R.WENDY FATTAHUL AMBIYA SURYAPUTRA,

advertisement
ANALISIS STABILITAS EMAS SEBAGAI ALTERNATIF
PEMBAYARAN PREMI: PELUANG DAN TANTANGAN
BAGI ASURANSI SYARI’AH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy)
Oleh:
R. WENDY FATTAHUL AMBIYA SURYAPUTRA
NIM. 105046201723
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010
ANALISIS STABILITAS EMAS SEBAGAI
ALTERNATIF PEMBAYARAN PREMI: PELUANG
DAN TANTANGAN BAGI ASURANSI SYARI’AH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy)
Oleh:
R. WENDY FATTAHUL AMBIYA SURYAPUTRA
NIM. 105046201723
Pembimbing
Pembimbing I,
Pembimbing II,
IR. ELA PATRIANA, M.M, AAAIJ
NIP. 196905282008012010
DRS. AGUSTIANTO, M.AG
NIP. 150268009
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Analisis Stabilitas Emas sebagai Alternatif Pembayaran
Premi: Peluang dan Tantangan bagi Asuransi Syari’ah, telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 14 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam).
Jakarta, 20 Juni 2010
Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM
NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua
: Dr. Euis Amalia, M.Ag
NIP. 197107011998032002
(......................................)
Sekretaris
: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH
NIP. 197407252001121001
(......................................)
Pembimbing I : Ir. Ela Patriana, M.M, AAAIJ
NIP. 196905282008012010
(......................................)
Pembimbing I : Drs. Agustianto, M.Ag
NIP. 150268009
(......................................)
Penguji I
: Dr. Euis Amalia, M.Ag
NIP. 197107011998032002
(......................................)
Penguji II
: Ir. Nur Nurianto Arif, M.Si
NIP. 198110132008011006
(......................................)
ABSTRAK
Uang sebagai satuan hitung dalam kegiatan ekonomi sangat erat hubungannya
dengan fungsi meyimpan nilai. Sebagai media pertukaran yang merepresentasikan
harga suatu barang dan jasa, sebuah mata uang menjadi begitu penting untuk
memiliki nilai tukar yang stabil. Stabilitas nilai tukar mata uang berarti adanya
kemampuan daya beli (puchasing power) yang tidak berubah pada uang tersebut di
setiap waktu.
Dalam skripsi ini akan ditelaah studi komparasi tingkat stabilitas mata uang
Dinar dan Dolar terhadap minyak mentah dunia. Model GARCH diterapkan pada
peramalan volatilitas nilai tukar Dinar dan Dolar. Berdasarkan analisis, diperoleh
bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% nilai variansi Dinar lebih dari pada variansi
Dolar AS. Hasil ini menunjukan bahwa Dinar memiliki tingkat stabilitas yang lebih
baik dari pada Dolar AS.
Kata kunci : Dinar, Dolar, log return, distribusi normal, mean, variansi,
volatilitas, GARCH.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘Alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan karunia yang diberikan dalam menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi.
Berkat kumudahan atas kesulitan, kelebihan atas kekurangan, kekuatan atas
ketidakberdayaan berikut petunjuk-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Seiring dengan itu shalawat serta salam, terus terucap kepada Nabi Muhammad
SAW yang penuh dengaan kemuliaan sikap.
Atas penulisan ini penulis ingin sampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Prodi Muamalat Fakultas Syari’ah
dan Hukum dan Bapak Ah. Azharuddin Latif, M.Ag, M.H, selaku Sekretaris
Prodi Mu’amalat Fakultas Syari’ah dan Hukum.
3. Ibu Ir. Ela Patriana, MM, AAAIJ dan Bapak Drs. Agustianto, M.Ag selaku
Dosen Pembimbing yang senantiasa menyempatkan waktu untuk penulis
disela-sela kesibukannya.
4. Segenap Dosen dan Tenaga Pengajar Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu dan Bapak atas do’a yang tiada henti. Penyelesaian penulisan skripsi ini
tidak mungkin dapat terjadi jika tanpa do’anya. Bapak yang telah memberikan
ii
banyak kemudahan dan fasilitas selama proses penulisan, betapa tanpa beliau
penulisan ini mungkin tidak dapat diselesaikan tepat waktu. Semoga Allah
menempatkan Ibu dan Bapak dalam kemuliaan-Nya.
6. Teteh Wynda, Aa Aden, Dek Sarah, dan Dek Hanna meskipun tidak secara
langsung memberikan kontribusi. Namun penulis patut menyampaikan
terimakasih atas support moral yang diberikan selama masa-masa kritis dalam
penulisan skripsi ini.
7. Keluarga Besar Network Twenty One yang mengagumkan. Berkolaborasi
dengan kelompok orang-orang yang bergairah dan menyenangkan merupakan
pengalaman hidup saya yang paling hebat.
8. Teman-teman Jurusan Asuransi Syari’ah angkatan 2005, yang telah mengajari
penulis untuk mencintai pendidikan, mengambil resiko, percaya pada diri
sendiri, dan melayani orang lain. Ucapan terimakasih terutama tertuju kepada
Firdaus, Patih, Pardan, Zulqarnain, Tonton, Ipung, Rijal, Candra, Nopa Grace,
Puput, Tika, Tety dan Riza. Kita selesaikan apa yang sudah kita mulai.
9. Keluarga besar PT. AJ. BRIngin Jiwa Sejahtera. Unit kerja Divisi Individu.
Pak Wijdaya, Ibu Anita, Pak Anggara, Pak Welly, Mas Sonhaji, Mba Betty,
terimakasih untuk segala pengertiannya selama proses penulisan skripsi ini
penulis banyak meninggalkan jam kantor. Teman-teman Divisi Aktuaria,
Helmy dan Nia Sofura yang bersedia memberikan bimbingan statistik dan
sharing ilmu memberikan pemahaman dasar tentang time series selama proses
penulisan skripsi ini.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ......................................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
8
E. Review Studi Terdahulu .............................................................
9
F. Kerangka Teori ...........................................................................
13
G. Kerangka Pemikiran .................................................................... 14
H. Hipotesis .....................................................................................
18
I. Metode Penulisan ........................................................................ 18
J. Sistematika Penulisan .................................................................
BAB II
18
LANDASAN TEORI
A. Konsep Uang dalam Ekonomi Islam ..........................................
iv
21
1. Fungsi Uang dalam Islam .....................................................
21
2. Permasalahan Uang Kertas ...................................................
24
3. Keunggulan Dinar .................................................................
26
B. Stabilitas Uang ............................................................................
32
C. Stabilitas Nilai Tukar dan Prinsip-prinsip secara Islam .............. 32
D.
Prospek Emas sebagai Nilai Tukar dalam Kegiatan Asuransi
Syari’ah ..................................................................................... 34
35
E.
Perkembangan Harga Emas Dunia ...........................................
F.
Dinar Sebagai Instrumen Lindung Nilai ................................... 36
G.
Asuransi dalam Perspektif Islam ..............................................
36
1. Definisi Asuransi ..................................................................
36
2. Sejarah dan Dasar Pelaksanaan Asuransi Syari’ah ...............
42
Review Studi Terdahulu ...........................................................
38
H.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Data dan Sumber Data ................................................................
44
1. Data .......................................................................................
44
2. Sumber Data .......................................................................... 45
3. Identifikasi Variabel .............................................................. 46
4. Variabel Penelitian ................................................................ 47
5. Definisi Oprasional Penelitian ..............................................
48
B. Desain Model Analisis Penelitian ...............................................
54
v
1. Perhitungan Return ...............................................................
54
2. Uji Stasioneritas ....................................................................
54
3. Uji Normalitas dan Distribusi Data ....................................... 54
4. Uji Autokorelasi .................................................................... 55
5. Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 56
6. Uji White Heteroskedastisitas ...............................................
57
7. Model ARCH(p) ...................................................................
58
8. Model GARCH(p,q) .............................................................
58
9. GARCH(p,q) in Mean ........................................................... 59
10. Pemodelan Persamaan Mean ................................................
60
11. Pemodelan Variansi ..............................................................
62
12. Perhitungan Volatilitas .......................................................... 63
BAB IV ANALISA DATA
A. Data .............................................................................................
64
B. Volatilitas Dolar terhadap Minyak Mentah Dunia ...................... 64
1. Tahap Menstasionerkan Data ................................................ 65
2. Pemodelan Mean ................................................................... 66
3. Pemodelan Variansi ..............................................................
72
C. Volatilitas Dinar terhadap Minyak Mentah Dunia ...................... 77
1. Tahap Menstasionerkan Data ................................................ 78
2. Pemodelan Mean ................................................................... 79
vi
3. Pemodelan Variansi ..............................................................
85
D. Perhitungan Volatilitas Model GARCH .....................................
91
1. Perhitungan Volatilitas Dolar ...............................................
91
2. Perhitungan Volatilitas Dinar ...............................................
91
3. Interpretasi ............................................................................
92
E. Peluang dan Tantangan Dinar sebagai Alat Pembayaran Premi
Asuransi Syari’ah ........................................................................ 93
1. Ketersediaan Emas ................................................................ 93
2. Konsep Uang Menurut Para Pemikiran Islam ....................... 95
3. Analisa SWOT Penerapan Dinar sebagai Premi Asuransi
Syari’ah .................................................................................
BAB V
99
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...............................................................................
106
B. Saran .........................................................................................
107
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Perbandingan Harga Emas dan Perak pada Masa Bimetalik ....... 33
Tabel 3.1
Identifikasi Model Deret Waktu AR(p), MA(q), ARMA(p,q) .... 60
Tabel 4.1
Uji Akar Unit (Unit Root Test) data return Oil Price in Dolar .... 66
Tabel 4.2
Korelogram Data Log Oil Price in Dolar ....................................
Tabel 4.3
Estimasi Parameter Model AR(4) ................................................ 68
Tabel 4.4
Estimasi Parameter Model MA(4) ............................................... 69
Tabel 4.5
Estimasi Parameter Model ARMA(4,4) ......................................
70
Tabel 4.6
Estimasi Parameter Model ARMA(2,2) ......................................
71
Tabel 4.7
ARCH LM MODEL ARMA (2,2) ..............................................
72
Tabel 4.8
Korelogram Residual Kuadrat Model ARMA(2,2) .....................
73
Tabel 4.9
Estimasi Parameter Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ...............
74
Tabel 4.10
Tes ARCH LM Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) .....................
75
Tabel 4.11
Korelogram Residual Kuadrat yang Distandarisasi ..................... 76
Tabel 4.12
Uji Akar Unit (Unit Root Test) data return Oil Price in Dinar ....
80
Tabel 4.13
Korelogram Data Log Oil Price in Dinar ....................................
81
Tabel 4.14
Estimasi Parameter Model AR(4) ................................................ 82
Tabel 4.15
Estimasi Parameter Model MA(4) ............................................... 82
Tabel 4.16
Estimasi Parameter Model ARMA(4,4) ......................................
83
Tabel 4.17
Estimasi Parameter Model ARMA(2,2) ......................................
84
viii
67
Tabel 4.18
ARCH LM Model ARMA(2,2) ............................................
85
Tabel 4.19
Korelogram Residual Kuadrat Model ARMA(2,2) .....................
86
Tabel 4.20
Estimasi Parameter Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ...............
87
Tabel 4.21
Tes ARCH LM Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) .....................
88
Tabel 4.22
Korelogram Residual Kuadrat yang Distandarisasi ..................... 89
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran .................................................................. 17
Gambar 2.1
Pergerakan Harga Emas dalam Kurun Waktu September 1971
sampai dengan Desember 2009 ................................................
35
Gambar 3.1
Pola Penyebaran Residual Persamaan Regresi .......................... 57
Gambar 4.1
Plot Harga Minyak Mentah Dunia dalam Dolar .......................
Gambar 4.2
Plot Log Return Data Harga Minyak Dunia dalam Dolar ......... 65
Gambar 4.3
Histogram Distribusi Normal Residual Model ARMA(2,2)-
64
GARCH(1,1) .............................................................................
77
Gambar 4.4
Plot Harga Minyak Mentah Dunia dalam Dinar .......................
78
Gambar 4.5
Plot Log Return Data Harga Minyak Dunia dalam Dinar ......... 79
Gambar 4.5
Histogram Distribusi Normal Residual Model ARMA(2,2)GARCH(1,1) .............................................................................
x
90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Produk-produk industri keuangan berjangka panjang seperti tabungan
pendidikan, tabungan haji, dana pensiun, tabungan kesehatan, asuransi
kesehatan, asuransi jiwa dan lain sebagainya sering mengecewakan para
pembelinya karena pada saat dana jangka panjang tersebut cair – meskipun
angkanya sama dengan yang dijanjikan – namun dana tersebut terlalu rendah
daya belinya.
Sebagai contoh seseorang membeli salah satu produk asuransi jiwa pada
tahun 1996 dengan nominal US$ 100.000,-, asuransi tersebut jatuh tempo
pada tahun 2006 dan orang tersebut benar-benar menerima US$ 100.000,-.
Dengan kondisi demikian senangkah orang tersebut dengan pembayaran
manfaat asuransi tersebut?. Jawabannya tentu tidak, permasalahan yang
timbul adalah uang US$ 100.000,- pada tahun 1996 apabila orang tersebut
belikan emas (sebagai komoditi standar) maka dia masih memperoleh sekitar
258 ounce; sedangkan jumlah uang yang sama pada saat dana tersebut cair
tahun 2006 apabila dibelikan emas hanya mendapatkan 158 ounce.
Pengembaliannya yang tidak adil inilah yang dilarang dalam al-Qur’an.
2
. öΝèδu!$u‹ô©r& }¨$¨Ψ9$# (#θÝ¡y‚ö7s? Ÿωuρ šχ#u”Ïϑø9$#uρ Ÿ≅ø‹x6ø9$# (#θèù÷ρr'sù ( ...
...
∩∇∈∪
Artinya:
“... Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah
kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan
timbangannya ...” (Q.S al-Anfal, 7: 85)
Dari contoh diatas kita dapat memahami bahwa untuk benar-benar
berjalan sesuai ketentuan syari’ah, maka dalam bermuamalah (khususnya
yang berbentuk kontrak jangka panjang) kita harus menggunakan satuan
ukuran yang baku, yang memiliki nilai standar dan tidak terpengaruhi faktor
waktu dan tempat. Untuk inilah perlu Dinar dan Dirham segera digunakan
dalam mua’amalah secara umum dan secara khusus pada produk-produk
industri keuangan jangka panjang seperti tabungan pendidikan, biaya
pengelolaan kesehatan baik dengan asuransi maupun JPKM, dana pensiun,
dana bencana alam dan lain sebagainya.
Selain manfaat yang sangat berarti bagi konsumen seperti contoh diatas,
penggunaan Dinar dan Dirham dalam industri keuangan akan berdaya guna
ganda; pertama dengan menggunakan Dinar dan Dirham industri keuangan
akan dapat benar-benar terbebas dari riba dan akan dapat memberikan layanan
yang adil bagi nasabah. Kedua, industri keuangan akan mendorong iklim
investasi yang islami yang sesuai syari’ah karena dana pihak ketiga yang
3
terkumpul dalam bentuk Dinar dan Dirham juga harus diinvestasikan dalam
bentuk investasi yang paling sesuai dengan prinsip syari’ah yaitu Qirad dan
Mudharabah.
Ketika dunia tidak lagi menggunakan emas sebagai standar pengukuran
harga maka alat dalam perdagangan kemudian beralih kepada uang fiat (fiat
money). Penggunaan uang fiat yang diikuti dengan penggunaan sistem uang
nilai tukar mengambang (floating exchange rate system) yang dimotori
Amerika Serikat selanjutnya merubah sistem moneter dunia. Penggunaan fiat
money yang tidak diback up oleh emas mempunyai kelemahan antara lain
otoritas moneter dapat melakukan pencetakan uang sesuai dengan kebutuhan
yang diinginkan (bukan berdasarkan kebutuhan ekonomi), hal ini pada
gilirannya akan berdampak kepada tingkat inflansi yang tinggi, hampir semua
mata uang mengalami fluktuasi dan sangat sulit menghindari dari penurunan
nilai, mengingat pergerakan nilai tukar sangat dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi domestik dan ekonomi global.
Dalam ekonomi konvensional salah satu cara yang digunakan untuk
menghindari resiko yang timbul dari fluktuasi nilai tukar adalah menggunakan
transaksi lindung nilai (hedging). Transaksi tersebut dilakukan untuk jangka
waktu tertentu dimasa depan dengan melakukan transaksi jual/beli mata uang
yang dibutuhkan tersebut secara kontrak saat ini. Namun demikian instrument
hedging yang umum digunakan saat ini seperti forward, swap, dan option
masih menjadi perdebatan mengenai kecocokannya untuk melindungi
4
kegiatan perdagangan Islam, mengingat dalam kegiatan ekonomi harus
terbebas dari unsur maisir, gharar, dan riba.
Selanjutnya secara berkesinambungan para ahli ekonomi Islam mulai
membericarakan alternatif penggunaan Dinar sebagai mata uang/alat
pembayaran. Penggunaan Dinar sebagai mata uang sudah berlaku sejak Nabi
Muhammad saw lahir dan digunakan sebagai mata uang Islam dibawah
kontrol pemerintah. Dalam perkembangannya nilai tukar Dinar relatif stabil
pada jangka waktu yang panjang karena memiliki nilai intrinsik dan tidak
tergantung pada jaminan manapun. Oleh karena itu menjadi penting untuk
dipahami bahwa koin emas akan selalu bernilai meskipun hanya meliputi
sejumlah kecil penggunaan moneter (uang). Hal demikian menjadikan Dinar
itu dapat digunakan sebagai alat pembayaran premi asuransi syari’ah yang
diperkirakan mempunyai stabilitas untuk jangka waktu yang panjang.
Dari permasalahan di atas, dapat dipahami bahwa uang kertas sebagai alat
pembayaran premi asuransi tidak stabil sehingga menyebabkan ketidakadilan
pembayaran manfaat asuransi. Selain itu secara makro penggunaan uang
kertas menyebabkan permasalahan ekonomi seperti fluktuasi nilai tukar,
inflasi dan ketergantungan ekonomi. Sebaliknya dari fakta sejarah yang ada,
diketahui bahwa Dinar stabil dalam perjalanannya sebagai nilai tukar. Maka
dari itu penulis tertarik untuk meneliti stabilitas nilai tukar Dinar dengan
judul: Analisis Stabilitas Emas Sebagai Alternatif Pembayaran Premi: Peluang
dan Tantangan Bagi Asuransi Syari’ah.
5
B.
Perumusan Masalah
Sebagaimana yang telah diilustrasikan diatas, pada awalnya peranan
asuransi adalah media peralihan risiko finansial yang terjadi akibat hilangnya
fungsi badan atau barang. Seiring perkembangan zaman asuransi tidak hanya
dalam bentuk pertanggungan, namun sudah ada dalam bentuk tabungan dan
investasi.
Bentuk (plan) dasar asuransi jiwa terdiri dari 3:1 (1) term insurance yaitu
pertanggungan berjangka dengan pola pembayaran tertentu dan jaminan
manfaat pertanggungan jika tertanggung mengalami musibah (meninggal
dunia) selama masa asuransi; (2) endowment insurance (asuransi dwiguna)
yaitu pertanggungan dengan pola pembayaran tertentu dan jaminan manfaat
jika tertanggung mengalami musibah (meninggal dunia) selama masa asuransi
atau hidup hingga kontrak asuransi berakhir; dan (3) whole life insurance
yaitu pertanggungan seumur hidup, tidak berjangka (tidak ada batas akhir).
Dari bentuk (plan) asuransi tersebut, lahir produk-produk dengan mekanisme
premi yang terdapat unsur tabungan maunpun investasi yang saat ini biasa
dikenal dengan asuransi pendidikan anak, asuransi kesehatan, asuransi haji
dan asuransi unit link.
Ditinjau dari skema mekanisme pengelolaan dananya, produk asuransi
dengan unsur tabungan dan investasi terdiri dari: Pertama, rekening tabarru’
1
. Gene A. Morton, Principle of Life and Health Insurance, LOMA, Atlanta, Georgia,
1984, hlm. 39-40.
6
yang diperuntukan sebagai dana klaim jika tertanggung mengalami musibah;
Kedua, rekening tabungan sebagai pool pengembangan investasi.
Jika menilai tingkat pendapatan perkapita rakyat Indonesia saat ini,
dengan segala kebutuhan yang dimiliki pada suatu keluarga, maka jika
keluarga tersebut membeli sebuah produk asuransi jangka panjang yang
asumsinya memiliki tingkat rate premi standar maka umumnya biaya premi
asuransi yang harus dibayar akan memangkas pendapatan bulanan keluarga
tersebut sebesar 25%, dengan tujuan akan mendapatkan manfaat asuransi pada
saat jatuh tempo. Namun kenyataannya yang terjadi nilai manfaat yang
diterima pada saat jatuh tempo tidak bersifat ekonomis karena tergerus oleh
laju inflasi.
Adanya instabilitas nilai mata uang fiat yang terefleksikan pada nilai
manfaat asuransi jangka panjang maka diperlukan mata uang yang stabil dan
adil sebagai alat pembayaran premi asuransi. Dalam sejarah telah terbukti
bahwa Dinar stabil dan tidak pernah mengalami inflasi, sementara sejak
perjalanan uang kertas perjalanannya terus mengalami fluktuasi dan depresi.
Untuk itu, penggunaan Dinar diharapkan dapat memberi alternatif terbaik
dalam industri asuransi saat ini.
Selain itu, alasan penggunaan Dinar sebagai alat transaksi yang meliputi
pembayaran premi asuransi disamping nilainya yang stabil, ataupun terbebas
dari praktek maisir, gharar dan riba. Penggunaan Dinar akan mengurangi
7
ketergantungan terhadap Dolar Amerika Serikat yang berujung pada
kemandirian ekonomi bangsa.
Berdasarkan hal di atas maka rumusa masalah penelitian disusun sebagai
berikut:
1. Bagaimana tingkat stabilitas nilai tukar Dinar terhadap minyak mentah
dunia dalam waktu priode sesudah Bretton Wood System?
2. Bagaimana tingkat stabilitas nilai tukar Dolar terhadap minyak mentah
dunia dalam waktu priode sesudah Bretton Wood System?
3. Apa tantangan dan peluang asuransi syari’ah dalam upaya penerapan
Dinar sebagai alternatif pembayaran premi produk asuransi syari’ah?
C.
Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penulisan ini, maka masalah akan dibatasi pada
hal-hal sebagai berikut :
1. Pergerakan harga minyak mentah dunia dalam Dolar Amerika Serikat
pada waktu periode sesudah Bretton Wood System (September 1971 s/d
Desember 2009).
2. Pergerakan harga minyak mentah dunia dalam Dinar pada waktu priode
sesudah Bretton Wood System (September 1971 s/d Desember 2009).
3. Analisa hanya terbatas pada alternatif pembayaran premi asuransi yang
berbentuk produk saving.
8
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat penelitian dalam melakukan penelitian ini ialah
sebagai berikut :
1.
Tujuan Penelitian
a. Untuk menilai stabilitas nilai Dinar pada waktu priode sesudah Bretton
Wood System.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar
emas.
c. Melihat peluang dan tantangan asuransi syari’ah dalam upaya
menerapkan Dinar sebagai alat pembayaran premi asuransi.
2.
Manfaat penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran
dalam penyempurnaan bentuk oprasioanal industri asuransi syariah
yang berlaku.
b. Hasil penelitian ini akan memberikan wawasan intelektual mengenai
konsep penggunaan Dinar pada industri asuransi syariah.
c. Dapat
memberikan
rekomendasi wacana dari analisis sistem
pembiayaan yang berkeadilan dalam dunia asuransi syariah.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
perusahaan dalam mengambil kebijakan pengembangan dan penerapan
Dinar sebagai salah satu bentuk pembayaran premi produk asuransi
syariah.
9
e. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana
mensosialisasikan penerapan Dinar dalam berbagai transaksi.
f. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi jawaban kritis atas fenomena
yang terjadi berkaitan tentang sistem keuangan yang tidak berkeadilan
dan tidak dapat dipercaya.
E.
Review Studi Terdahulu
Berikut adalah anotasi dari beberapa penelitian yang terkait dengan tema
penulis yang didapatkan :
1.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sain dan Humaniora 1(2), 184-204,
yang dilakukan oleh I Made Sugiarta dengan judul Pengembangan Model
Volalitas ARCH Berbasis Data Runtut Waktu Terinversi pada Regresi
Semiparametik dari Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA
Universitas Ganesha.
Permasalahan yang dikaji melalui penelitian ini adalah menemukan dan
sekaligus mengkaji secara teoritis dan empiris akurasi maupun prilaku
dari model volatilitas ARCH yang nantinya dapat diaplikasikan untuk
mengestimasi suatu estimator atau parameter-parameter dari fungsi
regresi semiparametrik dengan basis data runtun waktu terinversi, yaitu
dengan melakukan studi komparasi model runtut waktu ARCH
semiparametrik dengan model ARCH parametrik dan model ARCH non
parametrik.
10
Perbedaan dalam penelitian ini adalah pada objek penelitian. Objek
penelitian yang dilakukan oleh I Made Sugiarta adalah kajian statistik
untuk menentukan pemodelan volatilitas ARCH yang terbaik dalam
pengukuran data runtut waktu dengan menggunakan regresi parametrik.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah Model runtun waktu ARCH
semiparametrik lebih baik daripada ARCH parametrik maupun non
parametrik, sebab estimsi parameter-parameternya lebih mendekati
keadaan sebenarnya. Dengan pengujian hipotesis dan teorema Hardle
pernyataan ini dijamin kebenarannya.
2.
Jurnal Ekonomi Ideologis (www.jurnal-ekonomi.org),2 oleh M. Hatta
dengan judul Telaah Singkat Pengendalian Inflansi dalam Perspektif
Kebijakan Moneter Islam. Penelitian ini mengangkat permasalahan
pemodelan kebijakan moneter dalam upaya pengendalian inflasi dan
akibat buruk fiat money dalam kaca mata Hizbut Tahrir. Analisa ini
dilakukan dengan analisa dari pandangan Hizbut Tahrir tentang dinar dan
dirham sebagai mata uang, hukum jual beli mata uang asing, hukum
pertukaran mata uang, hukum riba, hukum pasar modal, hukum
perbankan dan hukum pertukaran internasional. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah konsep ekonomi sari’ah merupakan konsep yang
2
. Hatta, M. Telaah Singkat Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Kebijakan Moneter
Islam. Jurnal diakses pada 2 Mei 2010 dari www.jurnal-ekonomi.org/2008/06/16/telaah-singkatpengendalian-inflasi-dalam-perspektif-ekonomi-islam
11
saling terkait erat satu dengan yang lainnya. Sehingga meskipun Islam
memiliki konsep beserta metodenya, hal ini akan sulit diimplementasikan.
Hal ini dikarenakan kepemimpinan yang berjalan di Indonesia adalah
demokrasi kapitalisme. Oleh karena itu kebijakan moneter berbasis
syari’ah hanya bisa diterapkan dan dijalankan oleh kepemimpinan yang
juga sesuai dengan syari’ah, yakni Daulah Khilafah Rasyidah.
3.
Laporan Penelitian dengan judul Pemodelan Volalitas Nilai Tukar Mata
Uang Rupiah terhadap Dolar AS dengan Model Runtut Waktu Bertipe
ARCH yang dilakukan oleh Irwan Susanto, S.Si, DEA dan Dra. Sri
Sulistijowati, M.Si. Penerbit Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas 11 Maret, Oktober 2004.
Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengkaji karakteristik dari volatilitas
nilai tukar mata uang rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Perbedaan
penelitian ini terletak pada objek penelitian yakni tingkat stabilitas kurs
nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.
4.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila (Mahasiswa Perbankan Syari’ah
UIN) yang berjudul Mata Uang Emas dalam Perspektif Islam dan Prospek
Aplikasinya pada Perbankan Syari’ah. Penelitian yang dilakukan pada
tahun 2007 ini fokus pada penjelasan konsep aplikasi mata uang emas
pada perbankan syari’ah dengan meninjau kembali konsep mata uang
menurut perspektif Islam.
12
Dari sisi metode penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila
menggunakan kajian kepustakaan dengan mengedepankan peluang dalam
pembuatan produk perbankan yang menggunakan mata uang emas.
Perbedaan dalam penulisan skripsi ini terletak pada objeknya dan variabel
yang digunakan.
5.
Penelitian yang dilakukan oleh Darwis Harahap yang berjudul Analisis
Stabilitas Dinar Emas dan Dolar AS dalam Denominasi Rupiah.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Paskasarjana Universitas
Indonesia yang dilakukan pada tahun 2006.
Topik dalam penelitian ini adalah tingkat volatilitas antara Dinar Emas
dengan Dolar AS yang kemudian hasil tersebut dijadikan hipotesa sebagai
alternatif nilai tukar menggantikan Dolar AS. Perbedaan penelitian ini
adalah metodelogi penelitiannya dan variablenya.
6.
Penelitian yang dilakukan oleh Helmy Fauzan Nashir, mahasiswa
Universitas Padjajaran Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Matematika dengan judul Perhitungan Value at Risk (VaR) pada
Investasi Saham Menggunakan Model GARCH-M.
Perbedaan pada penelitian ini terdapat pada objek penelitian yang
dilakukan, penulis menggunakan data time series pergerakan rata-rata
harga saham Bank BRI dari 10 Nopember 2003 s.d 8 Mei 2008, dengan
maksud untuk mencari tingkat resiko yang akan ditanggung oleh investor.
13
F. Kerangka Teori
Krisis moneter dan ekonomi yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997
dan terulang kembali diakhir tahun 2009 lalu memberikan banyak pelajaran
berharga. Diantaranya, orang kembali menengok Dinar. Investasi (saving)
emas menjadi pilihan yang menjanjikan. Betapa tidak, akibat krisis moneter,
nilai kekayaan masyarakat jauh berkurang, karena daya beli masyarakat yang
sangat rendah. Hal ini terjadi karena nilai tukar rupiah dan Dolar sebagai mata
uang besar dunia anjlok, namun kenyataan itu tidak terjadi pada emas. Sebab,
emas tidak terpengaruh oleh inflasi serta aman dari depresi nilai mata uang.
Maka wajar jika investasi emas menjadi investasi stategis.
Namun disayangkan efektifitas emas sebagai instrumen moneter belum
dapat dioptimalisasi. Penggunaan emas saat ini hanya terbatas pada investasi
yang sifatnya storage dalam bentuk fisik, meskipun dalam tataran lebih jauh
ada yang sudah mengembangkan dengan model Qirad, namun belum
berkembang secara pesat.
Kondisi ini yang seharusnya ditangkap oleh lembaga keuangan syari’ah,
khusus asuransi syari’ah. Keberadaan asuransi syari’ah yang berperan dalam
perencanaan keuangan masa depan saat terjadinya risko dengan menggunakan
mata uang Dinar dapat memberikan garansi pertanggungan yang adil dan
bernilai ekonomis.
Sejarah telah mencatat, emas sebagai komoditi memiliki harga yang
stabil. Dalam perjalanannya harga emas dalam satuan mata uang mana pun
14
selalu bergerak meningkat, hal ini disebabkan karena mata uang yang menjadi
satuan hitung atas emas berkurang nilai tukarnya. Maka pantaslah, jika emas
tidak sekedar dijadikan komoditi dalam bentuk perhiasan, namun juga
digunakan sebagai instrumen moneter dalam melakukan transaksi ekonomi
(sebagai mata uang Dinar), dalam hal ini sebagai premi asuransi syari’ah.
Dengan dijadikannya Dinar sebagai alat pembayaran premi asuransi
syari’ah, nilai manfaat asuransi akan terjaga dari laju inflasi dan gejolak
ekonomi. Hal ini disebabkan Dinar yang berbahan dasar emas memiliki nilai
instrinsik didalamnya, hal yang tidak terdapat pada mata uang fiat, yang
mengandalkan kepercayaan masyarakatnya karena telah diundang-undangkan
oleh pemerintah.
G. Kerangka Pemikiran
Ada banyak risiko finansial yang pasti akan dialami oleh manusia sebagai
bagian dari ujian dari Allah SWT kepada makhluk-Nya. Misalnya, setiap
orang akan mengalami masa yang tidak produktif (masa pensiun). Karena itu,
perlu menyiapkan diri untuk menghadapi risiko finansial tersebut, dengan cara
membeli produk dana pensiun pada asuransi. Demikian juga dengan risiko
meninggal dunia, resiko mengalami cacat, resiko kesehatan dan pada asuransi
kerugian misalnya mengantisipasi terjadinya risiko kebakaran, kecelakaan
kendaraan, kecelakaan akibat bencana alam, dan lain sebagainya.
15
Asuransi berfungsi sebagai pertanggungan baik untuk perorangan,
masyarakat maupun perusahaan bertujuan untuk memperkecil kerugian (loss)
yang terjadi akibat resiko. Asuransi ialah a social device for eliminate or
reducing the cost to society of certain types of risk.3
Sekilas kita melihat praktek oprasional asuransi saat ini masih
memberikan pertanggungan yang menjanjikan pada masyarakat, namun jika
dikaji lebih dalam pembelian produk asuransi sangatlah sia-sia, tidak
memberikan pertanggungan yang bernilai ekonomis (mampu menutupi resiko
finansial yang terjadi). Sementara jika saja masyarakat mengalihkan dana
tersebut
dengan
menginvestasikan
pada instrumen
emas,
dipastikan
pengembangan dana tersebut akan lebih bernilai ekonomis.
Dengan kondisi di atas, upaya untuk menciptakan pertanggungan yang
adil dan dapat dipercaya adalah gagasan utama dalam penulisan skripsi ini.
Hal tersebut diawali dengan mengukur tingkat stabilitas nilai tukar emas
(Dinar) terhadap minyak mentah dunia pada waktu priode sesudah Bretton
Wood System (September 1971 s/d Desember 2009) dan dibandingkan dengan
tingkat stabilitas nilai tukar Dolar AS terhadap minyak mentah dunia pada
periode yang sama, kemudian hasilnya akan dijadikan bahan remomendasi
alat pembayaran premi asuransi syari’ah.
3
. Salim, Abbas, Asuransi & Manajemen Resiko (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2005, hlm. 12).
16
Penetapan waktu dalam mengukuran tingkat stabilitas harga emas
terhadap minyak dunia pada periode sesudah Bretton Wood System didasari
karena sejak saat itulah secara defacto dan deyure sistem moneter dunia
menggunakan mata uang kertas (fiat) yang nilai tukarnya merujuk pada nilai
tukar mata uang besar yakni Dolar Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan
peredaran uang tidak di-back up oleh emas, sehingga uang bebas beredar
dalam jumlah berapapun. Kondisi seperti ini tidak terjadi pada periode
sebelum atau saat berlakunya Bretton Wood System.
Selanjutnya, penelitian ini akan menyajikan beberapa peluang dan
tantangan dalam pengaplikasian Dinar sebagai premi asuransi, berikut juga
hal-hal yang memperngaruhi nilai tukar Dinar.
17
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Tidak
Harga minyak dalam Dolar
(sesudah Bretton Wood System)
Harga minyak dalam Dinar
(sesudah Bretton Wood System)
Uji volalitas
Uji volalitas
Ya
Ya
Meningkatkan Resiko
Kerugian (Finansial)
Faktor-faktor yang
memperngaruhi nilai tukar Dinar
Bunga (Riba)
Gunakan Uang Fiat
(Rupiah / Dolar AS)
Dilarang
Ya
Tidak
Gunakan Dinar sebagai
Alternatif Premi
Tidak
Pembayaran Premi Asuransi
Jangka Panjang
Tantangan dan Peluang
sebagai Premi Asuransi
18
H. Hipotesis
Berdasarkan tujuan di atas, maka beberapa hipotesa yang akan dibuktikan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesa untuk melihat tingkat stabilitas Dinar pada waktu periode
sesudah Bretton Wood system.
H0 : Harga minyak mentah dunia dalam Dinar pada waktu sesudah
Bretton
Wood
system
menunjukan
Dinar
lebih
stabil
dibandingkan Dolar Amerika Serikta.
H1 : Harga minyak mentah dunia dalam Dolar AS pada waktu
sesudah Bretton Wood system menunuukan Dolar AS lebih stabil
dibandingkan Dinar.
I. Metode Penulisan
Adapun penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan
Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam
negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
J. Sistematika Penulisan
BAB I
Pendahuluan
Berisi tentang: latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review
terdahulu, kerangka teori, kerangka pemikiran, hipotesis, metode
19
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II
Landasan Teori
Pada bab ini pembahasan terfokus pada landasan teoritis
mengenai, konsep uang dalam ekonomi Islam yang terdiri dari
fungsi uang dalam Islam, permasalahan uang kertas, dan
keunggulan Dinar. Kemudian mengenai konsep stabilitas uang,
stabilitas nilai tukar dan prinsip-prinsip secara Islam, prospek
emas sebagai nilai tukar dalam kegiatan asuransi syari’ah,
perkembangan harga emas dunia, Dinar sebagai instrumen
lindung nilai. Disamping itu juga pembahasan landasan teori
mengenai asuransi dalam perspektif Islam, yang mencangkupi
definisi asuransi, sejarah dan dasar pelaksanaan asuransi syari’ah.
BAB III
Metodologi Penelitian
Dalam bab ini akan dibahas metode penelitian. Bab ini terbagi
pada tiga sub bab, pertama mengenai data dan sumber data yang
berisi tentang: data, sumber data, identifikasi variabel, variabel dan
definisi oprasional. Kedua mengenai desain model analisis
penelitian yang terdiri dari perhitungan return, uji stasioneritas, uji
normalitas
dan
distribusi
data,
uji
autokorelasi,
uji
heteroskedastisitas, uji white heteroskedastisitas, model ARCH(p),
model
GARCH(p,q),
GARCH(p,q)
in
mean,
pemodelan
20
persamaan mean, pemodelan variansi, dan perhitungan volatilitas.
BAB IV
Analisis Data
Berisikan pengolahan data yang terbagi menjadi lima sub bab.
Pertama mengenai data. Kedua mengenai volatilitas Dolar
terhadap
minyak
mentah
dunia
yang
terdiri
dari
tahap
menstasionerkan data, pemodelan mean, dan pemodelan variansi.
Ketiga pembahasan mengenai volatilitas Dinar terhadap minyak
mentah dunia yang terdiri dari tahap menstasionerkan data,
pemodelan mean, dan pemodelan Varian. Keempat berisikan
tentang perhitungan tingkat volatilitas Dinar dan Dolar. Kelima
adalah pembahasan mengenai peluang dan tantangan asuransi
syari’ah dalam penerapan Dinar sebagai alat pembayaran premi.
BAB V
Penutup
Dalam bab kelima ini merupakan akhir dari seluruh rangkain
pembahasan dalam skripsi ini. Bab ini berisi: kesimpulan dan
saran-saran dari penulis mengenai hal-hal yang dibahas dalam
skripsi ini.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Uang dalam Ekonomi Islam
1.
Fungsi Uang dalam Islam
Dalam ekonomi konvensional, uang mempunyai tiga fungsi, yakni sebagai
satuan pengukur nilai, sebagai alat tukar dan sebagai alat penimbun kekayaan1.
Sebenarnya fungsi uang yang utama adalah sebagai alat tukar (medium of
exchange). Dari fungsi utama ini, diturunkan fungsi lain seperti uang sebagai
standard of value (pembakuan nilai), store of value (penyimpan kekayaan), unit
of account (satuan penghitungan), dan standard of deffered payment (pembakuan
pembayaran tangguh). Sedangkan dalam ekonomi Islam, fungsi uang hanya
sebagai alat pertukaran (medium of exchange for transaction) dan satuan nilai
(unit of account)2.
Dalam Islam fungsi uang hanya sebagai medium of exchange dan bukan
suatu komoditas yang bisa dijualbelikan dengan mengambil keuntungan secara
on the spot maupun bukan. Suatu karakteristik uang yang terpenting adalah
bahwa uang bukan untuk dikonsumsi, dia tidak diperlakukan untuk dirinya
sendiri, tapi merupakan sarana yang diperlukan untuk membeli barang untuk
1
. Nopirin, Ekonomi Moneter. Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 2000. (Pesenti & Tille: 2003), h.
2
. Huda, Nurul, Pengantar Mata Kuliah Makro Ekonomi Islam, Jakarta, 2005.
43.
22
memenuhi kebutuhan manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ghazali
bahwa emas dan perak hanyalah logam yang di dalam substansinya (zatnya itu
sendiri) tidak ada manfaatnya atau tujuan-tujuannya. Menurut beliau, “keduaduanya tidak memiliki apa-apa tetapi keduannya berarti segalanya”. Keduanya
ibarat cermin, ia tidak memiliki warna namun ia bisa mencerminkan semua
warna.3
Menurut Ibnu Miskawaih (1020M) yang disebut uang itu harus memenuhi
syarat-syarat: (1) tahan lama (durability); (2) mudah (convenience) dibawa; (3)
tidak dapat dikorup (incorruptibility); (4) dikehendaki semua orang (disirability)
semua orang; dan (5) orang senang melihatnya. Dari berbagai bentuk “uang”
yang disebutkan diatas hanya emas dan peraklah yang memenuhi kelima syarat
uang yang dirumuskan Ibn Miskawaih.
Menurut Hamidi (2003) mata uang harus memenuhi syarat sebagaimana
berikut:4
Petama, mata uang harus relatif stabil nilainya. Stabil dalam arti tidak
mengalami fluktuasi (naik turun) harga yang tinggi di pasar spot, sehingga
penggunaanya akan relatif terjaga dari resiko pergerakan kurs yang liar.
3
4
. Ibid.
. Hamidi, M. Lutfi, Gold Dinar; Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan,
Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007, h. 33.
23
Kedua, mata uang itu tahan dari inflasi. Mata uang yang stabil akan memiliki
tingkat inflansi yang rendah, dan tidak hanya untuk jangka pendek tetapi juga
untuk jangka panjang.
Ketiga, mata uang itu bisa menjamin dirinya sendiri. Artinya, ia tetap
bernilai dimana pun dia, bahkan dalam kondisi yang telah rusak sekalipun
(terbakar maupun sobek). Mata uang ini akan memiliki nilai yang kurang lebih
sama ketika dipakai di New York, Jerman, Mesir dan Indonesia.
Keempat, mata uang ini mudah dipakainya, praktis, tidak menyulitkan untuk
menyimpannya, dan harus aman.
Untuk melihat apakah mata uang kertas (fiat money) yang umum dipakai
saat ini memenuhi kreteria fungsi uang. Kita simulasikan Dolar (notabene mata
uang besar), dalam jangka pendek relatif stabil namun dalam jangka panjang
Dolar AS mengalami inflasi yang signifikan. Pada tahun 1972 (sistem Bretton
Wood) harga tiap ounce emas setara dengan 35 Dolar AS akan tetapi pada tahun
2001 harga emas telah mencapai 274 Dolar. Berarti, selama 30 tahun Dolar AS
mengalami inflasi terhadap emas sebesar 800 persen.
Untuk itu uang emas mejadi pilihan sebagai alat tukar disebabkan emas
mempunyai nilai melekat pada zatnya (nilai intrinsik) sama dengan nilai riilnya
dan berlaku diseluruh dunia selama berabad-abad lamanya.
24
2.
Permasalahan Uang Kertas
Sejak pertama uang kertas tidak di-back up dengan emas terlihat berbagai
fenomena dalam sistem keuangan global. Berbagai krisis terjadi yang
menunjukan tanda-tanda keruntuhan ekonomi. Keputusan negara-negara
melepaskan jaminan penompang uang kertas dengan emas secara total, membuat
uang kertas bebas diterbitkan. Negara dapat mencetak uang kertas berapa pun ia
mau sesuai dengan keperluan tanpa syarat yang mengontrol proses penerbitan.
Akibatnya muncul kekurangan-kekurangan dari penggunaan uang kertas
tersebut. Menurut Hasan kekurangan yang dimiliki uang kertas sebagai berikut:5
a. Risiko kekacauan dalam kegiatan keuangan dan kegiatan internasional. Sistem
uang kertas tidak menjamin stabilitas nilai tukar seperti yang ada pada sistem
uang emas yang memiliki nilai tukar tetap. Dari sana tidak terealisasikan
kondisi dimana stabilitas uang terjaga dalam kegiatan keuangan dan kegiatan
internasional.
b. Risiko penerbitan yang berlebihan dan akibatnya seperti inflasi keuangan
yang menyebabkan kenaikan harga-harga dan kekacauan kondisi masyarakat.
Profesor Maurice Allais Peraih hadiah Nobel untuk bidang ekonomi tahun
1988 berkata:
“Dengan pengalaman 2 abad kekacauan yang beragam yang menyertai
turun naiknya perekonomian, dan silih bergantinya masa-masa
peningkatan dan kemunduran, semestinya kita tau bahwa dua faktor yang
sudah menjadi besar, walaupun bukan penyebab kekacauan ini. Keduanya
5
. Hasan, Ahmad, Mata Uang Islami Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, h. 83.
25
pada satu sisi yaitu: menerbitkan uang dari tidak ada dengan media kredit
dan pembiayaan imvestasi-investasi jangka panjang (long-term
investement) dengan pinjaman-pinjaman jangka pendek. Dan pada sisi
lain, tidak adanya unit uang hitungan yang tetap (fixed unit of currency)
yang memberikan kesempatan untuk merealisasikan kompetensi hitungan
perekonomian dalam menuju masa depan, sebagaimana memberikan
kesempatan untuk merealisasikan penyelesaian utang-utang dalam
kontrak-kontrak keuangan antara pihak kreditor dan pihak debitor”.
Selain itu Rab (2002) dalam bukunya Money “Problem Created by the Fiat
Money, Islamic Dinar and Other Available Alternatif” menyebutkan bahwa uang
kerta adalah sebuah alat pembayaran yang sah yang mana nilainya ditentukan
oleh kekuatan ekonomi dan modal pemilik uang yang mendukungnya. Manusia
menerima uang kertas dalam pertukaran barang dan jasa disebabkan karena
mereka dapat membeli barang dan jasa disebabkan terbatasnya pilihan dan
penggunaan sarana alat tukar lainnya, dan disebabkan karena mereka dapat
membeli barang-barang lain dengan uang kertas. Hasil yang kurang baik sebagai
alat penyimpan nilai (stor of value) karena biaya penciptaan uang yang hampir
nol menyebabkan nilainya jatuh dengan cepat ketika penawaran uang meningkat
melebihi kebutuhan-kebutuhan riil ekonomi.
Dampak lain yang ditimbulkan akibat penciptaan uang yang berlebihan
adalah terciptanya instabilitas uang. Banyak pengamat mengemukakan bahwa
volatilitas yang tinggi (mata uang yang tidak stabil) memiliki pengaruh negatif
terhadap perdangan. Ibnu Taimiyah menyebut beberapa dampak instabilitas uang
sebagai berikut: (1) perdagangan uang akan memicu inflasi; (2) hilangnya
kepercayaan orang akan stabilitas uang nilai uang akan mencegah orang
26
melakukan kontrak jangka panjang dan mendholimi golongan masyarakat yang
berpenghasilan tetap sebagai pegawai; (3) perdagangan domestik akan turun
karena kekhawatiran stabilitas nilai uang, dan (4) perdagangan internasional akan
turun.
Mengingat situasi bisnis dunia yang semakin berkembang, sangat diperlukan
alternatif penggunaan mata uang bagi kegiatan ekonomi, terkait dalam hal
cadangan devisa negara. Menurut Lutfi Hamidi (2007 hal 40)6, mata uang ideal
semestinya juga melindungi dirinya sendiri dari kemungkinan resiko eksternal
dan resiko perubahan kurs.
3.
Keunggulan Dinar
Upaya untuk menjadikan Dinar Emas sebagai mata uang global terus
dilakukan. Hal ini disebabkan nilai nominal Dinar itu sendiri sama dengan nilai
intrinsiknya dan kesetabilan nilainya sepanjang waktu. Berbeda halnya dengan
uang hampa (fiat money), uang kertas dan logam yang dipakai saat ini yang
mengandalkan nilainya pada kepercayaan dan pengakuan otoritas negara, Dinar
dan Dirham adalah uang nyata yang dijamin oleh dirinya sendiri sebagai logam
mulia.
6
. Hamidi, Lutfi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan, Jakarta:
Senayan Abadi Publishing, 2007, Cet. Pertama, h. 40.
27
Menurut Saidi. Dinar memiliki beberapa keunggulan dibanding valuta asing
manapun, yaitu:7
a. Dinar memiliki nilai nominal yang sesuai dengan nilai intrinsiknya. Berbeda
dengan uang kertas (fiat) nilai nominal yang dibubuhi tidak sesuai dengan
nilai intrinsiknya.
b. Dinar dan Dirham merupakan mata uang tak berbangsa. Maka, sebagai 'valas'
Dinar dan Dirham dapat dipertukarkan secara langsung dengan valas lain,
tanpa melalui valas 'perantara' yang mengakibatkan kerugian bertingkat
akibat perbedaan kurs berjenjang.
c. Sebagai alat pembayaran internasional Dinar dan Dirham terfasilitasi dengan
sistem on line yang efisien dan sangat murah. Biaya transaksi melalui sistem
e-dinar sebagaimana berlaku saat ini sangat murah, ditetapkan satu persen
per transaksi emas kepada pembayar, dengan nilai maksimum 50 sen Dolar
AS. Bandingkan dengan biaya transfer valas uang kertas yang saat ini sekitar
enam Dolar Amerika Serikat dan dikenakan pada pembayar maupun
penerima (total sekitar 12 Dolar AS). Bahkan dibandingkan dengan
transaction cost melalui kartu kredit pun transaksi dalam Dinar masih jauh
lebih murah.
d. Dinar dan Dirham tidak mengenal cost of money, terbebas dari inflasi, dan
karenanya Dinar dan Dirham merupakan alat hedging yang mumpuni. Telah
disebutkan di atas Dinar dan Dirham tak pernah terdepresiasi dalam kurun
7
. http://www. Usm.my/dinar/article/Zaim2.htm
28
waktu ribuan tahun lamanya. Di negeri mana pun emas terbukti stabil dari
segala krisis moneter.
Beberapa bukti sejarah sangat bisa diandalkan karena diungkapkan dalam alQur’an dan Hadist, dapat dipakai untuk menguatkan teori bahwa harga emas
(Dinar) dan Perak (Dirham) adalah tetap, sedangkan mata uang lainnya tidak
memiliki nilai intrinsik dan mengalami penurunan daya beli.
Mengenai daya beli uang Emas Dinar dapat dilihat pada Hadist berikut:
“Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan
kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia
berkata ‘Saya mendengar penduduk bercerita tentang ‘Urwah, bahwa
Nabi SAW memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor
kambing untuk beliau. Lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor
kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang
membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi SAW mendoakannya
dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli
debupun, ia pasti beruntung.” (HR Bukhari).
Dari Hadist tersebut kita mengetauhi bahwa harga pasaran kambing yang
wajar di zaman Rasulullah SAW adalah satu Dinar. Kesimpulan ini diambil dari
fakta bahwa Rasulullah adalah orang yang sangat adil, tentu beliau tidak akan
menyuruh ‘Urwah membeli kambing dengan uang yang kurang atau berlebih.
Fakta kedua adalah bahwa ketika ‘Urwah menjual satu ekor kambing yang
dibelinya, ia pun menjualnya dengan harga satu Dinar. Memang sebelumnya
‘Urwah berhasil membeli dua ekor kambing dengan harga satu Dinar, hal
tersebut karena kepandaiannya dalam berdagang, sehingga dalam hadist tersebut
ia dido’akan secara khusus oleh Rasulullah SAW. Pada riwayat lain ada yang
mengungkapkan harga kambing sampai dua Dinar, hal ini mungkin-mungkin saja
29
terjadi karena di pasar manapun selalu ada kambing yang kecil, sedang dan
besar. Kalau dianggap harga kambing yang sedang adalah satu Dinar, yang kecil
setengah Dinar dan yang besar dua Dinar (asumsi satu Dinar = Rp. 1.171.725,00)
kita bisa membeli seekor kambing di manapun di seluruh dunia. Artinya setelah
lebih dari 14 abad daya beli Dinar tetap.8
Contoh lain antara minyak dan emas. Jika dilihat dari harga minyak mentah
Indonesia dalam lima tahun terakhir, dari US$ 37.58/barel (2004) menjadi US$
53.4/barel (2005), menjadi US$ 64.29/barel (2006), menjadi US$ 72.36/barel
(2007), dan pada tahun 2008 menjadi US$ 95.62/barel. Kenaikannya adalah
154% (dari US$ 37,58/barel menjadi US$ 95.62/barel). Secara flat kenaikan ratarata harga minyak mentah Indonesia per tahunnya (dalam DollarAS) adalah
38.5%.
Sementara itu, kurs Dinar itu sendiri dari tahun ke tahun juga terus naik.
Pada tahun 2004 satu Dinar adalah US$ 54, menjadi US$ 60 (2005), berikutnya
(2006) menjadi US$ 85, lalu US$ 95 (2007), dan 2008 menjadi US$ 127. Jadi
Dinar sendiri mengalami apresiasi cukup besar, meskipun cukup rendah dari
kenaikan harga minyak mentah, yaitu 135% (dari US$ 54/Dinar menjadi US$
117/Dinar). Rata-rata apresiasi Dinar per tahun, dalam priode ini adalah 29.16%
terpaut 9% dari rata-rata kenaikan harga minyak mentah Indonesia.
8
. Iqbal, Muhaimin, Dinar the Real Money, Jakarta: Gema Insani, 2009, Cet. Ketiga, h. 35.
30
Jika dilihat harga minyak mentah dalam priode yang sama dalam Dinar,
pada tahun 2004 harga minyak mentah Indonesia adalah 0.7 Dinar/barel, yang
sudah mengalami kenaikan lumayan tinggi setahun kemudian (2005) yakni 28%
menjadi 0.9 Dinar/barel, kembali turun 11% setahun kemudian (2006) menjadi
0.76 Dinar barel. Dalam kurun tiga tahun terkahir (2006-2008), ketika situasi
sangat tidak stabil, yang selalu ditampilkan sebagai ‘krisis’, harga minyak dalam
Dinar justru sangat stabil, tidak beranjak dari 0.76 Dinar/barel. Dalam periode ini
harga minyak mentah dalam Dolar AS naik secara drastis sekitar 49% (dari US$
64.29/barel menjadi US$ 95.62/barel), sedang dalam Dinar tidak berubah
kenaikannya, dengan kata lain kenaikannya 0%.9
Jadi jelaslah di sini bahwa sepanjang zaman bukan harga komoditas yang
naik, melainkan uang kertas yang terus merosot. Dengan menggunakan Dinar
kita melepaskan kaitan antara komoditas dan uang kerta. Dinar mengembalikan
hubungan fitrah antar komoditas.
Hadist Rasullulah SAW di atas telah dibuktikan juga oleh Prof. Roy Jastram,
dalam bukunya The Golden Constan, bahwa sekitar 500 tahun (1560-1997) nilai
tukar emas atas komoditas adalah konstan. Perubahan yang signifikan terhadap
nilai emas dan mata uang lainnya dalam hal ini disebabkan karena perubahan
yang signifikan terhadap nilai Dolar AS yang menjadi dasar ukuran emas dan
mata uang lainnya. Untuk menganalisis kestabilan harga emas ini, secara
9
. http://zaimsaidi.org/category/muamalat/mata-uang/.
31
kontekstual saat ini dibandingkan dengan nilai tukar Rupiah, namun karena nilai
tukar Rupiah yang terus terdepresi sehingga harga emas terapresiasi. Sebenarnya,
harga emas tetap stabi nilai Rupiahnya yang menurun.
Muhaimin Iqbal menjelaskan bahwa emas lebih terjaga daya belinya
dibandingkan daya beli uang kertas adalah karena hal berikut:10
a. Ketersediaan emas di seluruh dunia yang terakumulasi sejak pertama kali
manusia menggunakannya sampai sekarang diperkirakan hanya sekitar
130.000 sampai 150.00 ton. Peningkatan per tahun hanya berkisar antara
1.5%-2.00%. Ini cukup dan tidak berlebihan untuk memenuhi kebutuhan
manusia di seluruh dunia yang jumlah penduduknya timbuh sekitar 1.2% per
tahun.
b. Emas tidak bisa rusak atau dirusak. Emas memang bisa dirubah bentuknya
dari keping emas menjadi perhiasan yang dicampur bahan lain (seperti perak,
tembaga, dan sebagainya), namun apabila dilebur perhiasan tersebut dan
dipisahkan campurannya maka akan didapatkan kembali emas yang asli
dalam jumlah yang sama.
c. Kepadatan yang tinggi sehingga mudah disimpan. Seluruh emas di dunia
yang seberat 150.000 ton itu dapat disimpan dalam satu kolam renang yang
besar.
10
. Iqbal, Muhaimin. Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham
(Jakarta: Spiritual Learning Center & DinarClub, 2007, Cet. Pertama), h. 58.
32
d. Emas mudah dibentuk, dibagi dan dipecah kecil-kecil sehingga memudahkan
untuk menggunakannya sebagai alat tukar dengan cara yang palin primitif
sekalipun.
B. Stabilitas Uang
Stabilitas mata uang dapat dilihat dari dua sisi internal (closed economy)
maupun eksternal (open economy) (mishkin, 2001 ; 456-457). Dari sisi closed
economy, stabilitas nilai mata uang diukur dari fluktuasi nilai uang terhadap
harga barang dan jasa, yang lebih jauh akan direfleksikan oleh inflasi dan deflasi.
Kedua, dari sisi open economy stabilitas mata uang dapat diukur dari fluktuasi
nilai uang tersebut terhadap nilai mata uang negara lain yang lebih lanjut akan
direfleksikan oleh apresiasi dan depresiasi (Habib Ahmad, 2002).
Stabilitas mata uang dari sisi closed economy menggunakan pendekatan
Quantity Theory of Money, sedangkan stabilitas mata uang dari sisi open
economy menggunakan pendekatan Monetery Model.
C. Stabilitas Nilai Tukar dan Prinsip-prinsip Secara Islam
Pada zaman Rasulullah saw dikenal dua jenis mata uang yaitu mata uang
yang berupa logam dan koin yang berasal dari kekaisaran Roma (Byzantine).
Dua logam yang digunakan adalah emas (Dinar) dan perak (Dirham). Logam
tembaga juga digunakan secara terbatas dan tidak sepenuhnya dihukumi sebagai
uang, yang disebut sebagai fals atau jamaknya fulus.
33
Dalam sejarah perekonomian Islam, mata uang Islam sudah mulai dikenal di
awal kekhalifahan. Hal itu bisa kita lihat ketika masa khalifah Umar dan Utsman
r.a, mata uang Islam telah dicetak dengan mengikuti gaya Dirham Persia, dengan
perubahan pada tulisan yang tercantum dimata uang tersebut. Meskipun pada
masa awal pemerintahan khalifah Umar r.a pernah timbul ide untuk mencetak
mata uang dari kulit, namun akhirnya dibatalkan karena tidak disetujui oleh para
sahabat. Mata uang khilafah Islam yang mempunyai ciri khusus baru dicetak
pada masa pemerintahan Ali r.a meskipun peredarannya masa terbatas.
Dalam hal ini, emas dan perak yang digunakan sebagai mata uang Islam
merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal manusia. Sejak awal
sejarah Islam sampai saat ini, nilai dari mata uang Islam yang didasari oleh mata
uang bimetal ini, secara mengejutkan sangat stabil. Perbandingan antara emas
dan perak pada masa bimetalik sepanjang sejarah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan Harga Emas dan Perak pada Masa Bimetalik
Periode Waktu
Rasio
Dinar (Emas)
Dirham (Perak)
Bimatelik
1
10
Ummayah (41/662 – 132/750)
1
12
Abbasyyah (132/750 – 656/1258)
1
15
Al-Maqrizi (d.845 – 1442)
1
35
Al-Asadi (d.854 – 1450)
1
50
US memberlakukan Bimetalik
1
15
34
Rasio pada saat bimetalik secara umum dapat dikatakan stabil dalam
kurun waktu yang lama dan terus berlangsung selama beberapa waktu.
Selanjutnya pada massa hampir saparuh kekhalifahan Ummayyah rasio menjadi
1:12, masa Abbasiyyah mencapai 1:15 atau kurang. Rasio perbandingan terus
melebar dan berlangsung pada waktu yang cukup lama. Perbandingan Dinar dan
Dirham berfluktuasi dan terus melebar berdasarkan tempat dan waktu.
Rasio perbandingan terus melebar dan akhirnya mencapai rasio 1:50.
Berdasarkan al-Maqrizi dan al-Asadi, ketidakstabilan mampu membuat uang
buruk mendorong uang bagus keluar dari peredaran. Fenomena yang terjadi
menjadi rujukan Hukum Gresham pada abad ke 16, (Chapra, 1996: 1-2).
D. Prospek Emas sebagai Nilai Tukar dalam Kegiatan Asuransi Syari’ah
Untuk melindungi harta kekayaan kaum muslim dari kerugian yang
ditimbulkan karena fluktuasi nilai tukar dalam kegiatan muamalah pilihan untuk
menggunakan emas sudah menjadi alternatif. Banyak kajian yang sudah
dilakukan untuk mewujudkannya dan membuktikan keunggulan menggunakan
emas sebagai alat pembayaran. Penggunaan Dinar bisa dipakai sebagai alat
pembayaran premi asuransi syari’ah.
Pandangan dan wacana untuk kembali menggunakan Dinar telah menjadi
topik berdebatan yang berkesinambungan diantara para ahli ekonomi Islam.
Kepercayaan
menggunakan
Dinar
merupakan
suatu
kebenaran
dalam
menggantikan penggunaan uang kertas. Kegagalan fiat money telah memberikan
35
dampak tidak menguntungkan terhadap sistem keuangan. Terjadinya krisis
finansial beberapa tahun yang lalu merupakan bentuk dari kelemahan sistem saat
ini.
E. Perkembangan Harga Emas Dunia
Pada priode Bretton Wood System emas dihitung berdasarkan beratnya,
misalnya 1 troy ounce disetarakan dengan 35 Dolar Amerika Serikat, dengan
demikian emas sendiri tidak ada harganya. Sejak emas tidak lagi menjadi standar
alat pembayaran yang sah dan digantikan dengan Dolar Amerika maka harga
emas jika dihitung dalam Dolar Amerika Serikat terus meningkat dari waktu ke
waktu.
Sebagai gambaran perkembangan harga emas jika dinilai dalam Dolar
Amerika Serikat dari September 1971 sampai dengan Desember 2009 dapat
dilihat dalam grafik di bawah. (sumber: www.kitco.com).
1000
800
600
400
200
0
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
Gold Price
Gambar 2.1 Pergerakan Harga Emas dalam Kurun Waktu September 1971 sampai
dengan Desember 2009
36
F. Dinar sebagai Instrumen Lindung Nilai
Bentuk transaksi asuransi di Indonesia pada umumnya menggunakan uang
kertas (Rupiah dan Dolar). Maka resiko kerugian yang timbul karena fluktuasi
nilai tukar dapat terjadi setiap saat. Kerugian karena fluktuasi tidak akan terjad
jika nilai tukar mata uang yang digunakan tersebut nilainya tetap (selalu sama)
terhadap mata uang domestik. Namun demikian, layaknya harga barang maka
mata uang ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran.
Berdasarkan press released dari Word Gold Council pada tanggal 22
September 2004 mengumumkan bahwa dari 3 penelitian yang dilakukan terhadap
kemungkinan emas dijadikan sebagai hedge instrument menunjukan bahwa emas
dalam jangka panjang memberikan proteksi yang konsisten dalam menghadapi
fluktuasi Dolar Amerika Serikat atau mata uang utama lainnya.
Dinar sebagai hedge intrument dapat meminimalisir praktek-praktek yang
tidak diperkenankan dalam Islam (riba, maisyir, dan gharar).
G. Asuransi dalam Perspektif Islam
1.
Definisi Asuransi
Awalnya, wacana tentantg asuransi syari’ah termasuk dalam hukum Islam
kontemporer. Pada zaman awal Islam, yaitu zaman Nabi Muhammad SAW dan
periode Islam berikutnya belum dikenal institusi keuangan bernama asuransi.
Tidak ada nash al-Qur’an atau Hadits Nabi yang menjelaskan tentang teori dan
praktek operasional asuransi yang difahami seperti saat ini. Namun ayat al-
37
Qur’an yang meminta agar setiap manusia memperhatikan hari esok, menyiapkan
anak keturunan yang berkualitas, berinvestasi untuk masa depan, dan lain-lain
yang semua itu merupakan falsafah dasar asuransi.
Sebagaimana firman Allah SAW dalam al-Qur’an:
¨βÎ) 4 ©!$# (#θà)¨?$#uρ ( 7‰tóÏ9 ôMtΒ£‰s% $¨Β Ó§ø
tΡ öÝàΖtFø9uρ ©!$# (#θà)®?$# (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ
∩⊇∇∪ tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ 7ŽÎ7yz ©!$#
Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan
hendak setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk
hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. Al-Hasyr/ 59: 18)
Asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance,11 yang dalam bahasa
Indonesia telah menjadi bahasa populer dan di adobsi dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dengan padanan kata ”pertanggungan”.12 Echols dan Shadily
memaknai kata insurance dengan (a) asuransi, dan (b) jaminan.13
Istilah asuransi pun kita jumpai pada bahasa Belanda yakni assuradeur, yang
dalam hukum Belanda disebut Verzekering yang artinya pertanggungan. Dari
11
. John M. Echols dan Hassan Syadilly, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia,
1990, h. 326.
12
. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, h. 63.
13
. John M. Echols dan Hassan Syadilly, Loc. Cit.
38
peristilahan assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi penanggung, dan
geassureerde bagi tertanggung.14
Banyak definisi tentang asuransi secara umum. Robert I. Mehr menyatakan
asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan
sejumlah unit-unit yang beresiko agar kerugian individu secara kolektif dapat
diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi dan
didistribusikan secara proposional di antara semua unit-unit dalam gabungan
tersebut.15
Muhammad Muslehuddin dalam bukunya Insurance and Islamic Law
mengadopsi pengertian asuransi dari Encyclopaedia Britanica sebagai suatu
persediaan yang disiapkan oleh sekelopok orang, yang dapat tertimpa kerugian,
guna menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan, sehingga bila kerugian
tersebut menimpa salah seorang di antara mereka maka beban kerugian tersebut
akan disebarkan ke seluruh kelompok.16
Dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan bahwa asuransi syari’ah (Ar:
at-ta’min) adalah transaksi perjanjian antara dua belah pihak; pihak yang satu
14
. Yafie, KH Ali, Asuransi dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqih Sosial,
Bandung: Mizan, 1994, h. 205-206. Lihat juga Emmy P Simanjuntak, Hukum Pertanggungan,
Yogyakarta: UGM, 1982, h. 7.
15
. Robert I Mejr, Life Insurance Theory and Practice, 1985.
16
. Muhammad Muslehuddin, Insurance and Islamic Law, (Terj. Oleh Burhan
Wirasubrata), Menggugat Asuransi Modern: mengajukan suatu alternative baru dalam perspektif
hukum Islam, (Jakarta: Lentera, 1999), Cet. Ke-1, h. 3. Lihat juga dalam Ecyclopaedia Britanica
(Elevent Edition), (Cambridge, 1910, h. 656.
39
berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan
jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa
pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.17
Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian,
”Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua belah pihak atau
lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti;
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”18
Asuransi dari karakteristik aplikasinya dapat dipadankan dengan konsep
takaful yang dimiliki Islam. Kata dasar takaful adalah kafala yang berarti
menjamin, menjaga atau memelihara. Dan karena takaful merupakan kata yang
berasal dari kata kerja takafala, maka ia berarti saling menjamin, saling menjaga
atau saling memelihara.19
Dalam al-Qur’an beberapa ayat memberikan penjelasan mengenai kata
takaful ini, di antaranya:
17
. Abdul Aziz Dahlan dkk (editor), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1996, h. 138.
18
. Dewan Asuransi Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1992 dan Peraturan Pelaksanaan Tentang Usaha Perasuransian, Edisi 2003, DAI, h. 2-3.
19
Islam.
. Azman bin Ismail, Aplikasi Takaful dalam Pengurusan Resiko Instrumen Kewangan
40
∩⊂∠∪ ...( $−ƒÌx.y— $yγn=¤
x.uρ $YΖ|¡ym $—?$t6tΡ $yγtFt7/Ρr&uρ 9|¡ym @Αθç7s)Î/ $yγš/u‘ $yγn=¬6s)tFsù
Artinya:
”Maka tuhannya menerima ia sebagai nazar dengan penerimaan
yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan
Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya (penjaganya) ... ” (Q.S.
Ali-Imron / 3: 37)
…çµtΡθè=à
õ3tƒ ;MøŠt/ È≅÷δr& #’n?tã ö/ä3—9ߊr& ö≅yδ ôMs9$s)sù ã≅ö6s% ÏΒ yìÅÊ#tyϑø9$# ϵø‹n=tã $oΨøΒ§ymuρ
∩⊇⊄∪ šχθßsÅÁ≈tΡ …çµs9 öΝèδuρ öΝà6s9
Artinya:
”Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuanperempuan yang mau menyusukannya sebelum itu; maka
berkatalah saudara Musa: Maukah kamu aku tunjukan kepada mu
ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat
berlaku baik kepadanya?” (Q.S. Al-Qasas/ 28: 12)
Dasar pijak asuransi adalah mewujudkan hubungan manusia yang islami di
antara para pesertanya yang sepakat untuk menanggung bersama di antara
mereka, atas resiko yang diakibatkan musibah yang diderita oleh peserta.
Semangat asuransi adalah menekankan kepada kepentingan bersama atas dasar
rasa persaudaraan di antara peserta. Persaudaraan di sini meliputi dua bentuk:
persaudaraan berdasarkan keyakinan (ukhuwah islamiyah) dan persaudaraan
berdasarkan kesamaan derajat manusia (ukhuwah insaniah).20
20
. Juhaya S. Praja, “Daya Saing Asuransi Takaful Menuju Era Liberalisasi ekonomi,”
Makalah Seminar Asuransi Islam, FMIPA Unpad, tanggal 11 Febuari 1995.
41
Sebagaimana diungkapankan di atas, pada dasarkan konsep asuransi syari’ah
merupakan pesan utama dalam muamalah islam. Dimana Rosulullah juga
menggambarkan
bahwa
sebaik-baiknya
manusia
adalah
mereka
yang
memberikan manfaat bagi manusia lain. Dan dapat dikatakan bahwa asuransi
syari’ah ini merupakan konsep pergaulan tertinggi yang diinginkan oleh Islam
berdasarkan peringkat interaksi antar manusia. Allah SWT, memerintahkan agar
dalam kehidupan bermasyarakat ditegakkan nilai saling tolong-menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan, sebagimana firman-Nya,
∩⊄∪ …4 Èβ≡uρô‰ãèø9$#uρ ÉΟøOM}$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès? Ÿωuρ ( 3“uθø)−G9$#uρ ÎhŽÉ9ø9$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès?uρ …
Artinya:
”... Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa,
janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan
...” (Q.S. Al-Maaidah/ 5: 2)
Islam memandang ”pertanggungan” sebagai fenomena sosial yang dibentuk
atas dasar saling tolong menolong dan rasa kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan
pilihan kata yang dipakai oleh Mohd. Ma’sum Billah untuk mengartikan
”pertanggungan” dengan kata *C’AD,
yang mempunyai arti ”shared
responsibility, shared guarantee, responsibility, assurance or surety” (saling
bertanggung jawab, saling menjamin, saling menanngung).21
21
. Mohd. Ma’sum Billah, Prinsip dan Praktek Takaful dan Perusahaan Asuransi, Malaysia:
International Islamic University Malaysia, 2001, h. 17.
42
2.
Akar Sejarah dan Dasar Pelaksanaan Asuransi Syari’ah
Konsep asuransi Islam bukanlah hal baru, karena sudah ada sejak zaman
Rasulullah yang disebut dengan aqilah. Menurut Thomas Patrick22 dalam
bukunya Dictionary of Islam, hal ini sudah menjadi kebiasaan suku Arab sejak
zaman dulu bahwa jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota
dari suku yang lain, pewaris korban akan dibayarkan sejumlah uang darah (diyat)
sebagai kompensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari
pembunuh tersebut yang disebut aqilah, harus membayar uang darah atas nama
pembunuh.
Sesuai dengan pemaknaan kata yang diberikan oleh Dr. Muhammad Muhsi
Khan, bahwa kata aqilah bermakna asabah,23 yang menunjukan hubungan
kekerabatan dari pihak orang tua laki-laki pembunuh. Oleh karena itu, pemikiran
dasar tentang aqilah adalah menyiapkan pembayaran uang kontribusi untuk
kepentingan si pembunuh sebagai pengganti kerugian untuk ahli waris korban.
Kerelaan untuk melakukan pembayaran uang tersebut dapat disamakan dengan
pembayaran premi pada praktik asuransi.
22
. Thomas Patrick. Dalam M.M. Billah. Prinsip dan Praktek Takaful dan Perusahaan
Asuransi, Malaysia: International Islamic University Malaysia, 2001, h. 4.
23
. Lihat Muhammad Muhsin Khan, The Translation of The Meaning’s of Shahih alBukhari, Lahore: Kazi Publications, 1979, h. 34.
43
MM Billah24 dalam desertasi doktornya mengatakan bahwa piagam
(konstitusi) Madinah adalah konstitusi pertama di dunia yang dipersiapkan
langsung oleh Nabi Muhammad SAW setelah hijrah ke Madinah. Beberapa
pasalnya memuat ketentuan mengenai asuransi sosial dengan sistem aqilah.
Dalam pasal 3 Konstitusi Madinah, Rasulullah membuat ketentuan mengenai
penyelamatan jiwa para tawanan, yang menyatakan bahwa jiwa tawanan yang
tertahan oleh musuh karena perang, harus membayar tebusan kepada musuh
untuk membebaskan yang ditawan. Konstitusi ini merupakan bentuk lain dari
asuransi sosial.
Selain aqilah, dalam literatur fiqih klasik didapatkan beberapa konsep yang
dapat dijadikan dasar untuk menelusuri bingkai asuransi yang berdasarkan
syari’at Islam, misalnya al-Muwalat, at-Tanahud, al-’Umra, dan sebagainya.
Namun seiring perkembangannya teori
24
. Mohd Ma’sum Billah. Principles & Practices of Takaful and Insurance Compared.
International Islamic Universiti, dalam Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syari’ah (Life and
General) Konsep dan sistem oprasional. Jakarta: Gema Insani Pres, 2004, h. 32.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Data dan Sumber data
1.
Data
Data dasar stabilitas nilai tukar emas terhadap harga minyak dunia adalah
dalam bentuk Dinar. Untuk keperluan pengujian yakni mencari harga minyak
mentah dunia dalam Dinar, maka harga harian emas per Ounce dalam ukuran
Dolar Amerika Serikat terlebih dahulu dirata-ratakan kedalam bentuk bulanan,
hal ini dimaksdukan agar series yang digunakan tidak terlalu panjang.
Sementara itu, data dasar harga minyak per barel dalam bentuk Dolar Amerika
Serikat yang juga dalam kurun waktu harian dirata-ratakan dalam bentuk
bulanan. Selanjutnya data harga rata-rata bulanan emas dalam Dolar Amerika
Serikat dikonversikan kedalam Dinar dengan mengikuti langkah-langkah
berikut:
(a) Data harian emas dalam Dolar Amerika Serikat dirubah menjadi data
bulanan dalam bentuk rata-rata;
(b) Data harga emas secara bulanan tersebut dikonversi dalam bentuk Dinar
dengan cara dikalikan 0.137469. Angka tersebut didapatkan dari
pembagian jumlah gram emas untuk mendapatkan satuan Dinar (4.25
gram) dengan jumlah gram emas dalam ukuran 1 Ounce (28.35 gram).
Hasil yang didapatkan masih dalam nilai emas 24 karat, sehingga perlu
45
dikalikan lagi dengan 0.917 untuk mengkonversi ke Dinar yang
mempunyai nilai intrisik 22 karat. Hasil perkalian harga emas bulanan
dengan 0.137469 merupakan harga Dinar dalam Dolar Amerika Serikat.
(c) Data harga Dinar dalam Dolar tersebut kemudian menjadi pembagi harga
minyak dalam Dolar yang hasilnya merupakan harga minyak dalam Dinar.
2.
Sumber Data
Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk
rasio base, yaitu mengukur tingkat stabilitas nilai tukar Dinar terhadap minyak
dunia dan tingkat stabilitas nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap minyak
dunia dalam kurun waktu priode sesudah Bretton Wood System yakni pada
September 1971 sampai dengan Desember 2009.
Mengukur stabilitas nilai tukar emas pada dasarnya dapat dipadankan
dengan komoditas apapun yang memiliki harga. Namun untuk dapat
merelevansikan kompleksitas kegiatan ekonomi yang senantiasa bergejolak,
maka pada penelitian ini komoditas yang digunakan adalah minyak mentah
dunia. Minyak mentah dunia secara umum telah merefleksikan kondisi ekonomi
karena merupakan komoditi utama perdagangan dunia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari berbagai situs-situs resmi, institusi yang dipercaya mengeluarkan
data. Data sekunder yang diperoleh dikatagorikan menjadi data kuantitatif dan
literatur. Data kuantitatif dalam penelitian ini bersifat runtut waktu (time
46
series). Sehingga diperlukan beberapa tahapan persiapan agar data tersebut
diolah lebih lanjut.
Data runtut waktu (times series) untuk harga bulanan emas dalam Dolar AS
diperoleh dari website http://www.kitco.com. Sementara data runtut waktu
untuk harga bulanan minyak dalam Dolar AS diperoleh dari website
http://www.worldoils.com.
Selain sumber kuantitatif dalam penelitian ini dibutuhkan pula data dalam
bentuk literatur pendukung yang diperoleh dari berbagai situs resmi yang
mengeluarkan publikasi berupa jurnal dan artikel ilmiah. Dan sebagian lainnya
diperoleh melalui kajian pustaka buku-buku terbitan lokal dan internasional
yang berkaitan dengan topik penelitian.
Dalam pengumpulan data yang berhubungan dengan masalah dalam
penilitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research),
yaitu penelitian guna pemperoleh pengetahuan teoritis dengan cara membaca
dan mencatat dari berbagai literatur, text book, artikel-artikel,
buku-buku
ilmiah dan materi perkuliahan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti
yang diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan dasar dalam pembahasan
masalah.
3.
Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yang berbentuk data
runtut waktu (time series) harga minya mentah dunia dalam Dinar dan harga
47
minyak mentah dunia dalam Dolar Amerika Serikat. Data runtut waktu ini
diambil dari September 1971 s.d Desember 2009. Kedua variabel tersebut
merupakan data untuk studi komparasi tingkat stabilitas (volatilitas) nilai tukar
terhadap minyak mentah dunia dengan model GARCH.
4.
Variabel Penelitian
a.
Harga Minyak Mentah dalam Dinar
Emas merupakan komoditi yang harganya jika dinilai dalam Dolar
Amerika Serikat terus meningkat dari waktu ke waktu, terutama didorong oleh
tingginya permintaan yang tidak diikuti dengan penigkatan produksi.
Harga Minyak mentah dalam Dinar yang digunaan dalam penelitian
merupakan konversi Gold Price in Dolar yang dikalikan 0.137469 yang
hasilnya menjadi pembagi dari Oil Price in Dolar. Data harga minyak dalam
Dinar adalah data bulanan dari September 1971 sampai dengan Desember 2009.
b.
Harga Minyak mentah dalam Dolar AS
Minyak buni merupakan sumber energi utama dibanyak negara,
meningkatnya permintaan akan energi dan reletif terbatasnya supply minyak
bumi mepengaruhi pergerakan harga minyak tersebut. Meningkatnya harga
minyak pada gilirannya akan berdampak buruk bagi perekonomian negaranegara penginpor. Hal tersebut terjadi karena minyak diperjualbelikan dengan
menggunakan mata uang Dolar Amerika Serikat. Artinya apabila harga minyak
bumi naik maka dibutuhkan mata uang lokal yang lebih banyak lagi untuk
48
membeli minyak dengan jumlah yang sama. Biasanya hal tersebut kemudian
menjadi pendorong meningkatnya harga-harga barang di dalam negeri (inflasi)
dan kemudian Bank Sentral negara tersebut akan mengambil langkah antisipasi
terutama bagi mereka yang menetapkan inflation targerting sebagai sasaran
kebijakan moneter dengan menaikan suku bunga Bank Sentral.
Data harga minyak mentah dalam Dolar adalah data harga bulanan dari
September 1971 sampai dengan Desember 2009 yang diambil dari webstie
http://www.worldoils.com.
5.
Definisi Oprasional Penelitian
a.
Times Series
Data variabel dalam penelitian ini berbentuk times series, yakni analisa
yang mempelajari deretan nilai-nilai yang disusun berdasarkan waktu. Data
deret waktu adalah sekumpulan hasil pengamatan statistik yang disusun dan
diperoleh menurut suatu urutan kronologis, yang biasanya dalam suatu selang
waktu yang sama.1
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data bulanan dari
pergerakan harga minyak mentah dunia dalam Dinar dan harga minyak mentah
dunia dalam Dolar Amerika Serikat dari September 1971 sampai dengan
Desember 2009.
1
. Mauludi AC, MA, Ali, Statististika I : Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial, (Jakarta:
PT. Prima Heza Lestari, 2006, hal. 61)
49
b.
Return dan Volatilitas
Return merupakan selisih pendapatan yang ditunjukan dari data deret
waktu. Rumusan return dapat dihitung sebagai berikut :
(3.1)
dimana Pt adalah harga minyak dunia pada periode t dan Pt-1 adalah harga
minyak dunia pada periode t-1.
Volatilitas adalah suatu ukuran dari ketidakpastian tentang nilai tukar
sebuah mata uang. Volatilitas merupakan ukuran dispersi (penyebaran) yang
dalam statistik diukur dengan variansi (σ2) atau standar deviasi (σ). Semakin
besar nilai variansi atau deviasi standar, maka semakin tinggi tingkat
volatilitasnya (semakin besar resikonya).
c.
Standar Deviasi
Stabilitas merupakan interpretasi dari tingkat volatilitas. Volatilitas adalah
mengukur rata-rata fluktuasi data deret waktu. Besaran yang biasa digunakan
dalam pengukuran ini adalah standar deviasi. rumusan standar deviasi secara
sederhana adalah :
(3.2)
Standar deviasi dapat dibentuk oleh variansi yang dihasilkan dari model
GARCH maupun variansi yang dihasilkan dari first difference dari logaritma
50
nilai tukar. Pada umumnya variansi deret waktu dapat bersifat konstan dan tidak
konstans, artinya berubah berdasarkan waktu.
Varians yang bersifat konstan dimodelkan kedalam Autoregressive (AR),
Moving Average (MA), atau kombinasi keduanya Autoregressive Moving
Average (ARMA). Namun untuk variansi yang tidak bersifat konstan
(stasioner), yakni pergerakan data
dimodelkan
kedalam
Autoregressive
secara umum mendekati rata-rata
Conditional
Heteroscedasticity
-
Generalised Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH-GARCH).
d.
ARCH-GARCH
Pemodelan dari financial time series telah mengalami suatu perubahan
sejak
diperkenalkannya
model-model
Autoregressive
Conditional
Heteroscedasticity (ARCH) oleh Robert F. Engle pada tahun 1982.2
Sebelumnya, untuk memodelkan pasar uang selalu digunakan model-model
klasik seperti Autoregressive integrated Moving Average (ARIMA) untuk
memodelkan harga stok, nilai indeks saham, nilai tukar mata uang dan lain
sebagainya.
Sejak diperkenalkan model baru ini yaitu ARCH, banyak sekali penelitian
yang bebasis pada ide ini, salah satu diantaranya model Generalised
Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH), yang diperkenalkan
oleh Bollerslev pada tahun 1986.
2
. Halim Siana, dkk. Model Matematik untuk Menentukan Nilai Tukar Mata Uang
Rupiah Terhadap Dollar Amerika (Jurnal Teknik Industri, Vol. 1, No. 1, 1999, hal. 30-40)
51
Model ARCH dapat diproleh melalui dua cara: pertama, persamaan mean
(mean equation); kedua, persamaan variansi (variant equation).
e.
Mean dan Variansi
Nilai mean ( µ ) dari suatu peubah acak X, didefinisikan sebagai µ = E[X],
dengan X suatu peubah acak dari bentuk distrik atau kontinu. Mean X dapat
ditulis sebagai berikut :
µ = E[X] = ∑ x . f (x)
x
; x distrit
∞
µ = E[X] = ʃ x . f (x) dx
-∞
; x kontinu
Variansi dari suatu peubah acak X dinotasikan oleh σ2, didefinisikan
sebagai σ2 = E [(X – µ) 2], dengan X peubah acak diskrit atau kontinu. Sedang σ
(akar positif dari variansi) dinamakan deviasi standar dari X.
f.
Distribusi Normal
Distribusi normal merupakan distribusi dengan variabel acak kontinu.
Distribusi normal sering disebut distribusi Gaussians. Distribusi ini merupakan
satu yang paling penting dan banyak digunakan. Jika variabel acak X
mempunyai fungsi densitas pada X = x dengan persamaan :
(3.3)
dan nilai x mempunyai batas -∞ < x < ∞, maka dikatakan bahwa variabel acak
X berdistribusi normal. Sifat-sifat distribusi normal:
52
1. Grafiknya selalu ada di atas sumbu datar x;
2. Bentuknya simetris terhadap x = µ;
3. Mempunyai satu modus;
4. Grafiknya mendekati (berasimtotkan) sumbu datar x di mulai dari x = µ + 3σ
ke kanan dan x = µ − 3σ ke kiri.
5. Luas daerah grafik selalu sama dengan satu unit pergesi.
g.
Metode Kuadrat Terkecil (Least Square)
Metode kuadrat terkecil atau metode Least Square adalah metode yang
digunakan untuk menentukan garis terbaik yang mewakili pola garis lurus
dengan pencaran titik-titik. Pola garis lurus tersebut harus memenuhi kriteria
bahwa jumlah kuadarat dari deviasi pada titik observasi dengan titik garis
adalah minimum (Kupper dan Muller, 1988).
Prinsipnya adalah meminimalisir jumlah kuadrat galat. Asumsi terdapat n
titik data yang mempunyai koordinat (x,y), persamaan regresi lenier sederhana
Ŷi = β0 + β1 Xi dapat ditaksir sedemikian rupa sehingga galat yang ada
minimum.
h.
Metode Kemungkinan Maksimum (Maksimum Likelihood)
Metode yang terbaik untuk menentukan penaksiran titik sebuah parameter
adalah metode kemungkinan maksimum. Misalkan X1,X2,..., Xn merupakan
sebuah sampel acak berukuran n dengan fungsi kepadatan peluang f (x1;θ), f
(x2;θ), ..., f (xn;θ), dengan θ adalah satu parameter yang tidak diketahui maka
fungsi kemungkinannya (Likelihood function) dari sampel tersebut adalah :
53
(3.4)
Dalam hal ini fungsi kemungkinan adalah fungsi dari parameter yang tidak
di ketahui θ. Biasanya untuk memudahkan penganalisaan, fungsi kemungkinan
L(θ) diberi ln.
i.
Tes Augmented Dickey Fuller (ADF)
Tes Augmented Dickey Fuller merupakan uji akar unit (unit root test) untuk
meyakinkan apakah suatu data stasioner atau tidak.
j.
Kestasioneran
Maksud kestasioneran adalah peluang proses yang tidak berubah secara
acak. Dalam analisa deret waktu terdapat kestasioneran (Cryer, 1986:14), yaitu,
kesatsioneran keras dan kestasioneran lemah.
k.
Statistik Q(m) Ljung-Box
Statistik Q(m) dari Ljung-Box adalah:
(3.5)
dimana T adalah banyaknya pengamatan, m adalah banyak lag yang
diperhatikan.
54
B.
Desain Model Analisis Penelitian
1.
Perhitungan Return
Dalam
menstasionerkan
data,
digunakan
logaritma
natural
dari
perbandingan nilai tukar saat ini dengan nilai tukar sebelumnya. Return yang
diperoleh dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.1).
2.
Uji Stasioneritas
Kemudian dilakukan uji stasioneritas terhadap data volatilitas tersebut. Uji
ini diperlukan dalam model regresi karena jika tidak hasilnya menjadi bias
(menipu). Uji stasioneritas ini dilakukan dengan Uji Unit Root.
Hipotesis yang digunakan pada pengujian Augmented Dickey Fuller
adalah:
a.
H0 : ρ = 0 (Terdapat unit roots, variabel Y tidak stasioner)
H1 : ρ ≠ 0 (Tidak terdapat unit roots, variabel Y stasioner)
b.
Jika ADF Test Statistic < 5%-Critical Value, maka data Stationary.
Jika ADF Test Statistic ≥ 5%-Critical Value, maka data Non-Stationary.
dimana, 5%-Critical Value = χ 2 df 2, α = 5% =5,99.
3.
Uji Normalitas atas Distribusi Data
Distibusi normal adalah jenis distribusi yang paling sering digunakan
dalam berbagai uji statistik. Karena distribusi ini dapat menjelaskan berbagai
macam distribusi populasi data. Semakin banyak data yang dipergunakan akan
mengakibatkan probability distribution function (p.d.f) semakin mendekati
55
normal p.d.f. Karena itu perlu dilakukan uji normalitas atas data sehingga dapat
diketahui apakah data return terdistribusi dengan normal atau tidak, sehingga
kemudian α dapat ditentukan. Jika data yang kita pergunakan adalah data yang
tidak normal, maka perlu dicari koefisien Skewness untuk menghitung α . Uji
Normalitas yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a.
H0: Distribusi return normal.
H1: Distribusi return tidak normal.
b.
Jika F-Statistic probability ≥ 5%, maka data normal.
Jika F-Statistic probability < 5%, maka data tidak normal.
c.
Jika JB > χ 2 df 2, α = 5%, maka data tidak normal.
Jika JB > χ 2 df 2, α = 5%, maka data tidak normal.
4.
Uji Autokorelasi
Uji ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya korelasi antara error term dari
dua observasi yang dilakukan (periode t dengan periode t-1). Uji ini diperlukan
karena regresi yang didalamnya terdapat autokorelasi akan menghasilkan nilai
standard error yang lebih kecil dari sebenarnya.
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier
antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series).
Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisis merupakan data
time series.
56
(3.6)
dimana:
d
= Nilai Durbin Watson
Σei = Jumlah kuadrat sisa
Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Hasil
perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut:
a. Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif,
b. Jika d > (4 – dl), berarti terdapat autokorelasi negative,
c. Jika du < d < (4 – dl), berarti tidak terdapat autokorelasi, dan
d. Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti tidak dapat disimpulkan
5.
Uji Heteroskedastisitas
Pada analisis regresi heteroskedastisitas berarti situasi dimana keragaman
variabel independen bervariasi pada data yang kita miliki. Salah satu asumsi
kunci pada metode regresi biasa adalah bahwa error memiliki keragaman yang
sama pada tiap-tiap sampelnya. Asumsi inilah yang disebut homoskedastisitas.
Jika keragaman residual/error tidak bersifat konstan, maka data dapat
dikatakan bersifat heteroskedastisitas. Karena pada metode regresi ordinary
least-squares (OLS) mengasumsikan dengan keragaman error yang konstan
(homoskedastik), heteroskedastisitas menyebabkan estimasi OLS menjadi tidak
efisien. Model yang memperhitungkan perubahan keragaman dapat membuat
penggunaan dan estimasi data menjadi lebih efisien.
57
Pola penyebaran residual pada persamaan regresi dapat dilihat pada gambar
berikut:
0
0
Homoskedastik
Heteroskedastik
Gambar 3.1 Pola Penyebaran Residual Persamaan Regresi
Metode yang digunakan dalam mendeteksi kejadian heteroskedastisitas
pada penelitian ini adalah uji White Heteroscedasticity.
6.
Uji White Heteroskedastisitas
Uji White Heteroskedastisitas dilakukan dengan meregresikan residual
kuadrat sebagai variabel dependen dengan variabel dependen ditambah dengan
kuadrat variabel independen, kemudian ditambahkan lagi dengan perkalian dua
variabel independen. Prosedur pengujian dilakukan dengan hipotesis sebagai
berikut:
a. H0 : Tidak ada heterokedastisitas / σ bersifat Homoskedastic.
H1 : Ada heterekodastisitas / σ bersifat Heteroskedastic.
b. Jika
Obs*R-squared Probability (nR2) ≥ χ 2 df 2, α = 5%, maka data
Heteroskedastic
58
Jika Obs*R-squared Probability (nR2) < χ 2 df 2, α = 5%, maka data
Homoskedastic.
7.
Model ARCH(p)
Model pertama yang memberikan kerangka sistematik dari pemodelan
variansi adalah model autoregressive conditional heteroskedasticity (ARMA).
Secara sederhana spesifik model ARCH(p) diasumsikan sebagai :
αt = σt ʃt
(3.7)
dimana { ʃt } adalah rangkaian dari independent and identically distributed
(iid) variabel acak dengan mean 0 dan variansi 1, α0 > 0, αi ≥ 0, untuk i > 0.
Koefisien αt harus memenuhi beberapa kondisi secara beraturan untuk
memastikan bahwa variansi tidak bersyarat dari αt terbatas. Dalam prakteknya
ʃt sering diasumsikan berdistribusi normal atau berdistribusi student-t.
8.
Model GARCH(p,q)
Walaupun model ARCH sederhana, model ini sering membutuhkan banyak
parameter agar cukup menggabarkan proses volatilitas dari return. Oleh karena
itu, beberapa alternatif model harus dicoba. Bollerslev (1986) mengusulkan
perluasan yang dikenal sebagai generalized ARCH (GARCH). Untuk deret log
return rt, model GARCH(p,q) (p > 0 dan q > 0 adalah bilangan bulat)
didefinisikan sebagai :
rt = µ + αt
αt = σt
t
59
(3.8)
di mana { ʃt } adalah urutan dari iid variabel acak dengan mean 0 dan variansi
1, α0 > 0, dengan αi ≥ 0 untuk i = 1, ..., p dan βj ≥ 0 untuk j = 1, .., q. Bollerslev
(1986) menunjukan bahwa proses GARCH dari { rt } stasioner kovarian jika
dan hanya jika α(1) + β(1) ʃ 1.
9.
GARCH(p,q) in Mean
Jika kita memasukan varian bersyarat atau deviasi standar ke dalam
persamaan mean maka kita akan menggunakan model GARCH in Mean
(GARCH-M) (Engle, Lilien dan Robins, 1987). Model GARCH-M dapat
didefinisikan sebagai :
rt = µ + cσt2 + αt
αt = σt
t
(3.9)
dimana µ dan c adalah konstan. Parameter c disebut parameter risk. c yang
positif menunjukan bahwa return secara positif dipengaruhi oleh volatilitas
yang sebelumnya. Perincian yang lain dari premium risk yang digunakan
termasuk rt = µ + cσt2 + αt. Perumusan dari model GARCH-M pada (3.9)
menyatakan bahwa ada serial korelasi dalam deret waktu return rt. Serial
korelasi ini ditunjukan pada proses volatilitas {σt2}. Eksistensi dari premium
risk merupakan alasan lain bahwa beberapa historical dari return suatu harga
mempunyai serial korelasi.
60
Maka model yang digunakan pada penelitian ini adalah ARCH-GARCH,
alasannya adalah data runtut waktu yang didapatkan bersifat tidak konstan yang
direpresentasikan dalam nilai tukar yang selalu berubah setiap waktunya.
10. Pemodelan Persamaan Mean
Untuk data log return, model-model dalam deret waktu (time series) dapat
digunaan pemodelan persamaan mean. Box dan Jenkins (1976) menjelaskan
tahap-tahap yang harus dilakuakan dalam analisa deret waktu, yaitu :
a.
Identifikasi dan Estimasi Model
Dalam identifikasi model, hal yang harus dilakukan adalah pertama,
membuat plot data (time plot) untuk melihat secara kasat mata apakah data
stasioner atau tidak. Selain itu akan dilakukan uji stasioneritas dengan
menggunakan uji akar root (unit root test) atau tes Augmented Dickey Fuller
untuk meyakinkan data tersebut stasioner atau tidak. Kedua, Memeriksa plot
dari fungsi autokorelasi (ACF) dan fungsi autokorelasi parsial (PACF) untuk
melihat model dari data. Untuk mempermudah, perhatikan Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Identifikasi Model Deret Waktu AR(p), MA(q), ARMA(p,q)
ACF
AR(p)
MA(q)
ARMA(p,q)
Eksponensial menurun
Terputus (Cuts-off)
Eksponensial
pada lag ke-q
menurun pada lag
ke-p
PACF
Terputus (Cuts-off)
Eksponensial
Eksponensial
pada lag ke-p
menurun
menurun pada lag
ke-q
61
Jadi dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa untuk proses AR adalah dengan
melihat PACF, sedangkan dalam model MA adalah dengan melihat ACF.
Namun baik ACF maupun PACF dari masing-masing model harus tetap
diperhatikan, karena bisa saja yang diperoleh adalah model ARMA.
Dari identifikasi model diatas, untuk lebih meyakinkan kembali dapat
dilakukan estimasi model dengan memasukan setiap model yang teridentifikasi
tersebut pada data yang diobservasi kemudian dilakukan perbandingan dengan
paramater nilai probalitas pada setiap model.
b. Uji Diagnostik
Setelah berhasil menaksir nilai-nilai parameter dari model yang ditetapkan
sementara, selanjutnya perlu dilakukan uji diagnsotik untuk membuktikan
bahwa model tersebut cukup memadai. Jika modelnya cukup, maka deret
residualnya αt harus bersifat white noise yang berarti residual harus independen
(tidak berkorelasi) dan berdistribusi normal dengan rata-rata mendekati 0 (µ =
0) dan deviasi standar (σ). ACF dan statistik Ljung-Boz dari residual dapat
digunakan untuk mengecek kedekatan dari αt pada white noise. Untuk uji
indepedensi residual akan digunakan statistik Q(m) Ljung-Box.
c. Forecast (Peramalan)
Tahapan ini merupakan pengembangan dari analisa volatilitas. Forecash
bertujuan untuk menaksir nilai pengembalian berdasarkan data yang telah
dimiliki.
62
11. Pemodelan Variansi
Dalam tahapan pemodelan variansi dengan model GARCH-M, dilakukan
tahapan sebagai berikut :
a.
Tes Unsur ARCH
Misalkan αt = rt - ʃt adalah residual dari persamaan mean. Deret kuadrat
αt2 kemudian dilakukan uji heteroskedasticity, yang juga dikenal sebagai efek
ARCH.
b.
Identifikasi dan Estimasi Model
Untuk identifikasi GARCH-M dapat dilihat pada plot ACF dan PACF dari
korelasi residual kuadrat pemodelan mean yang telah didapatkan. Pada tahapan
estimasi, metode maksimum likehood digunakan untuk model tipe GARCH-M.
c.
Uji kecocokan Model GARCH
Apabila model sudah cocok, maka data deret waktu sudah tidak
mengandung efek ARCH dan residual dari deret waktu bersifat white noise,
yang berarti residual kuadrat dari deret waktu harus independen (tidak
berkorelasi) dan berdistribusi normal dengan rata-rata mendekati 0 (µ = 0) dan
deviasi standar (σ). Untuk menguji apakah deret waktu bersifat white noise,
dapat dilakukan dengan melihat nilai Q(m) Ljung-Box.
d.
Forecast (Peramalan) Model GARCH-M
Peramalan model GARCH-M dapat diperoleh menggunakan metode serupa
dengan model ARMA dengan mengasumsikan peramalan asal adalah h.
Peramalan untuk satu langkah kedepan adalah:
63
11. Perhitungan Volatilitas
Model deret waktu (time series) GARC digunakan untuk meramal return,
t+1,
dan standar deviasi bersyarat σt+1. Penaksiran ini kemudian digunakan
untuk menaksir quantiles dan jumlah nilai tunai dari Value at Risk (VaR).
Jika diasumsikan parameter diketahui, persamaan mean dalam model
GARCH dirumuskan sebegai berikut :
(3.10)
Sedang persamaan volatilitas dalam model GARCH dirumuskan sebagai
berikut :
(3.11)
dari persamaan volatilitas (3.11) akan didapatkan nilai stabilitas. Semakin
tinggi nilai volatilitas maka tingkat stabilitas yang dimiliki semakin rendah
(tidak stabil). Sebaliknya, semakin rendah nilai volatilitas maka semakin tinggi
tingkat stabilitas yang dimiliki.
64
BAB IV
ANALISA DATA
A.
Data
Data
yang
dipergunakan
dalam
penelitian
ini
diambil
dari
http://www.kitco.com untuk harga bulanan emas dalam Dolar AS yang
kemudian dikonversikan menjadi harga bulanan minyak dalam Dinar. Data
harga
bulanan
minyak
dunia
dalam
Dolar
AS
didapatkan
dari
http://www.worldoils.com. Karakteristik data yang dianalisis merupakan data
log return harga bulanan minyak mentah dunia dalam Dinar dan data log return
harga bulanan minyak mentah dunia dalam Dolar AS, yang digunkan untuk
mengukur tingkat stabilitas atas kedua mata uang tersebut.
B.
Volatilitas Dolar terhadap Minyak Mentah Dunia
Dibawah ini adalah Grafik dari data Harga Minyak Mentah Dunia dalam
Dolar pada kurun waktu September 1971 sampai Desember 2009 :
140
120
100
80
60
40
20
0
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
Oil Price in Dolar
Gambar 4.1 Plot Harga Minyak Mentah Dunia dalam Dolar
65
Berdasarkan data plot di atas dapat dilihat bahwa pergerakan harga minyak
dalam Dolar pada kurun waktu September 1971 hingga Desember 2009 tidak
stasioner. Maksud stasioner adalah peluang proses yang tidak berubah secara
acak, atau data yang terbentuk selalu mendekati nilai rata-rata. Sementara
dalam analisa deret waktu uji stasioneritas merupakan syarat utama baik untuk
menganalisa stabilitas nilai tukar maupun analisa yang lainnya, oleh karenanya
data tersebut harus distasionerkan.
1. Tahap Menstasionerkan Data
Dalam menstasionerkan data, digunakan logaritma natural dari perbandingan
nilai tukar saat ini dengan nilai tukar sebelumnya, dengan munggunakan
persamaan (3.1) :
Dengan menggunakan persamaan tersebut diatas akan dihitung log return
bulanan dari data pergerakan harga minyak dalam Dolar. Grafik dari persamaan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Gambar:
0.8
0.4
0.0
-0.4
-0.8
-1.2
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
Log Oil Price in Dolar
Gambar 4.2 Plot Log Return Data Harga Minyak Dunia dalam Dolar
66
Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa plot log return harga minyak dalam Dolar
telah stasioner, hal ini terlihat dari rata-rata deret pengamatan di sepanjang
waktu yang selalu konstan atau cenderung bergerak menuju rata-rata walaupun
masih terdapat sedikit pencilan.
2. Pemodelan Mean
Identifikasi dalam Gambar 4.2 untuk uji stasioneritas dilakukan dengan
menggunakan uji unit akar (unit root test) atau ADF (Augmented DickeyFuller). Software yang digunakan dalam uji stasioneritas adalah Eviews v.14.
adapun hasil pengujiannya dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) data return Oil Price
in Dolar
Null Hypothesis: LOGOILDOLAR has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=17)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-21.28060
-3.978177
-3.419642
-3.132432
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Dari Tabel 4.1. kita dapat mengetahui bahwa nilai absolut statistik t sebesar 21.28060 lebih besar dari pada nilai kritis pada tabel dalam tingkat kepercayaan
67
5% (0.05) yaitu sebesar -3.419642. Hal ini menunjukan bahwa variabel Oil
Price in Dolar tidak terdapat akar unit (telah stasioner).
Setelah data dipastikan stasioner, model dapat diidentifikasi dengan melihat
fungsi autokorelasi (ACF) dan fungsi autokorelasi parsial (PACF) dengan
menggunakan software Eviews, dan hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2. Korelogram Data Log Oil Price in Dolar
Date: 05/15/10 Time: 14:56
Sample: 1971M09 2009M12
Included observations: 460
Autocorrelation
.|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Partial Correlation
.|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
AC
PAC
Q-Stat
Prob
0.001
-0.021
0.041
-0.058
-0.049
-0.025
-0.085
0.037
0.010
0.044
0.030
-0.022
-0.039
-0.037
-0.064
-0.044
0.004
0.001
-0.021
0.042
-0.058
-0.047
-0.029
-0.083
0.037
0.003
0.048
0.016
-0.025
-0.043
-0.040
-0.052
-0.042
0.006
0.0010
0.2001
0.9997
2.5432
3.6581
3.9405
7.3650
8.0090
8.0583
8.9820
9.4059
9.6304
10.367
11.004
12.970
13.913
13.921
0.974
0.905
0.801
0.637
0.600
0.685
0.392
0.433
0.528
0.534
0.584
0.648
0.664
0.686
0.605
0.605
0.673
Pada Tabel 4.2, diketahui bahwa plot ACF dan PACF pada lag ke 4
melewati batas garis (tanda bintang). Ini menunjukan pemodelan mean data log
Oil Price in Dolar menggunakan model AR(4) dan MA(4). Namun demikian,
68
seringkali asumsi pemodelan yang ditunjukan korelogram tidak sesuai dengan
prakteknyaa, sehingga ada beberapa model alternatif yang bisa digunakan yakni
ARMA(4,4) dan ARMA(2,2).
Dari identifikasi model, didapatkan hasil bahwa model mean yang mungkin
untuk data log Oil Price in Dolar adalah AR(4), MA(4), ARMA(4,4), dan juga
ARMA(2,2). Untuk itu, akan diestimasi parameter model tersebut, sebagai
berikut:
Tabel 4.3. Estimasi Parameter Model AR(4)
Dependent Variable: LOG_OIL_DOLAR
Method: Least Squares
Date: 05/15/10 Time: 15:15
Sample (adjusted): 1972M01 2009M12
Included observations: 456 after adjustments
Convergence achieved after 3 iterations
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
AR(4)
-0.049741
0.046999
-1.058348
0.2905
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
-0.001943
-0.001943
0.107660
5.273722
369.7885
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Durbin-Watson stat
Inverted AR Roots
.33-.33i
.33-.33i
-.33+.33i
0.007134
0.107555
-1.617493
-1.608453
1.983197
-.33+.33i
Berdasarkan Tabel 4.3. probabilitas dari AR(4) adalah 0.2905, nilai tersebut
lebih besar dari level toleransi (α) yang digunakan yakni 5% (0.05). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model AR(4) signifikan sama dengan nol. Dengan
69
begitu model AR(4) tidak dapat digunakan dalam pemodelan mean data log Oil
Price in Dolar.
Selanjutnya kita estimasikan model MA(4) dan ARMA(4,4), sebagaimana
yang ditunjukan oleh Tabel 4.4. dan Tabel 4.5. berikut:
Tabel 4.4. Estimasi Parameter Model MA(4)
Dependent Variable: LOG_OIL_DOLAR
Method: Least Squares
Date: 05/15/10 Time: 15:19
Sample: 1971M09 2009M12
Included observations: 460
Convergence achieved after 5 iterations
Backcast: 1971M05 1971M08
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
MA(4)
-0.047577
0.046822
-1.016113
0.3101
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
-0.002016
-0.002016
0.107195
5.274309
375.0154
Inverted MA Roots
.47
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Durbin-Watson stat
.00-.47i
.00+.47i
0.007072
0.107088
-1.626154
-1.617173
1.983541
-.47
Berdasarkan Tabel 4.4, probabilitas MA(4) yakni 0.3101 lebih besar dari
level toleransi sebesar 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model MA(4)
juga signifikan sama dengan nol.
70
Tabel 4.5. Estimasi Parameter Model ARMA(4,4)
Dependent Variable: LOG_OIL_DOLAR
Method: Least Squares
Date: 05/15/10 Time: 15:21
Sample (adjusted): 1972M01 2009M12
Included observations: 456 after adjustments
Convergence achieved after 15 iterations
Backcast: 1971M05 1971M08
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
AR(4)
MA(4)
-0.378134
0.326978
0.753215
0.768666
-0.502027
0.425383
0.6159
0.6708
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
-0.001374
-0.003579
0.107748
5.270728
369.9180
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Durbin-Watson stat
Inverted AR Roots
Inverted MA Roots
.55-.55i
.53-.53i
.55-.55i
.53+.53i
-.55+.55i
-.53+.53i
0.007134
0.107555
-1.613675
-1.595594
1.981042
-.55+.55i
-.53+.53i
Sementara didapatkan pada model ARMA(4,4) yang ditunjukan dalam Tabel
4.5 memiliki probabilitas sebesar 0.6159 dan 0.6708 yang juga lebih besar dari
level toleransi 0.05, sehingga model MA(4) maupun model ARMA(4,4) tidak
dapat digunakan dalam pemodelan mean data log Oil Price in Dolar. Alternatif
estimasi parameter yang lain adalah model ARMA(2,2), ditunjukan pada Tabel
4.6 berikut :
71
Tabel 4.6. Estimasi Parameter Model ARMA(2,2)
Dependent Variable: LOGOILDOLAR
Method: Least Squares
Date: 05/01/10 Time: 22:05
Sample (adjusted): 1971M11 2009M12
Included observations: 458 after adjustments
Convergence achieved after 10 iterations
Backcast: 1971M07 1971M08
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
AR(2)
MA(2)
0.969027
-0.986697
0.013269
0.008084
73.03037
-122.0495
0.0000
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Inverted AR Roots
Inverted MA Roots
0.007370
0.005193
0.107042
5.224806
374.5465
.98
.99
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Durbin-Watson stat
0.007103
0.107321
-1.626841
-1.608819
2.001207
-.98
-.99
Untuk model ARMA(2,2) yang ditunjukan pada Tabel 4.6, terlihat bahwa
probabilitasnya lebih kecil dari level toleransi sebesar 0.05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model ARMA(2,2) signifikan berbeda dengan nol.
Karena model ARMA(2,2) signifikan berbeda dengan nol yakni memiliki
nilai probabilitas lebih kecil dari level toleransi, sementara model AR(4),
MA(4), dan ARMA(4,4) memiliki nilai probabilitas yang lebih besar dari level
toleransi, maka model ARMA(2,2) merupakan model yang akan digunakan
dalam model maen dengan melihat persmanaan 3.10, atau yang disederhanakan
dengan 1 1 1 2 , maka didapatkan persamaan rt =
0.969027rt−1 − 0.986697αt−1 + αt .
72
3. Pemodelan Variansi
a. Tes Unsur ARCH
Untuk dapat melakukan pemodelan ARCH-GARCH, terlebih dahulu akan
dicari apakah pemodelan mean masih terdapat unsur heteroskedastisitas atau
tidak. Untuk menguji unsur heteroskedastisitas, dilakukan uji ARCH LM yang
ditunjukan pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Tes ARCH LM MODEL ARMA (2,2)
ARCH Test:
F-statistic
Obs*R-squared
21.28435
20.42257
Probability
Probability
0.000005
0.000006
Pada Tabel 4.7, terlihat bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared lebih kecil
dari 0.05. Hal ini menunjukan bahwa masih terdapat efek ARCH atau unsur
heteroskedastisitas pada data log Oil Price in Dolar.
b. Identifikasi Model ARCH-GARCH
Identifikasi model GARCH dapat dilihat pada plot korelasi residual kuadrat
yang tersaji pada Tabel berikut:
73
Tabel 4.8 Korelogram Residual Kuadrat Model ARMA(2,2)
Date: 05/15/10 Time: 18:33
Sample: 1971M11 2009M12
Included observations: 458
Q-statistic probabilities adjusted for 2 ARMA term(s)
Autocorrelation
.|**
.|.
.|.
.|.
.|*
.|.
.|*
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Partial Correlation
.|**
.|.
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
AC
PAC
Q-Stat
Prob
0.211
0.032
0.002
0.009
0.093
0.054
0.074
-0.010
-0.015
-0.016
-0.001
-0.022
-0.015
-0.010
-0.020
-0.024
-0.024
0.211
-0.014
-0.002
0.010
0.094
0.016
0.061
-0.040
-0.006
-0.020
0.001
-0.037
-0.002
-0.008
-0.010
-0.017
-0.009
20.604
21.066
21.068
21.108
25.166
26.539
29.089
29.139
29.244
29.363
29.363
29.590
29.695
29.746
29.935
30.204
30.470
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.001
0.001
0.002
0.003
0.005
0.007
0.010
Berdasarkan Tabel korelogram residual kuadrat pada Tabel 4.8 plot ACF dan
PACF keluar dari garis bartlet secara signifikan pada lag 1, dapat ditunjukan
bahwa kemungkinan besar model yang akan digunakan adalah GARCH(1,1)
untuk memodelkan volatilitas pada data log Oil Price in Dolar.
c. Estimasi Parameter Model ARCH-GARCH
Model yang akan diestimasikan adalah model ARMA(2,2) dengan
memasukan variansi bersyarat (2 ) pada persamaan mean dan valotolitas. Pada
74
proses penentuan tingkat volatilitas dengan model GARCH(1,1) dapat
digunakan persamaan (3.11), yaitu 2 0 1 21 1 21. Dengan
komponen residual (αt-1) diasumsikan berdistribusi normal.
Adapun estimasi parameter model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.9. Estimasi Parameter Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1)
Dependent Variable: LOG_OIL_DOLAR
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/15/10 Time: 19:21
Sample (adjusted): 1971M11 2009M12
Included observations: 458 after adjustments
Convergence achieved after 240 iterations
MA backcast: 1971M07 1971M08, Variance backcast: ON
GARCH = C(3) + C(4)*RESID(-1)^2 + C(5)*GARCH(-1)
AR(2)
MA(2)
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
-0.967935
0.965539
0.038147
0.041313
-25.37364
23.37155
0.0000
0.0000
7.100391
5.210993
6.520080
0.0000
0.0000
0.0000
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
GARCH(-1)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
0.002952
0.315248
0.476019
-0.001954
-0.010801
0.107899
5.273881
428.3069
0.000416
0.060497
0.073008
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Durbin-Watson stat
0.007103
0.107321
-1.848502
-1.803448
1.984012
75
Dapat dilihat pada Tabel 4.9, koefisien dari GARCH(1,1) signifikan berbeda
dengan nol. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang lebih kecil dari
tingkat signifikansi α=5%, sehingga didapat model ARMA(1,1)-GARCH(1,1)
sebagai berikut:
σt2 = 0.002952+ 0.315248α2t-1 + 0.476019σ2t-1
d. Uji Diagnostik
Uji diagnostik dilakukan untuk melihat apakah model yang terbentuk telah
cukup baik dalam memodelkan data. Untuk melihat apakah masih terdapat efek
ARCH dalam residual digunakan ARCH LM yang terdapat dalam tabel berikut:
Tabel 4.10 Tes ARCH LM Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1)
ARCH Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.021409
0.021502
Probability
Probability
0.883735
0.883419
Pada Tabel 4.10 dengan hipotesis bahwa tidak ada efek ARCH dalam
residual jika nilai probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari nilai toleransi,
terlihat bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari 0.05, sehingga
hipotesis diterima, dan dapat diketahui bahwa sudah tidak efek ARCH dalam
residual. Untuk melihat pakah masih terdapat korelasi serial atau tidak dalam
model,
dapat
diketahui
melalui
disandarisasikan pada Tabel berikut :
korelogram
residual
kuadrat
yang
76
Tabel 4.11. Korelogram Residual Kuadrat yang Distandarisasi
Date: 05/15/10 Time: 19:38
Sample: 1971M11 2009M12
Included observations: 458
Q-statistic probabilities adjusted for 2 ARMA term(s)
Autocorrelation
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Partial Correlation
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
AC
PAC
Q-Stat
Prob
-0.007
0.001
-0.011
-0.010
0.023
-0.006
0.021
-0.013
-0.010
-0.012
0.009
-0.010
-0.003
-0.002
-0.012
-0.011
-0.011
-0.007
0.001
-0.011
-0.011
0.023
-0.006
0.021
-0.012
-0.010
-0.012
0.009
-0.012
-0.003
-0.002
-0.011
-0.012
-0.011
0.0216
0.0224
0.0749
0.1259
0.3766
0.3957
0.6108
0.6910
0.7383
0.8030
0.8402
0.8892
0.8937
0.8961
0.9604
1.0166
1.0764
0.784
0.939
0.945
0.983
0.988
0.995
0.998
0.999
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Pada Tabel 4.11 terlihat bahwa plot ACF dan PACF semua batang grafik
tidak melewati batas terputus-putus (garis Bartlett). Selain itu nilai probabilitas
statsitik-Q setelah lag 2 lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5%. Hal ini
menunjukan bahwa tidak ada korelasi serial dalam model.
Selanjutnya untuk melihat apakah residual model berdistribusi normal.
Dapat diuji dengan program SPSS 14 dengan hasil pada Gambar 4.3 berikut:
77
250
Frequency
200
150
100
50
Mean =0.007071875
Std. Dev. =0.
1070876012
N =460
0
-0.9000000
-0.6000000
-0.3000000
0.0000000
0.3000000
0.6000000
0.9000000
Log_Oil_Price_in_Dolar
Gambar 4.3. Histogram Distribusi Normal Residual Model ARMA(2,2)GARCH(1,1)
Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa residual ARMA(2,2)-GARCH(1,1)
mengikuti kurva lonceng, yang berarti bahwa data berdistribusi normal. hal ini
didapatkan dari Distribution Summary yang berada di samping kurva.
C.
Volatilitas Dinar terhadap Minyak Mentah Dunia
Volatilitas Dinar terhadap Minyak didapatkan berdasarkan harga emas
dalam Dolar, kemudian nilai tersebut dikonversi ke Dinar dengan mengalikan
0.137469, kemudian hasil perkalian tersebut menjadi pembagi harga minyak
dalam Dolar. Adapun pergerakan harga minya dalam Dinar (Oil Price in
Dinar), tersaji pada Grafik berikut :
78
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
Oil Price in Dinar
Gambar 4.4 Plot Harga Minyak Mentah Dunia dalam Dinar
Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa data yang tersaji tidak stasioner, hal ini
ditunjukan dengan data dalam kurun waktu tersebut bergerak tidak mendekati
nilai rata-rata. Dalam analisa deret waktu (time series), kestasioneran data
mutlak diperlukan, oleh karena itu data tersebut harus distasionerkan terlebih
dahulu.
1. Tahap Menstasionerkan Data
Sebagaimana rumusan yang telah digunakan pada volatilitas Dolar terhadap
minyak, untuk menstasionerkan data akan digunakan persamaan (3.1), yaitu :
Dimana Rt adalah nilai return, Pt adalah harga minyak dalam Dinar pada
periode t dan Pt-1 adalah harga minyak dalam Dinar pada periode t-1. Dengan
persamaan tersebut didapatkan plot log Oil Price in Dinar sebagai berikut :
79
0.8
0.4
0.0
-0.4
-0.8
-1.2
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
Log Oil Price in Dinar
Gambar 4.5 Plot Log Return Data Harga Minyak Dunia dalam Dinar
Dari Gambar 4.5, diketahui bahwa data telah stasioner. Hal ini terlihat dari
pergerakan data yang cenderung mendekati nilai rat-rata dan tidak memiliki
banyak outlier dalam perjelanan data tersebut (selalu konstan). Setelah data
menjaadi stasioner, selanjutnya dilakukan pemodelan mean atas data tersebut.
2. Pemodelan Mean
Pemodelan mean dilakukan untuk menentukan persamaan dalam mencari
tingkat VaR dan peramalan (forecash) terhadap data yang diobservasi.
Pemodelan mean dilakukan dengan estimasi pengukuran model yang memiliki
syarat utama data harus telah stasioner. Sehingga uji stasioneritas mutlak
diperlukan pada data log Oil Price in Dinar dan hasilnya sebagai berikut :
80
Tabel 4.12 Uji Akar Unit (Unit Root Test) data return Oil Price
in Dinar
Null Hypothesis: LOGOILDINAR has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=17)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-22.18350
-3.978177
-3.419642
-3.132432
0.0000
Hasil uji stasioneritas pada Tabel 4.12. menunjukan bahwa nilai absolut
statistik t sebesar -22.18350 lebih besar dari tingkat kepercayaan 5% yaitu 3.419642. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data telah stasioner
(tidak terdapat akar unit) dan dapat dilakukan estimasi parameter untuk
menentukan model mean.
Pemodelan mean dilakukan dengan melihat fungsi autokorelasi (ACF) dan
parsial autokorelasi (PACF) pada data yang diobservasi. Yaitu penaksiran pada
korelogram data log harga minyak dalam Dinar. Meskipun demikian estimasi
pemodelan yang mengacu pada asumsi korelogram sering kali tidak sesuai
dengan prakteknya sehingga harus ada pemodelan lainnya.
Adapun fungsi autokorelasi dan parsial autokorelasi pada korelogram data
log Oil Price in Dinar sebagai berikut:
81
Tabel 4.13 Korelogram Data Log Oil Price in Dinar
Date: 05/15/10 Time: 21:16
Sample: 1971M09 2009M12
Included observations: 460
Autocorrelation
.|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Partial Correlation
.|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
AC
PAC
Q-Stat
Prob
-0.038
-0.051
0.020
-0.067
-0.022
-0.035
-0.124
0.040
0.024
0.005
0.026
0.000
-0.050
-0.027
-0.040
-0.009
0.016
-0.038
-0.052
0.016
-0.068
-0.026
-0.045
-0.129
0.021
0.010
0.007
0.009
-0.002
-0.057
-0.044
-0.038
-0.011
0.006
0.6812
1.8712
2.0605
4.1256
4.3554
4.9423
12.139
12.902
13.172
13.183
13.509
13.509
14.721
15.059
15.808
15.848
15.967
0.409
0.392
0.560
0.389
0.499
0.551
0.096
0.115
0.155
0.214
0.261
0.333
0.325
0.374
0.395
0.464
0.526
Berdasarkan Tabel 4.13, pergerakan data plot ACF maunpun PACF terlihat
keluar dari batas garis bartllet pada lag ke 4. Hal ini kemungkinan pemodelan
yang akan digunakan adalah AR(4), MA(4) dan ARMA(4,4) sebagai kombinasi
kedua model tersebut. Akan tetapi terkadang dalam prakteknya pemodelan
estimasi parameter tidak selalu ditentukan berdasarkan asumsi grafik
korelogram, sehingga ada beberapa model yang bisa kita gunakan untuk
mencari model yang terbaik. Dalam hal ini model yang dapat digunakan adalah
ARMA(2,2).
82
Sehingga dapat diketahui identifikasi estimasi parameter sebagai berikut :
Tabel 4.14. Estimasi Parameter Model AR(4)
Dependent Variable: LOG_OIL_DINAR
Method: Least Squares
Date: 05/15/10 Time: 21:20
Sample (adjusted): 1972M01 2009M12
Included observations: 456 after adjustments
Convergence achieved after 3 iterations
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
AR(4)
-0.064234
0.046921
-1.368985
0.1717
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Inverted AR Roots
0.004102
0.004102
0.114794
5.995859
340.5286
.36+.36i
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Durbin-Watson stat
.36+.36i
-.36+.36i
-8.37E-06
0.115030
-1.489161
-1.480120
2.076143
-.36+.36i
Tabel 4.15 Estimasi Parameter Model MA(4)
Dependent Variable: LOG_OIL_DINAR
Method: Least Squares
Date: 05/15/10 Time: 21:26
Sample: 1971M09 2009M12
Included observations: 460
Convergence achieved after 5 iterations
Backcast: 1971M05 1971M08
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
MA(4)
-0.061310
0.046742
-1.311659
0.1903
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Inverted MA Roots
0.003913
0.003913
0.114307
5.997307
345.4690
.50
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Durbin-Watson stat
.00+.50i
-.00-.50i
-7.13E-05
0.114531
-1.497691
-1.488710
2.076905
-.50
83
Berdasarkan Tabel 4.14. didapatkan bahwa model AR(4) memiliki nilai
probabilitas 0.1717 yang lebih besar dari tingkat toleransi 5% (0.05). Sehingga
dapat dinyatakan bahwa model AR(4) signifikan sama dengan nol. Sehingga
dapat diartikan bahwa model AR(4) tersebut tidak dapat digunakan untuk
persamaan mean pada data yang diobservasi.
Sementara pada Gambar 4.15, nilai probabilitas model MA(4) lebih besar
dari level toleransi sebesar 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model
MA(4) juga siginifikan sama dengan nol.
Tabel 4.16. Estimasi Parameter Model ARMA(4,4)
Dependent Variable: LOG_OIL_DINAR
Method: Least Squares
Date: 05/15/10 Time: 21:29
Sample (adjusted): 1972M01 2009M12
Included observations: 456 after adjustments
Convergence achieved after 29 iterations
Backcast: 1971M05 1971M08
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
AR(4)
MA(4)
-0.298267
0.234178
0.650373
0.662443
-0.458609
0.353507
0.6467
0.7239
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Inverted AR Roots
Inverted MA Roots
0.004476
0.002283
0.114899
5.993608
340.6142
.52-.52i
.49-.49i
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Durbin-Watson stat
.52+.52i
.49-.49i
-.52+.52i
-.49+.49i
-8.37E-06
0.115030
-1.485150
-1.467069
2.073685
-.52+.52i
-.49+.49i
84
Untuk model ARMA(4,4) pada Tabel 4.16, terlihat bahwa probabilitas yang
dimiliki lebih besar dari 0.05 sebagai level toleransi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model ARMA(4,4) signifikan sama dengan nol.
Tabel 4.17 Estimasi Parameter Model ARMA(2,2)
Dependent Variable: LOG_OIL_DINAR
Method: Least Squares
Date: 05/15/10 Time: 18:30
Sample (adjusted): 1971M11 2009M12
Included observations: 458 after adjustments
Convergence achieved after 11 iterations
Backcast: 1971M07 1971M08
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
AR(2)
MA(2)
0.892005
-0.942494
0.057564
0.042521
15.49590
-22.16552
0.0000
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Inverted AR Roots
Inverted MA Roots
0.014856
0.012696
0.114050
5.931384
345.5002
.94
.97
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Durbin-Watson stat
-5.81E-05
0.114781
-1.500001
-1.481980
2.106558
-.94
-.97
Pada Tabel 4.17 dengan model ARMA(2,2) menunjukan bahwa nilai
probabilitas lebih kecil dari level toleransi (5%), maka dapat disimpulkan
model mean untuk data log Oil Price in Dinar adalah ARMA(2,2), sehingga
dengan menggunakan persamaan (3.10) didapatkan persamaan mean sebagai
berikut, rt = 0.892005rt−1 − 0.942494αt−1 + αt.
85
3. Pemodelan Variansi
a. Tes Unsur GARCH
Pemodelan variansi digunakan untuk mengukur tingkat volalitas pada
sebuah data time series. Namun sebelum masuk pada tahap pemodelan GARCH
terlebih dahulu akan dicari apakah pemodelan mean masih terdapat unsur
heteroskedastisitas atau tidak. Untuk menguji hal tersebut, dilakukan uji ARCH
LM pada data observasi yang dapat dilihat pada Tabel 4.15. berikut :
Tabel 4.18 ARCH LM Model ARMA(2,2)
ARCH Test:
F-statistic
Obs*R-squared
15.34608
14.91064
Probability
Probability
0.000103
0.000113
Pada tabel 4.18, dengan hipotesa bahwa tidak ada efek ARCH dalam
residual jika nilai probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari 0.05, sehingga
hipotesa ditolak pada signifikansi α=5%. Nilai probabilitas Obs*R-squared
yang terbentuk lebih kecil dari 0.05, jadi dapat diketahui bahwa masih terdapat
efek ARCH atau usur heteroskedastisitas pada data log Oil Price in Dinar.
b. Identifikasi Model ARCH-GARCH
Identifikasi pemodelan ARCH-GARCH merupakan proses penaksiran model
yang tepat untuk menyajikan persamaan variansi pada data log Oil Price in
86
Dinar. Untuk model identifikasi GARCH yang tepat dapat dilihat dari plot
korelasi residual kuadrat yang terdapat pada korelogram Tabel 4.19 berikut:
Tabel 4.19 Korelogram Residual Kuadrat Model ARMA(2,2)
Date: 05/15/10 Time: 22:02
Sample: 1971M11 2009M12
Included observations: 458
Q-statistic probabilities adjusted for 2 ARMA term(s)
Autocorrelation
.|*
.|.
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Partial Correlation
.|*
.|.
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
AC
PAC
Q-Stat
Prob
0.181
0.026
0.004
0.001
0.094
0.037
0.042
0.013
-0.018
-0.020
0.001
-0.026
-0.018
-0.017
-0.023
-0.029
-0.026
0.181
-0.006
-0.000
0.001
0.096
0.004
0.034
-0.001
-0.020
-0.022
0.007
-0.036
-0.010
-0.010
-0.014
-0.023
-0.010
15.041
15.362
15.368
15.368
19.445
20.097
20.919
21.000
21.150
21.332
21.333
21.663
21.809
21.939
22.181
22.580
22.899
0.000
0.000
0.000
0.000
0.001
0.002
0.004
0.006
0.011
0.017
0.026
0.038
0.053
0.067
0.086
Dari korelogram residual pada Tabel 4.19, terlihat bahwa plot ACF dan
PACF keluar dari garis bartllet secera signifikan pada lag 1, hal ini menunjukan
bahwa kemungkinan besar untuk memodelkan volatilitas data log Oil Price in
Dinar menggunakan model GARCH(1,1).
87
c. Estimasi Parameter Model ARCH-GARCH
Seperti dalam pembahasan volatilitas Dolar terhadap minyak, model estimasi
parameter GARCH(1,1) akan dimasukan pada persamaan volatilitas dengan
formulasi 2 0 1 21 1 21 , dengan asumsi komponen residual
berdistribusi normal. Pada Tabel 4.18 dapat dilihat estimasi parameter model
ARMA(2,2)-GARCH(1,1)
Tabel 4.20 Estimasi Parameter Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1)
Dependent Variable: LOG_OIL_DINAR
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/15/10 Time: 22:29
Sample (adjusted): 1971M11 2009M12
Included observations: 458 after adjustments
Convergence achieved after 126 iterations
MA backcast: 1971M07 1971M08, Variance backcast: ON
GARCH = C(3) + C(4)*RESID(-1)^2 + C(5)*GARCH(-1)
AR(2)
MA(2)
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
0.829219
-0.881608
0.109618
0.096914
7.564605
-9.096844
0.0000
0.0000
4.822498
4.572141
4.196233
0.0000
0.0000
0.0000
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
GARCH(-1)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Inverted AR Roots
Inverted MA Roots
0.004625
0.181726
0.461848
0.013469
0.004758
0.114508
5.939737
373.6521
.91
.94
0.000959
0.039746
0.110062
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Durbin-Watson stat
-.91
-.94
-5.81E-05
0.114781
-1.609835
-1.564782
2.105682
88
Dapat dilihat pada Tabel 4.20, koefisiensi dari GARCH(1,1) signifikan
berbeda dengan nol. Hal ini ditunjukan dari nilai probabilitasnya yang lebih
kecil dari tingkat signifikasnsi 0.05. Sehingga didapatkan model ARMA(2,2)GARCH(1,1) pada persamaan volatilitas sebagai berikut :
σt2 = 0.004625+ 0.181726α2t-1 + 0.461848σ2t-1
d. Uji Diagnostik
Uji diagnostik dilakukan untuk melihat apakah model yang terbentuk sudah
sesuai dan baik dalam memodelkan data, yakni dengan melihat apakah masih
terdapat efek ARCH dalam residual. Uji ini dilakuakan dengan menggunakan
ter ARCH LM sebagi berikut :
Tabel 4.21. Tes ARCH LM Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1)
ARCH Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.001374
0.001380
Probability
Probability
0.970445
0.970364
Pada Tabel 4.21, dengan hipotesa awal bahwa tidak ada efek ARCH dalam
residual jika nilai probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari 0.05, pada
tingkat signifikansi α=5%. Maka hipotesis diterima, nilai probabilitas Obs*Rsquared yang tersaji lebih besar dari 0.05, yaitu 0.970364.
Untuk melihat apak masih terdapat korelasi serial (hubungan dalam setiap
waktunya) atau tidak sehingga data yang bergerak adalah data yang
89
independent, hal tersebut dapat diketahui dengan menggunakan korelogram
residual kudarat yang distandarisasi. Adapaun grafik korelogram tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.22 berikut :
Tabel 4.22. Korelogram Residual Kuadrat yang Distandarisasi
Date: 05/16/10 Time: 00:35
Sample: 1971M11 2009M12
Included observations: 458
Q-statistic probabilities adjusted for 2 ARMA term(s)
Autocorrelation
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Partial Correlation
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
AC
PAC
Q-Stat
Prob
-0.002
-0.005
-0.013
-0.012
0.041
-0.007
0.023
0.000
-0.011
-0.016
0.015
-0.018
-0.009
-0.008
-0.015
-0.019
-0.013
-0.002
-0.005
-0.013
-0.012
0.041
-0.007
0.023
0.001
-0.010
-0.017
0.017
-0.020
-0.009
-0.008
-0.014
-0.021
-0.011
0.0013
0.0135
0.0863
0.1550
0.9366
0.9587
1.2077
1.2077
1.2667
1.3842
1.4970
1.6457
1.6839
1.7142
1.8191
1.9872
2.0681
0.769
0.925
0.817
0.916
0.944
0.977
0.989
0.994
0.997
0.998
0.999
1.000
1.000
1.000
1.000
Pada Tabel 4.22, terlihat bahwa plot ACF dan PACF pada semua lag tidak
ada yang keluar dari batas bartllet, begitu juga nilai probabilitas statistik Q
lebih besar dari tingkat signifikasnsi α=5%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak ada korelasi serial dalam model.
90
Setelah diketahui tidak ada korelasi serial dalam model, maka dapat
diasumsikan model tersebut berdistribusi normal. Distribusi normal residual
model dapat diketahui dengan melihat histrogram dan Distribution Summary
dengan menggunakan program SPSS 14.0 berikut :
125
Frequency
100
75
50
25
Mean =-7.143750196
E-5
Std. Dev. =0.
1146560146
N =459
0
-0.9000000
-0.6000000
-0.3000000
0.0000000
0.3000000
0.6000000
0.9000000
Log_Oil_Price_in_Dinar
Gambar 4.6. Histogram Distribusi Normal Residual Model ARMA(2,2)GARCH(1,1)
Pada Gambar 4.6. terlihat bahwa residual ARMA(2,2)-GARCH(1,1)
berdistribusi normal, hal ini didapatkan dari Distribution Summary.
91
D.
Perhitungan Volatilitas Model GARCH
1. Perhitungan Volatilitas Dolar
Tahapan terakhir untuk mengukur tingkat volatilitas nilai tukar Dolar
terhadap Minyak Mentah Dunia dalam kurun waktu dari September 1971
hingga Desember 2009 atau selama 458 bulan kita akan menggunakan
persamaan variansi σt2 = 0.002952+ 0.315248α2t-1 + 0.476019σ2t-1, maka
besaran tingkat volatilitas sebagai berikut :
σt2 = 0.002952 + 0.315248α2t-1 + 0.476019σt-1
= 0.002952 + 0.315248 (0.04863)2 + 0.476019 (0.014152)
= 0.010434
Nilai variansi (σt2) Oil Price in Dolar dapat dihitung langsung pada Lampiran
C, dan dari persamaan diatas didapatkan nilai variansi ke Desember 2009
adalah σt2 = 0.010434, maka nilai volatilitas Dolar terhadap minyak mentah
dunia adalah √0.010434 = 0,1021469.
Didapatkan hasil nilai variansi dari Dolar adalah 0,1021469, artinya Dolar
memiliki tingkat volatilitas pergerakan nilai tukar pada rentang negatif
0,1021469 hingga positif 0,1021469.
2. Perhitungan Volatilitas Dinar
Untuk mengukur tingkat volatilitas nilai tukar Dinar terhadap minyak
mentah dunia dalam kurun waktu dari September 1971 hingga Desember 2009
92
kita akan menggunakan persamaan volatilitas dari model ARMA(2,2)GARCH(1,1), σt2 = 0.004625+ 0.181726α2t-1 + 0.461848σt-1, maka besaran
tingkat volatilitas sebagai berikut :
σt2 = 0.004625 + 0.181726α2t-1 + 0.461848σ2t-1
= 0.004625 + 0.181726 (-0.04053)2 + 0.461848 (0.011353)
= 0,010167
Untuk nilai variansi (σ2t) Oil Price in Dinar dapat dilihat pada Lampiran E.
Sehingga dapat diketahui nilai variansi (σ2t) ke Desember 2009 adalah σ2t =
0,010167, maka nilai volatilitas Dinar terhadap minyak mentah dunia adalah
0,010167 = 0,100831.
Nilai variansi yang didapatkan adalah 0,100831. Artinya Dinar sebagai mata
uang memiliki tingkat volatilitas pergerakan nilai tukar pada rentang negatif
0,100831 hingga positif 0,100831.
3. Interpretasi
Berdasarkan analisa volatilitas model GARCH pada analisa volatilitas
didapatkan bahwa tingkat stabilitas Dinar lebih baik dari pada stabilitas Dolar.
Hal ini ditunjukan dari nilai variansi Dinar yang lebih kecil dari pada nilai
variansi Dolar. Artinya rentang fluktuasi pergerakan nilai tukar (harga) Dinar
terhadap minyak mentah dunia lebih kecil yakni 0,100831 dari pada rentang
fluktuasi nilai tukar (harga) Dolar terhadap minyak mentah dunia yakni
0,010167.
93
Adapun hasil penelitian ini tidak memberikan perbedaan yang signifikan
antara tingkat stabilitas Dinar dengan Dolar hal tersebut disebabkan karena
Dinar sendiri tidak memiliki harga. Dinar diukur dengan beratnya yakni 4,25
dengan kadar 22 karat. Sementara alat yang digunakan untuk merepresentasikan
nilai tukar Dinar adalah Dolar (uang fiat). Masalahnya alat untuk
merepresentasikan nilai tukar Dinar tersebut selalu bergerak liar. Seperti hukum
relatifitas yang menyatakan bahwa objek yang tidak bergerak akan terlihat
bergerak jika direpresentasikan oleh objek yang bergerak.
Kondisi dimana Dinar diukur dengan Dolar akan membuat nilai tukar Dinar
seolah-olah bergerak, padahal Dinarnya tetap, tidak bergerak yakni 4,25 gram
dengan kadar 22 karat.
E.
Peluang dan Tantangan Dinar sebagai Alat Pembayaran Premi Asuransi
Syari’ah
1. Ketersediaan Emas
Diciptakannya emas dan perak oleh Allah menurut Imam Ghazali adalah
agar emas dan perak ini digunakan sebagai hakim atau timbangan yang adil
untuk menilai barang-barang dalam bermuamalah. Hal ini sejalan dengan
banyaknya ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan kita untuk menegakkan
timbangan atau neraca yang berarti juga menegakkan keadilan. Sehingga dalam
pelaksanaan perintah untuk menegakkan timbangan atau bermuamalah secara
94
adil dibutuhkan emas atau perak sebagai bahan baku Dinar dan Dirham, maka
pastilah Allah menyediakannya secara cukup di muka bumi.
Berdasarkan data dari World Gold Council (WGC), sampai akhir tahun lalu
tersedia sekitar 170,000 ton emas di seluruh permukaan bumi (cadangan di
dalam bumi belum dihitung). Lebih dari separuhnya untuk perhiasan (51%),
sedangkan yang dipakai sebagai cadangan di bank-bank sentral seluruh dunia
hanya 18 % hampir sama dengan jumlah emas untuk investasi yang sampai
17%.1
Data lain dari Gold Sheet Link menunjukkan bahwa selama sekitar 170 tahun
terakhir trend ketersediaan emas di permukaan bumi meningkat sejalan dengan
pertumbuhan penduduk bumi. Bahkan ketersediaan emas per kapita dunia
cenderung naik dari 0.50 ounces/ kapita pertengahan abad 19 ; menjadi sekitar
0.75 ounces/kapita dasawarsa ini. Data-data tersebut sebenarnya menunjukkan
bahwa emas sangatlah cukup untuk digunakan sebagai alat bermuamalah atau
uang yang adil bagi seluruh penduduk bumi kapanpun dan dimanapun.
Namun demikian kepemilikan cadangan emas didunia tidak merata. Negaranegara yang mayoritas penduduknya muslim, secara keseluruhan memiliki
cadangan emas yang relatif kecil. Berbeda dengan India dan China, dua negara
ini berhasil mendongkrak cadangan emas bank sentralnya secara sangat
1
. Iqbal, Muhaimin “Emas Cukup untuk Manusia, Tetapi..”, diakses pada tanggal 17 Juni
2010 dari http://geraidinar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=75:emascukup&catid=35:dinar&Itemid=84
95
significant. Sementara itu Amerika Serikat dan Eropa tidak terjadi penambahan
significant pada cadangan emas yang dimilikinya.
Berdasarkan proporsi kepemilikan cadangan emas pada Bank Sentral Negara
(Lampiran F) maka harus dilakukan penyesuaian proporsi. Hal ini dapat
dilakukan dengan fokus pada pertunbuhan sektor riil yang menjadi pembangun
ekonomi. Disaat sektor riil tumbuh kondisi tersebut membutuhkan ketahanan
ekonomi, disinilah emas berperan. Negara perlu membeli emas sebagai
cadangan negara.
2. Konsep Uang Menurut Para Pemikiran Islam
a. Imam Ghazali
Dalam Ihya Ulumuddin bab Syukur, ditemukan referensi tentang konsep
uang, dimana al-Ghazali menulis :
“Termasuk dari nikmat-nikmat Allah ta’ala, ialah Allah telah menciptakan
Dirham dan Dinar. Dan dengan keduanya ini tegaknya Dunia. Dan keduanya itu
adalah barang mati yang tidak ada manfaat pada diri keduanya. Akan tetapi
manusia sangat memerlukan keduanya, manusia butuh barang-barang,
makanan, pakaian dan semua kebutuhan-kebutuhannya.”2
Menurut al-Ghazali Allah SWT menciptakan uang emas dan perak sebagai
perantara atau alat pengukur nilai bagi segenap harta agar dapat diukur nilainya.
Namun selain mata uang yang terbuat dari emas dan perak, al-Ghazali juga
2
. Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin. Semarang: CV Asy Syifa, 1992, Jilid VII, h. 428
96
membahas tentang membolehkan peredaran uang yang sama sekali tidak
mengandung unsur emas dan perak atau uang dari bahan campuran, asalkan
pemerintah menyatakan sebagai alat pembayaran.3
Imam Ghazali menyampaikan bahwa zaif (logam campuran), maksudnya
adalah unit uang yang sama sekali tidak mengandung perak, hanya olesan, atau
Dinar yang tidak mengandung emas. Jika sekeping koin mengandung sejumlah
perak tertentu tetapi dicampur dengan tembaga, dan itu merupakan koin resmi
negara tersebut maka hal itu dapat diterima, baik muatan peraknya diketahui
atau tidak. Tetapi jika koin itu tidak resmi, maka koin itu dapat diterima hanya
jika muatan peraknya diketahui.4
Berdasarkan konsep penciptaan uang menurut al-Ghazali, dapat disimpulkan
bahwa penciptaan uang emas dan perak berfungsi sebagai standar harga dan
sebagai alat untuk mengukur biaya tenaga kerja. Dalam penciptaan uang
menurut al-Ghazali uang dapat terbuat dari emas dan perak namun juga dapat
terbuat daru bahan selain emas dan perak.
b. Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun secara jelas mengemukakan bahwa emas dan perak selain
berfungsi sebagai uang juga digunakan sebagai media pertukarang dan alat
3
. Adhiwarman A. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro. Jakarta: Karim
Business Consulting, 2001, h. 11.
4
. Adhiwarman A. Karim, “Pemikiran Ekonomi Seorang Skolastik Arab, Abu Hamid alGhazali, Makalah untuk Kuliah Informal Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, UIN Syarif
Hidyatullah. Jakarta: UIN, 2002, h. 12
97
pengukur nilai sesuatu. Allah SWT menciptakan dua logam mulia (emas dan
perak) sebagai ukuran nilai bagi semua akumulasi modal.
Sejalan dengan Imam Ghazali, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa uang tidak
harus mengandung emas dan perak. Hanya saja emas dan perak dijadikan
standar nilai uang, sebagai penjaga nilai uang. Oleh karena itu, Ibnu Khaldun
menyarankan agar harga emas dan perak itu konstan meskipun harga-harga
lainnya berfluktuasi.5
Berdasarkan pendapat ibnu Khaldun di atas sebenarnya standar mata uang
yang disarankan masih merupakan standar emas yaitu ketika logam emas bukan
merupakan alat tukar menukar namun otoritas moneter menjadikan logam
tersebut sebagai parameter dalam menentukan nilai tukar uang yang beredar,
koin emas tidak lagi secara langsung dipakai sebagai mata uang. Dalam sistem
ini diperlukan kesetaraan antara uang kertas yang beredar dengan jumlah emas
yang disimpan sebagai back up.
c. Al-Maqrizi
Menurut al-Maqrizi, baik pada masa sebelum maupun setelah kedatangan
Islam, mata uang digunakan oleh umat manusia untuk menentukan berbagai
harga barang dan biaya tenaga kerja. Untuk mencapai tujuan ini, mata uang
uang dipakai hanya terdiri dari emas dan perak.6
5
. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro, h. 6
6
. Ibid., h. 67
98
Penggunaan mata uang emas dan perak terus berlanjut tanpa perubahan
berarti
hingga
pemerintahan
al-Mu’tashim,
Khalifah
terakhir
Dinasti
Abbasiyah. Dalam pandangan al-Maqrizi , kekacauan mulai terjadi ketika
pengaruh kaum Mamluk semakin kuat di kalangan istana, tersebut terhadap
kebijakan penciptaan mata uang Dirham campuran. Pencetakan fulus, mata
uang yang terbuat dari tembaga, dimulai pada Dinasti Ayyubiyah, Sultan
Muhammad al-Kamil ibn al-Adi al-Ayyubi, yang menetapkan rasio fulus
terhadap Dirham sebesar 48 fulus untuk setiap Dirham.7
Pasca pemerintahan Sultan al-Kamil, penciptaan mata uang tersebut terus
berlanjut. Kebijakan sepihak mulai diterapkan dengan meningkatkan volume
pencetakan fulus dan menetapkan rasio 24 fulus per Dirham. Akibatnya, rakyat
menderita kerugian besar karena harga barang-barang meningkat.
Dari fakta sejarah tersebut, al-Maqrizi berkesimpulan bahwa mata uang
dapat diterima sebagai standar nilai, baik menurut hukum, logika, maupun
tradisi hanya yang terdiri dari emas dan perak. Oleh karena itu, mata uang yang
menggunakan bahan selain emas dan perak tidak layak disebut sebagai mata
uang.
Kenyataannya kondisi dimana Dinar digunakan sebagai alat transaksi pun
masih bisa terjadi instabilitas nilai Dinar. Hal ini disebabkan karena adanya
moral hazard pada sebuah kepemimpinan pemerintahan yang mengejar
7
. Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam I : Masa Awal Pemikiran Islam, Diktat
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Fakultas Syari’ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2002, h. 47.
99
kepentingan tertentu dengan pencetakaan uang tanpa batas. Merujuk pendapat
Ibn Taimiyah, sebagaimana ditulus oleh Abdul Azim Islahi dalam tulisannya
“economic concept of ibn Taimiya”, bahwa pencetakan uang berkualitas buruk
akan melenyapkan uang lama (yang sedang beredar) yang berkualitas baik,
hukum bad money drives out good money”.8
3. Analisa SWOT Penerapan Dinar sebagai Premi Asuransi Syari’ah
Perencanaan finansial merupakan satu hal yang penting bagi setiap manusia.
Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam perencanaan finansial ini, antara lain
pembelian asuransi. Tujuan jangka panjang dari pembalian asuransi adalah
untuk meminimalisir resiko finansial disaat terjadi sebuah musibah atau pun
untuk menjamin keberlangsungan hidup ketika memasuki masa pensiun.
Asuransi yang memiliki peran memberikan rasa aman terhadap resiko
finansial hingga saat ini belum mampu memberikan pengembalian yang bersifat
adil dan ekonomis. Hal ini disebabkan karena inflasi, namun hal ini bukan
berarti tidak ada solusi. Untuk mengatasi inflasi yang terjadi dibutuhkan sistem
keuangan yang berkeadilan yakni dengan menggunakan Dinar.
Dinar sebagai alat pembayaran premi dipandang perlu untuk diaplikasikan
pada perusahaan asuransi syari’ah. Hal ini didasari oleh bukti kestabilan Dinar
8
. Mufti, Aries, Keunggulan dan Kelamahan Dinar Emas, Makalah Seminar Islam. Jakarta:
BEMJ Muamalat Perbankan Islam, 22 Januari 2003.
100
sabagai instrumen investasi dan proteksi nilai karena memiliki nilai intrinsik
yang tidak akan tergerus oleh laju inflasi.
Istilah instrumen investasi dan proteksi nilai ini hanya ditujukan pada
penggunaan Dinar. Investasi yang dinilai dalam mata uang kertas (Rupiah dan
Dolar AS) tidak memiliki proteksi terhadap kehancuran nilai tukar, hal ini
disebabkan oleh inflasi dan pihak-pihak yang sengaja melakukannya.
Berikut ini penulis mencoba menampilkannya dengan lebih terstuktur dalam
bentuk bagan analisis SWOT.
Tabel 4.23. Analisis SWOT Penerapan Dinar-Dirham Sebagai Alat Pembayaran
Premi Asuransi Syari’ah
STRENGTH :
a. Terbukti
WEAKNESS :
memiliki
nilai
yang a. Otoritas moneter terletak pada
stabil;
Bank Indonesia dan terlepas dari
b. Memiliki
pengembalian
return
yang sangat baik;
c. Tidak akan
hanya
b. Otoritas moneter Bank Indonesia
mengalami inflasi
karena
interfensi Pemerintah;
dicetak
terus-
menerus;
menginduk
kepada
IMF
berpedoman
pada
Article
dan
of
Agreement of the IMF;
d. Tidak dapat di devaluasi oleh c. Masalah Pajak Pertambahan Nilai
sebuah peraturan pemerintah;
(PPN) yang belum kondusif bagi
e. Tidak bergantung janji siapapun
(otoritas
moneter)
untuk
membayar nilai nominalnya;
f. Memenuhi persyaratan
menjadi
pemakai Dinar saat ini. Mengacu
pada UU no. 18 tahun 2000 pada
pasal 4.A ayat 2, Dinar adalah
bukan uang, emas batangan dan
101
mata uang antara lain mempunyai
surat berharga sehingga terkena
nilai tinggi, durability, diterima
PPN;
d. Tidak tersedianya instrument legal
oleh masyarakat luas;
g. Memenuhi ketentuan Syariah;
dalam penerapan Dinar sebagai
h. Jika penerapan ini berhasil maka
intrumen moneter (alat investasi);
akan
menciptakan
kemandirian e. Ketersedian emas yang dimiliki
ekonomi, sebagai cadangan devisa
oleh
negara
Indonesia
relatif
negara;
sedikit merata hanya sekitar 73,1
ton di tahun 20099 di antara
negara-negara
Islam,
sehingga
dapat menimbulkan ketimpangan
dan kesenjangan;
f. Perbankan
Indonesia
saat
ini
belum bisa membuka rekening
Dinar atau Dirham.
OPPORTUNITY :
a. Pesatnya
THREAT :
pertumbuhan
industri a. Sosialisasi penerapan Dinar;
asurnasi syari’ah di Indonesia;
b. Berdirinya
lembaga
wakalah
Dinar, sebagai manager investasi
b. Penempatan posisi-posisi strategis
dalam
penetapan
kebijakan
moneter.
Dinar alternatif selama perbankan
belum membuka rekening Dinar;
c. Masyarakat
negara
Indoneisa
adalah mayoritas muslim.
9
. http://notegolddiamond.blogspot.com/2009/11/pemilik-cadangan-emas-terbesardunia.html
102
Berdasarkan bagan analisa SWOT di atas nyatanya Dinar memeiliki
kelayakan untuk dapat digunakan sebagai media penyimpan nilai dan alat
investasi berupa alat pembayaran premi. Namun kondisi politik ekonomi
Indonesia tidak memberi ruang untuk itu. Dalam tataran usaha mempraktekan
Dinar sebagai pembayaran premi ataupun sebagai instrumen moneter masih
terbentur oleh legalitas hukum. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no.
23 tahun 1999 pada pasal 2 ayat 3 diatur bahwa, “setiap perbuatan yang
menggunakan uang atau mempunyai tujuan pembayaran atau kewajiban yang
harus dipenuhi dengan uang jika dilakukan di wilayah negara Republik
Indonesia wajib menggunakan mata uang Rupiah, kecuali apabila ditetapkan
lain dengan Peraturan Bank Indonesia.”
Dengan undang-undang tersebut Bank Indonesia mendapatkan otonominya
yang penuh. Namun ironisnya Bank Indonesia justru masuk genggaman IMF,
karena merupakan anggota IMF dan harus tunduk pada Article of Agreement of
the IMF seperti yang diatur antara lain sebagai berikut10:
a. Article V Section 1, menyatakan bahwa IMF hanya berhubungan dengan
bank sentral (atau institusi sejenis) dari negara anggota.
b. Articel IV Section 2, menyatakan bahwa anggota IMF harus mengikuti
aturan IMF dalam hal nilai tukar uangnya, termasuk didalamnya larangan
menggunakan emas sebagai patokan nilai tukar.
10
. Iqbal, Muhaimin, Dinar the Real Money Dinar Emas, Uang & Investasiku. Jakarta:
Gema Insani, 2009, Cet. Ketiga, hal. 48.
103
c. Articel IV Section 3.a., menyatakan bahwa IMF memiliki hak untuk
mengawasi kebijakan moneter yang ditempuh oleh anggota, termasuk
mengawasi kepatuhan negara anggota terhadap aturan IMF.
d. Articel VIII Section 5, menyatakan bahwa anggota harus selalu melaporkan
ke IMF untuk hal-hal yang menyangkut cadangan emas, produksi emas,
ekspor impor emas, neraca perdagangan internasional dan hal-hal detail
lainnya.
Pengaruh IMF terhadap kebijakan-kebijakan Bank Indonesia tersebut
memiliki dampak yang sangat luas terhadap sistem perekonomian Indonesia
baik pada industri perbankan, asuransi dan lembaga keuangan lainnya.
Namun demikian upaya implementasi Dinar sebagai pembayaran premi
asuransi ataupun dalam cangkupan yang lebih luas sebagai mata uang resmi
dapat terus dilakukan dikarenakan:11
a. Dinar berharga bukan karena pengakuan pemerinta (legal tender)
sebagaimana mata uang kertas lainnya, melaikan karena bendanya sendiri
memang berharga (emas 22 karat) maka pemegang mata uang ini
memegang nilai tukar yang sebenarnya;
b. Dinar memiliki nilai tukar yang melekat pada dirinya sendiri, sehingga tidak
ada pihak luat yang bisa merusak atau menghancurkan nilainya;
11
. Iqbal, M, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinr & Dirham. Jakarta: Spiritual
Learning Center & Dinar Club, 2007, Cet. Pertama, hal. 167.
104
c. Dinar memiliki daya beli yang tetap tinggi sepanjang masa, oleh karenanya
Dinar sangat cocok untuk transaksi muamalah yang bersifat jangka panjang
– disaat mata uang kertas tidak bisa digunakan sebagai alat transaksi yang
adil karena nilainya yang terus berubah;
d. Telah berdirinya lembaga wakalah Dinar yang memberikan jasa
pengelolaan Dinar berupa investasi dan saving.
Kond
Pesatnya perkembangan asuransi syari’ah di Indonesia merupakan suatu
kesempatan untuk menerapkan kembali sistem keuangan Islam yang
berkeadilan. Keunggulan Dinar sebagai mata uang yang ditunjukan pada poin
diatas merupakan peluang bagi industri asurnasi syari’ah untuk dapat
mengaplikasikan sebuah perancangan produk asuransi berbasis Dinar, yang
tentunya kesemua ini demi terwujudnya kesejahteraan ekonomi.
Adapun langkah-langkah yang dapat diambil dalam menghadapi kelemahan
dan tantangan penerapan Dinar sebagai alat pembayaran premi asuransi
syari’ah antara lain:
1. Sosialisasi dan penyebaran ide / konsep Dinar sebagai instrumen moneter
yang dapat memberikan pengembalian yang adil.
2. Memperkuat elemen-elemen / komunitas penggerak ekonomi Islam
dalam tataran regional maupun internasional.
3. Mensinergikan berbagai institusi Islam dalam berbagai tingkatannya
dalam mengkaji, mengekplorasi dan mengeloborasi ide penerapan Dinar.
105
4. Membangun berbagai macam insfrastruktur untuk membuat berbagai
macam spesialisasi produk asuransi berbasis Dinar.
5. Penempatan berbagai pos-pos strategis dalam kebijakan moneter.
Penerapan Dinar sebagai alat pembayaran premi bukanlah suatu utopia
belaka, akan tetapi usaha mewujudkannya tidaklah semudah membalikan
telapak tangan. Langkah strategis awal adalah mendorong masyarakat untuk
mengelola perencanaa finansial berbasis Dinar secara pribadi, termasuk
proteksi diri terhadap resiko.
Dengan komitmen yang kuat dan dari berbagai lini umat Islam, insya Allah
hal tersebut tidak mustahil dicapai.
106
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat stabilitas nilai tukar Dinar terhadap minyak mentah dunia dalam
waktu priode sesudah Bretton Wood System hingga bulan Desember 2009
berada pada nilai 0,010167. Artinya Dinar sebagai mata uang terhadap
minyak mentah dunia memiliki kecenderungan berfluktuasi pada kisaran
nilai negatif 0,010167 sampai dengan positif 0,010167.
2. Tingkat stabilitas nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap minyak
mentah dunia dalam waktu priode sesudah Bretton Wood System hingga
bulan Desember 2009 berada pada nilai 0,1021469. Artinya Dolar sebagai
mata uang terhadap minyak mentah dunia memiliki kecenderungan
berfluktuasi pada kisaran nilai negatif 0,1021469 sampai dengan positif
0,1021469.
3. Tingkat stabilitas dari sisi closed economy menunjukan bahwa Dinar
memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik dengan nilai variansi sebesar
0,010167 dibandingkan dengan tingkat stabilitas Dolar dengan nilai variansi
sebesar 0,1021469. Semakin tinggi nilai variansi, maka semakin volatile
nilainya
107
4. Langkah strategis awal dalam penerpan Dinar sebagai alat pembayaran
premi asuransi syari’ah adalah pengelolaan perencanaan finansial secara
swakelola.
B.
Saran
Berdasarkan analisa dan studi yang telah dilakukan, maka disarankan:
1. Penelitian ini hanya menggunakan data untuk memodelkan variansi
dalam menentukan tingkat volatilitas. Maka untuk penelitian selanjutnya
disarankan agar mengeksplor data lebih jauh dengan melakukan
peramalan (forecast) dan menghitung nilai VaR
2. Membuat pemograman yang efisien untuk perhitungan volatilitas, VaR
dan peramalan (forecast).
108
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. Analisis Statistik Untuk Bisnis Dengan Regresi, Korelasi, dan Non Parametrik.
Yogyakarta: STIE YKPN, Edisi Pertama, 2000.
Cryer, J.D. Time Series Analysis. USA: PWS-KENT Publishing Company, 1986.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Gozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2005.
Hamidi, M. Lutfi. Gold Dinar; Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan.
Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007.
Halim Siana, dkk. Model Matematik untuk Menentukan Nilai Tukar Mata Uang
Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Teknik Industri, Vol. 1, No. 1, 1999.
Hasan, Ahmad. Mata Uang Islami Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami.
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.
Hasan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta: Bumi
Aksara, 2003.
Iqbal, Muhaimin, Dinar the Real Money. Jakarta: Gema Insani, Cet. Ketiga, 2009.
____________, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham.
Jakarta: Spiritual Learning Center & DinarClub, Cet. Pertama, 2007.
Muhammad Muslehuddin, Insurance and Islamic Law, (Terj. Oleh Burhan
Wirasubrata), Menggugat Asuransi Modern: mengajukan suatu alternative baru
dalam perspektif hukum Islam. Jakarta: Lentera, 1999.
109
Mauludi, Ali. Statististika I : Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial. Jakarta: PT.
Prima Heza Lestari, 2006.
Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Indonesia, 1995.
Pradiepta, L, H. Perhitungan VaR dalam Investasi Saham dengan Menggunakan Model
GARCH. Bandung: Matematika.
Robert I Mejr, Life Insurance Theory and Practice, 1985.
Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito, 2002.
Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2005.
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syari’ah (Life and General): Konsep dan Sistem
Oprasional. Jakarta: Gema Insani, Cet. Pertama 2004.
Website Bank Indonesia. www.geraidinar.com
Website Bank Indonesia. www.statistik4life.com
Website Bank Indonesia. www.kitco.com
Website Bank Indonesia. www.worldoils.com
Winarno, W. W. Analisis Ekonimetrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta:
Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN, Edisi Pertama.
Yafie, Ali, Asuransi dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqih Sosial.
Bandung: Mizan, 1994.
Download