BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu aktivitas yang dapat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan. Pemasaran digunakan dalam kegiatan pertukaran atau perdagangan. Pemasaran yang baik sangat berpengaruh terhadap kesuksesan bisnis untuk meningkatkan penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Di bawah ini terdapat beberapa pengertian pemasaran menurut beberapa ahli. Menurut Stanton yang dikutip oleh Herry Achmad Buchory (2010:2), pengertian pemasaran adalah sebagai berikut : “Marketing is total system of business design to plan, price, promote and distribute want to satisfying products to target markets to achieve organizational objective”. Artinya : “Pemasaran adalah suatu sistem total dan kegiatan bisnis yang dirancang untuk mendistribusikan barang – barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai sasaran serta tujuan organisasi”. Sedangkan definisi pemasaran menurut Kotler dan Keller (2009:5) adalah sebagai berikut : “Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan 13 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain”. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan dalam organisasi dengan proses menciptakan, mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai kepada pelanggan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan agar menguntungkan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya. 2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang pelaksanaan dari aktivitas pemasaran. Dengan menerapkan ilmu manajemen pemasaran, perusahan dapat menentukan pasar yang dituju dan membina hubungan yang baik dengan pasar sasaran tersebut. Untuk dapat mengetahui lebih jauh mengenai manajemen pemasaran, berikut ini pendapat beberapa ahli tentang manajemen pemasaran : Manajemen pemasaran menurut Kotler dan Keller (2009:6) adalah : “Manajemen pemasaran adalah sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran pelanggan dan meraih, dengan mempertahankan menciptakan, serta menumbuhkan menghantarkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”. Pengertian manajemen pemasaran menurut Herry Achmad Buchory (2010:5) adalah : “Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memuaskan individu dan memenuhi tujuan organisasi”. 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dari kedua pengertian diatas dapat diambil kesimpuloan bahwa manajemen pemasaran adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana suatu perusahaan atau organisasi memilih pasar sasaran yang sesuai, yang dapat mendukung terciptanya tujuan perusahaan dan menjalin hubungan yang baik dengan pasar sasaran tersebut. 2.3 Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan suatu strategi yang umum digunakan oleh perusahaan dalam menghadapi persaingan. Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep dalam teori pemasaran modern. Untuk menghadapi persaingan, perusahaan berusaha meningkatkan keutusan pembelian konsumen dengan cara mengkombinasikan variabel – variabel dalam bauran pemasaran (marketing mix). Untuk menjelaskan hal tersebut, berikut ini kita lihat beberapa definisi dari para ahli sebagai berikut : Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2009:23) menyatakan bahwa : “Bauran pemasaran adalah perangkat alat yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya”. Sedangkan menurut Alma (2009:25) bauran pemasran adalah sebagai berikut : “Marketing mix merupakan strategi mencampur kegiatan – kegiatan marketing agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil paling memuaskan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran adalah rangkaian alat – alat yang dapat dikendalikan, yang berfungsi sebagai strategi pemasaran yang dibaurkan oleh perusahaan untuk membuat respon yang diinginkan dari pasar sasaran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 Unsur marketing menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2006:70) yang sering kita kenal dengan sebutan 4 P yaitu product, price, place dan promotion. Sedangkan bauran pemasaran dalam bentuk jasa perlu ditambah dengan 3 P yaitu people, physical evidance dan process sehingga bauran pemasarannya menjadi 7 P. Adapun pengertian dari masing – masing bauran pemasaran di atas adalah : 1. Produk (Product) Produk merupakan penawaran berwujud perusahaan kepada pasar, yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek dan kemampuan produk. 2. Harga (Price) Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk mendapatkan produk. 3. Tempat (Place) Kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk agar dapat memperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. 4. Promosi (promotion) Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. 5. Orang (people) Semua pelaku yang turut ambil bagian dalam pengujian jasa dan dalam hal ini mempengaruhi persepsi pembeli. Yang termasuk elemen ini adalah personel perusahaan dan konsumen. 6. Bukti fisik (Physical Evidence) Bukti fisik jasa mencakup semua hal yang berwujud berkenaan dengan suatu jasa seperti brosur, kartu bisnis, format laporan dan peralatan. 7. Proses (Process) Semua prosedur actual, mekanisme dan aliran aktivitas dengan mana jasa disampaikan yang merupakan system pengujian operasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17 2.3.1 Produk (product) Penawaran produk merupakan hal yang penting dari program pemasaran suatu perusahaan dan langkah awal dalam membentuk bauran pemasaran. Produk harus dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Berikut ini beberapa definisi produk dari beberapa ahli. Menurut Kotler dan Keller (2009:4) produk adalah : “Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar, untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan konsumen termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan ide”. Menurut Stanton yang dikutip oleh Alma (2009:139) : “Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer) dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya”. Dari definisi tentang produk di atas maka dapat disimpulkan bahwa produk merupakan segala sesuau atribut yang berwujud atau tidak berwujud yang dapat ditawarkan kepada pelanggan yang diciptakan oleh perusahaan untuk digunakan dan dikonsumsi serta memiliki nilai yang menguntungkan sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 18 2.3.1.1 Tingkatan Produk Menurut Kotler (2009 :49) produk memiliki 5 tingkatan, yaitu : 1. Inti Produk (Core Benefit) Inti produk adalah ajasa, manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh pelanggan. 2. Produk Dasar (Basic Product) Pada level kedua pemasar harus dapat mengubah manfaai inti menjadi produk dasar. 3. Produk yang Diharapkan (Expected Product) Serangkaian atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan oleh pembeli ketika mereka membeli produk tersebut. 4. Produk yang Ditingkatkan (Augmented Product) Pemasar harus menyiapkan produk yang ditingkatkan melampaui harapan pelanggan. 5. Produk Potensial (Potential Product) Pada tingkatan kelima terdapat produk potensial yang mencakup semua peningkatan dan transformasi yang pada akhirnya akan dialami produk tersebut di masa depan. 2.3.1.2 Klasifikasi Produk Produk yang akan dipasarkan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu meliputi daya tahan produk, keberwujudan produk dan penggunaan produk yang meliputi konsumen atau industry. Produk dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok seperti yang diungkapakn oleh Kotler (2000:451) berikut ini : Berdasarkan daya tahan dan keberwujudan produk dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 Barang tidak tahan lama (non durable goods) Barang berwujud yang hiasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. Contoh : sabun dan pasta gigi. Barang tahan lama (durable goods) Barang berwujud yang biasanya dapat digunakan berkali –kali. Contoh : Pakaian dan barang elektronik. Jasa (Services) Bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan dan mudah habis. Contoh : Laundry dan travel. Pengklasifikasian barang berdasarkan penggunaan : Barang konsumen (Consumer Goods) Adalah produk yang dibeli konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Banyaknya jenis barang yang dibeli konsumen dapat diklasifikasikan berdasarkan berbelanja konsumen. A. Convenience goods Adalah barang – barang yang biasanya sering dibeli konsumen, segera dan dengan usaha yang minimum. Staples goods, yaitu barang yang dibeli konsumen secara teratur. Impulse goods, yaitu barang yang dibeli konsumen berdasarkan keinginan seketika, tanpa perencanaan atau usaha pencarian. Emergency goods, yaitu barang yang dibeli konsumen saat kebutuhan itu mendesak. Contoh : obat B. Shopping goods Adalah barang – barang yang karakteristiknya dibandingkan berdasarkan kesesuaian kualitas, harga dan gaya dalam proses pemilihan dan pembelian. Contoh : pakaian dan peralatan rumah tangga. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 Homogen shopping goods Yaitu barang – barang yang memiliki mutu yang serupa tetapi mempunyai harga yang cukupberbeda. Heterogen shopping goods Yaitu barang yang berbeda dalam hal keistimewaan dan jasa produk yang mungkin lebih penting dari harganya. C. Speciality goods Adalah barang – barang dengan karakteristik unik dan atau diidentifikasi merek diman untuk memperoleh barang – barang itu sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. D. Unsought goods Adalah barang – barang yang diketahui konsumen namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya. Contohnya peti mati, tanah kuburan dan batu nisan. Barang Industri (Industrial goods) Adalah barang yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau penggunaan yang terkait dengan bisnis. Barang industry dapat diklasifikasikan berdasarkan cara barang itu memasuki proses produksi. Bahan baku dan suku cadang (material and parts) Adalah barang yang seluruhnya menjadi bagian dari produk produsen. Barang modal (capital item) Adalah barang – barang tahan lama yang memudahkan pengembangan dan atau pengelolaan produk akhir. Perlengkapan atau jasa bisnis (supplies and services) Adalah barang dan jasa yang tidak tahan lama yang membantu pengembangan dan atau pengelolaan produk akhir. 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.3.2 Harga (Price) Pada umumnya harga ditetapkan oleh penjual dan pembeli yang sedang bernegoisasi. Penjual akan meminta harga lebih tinggi dari yang mereka harap akan mereka terima, dan pembeli akan menawar kurang dari yang mereka harap akan dibayar. Melalui tawar menawar akhirnya mereka akan sampai pada harga yang dapat diterima. Jadi harga merupakan salah satu unsure yang penting dari kegiatan pemasaran untuk memudahkan setiap produk untuk dijual. Harga merupakan salah satu elemen buran promosi yang menghasilkan pendapatan dan dapat berubah dengan cepat. Untuk itu perusahaan harus dapat menangani penetapan harga dengan baik sebelum dijual kepada konsumen. Pengertian harga menurut Kotler dan Armstrong (2009:430) adalah : “Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang dan jasa, atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang dan jasa”. Sedangkan pengertian harga menurut Swastha (2000:147) adalah : “Harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah uang yang dipertukarkan konsumen untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa”. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah rupiah yang harus dikeluarkan untuk dapat memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. 2.3.3 Saluran Distribusi (Place) Saluran distribusi ini menyangkut pada kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menyalurkan produknya kepada konsumen yang membutuhkan dan menginginkannya pada tempat dan waktu yang tepat. Pengertian saluran distribusi menurut Swastha (2000:190) adalah : 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA “Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen”. Sedangkan pengertian saluran distribusi menurut Lamb, Hair, Mc Daniel (2001:8) adalah : “Saluran distribusi adalah serangkaian dari organisasi yang saling bergantung yang memudahkan pemindahan kepemilikan sebagaimana produk – produk bergerak dari produsen ke pengguna bisnis atau pelanggan”. Dari kedua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi adalah suatu unsur yang memiliki sifat saling ketergantungan dari sebuah organisasi di dalam penyediaan barang dan jasa kepada konsumen. 2.3.4 Promosi (Promotion) Promosi meliputi semua kegiatan yang oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan produknya kepada pasar sasaran agar terjadi tingkat kebutuhan atas poduk tersebut. Definisi promosi menurut Kotler dan Armstrong (2009:74) adalah : “Promosi adalah aktivitas mengkomunikasikan keunggulan produk serta membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya”. Sedangkan menurut Swastha (2000:237) pengertian promosi adalah : “Arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran pemasaran”. 2.4 Merek (Brand) Merek adalah salah satu atribut yang penting dari sebuah produk. Merek suatu produk dapat meberikan nilai tambah pada produk tersebut. Merek tidak hanya sebuah nama bagi suatu produk tetapi merupakan identitas untuk membedakan produk dengan produk yang dihasilkan oleh pesaing. Dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 23 memiliki identitas khusus, suatu produk akan mudah dikenali oleh konsumen dan akan memudahkan konsumen pada saat pembelian ulang produk tersebut. Tujuan perusahaan memberikan merek adalah menciptakan pembelian ulang konsumen terhadap produk yang dihasilkannya. Selain itu pemberian merek juga dapat mengembangkan hubungan yang baik dengan konsumen. Hubungan yang baik dengan konsumen diharapkan dapat menghasilkan pangsa pasar yang lebih besar dan mampu meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan laba perusahaan. 2.4.1 Pengertian Merek (Brand) Merek merupakan atribut produk yang penting dan dapat mempengaruhi kegiatan pemasaran dari suatu perusahaan. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dari merek (brand) maka penulis mengemukakan beberapa pengertian brand dari beberapa ahli. Pengertian brand menurut Koter dan Armstrong (2009:349) : “Merek adalah suatu nama, kata, tanda, symbol atau desain atau kombinasi dari semuanya yang mengidentifikasi pembuat atau penjuual produk dan jasa tertentu”. Sedangkan menurut Alma (2009:147) merek adalah : “Suatu tanda atau symbol yang memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang dapat berupa kata – kata, gambar atau kombinasi keduanya”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian merek dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Pemberian merek merupakan strategi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 24 perusahaan untuk mengidentifikasikan produknya dan membedakan produknya dari produk pesaing. Menurut Kotler dan Armstrong (2009:76) merek terdiri dari : a. Nama Merek (brand name) adalah sebagian dari merek dan yang diucapkan. b. Tanda merek (brand mark) adalah sebagian dari merek yang dapat dikenal, tetapi tidak dapat diucapkan seperti lambang, desain, huruf atau warna khusus. c. Tanda merek dagang (trademark) adalah merek atau sebagian dari merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya menghasilkan sesuatu yang istimewa. d. Hak cipta (Copyright) adalah hak istimewa yang dilindungi undang – undang untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis, karya musik dan karya seni. 2.4.2 Karakteristik Merek Setiap perusahaan tentu menginginkan merek yang digunakan oleh produknya menjadi pilihan konsumen sehingga memberikan dorongan yang besar bagi keberhasilan produk tersebut di pasar. Menurut Rangkuty (2002:37) karakteristik merek adalah sebagai berikut : 1. Nama merek harus menunjukkan manfaat dan mutu produk tersebut. 2. Nama merek harus mudah diucapkan, dikenal dan diingat. 3. Nama merek harus mudah terbedakan,artinya harus spesifik dan khusus. 4. Nama merek harus mudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing. 5. Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum. Merek yang baik harus memenuhi karakteristik di atas, meskipun pada kenyataannya tidak semua merek dapat memenuhi karakteristik tersebut. Tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 25 bagi perusahaan yang ingin memiliki keunggulan dalam bersaing, mereka akan berusaha untuk memenuhi kriteria – kriteria tersebut bagi produk yang dihasilkannya sehinga dapat memenuhi tujuan dari pemberian merek. 2.4.3 Manfaat Merek Merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen atau organisasi untuk menetapkan tanggung jawab pada pembuat atau distributor tertentu. Manfaat merek bagi produsen menurut Keller (2003) yang dikutip oleh Tjiptono (2007:20) adalah : a. Sebagai sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi. b. Sebagai bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. c. Sebagai signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. d. Sebagai sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari pesaing. e. Sebagai sumber keunggulan kompetitif, terutama mengenai perlindungan hokum, loyalitas pelanggan dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen. f. Sebagai sumber financial returns terutama menyangkut pendapatan di masa yang akan datang. 2.5 Citra Merek (Brand Image) 2.5.1 Pengertian Citra Merek (Brand Image) Setiap perusahaan selalu menganggap brand image sebagai hal yang penting karena dapat membantu perusahaan tersebut untuk memposisikan diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 26 mereka, pasar dan membantu dalam mempertahankan konsumen. Konsumen sering mengartikan bahwa produk yang memiliki brand yang baik sebagai produk yang berkualitas baik pula. Brand image yang baik akan mendorong untuk meningkatkan volume penjualan. Untuk lebih jelasnya, berikut pengertian tentang brand image yang diungkapkan oleh beberapa ahli. Pengertian brand image menurut Kotler dan Keller (2009:332) adalah : “Suatu kesan yang ada dalam benak konsumen mengenai suatu merek yang hal ini dibentuk oleh pesan dan pengalaman konsumen mengenai merek, sehingga menimbulkan citra yang ada dalam benak konsumen”. Menurut Fandy Tjiptono (2007:49) pengertian brand image adalah : “Deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu”. Jadi brand image adalah pemahaman dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Brand image yang baik akan mendorong calon pembeli untuk membeli produk tersebut daripada membeli produk yangsama dengan merek yang berbeda. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk menjaga brand image perusahaannya agar selalu mendapatkan kepercayaan dari konsumen. 2.5.2 Manfaat Citra Merek (Brand Image) Brand Image merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan dalam menempatkan merek di benak konsumen. Penempatan brand image yang benar akan membawa citra positif bagi produk yang ditawarkan perusahaan. Beberapa manfaat dari brand image adalah : 1. Image dapat dibuat sebagai tujuan didalam strategi pemasaran. 2. Image dapat dipakai sebagai suatu dasar untuk bersaing dengan brand – brand lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 27 3. Brand image dapat membantu penjualan suatu brand. 4. Brand image dapat dipakai untuk mengevaluasi efek kualitas dari strategi pemasaran. 5. Brand image dapat dihasilkan dari faktor – faktor lain di luar usaha – usaha strategi pemasaran. 2.5.3 Diferensiasi Brand Image Konsumen mungkin memiliki tanggapan yang berbeda terhadap citra perusahaan. Setiap perusahaan bekerja keras untuk mengembangkan citra yang membedakan merek mereka dengan pesaing. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor diluar kontrol perusahaan. Agar citra tersebut dapat berfungsi maka citra tersebut harus disampaikan melalui setiap sarana komunikasi yang tersedia dan kontak merek pesan ini dapat disampaikan melalui hal – hal di bawah ini, Kotler (2009:338) : a. Lambang Citra dapat diperkuat dengan menggunakan simbol yang kuat. Perusahaan dapat memilih sebuah simbol atau warna pengidentifikasi. Contoh : lambang apel untuk Apple Computer. b. Media Citra yang dipilih harus ditampilkan dalam iklan yang menyampaikan suatu cerita, suasana hati, pernyataan sesuatu yang jelas berbeda dengan yang lain. Contoh : Pesan itu harus tampak di laporan tahunan, brosur dan catalog, peralatan kantor serta kartu nama. c. Suasana Ruang fisik yang ditempati organisasi merupakan pencipta citra yang kuat lainnya. Contoh : Hyatt Regency mengembangkansuatu citra tersendiri melalui atriumnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 28 d. Peristiwa Suatu perusahaan dapat membangun suatu identitas melalui jenis kegiatan yang disponsorinya. Contoh : Perrier, perusahaan air botolan tampil menonjol dengan membangun sarana olah raga dan mensponsori acara – acara olah raga. 2.6 Perilaku Konsumen 2.6.1 Pengertian Perilaku Konsumen Setiap orang memiliki sikap terhadap berbagai hal yang akan diwujudkan dalam bentuk suka (liking) atau tidak suka (disliking) terhadap hal – hal tertentu. Konsumen membuat sejumlah keputusan pembelian setiap hari dan memiliki sikap terhadap produk – produk dan jasa – jasa yang ditawarkan kepadanya. Menurut Kotler dan Armstrong (2009:158), perilaku konsumen adalah sebagai berikut : “Perilaku konsumen adalah perilaku pembelian konsumen akhir, perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi”. Sedangkan menurut Engel et al. Yang dikutip oleh Tjiptono (2007:19), definisi perilaku konsumen adalah sebagai berikut: “Perilaku konsumen merupakan tindakan – tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan dan menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan tersebut”. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 29 Jadi perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga yang menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi dan menghabiskan produk. 2.6.2 Proses Keputusan Pembelian Menurut Kotler (2009:204) terdapat lima tahap dalam proses keputusan pembelian. Tahap – tahap tersebut terdiri dari : 1. Pengenalan kebutuhan atau masalah (need recognition) Proses pembelian dimulai pada saat pembeli mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Para pemasar kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang dapat memicu niat beli konsumen. 2. Pencarian informasi (information search) Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak yang terbagi pada dua tingkat yaitu situasi perhatian yang menguat dan pencarian informasi secara aktif. Sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok, yaitu a. Sumber pribadi : keluarga, teman – teman, tetangga dan kenalan. b. Sumber niaga : periklanan, petugas penjualan, penjual, kemasan. c. Sumber umum : media massa dan organisasi konsumen. d. Sumber pengalaman : pernah menangani, menguji dan Mempergunakan produk. 3. Evaluasi alternatif (evaluation of alternative) Setelah mencari informasi, konsumen akan dihadapkan kepada sejumlah merek yang dapat dipilih. Pemilihan alternatif ini melalui suatu 30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA proses evaluasi sejumlah konsep tertentu akan membantu memahami proses ini yaitu : a. Konsumen akan memepertimbangkan berbagai sifat produk. b. Pemasar jangan memasukan ciri – ciri yang menonjol dari suatu produk sebagai sesuatu yang paling penting. Pemasar harus lebih mempertimbangkan kegunaan ciri – ciri tersebut. c. Konsumen biasanya membangun seperangkat kepercayaan merek sesuai dengan ciri – cirinya. d. Konsumen diasumsikan memiliki sejumlah fungsi kegunaan atas setiap ciri. Fungsi kegunaan menggambarkan bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan dari suatu produk yang bervariaasi pada tingkat yang bervariasi dari masing – masing ciri. e. Terbentuknya sikap konsumen terhadap beberapa pilihan merek melalui prosedur penilaian. Konsumen ternyata menerapkan prosedur penilaian yang berbeda untuk membuat suatu pilihan diantara sekian banyak ciri – ciri objek. 4. Keputusan pembelian Tahap penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan mereka di antara beberapa merek yang tergabung dalam perangkat pilihan. Konsumen membentuk suatu minat terhadap merek yang paling disukai. 5. Perilaku pasca pembelian (post purchase behavior) Setelah membeli suatu produk konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk telah dibeli, namun akan terus berlangsung hingga periode pasca pembelian. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemasar setelah produk terjual adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 31 a. Kepuasan pasca pembelian Konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang mereka terima tentang produk. Jika kenyataannya yang mereka dapat ternyata berbeda dengan yang mereka harapkan maka mereka merasa tidak puas. Dan sebaliknya apabila produk memenuhi harapan, maka mereka akan puas. b. Tindakan pasca pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen puas maka ia akan membeli kembali produk tersebut. Para konsumen yang tidak puas mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut. Para pemasar dapat menggunakan berbagai cara untuk mengurangi ketidakpuasan konsumen ini, salah satunya dengan membentuk komunikasi yang baik. c. Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian Para pemasar juga harus memantau cara pembeli memakai dan membuang produk tertentu. Jika para konsumen tersebut menjual atau mempertukarkan produk tersebut, penjualan produk baru akan menurun. Jika konsumen membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara membuangnya terutama jika produk tersebut dapat merusak lingkungan. 2.6.3 Jenis – Jenis Perilaku Pembelian Pengambilan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas kebutuhan dan keinginan. Pengambilan keputusan konsumen yang berbeda – beda, tergantung pada jenis keputusan pemebelian konsumen berdasarkan tingakat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek, seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2009:221), yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 32 1. Perilaku pembelian yang rumit Biasanya terjadi pada pembelian produk yang mahal, jarang dibeli, beresiko dan konsumen tidak banyak tahu tentang atribut produk yang akan dibeli. Pemasar perlu menyusun strategi yang dapat membantu pembeli dalam mengenal atribut – atribut produk. Contoh : kendaraan, rumah dan lain – lain. 2. Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan Konsumen mengaggap setiap merek cenderung tidak memiliki perbedaan. Konsumen memiliki pertimbangan harga, jika konsumen menemukan peredaan mutu anatara merek tersebut, mungkin dia akan memilih harga yang lebih tinggi. Tetapi jika konsumen menemukan perbedaan yang kecil maka akan membeli berdasarkan harga dan kenyamanan. Contoh : barang elektronik, meubel dan lain – lain. 3. Perilaku pembelian karena kebiasaan Produk murah dan sering dibeli bukan Karen abrand royalty, tetap karena kebiasaan dalam membeli produk tersebut. Pemasar menetapkan strategi harga dan sales promotion. Contoh : deterjen, gula, garam dan lain – lain. 4. Perilaku pembelian yang mencari variasi Konsumen sering berganti merek bukan karena tidak puas tetapi karena bosan atau ingin mencoba sesuatu yang baru. Pemasar akan berusaha mendorong perilaku pembelian karena kebiasaan dengan cara iklan yang gencar. Contoh : teh, shampo, mie instan dan lain – lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 33 2.6.4 Niat Beli Konsumen Dalam usaha menumbuhkan niat beli konsumen, pemasar harus terlebih dahulu memahami bagaimana konsumen mengambil keputusan dalam pembelian. Niat beli dapat timbul setelah konsumen menerima stimulus dari sesuatu yang dia lihat. Menurut Kotler (2009:208) niat beli konsumen didefinisikan sebagai berikut : “Niat beli merupakan dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk membeli barang dan jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhannya”. Sedangkan menurut Schifman dan Kanuk (2007:228) niat pembelian adalah : “Suatu model sikap seseorang terhadap objek barang yang sangat cocok dalam mengukur sikap terhadap golongan produk, jasa atau merek tertentu”. Menurut Ajzen dalam Theory of Reasoned Action ini menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Menurut Bearman (2012 :202) tumbuhnya niat beli konsumen disebabkan oleh unsur – unsur yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu : 1. Rangsangan Rangsangan merupakan suatu isyarat yang ditujukan untuk mendorong atau menyebabkan seseorang bertindak. 2. Kesadaran Kesadaran merupakan sesuatu yang memasuki pikiran seseorang. Kesadaran dipengaruhi oleh pertimbangan atau barang dan jasa itu sendiri. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 34 3. Pencarian informasi Aspek pencarian informasi terdiri dari enam bagian, yaitu : Informasi intern Bersumber dari pribadi konsumen itu sendiri dalam memilih barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Informasi ekstern Informasi yang diperoleh dari luar diri konsumen seperti iklan dan sumber sosial seperti keluarga, teman dan kolega. Memastikan sifat yang khas dari setiap pilihan yang ada Pada tahap ini, konsumen mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan ciri dan sifat dari setiap pilihan. Setiap menentukan pilihannya, maka konsumen memutuskan barang yang akan dibelinya. Pemilihan alternatif Tahap ini dilakukan apabila beberapa barang atau jasa merupakan suatu pilihan yang sulit bagi konsumen untuk mengevaluasi alternatif yang tersedia. Pembelian Suatu tahap dimana konsumen telah menentukan pilihannya dan benar – benar bertindak membeli barang atau jasa. Di dalam pembelian terdapat faktordan reaksi yang mempengaruhinya, antara lain : Tempat pembelian Bentuk pembelian Barang atau jasa tersedia Tempat dimana membeli 35 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tempat pembelian merupakan salah satu pertimbangan konsumen ketika membeli suatu barang atau jasa. Sebuah toko yang memiliki citra yang baik dalam pandangan atau persepsi konsumen akan merangsang konsumen untuk berbelanja di tempat tersebut. 2.7 Pengaruh Brand Image Terhadap Niat Beli Konsumen Brand image (citra merek) merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan oleh konsumen sebelum membeli suatu barang atau jasa. Image yang diyakini oleh konsumen berbeda – beda tergantung pada persepsi masing – masing individu. Saat ini pengambilan keputusan pembelian terhadap suatu produk dipengaruhi oleh brand image. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menciptakan brand image yang baik di benak konsumen agar konsumen melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Menurut Schifman dan Kanuk (2007:173), jika konsumen tidak memiliki pengalaman dengan suatu produk, mereka cenderung untuk “mempercayai” merek yang disukai atau yang terkenal. Para konsumen sering menganggap merek yang terkenal lebih baik dan pantas dibeli karena adanya jaminan penuh terhadap kualitas, kehandalan kinerja dan pelayanan. Dengan begitu niat beli konsumen terhadap barang tersebut akan tumbuh dengan sendirinya karena dengan brand image yang baik, produk atau merek akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen. Sebaliknya, apabila brand image tidak baik atau negatif dalam pandangan konsumen, maka niat beli konsumen menjadi rendah. Image yang positif atau baik akan membantu perusahaan dalam mempromosikan produk atau jasa yang dipasarkannya dan hal tersebut juga akan menjadi kekuatan bagi perusahaan dalam menghadapi peraingan. Apabila perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen maka niat beli konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan semakin tinggi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 36 Niat seseorang untuk berperilaku dapat menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Menurut Ajzen dalam Theory of Reasoned Action bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial. Niat beli konsumen didasari oleh teori alasan bertindak (Fishbein dalam Peter & Olson, 2006:147). Teori ini mengasumsikan bahwa konsumen selalu mempertimbangkan secara sadar konsekuensi dari pemilihan yang berakibat keinginan atau niat untuk melakukan atau bertindak sesuai dengan pilihan perilaku.