bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Timah merupakan salah satu mineral ekonomis yang sangat penting dan
potensial di dunia karena mempunyai manfaat yang sangat melimpah. Timah
banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya.
Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan
letakan. Bijih timah primer dihasilkan dari mineralisasi pada intrusi magmatik asam
seperti pada batuan granit dan pegmatit. Sedangkan bijih timah letakan, terbentuk
akibat adanya proses pelapukan, erosi dan transportasi yang terjadi pada bijih timah
primer. Bijih timah sekunder tersebut dapat dalam bentuk endapan koluvial,
sedimen sungai, sedimen pantai serta kipas alluvial.
Indonesia mempunyai proses tektonik dan magmatik yang dapat
menghasilkan batuan granitik yang cukup melimpah di antaranya di Pulau Bangka
Belitung dan Pulau Kalimantan. Selain itu, Indonesia juga dilewati oleh Sabuk
Timah Asia Tenggara di mana Pulau Bangka dan Belitung merupakan akhir dari
jalur tersebut (Cobbing dkk, 1992 dalam Setijadji, 2014). Sabuk ini merupakan area
pemroduksi timah terpenting dan terkaya di dunia (Schwartz dkk, 1995). Sabuk
Timah Asia Tenggara telah berkontribusi 50% dari produksi timah dunia (Pollard
dkk, 1995 dalam Setijadji, 2014). Menurut Shwartz dkk, (1995), produksi timah di
1
2
dunia, sekitar 54% berasal dari negara-negara yang dilewati sabuk tersebut seperti
Malaysia, Indonesia, Thailand dan Myanmar sejak 1800. Sabuk ini terletak di blok
Sibumasu dan blok East Malaya serta terrane lainnya seperti SW Borneo,
Indochina dan South China (Schwartz dkk, 1995). Indonesia terletak di kedua blok
yaitu blok Sibumasu dan blok East Malaya serta terrane SW Borneo seperti pada
Gambar 1.1. sehingga Indonesia sangat berpotensi untuk menghasilkan endapan
timah primer. Letak Indonesia yang dilewati oleh jalur khatulistiwa juga membuat
Indonesia mempunyai iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi, membuat
proses pelapukan terjadi sangat intensif sehingga dapat menghasilkan endapanendapan timah sekunder dalam jumlah yang melimpah.
Gambar 1.1. Tektonostratigrafi terrane Asia Tenggara (setelah Metcalfe, 1988 dalam
Schwartz, 1995) di mana Indonesia terletak pada blok Sibumasu dan East
Malaya serta terrane SW Borneo
3
Pertambangan timah yang ada di Indonesia kebanyakan merupakan endapan
timah sekunder seperti pada Bangka Belitung. Dari produksi timah tersebut,
Indonesia menjadi negara penghasil timah nomor dua di dunia setelah Cina
(Setijadji, 2014). Adanya indikasi terdapatnya kasiterit yaitu mineral pembawa
timah di Ketapang, Kalimantan Barat memberikan harapan bagi Indonesia untuk
menambah prospeksi timah bagi Indonesia.
Sehingga, penelitian ini perlu dilakukan untuk meneliti lebih lanjut mengenai
karakteristik mineralisasi serta genesa dari endapan timah primer yang ada di
Ketapang, Kalimantan Barat. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan untuk menentukan target eksplorasi selanjutnya sehingga dapat menambah
prospeksi timah di Indonesia pada umumnya dan Kalimantan pada khususnya.
Gambar 1.2. Lokasi Sabuk Timah Asia Tenggara di Indonesia (Setijadji dkk, 2014)
4
I.2
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1.
Karakteristik endapan timah di Ketapang, Kalimantan Barat.
2.
Genesa terbentuknya endapan timah di Ketapang, Kalimantan Barat.
I.3
Batasan Masalah
Pada penelitian ini, pembahasan dibatasi oleh beberapa hal, di antaranya
adalah:
1.
Karakteristik endapan timah difokuskan pada jenis batuan pembawa timah,
jenis alterasi serta asosiasi mineral berat yang ada.
2.
Genesa endapan timah difokuskan pada genesa yang dipengaruhi oleh larutan
magma atau merupakan genesa timah primer.
3.
Batuan segar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah batuan yang tidak
mengalami pelapukan baik batuan yang belum teralterasi dan batuan yang
sudah teralterasi.
4.
Analisis mineralogi pada penelitian ini untuk batuan segar menggunakan
petrografi sedangkan untuk batuan terlapukkan dan endapan letakan
menggunakan XRD. Untuk analisis geokimia menggunakan XRF dan pada
batuan terlapukan dan endapan letakan terdapat analisis mineral bijih
menggunakan polish section.
5
I.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui karakteristik endapan timah berupa jenis batuan pembawa,
jenis alterasi dan asosiasi mineral yang ada di daerah penelitian.
2.
I.5
Untuk mengetahui genesa dari endapan timah di daerah penelitian.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.
Manfaat akademis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai endapan timah yang
ada di Indonesia khususnya di daerah penelitian.
2.
Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi endapan timah
primer di daerah penelitian meliputi lokasi keterdapatan serta karakteristiknya
sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui target dalam eksplorasi yang
nantinya dapat digunakan untuk menambah prospek bahan tambang di daerah
Kalimantan Barat khususnya pada daerah Ketapang.
6
I.6
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di kabupaten Ketapang, provinsi Kalimantan Barat
dengan koordinat 110ᵒ20′0″E - 110ᵒ55′0″E dan 1ᵒ65′0″S - 2ᵒ15′0″S.
Gambar 1.3. Lokasi penelitian (peta geologi diambil dari Rustandi dkk, 1993 dan Sudana dkk, 1994)
I.7
Peneliti Terdahulu
Penelitian di daerah Ketapang, Kalimantan Barat dan sekitarnya telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya sebagai berikut:
1. Setijadji, dkk, (2014) menyebutkan bahwa di daerah Ketapang, Kalimantan
Barat terdapat indikasi adanya kasiterit pada kontak antara granit berukuran
kristal sedang dengan batuan metasedimen yang mengalami greisenisasi dan
juga terdapat urat kuarsa.
7
2. Rustandi, dkk (1993) melakukan pemetaan geologi dan membuat Peta Lembar
Ketapang dengan skala 1:250.000 sebagai data sekunder untuk daerah
penelitian.
3. Sudana, dkk (1994) melakukan pemetaan geologi dan membuat Peta Lembar
Kendawangan dengan skala 1:250.000 sebagai data sekunder untuk daerah
penelitian.
4. Hartono (1983) berpendapat bahwa batuan yang ada di Kalimantan sudah
terbentuk sebelum Trias Akhir tetapi belum terlalu jelas untuk sejarah
tektoniknya. Peristiwa tektonik penting yang terjadi saat Trias Akhir adalah
ketika Kalimantan sudah mulai stabil akibat proses kolisi.
5. Amiruddin (2009), berpendapat bahwa di Kalimantan terdapat dua Jalur Sabuk
Granit Orogen Kapur, yaitu Jalur Kordileria dan Jalur Kaledonia. Jalur
Kordileria terdiri dari batolit granit berukuran besar dan dikenal dengan Batolit
Schwaner, Ketapang dan Singkawang. Jalur Kaledonia terdiri dari tubuh
pluton kecil dan terisolasi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu:
1. Pada penelitian ini, dilakukan penelitian menggunakan analisis petrografi yang
dilakukan pada batuan-batuan yang masih segar, batuan yang sudah teralterasi,
urat kuarsa serta pada endapan letakan yang digumakan untuk mengetahui
tekstur, komposisi mineral, tipe alterasi dan jenis batuan.
8
2. Penelitian ini juga melakukan analisis XRD yang dilakukan pada batuan yang
telah teralterasi dan urat kuarsa untuk mengetahui jenis mineral alterasi dan
mineral-mineral hasil lapukan seperti mineral lempung.
3. Mineralisasi bijih diketahui dengan melakukan analisis mikroskopi bijih dengan
membuat sayatan poles pada beberapa sampel terutama pada sampel yang
berada di daerah mineralisasi seperti sampel batuan teralterasi, sampel urat
kuarsa yang kemudian dibuat paragenesis mineral bijih sehingga diketahui uruturutan dari pembentukan mineral bijih tersebut.
4. Asosiasi mineral diketahui dengan melakukan analisis pada endapan letakan
menggunakan analisis mikroskopi bijih.
Download