ANALISIS STABILITAS EMAS SEBAGAI ALTERNATIF PEMBAYARAN PREMI: PELUANG DAN TANTANGAN BAGI ASURANSI SYARI’AH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy) Oleh: R. WENDY FATTAHUL AMBIYA SURYAPUTRA NIM. 105046201723 KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 ANALISIS STABILITAS EMAS SEBAGAI ALTERNATIF PEMBAYARAN PREMI: PELUANG DAN TANTANGAN BAGI ASURANSI SYARI’AH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy) Oleh: R. WENDY FATTAHUL AMBIYA SURYAPUTRA NIM. 105046201723 Pembimbing Pembimbing I, Pembimbing II, IR. ELA PATRIANA, M.M, AAAIJ NIP. 196905282008012010 DRS. AGUSTIANTO, M.AG NIP. 150268009 KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Analisis Stabilitas Emas sebagai Alternatif Pembayaran Premi: Peluang dan Tantangan bagi Asuransi Syari’ah, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 20 Juni 2010 Dekan, Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM NIP. 195505051982031012 Panitia Ujian Munaqasyah Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 197107011998032002 (......................................) Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH NIP. 197407252001121001 (......................................) Pembimbing I : Ir. Ela Patriana, M.M, AAAIJ NIP. 196905282008012010 (......................................) Pembimbing I : Drs. Agustianto, M.Ag NIP. 150268009 (......................................) Penguji I : Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 197107011998032002 (......................................) Penguji II : Ir. Nur Nurianto Arif, M.Si NIP. 198110132008011006 (......................................) ABSTRAK Uang sebagai satuan hitung dalam kegiatan ekonomi sangat erat hubungannya dengan fungsi meyimpan nilai. Sebagai media pertukaran yang merepresentasikan harga suatu barang dan jasa, sebuah mata uang menjadi begitu penting untuk memiliki nilai tukar yang stabil. Stabilitas nilai tukar mata uang berarti adanya kemampuan daya beli (puchasing power) yang tidak berubah pada uang tersebut di setiap waktu. Dalam skripsi ini akan ditelaah studi komparasi tingkat stabilitas mata uang Dinar dan Dolar terhadap minyak mentah dunia. Model GARCH diterapkan pada peramalan volatilitas nilai tukar Dinar dan Dolar. Berdasarkan analisis, diperoleh bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% nilai variansi Dinar lebih dari pada variansi Dolar AS. Hasil ini menunjukan bahwa Dinar memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik dari pada Dolar AS. Kata kunci : Dinar, Dolar, log return, distribusi normal, mean, variansi, volatilitas, GARCH. i KATA PENGANTAR Assalamu ‘Alaikum Wr.Wb Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia yang diberikan dalam menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi. Berkat kumudahan atas kesulitan, kelebihan atas kekurangan, kekuatan atas ketidakberdayaan berikut petunjuk-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Seiring dengan itu shalawat serta salam, terus terucap kepada Nabi Muhammad SAW yang penuh dengaan kemuliaan sikap. Atas penulisan ini penulis ingin sampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Prodi Muamalat Fakultas Syari’ah dan Hukum dan Bapak Ah. Azharuddin Latif, M.Ag, M.H, selaku Sekretaris Prodi Mu’amalat Fakultas Syari’ah dan Hukum. 3. Ibu Ir. Ela Patriana, MM, AAAIJ dan Bapak Drs. Agustianto, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa menyempatkan waktu untuk penulis disela-sela kesibukannya. 4. Segenap Dosen dan Tenaga Pengajar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu dan Bapak atas do’a yang tiada henti. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terjadi jika tanpa do’anya. Bapak yang telah memberikan ii banyak kemudahan dan fasilitas selama proses penulisan, betapa tanpa beliau penulisan ini mungkin tidak dapat diselesaikan tepat waktu. Semoga Allah menempatkan Ibu dan Bapak dalam kemuliaan-Nya. 6. Teteh Wynda, Aa Aden, Dek Sarah, dan Dek Hanna meskipun tidak secara langsung memberikan kontribusi. Namun penulis patut menyampaikan terimakasih atas support moral yang diberikan selama masa-masa kritis dalam penulisan skripsi ini. 7. Keluarga Besar Network Twenty One yang mengagumkan. Berkolaborasi dengan kelompok orang-orang yang bergairah dan menyenangkan merupakan pengalaman hidup saya yang paling hebat. 8. Teman-teman Jurusan Asuransi Syari’ah angkatan 2005, yang telah mengajari penulis untuk mencintai pendidikan, mengambil resiko, percaya pada diri sendiri, dan melayani orang lain. Ucapan terimakasih terutama tertuju kepada Firdaus, Patih, Pardan, Zulqarnain, Tonton, Ipung, Rijal, Candra, Nopa Grace, Puput, Tika, Tety dan Riza. Kita selesaikan apa yang sudah kita mulai. 9. Keluarga besar PT. AJ. BRIngin Jiwa Sejahtera. Unit kerja Divisi Individu. Pak Wijdaya, Ibu Anita, Pak Anggara, Pak Welly, Mas Sonhaji, Mba Betty, terimakasih untuk segala pengertiannya selama proses penulisan skripsi ini penulis banyak meninggalkan jam kantor. Teman-teman Divisi Aktuaria, Helmy dan Nia Sofura yang bersedia memberikan bimbingan statistik dan sharing ilmu memberikan pemahaman dasar tentang time series selama proses penulisan skripsi ini. iii DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8 E. Review Studi Terdahulu ............................................................. 9 F. Kerangka Teori ........................................................................... 13 G. Kerangka Pemikiran .................................................................... 14 H. Hipotesis ..................................................................................... 18 I. Metode Penulisan ........................................................................ 18 J. Sistematika Penulisan ................................................................. BAB II 18 LANDASAN TEORI A. Konsep Uang dalam Ekonomi Islam .......................................... iv 21 1. Fungsi Uang dalam Islam ..................................................... 21 2. Permasalahan Uang Kertas ................................................... 24 3. Keunggulan Dinar ................................................................. 26 B. Stabilitas Uang ............................................................................ 32 C. Stabilitas Nilai Tukar dan Prinsip-prinsip secara Islam .............. 32 D. Prospek Emas sebagai Nilai Tukar dalam Kegiatan Asuransi Syari’ah ..................................................................................... 34 35 E. Perkembangan Harga Emas Dunia ........................................... F. Dinar Sebagai Instrumen Lindung Nilai ................................... 36 G. Asuransi dalam Perspektif Islam .............................................. 36 1. Definisi Asuransi .................................................................. 36 2. Sejarah dan Dasar Pelaksanaan Asuransi Syari’ah ............... 42 Review Studi Terdahulu ........................................................... 38 H. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data ................................................................ 44 1. Data ....................................................................................... 44 2. Sumber Data .......................................................................... 45 3. Identifikasi Variabel .............................................................. 46 4. Variabel Penelitian ................................................................ 47 5. Definisi Oprasional Penelitian .............................................. 48 B. Desain Model Analisis Penelitian ............................................... 54 v 1. Perhitungan Return ............................................................... 54 2. Uji Stasioneritas .................................................................... 54 3. Uji Normalitas dan Distribusi Data ....................................... 54 4. Uji Autokorelasi .................................................................... 55 5. Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 56 6. Uji White Heteroskedastisitas ............................................... 57 7. Model ARCH(p) ................................................................... 58 8. Model GARCH(p,q) ............................................................. 58 9. GARCH(p,q) in Mean ........................................................... 59 10. Pemodelan Persamaan Mean ................................................ 60 11. Pemodelan Variansi .............................................................. 62 12. Perhitungan Volatilitas .......................................................... 63 BAB IV ANALISA DATA A. Data ............................................................................................. 64 B. Volatilitas Dolar terhadap Minyak Mentah Dunia ...................... 64 1. Tahap Menstasionerkan Data ................................................ 65 2. Pemodelan Mean ................................................................... 66 3. Pemodelan Variansi .............................................................. 72 C. Volatilitas Dinar terhadap Minyak Mentah Dunia ...................... 77 1. Tahap Menstasionerkan Data ................................................ 78 2. Pemodelan Mean ................................................................... 79 vi 3. Pemodelan Variansi .............................................................. 85 D. Perhitungan Volatilitas Model GARCH ..................................... 91 1. Perhitungan Volatilitas Dolar ............................................... 91 2. Perhitungan Volatilitas Dinar ............................................... 91 3. Interpretasi ............................................................................ 92 E. Peluang dan Tantangan Dinar sebagai Alat Pembayaran Premi Asuransi Syari’ah ........................................................................ 93 1. Ketersediaan Emas ................................................................ 93 2. Konsep Uang Menurut Para Pemikiran Islam ....................... 95 3. Analisa SWOT Penerapan Dinar sebagai Premi Asuransi Syari’ah ................................................................................. BAB V 99 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................... 106 B. Saran ......................................................................................... 107 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbandingan Harga Emas dan Perak pada Masa Bimetalik ....... 33 Tabel 3.1 Identifikasi Model Deret Waktu AR(p), MA(q), ARMA(p,q) .... 60 Tabel 4.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test) data return Oil Price in Dolar .... 66 Tabel 4.2 Korelogram Data Log Oil Price in Dolar .................................... Tabel 4.3 Estimasi Parameter Model AR(4) ................................................ 68 Tabel 4.4 Estimasi Parameter Model MA(4) ............................................... 69 Tabel 4.5 Estimasi Parameter Model ARMA(4,4) ...................................... 70 Tabel 4.6 Estimasi Parameter Model ARMA(2,2) ...................................... 71 Tabel 4.7 ARCH LM MODEL ARMA (2,2) .............................................. 72 Tabel 4.8 Korelogram Residual Kuadrat Model ARMA(2,2) ..................... 73 Tabel 4.9 Estimasi Parameter Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ............... 74 Tabel 4.10 Tes ARCH LM Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ..................... 75 Tabel 4.11 Korelogram Residual Kuadrat yang Distandarisasi ..................... 76 Tabel 4.12 Uji Akar Unit (Unit Root Test) data return Oil Price in Dinar .... 80 Tabel 4.13 Korelogram Data Log Oil Price in Dinar .................................... 81 Tabel 4.14 Estimasi Parameter Model AR(4) ................................................ 82 Tabel 4.15 Estimasi Parameter Model MA(4) ............................................... 82 Tabel 4.16 Estimasi Parameter Model ARMA(4,4) ...................................... 83 Tabel 4.17 Estimasi Parameter Model ARMA(2,2) ...................................... 84 viii 67 Tabel 4.18 ARCH LM Model ARMA(2,2) ............................................ 85 Tabel 4.19 Korelogram Residual Kuadrat Model ARMA(2,2) ..................... 86 Tabel 4.20 Estimasi Parameter Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ............... 87 Tabel 4.21 Tes ARCH LM Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ..................... 88 Tabel 4.22 Korelogram Residual Kuadrat yang Distandarisasi ..................... 89 ix DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran .................................................................. 17 Gambar 2.1 Pergerakan Harga Emas dalam Kurun Waktu September 1971 sampai dengan Desember 2009 ................................................ 35 Gambar 3.1 Pola Penyebaran Residual Persamaan Regresi .......................... 57 Gambar 4.1 Plot Harga Minyak Mentah Dunia dalam Dolar ....................... Gambar 4.2 Plot Log Return Data Harga Minyak Dunia dalam Dolar ......... 65 Gambar 4.3 Histogram Distribusi Normal Residual Model ARMA(2,2)- 64 GARCH(1,1) ............................................................................. 77 Gambar 4.4 Plot Harga Minyak Mentah Dunia dalam Dinar ....................... 78 Gambar 4.5 Plot Log Return Data Harga Minyak Dunia dalam Dinar ......... 79 Gambar 4.5 Histogram Distribusi Normal Residual Model ARMA(2,2)GARCH(1,1) ............................................................................. x 90 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk-produk industri keuangan berjangka panjang seperti tabungan pendidikan, tabungan haji, dana pensiun, tabungan kesehatan, asuransi kesehatan, asuransi jiwa dan lain sebagainya sering mengecewakan para pembelinya karena pada saat dana jangka panjang tersebut cair – meskipun angkanya sama dengan yang dijanjikan – namun dana tersebut terlalu rendah daya belinya. Sebagai contoh seseorang membeli salah satu produk asuransi jiwa pada tahun 1996 dengan nominal US$ 100.000,-, asuransi tersebut jatuh tempo pada tahun 2006 dan orang tersebut benar-benar menerima US$ 100.000,-. Dengan kondisi demikian senangkah orang tersebut dengan pembayaran manfaat asuransi tersebut?. Jawabannya tentu tidak, permasalahan yang timbul adalah uang US$ 100.000,- pada tahun 1996 apabila orang tersebut belikan emas (sebagai komoditi standar) maka dia masih memperoleh sekitar 258 ounce; sedangkan jumlah uang yang sama pada saat dana tersebut cair tahun 2006 apabila dibelikan emas hanya mendapatkan 158 ounce. Pengembaliannya yang tidak adil inilah yang dilarang dalam al-Qur’an. 2 . öΝèδu!$u‹ô©r& }¨$¨Ψ9$# (#θÝ¡y‚ö7s? Ÿωuρ šχ#u”Ïϑø9$#uρ Ÿ≅ø‹x6ø9$# (#θèù÷ρr'sù ( ... ... ∩∇∈∪ Artinya: “... Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya ...” (Q.S al-Anfal, 7: 85) Dari contoh diatas kita dapat memahami bahwa untuk benar-benar berjalan sesuai ketentuan syari’ah, maka dalam bermuamalah (khususnya yang berbentuk kontrak jangka panjang) kita harus menggunakan satuan ukuran yang baku, yang memiliki nilai standar dan tidak terpengaruhi faktor waktu dan tempat. Untuk inilah perlu Dinar dan Dirham segera digunakan dalam mua’amalah secara umum dan secara khusus pada produk-produk industri keuangan jangka panjang seperti tabungan pendidikan, biaya pengelolaan kesehatan baik dengan asuransi maupun JPKM, dana pensiun, dana bencana alam dan lain sebagainya. Selain manfaat yang sangat berarti bagi konsumen seperti contoh diatas, penggunaan Dinar dan Dirham dalam industri keuangan akan berdaya guna ganda; pertama dengan menggunakan Dinar dan Dirham industri keuangan akan dapat benar-benar terbebas dari riba dan akan dapat memberikan layanan yang adil bagi nasabah. Kedua, industri keuangan akan mendorong iklim investasi yang islami yang sesuai syari’ah karena dana pihak ketiga yang 3 terkumpul dalam bentuk Dinar dan Dirham juga harus diinvestasikan dalam bentuk investasi yang paling sesuai dengan prinsip syari’ah yaitu Qirad dan Mudharabah. Ketika dunia tidak lagi menggunakan emas sebagai standar pengukuran harga maka alat dalam perdagangan kemudian beralih kepada uang fiat (fiat money). Penggunaan uang fiat yang diikuti dengan penggunaan sistem uang nilai tukar mengambang (floating exchange rate system) yang dimotori Amerika Serikat selanjutnya merubah sistem moneter dunia. Penggunaan fiat money yang tidak diback up oleh emas mempunyai kelemahan antara lain otoritas moneter dapat melakukan pencetakan uang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan (bukan berdasarkan kebutuhan ekonomi), hal ini pada gilirannya akan berdampak kepada tingkat inflansi yang tinggi, hampir semua mata uang mengalami fluktuasi dan sangat sulit menghindari dari penurunan nilai, mengingat pergerakan nilai tukar sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik dan ekonomi global. Dalam ekonomi konvensional salah satu cara yang digunakan untuk menghindari resiko yang timbul dari fluktuasi nilai tukar adalah menggunakan transaksi lindung nilai (hedging). Transaksi tersebut dilakukan untuk jangka waktu tertentu dimasa depan dengan melakukan transaksi jual/beli mata uang yang dibutuhkan tersebut secara kontrak saat ini. Namun demikian instrument hedging yang umum digunakan saat ini seperti forward, swap, dan option masih menjadi perdebatan mengenai kecocokannya untuk melindungi 4 kegiatan perdagangan Islam, mengingat dalam kegiatan ekonomi harus terbebas dari unsur maisir, gharar, dan riba. Selanjutnya secara berkesinambungan para ahli ekonomi Islam mulai membericarakan alternatif penggunaan Dinar sebagai mata uang/alat pembayaran. Penggunaan Dinar sebagai mata uang sudah berlaku sejak Nabi Muhammad saw lahir dan digunakan sebagai mata uang Islam dibawah kontrol pemerintah. Dalam perkembangannya nilai tukar Dinar relatif stabil pada jangka waktu yang panjang karena memiliki nilai intrinsik dan tidak tergantung pada jaminan manapun. Oleh karena itu menjadi penting untuk dipahami bahwa koin emas akan selalu bernilai meskipun hanya meliputi sejumlah kecil penggunaan moneter (uang). Hal demikian menjadikan Dinar itu dapat digunakan sebagai alat pembayaran premi asuransi syari’ah yang diperkirakan mempunyai stabilitas untuk jangka waktu yang panjang. Dari permasalahan di atas, dapat dipahami bahwa uang kertas sebagai alat pembayaran premi asuransi tidak stabil sehingga menyebabkan ketidakadilan pembayaran manfaat asuransi. Selain itu secara makro penggunaan uang kertas menyebabkan permasalahan ekonomi seperti fluktuasi nilai tukar, inflasi dan ketergantungan ekonomi. Sebaliknya dari fakta sejarah yang ada, diketahui bahwa Dinar stabil dalam perjalanannya sebagai nilai tukar. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti stabilitas nilai tukar Dinar dengan judul: Analisis Stabilitas Emas Sebagai Alternatif Pembayaran Premi: Peluang dan Tantangan Bagi Asuransi Syari’ah. 5 B. Perumusan Masalah Sebagaimana yang telah diilustrasikan diatas, pada awalnya peranan asuransi adalah media peralihan risiko finansial yang terjadi akibat hilangnya fungsi badan atau barang. Seiring perkembangan zaman asuransi tidak hanya dalam bentuk pertanggungan, namun sudah ada dalam bentuk tabungan dan investasi. Bentuk (plan) dasar asuransi jiwa terdiri dari 3:1 (1) term insurance yaitu pertanggungan berjangka dengan pola pembayaran tertentu dan jaminan manfaat pertanggungan jika tertanggung mengalami musibah (meninggal dunia) selama masa asuransi; (2) endowment insurance (asuransi dwiguna) yaitu pertanggungan dengan pola pembayaran tertentu dan jaminan manfaat jika tertanggung mengalami musibah (meninggal dunia) selama masa asuransi atau hidup hingga kontrak asuransi berakhir; dan (3) whole life insurance yaitu pertanggungan seumur hidup, tidak berjangka (tidak ada batas akhir). Dari bentuk (plan) asuransi tersebut, lahir produk-produk dengan mekanisme premi yang terdapat unsur tabungan maunpun investasi yang saat ini biasa dikenal dengan asuransi pendidikan anak, asuransi kesehatan, asuransi haji dan asuransi unit link. Ditinjau dari skema mekanisme pengelolaan dananya, produk asuransi dengan unsur tabungan dan investasi terdiri dari: Pertama, rekening tabarru’ 1 . Gene A. Morton, Principle of Life and Health Insurance, LOMA, Atlanta, Georgia, 1984, hlm. 39-40. 6 yang diperuntukan sebagai dana klaim jika tertanggung mengalami musibah; Kedua, rekening tabungan sebagai pool pengembangan investasi. Jika menilai tingkat pendapatan perkapita rakyat Indonesia saat ini, dengan segala kebutuhan yang dimiliki pada suatu keluarga, maka jika keluarga tersebut membeli sebuah produk asuransi jangka panjang yang asumsinya memiliki tingkat rate premi standar maka umumnya biaya premi asuransi yang harus dibayar akan memangkas pendapatan bulanan keluarga tersebut sebesar 25%, dengan tujuan akan mendapatkan manfaat asuransi pada saat jatuh tempo. Namun kenyataannya yang terjadi nilai manfaat yang diterima pada saat jatuh tempo tidak bersifat ekonomis karena tergerus oleh laju inflasi. Adanya instabilitas nilai mata uang fiat yang terefleksikan pada nilai manfaat asuransi jangka panjang maka diperlukan mata uang yang stabil dan adil sebagai alat pembayaran premi asuransi. Dalam sejarah telah terbukti bahwa Dinar stabil dan tidak pernah mengalami inflasi, sementara sejak perjalanan uang kertas perjalanannya terus mengalami fluktuasi dan depresi. Untuk itu, penggunaan Dinar diharapkan dapat memberi alternatif terbaik dalam industri asuransi saat ini. Selain itu, alasan penggunaan Dinar sebagai alat transaksi yang meliputi pembayaran premi asuransi disamping nilainya yang stabil, ataupun terbebas dari praktek maisir, gharar dan riba. Penggunaan Dinar akan mengurangi 7 ketergantungan terhadap Dolar Amerika Serikat yang berujung pada kemandirian ekonomi bangsa. Berdasarkan hal di atas maka rumusa masalah penelitian disusun sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat stabilitas nilai tukar Dinar terhadap minyak mentah dunia dalam waktu priode sesudah Bretton Wood System? 2. Bagaimana tingkat stabilitas nilai tukar Dolar terhadap minyak mentah dunia dalam waktu priode sesudah Bretton Wood System? 3. Apa tantangan dan peluang asuransi syari’ah dalam upaya penerapan Dinar sebagai alternatif pembayaran premi produk asuransi syari’ah? C. Pembatasan Masalah Untuk lebih memfokuskan penulisan ini, maka masalah akan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut : 1. Pergerakan harga minyak mentah dunia dalam Dolar Amerika Serikat pada waktu periode sesudah Bretton Wood System (September 1971 s/d Desember 2009). 2. Pergerakan harga minyak mentah dunia dalam Dinar pada waktu priode sesudah Bretton Wood System (September 1971 s/d Desember 2009). 3. Analisa hanya terbatas pada alternatif pembayaran premi asuransi yang berbentuk produk saving. 8 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dan manfaat penelitian dalam melakukan penelitian ini ialah sebagai berikut : 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menilai stabilitas nilai Dinar pada waktu priode sesudah Bretton Wood System. b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar emas. c. Melihat peluang dan tantangan asuransi syari’ah dalam upaya menerapkan Dinar sebagai alat pembayaran premi asuransi. 2. Manfaat penelitian a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran dalam penyempurnaan bentuk oprasioanal industri asuransi syariah yang berlaku. b. Hasil penelitian ini akan memberikan wawasan intelektual mengenai konsep penggunaan Dinar pada industri asuransi syariah. c. Dapat memberikan rekomendasi wacana dari analisis sistem pembiayaan yang berkeadilan dalam dunia asuransi syariah. d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam mengambil kebijakan pengembangan dan penerapan Dinar sebagai salah satu bentuk pembayaran premi produk asuransi syariah. 9 e. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana mensosialisasikan penerapan Dinar dalam berbagai transaksi. f. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi jawaban kritis atas fenomena yang terjadi berkaitan tentang sistem keuangan yang tidak berkeadilan dan tidak dapat dipercaya. E. Review Studi Terdahulu Berikut adalah anotasi dari beberapa penelitian yang terkait dengan tema penulis yang didapatkan : 1. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sain dan Humaniora 1(2), 184-204, yang dilakukan oleh I Made Sugiarta dengan judul Pengembangan Model Volalitas ARCH Berbasis Data Runtut Waktu Terinversi pada Regresi Semiparametik dari Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Universitas Ganesha. Permasalahan yang dikaji melalui penelitian ini adalah menemukan dan sekaligus mengkaji secara teoritis dan empiris akurasi maupun prilaku dari model volatilitas ARCH yang nantinya dapat diaplikasikan untuk mengestimasi suatu estimator atau parameter-parameter dari fungsi regresi semiparametrik dengan basis data runtun waktu terinversi, yaitu dengan melakukan studi komparasi model runtut waktu ARCH semiparametrik dengan model ARCH parametrik dan model ARCH non parametrik. 10 Perbedaan dalam penelitian ini adalah pada objek penelitian. Objek penelitian yang dilakukan oleh I Made Sugiarta adalah kajian statistik untuk menentukan pemodelan volatilitas ARCH yang terbaik dalam pengukuran data runtut waktu dengan menggunakan regresi parametrik. Kesimpulan pada penelitian ini adalah Model runtun waktu ARCH semiparametrik lebih baik daripada ARCH parametrik maupun non parametrik, sebab estimsi parameter-parameternya lebih mendekati keadaan sebenarnya. Dengan pengujian hipotesis dan teorema Hardle pernyataan ini dijamin kebenarannya. 2. Jurnal Ekonomi Ideologis (www.jurnal-ekonomi.org),2 oleh M. Hatta dengan judul Telaah Singkat Pengendalian Inflansi dalam Perspektif Kebijakan Moneter Islam. Penelitian ini mengangkat permasalahan pemodelan kebijakan moneter dalam upaya pengendalian inflasi dan akibat buruk fiat money dalam kaca mata Hizbut Tahrir. Analisa ini dilakukan dengan analisa dari pandangan Hizbut Tahrir tentang dinar dan dirham sebagai mata uang, hukum jual beli mata uang asing, hukum pertukaran mata uang, hukum riba, hukum pasar modal, hukum perbankan dan hukum pertukaran internasional. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsep ekonomi sari’ah merupakan konsep yang 2 . Hatta, M. Telaah Singkat Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Kebijakan Moneter Islam. Jurnal diakses pada 2 Mei 2010 dari www.jurnal-ekonomi.org/2008/06/16/telaah-singkatpengendalian-inflasi-dalam-perspektif-ekonomi-islam 11 saling terkait erat satu dengan yang lainnya. Sehingga meskipun Islam memiliki konsep beserta metodenya, hal ini akan sulit diimplementasikan. Hal ini dikarenakan kepemimpinan yang berjalan di Indonesia adalah demokrasi kapitalisme. Oleh karena itu kebijakan moneter berbasis syari’ah hanya bisa diterapkan dan dijalankan oleh kepemimpinan yang juga sesuai dengan syari’ah, yakni Daulah Khilafah Rasyidah. 3. Laporan Penelitian dengan judul Pemodelan Volalitas Nilai Tukar Mata Uang Rupiah terhadap Dolar AS dengan Model Runtut Waktu Bertipe ARCH yang dilakukan oleh Irwan Susanto, S.Si, DEA dan Dra. Sri Sulistijowati, M.Si. Penerbit Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas 11 Maret, Oktober 2004. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengkaji karakteristik dari volatilitas nilai tukar mata uang rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Perbedaan penelitian ini terletak pada objek penelitian yakni tingkat stabilitas kurs nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila (Mahasiswa Perbankan Syari’ah UIN) yang berjudul Mata Uang Emas dalam Perspektif Islam dan Prospek Aplikasinya pada Perbankan Syari’ah. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 ini fokus pada penjelasan konsep aplikasi mata uang emas pada perbankan syari’ah dengan meninjau kembali konsep mata uang menurut perspektif Islam. 12 Dari sisi metode penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila menggunakan kajian kepustakaan dengan mengedepankan peluang dalam pembuatan produk perbankan yang menggunakan mata uang emas. Perbedaan dalam penulisan skripsi ini terletak pada objeknya dan variabel yang digunakan. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Darwis Harahap yang berjudul Analisis Stabilitas Dinar Emas dan Dolar AS dalam Denominasi Rupiah. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Paskasarjana Universitas Indonesia yang dilakukan pada tahun 2006. Topik dalam penelitian ini adalah tingkat volatilitas antara Dinar Emas dengan Dolar AS yang kemudian hasil tersebut dijadikan hipotesa sebagai alternatif nilai tukar menggantikan Dolar AS. Perbedaan penelitian ini adalah metodelogi penelitiannya dan variablenya. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Helmy Fauzan Nashir, mahasiswa Universitas Padjajaran Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Matematika dengan judul Perhitungan Value at Risk (VaR) pada Investasi Saham Menggunakan Model GARCH-M. Perbedaan pada penelitian ini terdapat pada objek penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan data time series pergerakan rata-rata harga saham Bank BRI dari 10 Nopember 2003 s.d 8 Mei 2008, dengan maksud untuk mencari tingkat resiko yang akan ditanggung oleh investor. 13 F. Kerangka Teori Krisis moneter dan ekonomi yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997 dan terulang kembali diakhir tahun 2009 lalu memberikan banyak pelajaran berharga. Diantaranya, orang kembali menengok Dinar. Investasi (saving) emas menjadi pilihan yang menjanjikan. Betapa tidak, akibat krisis moneter, nilai kekayaan masyarakat jauh berkurang, karena daya beli masyarakat yang sangat rendah. Hal ini terjadi karena nilai tukar rupiah dan Dolar sebagai mata uang besar dunia anjlok, namun kenyataan itu tidak terjadi pada emas. Sebab, emas tidak terpengaruh oleh inflasi serta aman dari depresi nilai mata uang. Maka wajar jika investasi emas menjadi investasi stategis. Namun disayangkan efektifitas emas sebagai instrumen moneter belum dapat dioptimalisasi. Penggunaan emas saat ini hanya terbatas pada investasi yang sifatnya storage dalam bentuk fisik, meskipun dalam tataran lebih jauh ada yang sudah mengembangkan dengan model Qirad, namun belum berkembang secara pesat. Kondisi ini yang seharusnya ditangkap oleh lembaga keuangan syari’ah, khusus asuransi syari’ah. Keberadaan asuransi syari’ah yang berperan dalam perencanaan keuangan masa depan saat terjadinya risko dengan menggunakan mata uang Dinar dapat memberikan garansi pertanggungan yang adil dan bernilai ekonomis. Sejarah telah mencatat, emas sebagai komoditi memiliki harga yang stabil. Dalam perjalanannya harga emas dalam satuan mata uang mana pun 14 selalu bergerak meningkat, hal ini disebabkan karena mata uang yang menjadi satuan hitung atas emas berkurang nilai tukarnya. Maka pantaslah, jika emas tidak sekedar dijadikan komoditi dalam bentuk perhiasan, namun juga digunakan sebagai instrumen moneter dalam melakukan transaksi ekonomi (sebagai mata uang Dinar), dalam hal ini sebagai premi asuransi syari’ah. Dengan dijadikannya Dinar sebagai alat pembayaran premi asuransi syari’ah, nilai manfaat asuransi akan terjaga dari laju inflasi dan gejolak ekonomi. Hal ini disebabkan Dinar yang berbahan dasar emas memiliki nilai instrinsik didalamnya, hal yang tidak terdapat pada mata uang fiat, yang mengandalkan kepercayaan masyarakatnya karena telah diundang-undangkan oleh pemerintah. G. Kerangka Pemikiran Ada banyak risiko finansial yang pasti akan dialami oleh manusia sebagai bagian dari ujian dari Allah SWT kepada makhluk-Nya. Misalnya, setiap orang akan mengalami masa yang tidak produktif (masa pensiun). Karena itu, perlu menyiapkan diri untuk menghadapi risiko finansial tersebut, dengan cara membeli produk dana pensiun pada asuransi. Demikian juga dengan risiko meninggal dunia, resiko mengalami cacat, resiko kesehatan dan pada asuransi kerugian misalnya mengantisipasi terjadinya risiko kebakaran, kecelakaan kendaraan, kecelakaan akibat bencana alam, dan lain sebagainya. 15 Asuransi berfungsi sebagai pertanggungan baik untuk perorangan, masyarakat maupun perusahaan bertujuan untuk memperkecil kerugian (loss) yang terjadi akibat resiko. Asuransi ialah a social device for eliminate or reducing the cost to society of certain types of risk.3 Sekilas kita melihat praktek oprasional asuransi saat ini masih memberikan pertanggungan yang menjanjikan pada masyarakat, namun jika dikaji lebih dalam pembelian produk asuransi sangatlah sia-sia, tidak memberikan pertanggungan yang bernilai ekonomis (mampu menutupi resiko finansial yang terjadi). Sementara jika saja masyarakat mengalihkan dana tersebut dengan menginvestasikan pada instrumen emas, dipastikan pengembangan dana tersebut akan lebih bernilai ekonomis. Dengan kondisi di atas, upaya untuk menciptakan pertanggungan yang adil dan dapat dipercaya adalah gagasan utama dalam penulisan skripsi ini. Hal tersebut diawali dengan mengukur tingkat stabilitas nilai tukar emas (Dinar) terhadap minyak mentah dunia pada waktu priode sesudah Bretton Wood System (September 1971 s/d Desember 2009) dan dibandingkan dengan tingkat stabilitas nilai tukar Dolar AS terhadap minyak mentah dunia pada periode yang sama, kemudian hasilnya akan dijadikan bahan remomendasi alat pembayaran premi asuransi syari’ah. 3 . Salim, Abbas, Asuransi & Manajemen Resiko (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 12). 16 Penetapan waktu dalam mengukuran tingkat stabilitas harga emas terhadap minyak dunia pada periode sesudah Bretton Wood System didasari karena sejak saat itulah secara defacto dan deyure sistem moneter dunia menggunakan mata uang kertas (fiat) yang nilai tukarnya merujuk pada nilai tukar mata uang besar yakni Dolar Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan peredaran uang tidak di-back up oleh emas, sehingga uang bebas beredar dalam jumlah berapapun. Kondisi seperti ini tidak terjadi pada periode sebelum atau saat berlakunya Bretton Wood System. Selanjutnya, penelitian ini akan menyajikan beberapa peluang dan tantangan dalam pengaplikasian Dinar sebagai premi asuransi, berikut juga hal-hal yang memperngaruhi nilai tukar Dinar. 17 Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Tidak Harga minyak dalam Dolar (sesudah Bretton Wood System) Harga minyak dalam Dinar (sesudah Bretton Wood System) Uji volalitas Uji volalitas Ya Ya Meningkatkan Resiko Kerugian (Finansial) Faktor-faktor yang memperngaruhi nilai tukar Dinar Bunga (Riba) Gunakan Uang Fiat (Rupiah / Dolar AS) Dilarang Ya Tidak Gunakan Dinar sebagai Alternatif Premi Tidak Pembayaran Premi Asuransi Jangka Panjang Tantangan dan Peluang sebagai Premi Asuransi 18 H. Hipotesis Berdasarkan tujuan di atas, maka beberapa hipotesa yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hipotesa untuk melihat tingkat stabilitas Dinar pada waktu periode sesudah Bretton Wood system. H0 : Harga minyak mentah dunia dalam Dinar pada waktu sesudah Bretton Wood system menunjukan Dinar lebih stabil dibandingkan Dolar Amerika Serikta. H1 : Harga minyak mentah dunia dalam Dolar AS pada waktu sesudah Bretton Wood system menunuukan Dolar AS lebih stabil dibandingkan Dinar. I. Metode Penulisan Adapun penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. J. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Berisi tentang: latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review terdahulu, kerangka teori, kerangka pemikiran, hipotesis, metode 19 penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori Pada bab ini pembahasan terfokus pada landasan teoritis mengenai, konsep uang dalam ekonomi Islam yang terdiri dari fungsi uang dalam Islam, permasalahan uang kertas, dan keunggulan Dinar. Kemudian mengenai konsep stabilitas uang, stabilitas nilai tukar dan prinsip-prinsip secara Islam, prospek emas sebagai nilai tukar dalam kegiatan asuransi syari’ah, perkembangan harga emas dunia, Dinar sebagai instrumen lindung nilai. Disamping itu juga pembahasan landasan teori mengenai asuransi dalam perspektif Islam, yang mencangkupi definisi asuransi, sejarah dan dasar pelaksanaan asuransi syari’ah. BAB III Metodologi Penelitian Dalam bab ini akan dibahas metode penelitian. Bab ini terbagi pada tiga sub bab, pertama mengenai data dan sumber data yang berisi tentang: data, sumber data, identifikasi variabel, variabel dan definisi oprasional. Kedua mengenai desain model analisis penelitian yang terdiri dari perhitungan return, uji stasioneritas, uji normalitas dan distribusi data, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji white heteroskedastisitas, model ARCH(p), model GARCH(p,q), GARCH(p,q) in mean, pemodelan 20 persamaan mean, pemodelan variansi, dan perhitungan volatilitas. BAB IV Analisis Data Berisikan pengolahan data yang terbagi menjadi lima sub bab. Pertama mengenai data. Kedua mengenai volatilitas Dolar terhadap minyak mentah dunia yang terdiri dari tahap menstasionerkan data, pemodelan mean, dan pemodelan variansi. Ketiga pembahasan mengenai volatilitas Dinar terhadap minyak mentah dunia yang terdiri dari tahap menstasionerkan data, pemodelan mean, dan pemodelan Varian. Keempat berisikan tentang perhitungan tingkat volatilitas Dinar dan Dolar. Kelima adalah pembahasan mengenai peluang dan tantangan asuransi syari’ah dalam penerapan Dinar sebagai alat pembayaran premi. BAB V Penutup Dalam bab kelima ini merupakan akhir dari seluruh rangkain pembahasan dalam skripsi ini. Bab ini berisi: kesimpulan dan saran-saran dari penulis mengenai hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. 21 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Uang dalam Ekonomi Islam 1. Fungsi Uang dalam Islam Dalam ekonomi konvensional, uang mempunyai tiga fungsi, yakni sebagai satuan pengukur nilai, sebagai alat tukar dan sebagai alat penimbun kekayaan1. Sebenarnya fungsi uang yang utama adalah sebagai alat tukar (medium of exchange). Dari fungsi utama ini, diturunkan fungsi lain seperti uang sebagai standard of value (pembakuan nilai), store of value (penyimpan kekayaan), unit of account (satuan penghitungan), dan standard of deffered payment (pembakuan pembayaran tangguh). Sedangkan dalam ekonomi Islam, fungsi uang hanya sebagai alat pertukaran (medium of exchange for transaction) dan satuan nilai (unit of account)2. Dalam Islam fungsi uang hanya sebagai medium of exchange dan bukan suatu komoditas yang bisa dijualbelikan dengan mengambil keuntungan secara on the spot maupun bukan. Suatu karakteristik uang yang terpenting adalah bahwa uang bukan untuk dikonsumsi, dia tidak diperlakukan untuk dirinya sendiri, tapi merupakan sarana yang diperlukan untuk membeli barang untuk 1 . Nopirin, Ekonomi Moneter. Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 2000. (Pesenti & Tille: 2003), h. 2 . Huda, Nurul, Pengantar Mata Kuliah Makro Ekonomi Islam, Jakarta, 2005. 43. 22 memenuhi kebutuhan manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ghazali bahwa emas dan perak hanyalah logam yang di dalam substansinya (zatnya itu sendiri) tidak ada manfaatnya atau tujuan-tujuannya. Menurut beliau, “keduaduanya tidak memiliki apa-apa tetapi keduannya berarti segalanya”. Keduanya ibarat cermin, ia tidak memiliki warna namun ia bisa mencerminkan semua warna.3 Menurut Ibnu Miskawaih (1020M) yang disebut uang itu harus memenuhi syarat-syarat: (1) tahan lama (durability); (2) mudah (convenience) dibawa; (3) tidak dapat dikorup (incorruptibility); (4) dikehendaki semua orang (disirability) semua orang; dan (5) orang senang melihatnya. Dari berbagai bentuk “uang” yang disebutkan diatas hanya emas dan peraklah yang memenuhi kelima syarat uang yang dirumuskan Ibn Miskawaih. Menurut Hamidi (2003) mata uang harus memenuhi syarat sebagaimana berikut:4 Petama, mata uang harus relatif stabil nilainya. Stabil dalam arti tidak mengalami fluktuasi (naik turun) harga yang tinggi di pasar spot, sehingga penggunaanya akan relatif terjaga dari resiko pergerakan kurs yang liar. 3 4 . Ibid. . Hamidi, M. Lutfi, Gold Dinar; Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan, Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007, h. 33. 23 Kedua, mata uang itu tahan dari inflasi. Mata uang yang stabil akan memiliki tingkat inflansi yang rendah, dan tidak hanya untuk jangka pendek tetapi juga untuk jangka panjang. Ketiga, mata uang itu bisa menjamin dirinya sendiri. Artinya, ia tetap bernilai dimana pun dia, bahkan dalam kondisi yang telah rusak sekalipun (terbakar maupun sobek). Mata uang ini akan memiliki nilai yang kurang lebih sama ketika dipakai di New York, Jerman, Mesir dan Indonesia. Keempat, mata uang ini mudah dipakainya, praktis, tidak menyulitkan untuk menyimpannya, dan harus aman. Untuk melihat apakah mata uang kertas (fiat money) yang umum dipakai saat ini memenuhi kreteria fungsi uang. Kita simulasikan Dolar (notabene mata uang besar), dalam jangka pendek relatif stabil namun dalam jangka panjang Dolar AS mengalami inflasi yang signifikan. Pada tahun 1972 (sistem Bretton Wood) harga tiap ounce emas setara dengan 35 Dolar AS akan tetapi pada tahun 2001 harga emas telah mencapai 274 Dolar. Berarti, selama 30 tahun Dolar AS mengalami inflasi terhadap emas sebesar 800 persen. Untuk itu uang emas mejadi pilihan sebagai alat tukar disebabkan emas mempunyai nilai melekat pada zatnya (nilai intrinsik) sama dengan nilai riilnya dan berlaku diseluruh dunia selama berabad-abad lamanya. 24 2. Permasalahan Uang Kertas Sejak pertama uang kertas tidak di-back up dengan emas terlihat berbagai fenomena dalam sistem keuangan global. Berbagai krisis terjadi yang menunjukan tanda-tanda keruntuhan ekonomi. Keputusan negara-negara melepaskan jaminan penompang uang kertas dengan emas secara total, membuat uang kertas bebas diterbitkan. Negara dapat mencetak uang kertas berapa pun ia mau sesuai dengan keperluan tanpa syarat yang mengontrol proses penerbitan. Akibatnya muncul kekurangan-kekurangan dari penggunaan uang kertas tersebut. Menurut Hasan kekurangan yang dimiliki uang kertas sebagai berikut:5 a. Risiko kekacauan dalam kegiatan keuangan dan kegiatan internasional. Sistem uang kertas tidak menjamin stabilitas nilai tukar seperti yang ada pada sistem uang emas yang memiliki nilai tukar tetap. Dari sana tidak terealisasikan kondisi dimana stabilitas uang terjaga dalam kegiatan keuangan dan kegiatan internasional. b. Risiko penerbitan yang berlebihan dan akibatnya seperti inflasi keuangan yang menyebabkan kenaikan harga-harga dan kekacauan kondisi masyarakat. Profesor Maurice Allais Peraih hadiah Nobel untuk bidang ekonomi tahun 1988 berkata: “Dengan pengalaman 2 abad kekacauan yang beragam yang menyertai turun naiknya perekonomian, dan silih bergantinya masa-masa peningkatan dan kemunduran, semestinya kita tau bahwa dua faktor yang sudah menjadi besar, walaupun bukan penyebab kekacauan ini. Keduanya 5 . Hasan, Ahmad, Mata Uang Islami Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, h. 83. 25 pada satu sisi yaitu: menerbitkan uang dari tidak ada dengan media kredit dan pembiayaan imvestasi-investasi jangka panjang (long-term investement) dengan pinjaman-pinjaman jangka pendek. Dan pada sisi lain, tidak adanya unit uang hitungan yang tetap (fixed unit of currency) yang memberikan kesempatan untuk merealisasikan kompetensi hitungan perekonomian dalam menuju masa depan, sebagaimana memberikan kesempatan untuk merealisasikan penyelesaian utang-utang dalam kontrak-kontrak keuangan antara pihak kreditor dan pihak debitor”. Selain itu Rab (2002) dalam bukunya Money “Problem Created by the Fiat Money, Islamic Dinar and Other Available Alternatif” menyebutkan bahwa uang kerta adalah sebuah alat pembayaran yang sah yang mana nilainya ditentukan oleh kekuatan ekonomi dan modal pemilik uang yang mendukungnya. Manusia menerima uang kertas dalam pertukaran barang dan jasa disebabkan karena mereka dapat membeli barang dan jasa disebabkan terbatasnya pilihan dan penggunaan sarana alat tukar lainnya, dan disebabkan karena mereka dapat membeli barang-barang lain dengan uang kertas. Hasil yang kurang baik sebagai alat penyimpan nilai (stor of value) karena biaya penciptaan uang yang hampir nol menyebabkan nilainya jatuh dengan cepat ketika penawaran uang meningkat melebihi kebutuhan-kebutuhan riil ekonomi. Dampak lain yang ditimbulkan akibat penciptaan uang yang berlebihan adalah terciptanya instabilitas uang. Banyak pengamat mengemukakan bahwa volatilitas yang tinggi (mata uang yang tidak stabil) memiliki pengaruh negatif terhadap perdangan. Ibnu Taimiyah menyebut beberapa dampak instabilitas uang sebagai berikut: (1) perdagangan uang akan memicu inflasi; (2) hilangnya kepercayaan orang akan stabilitas uang nilai uang akan mencegah orang 26 melakukan kontrak jangka panjang dan mendholimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap sebagai pegawai; (3) perdagangan domestik akan turun karena kekhawatiran stabilitas nilai uang, dan (4) perdagangan internasional akan turun. Mengingat situasi bisnis dunia yang semakin berkembang, sangat diperlukan alternatif penggunaan mata uang bagi kegiatan ekonomi, terkait dalam hal cadangan devisa negara. Menurut Lutfi Hamidi (2007 hal 40)6, mata uang ideal semestinya juga melindungi dirinya sendiri dari kemungkinan resiko eksternal dan resiko perubahan kurs. 3. Keunggulan Dinar Upaya untuk menjadikan Dinar Emas sebagai mata uang global terus dilakukan. Hal ini disebabkan nilai nominal Dinar itu sendiri sama dengan nilai intrinsiknya dan kesetabilan nilainya sepanjang waktu. Berbeda halnya dengan uang hampa (fiat money), uang kertas dan logam yang dipakai saat ini yang mengandalkan nilainya pada kepercayaan dan pengakuan otoritas negara, Dinar dan Dirham adalah uang nyata yang dijamin oleh dirinya sendiri sebagai logam mulia. 6 . Hamidi, Lutfi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan, Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007, Cet. Pertama, h. 40. 27 Menurut Saidi. Dinar memiliki beberapa keunggulan dibanding valuta asing manapun, yaitu:7 a. Dinar memiliki nilai nominal yang sesuai dengan nilai intrinsiknya. Berbeda dengan uang kertas (fiat) nilai nominal yang dibubuhi tidak sesuai dengan nilai intrinsiknya. b. Dinar dan Dirham merupakan mata uang tak berbangsa. Maka, sebagai 'valas' Dinar dan Dirham dapat dipertukarkan secara langsung dengan valas lain, tanpa melalui valas 'perantara' yang mengakibatkan kerugian bertingkat akibat perbedaan kurs berjenjang. c. Sebagai alat pembayaran internasional Dinar dan Dirham terfasilitasi dengan sistem on line yang efisien dan sangat murah. Biaya transaksi melalui sistem e-dinar sebagaimana berlaku saat ini sangat murah, ditetapkan satu persen per transaksi emas kepada pembayar, dengan nilai maksimum 50 sen Dolar AS. Bandingkan dengan biaya transfer valas uang kertas yang saat ini sekitar enam Dolar Amerika Serikat dan dikenakan pada pembayar maupun penerima (total sekitar 12 Dolar AS). Bahkan dibandingkan dengan transaction cost melalui kartu kredit pun transaksi dalam Dinar masih jauh lebih murah. d. Dinar dan Dirham tidak mengenal cost of money, terbebas dari inflasi, dan karenanya Dinar dan Dirham merupakan alat hedging yang mumpuni. Telah disebutkan di atas Dinar dan Dirham tak pernah terdepresiasi dalam kurun 7 . http://www. Usm.my/dinar/article/Zaim2.htm 28 waktu ribuan tahun lamanya. Di negeri mana pun emas terbukti stabil dari segala krisis moneter. Beberapa bukti sejarah sangat bisa diandalkan karena diungkapkan dalam alQur’an dan Hadist, dapat dipakai untuk menguatkan teori bahwa harga emas (Dinar) dan Perak (Dirham) adalah tetap, sedangkan mata uang lainnya tidak memiliki nilai intrinsik dan mengalami penurunan daya beli. Mengenai daya beli uang Emas Dinar dapat dilihat pada Hadist berikut: “Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata ‘Saya mendengar penduduk bercerita tentang ‘Urwah, bahwa Nabi SAW memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau. Lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi SAW mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli debupun, ia pasti beruntung.” (HR Bukhari). Dari Hadist tersebut kita mengetauhi bahwa harga pasaran kambing yang wajar di zaman Rasulullah SAW adalah satu Dinar. Kesimpulan ini diambil dari fakta bahwa Rasulullah adalah orang yang sangat adil, tentu beliau tidak akan menyuruh ‘Urwah membeli kambing dengan uang yang kurang atau berlebih. Fakta kedua adalah bahwa ketika ‘Urwah menjual satu ekor kambing yang dibelinya, ia pun menjualnya dengan harga satu Dinar. Memang sebelumnya ‘Urwah berhasil membeli dua ekor kambing dengan harga satu Dinar, hal tersebut karena kepandaiannya dalam berdagang, sehingga dalam hadist tersebut ia dido’akan secara khusus oleh Rasulullah SAW. Pada riwayat lain ada yang mengungkapkan harga kambing sampai dua Dinar, hal ini mungkin-mungkin saja 29 terjadi karena di pasar manapun selalu ada kambing yang kecil, sedang dan besar. Kalau dianggap harga kambing yang sedang adalah satu Dinar, yang kecil setengah Dinar dan yang besar dua Dinar (asumsi satu Dinar = Rp. 1.171.725,00) kita bisa membeli seekor kambing di manapun di seluruh dunia. Artinya setelah lebih dari 14 abad daya beli Dinar tetap.8 Contoh lain antara minyak dan emas. Jika dilihat dari harga minyak mentah Indonesia dalam lima tahun terakhir, dari US$ 37.58/barel (2004) menjadi US$ 53.4/barel (2005), menjadi US$ 64.29/barel (2006), menjadi US$ 72.36/barel (2007), dan pada tahun 2008 menjadi US$ 95.62/barel. Kenaikannya adalah 154% (dari US$ 37,58/barel menjadi US$ 95.62/barel). Secara flat kenaikan ratarata harga minyak mentah Indonesia per tahunnya (dalam DollarAS) adalah 38.5%. Sementara itu, kurs Dinar itu sendiri dari tahun ke tahun juga terus naik. Pada tahun 2004 satu Dinar adalah US$ 54, menjadi US$ 60 (2005), berikutnya (2006) menjadi US$ 85, lalu US$ 95 (2007), dan 2008 menjadi US$ 127. Jadi Dinar sendiri mengalami apresiasi cukup besar, meskipun cukup rendah dari kenaikan harga minyak mentah, yaitu 135% (dari US$ 54/Dinar menjadi US$ 117/Dinar). Rata-rata apresiasi Dinar per tahun, dalam priode ini adalah 29.16% terpaut 9% dari rata-rata kenaikan harga minyak mentah Indonesia. 8 . Iqbal, Muhaimin, Dinar the Real Money, Jakarta: Gema Insani, 2009, Cet. Ketiga, h. 35. 30 Jika dilihat harga minyak mentah dalam priode yang sama dalam Dinar, pada tahun 2004 harga minyak mentah Indonesia adalah 0.7 Dinar/barel, yang sudah mengalami kenaikan lumayan tinggi setahun kemudian (2005) yakni 28% menjadi 0.9 Dinar/barel, kembali turun 11% setahun kemudian (2006) menjadi 0.76 Dinar barel. Dalam kurun tiga tahun terkahir (2006-2008), ketika situasi sangat tidak stabil, yang selalu ditampilkan sebagai ‘krisis’, harga minyak dalam Dinar justru sangat stabil, tidak beranjak dari 0.76 Dinar/barel. Dalam periode ini harga minyak mentah dalam Dolar AS naik secara drastis sekitar 49% (dari US$ 64.29/barel menjadi US$ 95.62/barel), sedang dalam Dinar tidak berubah kenaikannya, dengan kata lain kenaikannya 0%.9 Jadi jelaslah di sini bahwa sepanjang zaman bukan harga komoditas yang naik, melainkan uang kertas yang terus merosot. Dengan menggunakan Dinar kita melepaskan kaitan antara komoditas dan uang kerta. Dinar mengembalikan hubungan fitrah antar komoditas. Hadist Rasullulah SAW di atas telah dibuktikan juga oleh Prof. Roy Jastram, dalam bukunya The Golden Constan, bahwa sekitar 500 tahun (1560-1997) nilai tukar emas atas komoditas adalah konstan. Perubahan yang signifikan terhadap nilai emas dan mata uang lainnya dalam hal ini disebabkan karena perubahan yang signifikan terhadap nilai Dolar AS yang menjadi dasar ukuran emas dan mata uang lainnya. Untuk menganalisis kestabilan harga emas ini, secara 9 . http://zaimsaidi.org/category/muamalat/mata-uang/. 31 kontekstual saat ini dibandingkan dengan nilai tukar Rupiah, namun karena nilai tukar Rupiah yang terus terdepresi sehingga harga emas terapresiasi. Sebenarnya, harga emas tetap stabi nilai Rupiahnya yang menurun. Muhaimin Iqbal menjelaskan bahwa emas lebih terjaga daya belinya dibandingkan daya beli uang kertas adalah karena hal berikut:10 a. Ketersediaan emas di seluruh dunia yang terakumulasi sejak pertama kali manusia menggunakannya sampai sekarang diperkirakan hanya sekitar 130.000 sampai 150.00 ton. Peningkatan per tahun hanya berkisar antara 1.5%-2.00%. Ini cukup dan tidak berlebihan untuk memenuhi kebutuhan manusia di seluruh dunia yang jumlah penduduknya timbuh sekitar 1.2% per tahun. b. Emas tidak bisa rusak atau dirusak. Emas memang bisa dirubah bentuknya dari keping emas menjadi perhiasan yang dicampur bahan lain (seperti perak, tembaga, dan sebagainya), namun apabila dilebur perhiasan tersebut dan dipisahkan campurannya maka akan didapatkan kembali emas yang asli dalam jumlah yang sama. c. Kepadatan yang tinggi sehingga mudah disimpan. Seluruh emas di dunia yang seberat 150.000 ton itu dapat disimpan dalam satu kolam renang yang besar. 10 . Iqbal, Muhaimin. Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham (Jakarta: Spiritual Learning Center & DinarClub, 2007, Cet. Pertama), h. 58. 32 d. Emas mudah dibentuk, dibagi dan dipecah kecil-kecil sehingga memudahkan untuk menggunakannya sebagai alat tukar dengan cara yang palin primitif sekalipun. B. Stabilitas Uang Stabilitas mata uang dapat dilihat dari dua sisi internal (closed economy) maupun eksternal (open economy) (mishkin, 2001 ; 456-457). Dari sisi closed economy, stabilitas nilai mata uang diukur dari fluktuasi nilai uang terhadap harga barang dan jasa, yang lebih jauh akan direfleksikan oleh inflasi dan deflasi. Kedua, dari sisi open economy stabilitas mata uang dapat diukur dari fluktuasi nilai uang tersebut terhadap nilai mata uang negara lain yang lebih lanjut akan direfleksikan oleh apresiasi dan depresiasi (Habib Ahmad, 2002). Stabilitas mata uang dari sisi closed economy menggunakan pendekatan Quantity Theory of Money, sedangkan stabilitas mata uang dari sisi open economy menggunakan pendekatan Monetery Model. C. Stabilitas Nilai Tukar dan Prinsip-prinsip Secara Islam Pada zaman Rasulullah saw dikenal dua jenis mata uang yaitu mata uang yang berupa logam dan koin yang berasal dari kekaisaran Roma (Byzantine). Dua logam yang digunakan adalah emas (Dinar) dan perak (Dirham). Logam tembaga juga digunakan secara terbatas dan tidak sepenuhnya dihukumi sebagai uang, yang disebut sebagai fals atau jamaknya fulus. 33 Dalam sejarah perekonomian Islam, mata uang Islam sudah mulai dikenal di awal kekhalifahan. Hal itu bisa kita lihat ketika masa khalifah Umar dan Utsman r.a, mata uang Islam telah dicetak dengan mengikuti gaya Dirham Persia, dengan perubahan pada tulisan yang tercantum dimata uang tersebut. Meskipun pada masa awal pemerintahan khalifah Umar r.a pernah timbul ide untuk mencetak mata uang dari kulit, namun akhirnya dibatalkan karena tidak disetujui oleh para sahabat. Mata uang khilafah Islam yang mempunyai ciri khusus baru dicetak pada masa pemerintahan Ali r.a meskipun peredarannya masa terbatas. Dalam hal ini, emas dan perak yang digunakan sebagai mata uang Islam merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal manusia. Sejak awal sejarah Islam sampai saat ini, nilai dari mata uang Islam yang didasari oleh mata uang bimetal ini, secara mengejutkan sangat stabil. Perbandingan antara emas dan perak pada masa bimetalik sepanjang sejarah adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbandingan Harga Emas dan Perak pada Masa Bimetalik Periode Waktu Rasio Dinar (Emas) Dirham (Perak) Bimatelik 1 10 Ummayah (41/662 – 132/750) 1 12 Abbasyyah (132/750 – 656/1258) 1 15 Al-Maqrizi (d.845 – 1442) 1 35 Al-Asadi (d.854 – 1450) 1 50 US memberlakukan Bimetalik 1 15 34 Rasio pada saat bimetalik secara umum dapat dikatakan stabil dalam kurun waktu yang lama dan terus berlangsung selama beberapa waktu. Selanjutnya pada massa hampir saparuh kekhalifahan Ummayyah rasio menjadi 1:12, masa Abbasiyyah mencapai 1:15 atau kurang. Rasio perbandingan terus melebar dan berlangsung pada waktu yang cukup lama. Perbandingan Dinar dan Dirham berfluktuasi dan terus melebar berdasarkan tempat dan waktu. Rasio perbandingan terus melebar dan akhirnya mencapai rasio 1:50. Berdasarkan al-Maqrizi dan al-Asadi, ketidakstabilan mampu membuat uang buruk mendorong uang bagus keluar dari peredaran. Fenomena yang terjadi menjadi rujukan Hukum Gresham pada abad ke 16, (Chapra, 1996: 1-2). D. Prospek Emas sebagai Nilai Tukar dalam Kegiatan Asuransi Syari’ah Untuk melindungi harta kekayaan kaum muslim dari kerugian yang ditimbulkan karena fluktuasi nilai tukar dalam kegiatan muamalah pilihan untuk menggunakan emas sudah menjadi alternatif. Banyak kajian yang sudah dilakukan untuk mewujudkannya dan membuktikan keunggulan menggunakan emas sebagai alat pembayaran. Penggunaan Dinar bisa dipakai sebagai alat pembayaran premi asuransi syari’ah. Pandangan dan wacana untuk kembali menggunakan Dinar telah menjadi topik berdebatan yang berkesinambungan diantara para ahli ekonomi Islam. Kepercayaan menggunakan Dinar merupakan suatu kebenaran dalam menggantikan penggunaan uang kertas. Kegagalan fiat money telah memberikan 35 dampak tidak menguntungkan terhadap sistem keuangan. Terjadinya krisis finansial beberapa tahun yang lalu merupakan bentuk dari kelemahan sistem saat ini. E. Perkembangan Harga Emas Dunia Pada priode Bretton Wood System emas dihitung berdasarkan beratnya, misalnya 1 troy ounce disetarakan dengan 35 Dolar Amerika Serikat, dengan demikian emas sendiri tidak ada harganya. Sejak emas tidak lagi menjadi standar alat pembayaran yang sah dan digantikan dengan Dolar Amerika maka harga emas jika dihitung dalam Dolar Amerika Serikat terus meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai gambaran perkembangan harga emas jika dinilai dalam Dolar Amerika Serikat dari September 1971 sampai dengan Desember 2009 dapat dilihat dalam grafik di bawah. (sumber: www.kitco.com). 1000 800 600 400 200 0 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 Gold Price Gambar 2.1 Pergerakan Harga Emas dalam Kurun Waktu September 1971 sampai dengan Desember 2009 36 F. Dinar sebagai Instrumen Lindung Nilai Bentuk transaksi asuransi di Indonesia pada umumnya menggunakan uang kertas (Rupiah dan Dolar). Maka resiko kerugian yang timbul karena fluktuasi nilai tukar dapat terjadi setiap saat. Kerugian karena fluktuasi tidak akan terjad jika nilai tukar mata uang yang digunakan tersebut nilainya tetap (selalu sama) terhadap mata uang domestik. Namun demikian, layaknya harga barang maka mata uang ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran. Berdasarkan press released dari Word Gold Council pada tanggal 22 September 2004 mengumumkan bahwa dari 3 penelitian yang dilakukan terhadap kemungkinan emas dijadikan sebagai hedge instrument menunjukan bahwa emas dalam jangka panjang memberikan proteksi yang konsisten dalam menghadapi fluktuasi Dolar Amerika Serikat atau mata uang utama lainnya. Dinar sebagai hedge intrument dapat meminimalisir praktek-praktek yang tidak diperkenankan dalam Islam (riba, maisyir, dan gharar). G. Asuransi dalam Perspektif Islam 1. Definisi Asuransi Awalnya, wacana tentantg asuransi syari’ah termasuk dalam hukum Islam kontemporer. Pada zaman awal Islam, yaitu zaman Nabi Muhammad SAW dan periode Islam berikutnya belum dikenal institusi keuangan bernama asuransi. Tidak ada nash al-Qur’an atau Hadits Nabi yang menjelaskan tentang teori dan praktek operasional asuransi yang difahami seperti saat ini. Namun ayat al- 37 Qur’an yang meminta agar setiap manusia memperhatikan hari esok, menyiapkan anak keturunan yang berkualitas, berinvestasi untuk masa depan, dan lain-lain yang semua itu merupakan falsafah dasar asuransi. Sebagaimana firman Allah SAW dalam al-Qur’an: ¨βÎ) 4 ©!$# (#θà)¨?$#uρ ( 7‰tóÏ9 ôMtΒ£‰s% $¨Β Ó§ø tΡ öÝàΖtFø9uρ ©!$# (#θà)®?$# (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ ∩⊇∇∪ tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ 7Î7yz ©!$# Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendak setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr/ 59: 18) Asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance,11 yang dalam bahasa Indonesia telah menjadi bahasa populer dan di adobsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan padanan kata ”pertanggungan”.12 Echols dan Shadily memaknai kata insurance dengan (a) asuransi, dan (b) jaminan.13 Istilah asuransi pun kita jumpai pada bahasa Belanda yakni assuradeur, yang dalam hukum Belanda disebut Verzekering yang artinya pertanggungan. Dari 11 . John M. Echols dan Hassan Syadilly, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1990, h. 326. 12 . Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, h. 63. 13 . John M. Echols dan Hassan Syadilly, Loc. Cit. 38 peristilahan assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi penanggung, dan geassureerde bagi tertanggung.14 Banyak definisi tentang asuransi secara umum. Robert I. Mehr menyatakan asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah unit-unit yang beresiko agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara proposional di antara semua unit-unit dalam gabungan tersebut.15 Muhammad Muslehuddin dalam bukunya Insurance and Islamic Law mengadopsi pengertian asuransi dari Encyclopaedia Britanica sebagai suatu persediaan yang disiapkan oleh sekelopok orang, yang dapat tertimpa kerugian, guna menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan, sehingga bila kerugian tersebut menimpa salah seorang di antara mereka maka beban kerugian tersebut akan disebarkan ke seluruh kelompok.16 Dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan bahwa asuransi syari’ah (Ar: at-ta’min) adalah transaksi perjanjian antara dua belah pihak; pihak yang satu 14 . Yafie, KH Ali, Asuransi dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqih Sosial, Bandung: Mizan, 1994, h. 205-206. Lihat juga Emmy P Simanjuntak, Hukum Pertanggungan, Yogyakarta: UGM, 1982, h. 7. 15 . Robert I Mejr, Life Insurance Theory and Practice, 1985. 16 . Muhammad Muslehuddin, Insurance and Islamic Law, (Terj. Oleh Burhan Wirasubrata), Menggugat Asuransi Modern: mengajukan suatu alternative baru dalam perspektif hukum Islam, (Jakarta: Lentera, 1999), Cet. Ke-1, h. 3. Lihat juga dalam Ecyclopaedia Britanica (Elevent Edition), (Cambridge, 1910, h. 656. 39 berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.17 Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, ”Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti; atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”18 Asuransi dari karakteristik aplikasinya dapat dipadankan dengan konsep takaful yang dimiliki Islam. Kata dasar takaful adalah kafala yang berarti menjamin, menjaga atau memelihara. Dan karena takaful merupakan kata yang berasal dari kata kerja takafala, maka ia berarti saling menjamin, saling menjaga atau saling memelihara.19 Dalam al-Qur’an beberapa ayat memberikan penjelasan mengenai kata takaful ini, di antaranya: 17 . Abdul Aziz Dahlan dkk (editor), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, h. 138. 18 . Dewan Asuransi Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 dan Peraturan Pelaksanaan Tentang Usaha Perasuransian, Edisi 2003, DAI, h. 2-3. 19 Islam. . Azman bin Ismail, Aplikasi Takaful dalam Pengurusan Resiko Instrumen Kewangan 40 ∩⊂∠∪ ...( $−ƒÌx.y— $yγn=¤ x.uρ $YΖ|¡ym $?$t6tΡ $yγtFt7/Ρr&uρ 9|¡ym @Αθç7s)Î/ $yγš/u‘ $yγn=¬6s)tFsù Artinya: ”Maka tuhannya menerima ia sebagai nazar dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya (penjaganya) ... ” (Q.S. Ali-Imron / 3: 37) …çµtΡθè=à õ3tƒ ;MøŠt/ È≅÷δr& #’n?tã ö/ä3—9ߊr& ö≅yδ ôMs9$s)sù ã≅ö6s% ÏΒ yìÅÊ#tyϑø9$# ϵø‹n=tã $oΨøΒ§ymuρ ∩⊇⊄∪ šχθßsÅÁ≈tΡ …çµs9 öΝèδuρ öΝà6s9 Artinya: ”Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuanperempuan yang mau menyusukannya sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: Maukah kamu aku tunjukan kepada mu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?” (Q.S. Al-Qasas/ 28: 12) Dasar pijak asuransi adalah mewujudkan hubungan manusia yang islami di antara para pesertanya yang sepakat untuk menanggung bersama di antara mereka, atas resiko yang diakibatkan musibah yang diderita oleh peserta. Semangat asuransi adalah menekankan kepada kepentingan bersama atas dasar rasa persaudaraan di antara peserta. Persaudaraan di sini meliputi dua bentuk: persaudaraan berdasarkan keyakinan (ukhuwah islamiyah) dan persaudaraan berdasarkan kesamaan derajat manusia (ukhuwah insaniah).20 20 . Juhaya S. Praja, “Daya Saing Asuransi Takaful Menuju Era Liberalisasi ekonomi,” Makalah Seminar Asuransi Islam, FMIPA Unpad, tanggal 11 Febuari 1995. 41 Sebagaimana diungkapankan di atas, pada dasarkan konsep asuransi syari’ah merupakan pesan utama dalam muamalah islam. Dimana Rosulullah juga menggambarkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang memberikan manfaat bagi manusia lain. Dan dapat dikatakan bahwa asuransi syari’ah ini merupakan konsep pergaulan tertinggi yang diinginkan oleh Islam berdasarkan peringkat interaksi antar manusia. Allah SWT, memerintahkan agar dalam kehidupan bermasyarakat ditegakkan nilai saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagimana firman-Nya, ∩⊄∪ …4 Èβ≡uρô‰ãèø9$#uρ ÉΟøOM}$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès? Ÿωuρ ( 3“uθø)−G9$#uρ ÎhÉ9ø9$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès?uρ … Artinya: ”... Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan ...” (Q.S. Al-Maaidah/ 5: 2) Islam memandang ”pertanggungan” sebagai fenomena sosial yang dibentuk atas dasar saling tolong menolong dan rasa kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan pilihan kata yang dipakai oleh Mohd. Ma’sum Billah untuk mengartikan ”pertanggungan” dengan kata *C’AD, yang mempunyai arti ”shared responsibility, shared guarantee, responsibility, assurance or surety” (saling bertanggung jawab, saling menjamin, saling menanngung).21 21 . Mohd. Ma’sum Billah, Prinsip dan Praktek Takaful dan Perusahaan Asuransi, Malaysia: International Islamic University Malaysia, 2001, h. 17. 42 2. Akar Sejarah dan Dasar Pelaksanaan Asuransi Syari’ah Konsep asuransi Islam bukanlah hal baru, karena sudah ada sejak zaman Rasulullah yang disebut dengan aqilah. Menurut Thomas Patrick22 dalam bukunya Dictionary of Islam, hal ini sudah menjadi kebiasaan suku Arab sejak zaman dulu bahwa jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota dari suku yang lain, pewaris korban akan dibayarkan sejumlah uang darah (diyat) sebagai kompensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pembunuh tersebut yang disebut aqilah, harus membayar uang darah atas nama pembunuh. Sesuai dengan pemaknaan kata yang diberikan oleh Dr. Muhammad Muhsi Khan, bahwa kata aqilah bermakna asabah,23 yang menunjukan hubungan kekerabatan dari pihak orang tua laki-laki pembunuh. Oleh karena itu, pemikiran dasar tentang aqilah adalah menyiapkan pembayaran uang kontribusi untuk kepentingan si pembunuh sebagai pengganti kerugian untuk ahli waris korban. Kerelaan untuk melakukan pembayaran uang tersebut dapat disamakan dengan pembayaran premi pada praktik asuransi. 22 . Thomas Patrick. Dalam M.M. Billah. Prinsip dan Praktek Takaful dan Perusahaan Asuransi, Malaysia: International Islamic University Malaysia, 2001, h. 4. 23 . Lihat Muhammad Muhsin Khan, The Translation of The Meaning’s of Shahih alBukhari, Lahore: Kazi Publications, 1979, h. 34. 43 MM Billah24 dalam desertasi doktornya mengatakan bahwa piagam (konstitusi) Madinah adalah konstitusi pertama di dunia yang dipersiapkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW setelah hijrah ke Madinah. Beberapa pasalnya memuat ketentuan mengenai asuransi sosial dengan sistem aqilah. Dalam pasal 3 Konstitusi Madinah, Rasulullah membuat ketentuan mengenai penyelamatan jiwa para tawanan, yang menyatakan bahwa jiwa tawanan yang tertahan oleh musuh karena perang, harus membayar tebusan kepada musuh untuk membebaskan yang ditawan. Konstitusi ini merupakan bentuk lain dari asuransi sosial. Selain aqilah, dalam literatur fiqih klasik didapatkan beberapa konsep yang dapat dijadikan dasar untuk menelusuri bingkai asuransi yang berdasarkan syari’at Islam, misalnya al-Muwalat, at-Tanahud, al-’Umra, dan sebagainya. Namun seiring perkembangannya teori 24 . Mohd Ma’sum Billah. Principles & Practices of Takaful and Insurance Compared. International Islamic Universiti, dalam Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syari’ah (Life and General) Konsep dan sistem oprasional. Jakarta: Gema Insani Pres, 2004, h. 32. 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber data 1. Data Data dasar stabilitas nilai tukar emas terhadap harga minyak dunia adalah dalam bentuk Dinar. Untuk keperluan pengujian yakni mencari harga minyak mentah dunia dalam Dinar, maka harga harian emas per Ounce dalam ukuran Dolar Amerika Serikat terlebih dahulu dirata-ratakan kedalam bentuk bulanan, hal ini dimaksdukan agar series yang digunakan tidak terlalu panjang. Sementara itu, data dasar harga minyak per barel dalam bentuk Dolar Amerika Serikat yang juga dalam kurun waktu harian dirata-ratakan dalam bentuk bulanan. Selanjutnya data harga rata-rata bulanan emas dalam Dolar Amerika Serikat dikonversikan kedalam Dinar dengan mengikuti langkah-langkah berikut: (a) Data harian emas dalam Dolar Amerika Serikat dirubah menjadi data bulanan dalam bentuk rata-rata; (b) Data harga emas secara bulanan tersebut dikonversi dalam bentuk Dinar dengan cara dikalikan 0.137469. Angka tersebut didapatkan dari pembagian jumlah gram emas untuk mendapatkan satuan Dinar (4.25 gram) dengan jumlah gram emas dalam ukuran 1 Ounce (28.35 gram). Hasil yang didapatkan masih dalam nilai emas 24 karat, sehingga perlu 45 dikalikan lagi dengan 0.917 untuk mengkonversi ke Dinar yang mempunyai nilai intrisik 22 karat. Hasil perkalian harga emas bulanan dengan 0.137469 merupakan harga Dinar dalam Dolar Amerika Serikat. (c) Data harga Dinar dalam Dolar tersebut kemudian menjadi pembagi harga minyak dalam Dolar yang hasilnya merupakan harga minyak dalam Dinar. 2. Sumber Data Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk rasio base, yaitu mengukur tingkat stabilitas nilai tukar Dinar terhadap minyak dunia dan tingkat stabilitas nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap minyak dunia dalam kurun waktu priode sesudah Bretton Wood System yakni pada September 1971 sampai dengan Desember 2009. Mengukur stabilitas nilai tukar emas pada dasarnya dapat dipadankan dengan komoditas apapun yang memiliki harga. Namun untuk dapat merelevansikan kompleksitas kegiatan ekonomi yang senantiasa bergejolak, maka pada penelitian ini komoditas yang digunakan adalah minyak mentah dunia. Minyak mentah dunia secara umum telah merefleksikan kondisi ekonomi karena merupakan komoditi utama perdagangan dunia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai situs-situs resmi, institusi yang dipercaya mengeluarkan data. Data sekunder yang diperoleh dikatagorikan menjadi data kuantitatif dan literatur. Data kuantitatif dalam penelitian ini bersifat runtut waktu (time 46 series). Sehingga diperlukan beberapa tahapan persiapan agar data tersebut diolah lebih lanjut. Data runtut waktu (times series) untuk harga bulanan emas dalam Dolar AS diperoleh dari website http://www.kitco.com. Sementara data runtut waktu untuk harga bulanan minyak dalam Dolar AS diperoleh dari website http://www.worldoils.com. Selain sumber kuantitatif dalam penelitian ini dibutuhkan pula data dalam bentuk literatur pendukung yang diperoleh dari berbagai situs resmi yang mengeluarkan publikasi berupa jurnal dan artikel ilmiah. Dan sebagian lainnya diperoleh melalui kajian pustaka buku-buku terbitan lokal dan internasional yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pengumpulan data yang berhubungan dengan masalah dalam penilitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian guna pemperoleh pengetahuan teoritis dengan cara membaca dan mencatat dari berbagai literatur, text book, artikel-artikel, buku-buku ilmiah dan materi perkuliahan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yang diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan dasar dalam pembahasan masalah. 3. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yang berbentuk data runtut waktu (time series) harga minya mentah dunia dalam Dinar dan harga 47 minyak mentah dunia dalam Dolar Amerika Serikat. Data runtut waktu ini diambil dari September 1971 s.d Desember 2009. Kedua variabel tersebut merupakan data untuk studi komparasi tingkat stabilitas (volatilitas) nilai tukar terhadap minyak mentah dunia dengan model GARCH. 4. Variabel Penelitian a. Harga Minyak Mentah dalam Dinar Emas merupakan komoditi yang harganya jika dinilai dalam Dolar Amerika Serikat terus meningkat dari waktu ke waktu, terutama didorong oleh tingginya permintaan yang tidak diikuti dengan penigkatan produksi. Harga Minyak mentah dalam Dinar yang digunaan dalam penelitian merupakan konversi Gold Price in Dolar yang dikalikan 0.137469 yang hasilnya menjadi pembagi dari Oil Price in Dolar. Data harga minyak dalam Dinar adalah data bulanan dari September 1971 sampai dengan Desember 2009. b. Harga Minyak mentah dalam Dolar AS Minyak buni merupakan sumber energi utama dibanyak negara, meningkatnya permintaan akan energi dan reletif terbatasnya supply minyak bumi mepengaruhi pergerakan harga minyak tersebut. Meningkatnya harga minyak pada gilirannya akan berdampak buruk bagi perekonomian negaranegara penginpor. Hal tersebut terjadi karena minyak diperjualbelikan dengan menggunakan mata uang Dolar Amerika Serikat. Artinya apabila harga minyak bumi naik maka dibutuhkan mata uang lokal yang lebih banyak lagi untuk 48 membeli minyak dengan jumlah yang sama. Biasanya hal tersebut kemudian menjadi pendorong meningkatnya harga-harga barang di dalam negeri (inflasi) dan kemudian Bank Sentral negara tersebut akan mengambil langkah antisipasi terutama bagi mereka yang menetapkan inflation targerting sebagai sasaran kebijakan moneter dengan menaikan suku bunga Bank Sentral. Data harga minyak mentah dalam Dolar adalah data harga bulanan dari September 1971 sampai dengan Desember 2009 yang diambil dari webstie http://www.worldoils.com. 5. Definisi Oprasional Penelitian a. Times Series Data variabel dalam penelitian ini berbentuk times series, yakni analisa yang mempelajari deretan nilai-nilai yang disusun berdasarkan waktu. Data deret waktu adalah sekumpulan hasil pengamatan statistik yang disusun dan diperoleh menurut suatu urutan kronologis, yang biasanya dalam suatu selang waktu yang sama.1 Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data bulanan dari pergerakan harga minyak mentah dunia dalam Dinar dan harga minyak mentah dunia dalam Dolar Amerika Serikat dari September 1971 sampai dengan Desember 2009. 1 . Mauludi AC, MA, Ali, Statististika I : Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006, hal. 61) 49 b. Return dan Volatilitas Return merupakan selisih pendapatan yang ditunjukan dari data deret waktu. Rumusan return dapat dihitung sebagai berikut : (3.1) dimana Pt adalah harga minyak dunia pada periode t dan Pt-1 adalah harga minyak dunia pada periode t-1. Volatilitas adalah suatu ukuran dari ketidakpastian tentang nilai tukar sebuah mata uang. Volatilitas merupakan ukuran dispersi (penyebaran) yang dalam statistik diukur dengan variansi (σ2) atau standar deviasi (σ). Semakin besar nilai variansi atau deviasi standar, maka semakin tinggi tingkat volatilitasnya (semakin besar resikonya). c. Standar Deviasi Stabilitas merupakan interpretasi dari tingkat volatilitas. Volatilitas adalah mengukur rata-rata fluktuasi data deret waktu. Besaran yang biasa digunakan dalam pengukuran ini adalah standar deviasi. rumusan standar deviasi secara sederhana adalah : (3.2) Standar deviasi dapat dibentuk oleh variansi yang dihasilkan dari model GARCH maupun variansi yang dihasilkan dari first difference dari logaritma 50 nilai tukar. Pada umumnya variansi deret waktu dapat bersifat konstan dan tidak konstans, artinya berubah berdasarkan waktu. Varians yang bersifat konstan dimodelkan kedalam Autoregressive (AR), Moving Average (MA), atau kombinasi keduanya Autoregressive Moving Average (ARMA). Namun untuk variansi yang tidak bersifat konstan (stasioner), yakni pergerakan data dimodelkan kedalam Autoregressive secara umum mendekati rata-rata Conditional Heteroscedasticity - Generalised Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH-GARCH). d. ARCH-GARCH Pemodelan dari financial time series telah mengalami suatu perubahan sejak diperkenalkannya model-model Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) oleh Robert F. Engle pada tahun 1982.2 Sebelumnya, untuk memodelkan pasar uang selalu digunakan model-model klasik seperti Autoregressive integrated Moving Average (ARIMA) untuk memodelkan harga stok, nilai indeks saham, nilai tukar mata uang dan lain sebagainya. Sejak diperkenalkan model baru ini yaitu ARCH, banyak sekali penelitian yang bebasis pada ide ini, salah satu diantaranya model Generalised Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH), yang diperkenalkan oleh Bollerslev pada tahun 1986. 2 . Halim Siana, dkk. Model Matematik untuk Menentukan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar Amerika (Jurnal Teknik Industri, Vol. 1, No. 1, 1999, hal. 30-40) 51 Model ARCH dapat diproleh melalui dua cara: pertama, persamaan mean (mean equation); kedua, persamaan variansi (variant equation). e. Mean dan Variansi Nilai mean ( µ ) dari suatu peubah acak X, didefinisikan sebagai µ = E[X], dengan X suatu peubah acak dari bentuk distrik atau kontinu. Mean X dapat ditulis sebagai berikut : µ = E[X] = ∑ x . f (x) x ; x distrit ∞ µ = E[X] = ʃ x . f (x) dx -∞ ; x kontinu Variansi dari suatu peubah acak X dinotasikan oleh σ2, didefinisikan sebagai σ2 = E [(X – µ) 2], dengan X peubah acak diskrit atau kontinu. Sedang σ (akar positif dari variansi) dinamakan deviasi standar dari X. f. Distribusi Normal Distribusi normal merupakan distribusi dengan variabel acak kontinu. Distribusi normal sering disebut distribusi Gaussians. Distribusi ini merupakan satu yang paling penting dan banyak digunakan. Jika variabel acak X mempunyai fungsi densitas pada X = x dengan persamaan : (3.3) dan nilai x mempunyai batas -∞ < x < ∞, maka dikatakan bahwa variabel acak X berdistribusi normal. Sifat-sifat distribusi normal: 52 1. Grafiknya selalu ada di atas sumbu datar x; 2. Bentuknya simetris terhadap x = µ; 3. Mempunyai satu modus; 4. Grafiknya mendekati (berasimtotkan) sumbu datar x di mulai dari x = µ + 3σ ke kanan dan x = µ − 3σ ke kiri. 5. Luas daerah grafik selalu sama dengan satu unit pergesi. g. Metode Kuadrat Terkecil (Least Square) Metode kuadrat terkecil atau metode Least Square adalah metode yang digunakan untuk menentukan garis terbaik yang mewakili pola garis lurus dengan pencaran titik-titik. Pola garis lurus tersebut harus memenuhi kriteria bahwa jumlah kuadarat dari deviasi pada titik observasi dengan titik garis adalah minimum (Kupper dan Muller, 1988). Prinsipnya adalah meminimalisir jumlah kuadrat galat. Asumsi terdapat n titik data yang mempunyai koordinat (x,y), persamaan regresi lenier sederhana Ŷi = β0 + β1 Xi dapat ditaksir sedemikian rupa sehingga galat yang ada minimum. h. Metode Kemungkinan Maksimum (Maksimum Likelihood) Metode yang terbaik untuk menentukan penaksiran titik sebuah parameter adalah metode kemungkinan maksimum. Misalkan X1,X2,..., Xn merupakan sebuah sampel acak berukuran n dengan fungsi kepadatan peluang f (x1;θ), f (x2;θ), ..., f (xn;θ), dengan θ adalah satu parameter yang tidak diketahui maka fungsi kemungkinannya (Likelihood function) dari sampel tersebut adalah : 53 (3.4) Dalam hal ini fungsi kemungkinan adalah fungsi dari parameter yang tidak di ketahui θ. Biasanya untuk memudahkan penganalisaan, fungsi kemungkinan L(θ) diberi ln. i. Tes Augmented Dickey Fuller (ADF) Tes Augmented Dickey Fuller merupakan uji akar unit (unit root test) untuk meyakinkan apakah suatu data stasioner atau tidak. j. Kestasioneran Maksud kestasioneran adalah peluang proses yang tidak berubah secara acak. Dalam analisa deret waktu terdapat kestasioneran (Cryer, 1986:14), yaitu, kesatsioneran keras dan kestasioneran lemah. k. Statistik Q(m) Ljung-Box Statistik Q(m) dari Ljung-Box adalah: (3.5) dimana T adalah banyaknya pengamatan, m adalah banyak lag yang diperhatikan. 54 B. Desain Model Analisis Penelitian 1. Perhitungan Return Dalam menstasionerkan data, digunakan logaritma natural dari perbandingan nilai tukar saat ini dengan nilai tukar sebelumnya. Return yang diperoleh dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.1). 2. Uji Stasioneritas Kemudian dilakukan uji stasioneritas terhadap data volatilitas tersebut. Uji ini diperlukan dalam model regresi karena jika tidak hasilnya menjadi bias (menipu). Uji stasioneritas ini dilakukan dengan Uji Unit Root. Hipotesis yang digunakan pada pengujian Augmented Dickey Fuller adalah: a. H0 : ρ = 0 (Terdapat unit roots, variabel Y tidak stasioner) H1 : ρ ≠ 0 (Tidak terdapat unit roots, variabel Y stasioner) b. Jika ADF Test Statistic < 5%-Critical Value, maka data Stationary. Jika ADF Test Statistic ≥ 5%-Critical Value, maka data Non-Stationary. dimana, 5%-Critical Value = χ 2 df 2, α = 5% =5,99. 3. Uji Normalitas atas Distribusi Data Distibusi normal adalah jenis distribusi yang paling sering digunakan dalam berbagai uji statistik. Karena distribusi ini dapat menjelaskan berbagai macam distribusi populasi data. Semakin banyak data yang dipergunakan akan mengakibatkan probability distribution function (p.d.f) semakin mendekati 55 normal p.d.f. Karena itu perlu dilakukan uji normalitas atas data sehingga dapat diketahui apakah data return terdistribusi dengan normal atau tidak, sehingga kemudian α dapat ditentukan. Jika data yang kita pergunakan adalah data yang tidak normal, maka perlu dicari koefisien Skewness untuk menghitung α . Uji Normalitas yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. H0: Distribusi return normal. H1: Distribusi return tidak normal. b. Jika F-Statistic probability ≥ 5%, maka data normal. Jika F-Statistic probability < 5%, maka data tidak normal. c. Jika JB > χ 2 df 2, α = 5%, maka data tidak normal. Jika JB > χ 2 df 2, α = 5%, maka data tidak normal. 4. Uji Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya korelasi antara error term dari dua observasi yang dilakukan (periode t dengan periode t-1). Uji ini diperlukan karena regresi yang didalamnya terdapat autokorelasi akan menghasilkan nilai standard error yang lebih kecil dari sebenarnya. Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series). Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisis merupakan data time series. 56 (3.6) dimana: d = Nilai Durbin Watson Σei = Jumlah kuadrat sisa Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut: a. Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif, b. Jika d > (4 – dl), berarti terdapat autokorelasi negative, c. Jika du < d < (4 – dl), berarti tidak terdapat autokorelasi, dan d. Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti tidak dapat disimpulkan 5. Uji Heteroskedastisitas Pada analisis regresi heteroskedastisitas berarti situasi dimana keragaman variabel independen bervariasi pada data yang kita miliki. Salah satu asumsi kunci pada metode regresi biasa adalah bahwa error memiliki keragaman yang sama pada tiap-tiap sampelnya. Asumsi inilah yang disebut homoskedastisitas. Jika keragaman residual/error tidak bersifat konstan, maka data dapat dikatakan bersifat heteroskedastisitas. Karena pada metode regresi ordinary least-squares (OLS) mengasumsikan dengan keragaman error yang konstan (homoskedastik), heteroskedastisitas menyebabkan estimasi OLS menjadi tidak efisien. Model yang memperhitungkan perubahan keragaman dapat membuat penggunaan dan estimasi data menjadi lebih efisien. 57 Pola penyebaran residual pada persamaan regresi dapat dilihat pada gambar berikut: 0 0 Homoskedastik Heteroskedastik Gambar 3.1 Pola Penyebaran Residual Persamaan Regresi Metode yang digunakan dalam mendeteksi kejadian heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah uji White Heteroscedasticity. 6. Uji White Heteroskedastisitas Uji White Heteroskedastisitas dilakukan dengan meregresikan residual kuadrat sebagai variabel dependen dengan variabel dependen ditambah dengan kuadrat variabel independen, kemudian ditambahkan lagi dengan perkalian dua variabel independen. Prosedur pengujian dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: a. H0 : Tidak ada heterokedastisitas / σ bersifat Homoskedastic. H1 : Ada heterekodastisitas / σ bersifat Heteroskedastic. b. Jika Obs*R-squared Probability (nR2) ≥ χ 2 df 2, α = 5%, maka data Heteroskedastic 58 Jika Obs*R-squared Probability (nR2) < χ 2 df 2, α = 5%, maka data Homoskedastic. 7. Model ARCH(p) Model pertama yang memberikan kerangka sistematik dari pemodelan variansi adalah model autoregressive conditional heteroskedasticity (ARMA). Secara sederhana spesifik model ARCH(p) diasumsikan sebagai : αt = σt ʃt (3.7) dimana { ʃt } adalah rangkaian dari independent and identically distributed (iid) variabel acak dengan mean 0 dan variansi 1, α0 > 0, αi ≥ 0, untuk i > 0. Koefisien αt harus memenuhi beberapa kondisi secara beraturan untuk memastikan bahwa variansi tidak bersyarat dari αt terbatas. Dalam prakteknya ʃt sering diasumsikan berdistribusi normal atau berdistribusi student-t. 8. Model GARCH(p,q) Walaupun model ARCH sederhana, model ini sering membutuhkan banyak parameter agar cukup menggabarkan proses volatilitas dari return. Oleh karena itu, beberapa alternatif model harus dicoba. Bollerslev (1986) mengusulkan perluasan yang dikenal sebagai generalized ARCH (GARCH). Untuk deret log return rt, model GARCH(p,q) (p > 0 dan q > 0 adalah bilangan bulat) didefinisikan sebagai : rt = µ + αt αt = σt t 59 (3.8) di mana { ʃt } adalah urutan dari iid variabel acak dengan mean 0 dan variansi 1, α0 > 0, dengan αi ≥ 0 untuk i = 1, ..., p dan βj ≥ 0 untuk j = 1, .., q. Bollerslev (1986) menunjukan bahwa proses GARCH dari { rt } stasioner kovarian jika dan hanya jika α(1) + β(1) ʃ 1. 9. GARCH(p,q) in Mean Jika kita memasukan varian bersyarat atau deviasi standar ke dalam persamaan mean maka kita akan menggunakan model GARCH in Mean (GARCH-M) (Engle, Lilien dan Robins, 1987). Model GARCH-M dapat didefinisikan sebagai : rt = µ + cσt2 + αt αt = σt t (3.9) dimana µ dan c adalah konstan. Parameter c disebut parameter risk. c yang positif menunjukan bahwa return secara positif dipengaruhi oleh volatilitas yang sebelumnya. Perincian yang lain dari premium risk yang digunakan termasuk rt = µ + cσt2 + αt. Perumusan dari model GARCH-M pada (3.9) menyatakan bahwa ada serial korelasi dalam deret waktu return rt. Serial korelasi ini ditunjukan pada proses volatilitas {σt2}. Eksistensi dari premium risk merupakan alasan lain bahwa beberapa historical dari return suatu harga mempunyai serial korelasi. 60 Maka model yang digunakan pada penelitian ini adalah ARCH-GARCH, alasannya adalah data runtut waktu yang didapatkan bersifat tidak konstan yang direpresentasikan dalam nilai tukar yang selalu berubah setiap waktunya. 10. Pemodelan Persamaan Mean Untuk data log return, model-model dalam deret waktu (time series) dapat digunaan pemodelan persamaan mean. Box dan Jenkins (1976) menjelaskan tahap-tahap yang harus dilakuakan dalam analisa deret waktu, yaitu : a. Identifikasi dan Estimasi Model Dalam identifikasi model, hal yang harus dilakukan adalah pertama, membuat plot data (time plot) untuk melihat secara kasat mata apakah data stasioner atau tidak. Selain itu akan dilakukan uji stasioneritas dengan menggunakan uji akar root (unit root test) atau tes Augmented Dickey Fuller untuk meyakinkan data tersebut stasioner atau tidak. Kedua, Memeriksa plot dari fungsi autokorelasi (ACF) dan fungsi autokorelasi parsial (PACF) untuk melihat model dari data. Untuk mempermudah, perhatikan Tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Identifikasi Model Deret Waktu AR(p), MA(q), ARMA(p,q) ACF AR(p) MA(q) ARMA(p,q) Eksponensial menurun Terputus (Cuts-off) Eksponensial pada lag ke-q menurun pada lag ke-p PACF Terputus (Cuts-off) Eksponensial Eksponensial pada lag ke-p menurun menurun pada lag ke-q 61 Jadi dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa untuk proses AR adalah dengan melihat PACF, sedangkan dalam model MA adalah dengan melihat ACF. Namun baik ACF maupun PACF dari masing-masing model harus tetap diperhatikan, karena bisa saja yang diperoleh adalah model ARMA. Dari identifikasi model diatas, untuk lebih meyakinkan kembali dapat dilakukan estimasi model dengan memasukan setiap model yang teridentifikasi tersebut pada data yang diobservasi kemudian dilakukan perbandingan dengan paramater nilai probalitas pada setiap model. b. Uji Diagnostik Setelah berhasil menaksir nilai-nilai parameter dari model yang ditetapkan sementara, selanjutnya perlu dilakukan uji diagnsotik untuk membuktikan bahwa model tersebut cukup memadai. Jika modelnya cukup, maka deret residualnya αt harus bersifat white noise yang berarti residual harus independen (tidak berkorelasi) dan berdistribusi normal dengan rata-rata mendekati 0 (µ = 0) dan deviasi standar (σ). ACF dan statistik Ljung-Boz dari residual dapat digunakan untuk mengecek kedekatan dari αt pada white noise. Untuk uji indepedensi residual akan digunakan statistik Q(m) Ljung-Box. c. Forecast (Peramalan) Tahapan ini merupakan pengembangan dari analisa volatilitas. Forecash bertujuan untuk menaksir nilai pengembalian berdasarkan data yang telah dimiliki. 62 11. Pemodelan Variansi Dalam tahapan pemodelan variansi dengan model GARCH-M, dilakukan tahapan sebagai berikut : a. Tes Unsur ARCH Misalkan αt = rt - ʃt adalah residual dari persamaan mean. Deret kuadrat αt2 kemudian dilakukan uji heteroskedasticity, yang juga dikenal sebagai efek ARCH. b. Identifikasi dan Estimasi Model Untuk identifikasi GARCH-M dapat dilihat pada plot ACF dan PACF dari korelasi residual kuadrat pemodelan mean yang telah didapatkan. Pada tahapan estimasi, metode maksimum likehood digunakan untuk model tipe GARCH-M. c. Uji kecocokan Model GARCH Apabila model sudah cocok, maka data deret waktu sudah tidak mengandung efek ARCH dan residual dari deret waktu bersifat white noise, yang berarti residual kuadrat dari deret waktu harus independen (tidak berkorelasi) dan berdistribusi normal dengan rata-rata mendekati 0 (µ = 0) dan deviasi standar (σ). Untuk menguji apakah deret waktu bersifat white noise, dapat dilakukan dengan melihat nilai Q(m) Ljung-Box. d. Forecast (Peramalan) Model GARCH-M Peramalan model GARCH-M dapat diperoleh menggunakan metode serupa dengan model ARMA dengan mengasumsikan peramalan asal adalah h. Peramalan untuk satu langkah kedepan adalah: 63 11. Perhitungan Volatilitas Model deret waktu (time series) GARC digunakan untuk meramal return, t+1, dan standar deviasi bersyarat σt+1. Penaksiran ini kemudian digunakan untuk menaksir quantiles dan jumlah nilai tunai dari Value at Risk (VaR). Jika diasumsikan parameter diketahui, persamaan mean dalam model GARCH dirumuskan sebegai berikut : (3.10) Sedang persamaan volatilitas dalam model GARCH dirumuskan sebagai berikut : (3.11) dari persamaan volatilitas (3.11) akan didapatkan nilai stabilitas. Semakin tinggi nilai volatilitas maka tingkat stabilitas yang dimiliki semakin rendah (tidak stabil). Sebaliknya, semakin rendah nilai volatilitas maka semakin tinggi tingkat stabilitas yang dimiliki. 64 BAB IV ANALISA DATA A. Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini diambil dari http://www.kitco.com untuk harga bulanan emas dalam Dolar AS yang kemudian dikonversikan menjadi harga bulanan minyak dalam Dinar. Data harga bulanan minyak dunia dalam Dolar AS didapatkan dari http://www.worldoils.com. Karakteristik data yang dianalisis merupakan data log return harga bulanan minyak mentah dunia dalam Dinar dan data log return harga bulanan minyak mentah dunia dalam Dolar AS, yang digunkan untuk mengukur tingkat stabilitas atas kedua mata uang tersebut. B. Volatilitas Dolar terhadap Minyak Mentah Dunia Dibawah ini adalah Grafik dari data Harga Minyak Mentah Dunia dalam Dolar pada kurun waktu September 1971 sampai Desember 2009 : 140 120 100 80 60 40 20 0 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 Oil Price in Dolar Gambar 4.1 Plot Harga Minyak Mentah Dunia dalam Dolar 65 Berdasarkan data plot di atas dapat dilihat bahwa pergerakan harga minyak dalam Dolar pada kurun waktu September 1971 hingga Desember 2009 tidak stasioner. Maksud stasioner adalah peluang proses yang tidak berubah secara acak, atau data yang terbentuk selalu mendekati nilai rata-rata. Sementara dalam analisa deret waktu uji stasioneritas merupakan syarat utama baik untuk menganalisa stabilitas nilai tukar maupun analisa yang lainnya, oleh karenanya data tersebut harus distasionerkan. 1. Tahap Menstasionerkan Data Dalam menstasionerkan data, digunakan logaritma natural dari perbandingan nilai tukar saat ini dengan nilai tukar sebelumnya, dengan munggunakan persamaan (3.1) : Dengan menggunakan persamaan tersebut diatas akan dihitung log return bulanan dari data pergerakan harga minyak dalam Dolar. Grafik dari persamaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Gambar: 0.8 0.4 0.0 -0.4 -0.8 -1.2 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 Log Oil Price in Dolar Gambar 4.2 Plot Log Return Data Harga Minyak Dunia dalam Dolar 66 Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa plot log return harga minyak dalam Dolar telah stasioner, hal ini terlihat dari rata-rata deret pengamatan di sepanjang waktu yang selalu konstan atau cenderung bergerak menuju rata-rata walaupun masih terdapat sedikit pencilan. 2. Pemodelan Mean Identifikasi dalam Gambar 4.2 untuk uji stasioneritas dilakukan dengan menggunakan uji unit akar (unit root test) atau ADF (Augmented DickeyFuller). Software yang digunakan dalam uji stasioneritas adalah Eviews v.14. adapun hasil pengujiannya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) data return Oil Price in Dolar Null Hypothesis: LOGOILDOLAR has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=17) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -21.28060 -3.978177 -3.419642 -3.132432 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Dari Tabel 4.1. kita dapat mengetahui bahwa nilai absolut statistik t sebesar 21.28060 lebih besar dari pada nilai kritis pada tabel dalam tingkat kepercayaan 67 5% (0.05) yaitu sebesar -3.419642. Hal ini menunjukan bahwa variabel Oil Price in Dolar tidak terdapat akar unit (telah stasioner). Setelah data dipastikan stasioner, model dapat diidentifikasi dengan melihat fungsi autokorelasi (ACF) dan fungsi autokorelasi parsial (PACF) dengan menggunakan software Eviews, dan hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 4.2. Korelogram Data Log Oil Price in Dolar Date: 05/15/10 Time: 14:56 Sample: 1971M09 2009M12 Included observations: 460 Autocorrelation .|. .|. .|. *|. .|. .|. *|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. *|. .|. .|. | | | | | | | | | | | | | | | | | Partial Correlation .|. .|. .|. *|. .|. .|. *|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. | | | | | | | | | | | | | | | | | 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 AC PAC Q-Stat Prob 0.001 -0.021 0.041 -0.058 -0.049 -0.025 -0.085 0.037 0.010 0.044 0.030 -0.022 -0.039 -0.037 -0.064 -0.044 0.004 0.001 -0.021 0.042 -0.058 -0.047 -0.029 -0.083 0.037 0.003 0.048 0.016 -0.025 -0.043 -0.040 -0.052 -0.042 0.006 0.0010 0.2001 0.9997 2.5432 3.6581 3.9405 7.3650 8.0090 8.0583 8.9820 9.4059 9.6304 10.367 11.004 12.970 13.913 13.921 0.974 0.905 0.801 0.637 0.600 0.685 0.392 0.433 0.528 0.534 0.584 0.648 0.664 0.686 0.605 0.605 0.673 Pada Tabel 4.2, diketahui bahwa plot ACF dan PACF pada lag ke 4 melewati batas garis (tanda bintang). Ini menunjukan pemodelan mean data log Oil Price in Dolar menggunakan model AR(4) dan MA(4). Namun demikian, 68 seringkali asumsi pemodelan yang ditunjukan korelogram tidak sesuai dengan prakteknyaa, sehingga ada beberapa model alternatif yang bisa digunakan yakni ARMA(4,4) dan ARMA(2,2). Dari identifikasi model, didapatkan hasil bahwa model mean yang mungkin untuk data log Oil Price in Dolar adalah AR(4), MA(4), ARMA(4,4), dan juga ARMA(2,2). Untuk itu, akan diestimasi parameter model tersebut, sebagai berikut: Tabel 4.3. Estimasi Parameter Model AR(4) Dependent Variable: LOG_OIL_DOLAR Method: Least Squares Date: 05/15/10 Time: 15:15 Sample (adjusted): 1972M01 2009M12 Included observations: 456 after adjustments Convergence achieved after 3 iterations Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. AR(4) -0.049741 0.046999 -1.058348 0.2905 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood -0.001943 -0.001943 0.107660 5.273722 369.7885 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat Inverted AR Roots .33-.33i .33-.33i -.33+.33i 0.007134 0.107555 -1.617493 -1.608453 1.983197 -.33+.33i Berdasarkan Tabel 4.3. probabilitas dari AR(4) adalah 0.2905, nilai tersebut lebih besar dari level toleransi (α) yang digunakan yakni 5% (0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model AR(4) signifikan sama dengan nol. Dengan 69 begitu model AR(4) tidak dapat digunakan dalam pemodelan mean data log Oil Price in Dolar. Selanjutnya kita estimasikan model MA(4) dan ARMA(4,4), sebagaimana yang ditunjukan oleh Tabel 4.4. dan Tabel 4.5. berikut: Tabel 4.4. Estimasi Parameter Model MA(4) Dependent Variable: LOG_OIL_DOLAR Method: Least Squares Date: 05/15/10 Time: 15:19 Sample: 1971M09 2009M12 Included observations: 460 Convergence achieved after 5 iterations Backcast: 1971M05 1971M08 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. MA(4) -0.047577 0.046822 -1.016113 0.3101 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood -0.002016 -0.002016 0.107195 5.274309 375.0154 Inverted MA Roots .47 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat .00-.47i .00+.47i 0.007072 0.107088 -1.626154 -1.617173 1.983541 -.47 Berdasarkan Tabel 4.4, probabilitas MA(4) yakni 0.3101 lebih besar dari level toleransi sebesar 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model MA(4) juga signifikan sama dengan nol. 70 Tabel 4.5. Estimasi Parameter Model ARMA(4,4) Dependent Variable: LOG_OIL_DOLAR Method: Least Squares Date: 05/15/10 Time: 15:21 Sample (adjusted): 1972M01 2009M12 Included observations: 456 after adjustments Convergence achieved after 15 iterations Backcast: 1971M05 1971M08 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. AR(4) MA(4) -0.378134 0.326978 0.753215 0.768666 -0.502027 0.425383 0.6159 0.6708 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood -0.001374 -0.003579 0.107748 5.270728 369.9180 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat Inverted AR Roots Inverted MA Roots .55-.55i .53-.53i .55-.55i .53+.53i -.55+.55i -.53+.53i 0.007134 0.107555 -1.613675 -1.595594 1.981042 -.55+.55i -.53+.53i Sementara didapatkan pada model ARMA(4,4) yang ditunjukan dalam Tabel 4.5 memiliki probabilitas sebesar 0.6159 dan 0.6708 yang juga lebih besar dari level toleransi 0.05, sehingga model MA(4) maupun model ARMA(4,4) tidak dapat digunakan dalam pemodelan mean data log Oil Price in Dolar. Alternatif estimasi parameter yang lain adalah model ARMA(2,2), ditunjukan pada Tabel 4.6 berikut : 71 Tabel 4.6. Estimasi Parameter Model ARMA(2,2) Dependent Variable: LOGOILDOLAR Method: Least Squares Date: 05/01/10 Time: 22:05 Sample (adjusted): 1971M11 2009M12 Included observations: 458 after adjustments Convergence achieved after 10 iterations Backcast: 1971M07 1971M08 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. AR(2) MA(2) 0.969027 -0.986697 0.013269 0.008084 73.03037 -122.0495 0.0000 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Inverted AR Roots Inverted MA Roots 0.007370 0.005193 0.107042 5.224806 374.5465 .98 .99 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat 0.007103 0.107321 -1.626841 -1.608819 2.001207 -.98 -.99 Untuk model ARMA(2,2) yang ditunjukan pada Tabel 4.6, terlihat bahwa probabilitasnya lebih kecil dari level toleransi sebesar 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model ARMA(2,2) signifikan berbeda dengan nol. Karena model ARMA(2,2) signifikan berbeda dengan nol yakni memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari level toleransi, sementara model AR(4), MA(4), dan ARMA(4,4) memiliki nilai probabilitas yang lebih besar dari level toleransi, maka model ARMA(2,2) merupakan model yang akan digunakan dalam model maen dengan melihat persmanaan 3.10, atau yang disederhanakan dengan 1 1 1 2 , maka didapatkan persamaan rt = 0.969027rt−1 − 0.986697αt−1 + αt . 72 3. Pemodelan Variansi a. Tes Unsur ARCH Untuk dapat melakukan pemodelan ARCH-GARCH, terlebih dahulu akan dicari apakah pemodelan mean masih terdapat unsur heteroskedastisitas atau tidak. Untuk menguji unsur heteroskedastisitas, dilakukan uji ARCH LM yang ditunjukan pada tabel berikut: Tabel 4.7 Tes ARCH LM MODEL ARMA (2,2) ARCH Test: F-statistic Obs*R-squared 21.28435 20.42257 Probability Probability 0.000005 0.000006 Pada Tabel 4.7, terlihat bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukan bahwa masih terdapat efek ARCH atau unsur heteroskedastisitas pada data log Oil Price in Dolar. b. Identifikasi Model ARCH-GARCH Identifikasi model GARCH dapat dilihat pada plot korelasi residual kuadrat yang tersaji pada Tabel berikut: 73 Tabel 4.8 Korelogram Residual Kuadrat Model ARMA(2,2) Date: 05/15/10 Time: 18:33 Sample: 1971M11 2009M12 Included observations: 458 Q-statistic probabilities adjusted for 2 ARMA term(s) Autocorrelation .|** .|. .|. .|. .|* .|. .|* .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. | | | | | | | | | | | | | | | | | Partial Correlation .|** .|. .|. .|. .|* .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. | | | | | | | | | | | | | | | | | 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 AC PAC Q-Stat Prob 0.211 0.032 0.002 0.009 0.093 0.054 0.074 -0.010 -0.015 -0.016 -0.001 -0.022 -0.015 -0.010 -0.020 -0.024 -0.024 0.211 -0.014 -0.002 0.010 0.094 0.016 0.061 -0.040 -0.006 -0.020 0.001 -0.037 -0.002 -0.008 -0.010 -0.017 -0.009 20.604 21.066 21.068 21.108 25.166 26.539 29.089 29.139 29.244 29.363 29.363 29.590 29.695 29.746 29.935 30.204 30.470 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.001 0.002 0.003 0.005 0.007 0.010 Berdasarkan Tabel korelogram residual kuadrat pada Tabel 4.8 plot ACF dan PACF keluar dari garis bartlet secara signifikan pada lag 1, dapat ditunjukan bahwa kemungkinan besar model yang akan digunakan adalah GARCH(1,1) untuk memodelkan volatilitas pada data log Oil Price in Dolar. c. Estimasi Parameter Model ARCH-GARCH Model yang akan diestimasikan adalah model ARMA(2,2) dengan memasukan variansi bersyarat (2 ) pada persamaan mean dan valotolitas. Pada 74 proses penentuan tingkat volatilitas dengan model GARCH(1,1) dapat digunakan persamaan (3.11), yaitu 2 0 1 21 1 21. Dengan komponen residual (αt-1) diasumsikan berdistribusi normal. Adapun estimasi parameter model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.9. Estimasi Parameter Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) Dependent Variable: LOG_OIL_DOLAR Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 05/15/10 Time: 19:21 Sample (adjusted): 1971M11 2009M12 Included observations: 458 after adjustments Convergence achieved after 240 iterations MA backcast: 1971M07 1971M08, Variance backcast: ON GARCH = C(3) + C(4)*RESID(-1)^2 + C(5)*GARCH(-1) AR(2) MA(2) Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. -0.967935 0.965539 0.038147 0.041313 -25.37364 23.37155 0.0000 0.0000 7.100391 5.210993 6.520080 0.0000 0.0000 0.0000 Variance Equation C RESID(-1)^2 GARCH(-1) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood 0.002952 0.315248 0.476019 -0.001954 -0.010801 0.107899 5.273881 428.3069 0.000416 0.060497 0.073008 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat 0.007103 0.107321 -1.848502 -1.803448 1.984012 75 Dapat dilihat pada Tabel 4.9, koefisien dari GARCH(1,1) signifikan berbeda dengan nol. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang lebih kecil dari tingkat signifikansi α=5%, sehingga didapat model ARMA(1,1)-GARCH(1,1) sebagai berikut: σt2 = 0.002952+ 0.315248α2t-1 + 0.476019σ2t-1 d. Uji Diagnostik Uji diagnostik dilakukan untuk melihat apakah model yang terbentuk telah cukup baik dalam memodelkan data. Untuk melihat apakah masih terdapat efek ARCH dalam residual digunakan ARCH LM yang terdapat dalam tabel berikut: Tabel 4.10 Tes ARCH LM Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ARCH Test: F-statistic Obs*R-squared 0.021409 0.021502 Probability Probability 0.883735 0.883419 Pada Tabel 4.10 dengan hipotesis bahwa tidak ada efek ARCH dalam residual jika nilai probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari nilai toleransi, terlihat bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari 0.05, sehingga hipotesis diterima, dan dapat diketahui bahwa sudah tidak efek ARCH dalam residual. Untuk melihat pakah masih terdapat korelasi serial atau tidak dalam model, dapat diketahui melalui disandarisasikan pada Tabel berikut : korelogram residual kuadrat yang 76 Tabel 4.11. Korelogram Residual Kuadrat yang Distandarisasi Date: 05/15/10 Time: 19:38 Sample: 1971M11 2009M12 Included observations: 458 Q-statistic probabilities adjusted for 2 ARMA term(s) Autocorrelation .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. | | | | | | | | | | | | | | | | | Partial Correlation .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. | | | | | | | | | | | | | | | | | 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 AC PAC Q-Stat Prob -0.007 0.001 -0.011 -0.010 0.023 -0.006 0.021 -0.013 -0.010 -0.012 0.009 -0.010 -0.003 -0.002 -0.012 -0.011 -0.011 -0.007 0.001 -0.011 -0.011 0.023 -0.006 0.021 -0.012 -0.010 -0.012 0.009 -0.012 -0.003 -0.002 -0.011 -0.012 -0.011 0.0216 0.0224 0.0749 0.1259 0.3766 0.3957 0.6108 0.6910 0.7383 0.8030 0.8402 0.8892 0.8937 0.8961 0.9604 1.0166 1.0764 0.784 0.939 0.945 0.983 0.988 0.995 0.998 0.999 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Pada Tabel 4.11 terlihat bahwa plot ACF dan PACF semua batang grafik tidak melewati batas terputus-putus (garis Bartlett). Selain itu nilai probabilitas statsitik-Q setelah lag 2 lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5%. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada korelasi serial dalam model. Selanjutnya untuk melihat apakah residual model berdistribusi normal. Dapat diuji dengan program SPSS 14 dengan hasil pada Gambar 4.3 berikut: 77 250 Frequency 200 150 100 50 Mean =0.007071875 Std. Dev. =0. 1070876012 N =460 0 -0.9000000 -0.6000000 -0.3000000 0.0000000 0.3000000 0.6000000 0.9000000 Log_Oil_Price_in_Dolar Gambar 4.3. Histogram Distribusi Normal Residual Model ARMA(2,2)GARCH(1,1) Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa residual ARMA(2,2)-GARCH(1,1) mengikuti kurva lonceng, yang berarti bahwa data berdistribusi normal. hal ini didapatkan dari Distribution Summary yang berada di samping kurva. C. Volatilitas Dinar terhadap Minyak Mentah Dunia Volatilitas Dinar terhadap Minyak didapatkan berdasarkan harga emas dalam Dolar, kemudian nilai tersebut dikonversi ke Dinar dengan mengalikan 0.137469, kemudian hasil perkalian tersebut menjadi pembagi harga minyak dalam Dolar. Adapun pergerakan harga minya dalam Dinar (Oil Price in Dinar), tersaji pada Grafik berikut : 78 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 Oil Price in Dinar Gambar 4.4 Plot Harga Minyak Mentah Dunia dalam Dinar Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa data yang tersaji tidak stasioner, hal ini ditunjukan dengan data dalam kurun waktu tersebut bergerak tidak mendekati nilai rata-rata. Dalam analisa deret waktu (time series), kestasioneran data mutlak diperlukan, oleh karena itu data tersebut harus distasionerkan terlebih dahulu. 1. Tahap Menstasionerkan Data Sebagaimana rumusan yang telah digunakan pada volatilitas Dolar terhadap minyak, untuk menstasionerkan data akan digunakan persamaan (3.1), yaitu : Dimana Rt adalah nilai return, Pt adalah harga minyak dalam Dinar pada periode t dan Pt-1 adalah harga minyak dalam Dinar pada periode t-1. Dengan persamaan tersebut didapatkan plot log Oil Price in Dinar sebagai berikut : 79 0.8 0.4 0.0 -0.4 -0.8 -1.2 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 Log Oil Price in Dinar Gambar 4.5 Plot Log Return Data Harga Minyak Dunia dalam Dinar Dari Gambar 4.5, diketahui bahwa data telah stasioner. Hal ini terlihat dari pergerakan data yang cenderung mendekati nilai rat-rata dan tidak memiliki banyak outlier dalam perjelanan data tersebut (selalu konstan). Setelah data menjaadi stasioner, selanjutnya dilakukan pemodelan mean atas data tersebut. 2. Pemodelan Mean Pemodelan mean dilakukan untuk menentukan persamaan dalam mencari tingkat VaR dan peramalan (forecash) terhadap data yang diobservasi. Pemodelan mean dilakukan dengan estimasi pengukuran model yang memiliki syarat utama data harus telah stasioner. Sehingga uji stasioneritas mutlak diperlukan pada data log Oil Price in Dinar dan hasilnya sebagai berikut : 80 Tabel 4.12 Uji Akar Unit (Unit Root Test) data return Oil Price in Dinar Null Hypothesis: LOGOILDINAR has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=17) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -22.18350 -3.978177 -3.419642 -3.132432 0.0000 Hasil uji stasioneritas pada Tabel 4.12. menunjukan bahwa nilai absolut statistik t sebesar -22.18350 lebih besar dari tingkat kepercayaan 5% yaitu 3.419642. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data telah stasioner (tidak terdapat akar unit) dan dapat dilakukan estimasi parameter untuk menentukan model mean. Pemodelan mean dilakukan dengan melihat fungsi autokorelasi (ACF) dan parsial autokorelasi (PACF) pada data yang diobservasi. Yaitu penaksiran pada korelogram data log harga minyak dalam Dinar. Meskipun demikian estimasi pemodelan yang mengacu pada asumsi korelogram sering kali tidak sesuai dengan prakteknya sehingga harus ada pemodelan lainnya. Adapun fungsi autokorelasi dan parsial autokorelasi pada korelogram data log Oil Price in Dinar sebagai berikut: 81 Tabel 4.13 Korelogram Data Log Oil Price in Dinar Date: 05/15/10 Time: 21:16 Sample: 1971M09 2009M12 Included observations: 460 Autocorrelation .|. .|. .|. *|. .|. .|. *|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. | | | | | | | | | | | | | | | | | Partial Correlation .|. .|. .|. *|. .|. .|. *|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. | | | | | | | | | | | | | | | | | 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 AC PAC Q-Stat Prob -0.038 -0.051 0.020 -0.067 -0.022 -0.035 -0.124 0.040 0.024 0.005 0.026 0.000 -0.050 -0.027 -0.040 -0.009 0.016 -0.038 -0.052 0.016 -0.068 -0.026 -0.045 -0.129 0.021 0.010 0.007 0.009 -0.002 -0.057 -0.044 -0.038 -0.011 0.006 0.6812 1.8712 2.0605 4.1256 4.3554 4.9423 12.139 12.902 13.172 13.183 13.509 13.509 14.721 15.059 15.808 15.848 15.967 0.409 0.392 0.560 0.389 0.499 0.551 0.096 0.115 0.155 0.214 0.261 0.333 0.325 0.374 0.395 0.464 0.526 Berdasarkan Tabel 4.13, pergerakan data plot ACF maunpun PACF terlihat keluar dari batas garis bartllet pada lag ke 4. Hal ini kemungkinan pemodelan yang akan digunakan adalah AR(4), MA(4) dan ARMA(4,4) sebagai kombinasi kedua model tersebut. Akan tetapi terkadang dalam prakteknya pemodelan estimasi parameter tidak selalu ditentukan berdasarkan asumsi grafik korelogram, sehingga ada beberapa model yang bisa kita gunakan untuk mencari model yang terbaik. Dalam hal ini model yang dapat digunakan adalah ARMA(2,2). 82 Sehingga dapat diketahui identifikasi estimasi parameter sebagai berikut : Tabel 4.14. Estimasi Parameter Model AR(4) Dependent Variable: LOG_OIL_DINAR Method: Least Squares Date: 05/15/10 Time: 21:20 Sample (adjusted): 1972M01 2009M12 Included observations: 456 after adjustments Convergence achieved after 3 iterations Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. AR(4) -0.064234 0.046921 -1.368985 0.1717 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Inverted AR Roots 0.004102 0.004102 0.114794 5.995859 340.5286 .36+.36i Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat .36+.36i -.36+.36i -8.37E-06 0.115030 -1.489161 -1.480120 2.076143 -.36+.36i Tabel 4.15 Estimasi Parameter Model MA(4) Dependent Variable: LOG_OIL_DINAR Method: Least Squares Date: 05/15/10 Time: 21:26 Sample: 1971M09 2009M12 Included observations: 460 Convergence achieved after 5 iterations Backcast: 1971M05 1971M08 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. MA(4) -0.061310 0.046742 -1.311659 0.1903 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Inverted MA Roots 0.003913 0.003913 0.114307 5.997307 345.4690 .50 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat .00+.50i -.00-.50i -7.13E-05 0.114531 -1.497691 -1.488710 2.076905 -.50 83 Berdasarkan Tabel 4.14. didapatkan bahwa model AR(4) memiliki nilai probabilitas 0.1717 yang lebih besar dari tingkat toleransi 5% (0.05). Sehingga dapat dinyatakan bahwa model AR(4) signifikan sama dengan nol. Sehingga dapat diartikan bahwa model AR(4) tersebut tidak dapat digunakan untuk persamaan mean pada data yang diobservasi. Sementara pada Gambar 4.15, nilai probabilitas model MA(4) lebih besar dari level toleransi sebesar 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model MA(4) juga siginifikan sama dengan nol. Tabel 4.16. Estimasi Parameter Model ARMA(4,4) Dependent Variable: LOG_OIL_DINAR Method: Least Squares Date: 05/15/10 Time: 21:29 Sample (adjusted): 1972M01 2009M12 Included observations: 456 after adjustments Convergence achieved after 29 iterations Backcast: 1971M05 1971M08 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. AR(4) MA(4) -0.298267 0.234178 0.650373 0.662443 -0.458609 0.353507 0.6467 0.7239 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Inverted AR Roots Inverted MA Roots 0.004476 0.002283 0.114899 5.993608 340.6142 .52-.52i .49-.49i Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat .52+.52i .49-.49i -.52+.52i -.49+.49i -8.37E-06 0.115030 -1.485150 -1.467069 2.073685 -.52+.52i -.49+.49i 84 Untuk model ARMA(4,4) pada Tabel 4.16, terlihat bahwa probabilitas yang dimiliki lebih besar dari 0.05 sebagai level toleransi, sehingga dapat disimpulkan bahwa model ARMA(4,4) signifikan sama dengan nol. Tabel 4.17 Estimasi Parameter Model ARMA(2,2) Dependent Variable: LOG_OIL_DINAR Method: Least Squares Date: 05/15/10 Time: 18:30 Sample (adjusted): 1971M11 2009M12 Included observations: 458 after adjustments Convergence achieved after 11 iterations Backcast: 1971M07 1971M08 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. AR(2) MA(2) 0.892005 -0.942494 0.057564 0.042521 15.49590 -22.16552 0.0000 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Inverted AR Roots Inverted MA Roots 0.014856 0.012696 0.114050 5.931384 345.5002 .94 .97 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat -5.81E-05 0.114781 -1.500001 -1.481980 2.106558 -.94 -.97 Pada Tabel 4.17 dengan model ARMA(2,2) menunjukan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari level toleransi (5%), maka dapat disimpulkan model mean untuk data log Oil Price in Dinar adalah ARMA(2,2), sehingga dengan menggunakan persamaan (3.10) didapatkan persamaan mean sebagai berikut, rt = 0.892005rt−1 − 0.942494αt−1 + αt. 85 3. Pemodelan Variansi a. Tes Unsur GARCH Pemodelan variansi digunakan untuk mengukur tingkat volalitas pada sebuah data time series. Namun sebelum masuk pada tahap pemodelan GARCH terlebih dahulu akan dicari apakah pemodelan mean masih terdapat unsur heteroskedastisitas atau tidak. Untuk menguji hal tersebut, dilakukan uji ARCH LM pada data observasi yang dapat dilihat pada Tabel 4.15. berikut : Tabel 4.18 ARCH LM Model ARMA(2,2) ARCH Test: F-statistic Obs*R-squared 15.34608 14.91064 Probability Probability 0.000103 0.000113 Pada tabel 4.18, dengan hipotesa bahwa tidak ada efek ARCH dalam residual jika nilai probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari 0.05, sehingga hipotesa ditolak pada signifikansi α=5%. Nilai probabilitas Obs*R-squared yang terbentuk lebih kecil dari 0.05, jadi dapat diketahui bahwa masih terdapat efek ARCH atau usur heteroskedastisitas pada data log Oil Price in Dinar. b. Identifikasi Model ARCH-GARCH Identifikasi pemodelan ARCH-GARCH merupakan proses penaksiran model yang tepat untuk menyajikan persamaan variansi pada data log Oil Price in 86 Dinar. Untuk model identifikasi GARCH yang tepat dapat dilihat dari plot korelasi residual kuadrat yang terdapat pada korelogram Tabel 4.19 berikut: Tabel 4.19 Korelogram Residual Kuadrat Model ARMA(2,2) Date: 05/15/10 Time: 22:02 Sample: 1971M11 2009M12 Included observations: 458 Q-statistic probabilities adjusted for 2 ARMA term(s) Autocorrelation .|* .|. .|. .|. .|* .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. | | | | | | | | | | | | | | | | | Partial Correlation .|* .|. .|. .|. .|* .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. | | | | | | | | | | | | | | | | | 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 AC PAC Q-Stat Prob 0.181 0.026 0.004 0.001 0.094 0.037 0.042 0.013 -0.018 -0.020 0.001 -0.026 -0.018 -0.017 -0.023 -0.029 -0.026 0.181 -0.006 -0.000 0.001 0.096 0.004 0.034 -0.001 -0.020 -0.022 0.007 -0.036 -0.010 -0.010 -0.014 -0.023 -0.010 15.041 15.362 15.368 15.368 19.445 20.097 20.919 21.000 21.150 21.332 21.333 21.663 21.809 21.939 22.181 22.580 22.899 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.002 0.004 0.006 0.011 0.017 0.026 0.038 0.053 0.067 0.086 Dari korelogram residual pada Tabel 4.19, terlihat bahwa plot ACF dan PACF keluar dari garis bartllet secera signifikan pada lag 1, hal ini menunjukan bahwa kemungkinan besar untuk memodelkan volatilitas data log Oil Price in Dinar menggunakan model GARCH(1,1). 87 c. Estimasi Parameter Model ARCH-GARCH Seperti dalam pembahasan volatilitas Dolar terhadap minyak, model estimasi parameter GARCH(1,1) akan dimasukan pada persamaan volatilitas dengan formulasi 2 0 1 21 1 21 , dengan asumsi komponen residual berdistribusi normal. Pada Tabel 4.18 dapat dilihat estimasi parameter model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) Tabel 4.20 Estimasi Parameter Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) Dependent Variable: LOG_OIL_DINAR Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 05/15/10 Time: 22:29 Sample (adjusted): 1971M11 2009M12 Included observations: 458 after adjustments Convergence achieved after 126 iterations MA backcast: 1971M07 1971M08, Variance backcast: ON GARCH = C(3) + C(4)*RESID(-1)^2 + C(5)*GARCH(-1) AR(2) MA(2) Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. 0.829219 -0.881608 0.109618 0.096914 7.564605 -9.096844 0.0000 0.0000 4.822498 4.572141 4.196233 0.0000 0.0000 0.0000 Variance Equation C RESID(-1)^2 GARCH(-1) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Inverted AR Roots Inverted MA Roots 0.004625 0.181726 0.461848 0.013469 0.004758 0.114508 5.939737 373.6521 .91 .94 0.000959 0.039746 0.110062 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat -.91 -.94 -5.81E-05 0.114781 -1.609835 -1.564782 2.105682 88 Dapat dilihat pada Tabel 4.20, koefisiensi dari GARCH(1,1) signifikan berbeda dengan nol. Hal ini ditunjukan dari nilai probabilitasnya yang lebih kecil dari tingkat signifikasnsi 0.05. Sehingga didapatkan model ARMA(2,2)GARCH(1,1) pada persamaan volatilitas sebagai berikut : σt2 = 0.004625+ 0.181726α2t-1 + 0.461848σ2t-1 d. Uji Diagnostik Uji diagnostik dilakukan untuk melihat apakah model yang terbentuk sudah sesuai dan baik dalam memodelkan data, yakni dengan melihat apakah masih terdapat efek ARCH dalam residual. Uji ini dilakuakan dengan menggunakan ter ARCH LM sebagi berikut : Tabel 4.21. Tes ARCH LM Model ARMA(2,2)-GARCH(1,1) ARCH Test: F-statistic Obs*R-squared 0.001374 0.001380 Probability Probability 0.970445 0.970364 Pada Tabel 4.21, dengan hipotesa awal bahwa tidak ada efek ARCH dalam residual jika nilai probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari 0.05, pada tingkat signifikansi α=5%. Maka hipotesis diterima, nilai probabilitas Obs*Rsquared yang tersaji lebih besar dari 0.05, yaitu 0.970364. Untuk melihat apak masih terdapat korelasi serial (hubungan dalam setiap waktunya) atau tidak sehingga data yang bergerak adalah data yang 89 independent, hal tersebut dapat diketahui dengan menggunakan korelogram residual kudarat yang distandarisasi. Adapaun grafik korelogram tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.22 berikut : Tabel 4.22. Korelogram Residual Kuadrat yang Distandarisasi Date: 05/16/10 Time: 00:35 Sample: 1971M11 2009M12 Included observations: 458 Q-statistic probabilities adjusted for 2 ARMA term(s) Autocorrelation .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. | | | | | | | | | | | | | | | | | Partial Correlation .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. | | | | | | | | | | | | | | | | | 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 AC PAC Q-Stat Prob -0.002 -0.005 -0.013 -0.012 0.041 -0.007 0.023 0.000 -0.011 -0.016 0.015 -0.018 -0.009 -0.008 -0.015 -0.019 -0.013 -0.002 -0.005 -0.013 -0.012 0.041 -0.007 0.023 0.001 -0.010 -0.017 0.017 -0.020 -0.009 -0.008 -0.014 -0.021 -0.011 0.0013 0.0135 0.0863 0.1550 0.9366 0.9587 1.2077 1.2077 1.2667 1.3842 1.4970 1.6457 1.6839 1.7142 1.8191 1.9872 2.0681 0.769 0.925 0.817 0.916 0.944 0.977 0.989 0.994 0.997 0.998 0.999 1.000 1.000 1.000 1.000 Pada Tabel 4.22, terlihat bahwa plot ACF dan PACF pada semua lag tidak ada yang keluar dari batas bartllet, begitu juga nilai probabilitas statistik Q lebih besar dari tingkat signifikasnsi α=5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi serial dalam model. 90 Setelah diketahui tidak ada korelasi serial dalam model, maka dapat diasumsikan model tersebut berdistribusi normal. Distribusi normal residual model dapat diketahui dengan melihat histrogram dan Distribution Summary dengan menggunakan program SPSS 14.0 berikut : 125 Frequency 100 75 50 25 Mean =-7.143750196 E-5 Std. Dev. =0. 1146560146 N =459 0 -0.9000000 -0.6000000 -0.3000000 0.0000000 0.3000000 0.6000000 0.9000000 Log_Oil_Price_in_Dinar Gambar 4.6. Histogram Distribusi Normal Residual Model ARMA(2,2)GARCH(1,1) Pada Gambar 4.6. terlihat bahwa residual ARMA(2,2)-GARCH(1,1) berdistribusi normal, hal ini didapatkan dari Distribution Summary. 91 D. Perhitungan Volatilitas Model GARCH 1. Perhitungan Volatilitas Dolar Tahapan terakhir untuk mengukur tingkat volatilitas nilai tukar Dolar terhadap Minyak Mentah Dunia dalam kurun waktu dari September 1971 hingga Desember 2009 atau selama 458 bulan kita akan menggunakan persamaan variansi σt2 = 0.002952+ 0.315248α2t-1 + 0.476019σ2t-1, maka besaran tingkat volatilitas sebagai berikut : σt2 = 0.002952 + 0.315248α2t-1 + 0.476019σt-1 = 0.002952 + 0.315248 (0.04863)2 + 0.476019 (0.014152) = 0.010434 Nilai variansi (σt2) Oil Price in Dolar dapat dihitung langsung pada Lampiran C, dan dari persamaan diatas didapatkan nilai variansi ke Desember 2009 adalah σt2 = 0.010434, maka nilai volatilitas Dolar terhadap minyak mentah dunia adalah √0.010434 = 0,1021469. Didapatkan hasil nilai variansi dari Dolar adalah 0,1021469, artinya Dolar memiliki tingkat volatilitas pergerakan nilai tukar pada rentang negatif 0,1021469 hingga positif 0,1021469. 2. Perhitungan Volatilitas Dinar Untuk mengukur tingkat volatilitas nilai tukar Dinar terhadap minyak mentah dunia dalam kurun waktu dari September 1971 hingga Desember 2009 92 kita akan menggunakan persamaan volatilitas dari model ARMA(2,2)GARCH(1,1), σt2 = 0.004625+ 0.181726α2t-1 + 0.461848σt-1, maka besaran tingkat volatilitas sebagai berikut : σt2 = 0.004625 + 0.181726α2t-1 + 0.461848σ2t-1 = 0.004625 + 0.181726 (-0.04053)2 + 0.461848 (0.011353) = 0,010167 Untuk nilai variansi (σ2t) Oil Price in Dinar dapat dilihat pada Lampiran E. Sehingga dapat diketahui nilai variansi (σ2t) ke Desember 2009 adalah σ2t = 0,010167, maka nilai volatilitas Dinar terhadap minyak mentah dunia adalah 0,010167 = 0,100831. Nilai variansi yang didapatkan adalah 0,100831. Artinya Dinar sebagai mata uang memiliki tingkat volatilitas pergerakan nilai tukar pada rentang negatif 0,100831 hingga positif 0,100831. 3. Interpretasi Berdasarkan analisa volatilitas model GARCH pada analisa volatilitas didapatkan bahwa tingkat stabilitas Dinar lebih baik dari pada stabilitas Dolar. Hal ini ditunjukan dari nilai variansi Dinar yang lebih kecil dari pada nilai variansi Dolar. Artinya rentang fluktuasi pergerakan nilai tukar (harga) Dinar terhadap minyak mentah dunia lebih kecil yakni 0,100831 dari pada rentang fluktuasi nilai tukar (harga) Dolar terhadap minyak mentah dunia yakni 0,010167. 93 Adapun hasil penelitian ini tidak memberikan perbedaan yang signifikan antara tingkat stabilitas Dinar dengan Dolar hal tersebut disebabkan karena Dinar sendiri tidak memiliki harga. Dinar diukur dengan beratnya yakni 4,25 dengan kadar 22 karat. Sementara alat yang digunakan untuk merepresentasikan nilai tukar Dinar adalah Dolar (uang fiat). Masalahnya alat untuk merepresentasikan nilai tukar Dinar tersebut selalu bergerak liar. Seperti hukum relatifitas yang menyatakan bahwa objek yang tidak bergerak akan terlihat bergerak jika direpresentasikan oleh objek yang bergerak. Kondisi dimana Dinar diukur dengan Dolar akan membuat nilai tukar Dinar seolah-olah bergerak, padahal Dinarnya tetap, tidak bergerak yakni 4,25 gram dengan kadar 22 karat. E. Peluang dan Tantangan Dinar sebagai Alat Pembayaran Premi Asuransi Syari’ah 1. Ketersediaan Emas Diciptakannya emas dan perak oleh Allah menurut Imam Ghazali adalah agar emas dan perak ini digunakan sebagai hakim atau timbangan yang adil untuk menilai barang-barang dalam bermuamalah. Hal ini sejalan dengan banyaknya ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan kita untuk menegakkan timbangan atau neraca yang berarti juga menegakkan keadilan. Sehingga dalam pelaksanaan perintah untuk menegakkan timbangan atau bermuamalah secara 94 adil dibutuhkan emas atau perak sebagai bahan baku Dinar dan Dirham, maka pastilah Allah menyediakannya secara cukup di muka bumi. Berdasarkan data dari World Gold Council (WGC), sampai akhir tahun lalu tersedia sekitar 170,000 ton emas di seluruh permukaan bumi (cadangan di dalam bumi belum dihitung). Lebih dari separuhnya untuk perhiasan (51%), sedangkan yang dipakai sebagai cadangan di bank-bank sentral seluruh dunia hanya 18 % hampir sama dengan jumlah emas untuk investasi yang sampai 17%.1 Data lain dari Gold Sheet Link menunjukkan bahwa selama sekitar 170 tahun terakhir trend ketersediaan emas di permukaan bumi meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk bumi. Bahkan ketersediaan emas per kapita dunia cenderung naik dari 0.50 ounces/ kapita pertengahan abad 19 ; menjadi sekitar 0.75 ounces/kapita dasawarsa ini. Data-data tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa emas sangatlah cukup untuk digunakan sebagai alat bermuamalah atau uang yang adil bagi seluruh penduduk bumi kapanpun dan dimanapun. Namun demikian kepemilikan cadangan emas didunia tidak merata. Negaranegara yang mayoritas penduduknya muslim, secara keseluruhan memiliki cadangan emas yang relatif kecil. Berbeda dengan India dan China, dua negara ini berhasil mendongkrak cadangan emas bank sentralnya secara sangat 1 . Iqbal, Muhaimin “Emas Cukup untuk Manusia, Tetapi..”, diakses pada tanggal 17 Juni 2010 dari http://geraidinar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=75:emascukup&catid=35:dinar&Itemid=84 95 significant. Sementara itu Amerika Serikat dan Eropa tidak terjadi penambahan significant pada cadangan emas yang dimilikinya. Berdasarkan proporsi kepemilikan cadangan emas pada Bank Sentral Negara (Lampiran F) maka harus dilakukan penyesuaian proporsi. Hal ini dapat dilakukan dengan fokus pada pertunbuhan sektor riil yang menjadi pembangun ekonomi. Disaat sektor riil tumbuh kondisi tersebut membutuhkan ketahanan ekonomi, disinilah emas berperan. Negara perlu membeli emas sebagai cadangan negara. 2. Konsep Uang Menurut Para Pemikiran Islam a. Imam Ghazali Dalam Ihya Ulumuddin bab Syukur, ditemukan referensi tentang konsep uang, dimana al-Ghazali menulis : “Termasuk dari nikmat-nikmat Allah ta’ala, ialah Allah telah menciptakan Dirham dan Dinar. Dan dengan keduanya ini tegaknya Dunia. Dan keduanya itu adalah barang mati yang tidak ada manfaat pada diri keduanya. Akan tetapi manusia sangat memerlukan keduanya, manusia butuh barang-barang, makanan, pakaian dan semua kebutuhan-kebutuhannya.”2 Menurut al-Ghazali Allah SWT menciptakan uang emas dan perak sebagai perantara atau alat pengukur nilai bagi segenap harta agar dapat diukur nilainya. Namun selain mata uang yang terbuat dari emas dan perak, al-Ghazali juga 2 . Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin. Semarang: CV Asy Syifa, 1992, Jilid VII, h. 428 96 membahas tentang membolehkan peredaran uang yang sama sekali tidak mengandung unsur emas dan perak atau uang dari bahan campuran, asalkan pemerintah menyatakan sebagai alat pembayaran.3 Imam Ghazali menyampaikan bahwa zaif (logam campuran), maksudnya adalah unit uang yang sama sekali tidak mengandung perak, hanya olesan, atau Dinar yang tidak mengandung emas. Jika sekeping koin mengandung sejumlah perak tertentu tetapi dicampur dengan tembaga, dan itu merupakan koin resmi negara tersebut maka hal itu dapat diterima, baik muatan peraknya diketahui atau tidak. Tetapi jika koin itu tidak resmi, maka koin itu dapat diterima hanya jika muatan peraknya diketahui.4 Berdasarkan konsep penciptaan uang menurut al-Ghazali, dapat disimpulkan bahwa penciptaan uang emas dan perak berfungsi sebagai standar harga dan sebagai alat untuk mengukur biaya tenaga kerja. Dalam penciptaan uang menurut al-Ghazali uang dapat terbuat dari emas dan perak namun juga dapat terbuat daru bahan selain emas dan perak. b. Ibnu Khaldun Ibnu Khaldun secara jelas mengemukakan bahwa emas dan perak selain berfungsi sebagai uang juga digunakan sebagai media pertukarang dan alat 3 . Adhiwarman A. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro. Jakarta: Karim Business Consulting, 2001, h. 11. 4 . Adhiwarman A. Karim, “Pemikiran Ekonomi Seorang Skolastik Arab, Abu Hamid alGhazali, Makalah untuk Kuliah Informal Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, UIN Syarif Hidyatullah. Jakarta: UIN, 2002, h. 12 97 pengukur nilai sesuatu. Allah SWT menciptakan dua logam mulia (emas dan perak) sebagai ukuran nilai bagi semua akumulasi modal. Sejalan dengan Imam Ghazali, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa uang tidak harus mengandung emas dan perak. Hanya saja emas dan perak dijadikan standar nilai uang, sebagai penjaga nilai uang. Oleh karena itu, Ibnu Khaldun menyarankan agar harga emas dan perak itu konstan meskipun harga-harga lainnya berfluktuasi.5 Berdasarkan pendapat ibnu Khaldun di atas sebenarnya standar mata uang yang disarankan masih merupakan standar emas yaitu ketika logam emas bukan merupakan alat tukar menukar namun otoritas moneter menjadikan logam tersebut sebagai parameter dalam menentukan nilai tukar uang yang beredar, koin emas tidak lagi secara langsung dipakai sebagai mata uang. Dalam sistem ini diperlukan kesetaraan antara uang kertas yang beredar dengan jumlah emas yang disimpan sebagai back up. c. Al-Maqrizi Menurut al-Maqrizi, baik pada masa sebelum maupun setelah kedatangan Islam, mata uang digunakan oleh umat manusia untuk menentukan berbagai harga barang dan biaya tenaga kerja. Untuk mencapai tujuan ini, mata uang uang dipakai hanya terdiri dari emas dan perak.6 5 . Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro, h. 6 6 . Ibid., h. 67 98 Penggunaan mata uang emas dan perak terus berlanjut tanpa perubahan berarti hingga pemerintahan al-Mu’tashim, Khalifah terakhir Dinasti Abbasiyah. Dalam pandangan al-Maqrizi , kekacauan mulai terjadi ketika pengaruh kaum Mamluk semakin kuat di kalangan istana, tersebut terhadap kebijakan penciptaan mata uang Dirham campuran. Pencetakan fulus, mata uang yang terbuat dari tembaga, dimulai pada Dinasti Ayyubiyah, Sultan Muhammad al-Kamil ibn al-Adi al-Ayyubi, yang menetapkan rasio fulus terhadap Dirham sebesar 48 fulus untuk setiap Dirham.7 Pasca pemerintahan Sultan al-Kamil, penciptaan mata uang tersebut terus berlanjut. Kebijakan sepihak mulai diterapkan dengan meningkatkan volume pencetakan fulus dan menetapkan rasio 24 fulus per Dirham. Akibatnya, rakyat menderita kerugian besar karena harga barang-barang meningkat. Dari fakta sejarah tersebut, al-Maqrizi berkesimpulan bahwa mata uang dapat diterima sebagai standar nilai, baik menurut hukum, logika, maupun tradisi hanya yang terdiri dari emas dan perak. Oleh karena itu, mata uang yang menggunakan bahan selain emas dan perak tidak layak disebut sebagai mata uang. Kenyataannya kondisi dimana Dinar digunakan sebagai alat transaksi pun masih bisa terjadi instabilitas nilai Dinar. Hal ini disebabkan karena adanya moral hazard pada sebuah kepemimpinan pemerintahan yang mengejar 7 . Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam I : Masa Awal Pemikiran Islam, Diktat Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Fakultas Syari’ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002, h. 47. 99 kepentingan tertentu dengan pencetakaan uang tanpa batas. Merujuk pendapat Ibn Taimiyah, sebagaimana ditulus oleh Abdul Azim Islahi dalam tulisannya “economic concept of ibn Taimiya”, bahwa pencetakan uang berkualitas buruk akan melenyapkan uang lama (yang sedang beredar) yang berkualitas baik, hukum bad money drives out good money”.8 3. Analisa SWOT Penerapan Dinar sebagai Premi Asuransi Syari’ah Perencanaan finansial merupakan satu hal yang penting bagi setiap manusia. Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam perencanaan finansial ini, antara lain pembelian asuransi. Tujuan jangka panjang dari pembalian asuransi adalah untuk meminimalisir resiko finansial disaat terjadi sebuah musibah atau pun untuk menjamin keberlangsungan hidup ketika memasuki masa pensiun. Asuransi yang memiliki peran memberikan rasa aman terhadap resiko finansial hingga saat ini belum mampu memberikan pengembalian yang bersifat adil dan ekonomis. Hal ini disebabkan karena inflasi, namun hal ini bukan berarti tidak ada solusi. Untuk mengatasi inflasi yang terjadi dibutuhkan sistem keuangan yang berkeadilan yakni dengan menggunakan Dinar. Dinar sebagai alat pembayaran premi dipandang perlu untuk diaplikasikan pada perusahaan asuransi syari’ah. Hal ini didasari oleh bukti kestabilan Dinar 8 . Mufti, Aries, Keunggulan dan Kelamahan Dinar Emas, Makalah Seminar Islam. Jakarta: BEMJ Muamalat Perbankan Islam, 22 Januari 2003. 100 sabagai instrumen investasi dan proteksi nilai karena memiliki nilai intrinsik yang tidak akan tergerus oleh laju inflasi. Istilah instrumen investasi dan proteksi nilai ini hanya ditujukan pada penggunaan Dinar. Investasi yang dinilai dalam mata uang kertas (Rupiah dan Dolar AS) tidak memiliki proteksi terhadap kehancuran nilai tukar, hal ini disebabkan oleh inflasi dan pihak-pihak yang sengaja melakukannya. Berikut ini penulis mencoba menampilkannya dengan lebih terstuktur dalam bentuk bagan analisis SWOT. Tabel 4.23. Analisis SWOT Penerapan Dinar-Dirham Sebagai Alat Pembayaran Premi Asuransi Syari’ah STRENGTH : a. Terbukti WEAKNESS : memiliki nilai yang a. Otoritas moneter terletak pada stabil; Bank Indonesia dan terlepas dari b. Memiliki pengembalian return yang sangat baik; c. Tidak akan hanya b. Otoritas moneter Bank Indonesia mengalami inflasi karena interfensi Pemerintah; dicetak terus- menerus; menginduk kepada IMF berpedoman pada Article dan of Agreement of the IMF; d. Tidak dapat di devaluasi oleh c. Masalah Pajak Pertambahan Nilai sebuah peraturan pemerintah; (PPN) yang belum kondusif bagi e. Tidak bergantung janji siapapun (otoritas moneter) untuk membayar nilai nominalnya; f. Memenuhi persyaratan menjadi pemakai Dinar saat ini. Mengacu pada UU no. 18 tahun 2000 pada pasal 4.A ayat 2, Dinar adalah bukan uang, emas batangan dan 101 mata uang antara lain mempunyai surat berharga sehingga terkena nilai tinggi, durability, diterima PPN; d. Tidak tersedianya instrument legal oleh masyarakat luas; g. Memenuhi ketentuan Syariah; dalam penerapan Dinar sebagai h. Jika penerapan ini berhasil maka intrumen moneter (alat investasi); akan menciptakan kemandirian e. Ketersedian emas yang dimiliki ekonomi, sebagai cadangan devisa oleh negara Indonesia relatif negara; sedikit merata hanya sekitar 73,1 ton di tahun 20099 di antara negara-negara Islam, sehingga dapat menimbulkan ketimpangan dan kesenjangan; f. Perbankan Indonesia saat ini belum bisa membuka rekening Dinar atau Dirham. OPPORTUNITY : a. Pesatnya THREAT : pertumbuhan industri a. Sosialisasi penerapan Dinar; asurnasi syari’ah di Indonesia; b. Berdirinya lembaga wakalah Dinar, sebagai manager investasi b. Penempatan posisi-posisi strategis dalam penetapan kebijakan moneter. Dinar alternatif selama perbankan belum membuka rekening Dinar; c. Masyarakat negara Indoneisa adalah mayoritas muslim. 9 . http://notegolddiamond.blogspot.com/2009/11/pemilik-cadangan-emas-terbesardunia.html 102 Berdasarkan bagan analisa SWOT di atas nyatanya Dinar memeiliki kelayakan untuk dapat digunakan sebagai media penyimpan nilai dan alat investasi berupa alat pembayaran premi. Namun kondisi politik ekonomi Indonesia tidak memberi ruang untuk itu. Dalam tataran usaha mempraktekan Dinar sebagai pembayaran premi ataupun sebagai instrumen moneter masih terbentur oleh legalitas hukum. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 23 tahun 1999 pada pasal 2 ayat 3 diatur bahwa, “setiap perbuatan yang menggunakan uang atau mempunyai tujuan pembayaran atau kewajiban yang harus dipenuhi dengan uang jika dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia wajib menggunakan mata uang Rupiah, kecuali apabila ditetapkan lain dengan Peraturan Bank Indonesia.” Dengan undang-undang tersebut Bank Indonesia mendapatkan otonominya yang penuh. Namun ironisnya Bank Indonesia justru masuk genggaman IMF, karena merupakan anggota IMF dan harus tunduk pada Article of Agreement of the IMF seperti yang diatur antara lain sebagai berikut10: a. Article V Section 1, menyatakan bahwa IMF hanya berhubungan dengan bank sentral (atau institusi sejenis) dari negara anggota. b. Articel IV Section 2, menyatakan bahwa anggota IMF harus mengikuti aturan IMF dalam hal nilai tukar uangnya, termasuk didalamnya larangan menggunakan emas sebagai patokan nilai tukar. 10 . Iqbal, Muhaimin, Dinar the Real Money Dinar Emas, Uang & Investasiku. Jakarta: Gema Insani, 2009, Cet. Ketiga, hal. 48. 103 c. Articel IV Section 3.a., menyatakan bahwa IMF memiliki hak untuk mengawasi kebijakan moneter yang ditempuh oleh anggota, termasuk mengawasi kepatuhan negara anggota terhadap aturan IMF. d. Articel VIII Section 5, menyatakan bahwa anggota harus selalu melaporkan ke IMF untuk hal-hal yang menyangkut cadangan emas, produksi emas, ekspor impor emas, neraca perdagangan internasional dan hal-hal detail lainnya. Pengaruh IMF terhadap kebijakan-kebijakan Bank Indonesia tersebut memiliki dampak yang sangat luas terhadap sistem perekonomian Indonesia baik pada industri perbankan, asuransi dan lembaga keuangan lainnya. Namun demikian upaya implementasi Dinar sebagai pembayaran premi asuransi ataupun dalam cangkupan yang lebih luas sebagai mata uang resmi dapat terus dilakukan dikarenakan:11 a. Dinar berharga bukan karena pengakuan pemerinta (legal tender) sebagaimana mata uang kertas lainnya, melaikan karena bendanya sendiri memang berharga (emas 22 karat) maka pemegang mata uang ini memegang nilai tukar yang sebenarnya; b. Dinar memiliki nilai tukar yang melekat pada dirinya sendiri, sehingga tidak ada pihak luat yang bisa merusak atau menghancurkan nilainya; 11 . Iqbal, M, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinr & Dirham. Jakarta: Spiritual Learning Center & Dinar Club, 2007, Cet. Pertama, hal. 167. 104 c. Dinar memiliki daya beli yang tetap tinggi sepanjang masa, oleh karenanya Dinar sangat cocok untuk transaksi muamalah yang bersifat jangka panjang – disaat mata uang kertas tidak bisa digunakan sebagai alat transaksi yang adil karena nilainya yang terus berubah; d. Telah berdirinya lembaga wakalah Dinar yang memberikan jasa pengelolaan Dinar berupa investasi dan saving. Kond Pesatnya perkembangan asuransi syari’ah di Indonesia merupakan suatu kesempatan untuk menerapkan kembali sistem keuangan Islam yang berkeadilan. Keunggulan Dinar sebagai mata uang yang ditunjukan pada poin diatas merupakan peluang bagi industri asurnasi syari’ah untuk dapat mengaplikasikan sebuah perancangan produk asuransi berbasis Dinar, yang tentunya kesemua ini demi terwujudnya kesejahteraan ekonomi. Adapun langkah-langkah yang dapat diambil dalam menghadapi kelemahan dan tantangan penerapan Dinar sebagai alat pembayaran premi asuransi syari’ah antara lain: 1. Sosialisasi dan penyebaran ide / konsep Dinar sebagai instrumen moneter yang dapat memberikan pengembalian yang adil. 2. Memperkuat elemen-elemen / komunitas penggerak ekonomi Islam dalam tataran regional maupun internasional. 3. Mensinergikan berbagai institusi Islam dalam berbagai tingkatannya dalam mengkaji, mengekplorasi dan mengeloborasi ide penerapan Dinar. 105 4. Membangun berbagai macam insfrastruktur untuk membuat berbagai macam spesialisasi produk asuransi berbasis Dinar. 5. Penempatan berbagai pos-pos strategis dalam kebijakan moneter. Penerapan Dinar sebagai alat pembayaran premi bukanlah suatu utopia belaka, akan tetapi usaha mewujudkannya tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Langkah strategis awal adalah mendorong masyarakat untuk mengelola perencanaa finansial berbasis Dinar secara pribadi, termasuk proteksi diri terhadap resiko. Dengan komitmen yang kuat dan dari berbagai lini umat Islam, insya Allah hal tersebut tidak mustahil dicapai. 106 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat stabilitas nilai tukar Dinar terhadap minyak mentah dunia dalam waktu priode sesudah Bretton Wood System hingga bulan Desember 2009 berada pada nilai 0,010167. Artinya Dinar sebagai mata uang terhadap minyak mentah dunia memiliki kecenderungan berfluktuasi pada kisaran nilai negatif 0,010167 sampai dengan positif 0,010167. 2. Tingkat stabilitas nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap minyak mentah dunia dalam waktu priode sesudah Bretton Wood System hingga bulan Desember 2009 berada pada nilai 0,1021469. Artinya Dolar sebagai mata uang terhadap minyak mentah dunia memiliki kecenderungan berfluktuasi pada kisaran nilai negatif 0,1021469 sampai dengan positif 0,1021469. 3. Tingkat stabilitas dari sisi closed economy menunjukan bahwa Dinar memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik dengan nilai variansi sebesar 0,010167 dibandingkan dengan tingkat stabilitas Dolar dengan nilai variansi sebesar 0,1021469. Semakin tinggi nilai variansi, maka semakin volatile nilainya 107 4. Langkah strategis awal dalam penerpan Dinar sebagai alat pembayaran premi asuransi syari’ah adalah pengelolaan perencanaan finansial secara swakelola. B. Saran Berdasarkan analisa dan studi yang telah dilakukan, maka disarankan: 1. Penelitian ini hanya menggunakan data untuk memodelkan variansi dalam menentukan tingkat volatilitas. Maka untuk penelitian selanjutnya disarankan agar mengeksplor data lebih jauh dengan melakukan peramalan (forecast) dan menghitung nilai VaR 2. Membuat pemograman yang efisien untuk perhitungan volatilitas, VaR dan peramalan (forecast). 108 DAFTAR PUSTAKA Algifari. Analisis Statistik Untuk Bisnis Dengan Regresi, Korelasi, dan Non Parametrik. Yogyakarta: STIE YKPN, Edisi Pertama, 2000. Cryer, J.D. Time Series Analysis. USA: PWS-KENT Publishing Company, 1986. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996. Gozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2005. Hamidi, M. Lutfi. Gold Dinar; Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan. Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007. Halim Siana, dkk. Model Matematik untuk Menentukan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Teknik Industri, Vol. 1, No. 1, 1999. Hasan, Ahmad. Mata Uang Islami Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005. Hasan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Iqbal, Muhaimin, Dinar the Real Money. Jakarta: Gema Insani, Cet. Ketiga, 2009. ____________, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham. Jakarta: Spiritual Learning Center & DinarClub, Cet. Pertama, 2007. Muhammad Muslehuddin, Insurance and Islamic Law, (Terj. Oleh Burhan Wirasubrata), Menggugat Asuransi Modern: mengajukan suatu alternative baru dalam perspektif hukum Islam. Jakarta: Lentera, 1999. 109 Mauludi, Ali. Statististika I : Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial. Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006. Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, 1995. Pradiepta, L, H. Perhitungan VaR dalam Investasi Saham dengan Menggunakan Model GARCH. Bandung: Matematika. Robert I Mejr, Life Insurance Theory and Practice, 1985. Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito, 2002. Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2005. Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syari’ah (Life and General): Konsep dan Sistem Oprasional. Jakarta: Gema Insani, Cet. Pertama 2004. Website Bank Indonesia. www.geraidinar.com Website Bank Indonesia. www.statistik4life.com Website Bank Indonesia. www.kitco.com Website Bank Indonesia. www.worldoils.com Winarno, W. W. Analisis Ekonimetrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN, Edisi Pertama. Yafie, Ali, Asuransi dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqih Sosial. Bandung: Mizan, 1994.