Mahjulan Muhtar: Mengatasi Ledakan Epidemi Hawar Daun Kentang

advertisement
Mahjulan Muhtar: Mengatasi Ledakan Epidemi
Hawar Daun Kentang
Dikirim oleh prasetya1 pada 27 Desember 2006 | Komentar : 1 | Dilihat : 3038
Serangan penyakit hawar daun, terutama pada musim penghujan, berakibat rendahnya kualitas atau bahkan
kegagalan panen kentang. Selama ini petani setempat cenderung menggunakan cara sederhana, yaitu menggunakan
bibit yang berasal dari umbi sisihan hasil panen, yang tidak dapat dijamin mutu, keseragaman dan kesehatannya.
Kurang diperhatikannya aspek sanitasi pada lahan tumbuh, merupakan salah satu sebab tanaman kentang terserang
penyakit yang menimbulkan bintik hitam pada daun.
Sementara itu introduksi cara budidaya tanaman kentang dengan menggunakan faktor produksi bibit bermutu
bersertifikat, sanitasi lahan yang optimal dan pengolahan tanah yang memperhatikan kegemburan dan kebersihan
lahan, adalah langkah strategis untuk memperbaiki sistem pengelolaan penyakit yang mengurangi tingkat epidemi
dan tidak menimbulkan kehilangan hasil yang besar.
Berdasarkan kenyataan tersebut, untuk penyusunan disertasinya Mahjulan Muhtar SP MP melakukan kajian
tentang daya dukung faktor budidaya (kultur teknis dan masukan sarana produksi) pada budidaya cara petani dan
cara introduksi terhadap dinamika model epidemi penyakit hawar daun tanaman kentang dan kehilangan hasil
panen.
Penelitian Mahjulan dilakukan pada 2003 hingga 2006 di Desa Ranupani (Lumajang), Desa Sumberbrantas (Batu)
serta Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Rangkaian penelitian
Mahjulan meliputi: survei epidemi penyakit hawar daun, penelitian hubungan intensitas serang terhadp kuantitas
umbi kentang, penelitian epidemi penyakit hawar daun dan kehilangan hasil, penelitian epidemi penyakit hawar
daun tanpa pengendalian, penelitian tempat bertahap patogen P infestans pada lahan, penelitian pembentukan dan
pelepasan zoospora pada sporangium, dan penelitian lama bertahan patogen P infestans salam tanah.
Hasil penelitian menunjukkan, gejala penyakit hawar daun menimpa tanaman yang berkembang dari umbi sisa
panen, dan sebagian kecil pada daun bagian bawah tanman liar dengan intensitas yang rendah. Serangan penyakit
ini ditemukan pada tangkai daun sebanyak 30 persen pada pucuk dan 60 persen pada batang. Morfologi gejala
penyakit yaitu daun berwarna kehitaman seperti tersiram air panas. Terdapat juga perilaku serangan patogen mulai
dari pangkal batang dan menjalar ke batang atas dan daun.
Disimpulkan, model epidemi penyakit hawar daun pada budidaya cara petani setempat dan cara introduksi
berbentuk sigmoid dengan bentuk slop yang berbeda. Laju infeksi harian pada budidaya cara petani setempat 4 kali
lipat lebih cepat dibandingkan dengan cara introduksi. Ambang ekonomi budidaya cara petani setempat dengan
biaya produksi Rp 20,6 juta per hektar dicapai pada intensitas serangan sekitar 20%, dan cara introduksi dengan
biaya produksi Rp 39,5 juta per hektar dicapai pada intensitas serangan sekitar 16%. Produksi hasil panen budidaya
cara petani setempat sebesar 18,7 ton per hektar dan cara introduksi 40,7 ton per hektar dengan rasio B/C (
benefit/cost) masing-masing 0,26 dan 1,04. Didapatkan pula, produksi hasil panen cara introduksi 54,05% lebih
tinggi daripada cara petani setempat, dan 14% dibandingkan dengan hasil penelitian nasional. Selain itu, periode
pemberoan 4 minggu secara nyata menurunkan persentase epidemi penyakit hawar daun dan sangat nyata pada
periode pemberoan 10 minggu atau semakin lama lahan diberokan dari pertanaman kentang (inang) semakin
rendah terjadinya epidemi penyakit hawar daun.
Sebagai usaha mengurangi ledakan epidemi penyakit hawar daun, Mahjulan menyarankan untuk melakukan
sanitasi terhadap sumber inokulum, dengan membuang atau memendam sisa tanaman yang sakit hingga kedalaman
45 cm, menanam bibit bermutu yang telah disertifikasi, serta upaya pemberoan lahan dari pertanaman kentang
pada rentang waktu 10-14 minggu atau merotasi lahan dengan tanaman lain.
Dalam yudisium, Mahjulan dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan (IPK 3,89) sehingga berhak
menyandang gelar doktor dalam bidang ilmu pertanian dengan minat Hama dan Penyakit Tumbuhan. [nik]
Download