BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Sistem Akuntansi Biaya

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Sistem Akuntansi Biaya
1. Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya marupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi,
sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintah, akuntansi
pajak, dan sebagainya. Ciri yang membedakan akuntansi biaya dengan
akuntansi yang lain adalah kajian datanya. Akuntansi biaya mengkaji
data-data biaya untuk digolongkan, dicatat, dianalisis dan dilaporkan dalam
laporan informasi keuangan. Menurut
Bustian dan Nurlela (2006 : 2),
Akuntansi Biaya adalah “suatu bidang ilmu akuntansi yang mempelajari
bagaimana cara mencatat,mengukur dan melaporkan tentang informasi biaya
yang digunakan”.
Sedangkan menurut William dkk (2005 : 541), Akuntansi Biaya adalah
perhitungan biaya dengan tujuan aktivitas perencanaan dan pengendalian,
perbaikan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan.
Definisi akuntansi biaya menurut buku lain adalah : “ Akuntans biaya
sebagai ilmu dan seni mencatat, mengakumulasikanya, mengukur serta
menyajikan
informasi
(Armanto, 2006 : 1).
berkenaan
dengan
biaya
dan
beban”.
Menurut Horgren dkk (2008 : 33), pengertian biaya adalah ”Sumber
yang dikorbankan (Sacrified) atau dilepaskan (Forgone) untuk mencapai
tujuan tertentu”.
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya merupakan
bagian integral dengan akuntansi manajemen, karena akuntansi
biaya
menghasilkan informasi biaya yang diperlukan oleh akuntansi manajemen
guna
memberikan
pertimbangan
kepada
manajer
untuk
keperluan
pengambilan keputusan tertentu.
2. Tujuan Akuntansi Biaya
Menurut Bustian dan Nurlela (2006 : 3) ada beberapa tujuan akuntansi
biaya, yaitu :
1. Menyusun dan melaksanakan rencana anggaran operasi
2. Menetapkan metode perhitungan biaya dan prosedur yang menjamin
adanya pengendalian dan jika memungkinkan pengurangan biaya atau
pembebanan biaya dan perbaikan ilmu.
3. Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya dan
menetapkan harga, evaluasi kinerja suatu produk, departemen atau divisi,
dan sewaktu-waktu memeriksa persediaan dalam bentuk fisik.
4. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi, tahunan
atau periode yang lebih singkat.
5. Memilih alternatif yang terbaik yang menaikan pendapatan ataupun biaya.
3. Penggolongan Biaya
Menurut Mulyadi (2010 : 13) dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan
dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan
atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, maka
biaya dapat digolongkan menurut :
a. Penggolongan Menurut Obyek Pengeluarannya
Objek ini merupakan dasar dari penggolongan biaya, seperti nama
dari objek pengeluaran tersebut, misalnya biaya transportasi. Semua hal
yang berhubungan dengan biaya service, spare part, bensin, tol, parkir,
asuransi dan lain sebagainya yang masuk perhitungan biaya transportasi.
b. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Perhitungan harga pokok produksi yang digunakan dalam perusahaan
manufaktur, mempunyai fungsi pokok seperti :
1) Biaya produksi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi atau setengah jadi yang siap dijual.
2)
Biaya pemasaran yaitu biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
kegiatan pemasaran produk
3) Biaya administrasi dan umum adalah biaya untuk mengkoordinir
kegiatan produksi dan pemasaran produk
c. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang
Dibiayai
Dalam penggolongan ini biaya di kelompokan menjadi 2 bagian yaitu :
1) Biaya langsung (direct cost)
Adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya karena adanya
sesuatu yang dibiaya. Biaya lansung yang terdiri dari biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung
2) Biaya tidak langsung (indirect cost)
Adalah biaya yang terjadi dan tidak hanya disebabkan oleh sesuatu
yang dibiayai, ini disebut dengan biaya overhead pabrik (BOP)
d. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan
Perubahan Volume Kegiatannya
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatannya biaya
dapat digolongkan menjadi :
1) Biaya variabel adalah biaya yang total jumlahnya berubah, sebanding
dengan perubahan volume kegiatannya.
2) Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tapi tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatannya.
3) Biaya semi fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume
produksi tertentu.
4) Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap jumlahnya dalam
kisaran volume kegiatan tertentu.
e. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya
Dalam penggolongan ini, menurut Mulyadi mengklasifikan biaya
menjadi dua, yaitu :
1) Pengeluaran modal
(capital expenditure) adalah biaya
yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode.
2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang
mempunyai manfaat dalam satu periode akuntansi pada saat
terjadinya pengeluaran tersebut.
Dengan demikian ditinjau dari aktivitasnya, akuntansi biaya dapat
didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan barang jadi (produk) atau
penyerahan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta menafsirkan hasilnya.
Apabila ditinjau dari fungsinya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai
“suatu kegiatan yang menghasilkan informasi biaya yang dapat dipakai
sebagai dasar
pertimbangan dalam mengambil keputusan manajemen”
( Muhadi dan Joko Siswanto, 2001 : 1 )
B. Konsep Dasar Activity Based Costing
Menurut Blocher ( 2007 : 221 – 222 ) sebelum membahas
Activity
Based Costing
definisi
terlebih dahulu mendefinisikan istilah-istilah :
aktivitas, sumberdaya, cost driver, penggerak biaya konsumsi dan penggerak
biaya konsumsi aktivitas, yaitu :
Aktivitas (Activity) adalah perbuatan, tindakan, atau pekerjaan
spesifik yang dilakukan. Suatu pekerjaan berupa satu tindakan atau kumpulan
dari beberapa tindakan. Misalnya, memindahkan persediaan dari bengkel A
ke bengkel B. Persiapan produksi adalah aktivitas yang dapat mencakup
beberapa tindakan. Aktivitas mencakup tindakan, perpindahan, atau
serangkaian pekerjaan.
Sumber Daya (Resource) adalah unsur ekonomis yang dibutuhkan
atau digunakan untuk pelaksanaan aktivitas. Gaji dan bahan baku misalnya,
adalah sumber daya yang dibutuhkan atau digunakan dalam melaksanakan
aktivitas produksi.
Cost Driver ( Cost Driver ) adalah faktor yang menyebabkan atau
menghubungkan perubahan biaya dari aktivitas. Karena penggerak biaya yang
menyebabkan atau berhubungan dengan jumlah penggerak biaya terukur atau
terhitung adalah dasar yang sangat baik untuk membebankan biaya sumber
daya pada aktivitas dan biaya satu atau lebih aktivitas pada aktivitas atau
objek biaya lainnya.
Penggerak Biaya Konsumsi ( Resources consumtion cost driver)
adalah ukuran jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas.
Penggerak biaya ini digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang
dikonsumsi oleh atau terkait dengan suatu aktivitas ke aktivitas atau tempat
penampungan biaya tertentu. Contoh penggerak biaya konsumsi sumber daya
adalah jumlah jenis barang dalam pesanan pembelian atau penjualan, jumlah
perubahan desain produk, ukuran bangunan pabrik, dan jumlah jam mesin.
Penggerak Biaya Konsumsi Aktivitas (Activity consumtion cost
driver) mengukur jumlah aktivitas yang dilakukan untuk suatu objek biaya.
Penggerak ini digunakan untuk membebankan biaya-biaya aktivitas dari
tempat penampungan biaya. Contoh biaya konsumsi aktivitas adalah jumlah
jam mesin dalam produksi x, jumlah dalam bacth yang digunakan untuk
memproduksi produk y.
Biaya dapat didistribusikan secara langsung pada produk akan
dibebankan pada aktivitas ini kemudian dibebankan pada poduk yang
bersangkutan.
Hubungan
untuk
diilustrasikan dalam gambar berikut :
mengalokasikan
biaya
ke
produk
Gambar 2.1
Konsep Dasar Activity Based Costing
Resources
Process View
Cost Driver
Activities
Performance
Cost Object
Sumber: Hansen Mowen, 2005
1. Pengertian Activity Based Costing
Menurut Charles dkk, (2008 : 172) memberikan definisi Activity Based
Costing adalah : “ sistem yang membentuk kelompok biaya berdasarkan
aktivitas yang berstruktur dengan dasar alokasi biaya berdasarkan aktivitas
tertentu, yang merupakan pemicu biaya untuk kelompok tersebut“. Activity
Based Costing digunakan untuk menentukan produk dan biaya untuk laporan
khusus kepada manajer. Tujuan dari Activity Based Costing adalah memahami
overhead dan profitabilitas produk dan konsumen.
Sedangkan menurut Blocher
(2007 : 120) Activity Based Costing
adalah “pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber
daya ke objek biaya seperti produk, jasa atau pelanggan berdasarkan
aktifitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut”.
Dengan Activity Based Costing, biaya overhead pabrik dibebankan ke objek
biaya seperti produk atau jasa dengan mengidentifikasi sumber daya, aktivitas
dan biayanya serta kuantitas aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan
untuk memproduksi output. Cost driver digunakan untuk menghitung biaya
sumber daya dari setiap unit aktivitas.
Activity Based Costing merupakan sistem yang mempertahankan dan
memproses data keuangan dan operasional dari sumber daya perusahaaan
berdasarkan aktivitas, objek biaya, cost driver dan ukuran kinerja aktivitas,
Activity Based Costing juga membebankan biaya ke aktivitas dan objek biaya.
Activity Based Costing menghasilkan penentuan harga pokok produk yang
akurat dan dapat membantu perusahaan dalam mengelola keunggulan
kompetitif, kekuatan, kelemahan perusahaan secara efisien.
Menurut Garisson dkk (2006 : 442), perlakuan biaya dalam
sistem ABC di bagi menjadi dua, yiatu :
1. Biaya Non-Produksi dan ABC
Dalam akuntansi biaya tradisional, hanya biaya produksi
yang dibebankan ke produk. Beban penjualan, umum dan
administrasi diperlakukan sebagai biaya periodik dan tidak
dibebankan ke produk. Meskipun demikian, beberapa biaya
produksi, penjualan, distribusi dan pelayananan atas
produk. Sebagai contoh, komisi yang di bayarkan kepada
tenaga penjualan, biaya pengiriman dan biaya garansi dapat
dengan mudah ditelusuri ke produk. Untuk menentukan
tingkat profitabilitas barang dan jasa, biaya-biaya
non-produksi tersebut dalam activity Based Costing dibebankan ke produk.
2. Biaya Produksi dan ABC
Dalam akuntansi tradisional, semua biaya produksi di
bebankan ke produk, bahkan biaya produksi yang tidak
disebabkan oleh produk. Sebagai contoh, sebagian upah
untuk keamanan pabrik akan dialokasikan ke produk
meskipun upah penjaga keamanan tersebut sama sekali
tidak terpengaruh apakah perusahaan berproduksi atau
tidak. Dalam ABC, biaya hanya akan di bebankan ke
produk apabila ada alasan yang mendasar bahwa biaya
tersebut diperngaruhi oleh produk yang dibuat.
2. Manfaat dan Kelemahan Activity Based Costing Sistem
Activity Based Costing membatu mengurangi distorsi yang disebabkan
oleh alokasi biaya tradisional. Activity Based Costing Sistem juga
memberikan pandangan jelas dan aktivitas peusahaan yang memberi
kontribusi sampai lini yang paling dasar dalam jangka panjang. Manfaat
utama Activity Based Costing Sistem
Adapun manfaat dan kelemahan dari Activity Based Costing menurut
Blocher (2007:232-233) :
a. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik
ABC menyajikan biaya produksi lebih akurat dan informative,
mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan
keputusan strategis yang di informasikan dengan lebih baik tentang
penetapan harga jual lini produk dan segmen produk.
b. Keputusan dan kendali yang lebih baik
ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang timbul
karena dipicu oleh aktivitas, membantu manajemen untuk meningkatkan
nilai produk dan nilai proses, membuat keputusan tentang desain produk,
mengendalikan biaya secara lebih baik dan membantu perkembangan
proyek-proyek yang meningkatkan nilai.
c. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas
ABC membantu menajer mengidentifikasi dan mengendalikan biaya
kapasitas yang tidak terpakai.
Selain adanya beberapa manfaat, Activity Based Costing juga memiliki
beberapa kelemahan yaitu :
a. Alokasi tidak sama
Biaya memiliki, biaya penggerak, biaya konsumsi sumber daya atau
aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya lain mungkin
membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran
volume yang arbiter sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas
yang menyebabkan biaya tersebut. Contohnya biaya pendukung fasilitas
seperti : biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik, pajak bumi dan
bangunan pabrik.
b. Mengalokasikan biaya
Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi sistem ABC cenderung tidak
mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa
tersebut. Biaya produk atau jasa yang tidak termasuk biaya untuk aktifitas
seperti pemasaran, pengiklanan, penelitian dan pengembangan produk
meski sebagian dari biaya-biaya ini dapat ditelusuri ke suatu produk atau
jasa. Biaya Produk tidak termasuk biaya-biaya ini karena prinsip akuntansi
yang berlaku umum untuk pelaporan keuangan mengharuskan biaya-biaya
tersebut diberlakukan sebagai biaya periodik.
c. Mahal dan menghabiskan waktu
Sistem ABC tidak mudah dan membutuhkan banyak waktu untuk
dikembangkan dan dilaksanakan. Untuk perusahaan dan organisasi yang
telah menggunakan sistem tradisional berdasarkan volume, sistem ABC
cenderung sangat mahal. Lagi pula, seperti sebagian besar sistem baru
akuntansi dan manajer yang inovatif, seperti biasanya diperlukan waktu
setahun atau lebih untuk mengembangkan dan melaksanakan ABC dengan
sukses.
Untuk mengatasi kelemahan sistem tradisional, maka digunakan
metode perhitungan biaya produk berdasarkan aktivitas atau Activity Based
Costing yang akan membantu pihak manajemen untuk mengalokasikan biaya
overhead yang lebih akurat. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas
diperkenalkan dan didefinisikan sebagai suatu faktor perhitungan biaya
dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu
dialokasikan menggunakan dasar yang memasukan satu atau lebih faktor yang
tidak berkaitan dengan volume. Dibandingkan dengan akuntansi biaya
tradisional, ABC memiliki penerapan penelusuran biaya yang lebih
menyeluruh. Perhitungan biaya produksi tradisional menelusuri hanya biaya
bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output.
Tetapi, ABC mengakui bahwa
banyak biaya-biaya lain yang pada
kenyataannya dapat ditelusuri tidak ke unit output, tetapi ke aktivitas yang
diperlukan untuk memproduksi output. Dengan demikian, penggunaan
metode activity based costing ini akan mampu memberikan informasi harga
pokok produksi yang lebih akurat.
3. Struktur Activity Based Costing Sistem
Desain Activity Based Costing difokuskan pada kegiatan, yaitu apa
yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya
perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya
departemen atau fungsi, maka sistem ABC akan dapat menjadi media untuk
memahami, memanajemenin, dan memperbaiki suatu usaha. Ada dua asumsi
penting yang mendasari Metode Activity Based Costing yaitu :
a. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya
Metode Activity Based Costing bahwa sumber daya pembantu atau sumber
daya tidak langsung menyediakan kemampuannya untuk melaksanakan
kegiatan bukan hanya sekedar penyebab timbulnya biaya.
b. Produk atau pelanggan jasa
Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk
membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang
menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut.
Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari sistem ABC.
Selanjutnya, karena adanya era efisien, perusahaan harus dapat mengelola
aktivitasnya. Dalam hubungannya dengan biaya produk, maka biaya yang
dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biaya-biaya untuk aktivitas
merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan memberikan pelayanan
produk.
C. Sistem Biaya Tradisional
1. Konsep Dasar Sistem Biaya Tradisional
Menurut Blocher (2007:1:8) Pengertian Sistem biaya tradisional
adalah sebagai berikut : “Sistem penentuan harga pokok tradisional
menggunakan tarif overhead untuk beberapa departemen yang digunakan
mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk atau jasa berdasarkan
volume output”.
Sistem biaya tradisional merupakan sistem yang pengalokasian biaya
overhead pabriknya menggunakan tarif tunggal (antara output jam mesin,
jam tenaga kerja, ataupun biaya bahan)
2. Keterbatasan Sistem Biaya Tradisional
Sistem akuntansi biaya
tradisional tidak fit untuk memasuki
lingkungan bisnis yang kompetitif, turbelen, dan yang didalamnya
customer memegang kendali bisnis. Berikut ini diuraikan kelemahan
akuntansi biaya tradisional menurut Mulyadi dan John Setiawan
(2001:681) :
a. Oleh karena akuntansi biaya tradisional didesain untuk perusahaan
manufaktur, perusahaan jasa dan dagang tidak dapat manfaatkan
akuntansi biaya untuk merencanakan dan menginflementasikan
program pengurangan biaya dan perhitungan Objek Cost secara akurat.
b. Oleh karena fokus akuntansi biaya tradisional adalah hanya pada biaya
produksi, biaya-biaya diluar produksi yang mulai signifikan jumlahnya
tidak mendapatkan perhatian memadai dari manajemen.
c. Oleh karena akuntansi biaya tradisional berfokus kepenyedia informasi
biaya bagi pihak luar perusahaan, manajemen tidak memperoleh
informasi biaya untuk pengelolaan perusahaan dan informasi tentang
cost produk yang akurat.
d. Oleh karena pengendalian biaya melalui sistem biaya tradisional
hanyan difokuskan terhadap biaya produksi, lebih spesifik lagi
terhadap biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sistem
pengendalian biaya seperti tidak fit untuk perusahaan yang memiliki
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang porsinya tidak
signifikan dibandingkan dengan total biaya pembuatan produk.
e. Antara biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan perpusat
pertanggung jawaban, serta analisis terhadap penyimpangan biaya
f. Akuntansi biaya tradisional menggunakan alocation intensive dalam
memperlakukan biaya overhead pabrik sehingga cost produk yang
dihasilkan tidak akurat, karena alokasi menggunakan dasar yang
bersifat sembarang.
g. Akuntansi biaya tradisional tidak fit untuk menghadapi lingkungan
bisnis yang kompleks dan kompetitif, karena hanya mampu
menghasilkan laporan biaya dengan dimensi tunggal. Intensive dalam
memperlakukan biaya overhead pabrik sehingga cost produk yang
dihasilkan tidak akurat, karena alokasi menggunakan dasar yang
bersifat sembarang.
h. Dalam lingkunganya bisnis yang didalamnya customer dominan,
biaya-biaya yang berkaitan dengan pilihan customer menjadi
meningkat. Seperti biaya set-up mesin karena bervariasinya pesanan
dari customer, biaya perubahaan desain karena semakin pemilihnya
sifat customer.
i. Oleh karena akuntansi biaya tradisional didesain pada zaman
pengelolahan data akuntansi masih manual, informasi akuntansi hanya
dapat dimanfaatkan oleh manajemen puncak dan pihak luar
perusahaan melalui laporan akuntansi yang disajikan oleh fungsi
akuntansi.
3. Kelebihan Sistem Biaya Tradisional
Adapun kelebihan sistem akuntansi biaya tradisional adalah :
a. Mudah diterapkan
Sistem
ini
tidak
banyak
menggunakan
cost
driver
dalam
mengalokasikan biaya overhead sehingga hal ini memudahkan bagi
manajer untuk melakukan perhitungan. Selain itu sistem ini telah lama
diterapkan, jadi manajer tidak terlalu sulit untuk mengadakan
penyesuaian terhadap sistem ini
b. Mudah diaudit
Karena jumlah cost driver yang digunakan tidak banyak, biaya
overhead di alokasikan berdasarkan volume based measure, maka hal
ini akan lebih memudahkan auditor dalam melakukan suatu proses
audit.
c. Sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
D. Perbedaan Activity Based Costing dengan Sistem Tradisional
Perbedaan lain antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah bahwa
perhitungan
dua tahap,
sementara sistem
tradisional
adalah bahwa
perhitungan satu tahap atau dua tahap. Ditahap pertama dalam sistem ABC,
tempat penampung biaya aktivitas dibentuk ketika biaya sumber daya
dialokasi ke aktivitas berdasarkan pemicu sumber daya. Ditahap kedua, biaya
aktivitas dialokasikan dari tempat penampungan biaya aktivitas ke produk
atau objek biaya final lainnya. Tetapi, sistem biaya tradisional menggunakan
dua tahap hanya apabila jika departemen atau pusat biaya lain dibuat. Biaya
sumber daya dialokasikan ke pusat biaya di tahap pertama, dan kemudian
biaya dialokasikan dari pusat biaya ke produk di tahap kedua. Beberapa
sistem tradisional hanya terdiri dari satu tahap karena sistem tersebut tidak
menggunakan pusat biaya yang terpisah tetapi tidak ada sistem ABC yang
hanya terdiri dari satu tahap.
Perbandingan sistem tradisional dan activty based costing adalah
sebagai berikut :
Tabel 2 : 1
Perbandingan Sistem Tradisional dan Sistem ABC
No.
Sistem Tradisional
Activity Based Costing Sistem
1.
Menggunankan penggerak biaya Menggunakan penggerak biaya
berdasarkan volume
berdasarkan aktivitas (termasuk
yang berdasarkan volume).
2.
Membedakan biaya overhead Membebankan biaya overhead
pertama ke departemen dan kedua pertama ke pusat biaya aktivitas
ke produk/ Jasa
dan kedua ke sebelum produk/
Jasa.
3.
Fokus pada pengelolaan biaya Fokus pada pengelolaan proses
departemen fungsional atau pusat dan aktivitas serta pemecahan
pertanggung jawaban.
masalah
Sumber : Blocher 2007
Jadi perbedaan sistem tradisional dan Activity Based Costing adalah
sistem ABC memakai aktivitas dengan pemicu aktivitas sedangkan sistem
tradisional berdasarkan satu alokasi, ABC memakai empat kategori konsumsi
overhead yaitu, unit, bath, produk dan fasilitas, sedangkan tradisional hanya
kinerja keuangan jangka pendek, ABC dapat menganilis biaya yang dapat
mendekati ke biaya aktualnya.
E. Pengertian dan Penentuan Tarif dengan Menggunakan Metode Cost Plus
Pricing.
Tarif menurut htpp://. Rac.uii.ac.id adalah : “Sejumlah moneter yang
dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas
barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”.
Untuk menentukan tarif, biasanya manajemen mempertimbangkan
beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor biaya maupun bukan biaya :
a) Biaya,khususnya biaya masa depan
b) Pendapatan yang diharapkan
c) Jenis produk jasa yang dijual
d) Jenis industri
e) Citra dan kesan masyarakat
f) Pengaruh pemerintah, khususnya undang-undang keputusan, peraturan dan
kebijakan pemerintah
g) Tindakan atau reaksi para pesaing
h) Tipe pasar yang dihadapi
i) Trend Ekonomi
j) Biaya manajemen
k) Tujuan non laba
l) Tanggug jawab sosial perusahaann
m) Tujuan perusahaan, khususnya laba dan return on investmen (ROI)
Dalam penentuan tarif atau harga jual produk, manajemen perlu tujuan
dari penentuan tarif tersebut. Tujuan itu akan dipergunakan sebagai salah satu
pedoman kerja perusahaan. Pada umumnya tujuan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Bertahan hidup (survival)
Perusahaan menetapkan bertahan hidup sebagai tujuan utama, apabila
menghadapi kesulitan dalam hal kelebihan kapasitas produksi, persaingan
keras, atau perubahan keinginan konsumen. Untuk mempertahankan tetap
berjalannya kegiatan produksi, perusahaan harus menetapkan harga yang
rendah, dengan harapan akan meningkatkan permintaan. Dalam situasi
demikian, laba menjadi kurang penting dibandingkan survival.
b. Memaksimalkan laba jangka pendek
Perusahaan memperkirakan permintaan akan biaya, dihubungkan dengan
harga alternatif dan harga yang akan menghasilkan laba, arus kas atau
tingkat laba investasi maksimal. Dalam semua hal, perusahaan lebih
menitikberatkan pada kemampuan keuangan yang ada dan kurang
mempertimbangkan prestasi keuangan jangka pendek.
c. Kepemimpinan pangsa pasar (leader of market share)
Sebagai perusahaan ingin mencapai pangsa pasar yang dominan. Mereka
yakin bahwa perusahaan dengan market share terbesar akan menikmati
biaya terrendah dan laba tertinggi dalam jangka panjang. Untuk itu,
mereka menetapkan harga serendah mungkin.
d. Kepemimpinan mutu produk
Perusahaan dapat memutuskan bahwa mereka ingin memiliki produk
dengan mutu terbaik dipasar. Keputusan ini biasanya mengharuskan
penetapan harga yang tinggi untuk menutup biaya pengendalian mutu
produk serta biaya riset dan pengembangan.
e. Tujuan-tujuan lain, misalnya mempertahankan loyalitas pelanggan
perusahaan mungkin menetapkan harga yang rendah untuk mencegah
masuknya perusahaan pesaing atau dapat menetapkan harga yang sama
dengan pesaing dengan tujuan untuk mempertahankan loyalitas
pelanggan. Menghindari campur tangan pemerintah, menciptakan daya
tarik sebuah produk, dan untuk menarik lebih banyak pelanggan.
Penentuan tarif atau harga jual suatu produk atau jasa dengan
menggunakan metode Cost Plus Pricing yaitu penentuan tarif jasa dengan
cara menambahkan laba yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang
akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa. Tarif
jasa berdasarkan Cost Plus Pricing dihitung dengan rumus :
Tarif per kamar = Cost sewa kamar + Laba yang diharapkan
F. Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa
Sistem kerja Activity Based Costing banyak diterapkan pada
perusahaan manufaktur, tetapi juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa.
Penerapan metode Activity Based Costing pada perusahaan jasa memiliki
beberapa ketentuan khusus, hal ini disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki
Karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa, yaitu :
1) Output seringkali sulit didefinisi
2) Pengendalian aktifitas pada permintaan jasa kurang dapat didefinisi
3) Cost mewakili proporsi lebih tinggi dari total cost pada seluruh kapasitas
yang ada dan sulit untuk menghubungkan antara output dengan
aktivitasnya. Output pada perusahaan jasa adalah manfaat dari jasa itu
sendiri yang kebanyakan tidak terwujud, contoh kecepatan suatu jasa,
kualitas suatu informasi, pemuas konsumen. Output pada peusahaan jasa
tidak berwujud membuat perhitungan menjadi sulit. Sekalipun sulit,
dewasa ini bisnis jasa menggunakan metode Activity Based Costing pada
bisnisnya.
Untuk menjawab permasalahan diatas, Activity Based Costing benar-benar
dapat digunakan pada peusahaan jasa, setidak-tidaknya pada beberapa
perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Activity
Based Costing pada perusahaan jasa adalah :
a. Identivtifying and Costing Activities
Mengidentifikasi dan menghargai aktifitas dapat membuka beberapa
kesempatan untuk pengoperasian yang efisien.
b. Spesial Challenger
Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan
memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu
seperti sulitnya mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak
dapat menjadi suatu persediaaan, karena kapasitas yang ada namun
tidak dapat digunakan menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari
c. Output Diversity
Perusahaan
jasa
juga
memiliki
kesulitan
–
kesulitan
dalam
mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang
menggambarkan aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal yang
berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentukan.
Download