ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN AQAD PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH DALAM KAJIAN UU NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH Oleh Prof. H. Abdullah Kelib, SH dan Sodikul Amin ABSTRAK Perjanjian Pembiayaan Mudharabah didasarkan kepada kepercayaan, dengan pengertian lain bahwa pemodal akan menyerahkan dananya kepada pihak pengelola dana setelah pemodal merasa yakin bahwa peminjam modal tersebut baik secara skill maupun moral dapat dipercaya untuk mengelola modal yang diberikan dengan keahliannya dan tidak akan memanipulasi modal tersebut. Namun bukan berarti dalam pelaksanaan perjanjian mudharabah tersebut pihak pengelola dana dilepaskan dari sistem jaminan atau ada pihak yang ketiga yang menjamin, hal ini dilakukan supaya terciptanya keadilan di antara nasabah/mudharib dan pihak bank sehingga dapat melindungi diri dari kerugian. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian pembiayaan mudharabah pada Bank Syariah, Bagaimanakah pihak Bank menyelesaikan pembiayaan mudharabah yang bermasalah pada Bank Syariah, Sanksi apakah yang diberlakukan kepada mudharib bila melanggar perjanjian dalam akad pembiayaan Mudharabah Untuk menjawab permasalahan di atas penelitian menggunakan metode yuridis normatif yang bersifat kualitatif dengan cara menganalisis data primer dan sekunder dan tersier serta bahan wawancara sehingga menghasilkan jawaban dari setiap permaslaahan yang di kemukakan. Berdasarkan penelitian dapat di simpulkan antara lain pengaturan perjanjian pembiayaan mudharabah berdasarkan kitab suci Al-Qur‘an, Al-Hadist, Dewan Fatwa Syari‘ah Nasional MUI, Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari‘ah dan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Kata kunci :Perjanjian Pembiayaan ; Prinsip Mudharabah ; Bank Syariah 39 THE ANALYSIS ON THE IMPLEMENTATION OF FINANCING AGREEMENT WITH MUDHARABAH PRINCIPLES IN SHARIA BANKS IN THE STUDY OF ACT NO. 21 YEAR 2008 CONCERNING SHARIA BANKING By Prof. H. Abdullah Kelib, S.H and Sodikul Amin ABSTRACT The Mudharabah Financing Agreement is based on trust, with another understanding that the investor will hand over the funds to the fund manager party after the investor is sure that the borrower of the capital both skillfully and morally is trustworthy to manage the capital provided with his expertise and will not manipulate the capital. However, it does not mean that in the implementation of the mudharabah agreement the fund management party is released from the guarantee system or there is third party who guarantee it. This is done in order to create justice among customers / mudharib and the bank so it can protect themselves from the loss. The problems in this research are how the implementation of mudharabah financing agreement in Sharia Banks, how the Banks solve the in trouble mudharabah financing in Sharia Banks, what sanction is implemented to mudharib if they break the agreement in Mudharabah financing agreement. To answer the above problems, this study uses juridical normative method qualitatively by analyzing primary, secondary and tertiary data as well as interview materials therefore produces the answer of each problems given. Based on the research it can be concluded that, among others, the arrangement of mudharabah financing agreement is based on the holy Al-Qur'an, Al-Hadist, National Sharia Fatwa Council of MUI, Act No. 21 Year 2008 on Sharia Banking and Act No. 10 Year 1998 About Banking. Keywords: Financing Agreement; Mudharabah Principle; Sharia Bank PENDAHULUAN transaksi antar ummat didasarkan pada 1.1 Latar Belakang aturan-aturan Syariah sudah cukup Perekonomian yang berbasis pada lama diperjuangkan dan diharapkan nilai-nilai dan prinsip Syariah sudah eksis dalam pembangunan ekonomi. cukup lama dinantikan ummat Islam Keinginan ini didasari oleh suatu di Indonesia maupun dari belahan kesadaran untuk menerapkan Islam dunia lainnya. Penerapan nilai-nilai secara utuh dan total dalam segala dan prinsip Syariah dalam segala aspek aspek kehidupan dan dalam aktivitas dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah kehidupan, sebagaimana 40 ayat (208) yang terjemahannya Penganut berbunyi sebagai berikut: Ayat tersebut paham liberalisme dan pragmatism sempit ini menilai bahwa dengan tegas kegiatan ekonomi dan keuangan akan mengingatkan bahwa selama Islam semakin meningkat dan berkembang diterapkan secara parsial, maka ummat bila Islam akan mengalami keterpurukan normative dan rambu-rambu Ilahi‖. duniawi dan kerugian ukhrawi. Hal ini dibebaskan Bank dari nilai-nilai merupakan lembaga sangat jelas, sebab selama Islam hanya keuangan yang mempunyai peranan diwujudkan dalam bentuk ritualisme yang ibadah semata, hanya diingat pada saat menyelesaikan dan mengembangkan kelahiran bayi, ijab qabul pernikahan, unsur-unsur serta penguburan mayat, sementara nasional. dimarginalkan dunia perbankan adalah menyerap dana dari politik,ekonomi perbankan, asuransi, masyarakat. Hal ini terutama karena pasar modal, pembiayaan proyek, dan fungsi transaksi ekspor impor, maka umat (intermediary) pihak-pihak kelebihan Islam telah mengubur Islam dalam- dana (surplus of funds) dan pihak dalam yang memerlukan dana (luck of dari dengan sendiriSehubungan tanganya dengan hal sangat strategis trilogy pembangunan Kegiatan bank dalam utama sebagai dari perantara funds). Sebagai agent of development, tersebut di atas Muhammad Safi‘i bank Antonio menyatakan bahwa : dalam ―Sangat disayangkan, dewasa ini bangsa melalui pembiayaan semua masih banyak kalangan yang melihat jenis bahwa Islam tidak berurusan dengan sebagai bank dan pasar uang, karena yang (perantara keuangan) pertama adalah dunia putih sementara memberikan kontibusi yang kedua adalah dunia hitam, penuh pendapatan Negara. tipu daya dan kelicikan. Oleh karena merupakan alat membangun usaha pemerintah perekonomian pembangunan, financial yaitu intermediary Keberadaan lembaga yang terhadap perbankan itu tidak mengherankan bila beberapa selain berpengaruh terhadap dunia cendikiawan dan ekonomi melihat usaha, dimana hampir semua dunia Islam, dengan sistem nilai dan tatanan usaha mengandalkan jasa financial normatifnya, perbankan, sebagai factor penghambat pembangunan obstacle economic to juga telah banyak (an menyerap jutaan orang tenaga kerja. growth). Fungsi utama bank merupakan fungsi 41 (tumpuan) yang sangat penting bagi masyarakat dan dunia usaha adalah Krisis ekonomi yang melanda sebagai tempat penyimpanan dana, Indonesia pada pertengahan tahun dan 1997 menjadi suatu sarana yang memberikan kredit kepada masyarakat. sangat strategis dan menggembirakan Di Indonesia fungsi bank diartikan sebagai agent of development bagi para entreprentur terutama yaitu pengusaha muslim dalam meneruskan sebagai lembaga yang mendukung produksi usahanya. Hal ini disebabkan pelaksanaan kemampuan dari lembaga perbankan dalam pembangunan nasional rangka pembangunan pemerataan yang berorientasi kepada hasil-hasilnya, sistem bagi hasil dapat memberikan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuntungan ke setiap pengelola uang, nasional kearah peningkatan taraf tidak hanya kepada bank sebagai hidup kreditur rakyat dan syariah banyak. Untuk yang telah meningkatkan peran dan fungsi bank pinjaman terdapat beberapa kebijakan moniter nasabah/mudharib sebagai peminjam yang dilaksanakan sejak pemerintahan modal dalam mengembangkan usaha Orde Baru adalah sebagai berikut : mereka. 1. Meningkatkan mobilitas tabungan msyarakat melalui lalu tetapi memberikan juga kepada Dari sudut pandang kepentingan lintas ekonomi, keuangan. pembiayaan perbankan syariah yang menggunakan sistem 2. Membeikan kredit dalam jumlah mudharabah (profit sharing) dalam yang cukup besar, bank sektor- memperlancar sektor yang mendapat prioritas, ummat dianggap mampu menekan maupun sektor-sektor non prioritas terjadinya inflansi karena tidak adanya untuk meningkatkan kesempatan ketetapan kerja. dibayarkan ke bank, 3. Menunjang bunga perekonomian yang harus juga dapat pemeliharaan merubah halauan kaum muslimin dan peningkatan stabilitas ekonomi dalam setiap transaksi perdagangan dan. dan keuangan yang sejalan dengan 4. Menunjang usaha roda usaha untuk ajaran Islam. Dari kenyataan ini meningkatkan kedudukan golongan pelaksanaan ekonomi lemah melalui pemberian Islam dan praktek perbankan non kredit KIK (Kredit Investasi Kecil). bunga menjadi alternative yang baik, 42 sistem perekonomian di samping keharusan merupakan suatu /atau unit usaha syariah dan pihak lain kewajiban dalam yang mewajibkan pihak dibiayai dan dan menjalankan anjuran agama, apalagi /atau diberi dengan disahkannya Undang-Undang mengembalikan dana tersebut setelah No. jangka waktu tertentu dengan imbalan 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah dan Undang - fasilitas dana untuk ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Undang No. 10 Tahun 1998 sebagai Pembiayaan mudharabah secara Perubahan Atas Undang-Undang No. tidak 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. penolakan terhadap sistem bunga yang Undang-Undang telah diterapkan oleh bank kenvensional perbankan dalam mencari keuntungan. Karena itu mengatur tersebut semua berdasarkan prinsip syariah. Prinsip hukum syariah Islam langsung adalah bentuk pelarangan bunga ditinjau dari ajaran adalah dalam prinsip Islam merupakan perbuatan riba yang kegiatan diharamkan dalam Al-qur‘an, sebab perbankan berdasarkan fatwa yang larangan dikeluarkan oleh meringankan memiliki kewenangan lembaga yang dalam riba dibantu tersebut beban dalam bukanlah orang hal yang ini penetapan fatwa di bidang syariah. nasabah/mudharib tetapi merupakan Sedangkan pembiayaan merupakan tindakan penyediaan dana atau tagihan yang memakan harta orang lain tanpa dipersamakan melalui jerih payah dan berisiko serta dengan itu berupa yang memperalat dan transaksi bagi hasil dalam bentuk kemudahan yang diperoleh orang mudharabah kaya di atas kesedihan Orang miskin. dan musyarakah, transaksi sewa menyewa dalam bentuk Dengan demikian perbankan ijarah atau sewa beli dalam bentuk syariah yang memberikan pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik, transaksi mudharabah jual beli dalam terhadap bentuk piutang nasabah/mudharib dengan sendirinya dan istisna‘, akan menjadikan hubungan di antara dalam kedua belah pihak bagaikan mitra bentuk piutang qardh dan transaksi dalam meraih keuntungan riil pada sewa menyewa jasa dalam bentuk pengelolaan ijarah konsep murabahah, transaksi salam, pinjam-meminjam untuk berdasarkan transaksi persutujuan multijasa usaha pembiayaan mereka.Pada bagi hasil atau mudharabah dalam perbankan syariah kesepakatan antara bank syariah dan dikenal dengan istilah qiradh akad 43 kerja sama antara dua pihak dimana hendaklah ia menulis, dan hendaklah pemilik maal) orang yang berutan itu mengimlakkan modal (apa yang akan ditulis itu), dan sedangakan pihak kedua (mudharib) hendaklah ia bertakwa kepada Allah bertindak Tuhannya, dana (shahibul menyediakan seluruh selaku keuntungan pengelola usaha dibagi dan dan janganlah ia antara mengurangi sedikitpun dari utangnya. mereka seuai dengan kesepakatan Jika yang berutang itu orang yang yang dituangkan dalam kontrak. lemah akalnya atau lemah keadaannya Hubungan keterikatan antara dua pihak tersebut akan atau melahirkan dia sendiri mengimlakannya tidak maka mampu hendaklah konsekuensi yang harus dipenuhi oleh walinya mengimlakkan dengan jujur masing-masing pihak yaitu seluruh dan persaksikanlah dengan dua orang kewajiban yang harus ditunaikan dan saksi dari orang-orang laki-laki (di apa-apa yang menjadi hak masing- antaramu). Juga taka da dua orang masing yang akan diterima. Dalam hal laki-laki, maka boleh seorang laki-laki ini Al-Qur‘an sebagai pedoman dari dan dua orang perempuan dari saksi- ajaran Islam yang ditafsirkan dengan saksi yang kamu ridhai, supaya jika realisasi muamalah fiqh menerapkan seorang lupa perjanjian merupakan pernyataan dari mengingatkannya. Janganlah saksi- seorang untuk mengerjakan atau tidak saksi mengerjakan sesuatu yang berkaitan keterangan) apabila mereka Dipanggil, dengan orang lain. dan janganlah kamu jemu menulis Dijelaskna dalam Al-Qur‘an surah Al- utang itu, baik kecil maupun besar Baqarah ayat 282 yang diartikan sampai batas waktu pembayarannya. sebagai berikut: Yang demikian itu lebih adil di sisi itu maka seorang lagi enggan (memberikan Hai orang-orang yang beriman, Allah dan lebih dapat menguatkan apabia bermuamalah tidak secara tunai persaksian dan lebih dekat kepada untuk tidak waktu yang ditentukan, (menimbulkan) hendaklah kamu menuliskannya, dan (tulislah hendaklah seorang penulis di antara muamalahmu itu perdagangan dosa kamu menuliskannya dengan benar, yang kamu jalankan di antara kamu dan maka tidak ada dosa bagi kamu jika janganlah menuliskannya telah penulis sebagaimana mengajarkannya, enggan muamalah kecuali Allah kamu maka persaksikanlah jika kamu berjual beli 44 tidak itu) keraguan menuliskannya. Dan dan janganlah penulis dan saksi saling sehingga dapat melindungi diri dari sulit menyulitka, jika kamu lakukan kerugian (the end of justice is to (yang demikian) maka sesungguhnya secure from injury). hal itu adalah suatu kefasikan pada Pembiayaan mudharabah di Bank dirimu, dan bertakwalah kepada Allah, Syariah tidak terlepas dari mekanisme Allah pelaksanaan perjanjian yang telah mengajarimu dan Allah mengetahui segala sesuatu. ditetapkan berdasarkan syarat dan Sebagaimana yang telah disebutkan rukun dalam akad sesuai dengan di atas bahwa perjanjian pembiayaan yangdikemukakan oleh ulama fiqhiyah mudharabah dan juga Dewan Syariah Nasional kerjasama merupakan pemilik modal MUI tentang mudharabah (qiradh). usaha tanpa Oelh karena itu keabsahan suatu memakai agunan, yang mana di dalam perjanjian pembiayaan mudharabah akad akan tidak lepas dari pada pemenuhan antara syarat dan rukun mudharabah itu dengan antara perjanjian pengelola tersebut membagi dinyatakan keuntungan di mereka. Maka dapat dipahami bahwa sendiri. perjanjian Adapun rukun dan syarat pembiayaan mudharabah didasarkan kepada kepercayaan trust investment), mudharabah adalah sebagai berikut : dengan 1. Penyedia dana (shahibul maal) pengertian lain bahwa pemodal akan menyerahkan dananya 2. Pengelola dana (mudharib) yang kepada pihak pengelola dana setelah pemodal merasa yakin cakap hukum. bahwa 3. Penyataan ijal dan qabul harus peminjam modal tersebut baik secara dinyatakan oleh para pihak untu skill maupun moral dapat dipecaya menunjukkan untuk mengelola modal yang diberika pada waktu menandatangani akad dengan keahliannya dan tidak akan (kontrak). memanipulasi modal tersebut. Namun bukan berarti dalam dilepaskan pelaksanaan dari mereka 4. Modal, yaitu sejumlah uang dan /atau asset yang diberikan oleh perjanjian mudharabah tersebut pihak pengelola kehendak penyedia modal kepada mudharib. sistem 5. Keuntungan, artinya jaminan atau ada pihak yang ketiga kelebihan yang dapat yang menjamin, hal ini dilakukan kelebihan dari modal. sejumlah sebagai supaya terciptannya keadilan di antara 6. Kegiatan usaha oleh pengelola nasabah/mudharib dan pihak bank (Mudharib) sebagai pemibangan 45 modal yang disediakan oelh 1) Bahwa Bank berdasarkan bagi hasil penyedia dana. adalah Bank umum dan Bank Adanya klausula yang menentukan perkreditan rakyat yang melakukan sahnya suatu perjanjian di dalam usaha Keputusan Prinsip bagi hasil. Dewan Syariah yang semata-mata berdasarkan berlandaskan hukum Islam dan telah 2) Prinsip bagi hasil yang dimaksud dipakai bank syariah sebagai rujukan adalah prinsip bagi hasil yang dalam berdasarkan syariah; pembiayaan mudharabah merupakan suatu gambaran bahwa di 3) Bank berdasarkan bagi hasil wajib dalam perbankan syariah seorang memiliki mudharib harus memenuhi segala Syariah; Dewan Pengawas klausula yang tertuang dalam isi 4) Bank umum atau Bank perkreditan kontrak, rakyat suatu kewajiban perjanjian yang harus berupa yang kegiatan usahanya ditunaikan semata-mata berdasarkan prinsip bagi setelah pengelolaan usaha. Dengan hasil tidak diperkenankan melakukan demikian pelaksanaan suatu perjanjian usaha yang tidak berdasarkan prinsip pembiayaan dengan prinsip bagi hasil bagi hasil. Sebaliknya Bank umum (mudharabah) antara mudhraib dan atau Bank perkreditan rakyat yang shahibul maal tersebut seyogianya kegiatan usahanya tidak berdasarkan memberikan gambaran kepada keuntungan kepada kedua belah pihak. Sebelum disahkannya prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan Undang- usaha berdasarkan prinsip bagi hasil. Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Pada tahun 1998 muncul UU No. 10 Perbankan dalam Tahun 1998 tentang Perubahan Atas menjalankan perannya, Bank Syariah UU No. 7 tahun 1992 tentang berlandaskan pada UU No. 7 tahun Perbankan. Dalam Undang-Undang 1992 tentang Perbankan dan Peraturan ini terdapat beberapa perubahan yang Pemerintah Nomor 72 tahun 1992 memberikan peluang lebih besar bagi tentang Bank berdasarkan prinsip bagi pengembangan perbankan syariah. hasil yang kemudian dijabarkan dalam Bank Syariah lahir sebagai salah satu Surat Edaran Bank Indonesia No. alternative terhadap persoalan bunga 25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993, Bank, yang pada pokoknya menetapkan hal- merupakan hal antara lain: perbankan Syariah, 46 karena Bank lembaga yang Syariah keuangan beroperasi dan produknya dengan prinsip dasar tanpa Sistem menggunakan sistem bunga dengan keuntungan menawarkan sistem lain yang sesuai menimbulkan dengan syariah Islam. pertumbuhannya Prinsip inilah yang membedakan secara prinsipil antara bagi hasil sebab mempunyai tidak akan negative spread, modal negative, dalam permodalan Bank sebagaimana sistem yang biasa terjadi dalam perbankan operasional Bank Syariah dan Bank konvensional Konvensional. sistem bunga. Hal itu terjadi, di satu Bagi Bank yang konvensional bunga merupakan hal pihak penting tingkat suku bangsa deposito yang untuk menarik menginvestasikan invektor modalnya disebabkan menggunakan karena adanya pada tinggi, dan dilain pihak bunga kredit suatu Bank. Semakin tinggi bunganya dibebani tingkat bunga yang rendah semakin untuk tertarik para menabung. Tingkat merupakan unsur investor suku bangsa esensial dalam menarik para investor menanamkan modalnya. Penentuan bunga dibuat waktu Sistem perbankan konvensional. Bank akad syariah yang bekerja menggunakan harus selalu untung, tidak ada asumsi sistem non bunga melalui transaksi kerugian. Pembayaran bunga tetap dengan menggunakan sistem profit dilakukan and loss sharing yaitu bagi hasil proyek, tanpa mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang terjadi apakah proyek yang dijalani itu ditanggung oleh kedua belah pihak mempunyai keuntungan atau tidak. yaitu mudharib dan shahihul maal. Sedangkan Dalam sistem bunga Bank dan bagi penentuan besarnya rasio atau nisbah hasil memiliki sisi persamaan yaitu bagi hasil di buat pada waktu akad sama-sama memberikan keuntungan dengan bagi pemilik modal, namun keduanya kemungkinan untuk dan rugi. Maka memiliki perbedaan yang principal, dalam suatu proyek yang dilakukan yaitu sistem bunga uang merupakan nasabah, apabila mengalami kerugian sistem yang dilarang agama Islam, akan ditanggung bersama. sedangkan pada bagi hasil merupakan berlangsung misalnya dengan dalam sistem bagi perpedoman sistem bagi asumsi hasil, suatu hasil pada Sisi lain jumlah keuntungan yang tidak mengandung pembagian laba menu=ingkat sesuai riba sehingga tidak diharamkan oleh dengan ajaran Islam. pendapatan sedangkan konvensional 47 peningkatan jumlah jumlah pembayaran meningkat bunga meskipun tidak Di dalam Peraturan Pemerintah jumlah dijelaskan lebih lanjut bahwa ―yang keuntungan berlipat. dimaksud dengan prinsip bagi hasil Bank Islam dengan sistem bagi dalam peraturan ini adalah prinsip hasil sebagai alternative pengganti muamalat berdasarkan syariat dalam dari penerapan sistem bunga ternyata melakukan kegiatan usaha Bank‖. dinilai telah berhasil menghindari Manajemen Bank konvensional dan dampak Bank Syariah pada umunya memiliki negative dari penerapan bunga, seperti : persamaan terutama dalam sisi teknis 1. Pembebanan pada berlebih-lebihan bunga dengan berbunga nasabah penerimaan uang, mekanisme transfer, beban tehnologi computer yang digunakan, (compound syarat-syarat interrst) bagi nasabah yang tidak pembiayaan, mampu membayar pada waktu keuangan dan sebagainya. Namun temponya ; dengan adanya landasan syariah serta 2. Timbulnya (eksploitasi)yang kuat umum memperoleh proposal, laporan pemerasan sesuai dengan Peraturan Pemerintah terhadap menyangkut Bank Syariah antara lain yang lemah ; UU No. 7 tahun 1992 tentang 3. Terjadinya konsentrasi kekuatan perbankan sebagaimana telah diubah ekonomi di tangan kelompok elit, dengan UU No. `10 tahun 1998 juga para bankir dan pemilik modal ; terdapat 4. Kurangnya peluang bagi kekuatan ekonomi lemah beberapa hal perbedaan diantaranya yang menyangkut aspek untuk legal, struktur organisasi, usaha yang mengembangkan potensi usaha. Selain dibiayai, dan lingkungan kerja serta mampu dapat menghindarkan dampak adanya Dewan Pengawas Syariah negative peranan bunga, Bank dengan dalam sistem adanya sistem bagi hasil. bagi hasil dinilai struktur Secara sumber efisien. diberikan atau dikeluarkan oleh Bank Kemampuan untuk mengalokasikan Syariah meliputi tiga (3) kerangka sumber daya dan sumber dana secara (‗aqd) pembiayaan besar efisien merupakan modal utama untuk 1. Pembiayaan ber-‗aqd tijarah (Jual- menghadapi persaingan pasar dan beli)Pembiayaan perolehan laba. sebagai pembiayaan yang bersifat secara 48 pembiayaan serta mengalokasikan sumber daya dan dana umum oraganisasi ini yang digolongkan investasi, jenis produk pembiayaan tema pembahasan tesis ini yaitu yang dikeluarkan meliputi : sebagai berikut : a. Al-Ba‘I Bitsaman Ajil (Jual beli 1. Bagaimana dengan cara angsuran); pembiayaan b. Al-Murabahah (Jual beli dengan mudhorobah pada 2. Bagaimana kendala dan solusi atas c. Produk Ijarah (sewa menyewa); ber-‗aqd permasalahan pelaksanaan perjanjian syarikah pembiayaan (kerja sama / kongsi) Digolongkan perjanjian perbankan syariah? cara jatuh tempo); 2. Pembiayaan pelaksanaan dengan prinsip mudhorobah pada bank syariah dalam sebagai pembiayaan kajian UU NO. 21 Tahun 2008 modal kerja, jenis Tentang Perbankan Syariah? yang bersifat produk pembiayaan syarikah meliputi C. Tujuan Penelitian : Bertitik tolak dari permasalahan yang a. Pembiayaan Al-Musyarakah telah dilakukan di atas, maka tujuan (pembagian dengan jumlah modal yang hendak dicapai dalam penelitian sebagian sebagian antara pihak ini adalah : Bank dengan pihak peminjam); b. Pembiayaan 1. Untuk memahami pelaksanaan Al-Mudharabah perjanjian pembiayaan mudhorobah (pembiayaan dengan dana 100% pada Bank Syariah BRI Cabang dari pihak Bank). Semarang. 3. Pembiayaan ber-‗aqd hasan 2. Untuk memahami Kesesuaian Prinsip (kebijakan) Perjanjian-perjanjian di PT. Bank Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik Syariah BRI Cabang Semarang sesuai untuk dengan prinsip Mudhorobah. mengangkat judul ―Analisis Terhadap D. Manfaat Penelitian Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Dari hasil penelitian ini diharapkan Dengan Prinsip Mudharabah Pada dapat memberikan manfaat sebagai Bank Syariah Dalam Kajian UU NO. berikut : 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan 1. Secara Teoritis Syariah‖. a. Dari segi teoritis kegiatan penelitian B. Rumusan Masalah ini diharapkan dapat memberikan Dari latar belakang tersebut maka manfaat berupa sumbangan saran terdapat berapa masalah yang menjadi dalam ilmu teori/gagasan 49 pengetahuan perkembangan berupa ilmu hukum, khususnya hal-hal yang dilakukan dengan cara studi dokumen, berkaitan dengan masalah perjanjian yaitu dengan menghimpun data yang pembiayaan dengan prinsip bagi hasil berasal dari kepustakaan yang berupa tersebut. peraturan Perundang-undangan, buku- b. Di samping itu dari aspek teoritis, buku, internet dan data- data yang penelitian ini juga akan memberikan diperoleh dilapangan yang mempunyai informasi mengenai alternatif konsep hubungan dengan permasalahan yang yang lebih baik dalam perjanjian diteliti dalam tesis ini. pembiayaan dengan prinsip bagi hasil 5. Analisis Data tersebut ―Analisis c. Dapat mendukung penelitian yang mengorganisasikan dan mengurut data aka datang kedalam pola, kategori, dan satuan 2. Secara Praktis a. Diharapkan masukan uraian dapat data adalah dasar, sehingga proses dapat memberikan ditemukan tema dan dapat dirumuskan pemerintah hipotesis kerja seperti yang disarankan kepada khususnya para pengelola bank untuk oleh data‖. lebih diperoleh, selanjutnya data tersebut mengefektifkan pelaksanaan Setelah data primer perjanjian pembiayaan dengan prinsip diidentifikasi dan diklasifikasikan bagi hasil tersebut serta disusun dalam bentuk tabel b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat frekuensi, dianalisis secara kualitatif mengungkap berbagai permasalahan dengan mempelajari seluruh jawaban dan kendala dari yang timbul dalam responden, pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan dengan prinsip bagi hasil tersebut menggunakan metode berfikir secara c. Diharapkan induktif dan deduktif. dapat memberikan data membandingkan sekunder, dengan alternatif bagi penelitian selanjutnya Pada proses induktif, proses berasal dalam dari merumuskan pelaksanaan proposisi pengamatan bagi hasil tersebut. kesimpulan pengetahuan baru) berupa penelitian yang pada asas umum. Sedangkan pada prosedur .4. Teknik Pengumpulan Data penelitian berakhir hasil perjanjian pembiayaan dengan prinsip Mengingat dan (sebagai ini adalah deduktif, bertolak dari satu proposisi bersifat yuridis umum yang kebenarannya telah normatif yang memusatkan perhatian diketahui dan berakhir pada satu pada data primer, pengumpulan data kesimpulan (pengetahuan baru) yang 50 bersifat lebih khusus, sehingga nanti supaya perjanjian yang bersifat diharapkan menjawab timbal balik termasuk didalamnya dengan maka perlu ditambah kata ―saling‖ perjanjian pembiayaan dengan prinsip dalam definisi Pasal 1313 KUH bagi hasil tersebut Perdata. masalah mampu yang berkaitan Pengertian yang lebih lengkap LANDASAN TEORI dikemukakan oleh R. Subekti, yang A. Pengertian Perjanjian Pengertian perjanjian diatur memberikan definisi perjanjian adalah dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang ―suatu peristiwa di mana seseorang menyebutkan berjanji kepada orang lain atau dimana bahwa ―suatu persetujuan adalah perbuatan dengan Berdasarkan mana satu orang atau lebih mengikat diatas dirinya terhadap satu orang atau lebih―. perjanjian Pasal ini tidak memberikan batas yang hukum antara dua orang atau lebih jelas. Hal ini dikarenakan disatu sisi berdasarkan terlalu luas dan disisi lain kurang menimbulkan suatu akibat hukum lengkap. sesuai peraturan atau kaidah yang - - Kata ―perbuatan‖ terlalu beberapa dapat pengertian disimpulkan ialah kata suatu bahwa hubungan sepakat untuk luas mengikat mereka untuk ditaati dan pengertiannya karena dengan kata dijalankan. Kesepakatan antara para itu seakan-akan semua perbuatan pihak tersebut akan menimbulkan termasuk juga didalamnya suatu hak dan kewajiban yang jika perbuatan melawan hukum. dilanggar akan ada akibat hukumnya Padahal perbuatan yang dimaksud atau dapat dikenai sanksi. dalam 1. Asas-Asas Perjanjian definisi tersebut adalah perbuatan hukum. Menurut Sudikno, yang dimaksud Kalimat ―satu orang atau lebih dengan asas hukum adalah : ―Suatu mengikat dirinya terhadap satu pikiran dasar yang bersifat umum orang atau lebih‖, dikatakan kurang yang melatarbelakangi pembentukan lengkap karena dengan kalimat hukum positif. Dengan demikian asas tersebut perjanjian yang termasuk hukum tersebut pada umumnya tidak didalamnyahanyalah perjanjian tertuang di dalam peraturan yang sepihak sehingga perjanjian yang kongkrit akan tetapi hanya merupakan sifatnyatimbal balik tidak termasuk suatu didalamnya. melatarbelakangi Oleh karena itu 51 hal yang menjiwai atau pembentukannya. Hal ini disebabkan sifat dari asas hukum yang tersebut adalah abstrak dan kongkrit. perjanjian yang dibuatnya. Meskipun hukum menentukan adanya kebebasan setiap adalah sebagai 1338 bagi Adapun asas-asas yang terdapat dalam perjanjian Pasal berlaku ayat (1) berikut : orang untuk mengadakan perjanjian a. Asas Kebebasan Berkontrak namun kebebasan tersebut tidaklah Asas kebebasan berkontrak adalah bersifat mutlak. Maksudnya bebas suatu asas yang menentukan bahwa tidak berarti sebebas-bebasnya tetapi setiap orang adalah bebas atau leluasa ada untuk memperjanjikan apa dan kepada dilarang oleh undang-undang serta siapa saja. tidak bertentangan dengan ketertiban Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 umum dan kesusilaan. ayat yang disebutkan dalam Pasal 1339 ayat (1) menyatakan bahwa ―semua perjanjian KUH Perdata yang menyatakan bahwa yang dibuat secara sah berlaku sebagai ―perjanjian-perjanjian undang-undang bagi merekayang mengikat untuk hal-hal yang tegas membuatnya‖. Asas ini dapat dinyatakan didalamnya, tetapi juga disimpulkan dari kata ―semua‖ yang untuk segala sesuatu yang menurut mengandung makna yaitu : sifatnya perjanjian diharuskan oleh (1) 1) Setiap KUH orang mengadakan Perdata orang mengadakan Hal ini tidak hanya kepatutan, kebiasaan dan undang- atau tidak undang.‖ b. Asas Konsensualisme. bebas untuk perjanjian dengan Asas ini mengandung arti bahwa perjanjian terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat antara pihakpihak mengenai pokok perjanjian. menentukan bentuk perjanjian yang Sejak saat itu perjanjian mengikat dan dibuatnya; mempunyai akibat hukum. untuk Asas konsensualisme diatur dalam menentukan isi dan syarat-syarat Pasal 1338 ayat (1) jo Pasal 1320 perjanjian yang dibuatnya; KUH Perdata yang menyatakan bahwa 5) Setiap orang bebas itu untuk 4) Setiap orang tidak untuk siapapun yang dikehendakinya; 3) Setiap yaitu bebas mengadakan perjanjian; 2) Setiap pembatasannya untuk ―semua perjanjian yang dibuat secara ketentuan-ketentuan sah berlaku sebagai undang-undang orang menentukan bebas bebas bagi 52 mereka yang membuatnya‖. ―Kata ....yang dibuat secara sah....‖ ayat (2) KUH Perdata yaitu ―Suatu pada harus perjanjian tidak dapat ditarik kembali dihubungakan dengan ketentuan Pasal selain dengan sepakat kedua belah 1320 KUH Perdata yang mengatur pihak, atau karena alasan-alasan yang tentang oleh undang-undang dinyatakan cukup pasal syarat tersebut sahnya perjanjian. Sepakat adalah syarat sah perjanjian. untuk itu.‖ Dengan demikian dapat disimpulkan Asas pacta sun servanda disebut juga bahwa perjanjian itu lahir apabila sebagai asas kepastian hukum. Dengan sudah tercapai kesepakatan mengenai adanya kepastian hukum maka para hal-hal pokok yang menjadi obyek pihak yang telah menjanjikan sesuatu perjanjian dan tidak perlu adanya akan memperoleh jaminan yaitu apa formalitas tertentu selain yang telah yang telah diperjanjikan itu akan ditentukan undang-undang. dijamin pelaksanaannya. Oleh karena c. Kekuatan Mengikatnya Perjanjian itu dalam asas ini dapat disimpulkan Asas Pacta Sun Servanda. adanya kewajiban bagi pihak ketiga Asas ini berhubungan dengan akibat (hakim) untuk menghormati perjanjian suatu perjanjian dan diatur dalam yang telah dibuat oleh para pihak, Pasal 1338 ayat (1) dan (2) KUH artinya hakim tidak boleh mencampuri Perdata. isi perjanjian tersebut yaitu bahwa Asas tersebut dapat disimpulkan dari kata ―... berlaku pihak sebagai undang-undang bagi mereka diperkenankan yang membuatnya.‖ Dengan adanya menambah, mengurangi atau bahkan asas ini berarti para pihak harus menghapus ketentuan-ketentuan yang mentaati perjanjian yang telah mereka merupakan isi dari perjanjian yang buat seperti halnya mentaati undang- telah disepakati oleh para pihak yang undang, maksudnya yaitu apabila di membuatnya. antara para pihak tersebut melanggar d. Asas Itikad Baik Suatu perjanjian perjanjian yang dibuat, maka akan ada harus dibuat dengan itikad baik oleh sanksi hukumnya para pihak yang membuatnya. Asas melanggar sebagaimana ia undang-undang. ketiga tersebut untuk tidak mengubah, Oleh itikad baik ini dapat dibedakan antara karena itu akibat dari asas ini adalah itikad baik yang subyektif dan itikad perjanjian itu tidak dapat ditarik baik yang obyektif, Itikad baik yang kembali tanpa persetujuan pihak lain. subyektif Hal ini disebutkan dalam Pasal 1338 kejujuran seseorang dalam melakukan 53 dapat diartikan sebagai suatu perbuatan hukum yaitu apa yang pihak terletak pada sikap batin seseorang secara tidak bebas. pada waktu diadakan perbuatan yang memberikan sepakat Selanjutnya untuk syarat hukum. sahnya perjanjian yaitu bahwa suatu Sedangkan itikad baik dalam perjanjian harus mengenai suatu hal pengertian yang obyektif, maksudnya tertentu bahwa pelaksanaan suatu perjanjian perjanjian yaitu obyek perjanjian. itu harus didasarkan pada norma Berdasarkan Pasal 1333 ayat (1) dan kepatutan atau apa-apa yang dirasakan (2) KUH Perdata, disebut bahwa suatu sesuai yang patut dalam masyarakat. perjanjian harus mempunyai sebagai 2. Syarat Sahnya Perjanjian pokok suatu barang yang paling Suatu perjanjian dinyatakan sah dan sedikit mempunyai akibat hukum apabila tidaklah menjadi halangan bahwa perjanjian tersebut memenuhi syarat jumlah barang tidak ditentu, asal saja sahnya perjanjian yang ditetapkan jumlah itu kemudian dapat ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu atau dihitung. Selanjutnya didalam : Pasal 1334 KUH Perdata dinyatakan a. Sepakat bagi mereka yang yang merupakan ditentukan pokok jenisnya, dan pula bahwa barang-barang yang baru mengikat dirinya; akan ada dikemudian hari dapat b. Kecakapan untuk membuat suatu menjadi perjanjian pokok suatu perjanjian ialahbarang-barang/ benda yang sudah c. Suatu hal tertentu; ada maupun barang/ benda yang masih d. Suatu sebab yang halal. akan ada.. Dari keempat syarat sahnya d. Suatu Sebab Yang Halal perjanjian tersebut, syarat pertama dan Suatu sebab atau causa yang halal kedua disebut syarat subyektif karena yang dimaksud Pasal 1320 KUH menyangkut orang-orang atau subyek Perdata bukanlah sebab dalam arti yang mengadakan perjanjian. Syarat yang subyektif ini apabila tidak dipenuhi mendorong orang membuat perjanjian maka melainkan sebab dalam perjanjian dimintakan tersebutdapat menyebabkan perjanjian pembatalannya itu atau sendiri‖ yang arti ―isi yang (vernietgbaar) oleh pihak yang lemah menggambarkan tujuan yang akan yaitu pihak yang tidak cakap atau dicapai 54 oleh pihak-pihak, apakah bertentangan dengan ketertiban umum manusia khususnya di bidang harta dan kesusilaan atau tidak. kekayaan biasanya dapat diwujudkan Akibat hukum perjanjian yang berisi dalam bentuk perjanjian atau akad. causa yang tidak halal ialah ―batal‖. Dalam Al-Qur‘an ada terdapat dua (2) Dengan demikian tidak ada dasar istilah untuk menuntut pemenuhan perjanjian perjanjian, dimuka hakim, karena sejak semula (akad) dan al-‗ahdu (janji). Al-Qur‘an dianggap tidak pernah ada perjanjian. mamakai kalimat pertama dalam arti Demikian juga apabila perjanjian yang perikatan atau perjanjian, sedangkan dibuat itu tanpa causa, maka dianggap kalimat yang kedua dalam Al-Qur‘an tidak pernah ada (Pasal 1335 KUH berarti masa, pesan, penyempurnaan Perdata). dan janji atau perjanjian. 3. Perjanjian Dalam Hukum Islam Dalam Pasal 1 ayat (13) Undang- Islam merupakan agama yang bersifat Undang Nomor 21 Tahun 2008 rahmatan lil alamin artinya agama Tentang Perbankan yang menjadi rahmat bagi seluruh disebutkan bahwa alam. Ajaran Islam telah membuat kesepakatan pengaturan yang komperehensif dan Syariah atau Unit Usaha Syariah dan universal sehingga kehidupan manusia pihak lain yang memuat adanya hal senantiasa saling menjaga hubungan dan kewajiban bagi masing-masing baik antara satu individu dengan pihak sesuai dengan prinsip syariah. individu lainnya dan juga menjaga Dalam pandangan ulama syafi‘iyah, hubungan yang bersifat transendental Hanafiyah spiritual dengan Sang Khaliq yakni merupakan Allah SWT. dikerjakan oleh seseorang berdasarkan Hubungan vertikal kepada Allah SWT keinginannya sendiri, seperti wakaf, bisa terwujud dengan melaksanakan pembebasan, perintah-Nya dan menjauhi segala pembentukannya larangan-larangan-Nya, di sisi lain keinginan dua orang seperti jual beli manusia dan gadai. senantiasa berhubungan yang dengan manusia lainnya dalam bentuk Dari muamalah tersebut baik kekayaan kekeluargaan, di bidang maupun hubungan harta menyangkut yaitu kalimat dan sesuatu atau definisi di antara Hanabilah, segala al-aqdu Syariah Akad tertulis dengan sesuatu adalah Bank akad yang yang membutuhkan Akad atas, sebagaimana penulis hubungan menyimpulkan bahwa perjanjian atau sesama akad adalah perjanjian yang dilakukan 55 oleh dua pihak yang bertujuan untuk yang saling mengikatkan diri satu sama diakadkan. lainnya, dengan diwujudkan dalam terkait dengan yang e. Akad tersebut bermanfaat. ijab dan qabul yang objeknya sesuai Kemudian dengan syariah, dengan pengertian meliputi beberapa unsur yaitu : lain bahwa perjanjian tersebut objek harus ‗aqidain), secara timbal balik dari kedua belah terhadap akad a. Para pihak yang membuat akad (al- berlandaskan keridhoan atau kerelaan pihak rukun b. Pernyataan kehendak para pihak yang (shighatul-‗aqd), diperjanjikan dan tidak bertentangan c. Objek akad (mahallul-‗ aqd), dan dengan d. Tujuan akad (maudhu‘-al‘aqd). prinsip syariah. Dengan demikian akad atau perjanjian akan Di dalam al-Qur‟an menimbulkan kewajiban prestasi pada Maka satu pihak dan hak bagi pihak lain atas kesepakatan dalam sebuah kontrak prestasi tersebutDari definisi di atas dalam setiap perjanjian sebagaimana dapat dalam rukun akad, mesti ada kehendak dipahami bahwa dalam dalam dari perjanjian mengikatkan diri, artinya kebebasan pernyataan dilihat perjanjian dari tersebut untuk pihak yang suatu menentukan sah atau tidaknya suatu dapat pada mewujudkan mengikatkan diri ingin tersebut memakai ijab dan qabul, dan harus ada menjadi sebuah syarat yang membuat pihak-pihak suatu perjanjian menjadi sah atau yang melaksanakan perjanjian, di samping bahwa objek tidak, yang ada dalam perjanjian tersebut prinsipnya harus syariah. mudhārabah tidak ada jaminan artinya Sementara itu Ulama fiqh juga telah bahwa perjanjian ini hanya didasari menetapkan kepada kepercayaan bank terhadap dibenarkan oleh syarat akad sebagai berikut: kemudian perjanjian nasabah/mudharib, a. Mukallaf, artinya pihak yang karena pada pembiayaan maka dengan sendirinya seorang nasabah/mudharib melakukan akad tersebut telah akan cakap bertindak secara hukum. sebagaimana halnya dengan Bank b. Akad tersebut diakui oleh syara‟. Syariah juga harus memperhatikan c. Akad itu tidak dilarang oleh nash. kepentingan dari nasabah/mudharib d. Akad dalam situasi tertentu. yang memenuhi dilakukan syarat-syarat itu khusus 56 melaksanakan kewajibannya Di dalam Peraturan Pemerintah hasan adalah pembiayaan yang kebajikan, yaitu dijelaskan lebih lanjut bahwa ―yang berorentasi dimaksud dengan prinsip bagi hasil Bank yang memberikan pembiayaan dalam peraturan ini adalah prinsip kepada pihak -pihak yang tergolong muamalat berdasarkan syariat dalam dalam delapan asnaf. melakukan kegiatan usaha Bank‖. Keberadaan perbankan Islam di tanah Secara air telah mendapat landasan yang umum pembiayaan yang pada diberikan atau dikeluarkan oleh Bank kokoh setelah adanya paket deregulasi Syariah meliputi tiga (3) kerangka yaitu, berkaitan dengan berlakunya („aqd) pembiayaan besar : Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 a. Pembiayaan ber-‘aqd tijarah (Jual- Tentang Perbankan Syariah, Undang beli). Pembiayaan ini digolongkan Undang No. 7 Tahun 1992 yang sebagai pembiayaan yang bersifat direvisi melalui Undang-Undang No. investasi, jenis produk pembiayaan 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yang dikeluarkan meliputi: yang 1) Al-Ba‘i Bitsaman Ajil (jual beli keberadaaan dan berfungsinya sistem dengan cara angsuran); bagi hasil dalam bank syariah. Dengan 2) Al-Murabahah (jual beli dengan demikian cara jatuh tempo); dengan 3) Produk Ijarah (sewa menyewa); diterapkan dalam perbankan syariah b. Pembiayaan ber-‘aqd syarikah tegas pembiayaan prinsip bagi mudhārabah hasil yang muamalah sebagai pembiayaan HASIL PENELITIAN modal kerja, jenis A. Pelaksanaan produk pembiayaan syarikah meliputi: Pembiayaan 1) Pembiayaan Bank Syariah yang bersifat mengakui merupakan cerminan dari kegiatan (kerja sama/kongsi). Digolongkan dengan al-Musyarakah Perjanjian Mudharabah Pada (pembiayaan dengan jumlah modal Pembiayaan mudhārabah secara tidak sebagian sebagian antara pihak langsung adalah bentuk penolakan Bank dengan pihak peminjam); terhadap 2) Pembiayaan sistem bunga yang al-Mudhārabah diterapkan oleh bank konvensional (pembiayaan dengan dana 100% dalam mencari keuntungan. Karena itu dari pihak Bank). pelarangan bunga ditinjau dari ajaran 3) Pembiayaan (kebajikan) ber-‘aqd hasan Islam merupakan perbuatan riba yang Pembiayaan ber-‘aqd diharamkan dalam Al-Qur‟an, sebab 57 larangan riba meringankan dibantu, tersebut beban bukanlah orang dalam 1. Bahwa Bank berdasarkan bagi hasil yang hal adalah ini Bank umum usaha tindakan prinsip bagi hasil. memperalat Bank perkreditan rakyat yang melakukan nasabah/mudharib tetapi merupakan yang dan dan semata-mata berdasarkan memakan harta orang lain tanpa 2. Prinsip bagi hasil yang dimaksud melalui jerih payah dan berisiko serta adalah kemudahan yang diperoleh orang kaya berdasarkan syariah; di atas merupakan kesedihan orang 3. Bank berdasarkan bagi hasil wajib miskin. memiliki Dewan Pengawas Syariah; Pada konsep pembiayaan mudhārabah 4. Bank umum atau Bank perkreditan dalam dikenal rakyat yang kegiatan usahanya semata dengan istilah Qiradh. Qiradh adalah mata berdasarkan prinsip bagi hasil akad kerja sama antara dua pihak tidak diperkenankan melakukan usaha dimana pemilik dana (shahibul maal) yang tidak berdasarkan prinsip bagi menyediakan modal hasil. Sebaliknya Bank umum atau sedangkan pihak kedua (mudharib) Bank perkreditan rakyat yang kegiatan bertindak dan usahanya tidak berdasarkan kepada keuntungan usaha di bagi di antara prinsip bagi hasil tidak diperkenankan mereka sesuai dengan kesepakatan melakukan yang dituangkan dalam kontrak. berdasarkan prinsip bagi hasil. Kontrak perbankan syariah seluruh selaku tersebut pengelola diatur dalam prinsip bagi hasil kegiatan yang usaha Bank Islam dengan sistem bagi hasil Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 sebagai alternatif Tentang Perbankan Syariah, dalam penerapan menjalankan perannya, Bank Syariah dinilai telah berhasil menghindarkan berlandaskan pada Undang-Undang dampak negatif dari penerapan bunga, No. 7 tahun 19925 tentang Perbankan seperti: dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 1. Pembebanan sistem pengganti bunga pada dari ternyata nasabah tahun 1992 tentang Bank berdasarkan berlebih-lebihan prinsip bagi hasil yang kemudian bunga dijabarkan dalam Surat Edaran Bank interest) bagi nasabah yang tidak Indonesia No. 25/4/BPPP tanggal 29 mampu membayar pada saat jatuh Februari 1993, yang pada pokoknya temponya; menetapkan halhal antara lain: 58 dengan berbunga beban (compound 2. Timbulnya pemerasan (eksploitasi) keuntungan atau kerugian dibagi yang kuat terhadap yang lemah ; bersama. Namun dalam penelitian ini 3. Terjadinya konsentrasi kekuatan penulis tidak akan membahas tentang ekonomi di tangan kelompok elit, pembiayaan para bankir dan pemilik modal; mendalam, sebab pembiayaan yang 4. Kurangnya peluang bagi kekuatan ekonomi lemah musyarakah berhubungan untuk dengan nasabah/mudharib secara seorang hanya dalam pembiayaan mudhārabah saja. mengembangkan potensi usaha. Selain mampu menghindarkan dari Kedua, Al-Murabahah yaitu akad jual dampak negatif penerapan bunga, beli barang dengan menyatakan harga Bank dengan sistem bagi hasil dinilai perolehan dan keuntungan (margin) mengalokasikan sumber daya dan yang disepakati oleh penjual dan sumber pembeli. dana secara efisien. Kemampuan untuk mengalokasikan Dengan demikian sumber daya dan sumber dana secara pembiayaan efesien merupakan modal utama untuk dengan prinsip bagi hasil yang ketiga menghadapi persaingan pasar dan yaitu Al-mudhārabah adalah sistem perolehan laba. pendanaan operasional realitas bisnis, Salah satu aspek bagi hasil adalah dimana baik sebagai pemilik modal aspek yang berkaitan dengan bagi biasanya risiko. kerja dengan menyediakan modal 100 % kelembagaan saat ini, pemilik modal kepada pengusaha sebagai pengelola dapat mendistribusikan risiko melalui disebut pembagian manajemen dan utang melakukan aktivitas produktif dengan dalam syarat Dalam bentuk kerangka bergabung dalam dalam disebut sebagai bahwa bank bentuk shahibul mudharib keuntungan syariah maal untuk yang pemilikan saham. Sementara pemilik dihasilkan akan dibagi di antara tenaga mereka sesuai dengan kesepakatan tidak dapat membagikan tenaganya kepada pemilik modal.. yang disebutkan dalam akad mereka. Pertama, Al-Musyarakah atau dalam Jika kalimat lain dikenal dengan syirkah adanya menurut adalah mudharib bukan karena kelalaian yang (dan/atau disengaja maka akan ditanggung oleh ulama penggabungan Hanafiyah harta keterampilan) untuk dijadikan modal mengalami kerugian pengelolaan usaha investor atau shahibul maal.. usaha dan hasilnya yang berupa 59 setelah oleh usaha dan mengelola dana yang KESIPULAN PENELITIAN A. Kesimpulan diperoleh dari pembiayaan Berdasarkan uraian yang telah mudharabah ini sesuai dengan yang dikemukakan di atas, penulis menarik diinginkannya dan hal tersebut akan kesimpulan sebagai berikut : disebutkan 1. Pelaksanaan pembiayaan dengan akad/ kontrak yang disepakati oleh prinsip bagi hasil yang dilaksanakan kedua belah pihak. Untuk pembiayaan harus mudharabah muthlaqah ini pihak Bank sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian berlaku, yaitu UU No 21 Tahun 2008 Syariah Tentang Perbankan Syariah dan pasal kelompok mudharib, yaitu Mudharib 6 Peraturan Bank Indonesia No: perorangan 7/46/2005 usaha. Dalam penghimpunan dan penyaluran dana Mudharabah Muqayyadah, bagi Bank sebagai wakil Shahibul Maal tentang bank yang akad melaksanakan membaginya atau dan kepada Mudharib dua badan pembiayaan dimana kegiatan usaha bedasarkan prinsip menentukan syari‘ah. merupakan memberikan syarat kepada nasabah perjanjian atas suatu jenis perkongsian selaku Mudharib dalam mengelola di mana pihak pertama (Shahibul dana maal) menyediakan dana dan pihak Mudharabah bidang tertentu, cara, kedua waktu Mudharabah (Nasabah/ Mudharib) pembatasan seperti dan untuk tempat atau melakukan tertentu saja. bertanggung jawab atas pengelolaan Pelaksanaan perjanjian pembiayaan usaha. Dimana landasan perjanjian penyaluran dana berdasarkan prinsip pembiayaan mudharabah berdasarkan bagi hasil pada Bank Syariah Al-Hadist, dilaksanakan dengan prinsip kehati- Dewan Fatwa Syari‘ah Nasional MUI, hatian yang tinggi yang berpedoman Undang-Undang No.21 Tahun 2008 pada prinsip 5 C (character, capacity, tentang capital, kitab suci Al-Qur‘an, Perbankan Syari‘ah dan collateral, conditon of Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 economy) ditambah delapan (8) aspek Tentang Perbankan, Peraturan Bank yaitu : aspek yuridis, manajemen, Indonesia. Pembiayaan teknis, pemasaran, keuangan, sosial mudharabah muthlaqah Bank Syariah ekonomi, agunan serta aspek syariah. memberikan fasilitas dan otoritas serta Pembiayaan Mudharabah dilakukan hak sepenuhnya kepada mudharib atau tanpa nasabah/mudharib untuk melakukan jaminan oleh nasabah, namun dalam Dalam 60 perlu adanya penyerahan prakteknya untuk terjadinya menghindari penyimpangan mudharabah oleh bermasalah dilakukan melalui: 1) Langkah penyelamatan, pengelola usaha/nasabah dan untuk apabila mengurangi resiko, pihak Bank akan harapan kembali kepada Bank, yaitu meminta jaminan dari nasabah bahwa resheduling, ia restructing. Selain itu dapat pula sanggup pembiayan sesuai mengembalikan Mudharabah dengan ada reconditioning dan dilakukan merger, joint venture, atau telah take over (pengambil- alihan) kegiatan yang usaha oleh Bank dengan akusisi atau pelaksanaan tersebut masih tertentu diperjanjikan. 2. Dalam pembiayaaan ada pembiayaan beberapa aliansi ; 2) Langkah penyelesaian, kendala. perselisihan antara nasabah/ Mudharib Adapun yang menjadi kendala yaitu: dengan Dalam pengelolaan usaha kadang ada pembiayaan anggota mampu mengutamakan penyelesaian dengan baik. cara musyawarah, apabila pembiayaan Kondisi ekonomi yang tidak stabil sulit bahkan sudah tidak ada harapan pada saat ini. Tingkat kejujuran kembali kepada Bank, upaya yang nasabah yang masih kurang dalam dapat memberitahukan keuntungan bersih mengajukan dari usaha yang dijalankannya. Masih lembaga rendahnya melalui yang mengelola belum usahanya sumber secara daya manusia Bank Nasional suatu Kurangnya dengan usaha dalam mudharabah lebih ditempuh nasabah. Faktor musiman terhadap jenis Syariah adalah gugatan Peradilan Badan dengan perdata Agama Arbitrase ke atau Syariah (BASYARNAS), sesuai oleh nasabah. dengan pilihan penyelesaian sengketa pemahaman nasabah yang prinsip bagi hasil yang disepakati para pihak, sebagaimana yang disebut dalam akad menjadi kendala utama. Kurangnya pembiayaan mudharabah. keprofesionalisme bank syariah dalam B. Saran melaksanakan dalam 1. Bagi pemerintah, hendaknya membuat jumlah besar. Hal yang tak terduga legal formal ataupun aturan-aturan yang sehingga yang sesuai dengan nilai agama melaksanakan terutama agama Islam dan tidak menimpa nasabah tidak pembiayaan nasabah bisa kewajibannya untuk memberikan bagi meninggalkan hasil dari usahanya karena merugi. beberapa pihak. Hal tersebut akan Penyelesaian menjadi polemik bilamana aturan atas pembiayaan 61 efek negatif bagi tersebut tidak sesuai bahkan akad mudharabah yang sesuai dengan bertentangan dengan nilai agama dan syariat islam. masyarakat. 2. Pihak-pihak yang terkait DAFTAR PUSTAKA Abdullah Saed, Menyoal Bank Sayariah, Kritikan atas Interpretasi Bunga Bank Neo Revivaless, (Jakarta; Paramadina, 2004) dalam masalah perbankan khususnya Bank berdasarkan syariah lebih Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisi Fiqh dan Keuangan,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), mensosialisasikan keberadaan Bank Syariah kepada masyarakat, terutama terhadap persepsi sebagian masyarakat Agustianto, Percikan Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Cipta pustaka Media, 2002), Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Semarang: Penerbit Assyifa‘, 1998). yang pro dan kontra terhadap halal dan haramnya riba atau bunga Bank serta terhadap keunggulan konsep perbankan syariah yang berdasarkan prinsip kemitraan. Peran pihak Bank Syariah Mandiri memberdayakan kecil/golongan Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003), Ascaya Diana Yunita, Bank Syari‟ah: Gambaran Umum (Jakarta: PPSK BI, 2005), Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Sebagai landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato pada Pengukuhan Guru Besar, USU- Medan 17 April 2004, Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, makalah disampaikan pada Dialog Interaktif Tentang Penenlitian Hukum Pada Majalah Akreditasi, Fakultas Humkum USU, tanggal 18 Februari 2003, Depertemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Semarang; Kamudasmoro Grafindo, 1994), Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, dalam pengusaha ekonomi lemah digiatkan terutama dalam penyediaan pembiayaan/modal serta persyaratan jaminan dipermudah, namun tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, guna menghindarkan risiko kerugian bagi pihak Bank. 3. Terhadap persepsi sebagian masyarakat yang pro dan kontra tentang halal dan haramnya bunga bank (riba), kepada pihak-pihak yang terkait dengan lembaga keuangan syariah agar lebih mensosialisasikan keberadaan perbankan syariah serta meningkatkan pelaksanaan prinsipprinsip perjanjian seperti perjanjian 62