6 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pasar Modal II.1.1 Pengertian Pasar

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pasar Modal
II.1.1 Pengertian Pasar Modal
Mengacu pada pendapat Darmadji dan Fakhruddin (2006), pengertian
pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas
(saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya.
Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 memberikan
pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu “kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek.”
Pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang
memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial
assets (dan hutang) pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk
mengubah dan menyesuaikan portfolio investasi (melalui pasar sekunder).
Mengacu pada pendapat Widoatmodjo (2008), pasar modal dapat
dikatakan pasar abstrak, di mana yang diperjualbelikan adalah dana-dana
jangka panjang, yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari
satu tahun.
6
II.1.2 Efek Yang Diperdagangkan di Pasar Modal
Efek yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar modal Indonesia
adalah:
1. Saham (Stock)
Tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
2. Obligasi (Bond)
Surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga
dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo
tertentu.
3. Right (Right)
Hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), yang muncul ketika
emiten melakukan penawaran saham kedua.
4. Waran (Warrant)
Hak untuk membeli saham atau obligasi dari satu perusahaan dengan
harga
yang
telah
ditentukan
sebelumnya
oleh
penerbit
waran/perusahaan emiten.
5. Reksa dana (Mutual fund)
Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portfolio Efek oleh
Manajer Investasi.
6. Kontrak berjangka indeks saham (Index futures)
Instrumen keuangan di mana produk yang menjadi underlying asset
adalah berupa indeks.
7
7. Kontrak opsi saham (Single stock option)
Instrumen derivatif yang memberikan Hak untuk membeli (call) dan
menjual (put) saham pada harga, jangka waktu, dan dalam jumlah
tertentu.
8. Surat Utang Negara (SUN)
Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang
Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan
pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa
berlakunya.
9. Instrumen syariah (obligasi syariah, reksa dana syariah)
II.1.3 Manfaat Pasar Modal
Manfaat pasar modal adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang)
bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana
secara optimal.
2. Memberikan
wahana
investasi
bagi
investor
sekaligus
memungkinkan upaya diversifikasi.
3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi trend ekonomi
negara.
4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan
masyarakat menengah.
5. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
8
6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan
prospek yang baik.
7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan
risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan
diversifikasi investasi.
8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses
kontrol sosial.
9. Mendorong
pengelolaan
perusahaan
dengan
iklim
terbuka,
pemanfaatan manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha
yang sehat.
II.2 Pemahaman Mengenai Saham
Definisi Saham menurut Basir (2005) adalah sebagai berikut:
“Merupakan surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang investor
di dalam suatu perusahaan. Artinya jika seseorang membeli saham suatu
perusahaan, berarti dia telah menyertakan modal ke dalam perusahaan tersebut
sebanyak jumlah saham yang dibeli” (h. 11).
Saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan sebuah perusahaan
dalam rangka menambah modal disetor perusahaan tersebut. Jika sebuah
perusahaan menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat luas atau publik maka
perusahaan tersebut dikatakan go public atau telah menjadi perusahaan publik,
dalam arti kepemilikan atas perusahaan tersebut tidak hanya dimiliki sekelompok
orang
atau
orang-orang
yang
mendirikan
perusahaan
tersebut,
namun
kepemilikannya telah menyebar ke banyak pihak.
9
II.2.1 Jenis-jenis Saham
II.2.1.1 Ditinjau dari Segi Kemampuan dalam Hak Tagih atau Klaim.
1. Saham Biasa (Common Stocks), yaitu merupakan saham yang
menempatkan pemiliknya paling bawah terhadap pembagian dividen,
dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi.
2. Saham Preferen (Preferred Stocks), merupakan saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi bisa
juga tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor.
II.2.1.2 Ditinjau dari Kinerja Perdagangan.
1. Saham unggulan (Blue-Chip Stock), yaitu saham biasa dari suatu
perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri
sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam
membayar dividen.
2. Saham pendapatan (Income Stock), yaitu saham dari suatu emiten yang
memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata
dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
3. Saham pertumbuhan (Growth Stock - well known), yaitu saham-saham
dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi,
sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
4. Saham spekulatif (Speculative Stock), yaitu saham suatu perusahaan
yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun
10
ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang
tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
5. Saham siklikal (Counter Cyclical Stock), yaitu saham yang tidak
terpengaruh oleh kondisi ekonomi mikro maupun situasi bisnis secara
umum.
II.2.2 Keuntungan Berinvestasi Saham
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham, yaitu:
1. Dividen (dividend) adalah pembagian keuntungan yang diberikan
perusahan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan
perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang saham dalam RUPS. Investor yang berhak menerima
dividen adalah investor yang memegang saham hingga batas waktu
yang ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash
dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
berupa uang tunai dalam jumlah Rupiah tertentu untuk setiap saham,
atau dapat pula berupa dividen saham (stock dividend), yaitu kepada
setiap pemegang saham diberikan dividen dalam bentuk saham
sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
2. Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham
11
di pasar sekunder. Umumnya investor jangka pendek mengejar
keuntungan melalui capital gain dan menuju ke arah spekulasi, yaitu
membeli saham pada pagi hari, menjualnya lagi pada siang hari jika
harga saham mengalami kenaikan.
II.2.3 Risiko Berinvestasi Saham
Saham dikenal dengan karakteristik “imbal hasil tinggi, risiko tinggi”
(high risk, high return). Artinya, saham merupakan surat berharga yang
memberikan peluang keuntungan dan potensi risiko yang tinggi. Saham
memungkinkan investor untuk mendapatkan imbal hasil atau capital gain
yang besar dalam waktu singkat. Namun, dengan sering berfluktuasinya
harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami
kerugian besar dalam waktu singkat.
Risiko investor yang memiliki saham, di antaranya:
1. Tidak Mendapat Dividen
Perusahaan
akan
membagikan
dividen
jika
operasinya
menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak
dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian. Dengan
demikian, potensi keuntungan investor untuk mendapatkan
dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
2. Capital Loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu
mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang
dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan
12
harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian,
seorang investor mengalami capital loss.
3. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi
Jika sebuah perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan
berdampak secara langsung terhadap saham perusahaan tersebut.
Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika
sebuah perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara
otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa
atau di-delist.
4. Saham Dikeluarkan dari Bursa (Delisting)
Saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya dikarenakan
kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak
pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun,
tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa
tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai Peraturan Pencatatan
Efek di Bursa. Darmadji et al. menjelaskan saham yang telah
tercatat di bursa (listed) dapat mengalami delisting, yaitu
penghapusan pencatatan dari daftar saham di bursa. Saham yang
telah mengalami delisting dapat tercatat kembali di bursa atau
yang dikenal dengan istilah relisting. BEJ mengatur ketentuan
mengenai delisting dan relisting melalui Peraturan Nomor I-I
tentang Penghapusan Pencatatan (delisting) dan Pencatatan
Kembali (relisting) Saham di Bursa, yang mulai efektif berlaku
sejak tanggal 19 Juli 2004.
13
•
Delisting atas suatu saham dari daftar efek yang tercatat di
bursa dapat terjadi karena:
1. Permohonan delisting saham yang diajukan oleh
emiten yang bersangkutan (voluntary delisting);
2. Dihapus pencatatan sahamnya oleh bursa (forced
delisting).
•
Persyaratan voluntary delisting
1. Telah tercatat sekurang-kurangnya lima tahun;
2. Disetujui RUPS (bukan RUPS Pemegang Saham
Independen);
3. Buy back atas saham pemegang saham yang tidak
menyetujui, yaitu pada harga tertinggi antara:
a. Harga nominal;
b. Harga pasar tertinggi selama dua tahun
ditambah premi dua tahun, yaitu harga
perdana x tingkat bunga SBI tiga bulan atau
tingkat bunga obligasi pemerintah yang
setara;
c. Harga wajar berdasarkan laporan penilaian
(appraisal).
•
Kriteria forced delisting
14
1. Emiten mengalami kondisi atau peristiwa
secara
signifikan
mempengaruhi
yang
kelangsungan
usaha, baik finansial atau hukum;
2. Dihentikan
sementara
(disuspensi)
perdagangan
sahamnya selama 24 bulan di pasar reguler dan pasar
tunai.
5. Saham Dihentikan Sementara (Suspensi)
Jika suatu saham di-suspend atau dihentikan perdagangannya
oleh otoritas Bursa Efek, yang menyebabkan investor tidak dapat
menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi
biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi
perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula
berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan.
II.2.4 Laba Per Saham (Earning Per Share/EPS)
Laba per saham (earning per share/EPS) merupakan rasio yang
menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan
profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham.
Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan
kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham.
EPS dihitung dengan rumus:
15
Umumnya perhitungan EPS menggunakan basis laporan keuangan
akhir tahun (auditan), namun dapat pula menggunakan laporan keuangan
tengah tahunan, atau laporan keuangan kuartalan.
II.2.5 Price-Earning Ratio (PER)
Price-Earning Ratio (PER) menggambarkan apresiasi pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam
satuan kali. Bagi investor yang akan membeli saham, semakin kecil PER
suatu saham, semakin bagus karena saham tersebut termasuk dalam
kategori murah. PER dihitung dengan rumus:
II.2.6 Return On Equity (ROE)
ROE merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan, khususnya menyangkut profitablilitas
perusahaan. ROE mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba atas modalnya sendiri. ROE dihitung dengan rumus:
16
II.3 Aksi Korporasi (Corporate Action)
Darmadji et al. memberikan definisi:
Aksi korporasi merupakan aktivitas emiten yang berpengaruh terhadap
jumlah saham yang beredar maupun terhadap harga saham di pasar. Aksi korporasi
merupakan berita yang umumnya menarik perhatian pihak-pihak yang terkait di
pasar modal, khususnya para pemegang saham. Keputusan aksi korporasi harus
disetujui dalam suatu rapat umum, baik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
ataupun Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Persetujuan
pemegang saham adalah mutlak untuk berlakunya suatu aksi korporasi sesuai
dengan peraturan yang ada di pasar modal.
II.3.1 Aksi Korporasi dan Kepentingan Pemegang Saham
Aksi korporasi merupakan istilah di pasar modal yang menunjukkan
aktivitas strategis emiten atau perusahaan tercatat (listed company) yang
berpengaruh terhadap kepentingan pemegang saham. Pengaruh tersebut
dalam wujud perubahan jumlah saham yang beredar maupun harga saham.
Beberapa bentuk aksi korporasi yang umumnya dilakukan emiten antara
lain adalah : pembagian dividen baik tunai maupun saham, pemecahan
saham (stock split) atau penyatuan saham (reverse split), saham bonus,
penawaran umum terbatas (right issue), dan pembelian kembali saham (buy
back). Di samping itu aksi korporasi juga mencakup aksi strategis emiten
lainnya seperti; merger, akuisisi, spin off, penawaran umum perdana (initial
public offering – IPO), secondary offering maupun additional listing
17
seperti private placement, konversi saham baik dari waran, rights, ataupun
obligasi. Kebijakan itu dapat dilakukan terpisah ataupun terkait antara satu
dengan yang lainnya tergantung dari keputusan pemegang saham tersebut.
Aksi korporasi merupakan aktivitas emiten yang menarik perhatian pelaku
pasar seperti analis saham, manager investasi, manajer dana (fund
manager), investor, atau pemegang saham. Umumnya pihak-pihak yang
berkepentingan akan mencermati dengan seksama setiap langkah yang
dilakukan manajemen emiten dalam proses aksi korporasi; baik sejak
rencana hingga proses pelaksanaannya. Pemegang saham berkepentingan
dengan aksi korporasi karena beberapa hal seperti:
1. Perubahan komposisi kepemilikan dan dilusi saham. Sebuah aksi
korporasi dapat mengakibatkan berubahnya komposisi pemegang
saham serta dapat berakibat menurunnya persentase kepemilikan
(dilusi saham), sebagai contoh, jika pemegang saham/investor tidak
mengambil bagian dalam rangka right issue.
2. Dana tambahan. Pemegang saham tidak selalu memiliki dana
tambahan untuk turut serta dalam sebuah aksi korporasi, misalnya pada
right issue.
3. Perubahan permodalan perusahaan. Aksi korporasi yang menyangkut
perubahan saham dapat berakibat pada perubahan pada sisi modal
sendiri (ekuitas), dan dapat berdampak pada perubahan pada indikatorindikator yang berkaitan dengan permodalan.
4. Jumlah saham beredar. Jumlah saham yang beredar dapat berubah,
bertambah atau berkurang secara cukup signifikan di pasar. Hal
18
tersebut tentu saja dapat berpengaruh terhadap kinerja saham atau
likuiditas perdagangan saham. Faktor lain yang terpengaruh atas
perubahan jumlah saham beredar adalah perubahan laba per saham
(earning per share).
5. Harga saham. Aksi korporasi dapat berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham di pasar; di mana harga saham merupakan
perhatian utama bagi pemegang saham khususnya investor yang aktif
memeperdagangkan sahamnya terlebih bagi investor dengan horizon
waktu yang pendek atau lebih ekstrem lagi bagi para investor yang
memperdagangkan sahamnya dalam kurun waktu harian (day-trader).
6. Dividen. Bagi pemegang saham atau lebih khusus lagi pemegang
saham dengan horizon waktu jangka panjang (long term investment)
atau investor institusi maka suatu aksi korporasi yang dilakukan
emiten misalnya merger atau peningkatan modal dapat berakibat pada
meningkatnya kinerja perusahaan yang berujung pada peningkatan
profitabilitas yang berarti peluang dividen yang lebih besar.
7. Likuiditas. Hal ini mencerminkan laju perdagangan saham atau sejauh
mana suatu saham aktif atau tidaknya diperdagangkan. Pada titik
ekstrem terdapat beberapa saham yang tidak aktif diperdagangkan
dalam kurun waktu tertentu atau dikenal sebagai saham tidur.
Penyebab tidak likuidnya suatu saham dapat disebabkan oleh kinerja
emiten tersebut, namun dapat pula disebabkan harga saham yang
terlalu tinggi. Pada titik lainnya terdapat beberapa saham yang selalu
aktif
diperdagangkan
sehingga
memudahkan
investor
dalam
19
melakukan jual dan beli. Investor khusunya jangka pendek
berkepentingan dengan likuiditas suatu saham, karena hal tersebut
memungkinkan terciptanya peluang capital gain bagi investor. Aksi
korporasi
misalnya
meningkatnya
pemecahan
likuiditas
saham
perdagangan
dapat
saham,
berakibat
yang
pada
tentunya
merupakan hal positif bagi investor.
8. Strategi investasi. Setiap investor baik institusi maupun perorangan
memiliki preferensi berbeda baik terhadap peluang keuntungan
(return) maupun potensi kerugian atau risiko (risk). Preferensi tersebut
tercermin dalam strategi yang dijalankan investor. Ada investor yang
memegang saham untuk kurun waktu yang lama di mana fokusnya
adalah dividen, sementara investor lainnya dengan horizon waktu
jangka pendek di mana yang menjadi fokusnya adalah capital gain.
Bahkan ada tipe investor yang keputusan atau perputaran investasinya
didasarkan pada pertimbangan kurun waktu tertentu. Misalnya ada
investor yang memutar investasinya setiap tiga bulanan, maka apa pun
kondisinya ia akan melakukan rotasi atas saham-sahamnya dalam
kurun waktu tersebut. Strategi investasi yang berbeda tentu akan
memandang aksi korporasi dalam sudut pandang dan kepentingan
berbeda. Sebagai contoh, pada day trader tidak berkepentingan dengan
rencana emiten untuk membagikan dividen.
9. Portofolio investasi. Manager investasi suatu portofolio atau reksa
dana berkepentingan bagaimana meningkatkan nilai portofolio
investasi yang dikelolanya. Nilai atau kinerja portofolio sangat
20
ditentukan sumbangan nilai yang diberikan salah satu komponen
portofolio tersebut, misalnya sebagian saham dalam portofolio tersebut
merupakan saham dalam sektor perbankan. Manager investasi tersebut
tentu berkepentingan jika salah satu saham yang dikelolanya akan
melakukan right issue. Terlebih jika dalam kurun waktu yang relatif
sama, manager investasi tersebut dihadapkan dengan beberapa rencana
aksi korporasi atas saham-saham yang dikelolanya.
II.3.2 Landasan Hukum Pelaksanaan Aksi Korporasi
Umumnya pelaksanaan aksi korporasi mengacu kepada landasan
hukum atau beberapa ketentuan yang diatur dalam:
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas,
berisikan berbagai hal fundamental atas pendirian awal suatu
perseroan, penyetoran modal, nilai nominal saham, ketentuan tentang
pemegang saham, Rapat Umum Pemegang Saham, pembelian kembali
saham, penambahan modal, penggabungan perusahaan, pembubaran
perusahaan, dan lain-lain.
2. Ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal. Seluruh perusahaan publik
di samping mengikuti ketentuan yang diatur dalam UU PT, juga
mengikuti berbagai peraturan yang ada di pasar modal baik UU No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maupun aturan-aturan Badan
Pengawas Pasar Modal yang berkaitan dengan berbagai bentuk aksi
korporasi.
21
3. Ketentuan Bursa. Sebagai perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa,
pelaksanaan aksi korporasi juga harus memenuhi beberapa ketentuan
yang ada di Bursa, khususnya yang berkaitan dengan peraturan
pencatatan. Beberapa aturan yang masuk dalam ruang lingkup
peraturan pencatatan BEI, antara lain:
•
Peraturan I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat
Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan Oleh Perusahaan
Tercatat.
•
Peraturan I-E tentang Kewajiban Penyampaian Informasi.
•
Peraturan I-G tentang Penggabungan Usaha dan Peleburan
Usaha.
•
Peraturan I-H tentang Sanksi.
•
Peraturan I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan
Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
II.3.3 Rapat Umum Pemegang Saham
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan organ tertinggi
perseroan terbatas seperti yang tertuang dalam UUPT No. 1 Tahun 1995, di
mana dinyatakan:
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perseroan yang
memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala
wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris (Pasal 1
angka 3 UUPT).
22
RUPS tidak saja merupakan pertemuan para pemegang saham untuk
menilai kinerja perseroan selama satu periode tahun buku termasuk alokasi
penggunaannya, penunjukkan akuntan baru, dan lain-lain, namun juga
merupakan sarana untuk memutuskan berbagai keputusan strategis
perusahaan, termasuk keputusan aksi korporasi.
Seperti yang telah diatur dalam UUPT No. 1 Tahun 1995, keputusankeputusan aksi korporasi yang berkaitan dengan perubahan anggaran dasar,
modal,
pembelian
kembali
saham,
penggabungan,
peleburan,
pengambilalihan, pembubaran, dan lain-lain, merupakan wewenang yang
tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris.
Pada forum RUPS, para pemegang saham dengan hak suara yang
dimiliki, dapat menyetujui, menolak, atau tidak memberikan suara (abstain)
atas suatu usulan agenda. Tidak jarang, keputusan suatu agenda
menyisakan kekecewaan pada sekelompok pemegang saham yang kalah
jumlah ketika dilakukan pemungutan suara. Dalam konteks kepemilikan
atau penyertaan dalam suatu perseroan, memang jumlah atau porsi
kepemilikan sangat berpengaruh terhadap suatu keputusan, di mana
pemegang saham mayoritas (majority shareholders) akan mendominasi
hasil akhir sebuah keputusan.
Keputusan mengenai RUPS diatur dalam Undang-undang PT, yaitu
antara lain:
•
RUPS terdiri atas RUPS Tahunan dan RUPS lain yang dapat
dilakukan atas permintaan pemegang saham atau dalam hal
perseroan akan melakukan hal-hal yang mempersyaratkan
23
dilakukannya RUPS, misalnya penggabungan usaha. Apabila
permohonan pemegang saham untuk mengadakan RUPS telah
lewat 30 hari sejak tanggal permintaan, maka pengadilan
negeri dapat memberikan izin kepada pemohon untuk
melakukan sendiri pemanggilan RUPS (Pasal 65 UUPT).
•
RUPS oleh Perusahaan Terbuka wajib didahului dengan
pengumuman mengenai akan diadakan pemanggilan RUPS
dalam 2 (dua) surat kabar harian paling lambat 14 hari
sebelum pemanggilan RUPS (Pasal 70 UUPT).
•
RUPS dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh pemegang
saham yang mewakili 1/2 bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara yang sah, kecuali RUPS kedua dihadiri 1/3
bagian, RUPS untuk mengubah Anggaran Dasar dihadiri 2/3
bagian, penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan,
pengambilan keputusan untuk mengalihkan atau menjadikan
jaminan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan
perusahaan, pembubaran perusahaan dan memperpanjang
jangka waktu pendirian perseroan dihadiri oleh 3/4 bagian,
atau anggaran dasar menentukan lain (Pasal 73 dan 75
UUPT).
II.4 Dividen
Dividen menurut Darmadji et al. adalah sebagai berikut:
24
“Pembagian sisa laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada
pemegang saham atas persetujuan RUPS. Dividen dapat berbentuk tunai (cash
dividend) atau saham (stock dividend)” (h. 178).
Menurut pendapat Sulistyastuti (2002):
Kebijakan pemberian dividen tidak saja membagikan keuntungan yang telah
diperoleh perusahaan kepada para investor, tetapi kebijakan perusahaan
membagikan dividen harus selalu diikuti dengan pertimbangan adanya kesempatan
investasi kembali (reinvestment). Ukuran yang menentukan proporsi laba yang
diinvestasikan kembali biasa adalah retention ratio. Retention ratio diperoleh dari
= 1 - dividend payout ratio.
II.4.1 Jenis-jenis Dividen
Dividen dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Dilihat dari bentuk
dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham, dividen dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis:
1.
Dividen tunai (cash dividend), dividen yang dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk kas (tunai).
2.
Dividen saham (stock dividend), dividen yang dibagi bukan dalam
bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.
3.
Dividen properti (property dividend), dividen yang dibagikan
dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva
tetap dan surat-surat berharga.
4.
Dividen likuidasi (liquidating dividend), dividen yang diberikan
kepada
pemegang
saham
sebagai
akibat
dilikuidasinya
25
perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih antara nilai
realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya.
Dari beberapa jenis dividen tersebut, jenis dividen yang sering
dibagikan adalah dividen tunai dan dividen saham. Dari keduanya dividen
tunai merupakan yang lebih sering dibagikan perusahaan, dan merupakan
jenis dividen yang disukai oleh pemegang saham.
II.4.2 Dividen Tunai
Syarat-syarat dilakukannya dividen tunai, antara lain:
1. Memiliki dana kas yang cukup, sebelum merencanakan membagi
dividen, emiten harus memiliki dana kas yang cukup untuk
dibagikan dalam bentuk dividen kas kepada pemegang saham.
Jika dividen yang dibagikan cukup besar dan emiten tidak
memiliki dana kas yang cukup untuk membayar dividen dalam
satu kali pembayaran, emiten dapat mempertimbangkan untuk
melakukan pembayaran secara bertahap.
Yang perlu diperhatikan bahwa ketentuan yang ada saat ini,
dividen tunai wajib dibayarkan selambat-lambatnya 10 (sepuluh)
Hari Bursa setelah tanggal Daftar Pemegang Saham (DPS) yang
berhak atas dividen tunai (Peraturan Perdagangan Efek PT Bursa
Efek Jakarta Nomor II-A.1 tentang Ketentuan Umum Perdagangan
Efek di Bursa Efek Jakarta huruf C.7.e).
26
2. Memiliki saldo laba ditahan yang cukup, sumber dividen tunai
adalah laba ditahan. Untuk dapat membagi dividen tunai, tentunya
perusahaan harus memiliki saldo laba ditahan yang cukup.
3. Telah disetujui oleh RUPS, rencana pembagian dividen hanya
dapat dilakukan jika telah disetujui RUPS. Jika RUPS telah
menyetujui untuk membagi dividen tunai, maka perusahaan sudah
harus mengakui adanya kewajiban dividen tersebut.
II.4.3 Dividen Saham
Jika emiten ingin membagi dividen tapi tidak memiliki dana kas yang
cukup, emiten dapat mempertimbangkan untuk membagi dividen saham.
Dengan membagi dividen saham, perusahaan memperoleh manfaat berupa
saving kas sehingga dana kas tersebut dapat dipakai untuk tujuan yang lain,
namun disisi lain pemegang saham juga dapat menikmati adanya tambahan
saham walaupun secara riil, nilai investasinya sebenarnya tidak berubah.
Di samping itu ada beberapa tujuan yang melatarbelakangi
dibagikannya dividen saham:
1. Meningkatkan
jumlah
modal
disetor
perusahaan,
dengan
dibagikannya dividen saham, berarti perusahaan mengurangi saldo
Akun Laba Ditahan dan ditransfer ke Akun Modal Saham Biasa.
Dengan demikian, perusahaan dapat memiliki struktur permodalan
yang lebih kuat.
2. Meningkatkan likuiditas perdagangan saham, dibagikannya
dividen saham berakibat jumlah saham yang beredar akan
27
bertambah. Bertambahnya jumlah saham ini, secara teoretis akan
menurunkan harga pasar saham setelah dibagikannya dividen
saham. Semakin banyaknya jumlah saham yang beredar dan
diikuti harga saham yang semakin murah akan mendorong
peningkatan likuiditas perdagangan saham.
Syarat-syarat pembagian dividen saham:
1. Memiliki saldo laba ditahan yang cukup, sebagaimana dividen
tunai, dividen saham juga berasal dari pembagian laba ditahan.
Perbedaan pengaruh dividen saham dengan dividen tunai adalah
pada dividen saham tidak ada arus kas yang keluar dari
perusahaan dan hanya pemindahan dari akun Laba Ditahan
menjadi Modal Saham, sedangkan pada dividen kas perusahaan
harus mengeluarkan kas untuk dibagikan kepada pemegang
saham. Dengan demikian, jika perusahaan akan membagikan
dividen saham, saldo laba ditahan harus mencukupi untuk
pembagian dividen saham dimaksud.
2. Telah disetujui oleh RUPS, sebagaimana dividen tunai, pembagian
dividen saham juga harus mendapatkan persetujuan para
pemegang saham dalam RUPS.
3. Harga teoretis saham memenuhi ketentuan bursa, dalam Peraturan
Pencatatan PT Bursa Efek Jakarta Nomor I-A Tahun 2004 tentang
Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas selain Saham yang
diterbitkan, huruf V.3.2. dinyatakan “Harga teoretis saham hasil
28
tindakan penerbitan saham baru sekurang-kurangnya Rp. 100
(seratus rupiah).”
Selanjutnya pada huruf V.3.3. dinyatakan “Harga teoretis dihitung
berdasarkan rata-rata harga penutupan saham perusahaan yang
bersangkutan selama 25 (dua puluh lima) Hari Bursa berturut-turut
di Pasar Reguler sebelum Perusahaan Tercatat melakukan iklan
pengumuman mengenai akan dilakukannya pemanggilan Rapat
Umum Pemegang Saham yang mengagendakan pembagian
dividen.”
II.4.4 Dividen Interim dan Final
Mengacu pada pendapat Basir et al. dividen interim atau dividen
sementara adalah dividen yang dibayarkan pada tahun berjalan sebelum
pembukuan perusahaan ditutup. Dividen interim ini akan diperhitungkan
sebagai bagian dari dividen final, sementara dividen final adalah dividen
yang dibagikan setelah pembukuan perusahaan ditutup dan merupakan
dividen akhir untuk tahun buku yang bersangkutan.
II.4.5 Jadwal yang Berkaitan dengan Pembagian Dividen
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan khususnya para investor,
adalah mengenai jadwal yang berkaitan dengan pembagian dividen serta
jadwal lainnya yang berkaitan dengan dividen, misalnya kapan sebaiknya
membeli suatu saham sehingga mendapat kesempatan untuk mendapatkan
29
saham yang tercatat sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan
dividen.
Berkaitan dengan jadwal pembagian dividen, terdapat beberapa
istilah yang perlu diketahui, yaitu:
1. Tanggal pengumuman (Declaration Date), merupakan tanggal
pengumuman pembagian dividen yang disampaikan emiten.
2. Cum-Dividend Date, merupakan tanggal terakhir perdagangan saham
yang masih mengandung hak untuk mendapatkan dividen (baik tunai
maupun saham).
3. Ex-Dividend Date, merupakan tanggal di mana perdagangan saham
sudah tidak mengandung hak untuk mendapatkan dividen. Jadi, jika
membeli pada tanggal ini atau sesudahnya, maka saham tersebut
sudah tidak lagi memberikan dividen. Sebaliknya, jika seseorang
ingin menjual saham dan masih ingin mendapatkan hak dividen,
maka ia harus menjual pada ex-dividend date atau sesudahnya.
4. Tanggal pencatatan (Recording Date), merupakan tanggal pencatatan
atau tanggal penentuan para pemegang saham yang berhak
mendapatkan dividen.
5. Tanggal pembayaran (Dividend Payment), merupakan tanggal
pembayaran dividen kepada pemegang saham yang berhak.
II.4.6 Pengaruh Cum dan Ex-Dividend Pada Harga Saham
Secara umum pembagian dividen tunai direspon positif oleh investor,
apalagi jika dividen yang dibagikan cukup besar. Harga saham perusahaan
30
yang membagikan dividen umumnya jika dianggap tidak ada faktor lain
yang berpengaruh akan naik sesuai ke tingkat wajarnya sesuai dengan
besarnya dividen yang dibagikan sampai dengan tanggal cum-dividend
namun diperhitungkan juga pajak atas dividen sebesar 15% sesuai Pasal 23
Undang-undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Namun
jika telah memasuki tanggal ex-dividend, maka harga saham umumnya
akan terkoreksi kembali (karena pembeli saham pada tanggal ex-dividend
tidak lagi berhak menerima dividen).
II.4.7 Pengaruh Dividen terhadap Harga Saham
Jumlah dividen yang akan dibayarkan oleh suatu perusahaan akan
diperhitungkan oleh investor (khususnya investor jangka panjang) dalam
memilih saham yang akan dibeli. Hal ini karena jumlah dividen akan
diperhitungkan sebagai salah satu dalam penentuan imbal hasil yang
disyaratkan (required rate of return).
II.4.8 Dividend Payout Ratio dan Dividend Yield
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio – DPR) merupakan
rasio yang mengukur perbandingan dividen terhadap laba perusahaan. Jika
rasio pembayaran dividen dihitung dalam basis per lembar saham, maka
rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
31
Sedangkan imbal hasil dividen (dividend yield – DY) digunakan
untuk mengukur jumlah dividen per saham relatif terhadap harga pasar
yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Semakin besar dividend yield,
maka akan semakin menarik bagi investor. Dividend yield dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
II.5 Pembelian Kembali Saham (Buy back)
Di Indonesia, umumnya rencana pembelian kembali saham direspons positif
oleh investor, hal tersebut dapat dilihat dari tidak jatuhnya secara drastis harga
saham perusahaan yang melakukan pembelian kembali saham. Hal ini terkait
dengan keinginan emiten untuk menjaga harga sebelumnya. Jika harga sahamnya
turun, perusahaan dapat melaksanakan pembelian kembali sahamnya, dengan
demikian harga saham tersebut mulai naik kembali. Basir et al. menjelaskan
bahwa:
Buy back merupakan salah satu bentuk tindakan korporasi yang dilakukan
emiten yang mempunyai alasan sebagai berikut:
1. Untuk Menjaga Kewajaran Harga Saham
Emiten perlu menjaga harga sahamnya agar mencerminkan kondisi yang
sebenarnya, karena harga saham suatu perusahaan merupakan tolak ukur
baik atau tidaknya kinerja keuangan perusahaan tersebut. Buy back saham
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat dipakai oleh
emiten untuk meningkatkan kembali harga sahamnya yang telah jatuh di
32
pasar. Buy back akan mengakibatkan naiknya laba per saham (earning
per share) dan harga saham di pasar. Saham yang dimiliki masyarakat
pun akan berkurang (supply berkurang), akibatnya adalah harga saham
akan naik, dengan asumsi jumlah permintaan terhadap saham tersebut
tetap.
2. Sinyal Psikologis ke Pasar
Pengumuman buy back diharapkan mampu menularkan sinyal positif ke
pasar bahwa harga saham mungkin sudah undervalued, dengan demikian
investor atau pasar diharapkan bereaksi positif untuk melakukan
pembelian pada saham tersebut sehingga pada gilirannya harga saham
kembali ke tingkat yang diharapkan emiten.
3. Melakukan Pembelian Kembali Saham Untuk Dijual Kembali
Emiten yang telah melakukan pembelian kembali saham dapat menjual
kembali sahamnya di bursa. Jika saham yang telah dibeli kembali ini
dapat dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi dari harga
perolehannya, maka selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian kembali saham tersebut di tambahkan sebagai Tambahan
Modal Disetor. Hal ini akan memperbaiki struktur permodalan emiten
tersebut.
4. Melakukan Pembelian Kembali Saham Untuk Dibagikan Kepada
Karyawan
Beberapa perusahaan melakukan pembelian kembali saham dengan
tujuan saham yang telah dibeli kembali akan dibagikan kepada karyawan
sebagai insentif agar karyawan tersebut dapat terus bekerja di perusahaan
33
tersebut. Insentif seperti ini biasa disebut kompensasi karyawan berbasis
saham (employee stock option plan – ESOP) yaitu semacam program
insentif bagi karyawan untuk memiliki saham perusahaan di mana
karyawan bekerja.
5. Untuk Menghindari Diri dari Akuisisi oleh Perusahaan yang Lain Karena
Memiliki Dana Kas yang Melimpah
Perusahaan yang memiliki prospek yang bagus di masa depan apalagi
sedang memiliki dana kas yang melimpah merupakan salah satu
perusahaan yang sering diincar untuk diakuisisi. Sebagai salah satu cara
pertahanan diri agar tidak diakuisisi, perusahaan tersebut dapat
menggunakan dana kas yang dimilikinya untuk buy back.
6. Pertimbangan Pajak
Ketika seorang investor mendapatkan pembagian dividen, maka akan
dikenakan sejumlah pajak atas penghasilan dari dividen tersebut. Artinya
return yang diberikan oleh emiten kepada pemegang menjadi berkurang
karena adanya pajak atas dividen. Hal tersebut menjadi semakin penting
ketika tingkat pajak yang dikenakan atas pendapatan dividen relatif besar.
Untuk alasan demikian, maka emiten memilih melakukan buy back
sehingga pemegang saham diberikan pilihan untuk menjual saham ketika
investor merasa bahwa pilihan tersebut akan memberikan return yang
lebih riil atau return yang memang diharapkan investor. Investor tentu
akan bersedia menjual saham yang dipegangnya ketika emiten bersedia
membeli pada harga yang lebih tinggi dibanding harga pasar.
7. Faktor Fleksibilitas bagi Emiten
34
Keputusan emiten untuk membagikan dividen merupakan keputusan yang
harus direncanakan secara matang baik menyangkut waktu, dana kas yang
tersedia, dan pertimbangan kondisi keuangan perusahaan lainnya.
Berbeda dengan keputusan dividen, pelaksanaan buy back bagi
manajemen lebih fleksibel, karena manajemen emiten memiliki
kekuasaan untuk mengatur kapan dan berapa besar transaksi yang akan
dilakukan (pembelian kembali saham).
8. Sebagai Upaya Penghematan Dividen
Pembelian kembali saham dapat mengurangi saham yang beredar di
masyarakat sehingga perusahaan dapat banyak menghemat pembagian
dividen jika melakukan pembagian dividen saham. Hal ini karena saham
yang telah dibeli kembali tidak mendapatkan hak memperoleh dividen.
II.5.1 Treasury Stock
Treasury Stock menurut definisi yang diberikan oleh Black’s Law
Dictionary edisi 6 adalah:
“Stock issued by a company but later reacquired. It may be held in
the companys treasury indefinetely, reissued to the public or retired.
Treasury stocks received no dividends and has no vote while held by the
company”(p. 1458).
Sedangkan menurut Darmadji et al. “Treasury Stock adalah saham
yang diterbitkan dan kemudian dibeli kembali oleh perusahaan” (h. 104).
Jika dilihat dari definisi yang diberikan, dapat dikatakan bahwa pada
dasarnya yang dimaksud dengan treasury stock adalah saham-saham yang
35
dibeli kembali oleh perusahaan. Ini berarti hal-hal yang berhubungan
dengan treasury stock maupun tata cara pelaksanaannya di Indonesia ini
harus tunduk pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 37 sampai dengan
Pasal 40 Undang-Undang Perseroan Terbatas.
II.5.2 Ketentuan Tentang Pembelian Kembali Saham
Beberapa ketentuan yang terkait dengan pembelian kembali saham
adalah sebagai berikut :
1.
Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
• Harus mendapatkan persetujuan RUPS. Pembelian kembali
saham hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS
(Pasal 30 ayat 1). Keputusan RUPS tersebut sah apabila
dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili pialang
sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara yang sah, dan disetujui oleh paling sedikit
2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara tersebut (ayat 2).
• Dibayar dari laba bersih sepanjang tidak menyebabkan
kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah
modal
yang
ditempatkan
ditambah
cadangan
yang
diwajibkan sesuai dengan ketentuan UU No.1 Tahun 1995
ini (Pasal 30 ayat 1 huruf a). Yang dimaksud dengan
kekayaan bersih adalah kekayaan bersih menurut neraca
36
tahunan yang disahkan dalam waktu enam bulan terakhir
(penjelasan Pasal 30 ayat 1 huruf a).
• Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dimiliki perseroan
bersama dengan yang dimiliki anak perusahaan, dan gadai
saham yang dipegang tidak melebihi 10% dari jumlah modal
yang ditempatkan (Pasal 30 ayat 1 huruf b).
• Pembelian kembali saham perseroan tidak menyebabkan
ditariknya saham tersebut, kecuali dalam hal pengurangan
modal (penjelasan Pasal 30 ayat 1).
2.
Peraturan Bapepam No. XI.B.2 tentang Pembelian Kembali
Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik, di
antaranya:
• RUPS dilarang mendelegasikan kewenangan untuk membeli
kembali saham kepada direksi atau komisaris dalam jangka
waktu lebih dari 18 (delapan belas) bulan.
• Emiten atau perusahaan publik wajib mengungkapkan
rencana
pembelian
kembali
saham
kepada
seluruh
pemegang saham sekurang-kurangnya 28 (dua puluh
delapan) hari sebelum RUPS. Rencana pembelian kembali
saham wajib memuat informasi sebagai berikut :
a. Perkiraan jadwal dan biaya pembelian kembali saham
tersebut;
37
b. Perkiraan
menurunnya
perusahaan
publik
pendapatan
sebagai
emiten
akibat
atau
pelaksanaan
pembelian kembali saham dan dampak atas biaya
pembiayaan emiten atau perusahaan publik;
c. Proforma laba per saham emiten atau perusahaan
publik setelah rencana pembelian kembali saham
dilaksanakan,
dengan
mempertimbangkan
menurunnya pendapatan;
d. Pembatasan harga saham untuk pembelian kembali
saham;
e. Pembatasan jangka waktu pembelian kembali saham;
f. Metoda yang akan digunakan untuk membeli kembali
saham;
g. Pembahasan
dan
analisis
manajemen
mengenai
pengaruh pembelian kembali saham terhadap kegiatan
usaha dan pertumbuhan emiten atau perusahaan publik
di masa mendatang;
h. Rencana emiten atau perusahaan publik atas saham
yang akan dibeli kembali, apakah akan dijual kembali
atau akan mengurangi modal emiten atau perusahaan
publik.
II.5.3 Ketentuan Pembelian Saham dan Penjualan Kembali di Bursa Efek
38
Tata cara Pembelian Kembali Saham dan Penjualannya kembali di
Bursa Efek juga diatur dalam Peraturan Bapepam No. XI.B.2 tentang
Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan
Publik.
Adapun Ketentuan Pembelian Kembali Saham jika dilakukan di
Bursa Efek adalah:
a. Transaksi beli dilakukan melalui 1 (satu) anggota bursa;
b. Transaksi beli tidak dapat dilakukan pada saat pembukaan atau
penutupan perdagangan atau dalam waktu 30 (tiga puluh) menit
sesudah pembukaan atau 30 (tiga puluh) menit sebelum penutupan;
c. Tawaran untuk membeli kembali saham harus lebih rendah atau
sama dengan harga perdagangan sebelumnya;
d. Maksimum pembelian kembali saham pada setiap hari adalah 25%
(dua puluh lima per seratus) dari volume perdagangan harian,
dengan
ketentuan
apabila
mengakibatkan
pecahan
satuan
perdagangan, maka pembelian tersebut dibulatkan menjadi 1 (satu)
satuan perdagangan;
e. Orang dalam emiten atau perusahaan publik dilarang melakukan
transaksi atas saham emiten atau perusahaan publik tersebut pada
hari yang sama dengan pembelian kembali saham yang dilakukan
oleh perusahaan melalui Bursa Efek.
Saham yang dibeli kembali dapat dijual kembali oleh emiten melalui
bursa efek dengan ketentuan:
39
a. Transaksi jual wajib dilaksanakan melalui 1 (satu) anggota bursa;
b. Transaksi jual dilarang dilaksanakan dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak pembelian kembali oleh emiten atau perusahaan
publik;
c. Penjualan dilarang dilaksanakan pada saat pembukaan atau
penutupan perdagangan atau dalam waktu 30 (tiga puluh) menit
sesudah pembukaan atau 30 (tiga puluh) menit sebelum penutupan;
d. Penawaran jual harus sama lebih atau lebih tinggi dari harga
perdagangan sebelumnya;
e. Maksimum penjualan kembali saham pada setiap hari adalah 25%
(dua puluh lima per seratus) dari volume perdagangan harian,
dengan
ketentuan
apabila
mengakibatkan
pecahan
satuan
perdagangan, maka penjualan tersebut dibulatkan menjadi 1 (satu)
satuan perdagangan;
f. Orang dalam emiten atau perusahaan publik dilarang melakukan
transaksi atas saham emiten atau perusahaan publik tersebut pada
hari yang sama dengan penjualan kembali saham yang dilakukan
oleh emiten atau perusahaan publik melalui Bursa Efek.
II.5.4 Buy back dan EPS
Beberapa tujuan dari langkah buy back diantaranya adalah
memberikan sinyal ke pasar bahwa harga saham undervalued, mengubah
struktur modal serta mengurangi free cash flow yang dapat disalahgunakan
40
oleh manajemen. Namun, motif yang sering diajukan manajemen saat
melakukan buy back adalah untuk menaikkan EPS.
EPS atau Earning Per share merupakan angka yang menunjukkan
laba bersih perusahaan yang diterima setiap saham. Ada 2 cara yang paling
umum untuk menghitung EPS, yaitu basic EPS dan fully diluted EPS.
Untuk teknik basic EPS, di pakai jika perusahaan hanya mempunyai saham
biasa. Sedangkan teknik fully diluted EPS digunakan jika perusahaan
mamakai instrumen pendanaan yang dapat dikonversikan menjadi saham
biasa. Contohnya obligasi konversi, opsi saham dan waran.
Basic EPS merupakan laba bersih yang tersedia bagi pemegang
saham biasa dibagi jumlah saham biasa yang beredar. Laba bersih
dihasilkan selama periode fiskal, misalnya satu tahun, namun jumlah
saham yang beredar pada periode tersebut akan fluktuatif jika perusahaan
menerbitkan saham beberapa kali atau melakukan langkah buy back. Oleh
karenanya, jumlah saham yang beredar dihitung berdasarkan rata-rata
tertimbang (time-weighted average share outstanding). Tambahan tersebut
berkisar dari angka satu untuk periode awal dan nol untuk akhir periode.
Buy back mempengaruhi nilai EPS, baik melalui laba bersih atau
jumlah saham beredar. Dampak buy back pada jumlah saham beredar
tergantung timing buy back. Tindakan buy back yang mengurangi jumlah
saham beredar tidak secara otomatis menurunkan EPS, karena buy back
juga mempengaruhi laba bersih. Perlu diingat bahwa tindakan buy back
41
memerlukan dana tunai yang berasal dari internal perusahaan atau utang
baru. Laba bersih akan berkurang sejumlah imbal hasil (return) yang
seharusnya dihasilkan oleh kas yang digunakan untuk buy back atau
berkurang sejumlah bunga utang.
Penelitian Hribar (2003) terhadap sampel 23.704 kasus buyback di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa hanya 11% kasus buy back yang
berhasil meningkatkan EPS secara nyata. Jika EPS berhasil dinaikkan,
dampak dari return yang hilang karena berkurangnya dana untuk investasi
dapat memperburuk EPS di periode yang akan datang. Dapat disimpulkan
bahwa langkah buy back tidak selalu berimplikasi menaikan nilai EPS.
Menurut Hribar, buy back hanya akan menaikkan EPS jika return
yang hilang atau pembayaran bunga lebih kecil dari earning-to-price ratio
(EPS dibagi harga saham) saat buy back dilakukan. Karena itu, harga buy
back yang terlalu tinggi akan mengecilkan earning-to-price ratio sehingga
EPS justru turun dengan adanya buy back. Jika buy back dilakukan
mendekati akhir periode fiskal atau jika return yang hilang adalah return
yang baru bisa dinikmati pada periode yang akan datang, dampak buy back
terhadap laba bersih sangat kecil. Dengan demikian, EPS tahun ini akan
meningkat akibat berkurangnya saham beredar. Dampak penuh dari buy
back ini akan terasa pada periode-periode fiskal berikutnya.
Aksi manajemen perusahaan mengelola laba dapat merugikan
pemegang saham. Seorang manajer terkadang memiliki wawasan yang
42
lebih pendek dari investor. Karena kinerjanya dievaluasi setiap tahun,
manajer cenderung lebih fokus pada pencapaian target tahunan, misalnya
EPS. Manajer juga sensitif terhadap menurunnya harga saham perusahan
dan sedapat mungkin berusaha untuk menahannya. Buy back menawarkan
solusi cepat (jangka pendek) untuk kedua hal tersebut. Tetapi, langkah ini
dapat menjadi solusi jangka pendek dengan biaya jangka panjang.
Kas untuk buy back seharusnya dapat dimanfaatkan untuk melakukan
investasi baru yang menciptakan nilai tambah. Karena belum tentu
pemegang saham akan semakin untung jika naiknya EPS tahun ini ternyata
menekan kinerja perusahaan pada periode yang akan datang.
II.5.5 Hubungan antara Dividen dengan Buy Back
Selain meningkatkan likuiditas dan harga saham, buy back digunakan
oleh perusahaan sebagai alternatif kebijakan dividen. Bagi perusahaan yang
menetapkan rasio pembayaran dividen secara konstan, ketika terjadi
peningkatan laba secara drastis dan melebihi pertumbuhan normal, justru
menjadi bumerang. Hal ini menimbulkan terjadinya nilai dividen perlembar
saham yang sangat tinggi.
Sebaliknya, bagi emiten ini mendatangkan kekuatiran tersendiri yaitu
ketika pertumbuhan laba menurun sehingga emiten hanya mampu
membayarkan dividen kecil. Sebagai strategi untuk mendistribusikan
pendapatan, maka buy back dapat dijadikan strategi menghindari
pembayaran dividen yang terlalu tinggi. Dengan demikian emiten dapat
memberikan dividen relatif stabil.
43
Penelitian yang dilakukan oleh Pantouw (2008) tentang Dampak dari
Pembelian Kembali Saham dan Pengaruhnya Terhadap Kebijakan Dividen
dan Nilai Perusahaan, menyatakan bahwa ketika suatu perusahaan berada
dalam keadaan stagnan/mendatar pada umumnya mengalami prospek yang
menurun. Pada situasi tersebut manajemen perlu mengambil tindakantindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai perusahaannya.
Buy back atau pembelian kembali saham merupakan salah satu aksi
korporasi/perusahaan atau corporate action yang dilakukan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Dengan melakukan buy back, jumlah
saham yang dimiliki perusahaan berkurang. Berkurangnya jumlah saham
ini akan meningkatkan laba per lembar saham atau earning per share
(EPS) bila perusahaan dapat mempertahankan kinerja keuangannya.
Peningkatan EPS berdampak pada kenaikan harga saham perusahaan.
Harga saham perusahaan mencerminkan nilai suatu perusahaan. Sehingga
kenaikan harga saham dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Dana yang digunakan untuk kegiatan buy back berasal dari laba
ditahan perusahaan. Pendanaan ini menyangkut kebijakan dividen
perusahaan. Bahwa apakah dalam melakukan buy back, perusahaan akan
tetap membagikan sebagian labanya dalam bentuk dividen atau seluruh
laba akan ditahan untuk mendanai buy back. Dengan demikian kebijakan
dividen mendukung kegiatan buy back.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak buy
back terhadap kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Nilai perusahaan
44
terdiri dari nilai pasar saham dan nilai intrinsik saham perusahaan. Analisis
ini digunakan untuk mengetahui apakah keputusan buy back dapat
meningkatkan nilai pasar saham dan nilai intrinsik saham perusahaan serta
untuk mengetahui bagaimana dampak buy back terhadap kebijakan dividen
perusahaan. Penelitian yang dilakukan adalah pada PT. Bank Central Asia
Tbk (BCA). PT. Bank Central Asia, Tbk adalah perusahaan yang bergerak
dalam bidang perbankan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan dana yang berasal dari
laba ditahan perusahaan tahun 2004 sebesar Rp 7.187.069.000.000,- BCA
telah melakukan buy back sebesar 45.493.000 lembar saham selama tahun
2006 dengan total Rp 190.996.000.000,-. Setelah melakukan buy back,
laba per lembar saham atau earning per share (EPS) perusahaan
mengalami kenaikan. Kenaikan EPS ini pada akhirnya berdampak pada
kenaikan
harga
saham
perusahaan.
Kenaikan
harga
saham
ini
meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa buy back
dapat meningkatkan nilai pasar saham dan nilai intrinsik saham BCA.
Tetapi buy back tidak berdampak terhadap kebijakan dividen, dalam arti
tidak ada perubahan dalam hal kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan laba
yang diperoleh BCA jumlahnya besar sehingga BCA tetap dapat
membagikan sebagian labanya dalam bentuk dividen dan sebagian lagi
disimpan dalam bentuk laba ditahan.
45
Download