PENERAPAN MODEL VECTOR ERROR CORRECTION (VEC) PADA INFLASI DI INDONESIA YANG DIPENGARUHI OLEH HARGA MINYAK MENTAH DUNIA Yogi Chandra Sasmita Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya Email : [email protected] Abstrak. Indonesia merupakan negara pengimpor minyak. Harga minyak dunia yang terus berfluktuasi setiap tahun akan berdampak pada perekonomian melalui inflasi. Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga barang secara umum dan kontinyu. Untuk mengetahui pengaruh dari harga minyak terhadap inflasi di Indonesia, dapat digunakan model VEC. Model VEC dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh efek jangka panjang dan efek jangka pendek harga minyak dunia terhadap inflasi. Model VEC digunakan pada data deret waktu yang tidak stasioner dan memiliki satu atau lebih kointegrasi. Tujuan dari penelitian ini adalah memodelkan hubungan antara harga minyak dunia dengan inflasi di Indonesia. Pada penelitian ini model VEC yang sesuai adalah model VEC(1). Variabel harga minyak satu periode sebelumnya memiliki pengaruh jangka panjang terhadap harga minyak dunia sebesar -0,201052 sedangkan pengaruh jangka pendek dari harga minyak dunia 0,372766 dan inflasi sebesar - 0,646279. Sedangkan variabel inflasi satu periode sebelumnya memiliki pengaruh jangka panjang terhadap inflasi sebesar – 0,091592 sedangkan pengaruh jangka pendek dari harga minyak dunia 0,006969 dan inflasi sebesar 0,332244. Kata Kunci :Harga minyak dunia, Inflasi, model VEC 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak, namun karena kebutuhan dalam negeri yang besar, maka Indonesia juga sebagai negara pengimpor minyak. Harga minyak dunia yang terus berfluktuasi dan cenderung meningkat setiap tahun akan berdampak pada perekonomian melalui inflasi. Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga barang secara umum dan kontinyu. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan dan tekanan produksi dan/atau distribusi. Inflasi tarikan permintaan disebabkan oleh suatu kenaikan dalam permintaan total ketika rangsangan likuiditas yang berlebihan di pasar. Likuiditas yang berlebihan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral sampai dengan aksi spekulasi pada sektor industri keuangan. Sedangkan inflasi tekanan disebabkan adanya kelangkaan produksi dan/atau kelangkaan distribusi meskipun permintaan secara umum tidak menunjukkan peningkatan secara signifikan. Laju inflasi dapat ditentukan melalui Indek Harga Konsumen (IHK), IHK adalah salah satu indikator yang memberikan informasi tentang harga barang dan jasa yang dibayar oleh konsumen. Jika harga minyak dibiarkan tinggi, akan berdampak pada harga barang yang akan dikonsumsi, sehingga hal ini berpengaruh terhadap inflasi. Untuk mengetahui pengaruh harga minyak dunia terhadap inflasi di Indonesia dapat menggunakan Model VEC. Model VEC digunakan pada data deret waktu yang tidak stasioner dan memiliki satu atau lebih hubungan kointegrasi. Penelitian ini bertujuan untuk Memodelkan Vector Error Correction (VEC) pada analisis hubungan antara harga minyak mentah dunia dengan inflasi di Indonesia. 2. TINJAUAN PUSTAKA Vector Autoregressive (VAR) adalah sistem persamaan simultan dengan beberapa variabel endogen yang bersamaan (Gujarati, 2003). Menurut Enders(2004), bentuk umum dari model VAR ∑ dengan vektor z pada waktu t, vektor z pada waktu t-n, vektor intersep, besarnya nilai parameter z ke n, dan nilai residual pada saat t Kriteria yang digunakan untuk menentukan panjang lag yang optimal adalah AIC (Akaike Information Criterion). Jika pendugaan model VAR dengan panjang lag optimal p, maka panjang lag 373 optimal pada model VEC adalah (p-1). Penentuan panjang lag yang optimum berdasarkan nilai AIC terkecil dengan AIC sebagai berikut: | | di mana | | determinan dari matriks varians kovarians residual, n banyaknya peubah tidak bebas, T banyaknya observasi, p panjang lag dari VAR (Enders,2004). Kointegrasi adalah kombinasi linier dari variabel yang tidak stasioner dan terintegrasi pada ordo yang sama. Kointegrasi bertujuan untuk mengetahui hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antara peubah-peubah yang diamati (Enders,2004). Terdapat dua uji yang digunakan dalam menetukan jumlah vektor kointegrasi uji trace dan uji maksimum nilai eigen dengan statistik uji: ̂ ∑ di mana ̂ pendugaan nilai eigen yang diperoleh dari pendugaan terhadap matriks pengamatan, M banyaknya peubah endogen (Harris dan Robert, 2005). , banyaknya Model VEC adalah model VAR yang tidak stasioner dan memiliki hubungan kointegrasi (Enders,2004). Bentuk umum model VEC dengan panjang lag (p-1) adalah sebagai berikut: Sedangkan untuk model VEC (1) dapat ditulis sebagai berikut: di mana vektor pembeda pertama peubah endogen, vektor peubah endogen dengan lag ke-1, vektor pembeda pertama peubah endogen dengan lag ke-1, vektor residual, vektor intersep, matriks koefisien kointegrasi, matriks koefisien peubah endogen ke-1. Untuk menduga parameter Γi pada model VEC, digunakan sistem persamaan SUR (Seemingly Unrelated Regression). Menurut Zellner (1962), penduga dari dapat dituliskan sebagai berikut : ̂ ( ) ( ) dengan di mana IT adalah matriks identitas berukuran (TxT) dan ∑ adalah matriks yang berukuran (MxM) Pengujian kesesuaian model dilakukan untuk menguji apakah asumsi white noise (et) terpenuhi. Pengujian kesesuaian model dapat dilakukan dengan uji Portmanteu Autocorrelation dengan statistik uji: ∑ ( dengan banyaknya pengamatan, lag ordo model VEC, korelasi residual (Bruggermann,2004). ) matriks autokorelasi residual, matriks 3. METODOLOGI 3.1 Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari data sekunder yaitu data harga minyak mentah dunia dan tingkat inflasi di Indonesia . Data harga minyak mentah dunia diperoleh dari situs www.opec.org sedangkan data inflasi diperoleh dari situs www.bi.go.id. 3.2 Metode Analisis Tahapan analisis pada penelitian ini adalah melakukan plot dari kedua peubah, kemudian melakukan uji stasioneritas. Uji stasioneritas dilakukan terhadap ragam dan nilai tengah. Setelah data stasioner dengan nilai diferensi sama, dilakukan uji kointegrasi. Jika terdapat satu atau lebih kointegrasi, makalangkah selanjutnya adalah menentukan panjang optimal. Kemudian melakukan pendugaan parameter model VEC. Setelah itu melakukan uji signifikansi model dan melakukan pengujian kesesuaian model dengan analisis sisaan. 374 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pengujian stasioner terhadap ragam didapatkan nilai lambda sebagai berikut: Tabel 1. Stasioneritas terhadap ragam. Peubah Data asli Transformasi Box Cox 1 Transformasi Box Cox 2 Harga Minyak 0,62 1,24 1,24 Inflasi 0,3 0,61 1,21 Dari Tabel 1. diketahui bahwa peubah harga minyak stasioner terhadap ragam pada transformasi Box-Cox pertama sedangkan peubah inflasi stasioner terhadap ragam pada transformasi Box-Cox kedua. Sedangkan pada pengujian stasioner terhadap nilai tengah dengan statistik uji ADF didapat nilai sebagai berikut: Tabel 2. Stasioneritas terhadap rata-rata. Peubah d=0 d=1 Titik kritis Harga Minyak -2,409960 -5,956321 -2,896346 Inflasi -2,876974 -6,499863 -2,896346 dari hasil uji ADF pada Tabel2., dapat diketahui bahwa kedua peubah stasioner pada derajat integrasi 1. Selanjutnya dalam penentuan panjang lag optimum didapat nilai AIC sebagai berikut: Tabel 3. Panjang lag optimum model VAR Model VAR(2) VAR(3) VAR(4) AIC 2,013130 -2,008375 -1,931141 dari Tabel 3. didapat nilai AIC terkecil pada VAR(2) sehingga model yang sesuai adalah model VEC(1). Untuk menentukan banyaknya vektor kointegrasi yang terdapat pada suatu model VEC dilakukan uji penelusuran ( Trace test ) dengan nilai sebagai berikut: Tabel 4. Uji Penelusuran (Trace test) H0 : r H1 : r Nilai Eigen (λi) Statistik Uji Trace λtrace Keputusan 0 1 0,101602 17,02290 15,41 Tolak H0 1 2 0,091092 3,022988 3,76 Terima H0 dari uji penelusuran pada Tabel 4. didapatkan bahwa banyaknya vektor kointegrasi adalah satu. Kemudian dibentuk dibentuk suatu matriks ranking kointegrasi pada model VEC. Matriks ranking kointegrasi dapat di faktorisasi yaitu dengan nilai A dan sebagai berikut: [ sehingga matriks [ ] , dan [ ] ] jika ditulis dalam bentuk persamaan maka didapatkan: П1OILt-1= – 0,201079INFt-1 П2INFt-1= 0,001428OILt-1 Kemudian dilakukan pendugaan parameter model VEC(1) dan didapatkan: Tabel 5. Pendugaan parameter model VEC(1). Persamaan Variabel Koefisien C1 0,010396 OILt-1 -0,201052 ΔOILt ΔOILt-1 0,372766 ΔINFt-1 -0,646279 C2 -0,003855 INFt-1 -0,091592 ΔINFt ΔOILt-1 0,006969 ΔINFt-1 0,332244 Standard Error 0,04371 0,24638 0,10461 0,75789 0,00579 0,03263 0,01385 0,10037 375 dari pendugaan parameter model VEC(1) dapat dibentuk persamaan bagi kedua peubah yang dituliskan sebagai berikut: ΔOILt = 0,010396 - 0,201052OILt-1 + 0,372766 ΔOILt-1 - 0,646279 ΔINFt-1 ΔINFt = -0,003855 – 0,091592INFt-1 + 0,006969 ΔOILt-1 + 0,332244 ΔINFt-1 jika ΔOILt = OILt - OILt-1 , ΔINFt = INFt - INFt-1 dan ΔOILt-1 = OILt-1 - OILt-2 , ΔINFt-1 = INFt-1 – INFt-2, maka: OILt = 0,010396 + 1,171714 OILt-1 – 0,372766 OILt-2 – 0,646279 INFt-1 + 0,646279 INFt-2 (1) berdasarkan persamaan (1) diketahui bahwa harga minyak pada satu periode sebelumnya berhubungan positif dengan harga minyak periode saat ini sebesar 1,172. Pada dua periode sebelumnya harga minyak berhubungan negatif dengan periode saat ini sebesar 0,373. Pada satu periode sebelumnya inflasi berhubungan negatif dengan harga minyak saat ini sebesar 0,646. Pada dua periode sebelumnya inflasi berhubungan negatif dengan harga minyak saat ini sebesar 0,646. Sedangkan untuk inflasi didapatkan persamaan: INFt = -0,003855 +1,240652INFt-1 – 0,332244 INFt-2 + 0,006969OILt-1 – 0,006969OILt-2 (2) dari persamaan (2) pada satu periode sebelumnya inflasi berhubungan positif dengan inflasi pada periode saat ini sebesar 1,24. Namun pada inflasi dua periode sebelumnya, berhubungan negatif dengan inflasi saat ini sebesar 0,332. Harga minyak satu periode sebelumnya berhubungan positif dengan inflasi saat ini sebesar 0,007. Pada dua periode sebelumnya harga minyak berhubungan negatif dengan inflasi sebesar 0,007. Pemeriksaan diagnostik model bertujuan untuk menguji asumsi bahwa galat adalah white noise yang ditunjukkan dengan tidak terdapat autokorelasi dalam galat. Pemeriksaan diagnostik dilakukan menggunakan uji Portmanteu Autocorrelation dengan hasil sebagai berikut: Tabel 6. Uji Portmanteu Autocorrelation Lag 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Q-stat Prob NA 0,25 0,49 0,53 0,56 0,58 0,71 0,58 0,61 0,64 0,62 0,67 dari uji Portmanteu Autocorrelation pada Tabel 6., diketahui bahwa nilai probabilitas dari Q-Stat > alpha (0,05) untuk semua lag. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi galat pada model VEC(1) sehingga model VEC(1) layak digunakan 5. KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model yang sesuai dengan model VEC(1) dengan: ΔOILt = 0,010396 - 0,201052OILt-1 + 0,372766 ΔOILt-1 - 0,646279 ΔINFt-1 Variabel harga minyak satu periode sebelumnya memiliki pengaruh jangka panjang terhadap harga minyak dunia sebesar -0,201052 sedangkan pengaruh jangka pendek dari harga minyak dunia 0,372766 dan inflasi sebesar - 0,646279. ΔINFt = -0,003855 – 0,091592INFt-1 + 0,006969 ΔOILt-1 + 0,332244 ΔINFt-1 Variabel inflasi satu periode sebelumnya memiliki pengaruh jangka panjang terhadap inflasi sebesar – 0,091592 sedangkan pengaruh jangka pendek dari harga minyak dunia 0,006969 dan inflasi sebesar 0,332244. DAFTAR PUSTAKA Bruggermann, R., Helmut, L., dan Pentti, S., (2004), Residual Autocorrelation Testing for Vector Error Correction Models, Europian University Institute Badia Fiesolana, Italy, http://www.cadmus.eui.eu. Enders,W., (2004), Applied Econometrics Time Series Second Edition, John Willey and Sons, Canada. Gujarati, N.G., (2004), Basic Econometrics, The Mc-Graw Hill Companies Inc., New York. Harris, R dan Robert. S., (2005), Applied Time Series Modelling and Forecasting, John Wiley and Sons Inc., Canada. Zellner,A., (1962), An Efficients Methods of Estimating Seemingly Unrelated Regressions and Test for Aggregation Bias, Journal of the American Statistical Association, 57, hal. 348-368. 376