8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pengertian Pemasaran Carl McDaniel Jr dan Roger Gates (2002) mengemukakan bahwa “pemasaran merupakan proses merencanakan dan melaksanakan konsep, memberi harga, melakukan promosi, dan mendistribusikan ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi tujuan individu dan organisasi”. Menurutnya, potensi pertukaran terjadi bila paling sedikit ada dua pihak dan masing-masing memiliki sesuatu yang bernilai potensial bagi pihak lainnya. Jika kedua pihak dapat berkomunikasi dan menyampaikan produk dan jasa yang diinginkan, pertukaran dapat terjadi. Menurut Buchori Alma (2005), asal kata pemasaran adalah “pasar = (market), yang dipasarkan adalah barang dan jasa. Memasarkan barang tidak berarti hanya menawarkan barang atau menjual tetapi di dalamnya mencakup berbagai kegiatan seperti membeli, menjual, dengan segala macam cara, mengangkut barang, menyimpan, mensortir, dan sebagainya”. Pengertian pemasaran (marketing) menurut beberapa para ahli dalam bukunya memiliki arti sebagai berikut: 1. Malcolm H.B. McDonal & Warren J. Keegan (2002), dalam bukunya “(Marketing Plans That Work)” mendefinisikan pemasaran adalah “pencocokan antara kemampuan dan keinginan untuk mencapai tujuan timbal balik yang saling menguntungkan”. 2. Warren J. Keegan (2008), dalam bukunya “Manajemen Pemasaran Global” mendefinisikan pemasaran adalah proses mengkonsentrasikan berbagai sumber daya dan sasaran dari sebuah organisasi terhadap kesempatan dan kebutuhan lingkungan. Pemasaran adalah kumpulan konsep, sarana, teori, kebiasaan dan prosedur, serta pengalaman. 3. Basu Swastha dan Irawan (2003), dalam bukunya “Manajemen Pemasaran Modern” mendefinisikan pemasaran sebagai “suatu sistem dari kegiatankegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, 9 menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada kelompok pembeli”. 4. Philip Kotler (2005), dalam bukunya Manajemen Pemasaran, edisi kesebelas, jilid satu, mendefinisikan pemasaran adalah “fungsi bisnis yang mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengukur seberapa besarnya, menentukan pasar-pasar target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut”. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran adalah ujung tombak dari serangkaian kegiatan usaha yang baik bergerak dalam bidang jasa ataupun barang. Dikatakan sebagai ujung tombak karena pemasaran adalah barometer atau standarisasi dari keberhasilan suatu usaha dalam meraih pangsa pasar yang seluas-luasnya. Adapun pengertian dari manajemen pemasaran Philip Kotler (2005) mendefinisikan sebagai berikut: “Kegiatan menganalisa, merencanakan, mengimplementasikan, dan mengawasi segala kegiatan (programs), guna memperoleh tingkat pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasi.” Dari definisi manajemen pemasaran di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Definisi diatas menekankan adanya efektivitas dan efisiensi. Efektivitas artinya memaksimalkan hasil yang hendak dicapai yang telah ditetapkan lebih dulu, sedangkan efisiensi adalah meminimalkan pengeluaran atau biaya lebih dulu yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut. 2. Manajemen pemasaran ini merupakan suatu proses. Penekanan pada efisiensi dan efektivitas erat hubungannya dengan pengertian produktivitas. Ada pendapat yang menyatakan bahwa produktivitas adalah merupakan kombinasi antara efektifitas dan efisiensi. Jika orang ingin menentukan produktivitas, maka ia harus mengatahui hasil yang dicapai (ini masalah efektivitas), dan 10 sumber-sumber apa yang telah digunakan (ini masalah penggunaan sumbersumber seefisien mungkin/berdaya guna) dan mendapatkan hasil yang maksimal (berhasil guna), inilah efisiensi dan efektifitas. Untuk memahami manajemen pemasaran sebagai suatu proses, maka di bawah ini akan digambarkan pendekatan sistem yang akan membantu kita memahami hal tersebut: Input Proses Output Tujuan/ Objek Feedback Gambar 2.1: Manajemen Pemasaran Sebagai Proses (Buchori Alma, 2005 : 131) Penjelasannya adalah sebagai berikut: untuk keberhasilan kegiatan manajemen pemasaran pada sebuah perusahaan, maka diperlukan masukan (input). Masukan ini, misalnya, berasal dari informasi kegiatan yang sedang berjalan dilapangan. Misalnya barang-barang merk X kurang laku, ternyata harganya lebih tinggi dari saingan. Ini adalah merupakan masukan informasi yang harus diproses. Setelah diadakan analisis, dari berbagai sumber informasi lainnya, akhirnya muncullah (output), yaitu yang berupa suatu keputusan atau kebijaksanaan yang harus ditempuh guna mencapai tujuan perusahaan. Setelah keputusan diambil dan dilaksanakan, ditunggu bagaimana hasil pelaksanaannya. Inilah yang disebut (feedback) yang sangat berguna bagi manajemen untuk memperbaiki kebijaksanaan lebih lanjut. 11 2.2. Pelayanan terhadap pelanggan (Customer Service) (Customer service) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan layanan pelanggan, berasal dari 2 kata yaitu (customer) artinya orang atau organisasi yang sesungguhnya membuat keputusan pembelian meskipun mungkin bukan pemakai atau yang mengkonsumsi langsung produk atau jasa itu, dan service artinya jasa atau pelayanan. (customer service) dapat menunjukkan divisi/bagian atau jabatan seseorang dalam suatu organisasi perusahaan. Arti dari (customer service) adalah jasa atau pelayanan yang diberikan kepada orang atau organisasi. Pengertian pelayanan terhadap pelanggan (customer service) secara umum diberikan oleh William H. Davidow dan Bro Uttal (2002) adalah sebagai berikut: ”(Customer service means all features, act, and information that augment the customer’s ability to realize the potential value of core product or service).” Artinya pelayanan terhadap pelanggan merupakan segala bentuk, kegiatan, informasi yang menambah kemampuan pelanggan untuk menyadari pentingnya nilai dari suatu produk atau jasa inti. Adapun tugas dari seorang (customer service) antara lain : • Mewakili perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada nasabah untuk tercapainya kepuasan nasabah. • Menampilkan dan memelihara citra baik perusahaan di mata nasabah melalui pelayanan yang bermutu. • Memberikan layanan informasi yang dibutuhkan nasabah, baik yang berupa pelayanan maupun fasilitas yang disediakan perusahaan . • Menerima keluhan-keluhan nasabah mengenai pelayanan dan fasilitas perusahaan. 12 • Menanggapi keluhan-keluhan nasabah sebagai bentuk pelayanan untuk tercapainya kepuasan nasabah. • Meneruskan keluhan-keluhan nasabah kepada bagian lain yang berkepentingan dalam perusahaan. Seorang (customer service) yang berhubungan langsung dengan publik harus selalu bersikap ramah, sopan, selalu bersedia mendengarkan apa yang dikatakan dan ditanyakan publik kepadanya, sabar dalam melayani mereka dan jangan menangguhkan suatu pelayanan yang dapat dilakukan dengan segera. Dengan demikian fungsi dari seorang (customer service) adalah menjadi penghubung antara perusahaan dengan publik eksternalnya melalui jasa pelayanan dan informasi yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Beberapa kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan yaitu: penjualan produk, pelayanan informasi, menangani keluhan pelanggan dan lainnya yang dilakukan oleh (customer service). Seorang (customer service) seyogyanya memiliki pengetahuan mengenai perusahaan pelayanan dan fasilitas yang disediakan yang luas dan mampu bekerjasama dengan semua orang diperusahaannya guna mengarahkan segenap pekerjaan mereka untuk kepentingan pelanggan. Artinya seorang (customer service) merupakan jembatan penghubung antara perusahaan dengan pelanggan. (customer service) harus dapat memahami keinginan pelanggan, kemudian meneruskannya kepada pihak-pihak di dalam perusahaan untuk ditindaklanjuti. (Customer service) dalam melaksanakan tugasnya menjalin (menciptakan) dan membina hubungan dengan para pelanggan serta melakukan kegiatan dalam 13 suasana formal dan informal. Pelanggan merupakan kunci keberhasilan dalam usaha perusahaan. Kegiatan pelayanan pelanggan (customer care) kepada pelanggan mempengaruhi hubungan dengan pelanggan bahwa pelanggan akan mendapat nilai maksimal dari pembelinya. Sangat menyedihkan apabila seorang pelanggan yang telah mengeluarkan banyak uang karena membeli sebuah produk, hanya dapat memanfaatkan sedikit fasilitas atau potensi produk tersebut. Defenisi pelayanan pelanggan diungkapkan Valarie A.Z, dan Mary Joe (2003) adalah ”terjadinya penyerahan, proses dan adanya performan atau kualitas yang dapat dirasakan oleh pengguna. layanan bersifat intangible”. Selanjutnya dilihat dari keuntungan pelayanan dan dukungan kepada pelanggan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Peranan dapat memperoleh kepercayaan pelanggan melalui pelayanan dan dukungan kepada pelanggan, mutu produk dapat pelanggan lihat dan pahami dengan benar. b. Pelanggan dapat memperoleh nilai maksimum dari produk. Pelayanan pelanggan dan dukungan kepada pelanggan yang baik dapat menyakinkan pelanggan bahwa nilai maksimum dari pembelian produk juga mereka peroleh. Pelanggan dapat memanfaatkan fasilitas atau potensi produk tersebut sesuai dengan kapabilitas yang telah diperkirakan oleh perusahaan kepada produk itu. c. Pelayanan dapat memberi untung / laba bagi perusahaan. Pelayanan dan dukungan kepada pelanggan yang baik dalam beberapa kasus memberikan keuntungan kepada perusahaan jumlah pendapatan dari bidang 14 pelayanan pelanggan mungkin beberapa kali lipat dari harga jual dasar sehingga memberi keuntungan yang lebih besar. d. Perusahaan lebih memahami kebutuhan pelanggan. Ada juga keuntungan yang bisa memaksimalkan perusahaan jika melakukan pelayanan pelanggan karena perusahaan lebih memahami kebutuhan pelanggan. Kerjasama antara perusahaan dengan pelanggan memungkinkan adanya masukan, kritik, dan ide yang dapat diolah dan dikembangkan oleh perusahaan demi pemenuhan kebutuhan pelanggan. Setiap organisasi jasa harus menentukan berapa luasnya pelayanan yang akan dikelola dalam kegiatan bisnisnya. Untuk merancang pelayanan, sebaiknya organisasi jasa mempertimbangkan bentuk pelayanan yang disediakan, fasilitas yang diberikan, sampai bentuk pelayanan purna jual yang masih diberikannya. Tingkat pelayanan yang diberikan organisasi untuk para pelanggan harus dilakukan dengan menyeimbangkan kemampuan perusahaan untuk menawarkan pelayanan yang diinginkan pelanggan dengan kebutuhan untuk beroperasi secara ekonomis. Pelayanan terhadap pelanggan mempunyai peranan yang dominan dalam kegiatan usaha suatu perusahaan. Apabila pelayanan terhadap pelanggan tidak dapat dilaksanakan dengan baik, akan mengakibatkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan berkurang dan pelanggan akan berusaha mencari perusahaan lain yang dapat memberikan pelayanan yang lebih memuaskan. Hal ini dapat menjadikan penyebab turunnya penjualan perusahaan. Oleh karena itu pelayanan 15 terhadap pelanggan perlu dilaksanakan dengan baik, sehingga sasaran perusahaan dapat tercapai. Manfaat pelayanan terhadap pelanggan menurut Tschohl (2003) dalam bukunya ” Unggul Bersaing Melalui Layanan Pelanggan = (Achieving Excellence Through Customer Service)” adalah: a. Meningkatkan kesetiaan konsumen (customer loyalty) dan meningkatkan pasar dan penjualan b. Meningkatkan penjualan dan keuntungan c. Meningkatkan pemesanan kembali (reordering) d. Meningkatkan jumlah pelanggan e. Menghemat anggaran pemasaran dalam promosi, khususnya periklanan f. Mengurangi keluhan, sehingga dapat mempertahankan pelanggan g. Reputasi perusahaan positif h. Differensiasi i. Meningkatkan moril dan produktivitas karyawan j. Meningkatkan hubungan karyawan k. Mengurangi keluhan , ketidak hadiran , dan keterlambatan l. Mengurangi perputaran kerja (turnover). 2.3. Kualitas Pelayanan Pelanggan (Customer Service Quality) Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990) dinyatakan bahwa arti kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu/ kadar atau derajat/ taraf kepandaian, kecakapan, mutu dan berkemampuan. Penulis mengambil makna dari pengertian kualitas disini adalah identik dengan seorang yang mempunyai suatu kemampuan. Kemampuan berasal dari kata mampu yang hubungannya dengan tugas atau pekerjaan, berarti dapat (kata sifat dan keadaan) melakukan tugas atau pekerjaan, sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan yang diharapkan. Kata jadian kemampuan ini juga merupakan kata sifat atau keadaan seorang yang dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan atas dasar ketentuan-ketentuan yang ada. Kemampuan (ability) adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan yang dimaksud disini adalah 16 yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan (mahir, mampu, dapat mengerjakan). Karena tanpa bekal ini mustahil seorang pegawai dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh dar pendidikan, pelatihan atau pengalaman kerja serta disiplin. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang karyawan yang mempunyai suatu kemampuan dalam melakukan pekerjaan dengan baik, mempunyai tanggung jawab moral yang tinggi, disiplin serta berpengetahuan atau berwawasan pikiran yang luas dapat dikategorikan sebagai orang berkualitas. Seorang yang berkualitas adalah kepemilikan suatu kemampuan seseorang berdasarkan ilmu pengetahuan, pendidikan formal, tingkat disiplin dan tanggung jawab moral kepada yang telah memberi kepercayaan untuk menjalankan tugas dan pekerjaannya. Philip Kotler (2005) memaparkan pengertian tentang jasa adalah ”setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi mungkin berkaitan atau mungkin tidak berkaitan dengan produk phisik”. Setiap bisnis jasa dapat dianggap sebagai suatu sistem yang terjadi dari pengoperasian jasa, dimana inputnya yang diproses, unsur-unsur produk jasa diciptakan dan jasa diserahkan, dan rangkaian akhir unsur itu terjadi dan hasil produk dapat diserahkan kepada pelanggan. Beberapa penulis menggunakan istilah (front office) dan (back office) untuk bagian-bagian operasional yang kelihatan dan tidak kelihatan dalam memberikan pelayanan jasa pada pelanggannya. 17 Masih dalam bukunya Philip Kotler (2005) dinyatakan bahwa ”suatu perusahaan jasa menghadapi 3 tugas yaitu: (1) Meningkatkan perbedaan (competitive), (2) Mengelola kualitas jasa, dan (3) Mengelola produktivitas.” Berkaitan dengan mengelola kualitas jasa, dinyatakan bahwa sebaiknya menyediakan jasa dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah dengan memenuhi atau melebihi kualitas jasa yang diharapkan oleh pelanggan sasaran. Konsep pelayanan disini diartikan sebagai setiap aktivitas yang menyertai penjualan sebuah barang atau jasa dimana kegiatan ini ditujukan untuk memberikan kemudahan kepada customer. Kegiatan ini juga disebabkan oleh adanya (customer service). Selanjutnya mengenai proses menyakinkan kualitas jasa yang diberikan secara konsisten dan kemudahan mendapatkan pelayanan yang ditawarkan perusahaan akan menjadi brain image bagi pelanggannya. Tanpa proses manajemen yang logis, penyamaan permintaan pelayanan dengan pemberian pelayanan adalah sangat sulit untuk menciptaan image yang baik tentang perusahaan. Menurut Kotler (2005) bahwa terdapat kontribusi kualitas jasa yang dapat dirincikan sebagai berikut : 1. Keandalan (reliability) : kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikandengan tepat dan terpercaya. 2. Ketanggapan (responsiveness) : kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan. 3. Keyakinan (confidence) : pengetahuan dan kesopanan pegawai serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan (assurance). 4. Empati (emphaty) : syarat untuk peduli, memberikan perhatian pribadi bagi yang membutuhkan (pelanggan). 5. Berwujud (tangible) : penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan komunikasi. 18 Adapun komponen pelayanan sebagai konsep produk tidak nyata yang dirasakan seseorang merupakan semua produk yang hanya dapat dirasakan dan dialami sebagai pengalaman. Faktor produk tidak nyata adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan dan citra suatu produk yang dihasilkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mengenai kualitas pelayanan pelanggan pada nasabah. Dalam mengelola kegiatan pelayanan kepada nasabah, akan melibatkan berbagai cara untuk menjalankan kegiatan tersebut. Artinya bahwa ada upaya untuk memahami pekerjaan yang dilakukan karyawan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan diberikan dalam pelayanan yang berkualitas. Peningkatan mutu service melalui pengembangan kepribadian, akan mengangkat nilai dan menjadi kebanggan karyawan Bank tersebut. Perspektif (customer) digunakan untuk mengukur sejauh mana manajemen dan seluruh jajaran organisasi mempunyai komitmen terhadap pelanggan dan mengoperasionalkan komitmen tersebut untuk mewujudkan (customer satisfaction) dalam rangka menciptakan loyalitas nasabah Bank. Kepuasan pelanggan memang tidak mudah didefinisikan, namun dari berbagai pendapat para pakar pemasaran dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kepuasan pelanggan tercermin dari respon pelanggan terhadap kinerja barang atau jasa yang dikonsumsikannya. Tingkat loyalitas pelanggan sangat ditentukan oleh sejuhmana bank tersebut mampu memberikan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan nasabah. 19 Dalam industri jasa perbankan, proses penilaian terhadap kualitas pelayanan tersebut dilakukan melalui pengukuran atas pelayanan yang diberikan oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan yang merupakan proses layanan dan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan. Dalam dunia bisnis yang bergerak di bidang jasa, kepuasan nasabah sebagai faktor penentu dalam menumbuh-kembangkan bisnis perbankan. Nasabah yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan berkemungkinan besar akan menjadi nasabah yang setia, bahkan dapat dijadikan media promosi secara gratis. Sebaliknya nasabah yang merasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan bisa jadi akan mudah pindah ke layanan Bank yang lain. Terkait dengan pelayanan adalah masalah kepuasan pelanggan. Kepuasan merupakan suatu tingkat perasaan pelanggan yang diperoleh pelanggan setelah menikmati sesuatu yang dirasakan. Apabila dijabarkan, kepuasan pelanggan merupakan perbedaan antara apa yang diharapkan pelanggan (nilai harapan) dengan realisasi yang diberikan perusahaan dalam usaha memenuhi harapan pelanggan (nilai persepsi). Nilai harapan dapat dibentuk melalui pengalaman masa lalu, saran relasi, informasi dari perusahaan atau pesaing perusahaan sejenis. Sedangkan nilai persepsi adalah kemampuan perusahaan dalam melayani pelanggan dalam upaya memuaskan pelanggan. Artinya setiap perusahaan memiliki perangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi konsumennya. Pada poin inilah nasabah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dijadikan landasan bagi pengolahan tersebut. 20 Pelayanan pelanggan dan kepuasan merupakan salah satu upaya dari untuk meningkatkan dimensi dari jasa layanan sesudah penjualan (after sales service). Tujuan utama sevice setelah penjualan inipun pada awalnya adalah sebagai keharusan dalam mendukung produk tertentu. Produk tersebut yang biasanya memerlukan perawatan berkala. Namun kini setelah melihat manfaat penyediaan service setelah penjualan, maka konsep melayani pelanggan menjadi semakin populer dan mengintegrasikan dalam produk secara menyeluruh. Seperti yang telah disinggung diatas bahwa bagian yang paling nyata dari perkembangan pelayanan pelanggan ini lebih ke wilayah service atau layanan. Karena krakteristik (intangible) dari (service) bahwa aspek pelayanan pelanggan akan meningkatkan dampak dari (service) itu sendiri. Sebagian besar perkembangan aktivitas pelayanan pelanggan selalu dihubungkan dengan perbaikan kualitas. Menifestasi dari situasi ini sering diwujudkan melalui program-program promosi untuk menumbuhkan loyalitas pelanggan. Hubungan baik tercapai bila nasabah memiliki kepercayaan terhadap Bank tersebut. Dalam kepercayaan pelanggan akan timbul bila pihak Bank memahami keinginan dan kebutuhan nasabah. Dengan adanya kepercayaan tersebut, akan terbangun loyalitas nasabah terhadap Bank tersebut. Tingkat loyalitas pelanggan dapat diketahui berdasarkan individu sebagai berikut: • Keinginan untuk membeli kembali produk yang sama atau produk tambahan yang sudah meningkat (retention) • Kesediaan untuk memberitahukan kepada orang lain bahwa mereka adalah pelanggan tetap suatu produk (referral). 21 • Komitmen terhadap penyedia produk atau jasa, pemakaian suatu produk, pelanggan suda resis terhadap kompetitor lain (resistance). Faktor-faktor yang menguntungkan perusahaan dari barisan pelanggan lama yang loyal adalah sebagai berikut: • Pelanggan lama membelanjakan lebih banyak. Semakin lama pelanggan menjalin relasi dengan perusahaan, mereka cendarung membelanjakan lebih banyak uangnya. • Pelanggan lama menjadi nyaman ketika pelanggan yang memiliki loyalitas sejati ditanya mengapa mereka kembali dan kembali lagi pada sebuah perusahaan bertahun-tahun, mereka sering berkata bahwa mereka merasa nyaman berurusan dengan perusahaan tersebut • Pelanggan lama menyebar berita positif. Pelanggan loyal jangka panjang adalah sumber iklan gratis. Mereka menjadi duta pada perusahaan tersebut untuk merekomendasikan perusahaan kepada teman, keluarga dan banyak pihak lain. • Pelanggan lama lebih mudah dilayani. Biaya untuk menarik pelanggan baru sungguh mahal selain itu juga diperlukan waktu untuk mengenal pelanggan baru tersebut. Sebaliknya pelanggan yang loyal sudah tercantum dalam data base sehingga lebih mudah dilayani. 2.4. Keputusan Pembelian/Penggunaan Produk/Jasa Barang-barang yang ada di pasar memang dibuat semenarik mungkin oleh para produsen untuk menarik minat konsumen yang banyak dipengaruhi oleh 22 panca indera mereka. Dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian, apa yang mereka lihat, rasakan, cium, dengar dan lainnya merupakan stimulus yang dapat mempengaruhinya. Sebelum melangkah lebih lanjut mengenai keputusan pembelian maka perlu dimengerti terlebih dahulu mengenai perilaku konsumen. Pengertian perilaku konsumen menurut Sciffman & Kanuk (2007), adalah ”perilaku yang digambarkan oleh konsumen pada saat mencari, membeli, mengkonsumsi, mengevaluasi serta membuang produk tersebut”. Definisi tersebut mempunyai pengertian bahwa perilaku konsumen dalam memuaskan keinginan dan kebutuhannya dapat dicerminkan melalui usaha konsumen dari pengambilan keputusan dalam membeli sampai dengan pembelian barang dan jasa tersebut. Dari definisi di atas ada dua elemen penting dari arti perilaku konsumen yaitu: a. Proses pengambilan keputusan b. Kegiatan fisik yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa ekonomi. Konsumen mempunyai kebiasaan-kebiasaan tertentu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya sebelum membeli sebuah produk baik itu berupa barang ataupun jasa. Banyak sekali pertimbangan yang mereka lakukan karena adanya pengaruhpengaruh baik secara pribadi, psikologis atau kejiwaan. Faktor-faktor kejiwaan tersebut diantaranya adalah: 23 a. Kebutuhan dan Keinginan Konsep dasar yang menjadi landasan pemasaran adalah kebutuhan. Manusia dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan (needs). Kotler dan Armstrong (2004) mengatakan bahwa “kebutuhan (needs) adalah (a state of felt deprivation)”. Kebutuhan adalah suatu pernyataan dari rasa kehilangan. Manusia mempunyai banyak kebutuhan terkait dengan pengaruh biologis dan kondisi manusia itu sendiri, antara lain kebutuhan dasar akan makanan, minuman, pakaian, kehangatan; kebutuhan keamanan; kebutuhan sosial; akan rasa memiliki dan kasih sayang; kebutuhan individual akan Kebutuhan memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Variasi cara memenuhi kebutuhan menyebabkan varisasi keinginan (wants). Menurut Kotler dan Armstrong (2004) “keinginan (wants) adalah (the form taken by human need as shaped by cultural and invidual personality)”. Dari definisi ini terlihat bahwa keinginan adalah manifestasi dari kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individu. b. Persepsi Konsumen dalam melakukan keputusan pembelian juga tidak meninggalkan sangkaan/ persepsi mereka terhadap produk yang akan mereka beli. Persepsi dapat timbul karena adanya informasi yang masuk ke dalam diri konsumen melalui penglihatan, perasaan, pendengaran, penciuman, dan sentuhan. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sektar dan keadaan individu yang bersangkutan. 24 Menurut Schiffman & Kanuk (2007), “Persepsi adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang dalam memilih, mengatur dan mengartikan stimulus-stimulus menjadi gambaran terhadap dunia ini yang berarti dan koheren”. Persepsi adalah cara kita menerjemahkan dunia di sekitar kita sehingga dunia ini memiliki arti untuk kita. Persepsi membuat kita mendapat gambaran tentang dunia ini. Persepsi setiap orang terhadap dunia ini belum tentu sama. Persepsi setiap orang bisa berbeda. Persepsi bukanlah kenyataan yang obyektif. Sehingga, untuk marketer, persepsi konsumen jauh lebih penting daripada pengetahuan konsumen terhadap kenyataan yang obyektif c. Sikap dan Keyakinan Sikap yang ada pada seseorang tersebut akan banyak mempengaruhi keyakinan dan begitu sebaliknya. Sikap dan keyakinan ini dapat diubah dengan adanya sebuah komunikasi dengan konsumen sehingga mereka akan memperoleh informasi yang kemungkinan akan dapat mengubah sikap dan keyakinannya. d. Kepribadian Kepribadian seseorang dapat berubah tidak hanya karena adanya suatu kejadian yang keras yang menimpa dirinya, akan tetapi bisa dikarenakan adanya sebuah proses kematangan. Kepribadian konsumen banyak ditentukan oleh faktor dari dalam (emosi, cara berpikir, persepsi) maupun dari luar dirinya (lingkungan fisik, keluarga, sekolah, lingkungan alam).kepribadian konsumen akan sangat mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan dalam membeli sesuatu. 25 e. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil yang diperoleh dari sebuah proses belajar. Pembeli yang berpengalaman memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi, mereka juga mempunyai pengetahuan yang lebih banyak tentang produk atau jasa yang bersangkutan dan mengetahui ciri-ciri produk apa yang merupakan petunjuk yang andal bagi mutu produk tersebut. Akan tetapi pembeli tersebut telah memperoleh informasi dari orang lain yang berpengalaman terhadap produk-produk yang sejenis sehingga ia merasa mempunyai cukup pengetahuan untuk membuat sebuah keputusan pembelian. Perilaku konsumen mengutamakan kegiatan proses pengambilan keputusan dimana menjadi dasar yang nyata dalam membuat suatu keputusan pembelian. Namun demikian karena pemasaran berhubungan dengan kepuasan konsumen, hal ini penting untuk masa depan mengenai kepuasan yang dihasilkan dari barang dan jasa. Langkah berikutnya urutan tahap pembeli dalam membuat pilihan tentang produk dan jasa untuk dibeli disebut proses pengambilan keputusan pembelian. Proses ini terdiri dari lima tahapan yang urutannya sebagai berikut : Problem Recogniton Information Search Evaluation of Alternatives Purchase Decision Post Purchase Behaviour Gambar 2.2 : Lima Tahap Proses Keputusan Pembelian Produk/Penggunaan Jasa (Kotler, 2005:204) 26 Hal tersebut di atas dapat dijabarkan untuk lebih jelasnya sebagai berikut: 1. Mengenali Masalah (Problem Recognition) Langkah awal pada proses pengambilan keputusan pembelian adalah mengamati perbedaan aantara orang satu dengan yang lain yang juga mempunyai urusan yang berbeda serta situasi pada saat itu dimana perbedaan menjadi cukup untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses pengambilan keputusan. 2. Pencarian Information (Information Search) Pertama kali yang dilakukan konsumen pada tahap ini adalah mengingat kembali pengalaman atau pengetahuan mengenai jalan keluar untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini sumber informasi dibagi menjadi dua yaitu: a. Sumber informasi dari dalam (internal) yaitu mendasarkan pada pengalaman dan ingatan akan pengetahuan mengenai sebuah produk. b. Sedangkan yang ke dua yaitu sumber dari luar (external) dimana sumber informasi dapat diperoleh dari : 1. Orang lain seperti teman dekat, relasi dan sebagainya meskipun terkadang informasi yang didapat terkadang tidak akurat. 2. Sumber umum dari organisasi pelayanan konsumen, laporan konsumen pada media massa dan sebagainya. 3. Informasi dari pemasar sebagai misal dari penjual produk, salesman, laporan tingkat penjualan pada sebuah toko, dan informasi produk dari kemasan atau bungkusnya. 27 Seorang calon pembeli yang berpengalaman bisa mendapatkan informasi dari membaca, memahami dan menggabungkan informasi dari berbagai sumber. Berbeda dengan calon pembeli memiliki kemampuan terbatas tidak mampu melakukan hal tersebut akan bergantung dari informasi yang diperoleh dari iklan atau penjual. 3. Evaluasi Alternatif (Alternative Evaluation) Evaluasi ini mempunyai dua komponen (Kotler dan Armstrong, 2004) yaitu : a. (Perception Formation) bentuk persepsi konsumen harus yakin mengenai keistimewaan dari produk alternatif yang akan menjadi pertimbangan b. (Preference Formation) hal-hal yang disukai konsumen harus melihat produk berdasarkan persepsi mereka serta tujuan dan harapan terhadap produk tersebut misalnya merek, model dan lain sebagainya. Dengan mengikuti informasi yang diperolehnya Faktor Psikologi seperti motivasi, pembelajaran dan tujuan sama dengan faktor sosiologi seperti pendapat pendapat kelompok dan keluarga juga mempunyai pengaruh pada keputusan pembelian. Pada tahap ini konsumen akan membuat daftar urutan hal-hal yang disukai pada produk alternatif dan seringnya membeli produk yang ia anggap bagus. 4. Perilaku Setelah Pembelian (Post Purchase Evaluation) Setelah membeli produk, konsumen akan merasakan pengalaman pada beberapa tingkatan kepuasan dan ketidakpuasan pada sebuah produk tersebut. Hubungan antara perasaan setelah melakukan pembelian pada proses pengambilan keputusan konsumen. Ada dua hal yang mempengaruhi sebuah keputusan pembelian selanjutnya yaitu : a. Kepuasan pada suatu produk akan mempengaruhi pilihan konsumen dan kemudian akan melakukan pembelian di lain kesempatan 28 b. Konsumen lebih suka berkomunikasi dengan perasaan mereka mengenai sebuah produk daripada dengan konsumen potensial lain yang juga mencari informasi. Kedua hal di atas lebih mempunyai pengaruh pada frekuensi pembelian barang dimana pengalaman pribadi merupakan hal penting untuk menjadi dasar melakukan pembelian berikutnya. Pada pembelian berikutnya konsumen akan mulai memperhitungkan umur dari produk/jasa yang akan mereka konsumsi/gunakan. 2.5. Kerangka Pemikiran Produk BNI Taplus saat ini telah dilengkapi dengan layanan E- Banking untuk mempermudah nasabah yang akan menggunakan jasa perbankan secara personal tanpa harus mendatangi kantor – kantor cabang PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.. Layanan E – Banking pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dibagi menjadi lima yaitu : 1) BNI ATM, 2) BNI SMS Banking., 3) BNI Internet Banking, 4)BNI Phoneplus, dan 5)BNI Mobile. BNI SMS Banking merupakan fasilitas layanan perbankan melalui SMS ke nomor 3346 bagi Nasabah BNI yang memudahkan nasabah untuk melakukan cek saldo, isi ulang pulsa, transfer sampai bayar tagihan Kartu Kredit BNI semudah mengirim SMS. (Customer service) merupakan pelayanan terhadap pelanggan merupakan segala bentuk, kegiatan, informasi yang menambah kemampuan pelanggan untuk menyadari pentingnya nilai dari suatu produk yang di jual tersebut. 29 Analisa yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel layanan customer service terhadap keputusan penggunaan BNI SMS Banking. Untuk mengukur pengaruh kedua variabel tersebut menggunakan analisa regresi, uji F, uji validitas dan uji reliabilitas. Dalam penghitungannya penulis menggunakan program bantu SPSS versi 15. Berikut Desain kerangka pikir yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: Skema Kerangka Pikir Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PROGRAM MARKETING Uji validitas Uji reliabilitas Analisa Regresi, Uji F Hasil Penelitian Gambar 2.3: Kerangka Pikir Penelitian Feed Back Keputusan Penggunaan SMS Banking (Y) Customer Service