Volume 2, Nomor 2, September 2015 ISSN 2442-7039 MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA Dinni Randayani Lubis,* Enda Mora Dalimunthe,** Herlindawati *Program Studi Kebidanan STIKes Binawan. Jl. Kalibata Raya No. 25-30 Jakarta Timur 13630 ** Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyrakat Stikes Aufa Royhan. Jl SM Raja Batunadua Padangsidimpuan Email korespodensi: [email protected] ABSTRAK Pendahuluan : Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian permainan edukatif dengan perkembangan motorik pada balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2015. Metodologi penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu yang mempunyai balita yang ada di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 yaitu 175 orang. Sampel berjumlah 64 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Hasil: dari 64 orang responden pemberian permainan edukatif mayoritas berada pada kategori tidak diberikan sebanyak 38 orang (59,4 %). Perkembangan motorik pada balita responden mayoritas berada pada kategori Tidak Normal 42 orang (65,6 %). Hasil uji Chi-Square diperoleh hasil p-value sebesar 0,000. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa p-value < 0,05 dengan demikian nilai signifikansi p-value 0,000 < 0,05. Diskusi ada hubungan pemberian permainan edukatif dengan Perkembangan Motorik Balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 Kata Kunci : Permainan Edukatif, Perkembangan Motorik, Balita Benefits the Provision of Educational Game to the Development of Motor in Toddlers ABSTRACT Introduction: The purpose of this study was to determine the relationship of the provision of educational games with motor development in infants Palopat Maria Village District of the City Hutaimbaru Padangsidimpuan 2015. Method: This research method using descriptive quantitative. The population in this study is a mother who has a toddler in the village Palopat Maria City district Hutaimbaru Padangsidimpuan 2015 is 175 people with samples of 64 people. Samples were taken by simple random sampling. Result: of the 64 respondents giving educational games that are in the majority of categories is not given as many as 38 people (59.4%). Motorik development in infants majority of respondents in the category abnormal 42 people (65.6%). The results of Chi-Square test results obtained p-value of 0.000. From these results it can be concluded that the p-value <0.05 and is therefore significant value p-value 0.000 <0.05, Discussion: there is a connection with the provision of educational games toddler motor skills development in the Village District of Hutaimbaru Palopat Maria City Padangsidimpuan 2015 Keywords: Educational games, motor skills development, Toddler MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA Page 49 Volume 2, Nomor 2, September 2015 PENDAHULUAN Tahun pertama kehidupan adalah periode pertumbuhan dan perkembangan yang tercepat dan terpenting bagi seorang individu. Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal upaya yang dapat dilakukan yaitu melelui stimulasi bermain menggunakan alat permainan edukatif (APE), sehingga dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Ibu memegang peranan yang sangat penting dalam melaksanakan stimulasi bermain karena ibu adalah sosok yang paling dekat dengan anak, untuk itu diperlukan pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif (Soetjiningsih, 2005). Permainan edukatif memang di susun dalam rangka melatih untuk lebih menyiapkan konsentrasi ketika menggunakan mainan tersebut. Misalnya ketika seorang anak bermain puzzle, maka konsentrasi dan pandangan matanya di tuntut untuk bisa fokus, supaya ia dapat menyusun puzzle tersebut dengan benar. Dalam tahap ini secara tidak sadar, seorang anak yang bermain puzzle sebenarnya ia sedang berlajar berkonsentrasi, selain itu permainan edukatif akan merangsang motorik halus dan kasar pada anak. Motorik halus diperoleh ketika anak menjemput mainan, meraba, memegang dengan kelima jarinya, dan sebagainya, sedangkan rangsangan motorik kasar didapat anak saat menggerak-gerakkan mainannya, melempar, mengangkat, dan sebagainya (Ningsih, 2013). Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual, maupun emosional. Pertumbuhan. Perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain. Pertumbuhan dan perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari perilaku sosial di lingkungan anak (Alimul Hidayat, 2013). Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau ISSN 2442-7039 penyakit neuromuskular. Anak dengan cerebral palsy dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik seperti keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik (Sumarno, 2011) Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 peneliti melakukan wawancara terhadap 10 ibu yang mempunyai balita, 7 mengatakan perkembangan balita cukup dipantau. Sebab mayoritas ibu yang mempunyai balita adalah petani sehingga banyak balita yang tidak diperhatikan perkembangan karena orang tuanya pulang menjelang sore. Hal ini mengakibatkan ibu kurang mampu mendeteksi apabila terjadi gangguan perkembangan motorik pada balitanya dan ini merupakan suatu kondisi yang harus diperhatikan oleh orang tua bahwa perkembangan anak bukan hanya di pantau 6 bulan saja melainkan suatu perhatian sepenuhnya baik secara perkembangan sikap atau perilaku balita. Hal ini yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian hubungan pemberian permainan edukatif dengan perkembangan motorik balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2015. Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan pemberian permainan edukatif dengan perkembangan motorik pada balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2015. MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA Page 50 Volume 2, Nomor 2, September 2015 BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional yang akan memberikan Hubungan Pemberian Permainan Edukatif dengan Perkembangan Motorik Balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu balita yang ada di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 yaitu 175 orang. Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas maka diketahui jumlah sampel dari populasi 175 orang didapat sampel penelitian sebanyak 64 orang responden. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel pada setiap balita diambil secara acak dan setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel serta mewakili. HASIL Karakteristik Responden di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 NO 1 2 3 4 Umur(tahun) 20 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 - 50 tahun > 50 tahun 1 Jumlah Pendidikan terakhir SMP 2 SMA 3 Perguruan Tinggi 2 3 16 8 4 % 56,3 25,0 12,5 6,3 64 100 14 21,9 42 65,6 8 64 12,5 100 Pegawai Negeri 5 7,8 Wiraswasta 12 18,8 Ibu Rumah Tangga Jumlah 47 64 73,4 100 Jumlah Pekerjaan 1 Jml (Orang) 36 ISSN 2442-7039 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada pada kategori umur 20-30 tahun sebanyak 36 orang (56,3 %) dan minoritas responden berada pada kategori umur > 50 tahun keatas sebanyak 4 orang (6,3 %). Tingkat pendidikan terakhir mayoritas dari responden adalah SMA sebanyak 42 orang (65,6 %) dan tingkat pendidikan minoritas responden adalah Perguruan Tinggi sebanyak 8 orang (12,5 %). Pekerjaan mayoritas responden adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 47 orang (59,4%) dan pekerjaan minoritas responden adalah Pegawai Negeri sebanyak 5 orang (7,8 %). Distribusi Permainan Edukatif Responden di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 No Permainan Edukatif Frekuensi % 1 2 Diberikan Tidak Diberikan Jumlah 26 38 64 40,6 59,4 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkkan bahwa dari 64 responden yang diteliti menunjukkan bahwa pemberian permainan edukatif responden mayoritas berada pada kategori tidak diberikan sebanyak 38 orang (59,4 %) dan permainan edukatif responden minoritas berada pada kategori diberikan sebanyak 26 orang (40,6%). MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA Page 51 Volume 2, Nomor 2, September 2015 ISSN 2442-7039 Distribusi Perkembangan Motorik Balita Responden di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 No 1 2 Pekembangan Motorik Frekuensi Normal Tidak Normal Jumlah 22 42 64 Berdasarkan tabel diatas menunjukkkan bahwa dari 64 responden yang diteliti menunjukkan bahwa tingkat perkembangan motorik balita mayoritas reponden berada pada kategori Tidak Normal % 34,4 65,6 100 42 orang (65,6 %) dan tingkat perkembangan motorik balita minoritas responden berada pada kategori Normal sebanyak 22 orang (34,4 %). Hubungan Pemberian Permainan Edukatif dengan Perkembangan Motorik Balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 No 1 2 Pemberian Permainan Edukatif Diberikan Tidak Diberikan Total Perkembangan Motorik Balita Normal 17 5 22 (%) 26,6 7,8 34,4 Tidak Normal 9 33 42 (%) Jlh (%) 14,0 51,6 65,6 26 38 64 40,6 59,4 100,0 P value 0,005 Dari tabel dapat diketahui bahwa dari sebagian besar responden Tidak Diberikan Permainan Edukatif yaitu berjumlah 38 responden. Dari 38 responden tersebut, sebanyak 33 responden berada pada kategori Tidak Normal perkembangan motorik balita, 5 responden berada pada kategori Normal perkembangan motorik balita. Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh hasil p-value sebesar 0,000. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa p-value < 0,05, dengan demikian nilai signifikansi pvalue 0,000 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan pemberian permainan edukatif dengan Perkembangan Motorik Balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua telah memberikan permainan pada anak Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Amalia (2010) yang juga menemukan bahwa sebagian besar orang tua diketahui telah memberikan alat permainan edukasi pada anaknya dengan baik. Meskipun demikian persentase orang tua yang kurang baik dalam memberikan alat permainan edukasi pada penelitian peneliti jauh lebih tinggi yakni mencapai 34,4% sedangkan pada penelitian Amalia (2010) persentasenya hanya mencapai 20,7% atau kurang dari seperempat sampel penelitian. Tingginya persentase orang tua yang tidak memberikan alat permainan edukasi pada penelitian ini disebabkan oleh faktor pendidikan. Amalia (2010) dalam penelitiannya juga menegaskan bahwa pengetahuan orang tua berhubungan dengan pemberian alat permainan edukasi. Orang tua yang berpendidikan tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memahami pemilihan alat permainan edukasi. MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA Page 52 Volume 2, Nomor 2, September 2015 Perkembangan motorik pada balita yang tidak diberikan permainan edukatif menunjukkan hasil sebanyak 38 orang (59,4 %). Banyaknya stimulasi motorik halus yang tidak diberikan ini di sebabkan ketidak tahuan ibu tentang kebutuhan perkembangan terkait dengan motorik halus anak sesuai usianya. Akan tetapi stimulasi haruslah diberikan secara berkesinambungan. Stimulasi juga membutuhkan alat sederhana sebagai obyek yang digunakan dalam merangsang perkembangan motorik anak seperti halnya sarana penunjang untuk stimulasi yang dimiliki terbatas,. Ketidakadaan alat stimulasi ini sejalan dengan pernyataan Soetjiningsih (2005) bahwa perlu dibutuhkan alat bantu dalam memberikan stimulasi motorik halus dan anak distimulasi secara berkelanjutan. Hubungan pemberian permainan edukatif dengan perkembangan motorik pada balita dapat dilihat pada hasil penelitian bahwa sebanyak 33 orang balita berada kategori tidak normal terhadap perkembangan motoriknya. Berdasarkan data dan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap fasilitas bermain dan belajar yang dimiliki orang tua, sebagian besar orang tua tidak mempunyai banyak alat bantu permainan yang variatif dan edukatif untuk memberikan stimulasi pada anak seperti berbagai jenis susunan balok, bermain manik-manik atau benda-benda kecil yang lain, mencoret-coret atau gambar-gambar yang berwarna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soetjiningsih (2005), stimulasi merupakan hal yang penting untuk perkembangan anak, dalam stimulasi juga membutuhkan alat bantu sederhana sesuai tingkat usia perkembangan, anak yang mendapat stimulasi yang teratur dan terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat stimulasi. Adanya hubungan pemberian permainan edukatif dengan perkembangan motorik pada balita sangatlah mendukung pertumbuhan dan perkembangan dari seorang balita, dari sini dapat dikatakan bahwa peran ibu haruslah aktif dalam memberikan stimulasi kepada anak seperti dalam memberikan stimulasi dengan gerakangerakan yang mudah namun menyenangkan dan mudah di inggat oleh anak, sebaliknya ISSN 2442-7039 ibu yang kurang aktif dalam memberikan stimulasi menjadikan anak akan terbatas dalam melakukan gerakan yang tidak disadari berdampak pada perkembangan motoriknya selain itu peran ibu sangatlah besar dalam pemilihan permainan yang tepat pada balita. KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Adanya Hubungan Pemberian Permainan Edukatif dengan Perkembangan Motorik Balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2016, menurut hasil uji Chi-Square diperoleh hasil p-value sebesar 0,000. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa p-value < 0,05 dengan demikian nilai signifikansi p-value 0,000 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Saran Dengan adanya penelitian ini diharapkan kepada petugas kesehatan untuk dapat melaksanakan penyuluhan kepada ibu balita tentang pentingnya pemberian permainan edukatif dengan perkembangan motorik pada balita dan kepada orang tua diharapkan untuk mau terus melakukan stimulasi dan pemantauan secara berkala di tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan. KEPUSTAKAAN Alimul Hidayat, A. (2013). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. 1st ed. Jakarta: Salemba Medika. Harlisa, M., Amalia, A. and Koswara, D. (2010). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif (Ape) Dengan Pemberian Ape Pada Anak Usia 4-6 Tahun Di Tk Srirande 02 Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan. Stikes Muhla, [online] 1(5), pp.22-36. Available at: http://stikesmuhla.ac.id/wpcontent/uploads/5.-Mila-HarlisahAmirul-Amalia-DadangKusbiantoro.pdf [Accessed 22 Feb. 2016]. Ningsih (2013), Games Sans Kreatif dan Menyenangkan Ruang Kata. Bandung. Soetjiningsih, 2005, Perkembangan motorik pada balita, .http ://www. Kti.com Akses 20 April 2015 MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA Page 53