1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian

advertisement
1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian atau riset berarti “to search for, to find” . Secara umum penelitian
berarti mencari informasi tentang sesuatu (looking for information about something).
Bisa juga diartikan sebagai sebuah usaha untuk menemukan sesuatu (Rachmat
Kriyantono, 2010, p. 1)
Sedangkan menurut Suwardi Endraswara, penelitian adalah langkah untuk
menjelaskan fenomena-fenomena yang menggunakan kelengkapan dan langkahlangkah strategis(Endaswara, 2006, p. 2)
Dalam penelitian ini, menggunakan metode penelitian kualitatif karena
penelitian ini dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran dan pemahaman
mengenai bagaimana strategi pencitraan program BPJS TK melaluiFacebook
Fanpage. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau
sampling. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan
fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Dalam penelitian
ini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukan
banyaknya (kuantitas) data (Rachmat Kriyantono, 2010, pp. 56-57)
Menurut Bogdan dalam buku Pawito yang berjudul Penelitian Komunikasi
Kualitatif, metodelogi penelitian kualintatif pada dasarnya adalah,
Research procedures which produce descriptive data: people’s own written
or spoken words and observable behavior
prosedur-prosedur penelitian yang digunakan untuk menghasilkan data deskriptif:
yang ditulis atau yang diucapkan orang dan perilaku yang dapat diamati (Pawito,
2008, p. 84)
2
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Menurut
Rachmat Kriyantono dalam bukunya yang berjudul Teknik Praktis Riset Komunikasi
(Rachmat Kriyantono, 2010, p. 69) penelitian deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Peneliti sudah mempunyai konsep dan
kerangka
konseptual.
Melalui
kerangka
konseptual,
peneliti
melakukan
operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variable beserta indikatornya.
Peneliti ini untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan
antarvariabel.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus
adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin
data). Yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara
komperehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi, atau
peristiwa secara sistematis (Rachmat Kriyantono, 2010, p. 65)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data. Ada beberapa metode atau teknik pengumpulan
data yang biasanya dilakukan oleh peneliti. Metode pengumpulan data ini sangat
ditentukan oleh metodologi riset, apakah kuantitatif atau kualitatif. Dalam penelitian
kualitatif metode pengumpulan data berupa observasi (field observation), focus
group discussion, wawancara mendalam atau depth interview dan studi kasus
(Wimmer, 2000: 110; Sendjaya, 1997: 32) (Rachmat Kriyantono, 2010, p. 95).
Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam sebuah penelitian adalah
bagaimana kita memperoleh data. Penggunaan teknik pengumpulan data yang tepat
akan mendukung tercapainya tujuan penelitian tersebut dilakukan. Dalam penelitian
ini bertujuan untuk mencari sumber data primer dan data sekunder.
3
3.4.1 Jenis Data
Jenis Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
3.4.1.1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab
masalah risetnya secara khusus (Istijanto, Aplikasi Praktis Riset Pemasaran, 2005).
Data primer dapat diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan
maupun kelompok.
3.4.1.1.1 Wawancara
Menurut Berger (2000:111) dalam buku Rachmat Kriyantono yang berjudul
Teknik Praktis Riset Komunikasi (Rachmat Kriyantono, 2010, p. 100), Wawancara
adalah percakapan antara peneliti (sesorang yang berharap mendapatkan informasi)
dan informan (seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang
suatu objek).
Wawancara ini merupakan salah satu metode pengumpulan data pada riset
kualitatif. Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untu
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Pada buku yang sama, Rachmat
Kriyantono membagi wawancara ke dalam dua kelompok.
1. Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai wawancara
mendalam (depth interview) atau wawancara secara intensif (intensiveinterview) dan kebanyakan tak berstruktur. Tujuannya untuk mendapatkan
data kualitatif yang mendalam.
2. Wawancara dalam riset kuantitatif, biasanya bersifat terstruktur (dilengkapi
dengan daftar pertanyaan terstruktur) dan sebagai penambah data yang
diperoleh dari kuesioner. Terkadang alternatif jawaban sudah disiapkan oleh
peneliti. Masri Singarimbun (1995: 9) menyebutkan sebagai upaya
memadukan riset semi-kualitatif-kuantitatif.
4
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara
semistruktur. Peneliti biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi
memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait
dengan permasalahan. Wawancara ini dikenal pula dengan nama wawancara terarah
atau wawancara bebas terpimpin. Artinya, wawancara dilakukan secara bebas, tapi
terarah dengan tetap berada pada jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan
dan disiapkan terlebih dahulu.
Disini pedoman permasalahan yang akan ditanyakan merupakan landasan
atau pijakan dalam melakukan wawancara. Kemudian peneliti dimungkinkan untuk
mengembangkan pertanyaan sesuai dengan
situasi dan kondisi, sehingga
dimungkinkan mendapatkan data yang lebih lengkap. Contoh metode pengumpulan
data yang menggunakan wawancara semistruktur ini adalah focus group discussion.
Focus group discussion adalah bentuk diskusi bebas yang dilakukan sekelompok
orang, diatur oleh moderator, didesain untuk mengumpulkan informasi tentang topik
tertentu. Moderator ini dilengkapi dengan instrumen wawancara semistruktur.
3.4.1.1.2 Observasi
Observasi adalah seluruh kegiatan pengamatan terhadap suatu obyek atau
orang lain. Seperti, ciri-ciri, motivasi, perasaan-perasaan,dan iktikad orang lain
(Rangkuti F. , 2007, p. 42)
Menurut Rachmat Kriyantono (Rachmat Kriyantono, 2010, p. 110), observasi
adalah kegiatan yang setiap saat kita lakukan. Dengan perlengkapan pancainderanya
yang kita miliki, kita sering mengamati objek-objek disekitar kita. Kegiatan
observasi ini merupakan salah satu kegiatan yang kita lakukan untuk memahami
lingkungan, selain membaca koran, mendengarkan radio dan televisi atau berbicara
dengan orang lain. Bedanya kegiatan membaca, mendengarkan, dan berbincangbincang adalah kegiatan yang memerlukan mediator tertentu, misalnya koran, radio
atau orang lain. Observasi disini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara
langsung tanpa mediator suatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang
dilakukan objek tersebut.
5
Namun, tidak semua observasi bisa disebut sebagai suatu metode dalam riset.
Karena metode pengumpulan data melalui observasi memerlukan syarat-syarat
tertentu agar bermanfaat bagi kegiatan riset. Suatu kegiatan observasi baru bisa
dimasukan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian bila memenuhi syarat
sebagai berikut (Nazir, 1985: 234) :
1. Observasi digunakan dalam riset dan telah direncanakan secara sistematik.
2. Observasi harus berkaitan dengan tujuan riset yang telah ditetapkan.
3. Observasi yang dilakukan harus dicatat secara sistematis dan dihubungkan
dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya
menarik perhatian.
4. Observasi dapat dicheck dan dikontrol mengenai validitas dan reliabilitasnya.
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada riset
kualitatif. Yang observasi adalah interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi
diantara subjek yang diriset. Sehingga keunggulan metode ini adalah yang
dikumpulkan dalam dua bentuk:
a. Interaksi
b. Percakapan (conversation)
Artinya, selain perilaku nonverbal juga mencakup perilaku verbal dari orangorang yang diamati. Ini mencakup antara lain apa saja yang dilakukan, perbincangan
apa saja yang dilakukan termasuk bahasa-bahasa gaul serta benda-benda apa yang
mereka buat dan gunakan dalam interaksi sehari-hari.
Metode observasi partisipan lebih memungkinkan peneliti mengamati
kehidupan individu atau kelompok dalam situasi riil, dimana terdapat setting yang
riil tanpa dikontrol atau diatur secara sistematis seperti riset experimental, misalnya.
Seperti namanya, metode ini memungkinkan peneliti terjun langsung dan menjadi
bagian dari yang diteliti bahkan hidup bersama-sama ditengah individu atau
kelompok yang diobservasi dalam jangka waktu yang cukup lama. Peneliti
memungkinkan untuk memahami apa yang terjadi, memahami pola-pola dan
interaksi. Disini pada dasarnya, peneliti mempunyai dua peran yaitu sebagai
6
partisipan dan sebagai periset (observer). Selain itu, peneliti dituntut untuk tidak
teridentifikasi oleh orang lain. Jika tidak, maka data yang diperoleh bisa tidak valid
atau kehilangan objektifitasnya. Karena itu observasi partisipan ini disebut juga
sebagai observasi tak mengganggu (unobstrusive) atau tersembunyi (concealed).
Misalnya pada riset pola kehidupan pekerja seks komersial (PSK). Untuk
mendapatkan data yang mendalam, si peneliti bisa berperan sebagai pelanggan atau
bekerja sebagai bartender di tempat prostitusi. Bahkan bila perlu si peneliti bisa
berperan sebagai PSK itu sendiri. Disini peneliti bisa mengamati pola kehidupan
PSK. Data yang dikumpulkan berupa pola interaksi dan percakapan (conversation)
juga simbol-simbol lain yang mereka gunakan baik antara PSK dengan PSK lainnya,
dengan pelanggan, dengan germonya, atau dengan lingkungannya.
Seperti dikemukakan ada dua jenis observasi partisipan:
a. Partisipan sebagai peneliti.
Artinya, peneliti (observer) adalah orang dalam atau insider dari kelompok
yang diamati yang melakukan pengamatan terhadap kelompok itu. Ini dapat
disebut pula sebagai “membership”. Contoh, seorang PR ingin meneliti
bagaimana pola hubungan kerja yang terjadi dikantornya, PR tersebut
meneliti objek dimana dia bekerja didalamnya.
b. Observer sebagai partisipan
Peneliti (observer) adalah orang luar yang netral (outsider) yang mempunyai
kesempatan untuk bergabung dalam kelompok berpatisipasi dalam kegiatan
dan pola kehidupan kelompok tersebut sambil melakukan pengamatan.
Contoh, seorang mahasiswa ingin meneliti interaksi buruh dalam kegiatan
demonstrasi, maka dia ikut serta berbaur dengan para buruh sewaktu
demonstrasi berlangsung.
Menurut Rachmat Kriyantono (Rachmat Kriyantono, 2010, p. 118), ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan peneliti saat melakukan observasi, yaitu:
a. Setting atau konteks berlakunya observasi. Setting ini sangat menentukan
bagaimana orang berperilaku. Orang yang akan berperilaku berbeda
tergantung setting-nya. Misalnya di bar sulit sekali kita menemukan orang
7
yang khusyuk berdoa. Perilaku kelompok dalam proses pengambilan
keputusan akan berbeda bila dilakukan di ruang tertutup dan ber-AC dengan
diruang tertutup tanpa AC.
b. Subjek riset. Ini menyangkut siapa yang diobservasi, berapa banyak yang
diobservasi, dan data lain menyangkut sosiodemografis, ekonomi dan
lainnya.
c. Periset harus memahami perilaku kelompok dan individu yang diobservasi.
d. Frekuensi dan durasi dari perilaku. Periset dituntut untuk memilah-milah
mana perilaku yang dilakukan dengan frekuensi tinggi sehingga menjadi
kebiasaan, dan mana perilaku yang terjadi begitu saja.
e. Periset dituntut untuk merekam dan mencatat apa yang dilihatnya.
Dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipan dimana observer
sebagai partisipan.
3.4.1.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan pihak lain, bukan oleh
peneliti sendiri. Artinya, peneliti hanya menjadi “tangan kedua” yang sekedar
mencatat, mengakses, atau meminta data tersebut ke pihak lain yang berwenang
(Istijanto, Riset: Sumber Daya Manusia, 2010). Dalam teknik pengumpulan data ini
menggunakan data internal perusahaan yaitu data internal BPJS Ketenagakerjaan dan
juga studi kepustakaan yang diperoleh melalui buku-buku dan internet.
3.5 Teknik Analisa Data
Dalam teknik pengolahan data, penelitian menggunakan teknik coding dari
Christine Daymon dan Immy Hollowa (Christine Daymon, 2008), yang terdiri dari
tiga tahapan coding, yaitu :
8
3.5.1 Open Coding
Koding terbuka adalah proses rekapitulasi dan konseptualisasi data. Tahapan
ini dimulai ketika memperoleh data dan mengujinya. Masing-masing gagasan dalam
data diberi label. Gagasan yang sama diberi label yang sama. Singkatnya,open
coding adalah memilah-milah data.
3.5.2 Axial Coding
Axial Coding adalah pengumpulan kembali data yang telah di pecah-pecah
melalui proses open coding. Dengan meninjau kembali kategori-kategoriawal dalam
bentuk baru untuk membangun kategori utama yang kemudian diberi label.
Singkatnya, axial coding adalah memunculkan kembali data dalam bentuk baru.
3.5.3 Selective Coding
Koding selektif yaitu mengkodekan fenomena utama, kategori inti. Dalam
grounded theory, kategori utama menghubungkan yang lain-laindan disebut kategori
inti (core cathegory). Singkatnya, selective coding adalah pemilihan kategori inti dan
menghubungkannya dengan kategori lain.
3.6 Teknik Keabsahan Data
Menurut Rachmat Kriyantono (Rachmat Kriyantono, 2010, pp. 71-73) ,
terdapat beberapa jenis teknik keabsahan data, yaitu:
a. Kompetensi Subjek Riset
Artinya subjek riset harus kredibel, caranya dengan menguji jawabanjawaban pertanyaan berkait dengan pengalama subjek.
b. Trustworthiess
9
Yaitu menguji kebenaran dan kejujuran subjek dalam mengungkap realitas
menurut apa yang dialami. Thustworthiess ini mencakup dua hal:
1.
Authenticity, yaitu memperluas konstruksi personal yang diungkapkan.
Peneliti memberi kesempatan dan memfaisilitasi pengungkapan
konstruksi personal yang lebih detail
2.
Analisis Triangulasi, yaitu menganalisis jawaban subyek dengan
meneliti kebenarannya dengan data empiris yang tersedia. Menurut
Dwidjowinoto (2002:9) ada beberapa macam triangulasi, yaitu:
a) Triangulasi Sumber
Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu
informasi dari sumber yang berbeda.
b) Triangulasi Waktu
Berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia
karena manusia dapat berubah setiap waktu.
c) Triangulasi Peneliti
Menggunakan lebih dari satu peneliti dalam mengadakan observasi
atau wawancara.
d) Triangulasi Metode
Usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan
penelitian.
c. Intersubjective Agreement
Semua pandangan, pendapat atau data dari suatu subjek di dialogkan dengan
pendapat, pandangan, atau data dari subjek lainnya.
10
d. Conscientization
Adalah
kegiatan
berteori,
ukurannya:
dapat
melakukan
blocking
interpretation. Mempunyai basis teoritis yang mendalam dan kritik harus tajam.
Dalam penelitian ini, teknik keabsahan data yang digunakan adalah
triangulasi sumber yaitu membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda (Rachmat Kriyantono,
2010, pp. 71-73). Peneliti memilih triangulasi karena peneliti menganalisis jawaban
subjek dengan meneliti kebenerannya dengan data empiris yang tersedia. Dan bukan
hanya sekedar memberi kesempatan dan memfasilitasi subjek untuk bercerita
panjang lebar tentang yang dialaminya seperti teknik keabsahan authenticity.
3.7 Teknik Pemilihan Narasumber
Menurut Dr. Said Kelana Asnawi dalam bukunya yang berjudul Riset
Keuangan: Pengujian-pengujian Empiris (Dr. Said Kelana Asnawi, 2005, p. 254),
dikatakan bahwa teknik pemilihan narasumber purposive sampling adalah
pengambilan data disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya. Teknik ini digunakan karena peneliti memilih langsung siapa
narasumber yang berhubungan langsung dengan penelitian.
Download