birokrasi indonesia - UIGM | Login Student

advertisement
BIROKRASI INDONESIA
RENDY SUEZTRA CANALDHY, S.IP.,M.PA
BIROKRASI
• Berasal dari dua akar kata, yaitu bureau ( burra, kain kasar penutup
meja), dan-cracy. Keduanya membentuk kata bureaucracy.
• Berbagai sumber berpendapat, setidak-tidaknya ada tiga macam
arti birokrasi.
• Pertama, birokrasi diartikan sebagai “ government by bureaus,”
yaitu pemerintahan biro oleh aparat yang diangkat oleh pemegang
kekuasaan, pemerintah atau pihak atasan dalam sebuah organisasi
formal, baik publik maupun privat. Pemerintahan birokratik adalah
pemerintahan tanpa partisipasi pihak yang-diperintah.
• Kedua, birokrasi diartikan sebagai sifat atau perilaku pemerintahan,
yaitu, sifat kaku,macet, berliku-liku dan segala tuduhan negatif
terhadap instansi yang berkuasa ( Kramer dalam Ndraha, 2003;513).
• Ketiga, birokrasi sebagai tipe ideal organisasi. Biasanya dalam arti ini
dianggap bermula pada teori Max Weber tentang konsep sosiologik
rasionalisasi aktivitas kolektif.
• TERMENOLOGI BIROKRASI
 Birokrasi sebagai organisasi yang rasional (rational
organization)
 Birokrasi sebagai ketidakefeseinan organisasi
(Organizational inefficiency)
 Birokrasi sebagai pemerintahan olehparapejabat (rule of
officials)
 Birokrasi sebagai administrasi negara (public
administration)
 Birokrasi sebagai administrasi oleh para pejabat
(administration by officials)
 Birokrasi sebagai organisasi yang memiliki ciri tertentu,
seperti hirarki dan peraturan (type of organization with
specific characteristic and quality as khierarchies and rules)
 Birokrasi sebagai salah satu ciri masyarakat modern (an
essential quality of modern society)
BIROKRASI DALAM MAKNA YANG BAIK
DAN RASIONAL(BEREAU-RATIONALITY)
• Terdapat dalam pandangan Hegel dan Max
Weber :
Hegel : Birokrasi adalah institusi yg menjembatani
antara negara dan masyarakat.
Max Weber : Birokrasi adalah organisasi yang
memiliki ciri-ciri ; Adanya suatu hirarkhi,
termasuk pendelegasian wewenang dari atas ke
bawah, adanya serangkaian posisi jabatan yg
masing masing memiliki tugas & tanggung jawab
yg tegas, Adanya aturan, regulasi, standard
formal, Adanya personel yg scr teknis memenuhi
syarat, yg bekerja atas dasar karier dan promosi
• Birokrasi dalam pengertian Netral & Patologi
1. Pengertian Netral : tidak terkait baik atau buruk
2. Birokrasi sebagai Patologi
a. Patologi yg timbul akibat gaya manajerial
b. Patologi yg timbul akibat rendahnya pengetahuan &
keterampilan petugas pelaksana
c. Patologi yg timbul akibat tindakan anggota birokrasi
yg melanggar norma dan aturan perundangan
d. Patologi yg timbul akibat perilaku negatif birokrat
e. Patologi yg timbul akibat situasi internal berbagai
instansi dalam lingkungan pemerintahan
BIROKRASI DALAM KONTEKS PENGELOLAAN KEKUASAAN NEGARA
• Birokrasi adalah pihak yg paling aktif dalam
kegiatan pengelolaan kekuasaan negara seharihari, ia berperan sbg pelaksana keputusan yg
dirumuskan pemimpin politik.
• Birokrasi berperan penting karena dalam
kegiatan pengelolaan kekuasaan negara seharihari tidak pernah terjadi kevakuman administrasi,
baik dalam proses perumusan maupun di dalam
proses pelaksanaan setiap kebijakan.
BIROKRASI NEGARA MAJU
• Birokrtasi Negara Maju memiliki ciri-ciri :
• Aparat negara yang netral (apolitis, tidak propolitik
pemerintah serta tidak pro pada kepentingan
tertentu.Objektif(memberikanpelayanansama)
• Rasional, tidakdikuasai/didominasi kelompok tertentu
(public Servant)
• Cakap,terampil dan efesein dalam mencapai kesejahteraan
sosial
• Formal dan legalistis
• Tunduk kepada pemerintahan yang memperoleh
kepercayaan rakyat
• Tidak mudah diintimidasi
Birokasi di negara berkembang
• Ciri-Ciri Birokrasi Negara Berkembang
Birokrasi lebih berorientasi kepada hal-hal lain dari pada mengarahkepada
yang benar-benar menghasilkan (production directed). Dengan kata lain,
birokrat lebih berusaha mewujudkan tujuan pribadinya dibanding
pencapaian sasaran-sasaran program.
• Riggs (1964) menyatakannya sebagai preferensi birokrat atas kemanfaatan
pribadi (personal expediency) ketimbang kepentingan masyarakat (publicprincipled interest). Dari sifat seperti ini lahir nepotisme, penyalahgunaan
kewenangan, korupsi, dan berbagai penyakit birokrasi, yang menyebabkan
aparat birokrasi dinegara berkembang pada umumnya memiliki
kredibilitas yang rendah, dan dianggap tidak mengenal etika.
• Dibanyak Negara berkembang, korupsi telah merajalela sedemikian rupa
sehigga menjadi fenomena yang sangat prevalent dan diterima
sebagaisesuatu yang wajar, atau menurut istilah Heady sanctioned by
social mores dansemi institutionalized.
• Birokrasi di negara berkembang acap kali bersifat
otonom, artinya lepas dari proses politik dan
pengawasan masyarakat. Ciri ini merupakan
warisan administrasi kolonial yang memerintah
secara absolut, atau sikap feodal dalam zaman
kolonial yang terus hidup dan berlanjut setelah
merdeka. Dibanyak negara berkembang, pada
awalnya orang yang paling terpelajar atau elite
bangsa yang bersangkutan memang berkumpul
dibirokrasi, sehingga kelompok diluar itu sulit
dapat menandingi birokrasi dalam pengetahuan
mengenai pemerintahan dan akibatnya
pengawasan menjadi tidak efektif.
BIROKRASI KERAJAAN
•
Memiliki ciri – ciri sebagaiberikut :
Penguasa menganggap dan menggunakan administrasi publik sebagai urusan
pribadi;
Administrasi adalah perluasan rumah tangga istana;
Tugas pelayanan ditujukan kepada pribadi sang raja;
“Gaji” dari raja kepada bawahan pada hakikatnya adalah anugerah yang juga dapat
ditarik sewaktu- waktu sekehendak raja;
•
Aparat kerajaan dikembangkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan raja.
Di dalampemerintahanpusat ( keratin), urusan dalam pemerintahan diserahkan
kepada empatpejabat setingkat menteri ( wedanalebet ) yang dikoordinasikan oleh
seorang pejabat setingkat Menteri Kordinator ) pepatihlebet ). Pejabat – pejabat
kerajaan tersebut masing – masingmembawahi pegawai ( abdidalem ) yang
jumlahnya cukup banyak.
Daerah diluar keraton, seperti daerah pantai raja menunjuk bupati –bupati yang
setia kepada raja untuk menjadi penguasa daerah. Para bupati biasanya bupati
lama yang telah ditaklukkan oleh raja, pemuka masyarakat setempat, atau saudara
raja sendiri.
BIROKRASI ZAMAN KOLONIAL
•
Pelayanan publik pada masa pemerintahan kolonial Belanda tidak terlepas dari sistem administrasi
pemerintahan yang berlangsung pada saat itu. Kedatangan penguasa kolonial tidak banyak mengubah
sistem birokrasi dan adminitrasi pemerintahan yang berlaku di Indonesia, sebagai bangsa pendatang
yang ingin menguasai wilayah nusantara baik secara politik maupun ekonomi, pemerintah kolonial
menjalin hubungan politik dengan pemerintah kerajaan yang masih di segani oleh masyarakat, motif
utamanya adalah menanamkan pengaruh politiknya terhadap elite politik kerajaan.
•
Selama pemerintahan kolonial terjadi dualisme sistem birokrasi pemerintahan. Di satu sisi telah mulai
diperkenalkan dan diberlakukan sistem administrasi kolonial (binnenlandcsheBestuur) yang
mengenalkan sistem birokrasi dan administrasi modern, sedangkan pada sisi lain, sistem tradisional
(InheemscheBestuur)
masih
tetap
dipertahankan.
•
Birokrasi pemerintahan kolonial disusun secara hierarki yang puncaknya pada Raja Belanda. Dalam
mengimplementasikan kebijakan pemerintahan di Negara jajahan, Ratu Belanda menyerahkan kepada
wakilnya, yakniseorang gubernur jenderal. Kekuasaan dan kewenangan gubernur jenderal meliputi
seluruh
keputusan
politik
diwilayah
Negara
jajahan
yang
dikuasai.
Gubernur Jenderal dibantu oleh para gubernur danresiden. Gubernur merupakan wakil pemerintah
pusat yang berkedudukan di Batavia untuk wilayahprovinsi, sedangkan ditingkat kabupaten terdapat
asisten residen dan pengawas yang diangkat oleh gubernur jenderal untuk mengawasi bupati dan
wedana
dalam
menjalankan
pemerintahan
sehari
–
hari.
BIROKRASI ORDE LAMA
•
Berakhirnya masa pemerintahan kolonial membawa perubahan sosial politik yang sangat berarti bagi
kelangsungan sistem birokrasi pemerintahan.
Perbedaan– perbedaan pandangan yang terjadi diantara pendiri bangsa diawal masa kemerdekaan tentang
bentuk Negara yang akan didirikan, termasuk dalam pengaturan birokrasinya, telah menjurus kea rah disintegrasi
bangsa dan keutuhan aparaturpemerintahan. Perubahanbentuk Negara dari kesatuan menjadi federal berdasar
kankonstitusi RIS melahirkan dilematis dalam cara pengaturan aparaturpemerintah.
Setidak-tidaknya terdapat dua persoalan dilematis menyangkut birokrasi padasaat itu. Pertama, bagaimana cara
menempatkan pegawai Republik Indonesia yang telah berjasa mempertahankan NKRI,tetapi relatif kurang
memiliki keahlian dan pengalaman kerja yang memadai. Kedua, bagaimana menempatkan pegawai yang telah
bekerja pada Pemerintah belanda yang memiliki keahlian, tetapi dianggap berkhianat atau tidak loyal terhadap
NKRI. Demikian pula penerapan sistem pemerintahan parlementer dan sistem politik yang mengiringinya pada
tahun 1950-1959 telah membawa konsekuensi pada sering nya terjadi pergantian kabinet hanya dalam tempo
beberapa bulan.
Seringnya terjadi pergantian kabinaet menyebabkan birokrasi sangat terfragmentasi secarapolitik. Di dalam
birokrasi tejaditarik-menarik antar berbagai kepentingan partaipolitik yang kuat pada masaitu. Banyak kebijakan
atau program birokrasi pemerintah yang lebih kental nuansa kepentingan politik dari partai yang sedang berkuasa
atau berpengaruh dalam suatu departemen. Program – program departemen yang tidak sesuai dengan garis
kebijakan partai yang berkuasa dengan mudah dihapuskan oleh menteri baru yang menduduki suatu departemen.
Birokrasi pada masa itu benar- benar mengalami politisasi sebagai instrument politik yang berkuasa atau
berpengaruh. Dampak dari sistem pemerintahan parlementer telah memunculkan persaingan dan sistem kerja
yang tidak sehat didalam birokrasi.
Birokrasi menjadi tidak professional dalam menjalan kantugas-tugasnya, birokrasi tidak pernah dapat
melaksanakan kebijakan atau program-programnya karena sering terjadi pergantian pejabat dari partai politik
yang memenangkan pemilu. Setiap pejabat atau menteri baru selalu menerapkan kebijakan yang berbeda
daripendahulunya yang berasal dari partai politik yang berbeda. Pengangkatan dan penempatan pegawai tidak
berdasarkan merit system, tetapi lebih pada pertimbangan loyalitas politik terhadap partainya.
BIROKRASI MASA ORDE BARU
•
•
Birokrasi pada masa Orde Baru menciptakan strategi politik korporatisme Negara
yang bertujuan untuk mendukung penetarsinya kedalam masyarakat, sekaligus
dalam rangka mengontrol publik secara penuh.
Strategi politik birokrasi tersebut merupakan strategi dalam mengatur system
perwakilan kepentingan melalui jaringan fungsional non ideologis, dimana sistem
tersebut memberikan berbagai lisensi pada kelompok fungsional dalam
masyarakat, seperti monopoli atau perizinan, yang bertujuan untuk meniadakan
konflik antar kelas atau antar kelompok kepentingan dalam masyarakat yang
memiliki konsekuensi terhadap hilangnya pluralitas social, politik maupun budaya.
Pemerintahan Orde Baru mulai menggunakan birokrasi sebagai premium mobile
bagi program pembangunannasional.
Reformasi birokrasi yang dilakukan diarahkan pada :
Memindahkan wewenang administratif kepada eselon atas dalam hierarki birokrasi
Untuk membuat agar birokrasi responsif terhadap kehendak kepemimpinan pusat
Untuk memperluas wewenang pemerintah baru dalam rangka mengkonsolidasikan
pengendalian atas daerah-daerah.
BIROKRASI ZAMAN REFORMASI
•
•
•
•
•
Publik mengharapkan bahwa dengan terjadinya Reformasi, akan diikuti pula dengan perubahan
besar pada desain kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, namun harapan
terbentuknya kinerja birokrasi yang berorientasi pada pelanggan sebagaimana birokrasi di Negara –
Negara maju tampak nyamasih sulit untuk diwujudkan.
Kecenderungan birokrasi untuk bermain politik pada masa reformasi, tampaknya belum
sepenuhnya dapat dihilangkan dari kultur birokrasi di Indonesia (contoh Bulog Gate ).
Birokrasi yang seharusnya bersifat apolitis, dalam kenyataan nyamasihs aja dijadikan alat politik
yang efektif bagi kepentingan – kepentingan golongan atau partai politik tertentu.
Terdapat pula kecenderungan dariaparat yang kebetulan memperoleh kedudukan atau jabatan
strategis dalam birokrasi, terdorong untuk bermain dalam kekuasaan dengan melakukan tindak
KKN.
Mentalitas dan budaya kekuasaan ternyata masih melingkupi sebagian besar aparat birokrasi pada
masa reformasi.Kulturkekuasaan yang telah terbentuk semenjak masa birokrasi kerajaan dan
kolonial ternyata masih sulitu ntuk dilepaskan dari perilaku aparat atau pejabat birokrasi.
Dapat dikemukakan bahwa realitas sosial, politik dan ekonomi yang dihadapi oleh Negara – Negara
yang sedang berkembang sering kali berbeda dengan realitas sosial yang ditemukan pada
masyarakat di negara maju.
SEJARAH BIROKRASI INDONESIA
• MASA KERAJAAN
Kerajaan maritim dan agraris
Agraris dominan (pemusatan sumber ekonomi, kehormatan pada raja dan
didistribusikan pada para birokrat)
• MASA PENJAJAHAN
Pada jaman belanda struktur & sistem birokrasi kerajaan tidak dirubah
selama menguntungkan, berbeda dengan abdi dalem, priyayi
(birokratbelanda) yg diangkat belanda dan mengadopsi gaya belanda tapi
gayafeodal kemasyarakat. Timbul ketidaksenangan para nasionalis pada
para priyayi (birokratbelanda)
• MASA KEMERDEKAAN
Transformasi gaya-gaya kerajaan dan kolonial masih melekat
Posisi dan status masih berkaitan dengan hirarki, abdi negara, sentralistis
dan ritualitas.
• Perbedaannya birokrat tdk berada pada kelas istimewa karena terlalu
banyak dan penurunan kemakmuran serta terus menerus mengalami krisis
kepercayaan masyarakat
Penampilan & Sosok Birokrasi
Indonesia
1. Patrimonial Birokrasi
a. Patronase diLingkungan elite
b. Simbiosa Penguasa & Pengusaha
c. Abivalensi Hubunganpusat- daerah
2. Setralisasi yg amat kuat
3. Menilai Keseragaman dalam struktur birokrasi
4. Pendelegasian wewenang yg kabur
5. Kesulitan menyusun uraian tugas dan analisis
jabatan
BIROKRASI PEMERINTAH DAERAH
• Ciri birokrasi pemerintahan daerah yang kurang kondusif bagi kemajuan
daerah yaitu :
• Umumnya jumlah pegawai terlampau berlebihan (over satffed ), sehingga
menimbulkan pengangguran terselubung.
• Kurang profesional, karena organisasinya tidak memberikan iklim yang
memungkinkan berkembangnya profesionalisme.
• Kurang memiliki daya inisiatif, cenderung menunggu petunjuk dari atasan.
• Menggunakan manajemen pemerintahan yang sudah usang.
• Selalu mengalami keterbatasan anggaran, karena kesalahan
• menggunakan konsep berpemerintahan.
• Kurang memiliki visi dan misi yang jelas,
• Karena terkungkung oleh paradigma keseragaman.
• Kurang peka terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat.
• Kegiatannya lebih terfokus kedalam tubuh birokrasi itu sendiri,
sedangkan masyarakat lebih banyak dijadikan komoditi politik.
BIROKRASI MAX WEBER
• Max Weber, sosiolog Jerman abad 19 ini,
mengemukakan tentang konsepsi tipe ideal
organisasi pemerintah yang rasional dan
profesional. Pemikiran Weber didorong
keinginannya menciptakan organisasi modern
yang bisa digunakan pemerintah menjalankan
modernisasi dan pembangunan. Weber
mengenal tiga otoritas (1) otoritas tradisional;
(2) otoritas kharismatik; (3) otoritas legalrasional (birokrasi).
• Sebelum itu, tahun 1970, Martin Albrow
mempopulerkan istilah ”birokrasi” sebagai nama lain
organisasi pemerintah, Selanjutnya para pakar
(misalkan Fred Kramer, dll, mengaitkan atau
menamakan konsepsi tipe ideal organisasi
pemerintah yang rasional dan profesional ala weber
sebagai birokrasi pemerintahan.
• Individu pejabat secara personal bebas, akan
tetapi dibatasi oleh jabatannya manakala ia
menjalankan tugas-tugas atau kepentingan
individu dalamjabatannya. Pejabat tidak bebas
menggunakan jabatannya untuk keperluan
dan kepentingan pribadinya termasuk
keluarganya. Jabatan-jabatan itu disusun
dalam tingkatan hirarki dari atas kebawah dan
kesamping.
• Konsekuensinya ada jabatan atasan dan
bawahan. Ada yang menyandang kekuasaan
lebih besar dan ada yang lebih kecil.
Tugas dan fungsi masing-masing jabatan
dalam hirarki itu secara spesifik berbeda satu
dengan lainnya.
• Setiap pejabat mempunyai kontrakjabatan
yang harus dijalankan. Uraian tugas masingmasing pejabat merupakan domain yang
menjadi wewenang dan tanggungjawab yang
harus dijalankan sesuai kontrak.
KONSEPSI BIROKRASI RASIONAL MAX WEBER
• Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi
profesionalitasnya, idealnya melalui ujian
kompetitif.
• Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak
untuk menerima pensiun sesuai dengan
tingkatan hirarki jabatan yang disandangnya.
• Setiap pejabat bisa memutuskan untuk keluar
dari pekerjaannya dan jabatannya sesuai
dengan keinginannya dan kontraknya bisa
diakhiri dalam keadaantertentu.
• Terdapat struktur pengembangan karir yang
jelas dengan promosi berdasarkan senioritas
dan penilaian obyekif (merit system).
• Setiap pejabat tidak dibenarkan menjalankan
jabatannya dan sumber daya instansinya
untuk kepentingan pribadi dan keluarga.
Setiap pejabat berada dibawah pengendalian
dan pengawasan suatu sistem yang dijalankan
secaradisiplin.
• Jabatan-jabatan itu disususn dalam tingkatan
hirarki dari atas ke bawah dan kesamping
• Tugas dan fungsi masing-masing jabatan
dalam hirarki itu secara spesifik berbeda satu
sama lain
• Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatannya
• Setiap pejabat berada dalam pengendalian
dan pengawasan suatu sistem.
PANDANGAN TERHADAP BIROKRASI WEBERIAN
• Warren Bennis
Birokrasi hirarki piramida pada masa depan
akan diganti dengan sistem sosial baru sesuai
harapan masyarakat.
• Lawrence danLorch
Birokrasi yang bersifat rutin dan stabil, belum
tentu cocok untuk lingkungan yang kompleks.
Oleh karena itu, jika ingin survive birokrasi
harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan atau perubahan lingkungan.
• David Bheetham
Birokrasi Weber memiliki ciri-ciri pokok (1)
instrumen teknis; (2) kekuatan independen; (3)
dapat keluar dari fungsinya yang tepat karena
anggotanya cenderung dari klas sosial partikular
(parpol, misalnya).
• Heckscher dan Donellon
Bentuk organisasi masa depan adalah “post
bureaucratic organization” yang tidak sama
dengan birokrasi weberian. Powering (kekuasaan)
bukan satu-satunya cara mengendalikan
birokrasi,melainkan perlu empowering
(pemberdayaan).
• MiftahThoha
Birokrasi weberian diistilahkan sebagai
officialdom atau kerajaan pejabat– memiliki
dua pemahaman yaitu birokrasi yang rasional
(netral) danbirokrasi yang sarat dengan
kekuasaan (potensipolitis).
Birokrasi yang netral bisa dilihat pada poin (1),
birokrasi politis dapat dilihat pada poin (2) dan
(3).
BIROKRASI HEGELIAN danMARXIS
• Birokrasi adalah jembatan penghubung antara
negara(pemerintah) dengan masyarakatnya (Hegel).
• Di dasari teori perjuangan kelas, krisis kapitalisme, dan
pengembangan komunisme, Karl Marx berpendapat tentang
birokrasi sbb: Birokrasi adalah negara atau pemerintah itu
sendiri. Birokrasi merupakan instrumen yang digunakan oleh
kelas yang dominan untuk melaksanakan kekuasaan
dominasinya atas klas sosial lainnnya. Dalam masyarakat
komunis kelak (tiada kelas sosial, semua sama), birokrasi
menjadi tiada arti karena fungsi birokrasi dijalankan oleh
semua anggota masyarakat.
• Birokrasi Hegelian termasuk dalam kategori
birokrasi netral.
• Birokrasi Marxis termasuk dalam kategori
birokrasi politik atautidaknetral.
BIROKRASI DAVID OSBORNE
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Katalis (mengarahkan ketimbang mengayuh)
Memberi wewenang ketimbang melayani.
Pemerintahan yang kompetitif.
Digerakan oleh misi bukan aturan.
Berorientasi hasil bukan masukan.
Melayani pelanggan, bukan dilayani atau melayani
diri sendiri.
Menghasilkan ketimbang membelanjakan.
Antisipatif (mencegah daripada mengobati)
Desentrasi ketimbang sentralisasi
Pemerintah beroreintasi pasar.
KARAKTERISTIK BIROKRASI MENURUT
MAX WEBER
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Kerja yang ketat pada peraturan (rule)
Tugas yang khusus (spesialisasi)
Kaku dan sederhana (zakelijk)
Penyelenggaraan yang resmi (formal)
Pengaturan dari atas ke bawah (heirarchi)
Berdasarkan logika (rational)
Tersentralistis (otorithy)
Taat dan patuh (obedience)
Disiplin (dicipline)
Terstruktur (sistematic)
Tanpa pandang bulu (impersonal).
prinsip pokok yang harus dipahami oleh aparat
birokrasi publik dalam aspek internal organisasi
• Prinsip Aksestabilitas, dimana setiap jenis pelayanan harus
dapat dijangkau 7 secara mudah oleh setiap pengguna
pelayanan(misal: masalah tempat, jarak dan prosedur
pelayanan)
• Prinsip Kontinuitas, yaitu bahwa setiap jenis pelayanan harus
secara terus menerus tersedia bagi masyarakat dengan
kepastian dan kejelasan ketentuan yang berlaku bagi proses
pelayanan tersebut
• Prinsip Teknikalitas, yaitu bahwa setiap jenis pelayanan proses
pelayanannya harus ditangani oleh aparat yang benar-benar
memahami secara teknis pelayanan tersebut berdasarkan
kejelasan, ketepatan dan kemantapan sistem, prosedur dan
instrumen pelayanan.
• Prinsip Profitabilitas, yaitu bahwa proses pelayanan
pada akhirnya harus dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien serta memberikan keuntungan
ekonomis dan sosial baik bagi pemerintah maupun
bagi masyarakat luas.
• Prinsip Akuntabilitas, yaitu bahwa proses, produk
dan mutu pelayanan yang telah diberikan harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
karena aparat pemerintah itu pada hakikatnya
mempunyai tugas memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya kepada masyarakat.
TIPE IDEAL BIROKRASI MENURUT
MAX WEBER
• Para anggota staf secara pribadi bebas, hanya menjala
nkan tugas-tugas impersonal mereka;
• Ada hirarki jabatan yang jelas;
• Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas;
• Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak;
• Mereka dipilih berdasarkan kualifikasi
profesional, idealnya didasarkan
suatu (ijazah) yang diperoleh melalui suatu ujian;
• Mereka memiliki gaji dan biasanya juga ada hak-hak pensiun. Gaji
berjenjang menurut kedudukan
dalam hirarki. Pejabat dapat selalumenempati
posnya, dan dalam keadaan-keadaan tertentu ia jugadapat
diberhentikan;
• Pos jabatan adalah lapangan kerjanya sendiri atau lapangan kerja
pokoknya;
• Terdapat suatu struktur karir, dan promosi dimungkinkan berdasar
kan
senioritas maupun keahlian (merit) dan menurut pertimbang
an keunggulan (superioritas);
• Jabatan mungkin tidak sesuai baik dengan posnya maupun dengan
sumber-sumber yang tersedia di pos tersebut;
• Ia tunduk pada sistem disipliner dan kontrol yang seragam
KATEGORI BIROKRASI
Berdasarkan perbedaan tugas pokok atau misi yang mendasari suatu organisasi birokrasi
• Kesatu, Birokrasi Pemerintahan Umum, yaitu rangkaian organisasi
pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan
umum termasuk memeliharaketertiban dan keamanan, dari ting
kat pusat sampai di daerah(propinsi, kabupaten, kecamatan, dan
desa). Tugas-tugas tersebutlebih bersifat mengatur.
• Kedua, Birokrasi Pembangunan, yaitu organisasi pemerintahan
yangmenjalankan salah satu bidang atau sektor yang khusus
guna mencapai tujuanpembangunan,seperti pertanian, kesehatan,
pendidikan, industri
• Ketiga, Birokrasi Pelayanan, yaitu unit
organisasi yang pada hakikatnya merupakan
bagian yang langsung berhubungan dengan
masyarakat.
Yang termasukdalam kategori ini, antara lain:
RumahSakit, Sekolah (SD,SLTA), Koperasi, Bank
Rakyat Desa, Transmigrasi, dan berbagai unit
organisasi lainnya yang memberikanpelayanan
langsungkepada masyarakat atas nama pemeri
ntah. fungsiutamanya adalah “service”.
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
ORGANISASI DI INDONESIA
• penetapan standar efisiensi yang dapat dilaksanakan secara
fungsional
• terlalu menekankan aspek-aspek rasionalitas, impersonalitas
dan hirarki
• kecenderungan birokrat untuk menyelewengkan tujuantujuan organisasi
• kurangnya pengawasan terhadap kinerja birokrasi
• sistem penggajian yang kurang
Tiga macam pengertian birokrasi yang
berkembang saat ini
• Birokrasi diartikan sebagai aparat yang diangkat penguasa
untuk menjalankan
pemerintahan (government by bureaus).
• Birokrasi diartikan sebagai sifat atau perilaku pemerintahan
yang buruk (patologi).
• Birokrasi sebagai tipe ideal organisasi.
Pengertian birokrasi (pemerintahan) adalah suatu organisasi
pemerintahan yang terdiri dari sub-sub struktur yang memiliki
hubungan satu dengan yang lain, yang memiliki fungsi, peran,
dan kewenangan dalam melaksanakan pemerintahan, dalam
rangka mencapai suatu visi, misi, tujuan, dan program yang
telah ditetapkan.
Fungsi dan Peran Birokrasi
• melaksanakan pelayanan publik;
• pelaksana pembangunan yang profesional (merit
system);
• perencana, pelaksanan, dan pengawas kebijakan
(manajemen pemerintahan);
• alat pemerintah untuk melayani kepentingan (abdi)
masyarakat dan negara yangnetral dan bukan
merupakan bagian dari kekuatan atau mesin politik
(netralitas birokrasi).
Tujuan Birokrasi
• Sejalan dengan tujuan pemerintahan
• Melaksanakan kegiatan dan program demi
tercapainya visi dan misi pemerintah dan
negara
• Melayani masyarakat dan melaksanakan
pembangunan dengan netral dan professional
• Menjalankan mamajemen pemerintahan,
mulai dari perencanaan, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, sinkronisasi, represif,
prefentif, antisipatif, resolusi,
Perspektif Birokrasi
• Teori Negara
Terdiri dari unsure konstitutif dan unsure deklaratif. Unsur
konstitutif adalah unsure Negara yang terdiri dari wilayah,
pemerintahan, dan rakyat. Sedangkan unsure deklaratif
adalah unsure Negara yang terdiri dari pengakuan de facto
dan de jure.
• Teori Kebutuhan ekonomi
Usaha manusia memenuhi kebutuhan yang diperlukan
birokrasi yang berfungsi untuk melayani kebutuhan
masyarakat tersebut.
• Teori Organisasi dan Kelas
Tujuan dalam organisasi dapat dicapai apabila ada instrumen
birokrasi yang baik.
Tipologi Birokrasi
• Berdasarkan perspektif Otoriter
• Birokrasi Tradisional
Sumber legitimasinya adalah waktu, artinya orang
yang berkuasa adalah orang-orang yang lebih lama di
dalam birokrasi tersebut.
• Birokrasi Kharismatik
Sumber legitimasinya adalah kepribadian yang luar
biasa bagi seorang pemimpin yang dilihat secara
personal.
• Birokrasi Legal-Rasional
Sumber legitimasinya adalah aturan-aturan yang
dibuat untuk mencapai tujuan tertentu.
• Berdasarkan Perspektif Keterbukaan
• Birokrasi Terbuka
Aksesibilitas masyarakat dapat masuk dengan luas,
masyarakat dapat ikut serta dalam proses pembuatan
kebijakan dan masyarakat juga dapat menyampaikan
aspirasinya ke birokrasi langsung.
• Birokrasi Tertutup
Berdasarkan kepentingan dan peraturan yang berada dalam
birokrasi tersebut, kebijakan yang diputuskan hanya dilakukan
dalam birokrasi dan berjalan hanya berdasarkan aturanaturan yang didalamnya.
• Birokrasi Campuran
Birokrasi yang mendapatkan aspirasi dari masyarakat tapi
tidak bisa masuk secara langsung ke dalam birokrasi untuk
menentukan kebijakan.
Patologi (Penyakit) Birokrasi
Pemerintahan
•
•
•
•
•
•
•
•
Budaya feodalistik;
Menunggu petunjuk/arahan;
Loyalitas pada atasan, bukan organisasi;
Belum berorientasi prestasi;
Budaya melayani rendah;
Belum didukung teknologi menyeluruh;
Ekonomi biaya tinggi;
Jumlah pegawai relatif banyak, kurang
bermutu/asal jadi.
Penyakit Organisasi
• Tujuan telah ditetapkan, tetapi tidak dirumuskan secara rinci dan jelas
(tidakmembumi);
• Pembagian tugas tidak adil, tidak merata, tidak tuntas dan tidak jelas batasbatas (tidak adil);
• Anggota hanya mau bekerja sesuai dengan tugasnya, terjadi pengkotakkotakan (kaku);
• Merasa dirinya/unitnya yang paling penting, yang lain tidak/kurang penting
(sok penting);
• Pemberian tanggung jawab yang tidak seimbang dengan wewenang (zalim);
• Terlalu banyak bawahan yang harus diawasi – kewalahan (rakus);
• Seseorang bawahan mendapat perintah dari satu atasan mengenai hal yang
sama, tetapi perintahnya saling bertentangan (plin plan);
• Sanksi terhadap pelanggaran tidak tegas (banyak pertimbangan).
FUNGSI BIROKRASI DALAM SUATU
PEMERINTAHAN MODERN
•
•
Administrasi
Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi, pelayanan,
pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi. dimaksudkan bahwa fungsi
birokrasi adalah mengimplementasikan undang-undang yang telah disusun oleh
legislatif serta penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif. Dengan demikian,
administrasi berarti pelaksanaan kebijaksanaan umum suatu negara guna
mencapai tujuan negara secara keseluruhan.
Pelayanan
Birokrasi sessungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat atau kelompokkelompok khusus. Badan metereologi dan Geofisika (BMG) di Indonesia
merupakan contoh yang bagus untuk hal ini, di mana badan tersebut ditujukan
demi melayani kepentingan masyarakat yang akan melakukan perjalanan atau
mengungsikan diri dari kemungkinan bencana alam. Untuk batas-batas tertentu,
beberapa korporasi negara seperti PJKA atau Jawatan POS dan Telekomunikasi juga
menjalankan fungsi public service.
• Pengaturan (regulation)
Fungsi pengaturan dirancang demi mengamankan kesejahteraan
masyarakat. birokrasi biasanya dihadapkan anatara dua pilihan:
Kepentingan individu versus kepentingan masyarakat banyak.
• Pengumpul Informasi (Information Gathering)
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah suatu
kebijaksanaan mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat
kebijakan-kebijakan baru yang akan disusun oleh pemerintah berdasarkan
situasi faktual.
birokrasi, oleh sebab itu menjadi ujung tombak pelaksanaan
kebijaksanaan negara tentu menyediakan data-data sehubungan dengan
dua hal tersebut. Misalnya, pemungutan uang yang tidak semestinya
(pungli) ketika masyarakat membuat SIM atau STNK tentunya mengalami
pembengkakan. Pungli tersebut merupakan pelanggaran atas idealisme
administrasi negara, oleh sebab itu harus ditindak. Dengan ditemukannya
bukti pungli, pemerintah akan membuat prosedur baru untuk pembuatan
SIM dan STNK agar tidak memberi ruang bagi kesempatan melakukan
pungli.
PENAMPILAN BIROKRASI DI INDONESIA
• Sentralisasi yang cukup kuat
• Menilai tinggi keseragaman dan struktur
birokrasi
• Pendelegasian wewenang yang kabur
• Kesulitan menyusun uraian tugas dan analisis
jabatan
Model - Model Reformasi
Birokrasi
• Tantangan nyata bagi keberhasilan reformasi birokrasi
penyelenggaraan pemerintahan adalah berfungsinya peran
penyelenggaraan Negara untuk menciptakan kehidupan
bersama warga bangsa dalam mencapai kesejahteraan dan
keadilan bagi masyarakat. Telebih dengan berjalannya
otonomi daerah yang diiringi tumbuhnya kesadaran warga
masyarakat di daerah untuk semakin kritis menyebabkan
semankin kuat pula tuntutan public atas
keberhasilan governance reform di daerah.
• New Public Management (NPM), model ini
memiliki ciri yang lebih mengarah kepada
“inside the organization”
a. Memfokuskan aktifitasnya hanya pada
kegiatan manajemen, tidak pada aktivitas
kebijakanya.
b. Hal ini berarti NPM mencoba melihat
manajemen pelayanan publik pada segi
kinerja (performance appraisal) dan efisiensi
tidak dari segi politis.
c.
c. Permasalahan manajamen pelayanan public
menjadi bahan-bahan kecil dan sederhana
yang berkaitan langsung dengan kepentingan
dasar pengguna jasa (user-pay-base).
d. Menggunakan landasan pasar (quasimarkets) sebagai daya dorong bagi terciptanya
kompetisi.
e. Pemangkasan ekonomi biaya tinggi sehingga
ongkos untuk memperoleh pelayanan menjadi
lebih murah.
4 model NPM Model
• The Efficiency Drive, Model ini dapat dilihat
kemunculannya di medium 1980. Model ini
menghendaki sektor publik dikelola secara
bisnis, denganslogan efisiensi
• In search of excellence, model ini lebih
menekankan pada pentingnya budaya
organisasi.
Model ini menolak pendekatan rasionalistik
NPM model 1 dan mengedepankan peran
nilai, budaya ritual dan symbol untuk
membentuk bagaimana orang-orang yang
Lanjutan Model
In search of excellence
….berada dalam birokrasi bekerja dan
berperilaku (instead highlights the role of
values, culture, rites, and symbols in shaing
how people actually behave at work).
Terdapat kepentingan yang kuat dalam hal
bagaimana organisasi mengatur perubahan
dan inovasi melalui perubahan budaya.
• Public Service Orientation, model ini
menggabungkan ide-ide manajemen sektor
publik dan privat dengan “reenergizing public
sector managers by outlining a distinct service
mission”. Ciri model ini adalah memperjelas
tujuan dan menjamin bahwa pengguna lebih
diperhatikan dalam memberikan pelayanan
Download