Bab 1 - Perpustakaan Universitas Mercu Buana

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia industri manufaktur mendapat tekanan yang semakin tinggi untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Industri manufaktur memegang peranan
yang penting terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Setiap perusahaan,
baik itu berskala kecil maupun besar pasti mempunyai tujuan untuk memperoleh
keuntungan semaksimal mungkin. Perubahan yang positif sangat dituntut sebagai
bagian kontribusi untuk kemajuan perusahaan agar bisa bersaing di pasar global.
Salah satu upaya untuk pencapaian perubahan tersebut adalah dengan menerapkan
Supply Chain Management (SCM) atau manajemen rantai pasokan sehingga proses
produksi dan produktivititas menjadi lancar.
Keberadaan SCM di dalam suatu perusahaan memegang peranan sangat
penting.
Di
era
globalisasi
ini,
sudah
banyak
perusahaan
besar
yang
mengimplementasikan SCM sebagai bagian dari tindakan Improvement perusahaan
mencapai tujuan perusahaan. SCM memiliki tantangan keunikan tersendiri untuk
semua industri. Jika tantangan ini dipahami sejak awal, maka transformasi rantai
pasokan lebih mudah diprediksi, produktif dan terkontrol.
Kontribusi dari SCM secara garis besar melalui pengendalian persediaan,
perencanaan material & produksi dan pengiriman tepat waktu . Perusahaan harus bisa
mempertahankan dan menjaga kelangsungan proses produksi agar tidak mengalami
1
hambatan, karena jika dalam pelaksanaannya proses produksi bermasalah maka
proses pencapaian tujuan perusahaan akan terganggu. Persediaan (inventory) bahan
baku merupakan faktor utama di dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran
proses dan perencanaan produksi. Maka dari itu, pengendalian persediaan (inventory
control) bahan baku secara optimal sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan
perusahaan. Hal tersebut mengambarkan keterkaitan antara satu mata rantai ke mata
rantai yang lain, maka SCM bisa menjadi solusi terbaik sebagai pemecahan masalah
ini.
Dalam penerapan alur SCM sangat dibutuhkan koordinasi data dan informasi
yang baik, dimulai dari pihak supplier / vendor hingga ke sisi end customer. SCM
mengacu pada analisis serta upaya melakukan perbaikan proses produksi perusahaan
melalui desain produk & layanan, pembelian (procurement), distribusi (distribution),
persediaan (inventory) untuk mencapai kepuasan pelanggan. SCM bertanggung jawab
secara kolektif terhadap unsur-unsur yang disebutkan di atas.
Persediaan bahan baku yang ideal sesuai kebutuhan proses produksi sangat
diharapkan oleh perusahaan. Akan tetapi, pelaksanaannya di lapangan begitu dinamis,
dilematis dan rumit. Keterkaitan perencanaan jadwal produksi, pengiriman yang tepat
waktu terhadap persediaan bahan baku dapat mengakibatkan benturan pada
pengendalian persediaan. Ketatnya jadwal perencanaan produksi dan pengiriman
sesuai permintaan pelanggan adalah beberapa contoh pemicu masalah persediaan
bahan baku. Kekurangan bahan baku yang harus diimport dari luar negeri dapat
berakibat terhentinya proses produksi karena habisnya bahan untuk diproses. Akan
2
tetapi jika persediaan bahan baku lebih tinggi dari kebutuhan dapat menjadi beban
biaya perusahaan. Biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan pada bahan baku
yang overstock dinilai dari pandangan keuangan sangat tidak menguntungkan karena
cashflow perusahaan mengendap dan tidak berputar, serta kemungkinan terjadinya
penyusutan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga semuanya ini akan
mengurangi keuntungan perusahaan.
Untuk meminimalisir kesalahan pada pengendalian bahan baku sangat
dibutuhkan metode pengendalian persediaan tertentu untuk mendapatkan tingkat
persediaan yang optimal dan seimbang.
Dari penjelasan di atas peneliti mengamati PT. Schneider Indonesia yang
berlokasi di Kawasan Industri EJIP Plot 4B1-B2 Cikarang Selatan Bekasi, adalah
perusahaan global berpusat di Perancis yang memiliki anak perusahaan di seluruh
negara.
PT. Schneider Indonesia melayani layanan khusus dan ahli di bidang energi
kelistrikan. Bertujuan memecahkan masalah tenaga listrik, fasilitas distribusi
kelistrikan, pengontrol dan sistem otomasi dengan produk dan pelayanan, antara lain
seperti menghasilkan produk pengontrol instalasi listrik, suku cadang, retrofit,
retrofil, renovasi, modifikasi, penyuluhan dan beberapa solusi energi efisiensi melalui
produk-produk andalan medium voltage primary & secondary serta low voltage panel
ataupun power house equipment.
Perusahan ini telah beroperasi sejak tahun 1973 di Indonesia dimulai dengan
nama Merlin Gerin yang berkantor di Jakarta untuk memasarkan produk-produk
3
listrik dengan merek Merlin Gerin. Sekarang PT. Schneider Indonesia telah
berkembang pesat dan telah mengakuisisi beberapa perusahaan sejenis. Saat ini
memiliki lebih dari lima manufacturing plant yang berlokasi di Batam, Cikarang,
Pulo Gadung, Cibitung dan Tanggerang. Serta ratusan pusat distribusi yang tersebar
di seluruh propinsi di Indonesia. Perusahaan tersebut memiliki kontribusi menambah
pendapatan devisa negara dimana pendapatan yang diperoleh tidak hanya ditujukan
untuk permintaan dalam negeri, tetapi juga dipasarkan di luar negeri tujuan ekspor.
Dengan ruang lingkup kegiatan usaha yang tergolong perusahaan global,
maka PT. Schneider Indonesia, Cikarang memiliki strategi respon yang tergolong
unik terhadap permintaan konsumen yang pada umumnya berasal dari perusahaanperusahaan kelas atas, dalam industri energi kelistrikan, pertambangan, minyak & gas
dari seluruh dunia.
Strategi respon terhadap permintaan konsumen pada PT.Schneider Indonesia
adalah perpaduan antara strategi Engineering-to-Order dan ditambahkan strategi
Make-to-Order.
Dalam strategi Engineering-to-Order menjelaskan bahwa perusahaan tidak
memproduksi produk tersebut sebelumnya. Dengan demikian bagi PT.Schneider
Indonesia yang memilih strategi ini maka bisa dikatakan tidak memiliki sistem
inventori yang stabil, karena produk baru akan didesain dan diproduksi setelah ada
permintaan pelanggan. Biasanya pihak pelanggan akan meminta proposal yang
berkaitan dengan biaya dan waktu pembuatan produk dari pihak manufaktur
(producer). Apabila ada pesanan dari pelangan, maka PT.Schneider Indonesia akan
4
mengembangkan desain untuk produk yang diminta, termasuk pertimbangan waktu
dan biaya. Kemudian menerima persetujuan tentang desain tersebut dari pihak
pelanggan, selanjutnya akan memesan material-material yang dibutuhkan untuk
pembuatan produk, melakukan proses produksi atau pembuatan produk, dan
mengirimkan produk ke pelanggan.
Dalam strategi Engineering-to-Order diaplikasikan kepada 80% dari bahan
baku yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah panel, sedangkan sisanya adalah
menggunakan strategi Make-to-Order dimana perusahaan hanya memiliki desain
produk untuk beberapa material standard dalam sistem inventori dari produk-produk
yang telah dibuatkan sebelumnya.
Perusahaan memiliki resiko lebih kecil berkaitan dengan investasi persediaan
untuk strategi Make-to-Order dibandingkan Engineering-to-Order, tapi keduanya
tetap memiliki fokus operasional terhadap pesanan spesifik dari pelanggan dan bukan
pada bahan baku yang umum (common part) seperti layaknya perusahaan mass
production.
Sistem perencanaan dan pengendalian manufakturing yang diimplementasikan
PT.Schneider Indonesia adalah berbasis kepada Manajemen Proyek (Project
Management) yang didesain untuk mengelola proyek-proyek. Sebuah proyek adalah
kumpulan tugas-tugas berskala besar yang unik dan tidak rutin. Proyek dapat
didefinisikan sebagai kumpulan aktivitas yang memiliki waktu awal dan akhir serta
dijalankan untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan, berupa kepuasan pelanggan
dalam hal : Biaya, Kualitas, dan Ketepatan waktu.
5
Berdasarkan pemikiran diatas maka penulis mengangkat tema ”Analisa
Pengendalian Persediaan Bahan Baku MCSet AD1 12.kV dengan menggunakan
metode Forecast dan Material Requirement Planning di PT. Schneider Indonesia”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas perumusan masalah yang
diambil dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana pola data historis permintaan periode 2011 dan metode peramalan
apa saja yang sesuai, serta bagaimana pengaplikasian metode-metode peramalan
tersebut terhadap data historis permintaan?
2.
Bagaimana hasil analisa perbandingan metode peramalan moving average,
eksponential smoothing dan regresi linear?
3.
Bagaimana nilai komponen biaya bahan baku pada Bill of Material ?
4.
Bagaimana analisa perhitungan Master Production Schedule dan Material
Requirement Planning dengan menggunakan metode Lot For Lot, Period Order
Quantity dan Fixed Period Requirement ?
5.
Bagaimana hasil analisa perbandingan perhitungan Material Requirement
Planning menggunakan metode metode Lot For Lot, Period Order Quantity dan
Fixed Period Requirement dan metode apakah yang paling baik dari ketiga
metode tersebut ?
6
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari perluasan masalah yang tidak perlu, dan akibat
keterbatasan sumber data dan waktu, maka penulis memberikan batasan terhadap
permasalahan yang dibahas dalam skripsi yaitu mengenai Analisa Pengendalian
Persediaan Bahan Baku bagian dari produk MCSet AD1 12.5kV, yaitu BBV15582
Internal Arc MV Door MCSet AD1 pada PT. Schneider Indonesia dengan memakai
metode Forecast dan MRP. MCset AD1 merupakan produk dengan permintaan
terbanyak dari MCset. Sedangkan BBV15582 Internal Arc MV Door MCSet AD1
merupakan child pada Bill of Material (BOM) AD1. Material ini dipilih karena
mewakili bagian-bagian dari MCset AD1, menghindarkan perhitungan yang terlalu
banyak. Sebagai catatan, bila komponen AD1 di-breakdown, maka total material bisa
mencapai 800-an bagian raw material.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1
Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi pola tren data historis permintaan 2011 untuk mentukan model
peramalan serta menghitung permintaan mendatang dengan menggunakan metode
moving average, eksponential smoothing dan regresi linear.
2. Melakukan
analisa
perbandingan
metode
eksponential smoothing dan regresi linear.
7
peramalan
moving
average,
3. Mendeskripsikan detail komponen biaya bahan baku pada Bill of Materials.
4. Menlakukan analisa perhitungan Master Production Schedule dan Material
Requirement Planning dengan menggunakan metode Lot For Lot, Period Order
Quantity dan Fixed Period Requirement.
5. Melakukan analisa perbandingan perhitungan Material Requirement Planning
menggunakan metode metode Lot For Lot, Period Order Quantity dan Fixed
Period Requirement dan menentukan metode apakah yang paling baik dari ketiga
metode tersebut.
1.4.2
Manfaat Penelitian
1. Perusahaan
Memberikan masukan pada perusahaan untuk solusi optimal dalam
pengendalian persediaan dalam ruang lingkup supply chain untuk menekan biaya
persediaan bahan baku.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam penentuan pengadaan bahan baku dengan pertimbangan metode-metode yang
disarankan agar produktivitas lebih efektif dan efisien.
2. Penulis
a. Sebagai objek dalam penyusunan penelitian guna prasyarat memperoleh gelar
sarjana ekonomi pada Universitas Mercubuana.
b. Sebagai media untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh di bangku
perkuliahan terhadap kondisi aktual di lapangan.
8
Download