JIM - Jurnal Ilmiah Mahasiswa

advertisement
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 455-466
PENGARUH PRODUKSI BERAS, HARGA BERAS DALAM NEGERI
DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP IMPOR BERAS INDONESIA
Desi Armaini1*, Eddy Gunawan2
1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
e-mail: [email protected]
2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
e-mail: [email protected]
Abstrak
This research aimed to analyze the impact of rice production, domestic rice price and gross
domestic product on import of rice in Indonesia. This research was using secondary yearly data
from 2000 to 2014 period. The analysis model is used multiple linear regression model with
Ordinary Least Square (OLS) method. The result showed that domestic rice price have a
significant positive impact on import of rice in Indonesia. Then, Gross Domestic Product (GDP)
have a significant negative impact on import of rice in Indonesia. Yet rice production have an
insignificant negative impact on import of rice in Indonesia.
Keywords: Rice Import, Rice Production, Domestic Rice Price, Gross Domestic Product
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produksi beras, harga beras dalam negeri
dan produk domestik bruto terhadap impor beras di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data
sekunder periode 2000-2014. Model analisis menggunakan model regresi linear berganda dengan
metode Ordinary least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga beras dalam
negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Begitu pula dengan
Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor beras di
Indonesia. Namun produksi beras berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap impor
beras di Indonesia.
Kata Kunci: Impor Beras, Produksi Beras, Harga Beras Dalam Negeri, Produk Domestik Bruto
PENDAHULUAN
Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian
setiap negara di dunia. Melalui perdagangan internasional akan tercipta suatu hubungan ekonomi
yang saling mempengaruhi antara satu negara dengan negara lainnya. Adanya perdagangan
internasional dapat membuka peluang bagi produk pasar dalam negeri ke pasar internasional
secara kompetitif, sebaliknya juga akan membuka peluang masuknya produk-produk global ke
pasar domestik.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai
sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar
penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian (Husodo, 2004). Dalam
kebutuhan pangan, sektor pertanian berperan untuk memproduksi beras yang merupakan
makanan pokok yang wajib dikonsumsi masyarakat Indonesia setiap harinya. Berkaitan dengan
produksi beras, hingga saat ini pulau Jawa masih memegang peranan penting dalam memasok
beras meskipun beberapa pulau di luar pulau Jawa seperti Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan
455
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 455-466
sebagai daerah produksi beras. Akan tetapi, tingkat produksi beras yang dihasilkan pulau-pulau
tersebut tidak sebanding/lebih rendah dibandingkan pulau Jawa.
Produksi beras dalam negeri diharapkan mampu memenuhi semua kebutuhan
masyarakat Indonesia akan beras, karena dengan berhasilnya pemenuhan beras dalam negeri
pemerintah tidak memerlukan lagi tindakan mengimpor beras dari negara lain. Namun pada
kenyataannya, untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri pemerintah masih bergantung
pada impor beras dari negara lain. Besarnya impor yang dilakukan pemerintah tidak terlepas dari
besarnya kebutuhan beras di Indonesia dan juga dipengaruhi oleh harga beras dalam negeri.
Harga beras dalam negeri dianggap terlalu mahal apabila dibandingkan dengan harga beras dunia
yang saat ini berkisar Rp.6500/kg – Rp.7500/kg. Sedangkan harga beras dalam negeri
(Indonesia) mencapai Rp.7000/kg – Rp.8500/kg.
Beras dalam negeri yang pada dasarnya belum mampu berdaya saing tinggi harus
menghadapi beras impor yang harganya lebih murah. Hal ini menyebabkan hasil produksi beras
dalam negeri menjadi kurang diminati. Semakin rendah harga beras impor maka semakin besar
pula pemerintah melakukan impor. Hal ini dikarenakan pendapatan masyarakat yang meningkat
sehingga kecenderungan untuk mengkonsumsi barang dan jasa juga akan meningkat. Apabila
harga beras dalam negeri mengalami kenaikan, maka konsumen akan mengganti barang tersebut
dengan barang impor yang harganya relatif murah.
Semakin besar impor yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan konsumen
juga akan berdampak pada pendapatan nasional. Dimana biaya yang dikeluarkan untuk
mengimpor barang dari negara lain berasal dari pendapatan nasional. Semakin tinggi tingkat
pendapatan menyebabkan pola konsumsi juga akan meningkat. Namun apabila tidak diiringi
dengan tingkat produksi yang meningkat, maka semakin besar kemungkinan untuk melakukan
impor dan semakin banyak terdapat “kebocoran” dalam pendapatan nasional.
TINJAUAN PUSTAKA
Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara subyek
ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang
maupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari
warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan
negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan (Sobri, 2000)
Menurut Sukirno (2004) faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan
internasional, yaitu: faktor alam atau potensi alam untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa
dalam negeri; keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara;
perbedaan penguasaan iptek dalam mengolah sumber daya ekonomi; adanya kelebihan produk
dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut; adanya kesamaan selera
terhadap suatu barang, keinginan membuka kerjasama, hubungan politik dan dukungan dari
negara lain; dan terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.
456
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 455-466
Teori Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat
harga selama periode tertentu. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara
jumlah permintaan dan harga. Dalam menganalisa permintaan perlu dibedakan antara permintaan
dan jumlah barang yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan hubungan
antara harga dan jumlah permintaan pada tingkat harga tertentu. Hubungan antara jumlah
permintaan dan harga ini menimbulkan adanya hukum permintaan. Hukum permintaan pada
hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu
barang maka semakin banyak permintaan atas barang tersebut, begitupun sebaliknya (Adetama,
2011).
Menurut Sukirno (1994) ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan, yaitu:
pendapatan konsumen; jumlah penduduk; harga barang lain; selera konsumen dan ramalan
mengenai masa depan.
Teori Impor
Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar ke dalam wilayah
pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Setiap barang yang dimasukkan ke
daerah pabean Indonesia untuk tujuan impor wajib mempergunakan Pemberitahuan Impor
Barang (PIB), sedangkan pembayarannya dapat dilakukan dengan cara pembukaan Letter of
Credit (L/C) dan non L/C (Rinaldy dan Rahardjo, 2011).
Berdasarkan laporan indikator Indonesia, komposisi impor menurut golongan
penggunaan barang ekonomi dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu:
1. Impor barang-barang konsumsi, terutama untuk barang-barang yang belum dapat dihasilkan
di dalam negeri atau untuk memenuhi tambahan permintaan yang belum mencukupi dari
produksi dalam negeri, yang meliputi makanan dan minuman untuk rumah tangga, bahan
bakar dari pelumas olahan, alat angkut bukan industri, barang tahan lama, barang setengah
tahan lama serta barang tidak tahan lama.
2. Impor bahan baku dan barang penolong, yang meliputi makanan dan minuman untuk industri,
bahan baku untuk industri, bahan bakar dan pelumas serta suku cadang dan perlengkapan.
3. Impor barang modal, yang meliputi barang modal selain alat angkut, mobil penumpang dan
alat angkut untuk industri.
Teori Produksi
Produksi bisa mempunyai pengertian teknis dan ekonomis. Secara teknis produksi berarti
proses mengkombinasikan barang-barang dan tenaga yang ada. Secara ekonomis produksi berarti
suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai, guna atau manfaat baru (Soeratno dkk,
2009).
Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai suatu output
yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak dan suatu perusahaan tidak bisa
menggunakan input lebih sedikit tanpa mengurangi tingkat outputnya. Maka fungsi produksi
adalah hubungan teknis antara input dengan output ( Joerson dan Fathorrozi, 2003).
Menurut Joerson dan Fathorrozi (2003) fungsi hubungan antara jumlah output (Q) dengan
sejumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1 X2 X3 X4…..Xn) dapat ditulis sebagai
berikut:
457
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 455-466
Q = f (X1 X2 X3 X4….Xn)………………………………………………… (1)
Keterangan:
Q = Output
X = Input
Fungsi produksi pada hakikatnya terletak antara kelangkaan dan tindakan ekonomi.
Kelangkaan yang menimbulkan masalah ekonomi dan tindakan sebagai upaya untuk
memecahkannya. Masalah ekonomi timbul karena kebutuhan manusia tidak terbatas sementara
alat pemuas kebutuhan manusia relatif sangat terbatas. Karena adanya masalah ini kemudian
timbul tindakan, yakni tindakan memilih berbagai alternatif yang mungkin dapat memenuhi
kebutuhan yang tidak terbatas tadi. Karena adanya kelangkaan tadi maka manusia berpikir
bagaimana menggunakan input yang terbatas adanya agar dapat menghasilkan output yang
optimal (Joerson dan Fathorrozi, 2003).
Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto atau GDP (Gross Domestic Product) merupakan statistika
perekonomian yang paling diperhatikan karena dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik
mengenai kesejahteraan masyarakat. Hal yang mendasarinya karena PDB mengukur dua hal
pada saat bersamaan, yaitu total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total
pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan PDB
dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu
perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran (Mankiw, 2006).
Menurut Maulidi (2012) terdapat tiga macam pendekatan yang biasa dipergunakan dalam
penghitungan pendapatan nasional suatu negara, yaitu:
1. Output approach (Pendekatan produksi)
Pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan
oleh semua sektor ekonomi masyarakat dalam periode tertentu.
2. Income approach (Pendekatan pendapatan)
Pendapatan nasional sebagai jumlah pendapatan yang diterima oleh pemilik faktor-faktor
produksi yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.
3. Expenditure approach (Pendekatan pengeluaran)
Pendapatan nasional sebagai jumlah pengeluaran secara nasional untuk membeli barang dan
jasa dalam suatu tahun tertentu. yaitu:
Menurut Mankiw (2007) ada dua jenis PDB,
1. PDB dengan harga berlaku atau PDB nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan
suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.
2. PDB dengan harga tetap atau PDB riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang
seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain.
Teori Harga
Menurut Dolan dan Simon (1996), harga merupakan sejumlah uang atau jasa atau barang
yang ditukar pembeli untuk beraneka produk atau jasa yang disediakan penjual. Sedangkan
menurut Monroe (1990) menyatakan bahwa harga merupakan pengorbanan ekonomis yang
dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa.
458
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 455-466
Menurut Nagie dan Holden (1995), konsumen menggunakan harga sebagai indikator
kualitas dengan kondisi sebagai berikut:
1. Konsumen percaya ada perbedaan kualitas diantara berbagai merek dalam satu produk
kategori.
2. Konsumen percaya kualitas yang rendah dapat membawa resiko yang lebih besar.
3. Konsumen tidak memiliki informasi lain kecuali merek terkenal sebagai referensi dalam
mengevaluasi kualitas sebelum melakukan pembelian.
Menurut Zeithaml dan Bitner (1996) pengertian harga terhadap nilai dari sisi konsumen
dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
1. Value is low price
Kelompok konsumen ini menganggap bahwa harga murah merupakan value yang paling
penting buat mereka sedangkan kualitas sebagai value dengan tingkat kepentingan yang lebih
rendah.
2. Value is whatever I want in a product or services
Bagi konsumen dalam kelompok ini, value diartikan sebagai manfaat/kualitas yang diterima
bukan hanya harga saja atau value adalah sesuatu yang dapat memuaskan keinginan.
3. Value is the quality I get for the price I pay
Konsumen pada kelompok ini mempertimbangkan value adalah sesuatu manfaat/kualitas yang
diterima sesuai dengan besaran harga yang dibayarkan.
4. Value is what I get for what I give
Konsumen menilai value berdasarkan besarnya manfaat yang diterima dibandingkan dengan
pengorbanan yang dikeluarkan baik dalam bentuk besarnya uang yang dikeluarkan, waktu dan
usahanya.
Berdasarkan landasan teoritis dan penelitian sebelumnya, adapun kerangka pemikiran
dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
Produksi
Beras
Harga Beras
Dalam Negeri
Impor
Beras
Produk Domestik
Bruto (PDB)
Gambar 1. Kerangka pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, adapun hipotesis dalam penelitian ini diduga
produksi beras dan produk domestik bruto berpengaruh negatif terhadap impor beras di
Indonesia sedangkan harga beras dalam negeri berpengaruh positif terhadap impor beras di
Indonesia.
459
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 455-466
METODE PENELITIAN
Model Analisis
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh produksi beras, harga beras
dalam negeri dan produk domestik bruto terhadap impor beras Indonesia tahun 2000-2014
menggunakan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least
Square (OLS) dimana persamaannya menurut Gujarati (1999) yaitu:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + et
Dalam penelitian ini, model diatas di implementasikan sebagai berikut:
LMB = β0 + β1LQB + β2HB + β3LPDB + et………………………...….. (2)
Dimana:
LMB
β0
β1 β2 β3
LQB
HB
LPDB
:
:
:
:
:
:
Log Impor Beras
Konstanta
Koefisien Regresi
Log Produksi Beras
Harga Beras Dalam Negeri
Log Produk Domestik Bruto
Metode Analisis
Dalam penelitian ini, model analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square
(OLS) dengan bantuan pengolah data sekunder menggunakan program Shazam 10.0
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan
variabel independen keduanya memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2009).
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang
memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model yang dapat
menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara satu variabel independen dengan
variabel independen lainnya (Sari, 2014).
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan masalah regresi yang faktor gangguan tidak memiliki varian
yang sama atau variannya tidak konstan. Hal ini memunculkan berbagai permasalahan yaitu
penaksir OLS yang bias sehingga varian dari koefisien OLS akan salah (Kurniyawan, 2013).
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara anggota serangkaian observasi. Jika model
mempunyai korelasi, parameter yang di estimasi menjadi bias dan variasinya tidak lagi
minimum dan model menjadi tidak efisien (Kurniyawan, 2013).
Uji Statistik
1. Uji-t (Pengujian secara parsial)
460
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 455-466
Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat signifikansi dari
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual dan menganggap
variabel lain konstan (Sari, 2014).
2. Uji F (Pengujian secara simultan)
Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama (Kurniyawan, 2013).
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besar variasi
dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (Gujarati, 1997).
HASIL PEMBAHASAN
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan
variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan
dengan melihat p-value Jarque Bera pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Uji Normalitas
Normality Test
P-value
Jarque Bera
0,463
Sumber: Hasil pengolahan data, Shazam 10.0 (2016)
Berdasarkan output estimasi menggunakan Shazam 10.0 dapat disimpulkan bahwa pvalue Jarque Bera Normality Test sebesar 0,463 (46,3 persen) lebih besar dari 0,05 (5 persen)
menyatakan H0 diterima dan Ha ditolak maka error term terdistribusi secara normal. Oleh karena
itu, berdasarkan uji normalitas analisis regresi layak digunakan.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear
terdapat korelasi. Uji autokorelasi dilihat dari Durbin-Watson dengan hasil pengujiannya yaitu
sebesar 1,76224 masih berada diantara 1,55 – 2,46 yang merupakan syarat sebuah model regresi
dikatakan terbebas dari autokorelasi. Maka hipotesis yang diambil adalah H0 diterima dan Ha
ditolak. Hal ini berarti model regresi dalam penelitian ini tidak terdapat serial korelasi (no
autocorrelation).
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui adanya
penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi, dimana dalam model regresi
harus dipenuhi syarat agar tidak adanya gejala heteroskedastisitas.
461
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 455-466
Tabel 2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Tests
P-value
E**2 ON LAG (E**) ARCH TEST
0,12857
Sumber: Hasil pengolahan data, Shazam 10.0 (2016)
Dalam penelitian ini, nilai heteroskedastisitasnya dilihat berdasarkan p-value pada Arch
Test lebih besar dari 0,05. Dalam penelitian ini p-value pada Arch Test sebesar 0,12857 (12,86
persen) maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain model regresi dalam penelitian ini
tidak terdapat heteroskedastisitas atau homoskedastisitas.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat ada atau tidak adanya korelasi antara
variabel-variabel bebas dalam model regresi linear berganda. Jika terdapat korelasi diantara
variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
menjadi terganggu.
Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Correlation Matrix of
Coefficients pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Uji Multikolinearitas
Correlation Matrix of Coefficients
LQB
1.0000
HB
-0.3547
1.0000
LPDB
-0.3173
-0.4652
1.0000
CONSTANT
-0.8177
0.82247
-0.2865
1.0000
LQB
HB
LPDB
CONSTANT
Sumber: Hasil pengolahan data, Shazam 10.0 (2016)
Pada tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa model regresi tidak terdapat gangguan/gejala
multikolinearitas. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai korelasi antar variabel bebas dibawah 0,8
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas (H0 diterima) antar variabel
bebas dalam model regresi.
Hasil Regresi
Untuk mengetahui berapa besar pengaruh produksi beras (QB), harga beras dalam negeri
(HB) dan produk domestik bruto (PDB) terhadap impor beras di Indonesia dapat diteliti dengan
menggunakan model analisis regresi linear berganda yang diproses dengan mengunakan Shazam
10.0. Berdasarkan model analisis tersebut, maka diperoleh hasil perhitungan seperti tabel 4
berikut:
462
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 455-466
Tabel 4. Hasil Regresi Pengaruh Produksi Beras, Harga Beras Dalam Negeri dan Produk Domestik Bruto
terhadap Impor Beras di Indonesia
Variable
Name
Estimated
Coefficient
Standard
Error
T-Ratio 11
Df
P-value
-66,690
7,228
0,9226
0,376
0,0018021
0,0005244
3,437
0,006***
LPDB
-15,360
5,477
-2,805
0,017**
Constant
345,59
126,1
2,740
0,019**
LQB
HB
R
2
Adj. R2
= 0,5206
Ttabel
= 1,796
= 0,3899
Fhitung
= 3,982
D-W
= 1,7622
Ftabel
Sumber: Hasil data output Shazam 10.0, Juni 2016
= 1529,586
Catatan:
***Signifikan pada 0,000 atau 1 persen
** Signifikan pada 0,05 atau 5 persen
Adapun persamaan linear hasil regresi diatas adalah:
LMB = 345,59 – 6,6690(LQB) + 0,0018021 (HB) – 15,360(LPDB)
Berdasarkan hasil tabel diatas, pengaruh dari masing-masing variabel terhadap impor
beras antara lain sebagai berikut:
1. Uji Koefisien Determinasi (Adj. R2)
Uji ini untuk melihat kesesuaian model atau seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan varians variabel terikatnya. Dalam penelitian ini Adj. R2 sebesar 0,3899
menunjukkan kemampuan variabel bebas cukup ketepatannya dalam menjelaskan varians
variabel terikat sebesar 38,99 persen. Sisanya 61,01 persen ditentukan oleh variabel-variabel
lain yang tidak disertakan di dalam penelitian ini.
2. Uji F (Uji simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel bebas yaitu produksi
beras (QB), harga beras dalam negeri (HB) dan produk domestik bruto (PDB) secara simultan
terhadap variabel terikat yaitu impor beras (MB). Dalam penelitian ini, Fhitung sebesar 3,982
sedangkan Ftabel sebesar 1529,586 dengan nilai tersebut dapat kita lihat bahwa Fhitung > Ftabell
(3,982 > 1529,586) dimana tingkat signifikan sebesar 0,038 sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel bebas (produksi beras, harga beras dalam negeri dan produk domestik bruto)
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (impor beras).
Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan ada
pengaruh secara signifikan antara produksi beras, harga beras dalam negeri dan produk
domestik bruto terhadap impor beras di Indonesia.
3. Konstanta (β0) sebesar 345,59 menjelaskan apabila seluruh variabel yakni produksi beras,
harga beras dalam negeri dan produk domestik bruto dianggap konstan atau nol maka jumlah
impor beras sebesar 345,59 persen.
4. Koefisien (β1) sebesar -6,6690 menjelaskan jika terjadi peningkatan produksi beras dalam
negeri sebesar 10 ton maka volume impor beras menurun sebanyak 66,69 persen. Secara
statistik berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan ditandai dengan p-value sebesar 0,376 >
0,05.
463
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 455-466
5. Koefisien (β2) yakni 0,001802 menjelaskan peningkatan harga beras dalam negeri sebesar
1000 Rp/kg menyebabkan penambahan volume impor beras sebesar 1,8021 persen. Secara
statistik berpengaruh positif dan signifikan ditandai dengan p-value sebesar 0,006 < 0,05.
6. Koefisien (β3) adalah -15,360 menunjukkan apabila terjadi kenaikan produk domestik bruto
sebesar 1 miliar rupiah maka volume impor beras menurun sebesar 15,36 persen dimana
secara statistik berpengaruh negatif dan signifikan yang ditandai dengan p-value sebesar
0,017 < 0,05.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji F (uji simultan) dengan Fhitung sebesar 3,982 dengan taraf signifikansi sebesar 0,038
menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat. Dengan demikian hipotesis dalam ini penelitian ini menyatakan
bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara produksi beras, harga beras
dalam negeri dan produk domestik bruto terhadap impor beras di Indonesia.
2. Pengujian dengan uji-t (uji parsial) menunjukkan bahwa: (a) variabel produksi beras
berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap impor beras di Indonesia, berarti
pemerintah melakukan impor beras setiap tahunnya bukan dikarenakan kurangnya pangan
(beras) di dalam negeri. Hal ini ditandai dengan tingkat produksi beras dalam negeri yang
setiap tahunnya relatif meningkat. Alasan pemerintah melakukan tindakan mengimpor beras
adalah untuk stok tertentu atau kondisi tertentu; (b) variabel harga beras dalam negeri
berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia, berarti ketika harga
beras dalam negeri meningkat dan pada saat itu pula harga beras dunia menurun, maka
konsumen lebih memilih membeli beras impor yang harganya relatif murah dibandingkan
beras dalam negeri yang mahal sehingga permintaan terhadap beras impor meningkat
sedangkan permintaan beras dalam negeri menurun; dan (c) variabel produk domestik bruto
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia, PDB berpengaruh
negatif dikarenakan kontribusi terbesar PDB Indonesia saat ini salah satunya masih berada di
sektor pertanian setelah sektor industri dan sektor perdagangan. Hal ini ditandai ketika
produksi pangan (beras) dalam negeri meningkat, maka kontribusi sektor pertanian terhadap
PDB juga akan meningkat. Ketika produksi pangan (beras) dalam negeri meningkat secara
otomatis volume impor akan menurun..
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat penulis
kemukakan diantaranya sebagai berikut:
1. Melihat hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi beras berpengaruh negatif terhadap
impor beras, pemerintah harus memproteksi produk beras impor. Misalnya dengan lebih
memaksimalkan penyerapan beras dari petani lokal sehingga pasar dapat didominasi oleh
produk beras lokal. Dengan demikian tidak diperlukan lagi tindakan mengimpor beras dari
negara lain untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri dan dengan adanya kebijakan
memproteksi tersebut, dampaknya tidak hanya untuk meningkatkan produksi pertanian dalam
negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan tetapi juga untuk meningkatkan pendapatan petani
lokal.
464
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 455-466
2. Keterbatasan yang terdapat didalam penelitian ini, diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat
menambahkan variabel lain selain ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Misalnya dapat menggunakan variabel kurs, harga beras internasional, jumlah penduduk dan
faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi impor beras di Indonesia. Diperlukan juga
penambahan kurun waktu sampai data terbaru diterbitkan dan menggunakan metode yang
lebih lengkap sehingga dapat dijadikan bahan perbandingan dan pertimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Adetama, D. S. (2011). Analisis Permintaan Kedelai di Indonesia Periode 1978-2008. Tesis.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Dolan, R. J., & Simon, H. (1996). Power Pricing: How Managing Price Transform the Bottom
Line. The Free Press.
Ghozali, I. (2009). Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. (1997). Ekonometrika Dasar. (S. Zain, Trans.) Jakarta: Erlangga.
Gujarati, D. (1999). Ekonometrika Dasar. (S. Zain, Trans.) Jakarta: Erlangga.
Husodo, S. Y. (2004). Pertanian Mandiri: Pandangan Strategis Para Pakar untuk Kemajuan
Pertanian Indonesia. Jakarta : Penebar Swadaya.
Joerson, T. S., & Fathorrozi, M. (2003). Teori Ekonomi Mikro: Dilengkapi Beberapa Bentuk
Fungsi Produksi. Jakarta: Salemba Empat.
Kurniyawan, H. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor Beras di Indonesia Tahun
1980-2009. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang .
Mankiw, N. G. (2006). Principles of Economics. Jakarta: Salemba Empat.
Mankiw, N. G. (2007). Makroekonomi (6 ed.). Jakarta: Erlangga.
Maulidi, C. (2012). Penghitungan Pendapatan Nasional., (pp. 10-16).
Monroe, K. (1990). Pricing: Making Profitable Decision. McGraw-Hill.
Nagie, T. T., & Holden, R. K. (1995). The Strategy and Tacties of Pricing. Prentice Hall
International Inc.
Rinaldy, Y., & Rahardjo, S. N. (2011). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility
terhadap kepemilikan Institusional pada Perusahaan Berkategori High-Profile yang
Listing di Bursa Efek. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis .
Sari, R. K. (2014). Analisis Impor Beras di Indonesia. Economics Development Analysis
Journal, 3 (2).
Sobri. (2000). Ekonomi Internasional: Teori Masalah dan Kebijaksanaannya. Yogyakarta:
BPFE-UI.
465
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 455-466
Soeratno., Marlina, Y., & Nasution. (2009). Analisis Faktor-faktor Penentu Nilai Produksi: Studi
Kasus Industri Kecil Keramik Kasongan di Kabupaten Bantul 2007. Universitas Gajah
Mada.
Sukirno, S. (1994). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukirno, S. (2004). Makroekonomi: Teori Pengantar (3 ed.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.
Zeithaml, V. A., & Bitner, M. J. (1996). Service Marketing. Mc Graw Hill Inc.
466
Download