaian pesan, namun juga membutuhkan kemampuan dan pengetahuan yang mendalam tentang media. 19 b. Peran Komunikasi dan Penghubung (communication dan liaison role) Bertindak sebagai perwakilan organisasi dan secara positif menciptakan kesempatan kepada manajemen untuk berkomunikasi dengan publik internal maupun eksternal. 14 Dalam membina saling pengertian ada empat peran PR yang dapat dianalisa menurut pendapat beberapa ahli. Pertama, sebagai interpreter atau in the middle merupakan sumbu antara manajemen dengan publik internal maupun publik eksternal. Kedua, adalah peran sebagai lubricant, pelumas atau pelicin untuk terciptanya hubungan internal yang harmonis dan efisien, pada peran ini dapat mencegah kemungkinan timbulnya friksi-friksi atau perpecahan dalam organisasi. Ketiga, peran monitoring, sebagaimana kita ketahui organisasi hidup dalam masyarakat dimana perubahan-perubahan dapat saja terjadi. Perusahaan harus tanggap dan peka dengan berbagai perubahan ini, yang mungkin saja dapat berdampak negatif terhadap perusahaan. Untuk menghadapinya diperlukan suatu antisipasi, disinilah peran PR melakukan monitoring dan evaluasi. Keempat, melakukan tindakan komunikasi, baik pada eksternal maupun internal publik untuk terciptanya saling pengertian. Media teknik komunikasi inilah yang sangat menentukan keberhasilan PR secara menyeluruh. 15 14 Anne Gregory, Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations, Jakarta : Erlangga, 2004, hal 14-15 15 Ridwan Nyak Baik dan Irmulan Sati T, Op.cit, hal 20 20 Organisasi atau perusahaan apapun adalah suatu sistem yang mengandung arti ia harus utuh, bersatu dan harmonis. Jelas tergambar bahwa hubungan yang ada didalamnya harus terlaksana dengan baik, begitu juga hubungan dengan dunia luar. Dalam dunia PR dikenal dengan hubungan dengan publik eksternal dan publik eksternal. Hubungan dengan dua publik ini, seperti juga tergambar dalam mendapatkan pengertian atau dukungan publiknya. Peranan Public Relations dalam suatu organisasi meliputi aktivitas sebagai berikut : 1. Membina hubungan ke dalam (publik internal) Seorang PR dapat membina hubungan baik dengan publiknya yang menjadi bagian dari unit perusahaan atau organisasi itu sendiri dan mampu mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif didalam masyarakat, sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi. 2. Membina hubungan keluar (publik eksternal) Membina hubungan baik dengan publik umum (masyarakat) dan mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif terhadap lembaga yang diwakilinya. Secara garis besar Public Relations berperan sebagai: 1. Communicator Artinya sebagai komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui media cetak/elektronik dan lisan (spoken person). Disamping itu juga bertindak sebagai mediator sekaligus persuador. 21 2. Relationship Membangun hubungan yang positif antara lembaga yang diwakilinya dengan publik internal dan eksternal. Juga, berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerja sama dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut. 3. Back Up Management Melaksanakan dukungan manejemen atau menunjang kegiatan lain seperti promosi, pemasaran, operasional, personalia dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka tujuan pokok perusahaan/organisasi. 4. Good Image Maker Menciptakan citra yang positif dan sekaligus reputasi menjadi tujuan utama bagi aktivitas public relations dalam membangun citra atau nama baik lembaga/organisai dan produk yang diwakilinya. 16 Dengan demikian, seperti yang dijelaskan di atas, peran PR tersebut bersifat dua arah yaitu berorientasi ke dalam dan ke luar. Peranan ini turut menentukan sukses atau tidaknya misi, visi dan tujuan bersama dari organisasi/lembaga tersebut. Itu berarti bagaimana PR dapat berperan dalam melakukan komunikasi timbal balik, dengan tujuan menciptakan saling pengertian, saling mengahargai, saling mempercayai, menciptakan goodwill, memperoleh dukungan publik dan sebagainya demi tercapainya citra yang positif bagi perusahaan. 16 Rosady Ruslan, Op.cit, hal 23-27 22 2.3.2 Fungsi Public Relations Perkembangan profesionalisme PR yang berkaitan dengan pengembangan peranan PR, baik sebagai praktisi maupun profesional dalam suatu organisasi atau perusahaan merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi PR. Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. 17 Secara umum fungsi Public Relations, menurut Rex F Harlow dapat dibagi dua, yaitu: 1. Public Relations sebagai metode berkomunikasi (methode of communication) Artinya sebagai metode komunikasi, PR merupakan rangkaian atau sistem kegiatan, melalui kegiatan komunikasi yang khas kehumasan. Humas/PR mengandung makna setiap pimpinan dari sebuah organisasi bagaimanapun kecilnya dapat melaksanakan fungsi-fungsi public relations. Dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional antara PR dengan organisasi adalah sebagai metode komunikasi, yaitu mengefektifkan dan mengefesiensikan upaya-upaya pencapaian tujuan organisasi. 17 Scott M. Cutlip, Allen H. Center and Glen M. Broom, Effective Public Relations, Jakarta : Kencana, 2006, hal 6 23 2. Public Relations sebagai perwujudan (state of being) State of being yang dimaksudkan dalam manajemen kehumasan adalah perwujudan suatu kegiatan komunikasi yang dilembagakan kedalam bentuk biro, bagian, divisi atau seksi. Menurut Cutlip and Center, fungsi PR/Humas dalam penerapannya menunjang kegiatan dan aktivitas perusahaan sebagai berikut: 1. Penelitian (Research) Ini adalah tahap penelitian dalam PR, baik dalam memperoleh data primer dan sekunder, maupun penelitian bersifat opinion research, penelitian yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan yang paling mendasar. 2. Perencanaan (Planning) Penyusunan suatu program acara (event) atau agenda setting dan program kerja Humas/PR. 3. Pengoordinasian (Coordinating) Mengoordinir satu tim kerja dengan menentukan kerja sama dan keterlibatan dari instansi atau personil lainnya kedalam satu koordinasi tim yang solid sebagai upaya pencapaian tujuan lembaga/organisasi. 4. Produksi (Production) Hal ini merupakan bentuk produk publikasi promosi yang dikelola oleh PR/Humas, dalam upaya mendukung perluasan/pemasaran produk atau jasa 24 pada sebuah organisasi. Merencanakan media plan, publication, audiovisual, special events untuk tujuan berkampanye. 5. Partisipasi Komunitas (Community Participation) Partisispasi Humas/PR dalam melakukan suatu komunikasi timbal balik dengan komunitas masyarakat/publik lingkungan tertentu untuk mencapai saling pengertian dan citra positif terhadap lembaga yang diwakilinya. 6. Nasihat (Advisory) Memberikan sumbang saran kepada manajemen dan pimpinan perusahaan berkenaan dengan kebijakan organisasi tentang penyesuaian berdasarkan kepentingan publik eksternal/internal, maupun pengindentifikasian keinginan dan reaksi opini publik terhadap tujuan perusahaan. 18 Dalam buku Public Relations Teori dan Praktek yang ditulis oleh Djanalis Djanaid disebutkan ada dua fungsi PR yaitu: 1. Fungsi Konstruktif Djanalis menganalogikan fungsi ini sebagai perata jalan. Jadi, Humas/PR merupakan garda terdepan yang dibelakangnya terdiri dari rombongan tujuantujuan perusahaan. Ada tujuan marketing, tujuan produksi, tujuan personalia dan sebagainya. Fungsi konstruktif ini mendorong Humas/PR membuat 18 Rosady Ruslan, Op.cit, hal 36-39 25 aktivitas ataupun kegiatan-kegiatan yang terencana, berkesinambungan yang cenderung bersifat proaktif. 2. Fungsi Korektif Fungsi ini berperan sebagai pemadam kebakaran. Artinya, apabila sebuah organisasi/lembaga terjadi masalah-masalah (krisis) dengan publik, maka Humas/PR harus berperan dalam mengatasi terselesaikannya masalah tersebut. 19 Secara struktural PR merupakan bagian integral dari suatu lembaga atau organisasi. Artinya PR merupakan salah satu fungsi manajemen yang bersifat melekat pada manajemen perusahaan. Fungsi dan tanggung jawab Public Relations untuk membangun suatu yang menguntungkan bagi terciptanya hubungan baik antara organisasi/perusahaan dengan publik sasarannya, dan melalui tanggung jawab tersebut merupkan akuntabilitas bagi fungsi public relations terhadap organisasinya. 2.4 Corporate Image (Citra Perusahaan) Citra merupakan tujuan pokok sebuah perusahaan. Terciptanya suatu citra perusahaan (corporate image) yang baik dimata khalayaknya atau publiknya akan banyak menguntungkan. Pengertian citra itu sendiri abstrak atau intangible tetapi wujudnya bisa dirasakan dari penilaian, penerimaan, kesadaran, dan pengertian, baik semacam tanda respek dan rasa hormat dari publik sekelilingnya atau masyarakat luas terhadap perusahaan sebagai sebuah badan usaha atau pun terhadap personelnya 19 Frida Kusumawati, Dasar-dasar Humas, Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2004, hal 23 26 (dipercaya, profesional, dan dapat diandalkan dalam pemberian pelayanan yang baik). 20 Citra (image) merupakan gambaran yang ada dalam benak publik tentang perusahaan. Citra adalah persepsi publik tentang perusahaan yang menyangkut pelayanannya, kualitas produk, budaya perusahaan, perilaku perusahaan atau perilaku individu-individu dalam perusahan dan lainnya. Pada akhirnya persepsi akan mempengaruhi sikap publik, apakah akan mendukung, netral atau memusuhi. Tujuan public relations adalah agar citra perusahaan positif di mata publiknya. Citra positif mengandung arti kredibilitas perusahaan di mata publik adalah baik (credible). Kredibilitas mencakup dua hal, yaitu: 1. Kemampuan (expertise) Persepsi publik bahwa perusahaan mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan, harapan, maupun kepentingan publik. 2. Kepercayaan (trustworthy) Persepsi publik bahawa perusahaan dapat dipercaya untuk tetap komitmen menjaga kepentingan bersama. Perusahaan dipersepsi tidak semata-mata mengejar kepentingan bisnis (profit oriented), tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan dan kepuasan konsumen. Citra perusahaan (corporate image) bukan hanya dilakukan seorang public relations, tetapi perilaku menyeluruh unsur perusahaan (karyawan, manajer dan lainnya) ikut andil dalam pembentukan citra ini baik disadari atau tidak. Dengan kata lain, citra korporat (corporate image) adalah citra keselurahan yang dibangun dari semua 20 Rosady Ruslan, Op.cit, hal 50 27 komponen perusahaan, seperti kualitas produk, keberhasilan ekspor, kesehatan keuangan, perilaku karyawan, tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, pengalaman menyenangkan atau menyedihkan tentang pelayanan perusahaan. Citra dimulai dari identitas korporat sebagai titik pertama yang tercemin melalui nama perusahaan (logo) dan tampilan lainnya, seperti laporan tahunan, brosur, kemasan produk, company profile, interior kantor, seragam karyawan, newsletter, iklan, pemberitaan media, materi tertulis maupun audiovisual. Identitas korporat juga berbentuk nonfisik seperti nilai-nilai dan filisofis perusahaan, pelayanan, gaya kerja dan komunikasi, baik internal muapun eksternal. Identitas korporat tersebut memancarkan citra kepada publik antara lain citra di mata konsumen, komunitas, media, investor, dan karyawan sendiri sehingga jadilah citra korporat. Artinya bahwa corporate image dibangun dari 4 area, yaitu: 1. Produk/service (termasuk kualitas produk, customer care) 2. Social responsibilty, corporate citizenship, ethical behaviour, dan community affairs 3. Environments (kantor, showrooms, pabrik) 4. Communications (iklan, Public Relations, personal communications, brosur dan program-program identitas korporat) Citra perusahaan yang baik akan membuat keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Keuntungan tersebut antara lain, peningkatan penjualan, mendukung pengembangan 28 produk baru, memperkuat relasi keuangan, membuat harmoni hubungan dengan karyawan, mendukung program rekrutmen, dan membantu mengatasi krisis. 21 Citra dari suatu lembaga/organisasi dan bentuk pelayanan jasa dan lain sebagainya yang hendak dicapai oleh Humas/PR dalam sistem informasi terbuka pada era globalisasi serba kompetitif tersebut, intinya tidak terlepas dari bentuk kualitas jasa pelayanannya yang telah diberikan, nilai kepercayaan dan merupakan amanah dari publiknya, serta goodwill (kemauan baik) yang ditampilkan lembaga/perusahaan yang bersangkutan. 21 Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing: Media Public Relations Membangun Citra Korporat, Jakarta : Kencana, 2008, hal 8-12 oleh