AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI

advertisement
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSIFRAKSI DARI EKSTRAK ETANOL DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN
Bacillus subtilis SERTA PROFIL KLTNYA
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
NURIDA WULAN FEBRIANI
K 100100104
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2014
2
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI-FRAKSI DARI
EKSTRAK ETANOL DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Bacillus subtilis SERTA
PROFIL KLTNYA
ANTIBACTERIAL ACTIVITIES ETHANOL EXTRACT AND THEIR FRACTION
OF THE OIL PALM LEAVES (Elaeis guineensis Jacq) AGAINST Staphylococcus
aureus AND Bacillus subtilis BACTERIA WITH TLC PROFILE
Nurida Wulan Febriani dan Rima Munawaroh
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl.Ahmad Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
Email : [email protected]
ABSTRAK
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang memiliki berbagai manfaat. Salah satu bagian tanaman
yaitu daunnya memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
antibakteri ekstrak etanol daun kelapa sawit dan fraksi-fraksinya terhadap bakteri Staphylococcus aureus
dan Bacillus subtilis serta mengetahui kandungan senyawa yang ada didalamnya. Daun kelapa sawit
diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% dan difraksinasi dengan metode partisi caircair menggunakan pelarut n-heksan, kloroform dan etil asetat. Uji aktivitas dibuat menggunakan 3 seri
konsentrasi untuk ekstrak yaitu 1,5 mg/disk, 1,95 mg/disk, 2,25 mg/disk dan fraksi 1,5 mg/disk, 2,25 mg/disk,
3 mg/disk. Hasil uji aktivitas menunjukkan ekstrak etanol konsentrasi 1,95mg/disk menghasilkan zona
hambat pada bakteri Bacillus subtilis sebesar 6,67± 0,28, sedangkan fraksi etil asetat pada konsentrasi
terkecil 1,5 mg/disk memiliki zona hambat pada kedua bakteri Staphylococcus aureus (6,33±0,28 mm) dan
Bacillus subtilis (6,5±0 mm) dan fraksi etanol air 1,5 mg/disk memiliki zona hambat pada Staphylococcus
aureus (6,8±0,57 mm) dan Bacillus subtilis (7,33±0,76 mm) sedangkan fraksi n-heksan dan fraksi kloroform
tidak memiliki antivitas antibakteri. Dari hasil KLT menunjukkan ekstrak etanol daun kelapa sawit
mengandung tanin, tanin, flavonoid, triterpenoid dan alkaloid, fraksi etil asetat mengandung alkaloid,
tanin, alkaloid, flavonoid dan fraksi etanol air mengandung tanin, alkaloid dan steroid
Kata kunci : Kelapa sawit, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, KLT, Antibakteri
ABSTRACT
The oil palm is one of traditional plant, most of part, like a leaf have antibacterial activity. The aim in this
study is to determinate antibacterial activity of ethanol extract and their fraction from oil palm leaves agains
Staphylococcus aureus and Bacillus subtilis bacteria and their TLC profile. Oil palm leaves are extracted by
ethanol 96% and their fraction made by liquid-liquid partition methode used n-heksan, chloroform, ethyl
acetat and mixed water-ethanol. Determinate antibacterial activity using three concentration 1,5mg/disk,
1,95mg/disk, 2,25mg/disk for ethanolic extract and 1,5mg/disk, 2,25mg/disk, 3mg/disk for the fractions. The
result is ethanolic extract in concentration 1,95mg/disk can inhibit bacillus subtilis with the inhibiting zone
6,67± 0,28. Wheares ethyl acetat fraction in lowest concentration 1,5mg/disk can inhibit both the bacteria
with inhibiting zone (6,33±0,28) in Staphylococcus aureus and (6,5±0) in Bacillus subtilis, and aquoes-ethanol
fraction have inhibiting zone in both bacteria in lowest concentration 1,5mg/disk (6,8 ±0,57) in
Staphylococcus aureus and (7,33±0,76) in Bacillus subtilis.the n-hexane fraction and chloroform franction the
antibacterial activity of both the bacteria are none. The TLC result show the ethanolic extract contains of
some compound such as tannin,triterpenoid, flavonoid,and alkaloid, the ethyl acetat fraction contains of
flavonoid,alkaloid, tannin and the aquoes-ethanol fraction contain of tanin, alkaloid and steroid.
keyword : oil palm, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, TLC, Antibacterial activity
PENDAHULUAN
Infeksi merupakan suatu masalah kesehatan yang serius, data WHO menyebutkan 43
juta dari 58 juta penduduk dunia menigggal akibat penyakit ini (Gannon, 2000). Infeksi
disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogen yang masuk ke dalam bagian tubuh
melalui lingkungan yang dapat mengganggu aktivitas biologis (Gibson,1996). Kelapa
sawit merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh baik terutama di kawasan Afrika, Asia
1
dan Amerika Latin (Setyamindjaja, 1991). Hampir setiap bagian tanamannya memiliki
manfaat yang dapat digunakan untuk pengobatan.
Menurut penelitian yang dilakukan Vijayarathna (2012) ekstrak metanol daun kelapa
sawit memiliki aktivitas antibakteri dan antifungi yang ditunjukkan dengan adanya zona
hambat pada beberapa bakteri seperti Bacillus subtilis dengan konsentrasi hambat
minimum atau KHM sebesar 12,5 mg/ml, Escherichia coli 12,5 mg/ml, Pseudomonas
aeruginosa 6,25 mg/ml, Staphylococcus aureus 6,25 mg/ml, Salmonella typhi 6,25 mg/ml,
Klebsiella pneumonia >50 mg/ml, Proteus mirabilis > 50mg/ml, dan Candida albicans
6,25 mg/ml (Sasidharan et al., 2010). Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian
tentang aktivitas antibakteri ekstrak daun kelapa sawit dengan pelarut yang berbeda yaitu
etanol dan melakukan fraksinasi dengan berbagai pelarut seperti n-heksan, kloroform, etil
asetat, dan etanol- air yang kemudian diuji aktivitas antibakterinya terhadap Stapylococcus
aureus dan Bacillus subtilis.
METODE PENELITIAN
Alat
:
micropipette, vacuum
rotary evaporator
(Heidolph e-hb®), incubator
(Memmert®), oven (Memmert®) shaker incubator (Excella 24®), laminar air flow (Astari
niagara international®), autoklaf (My Life®), timbangan analitik (Presica®), cawan petri
(Pyrex®), pipet tetes, pembakar Bunsen, tabung reaksi (Pyrex®), gelas ukur (Pyrex®),
Erlenmeyer (Pyrex®),
Bahan : daun kelapa sawit dari perkebunan Kalimantan Tengah, bakteri Staphylococcus
aureus dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi UMS dan Bacillus subtilis dari
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UGM, etil asetat, etanol 96 %, alkohol
70%, kloroform, n-heksan, akuades, hidrogen peroksida, media BHI (Brain Heart
Infussion), Mueller Hinton, Simon’s Citrate Agar, MSA (Mannitol Salt Agar) dan cat
Gram.
CARA PENELITIAN
a. Determinasi tanaman
Determinasi dilakukan dengan mengambil bagian tanaman berupa buah, bunga, dan
daun yang kemudian semua bagian tanaman dicocokkan dengan buku Flora of Java.
Determinasi dilakukan di laboratorium Biologi FKIP Biologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
2
b. Penyiapan bahan
Daun kelapa sawit dipotong dan dicuci sampai bersih dengan air dan kemudian
dikeringkan di bawah panas matahari , Selanjutnya daun yang telah kering dihaluskan
menggunakan blender.
c. Ekstraksi daun kelapa sawit
Serbuk daun kelapa sawit 2000 g dimaserasi dengan etanol 96 % 15 L,dan didiamkan 4
hari sambil tiap kali diaduk, selanjutnya dilakukan remaserasi sebanyak 1 kali, dan
diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 60°C, kemudian diuapkan menggunakan
waterbath.
d. Pembuatan fraksi – fraksi dari ekstrak etanol daun kelapa sawit
Ekstrak etanol daun kelapa sawit 10 g dilarutkan dalam etanol- air 1:1(100ml) dan
dipartisi dengan n-heksan 100ml sebanyak 3 kali dalam corong pisah hingga terbentuk dua
lapisan. Bagian etanol-air diambil dan dipartisi dengan kloroform sebanyak 3 kali,
selanjutnya bagian etanol-air diambil dan dipartisi dengan etil asetat sebanyak 3 kali.
Kemudian fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan fraksi etil asetat, diuapkan dengan vakum
rotary evaporator, dan diuapkan lagi dengan waterbath, untuk fraksi etanol-air hanya
diuapkan menggunakan waterbath.
e. Sterilisasi alat
Media pertumbuhan, pipet, yellow tip, blue tip disterilisasi dengan cara basah
menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 20 menit. cawan petri, ose, dan, tabung
reaksi, disterilkan menggunakan oven dengan suhu 160-180°C selama 2 jam.
f. Pembuatan media
1). Pembuatan media cair BHI (Brain Heart Infusion)
BHI padat ditimbang 1,85 g dan dilarutkan dengan akuades 50 mL, disterilkan dengan
autoklaf pada suhu 121°C selama 20 menit, Media yang telah dingin dapat disimpan pada
almari es (pada suhu 4°C) dalam wadah tertutup rapat.
2). Pembuatan media padat Mueller Hinton
Media padat Mueller Hinton ditimbang 38 g dan dilarutkan dengan akuades 500 mL,
selanjutnya disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 20 menit, kemudian
media diletakkan dalam 12 cawan petri dengan masing – masing volume sebesar 20 mL.
g. Pembuatan Suspensi Bakteri
Koloni bakteri Bacillus subtilis dan staphylococcus aureus diambil 3 ose, kemudian
disuspensikan dalam media BHI sebanyak 4 mL dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 2
jam sampai mencapai atau melebihi 0,5 Mc Farland, selanjutnya suspensi bakteri
3
ditambahkan larutan salin steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standart Mc
Farland yaitu 1,5x108CFU/mL.
h. Pengecatan dan identifikasi bakteri
Diambil sedikit biakan dari kultur bakteri dan diletakkan pada objek glass dan ditetesi
dengan formalin 1% ,kemudian preparat ditunggu sampai kering, selanjutnya ditetesi
sedikit dengan cat gram A dibiarkan 1-3 menit, kemudian cat dibuang tapa menggunakan
pencucian, dilanjutkan dengan cat gram B dan dibiarkan 0,5-1 menit dan kemudian
preparat dicuci dengan air, kemudian ditetesi kembali dengan cat gram C sampai hilangnya
warna, selanjutnya digenangi oleh cat gram D dibiarkan 1-2 menit, kemudian dicuci dan
dikeringkan (dilakukan pada posisi miring) selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop
menggunakan perbesaran kuat (1000 X) dengan bantuan minyak imersi.
i. Identifikasi bakteri secara biokimia
Identifikasi Staphylococcus auerus dilakukan dengan menginokulasi bakteri ke dalam
beberapa media yaitu MSA dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Identifikasi
bakteri Bacillus subtilis menggunakan media Simon’s Citrate Agar yang diinkubasi pada
suhu 37°C selama 48 jam, dan dilakukan uji katalase dengan memberikan 3 tetes pereaksi
hidrogen peroksida pada permukaan kultur bakteri (Lay dan Sugyo, 1994).
j. Pembuatan seri konsentrasi
Seri konsentrasi dari ekstrak ddibuat dengan cara menimbang ekstrak sebanyak 100
mg; 130mg; 150 mg dan dan dilarutkan dalam etanol 96% sebanyak 1 ml, dengan volume
pengambilan 15 µl, sehingga konsentrasi per disk berturut-turut adalah 1,5mg/disk;
1,95mg/disk dan 2,25mg/disk. Sedangkan konsentrasi fraksi-fraksi dari ekstrak etanol
dibuat dengan meninmbang fraksi-fraksinya sebanyak 100 mg; 150mg; 200 mg dan dan
dilarutkan dalam etanol 96% sebanyak 1 ml, dengan volume pengambilan 15 µl, sehingga
konsentrasi per disk berturut-turut adalah 1,5mg/disk; 2,25mg/disk dan 3mg/disk
k. Uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi
Uji dilakukan dengan cara mengisi cawan petri yang telah disterilkan dengan media
MH sebanyak 20 mL dan didiamkan selama kurang lebih 15 menit hingga mengeras.
Setelah itu, 200 µL suspensi bakteri dengan konsentrasi 1,5 x 108 CFU/mL dimasukkan ke
permukaan media dan diratakan menggunakan spreader glass, dibiarkan kurang lebih 10
menit agar permukaan media mengering, selanjutnya disk yang mengandung ekstrak etanol
dan fraksi fraksi dari ekstrak etanol dengan 3 seri konsentrasi yang berbeda, disk yang
berisi etanol 96% sebagai kontrol negatif dan disk yang berisi tetrasiklin 30µg sebagai
4
kontrol positif diletakkan di atas media, dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 18-24
jam. Diameter zona hambat yang terjadi diukur menggunakan penggaris.
l. Uji kromatografi lapis tipis
Tahap awal adalah melakukan optimasi fase gerak dengan berbagai perbandingan,
kemudian sampel ditotolkan pada fase diam silika GF 254 dan dielusi dengan fase gerak
optimasi, kemudian dilakukan analisis bercak kromatogram dengan pereaksi semprot
Dragendroff untuk alkaloid, sitroborat untuk flavonoid, Liebermann Burchard untuk
terpenoid dan saponin (Alam, et al., 2012), hasilnya diamati di bawah sinar UV 365 nm
dan visual. kemudian dilakukan uji penegasan untuk saponin dengan menggunakan
akuades, reaksi positif apabila timbul buih selama 10 menit dengan tinngi buih 1,5 cm
dalam tabung (Vaghasiya, et al., 2011) dan tannin, dengan reaksi positif akan
mengendapkan gelatin (Shaikh et al., 2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran tanaman yang digunakan.
Pada penelitian ini determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi FKIP UMS dan
menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan adalah Elaeis guineensis Jacq (Kelapa
sawit).
b.Ekstraksi Daun Kelapa Sawit
Pembuatan ekstrak etanol daun kelapa sawit dilakukan dengan metode maserasi, yang
merupakan suatu metode penyarian dengan melakukan perendaman menggunakan pelarut
organik dan dilakukan pada suhu ruang (Koirewoa, et al., 2011). Ekstraksi menggunakan
pelarut etanol 96% karena etanol adalah pelarut universal yang dapat menyari senyawa
polar,nonpolar dan semi polar (Poelengan,et al., 2007). Pada ekstraksi ini dilakukan
remaserasai sebanyak satu kali hal ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah senyawa yang
tersari didalam pelarut. Dari hasil ekstraksi daun kelapa sawit 2 kg diperoleh ekstrak kental
berwarna hijau pekat, sebesar 112,08 gram (rendemen 5,6%).
c. Pembuatan Fraksi Fraksi Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit
Tujuan fraksinasi adalah untuk memisahkan senyawa dengan sifat kepolaran yang
berbeda pada ekstrak agar dapat tersari dengan pelarut yag sesuai dengan sifatnya.
Fraksinasi dilakukan dengan metode partisi cair-cair yang diawali dari pelarut nonpolar ke
pelarut yang polar yaitu n-heksan digunakan untuk menyari senyawa-senyawa yang nonpolar, kloroform dan etil asetat untuk menyari senyawa yang bersifat semi polar, dan
etanol-air digunakan untuk menyari senyawa yang polar. Dari hasil fraksinasi diperoleh
5
rendemen dari tiap fraksi berturut-turut 1,15% pada fraksi n-heksan, 0,98% pada fraksi
kloroform, 1,26% pada fraksi etil asetat dan 1,68% pada fraksi etanol air.
d.Identifikasi Bakteri
kedua bakteri uji adalah bakteri gram positif, yang ditunjukkan dengan adanya sel
berwarna ungu dalam mikroskop dengan perbesaran 1000X. Pada bakteri staphylococcus
aureus sel yang terlihat adalah bergerombol bulat sedangkan pada bacillus subtilis adalah
sel berbentuk batang dan menyebar.
Uji biokimia staphylococcus aureus dilakukan pada media (MSA). Dari hasil uji
terlihat adanya perubahan warna pada media dari merah menjadi kuning, hal ini
disebabkan karena adanya fermentasi mannitol yang disertai dengan pembentukan asam
(Lay,1994). Identifikasi bacillus subtilis menggunakan media Simon’s Citrate Agar,
Sebelumnya bakteri diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam dan terjadi perubahan warna
dari hijau menjadi biru hal ini menunjukkan bacillus subtilis positif menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon yang digunakan untuk biosintesis selulernya (Jin dan Sonenshein,
1996). Identifikasi dilanjutkan dengan pengujian katalase dengan menggunakan pereaksi
hidrogen peroksida. Dari hasil uji ditunjukkan reaksi positif katalase yang ditandai dengan
timbulnya gelembung pada biakan.
e. Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi padat (Kirby bauer). Ekstrak
dan fraksi yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol
96%. Pemilihan etanol sebagai pelarut didasarkan karena ekstrak dan fraksi memiliki
kelarutan yang tinggi pada etanol 96% dan etanol 96% tidak memiliki zona hambat pada
kedua bakteri sehingga, dapat digunakan sebagai kontrol negatif.
Penentuan seri konsentrasi dalam pengujian ini didasarkan pada penelitian Chong, et
al., (2010) yang menunjukkan konsentrasi terendah ekstrak metanol daun kelapa sawit
yang memiliki aktivitas antibakteri adalah 10%. Dari uji pendahuluan diperoleh 3
konsentrasi ekstrak yaitu 10 %, 13% dan 15%. , sedangkan pada fraksi diperoleh seri
konsentrasi yang berbeda yaitu 10%, 15%, 20%. Perbedaan seri konsentrasi ini didasarkan
adanya perbedaan kelarutan dari ekstrak dan fraksi, dalam uji kelarutan sebelumnya
didapatkan ekstrak etanol hanya dapat larut sampai pada konsentrasi 15% sedangkan
fraksi-fraksi hanya dapat larut sampai dengan konsentrasi 20%.
Pada pengujian ini dilakukan dengan menggunakan 2 pembanding yaitu kontrol positif
disk antibiotik tetrasiklin 30 µg/disk dan konsentrasi dari tiap ekstrak 10%; 13%; 15% dan
fraksi 10%; 15%; 20% diambil 15µl, sehingga konsentrasi ekstrak per disknya berturut6
turut 1,55 mg/disk; 1,95 mg/disk, 2,25 mg/disk dan konsentrasi fraksi berturut turut 1,55
mg/disk; 2,25 mg/disk dan 3 mg/disk.
Aktivitas antibakteri pada Staphylococcus aureus yang ditunjukkan dengan zona
hambat pada fraksi etil asetat dengan konsentrasi 1,5 mg/disk, 2,25mg/disk dan 3mg/disk
berturut-turut adalah (6,33 ±0,28); (7,33 ±1,04); (8,67 ±0,28) dan fraksi etanol-air dengan
konsentrasi1,5 mg/disk, 2,25mg/disk dan 3mg/disk berturut-turut adalah(6,8 ±0,57); (7,16
±0,28); (8 ±0,70) (Gambar 3). Pada pengujian Bacillus subtilis ditemukan adanya zona
hambat pada ekstrak etanol dengan konsentrasi 1,95mg/disk yaitu (6,67± 0,28) dan
2,25mg/disk dengan diameter zona hambat (7,83 ±0,58), fraksi etil asetat dengan
konsentrasi1,5 mg/disk, 2,25mg/disk dan 3mg/disk berturut-turut adalah (6,5 ± 0); (7,16
±0,28); (8,16± 1,15) dan fraksi etanol air dengan konsentrasi1,5 mg/disk, 2,25mg/disk dan
3mg/disk berturut-turut adalah (7,33 ±0,76); (8,33 ±1,04); (9,16 ±0,76) (Gambar 3).
Sedangkan pada fraksi kloroform dan fraksi n-heksan tidak terjadi zona hambat, hal ini
kemungkinan senyawa nonpolar yang ada didalam fraksi tidak memiliki aktivitas
antibakteri.
Adanya perbedaan kemampuan penghambatan pada ekstrak dipengaruhi oleh
perbedaan penyusun dinding sel pada bakteri. Adanya protein A pada S. aureus (NCBI,
2013) menyebabkan senyawa-senyawa yang ada di dalam ekstrak sulit untuk berpenetrasi
ke dalam sel. Sedangkan pada Bacillus subtilis komponen dinding selnya lebih tipis (Amit,
et al., 2006), sehingga memudahkan senyawa-senyawa yang ada di dalam ekstrak untuk
bepenetrasi kedalamnya. Selain itu salah satu faktor yang menyebabkan tidak adanya
aktivitas antibakteri adalah kurangnya kecepatan difusi dari bahan uji yang digunakan ke
dalam media (Ariyanti, et al, 2012). Hasil penelitian ini menunjukkan fraksi etil asetat dan
fraksi etanol air mampu menghambat bakteri S.aureus dan Bacillus subtilis.
Dari hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan semakin tinggi konsentrasi dari fraksi
etil asetat, fraksi etanol air dan ekstrak maka zona hambat yang ditimbulkan semakin besar
(Tabel 1). Namun, pada penelitian ini zona hambat yang dihasilkan ekstrak atau fraksi
cukup kecil yaitu antara 6,5 mm-9,16 mm. Berdasarkan penelitian Hasbah (2007) cit
Harlina (2013) diameter zona hambat <10 mm termasuk dalam kategori lemah, sehingga
ekstrak dan fraksi dari daun kelapa sawit tidak poten sebagai agen antibakteri.
7
Tabel 1. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit Dan Fraksi-Fraksinya
Sampel uji
Konsentrasi
Diameter zona hambat (mm)
mg/disk
Staphylococcus aureus
Bacillus subtilis
Ekstrak
1,5
6,0± 0
6,0± 0
Ekstrak
1,25
6,0± 0
6,67± 0,28
Ekstrak
2,25
6,0± 0
7,83 ±0,58
n-heksan
1,5
6,0± 0
6,0± 0
n-heksan
2,25
6,0± 0
6,0± 0
n-heksan
3
6,0± 0
6,0± 0
Kloroform
1,5
6,0± 0
6,0± 0
Kloroform
2,25
6,0± 0
6,0± 0
Kloroform
3
6,0± 0
6,0± 0
Etil asetat
1,5
6,33 ±0,28
6,5 ± 0
Etil asetat
2,25
7,33 ±1,04
7,16 ±0,28
Etil asetat
3
8,67 ±0,28
8,16± 1,15
Etanol-air
1,5
6,8 ±0,57
7,33 ±0,76
Etanol-air
2,25
7,16 ±0,28
8,33 ±1,04
Etanol-air
3
8 ±0,70
9,16 ±0,76
K+ (tetrasiklin)
30
16,6±1,76
18,8±1,26
K- (Etanol 96%)
-
6,0± 0
6,0± 0
*Diameter zona hambat termasuk dalam diameter disk 6mm
f. Kromatografi Lapis Tipis
Pada penelitian ini kromatografi lapis tipis digunakan untuk mengetahui kandungan
senyawa yang terdapat didalam ekstrak dan fraksi, dengan deteksi menggunakan beberapa
reagen semprot seperti sitroborat untuk mendeteksi adanya flavonoid yang ditandai dengan
berfluoresensi pada UV 366 menjadi kuning (Alam, et al., 2012), dragendroff untuk
mengetahui adanya alkaloid, yang mana reaksi positif ditandai dengan adanya perubahan
warna menjadi merah coklat (Sindhu, et al., 2010). Liebermann Burchard digunakan untuk
mendeteksi adanya saponin, dan deteksi dilakukan pada UV 366, adanya warna merah,
pink, ungu menunjukkan terpenoid dan saponin triterpen, sedangkan adanya warna hijau
menunjukkan saponin tipe steroid (Farnsworth, et al, 1966), selanjutnya uji saponin
dilanjutkan dengan penegasan uji buih, reaksi positif ditandai dengan adanya buih selama
30 detik (Marliana et al., 2005). Sedangkan FeCl3 digunakan untuk mendeteksi adanya
senyawa fenolik yang mana reaksi positif ditandai dengan timbulnya warna hitam (Abdul
& Auribia, 2011). Adanya reaksi positif fenolik dengan FeCl3 dilanjutkan dengan uji
penegasan untuk mendeteksi keberadaan senyawa tanin menggunakan uji gelatin, yang
mana reaksi positif ditandai dengan adanya pengendapan (Shaikh, et al., 2011)
8
Tabel 2. Hasil uji KLT ekstrak etanol 96% dengan jarak pengembangan 5 cm
No
Rf
Vis
UV254
UV366
Coklat
1
0,10 Hijau
Pemadaman
2
0,17 -
Pemadaman
3
0,40 -
-
Ungubiru
Ungu
biru
-
Pemadaman
Pemadaman
Pemadaman
Merah
Merah
Merah
4
5
6
7
0,60
0,70
0,80
0,95
Hijau
Hijau
Dragendro
ff
Pereaksi semprot
FeCl3
LB
UV
366
Hitam
-
Sitroborat
UV 366
Dugaan
senyawa
-
Alkaloid,
Tanin
Flavonoid
-
-
-
-
-
Merah
Hijau
kuning
-
Hijau
-
Merah
Merah
Merah
Triterpeno
id
-
Dari hasil KLT dengan menggunakan fase diam silika GF 254 dan fase gerak etil
asetat, terlihat adanya pemadaman pada beberapa bercak, yang menunjukkan adanya
senyawa yang memiliki 2 ikatan rangkap terkonjugasi (Apristiani, et al., 2005). Ekstrak
etanol daun kelapa sawit mengandung senyawa alkaloid (Rf 0,10), tanin (Rf 0,10),
flavonoid (Rf 0,17), dan triterpenoid (0,40). Pada uji tabung ekstrak etanol daun kelapa
sawit menghasilkan buih dengan tinggi 1 cm dan buih stabil selama 10 menit setelah
mengalami penggojokan. Berdasarkan penelitian Shafaghat (2010) tinggi buih pada uji
saponin dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu <1 cm yang menunjukkan adanya
saponin +1; 1,2 cm menunjukkan adanya saponin +2; 1,5 cm menunjukkan adanya saponin
+3 dan tinggi buih 2 cm menunjukkan adanya saponin +4 dan buih akan bertahan selama
15-20 menit. Adanya perbedaan waktu bertahannya dan tinggi buih menunjukkan ekstrak
etanol daun kelapa sawit tidak mengandung saponin, sedangkan pada uji tabung tanin
dengan gelatin adanya pengendapan pada ekstrak menunjukkan reaksi positif tanin.
Tabel 3. Hasil uji KLT fraksi n-heksan dengan jarak pengembangan 5 cm
No
Rf
Vis
UV254
1
0,10
-
Pemadaman
2
3
4
5
0,40
0,50
0,65
0,90
UV36
6
Ungubiru
Merah
Hijau Pemadaman Merah
Hijau Pemadaman Merah
Dragendro
ff
-
Pereaksi semprot
FeCl3
LB
UV 366
Hitam
-
Merah
-
Sitroborat
UV 366
Hijau
kuning
-
Dugaan
senyawa
Flavonoid
-
Pada uji KLT fraksi n-heksan dengan fase diam silika GF 254 dan fase gerak etil
asetat, terlihat adanya pemadaman pada beberapa bercak, yang menunjukkan adanya
senyawa yang memiliki 2 ikatan rangkap terkonjugasi (Apristiani, et al., 2005). Fraksi nheksan mengandung senyawa yaitu flavonoid (Rf 0,10). Hasil uji tabung terlihat fraksi nheksan tidak berbuih, yang menandakan tidak adanya senyawa saponin. Sedangkan pada
uji gelatin, terlihat tidak terjadi endapan, sehingga senyawa fenolik yang ada dalam fraksi
n-heksan bukan merupakan senyawa tanin (Mulyani, et al., 2009).
9
Tabel 4. Hasil uji KLT fraksi kloroform dengan jarak pengembangan 5 cm
Pereaksi semprot
FeCl3
LB
UV 366
Hitam
Merah
No
Rf
Vis
UV254
UV366
Dragendroff
1
2
0,10
0,18
Hijau
Merah
-
3
4
5
6
0,30
0,40
0,60
0,70
Hijau
-
Merah
-
-
-
7
0,90
-
Pemada
man
Pemada
man
-
Merah
-
-
Dugaan
senyawa
Sitroborat
UV 366
-
-
Merah
Hijau
-
-
Steroid
-
-
-
-
Dari hasil KLT dengan menggunakan fase diam silica GF 254 dan fase gerak
kloroform; etil asetat (4:6) terlihat adanya pemadaman pada beberapa bercak, yang
menunjukkan adanya senyawa yang memiliki 2 ikatan rangkap terkonjugasi (Apristiani, et
al., 2005). Fraksi kloroform mengandung senyawa steroid (Rf 0,60). Hasil uji tabung
menunjukkan timbulnya buih dengan tinggi 0,9 cm selama 10 menit. Berdasarkan
penelitian Shafaghat (2010) tinggi buih pada uji saponin dikategorikan menjadi 4
kelompok yaitu <1 cm yang menunjukkan adanya saponin +1; 1,2 cm menunjukkan
adanya saponin +2; 1,5 cm menunjukkan adanya saponin +3 dan tinggi buih 2 cm
menunjukkan adanya saponin +4. Adanya perbedaan waktu bertahannya dan tinggi buih
menunjukkan fraksi kloroform tidak mengandung saponin, Sedangkan pada uji gelatin
menunjukkan reaksi positif pada keberadaan tanin sehingga senyawa fenolik yang ada
merupakan senyawa tanin, sedangkan pada KLT tidak terlihat, hal kemungkinan senyawa
tanin yang ada dalam fraksi kloroform belum terpisah secara sempurna
Tabel 5. Hasil uji KLT fraksi etil asetat dengan jarak pengembangan 5 cm
Dragendroff
No
Rf
Vis
UV254
UV366
1
0,10
-
0,25
-
3
0,32
-
4
0,50
-
5
0,62
-
Ungubiru
Ungubiru
Ungubiru
Ungubiru
Merah
Coklat
2
6
0,70
Hijau
7
0,78
8
0,98
Pemada
man
Pemada
man
Pemada
man
Pemada
man
Pemada
man
Pemada
man
Pemada
man
Pemada
man
Hijau
Pereaksi semprot
FeCl3
LB
UV
366
Hitam
-
Sitroborat
UV 366
Dugaan
senyawa
-
Alkaloid,
tanin
-
-
-
-
-
-
-
Hijau
Flavonoid
-
-
-
-
-
-
Hijau
kuning
Hijau
kuning
Merah
Merah
ungu
Merah
-
-
Merah
-
-
-
-
Merah
Merah
-
Merah
-
-
Merah
-
-
Flavonoid
-
Dari hasil KLT fraksi etil asetat menggunakan fase diam silika GF dan fase gerak
kloroform: etil asetat (4:6), terlihat adanya pemadaman pada beberapa bercak, yang
10
menunjukkan adanya senyawa yang memiliki 2 ikatan rangkap terkonjugasi (Apristiani, et
al., 2005). Fraksi etil asetat mengandung senyawa yaitu tanin (Rf 0,10), alkaloid (Rf 0,10)
dan flavonoid ( Rf 0,32 dan 0,50). Dari uji buih menunjukkan fraksi etil asetat
menghasilkan buih dengan tinggi 0,8 cm dan bertahan selama 10 menit. Berdasarkan
penelitian Shafaghat (2010) tinggi buih pada uji saponin dikategorikan menjadi 4
kelompok yaitu <1 cm yang menunjukkan adanya saponin +1; 1,2 cm menunjukkan
adanya saponin +2; 1,5 cm menunjukkan adanya saponin +3 dan tinggi buih 2 cm
menunjukkan adanya saponin +4. Adanya perbedaan waktu bertahannya dan tinggi buih
menunjukkan fraksi etil asetat tidak mengandung saponin. Sedangkan pada uji gelatin
terlihat fraksi etil asetat menghasilkan endapan yang menunjukkan adanya senyawa tanin.
Tabel 6. Hasil uji KLT fraksi etanol-air dengan jarak pengembangan 5 cm
No
Rf
Vis
UV254
UV366
Dragendroff
1
0,05
-
0,25
0,50
0,95
Hijau
Biruungu
Merah
Merah
Coklat
2
3
4
Pemada
man
Pemada
man
-
Pereaksi semprot
FeCl3
LB
UV 366
Hitam
-
Sitroborat
UV 366
-
Hijau
-
-
Dugaan
senyawa
Alkaloid,
tanin
Steroid
-
Dari hasil KLT dengan menggunakan fase diam silika GF dan fase gerak etil asetat:
kloroform:metanol 15:8:4, senyawa yang terkandung dalam fraksi etanol air adalah
alkaloid ( Rf 0,05), tanin (Rf 0,05), dan steroid (Rf 0,25). Dari hasil uji tabung saponin
ditunjukkan adanya buih dengan tinggi 1,2 cm selama 10 menit. Berdasarkan penelitian
Shafaghat (2010) tinggi buih pada uji saponin dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu <1
cm yang menunjukkan adanya saponin +1; 1,2 cm menunjukkan adanya saponin +2; 1,5
cm menunjukkan adanya saponin +3 dan tinggi buih 2 cm menunjukkan adanya saponin
+4. Adanya perbedaan waktu bertahannya dan tinggi buih menunjukkan fraksi etanol air
tidak mengandung saponin. Uji tabung gelatin pada fraksi etanol-air menunjukkan adanya
endapan yang menandakan fraksi etanol air positif mengandng tanin.
Tabel 7. Hasil Uji Kualitatif Ektrak Etanol dan Fraksi-fraksinya
Sampel
Hasil KLT
Hasil uji tabung
Fenolik
Tanin
Ekstrak etanol
+
+
Fraksi n-heksan
-
_
Fraksi kloroform
+
+
Fraksi etil asetat
+
+
Fraksi etanol-air
+
+
11
Berdasarkan uji identifikasi KLT di atas dapat terlihat beberapa senyawa yang tersari di
dalam ekstrak etanol adalah tanin, alkaloid, flavonoid dan triterpenoid hal ini terjadi karena
etanol merupakan pelarut universal yang dapat menyari senyawa-senyawa yang bersifat
polar maupun nonpolar (Poelengan et al., 2007). Pada fraksi n-heksan hanya 1 senyawa
yang tersari yaitu flavonoid, dan pada uji tabung menunjukkan fraksi n-heksan tidak
mengandung tanin. Hal ini mungkin terjadi karena tanin merupakan senyawa yang bersifat
polar sehingga tidak tersari dalam pelarut yang nonpolar (Septiana, et al., 2012). Dalam
fraksi kloroform senyawa yang tersari adalah steroid, senyawa yang ada dalam fraksi etil
asetat adalah tanin, alkaloid dan flavonoid, dan senyawa yang ada dalam fraksi etanol air
adalah alkaloid, tanin dan steroid.
Pada uji aktivitas terlihat fraksi etil asetat memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis. Berdasarkan penelitian Nyananyo, et al.
(2010) daun kelapa sawit mengandung luteolin dan chyrysoeriol, kedua jenis flavonoid
tersebut merupakan flavonoid semi polar yang diduga tersari dalam fraksi etil asetat
(Andersen dan Markham, 2006) dan memiliki aktivitas antibakteri. Kemampuan
penghambatan pada fraksi etil asetat di duga karena adanya aktivitas senyawa luteolin
dengan mengurangi sintesis asam nukleat dan protein (Xie, et al.,2010). Sedangkan fraksi
etanol air memiliki zona hambat pada Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis, dan
ektrak etanol memiliki aktivitas pada Bacillus subtilis. hal ini kemungkinan adanya
senyawa tanin dalam ekstrak dan fraksi etanol air yang memiliki aktivitas sebagai anti
bakteri yang berikatan dengan atom H dari protein sehingga protein terdenaturasi dan
mengalami kerusakan akibat adanya gangguan enzim (Dhayanti, et al., 2011).
KESIMPULAN DAN SARAN
a.Kesimpulan
1. Fraksi kloroform dan fraksi n-heksan tidak memiliki aktivitas antibakteri, ekstrak etanol
daun kelapa sawit memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis, sedangkan
fraksi etil asetat dan fraksi etanol air memiliki aktivitas antibakteri terhadap
staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis.
2. Fraksi etil asetat (1,5mg/disk) dan fraksi etanol air (1,5 mg/disk) lebih aktif terhadap
Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis
3. Ekstrak etanol daun kelapa sawit mengandung senyawa flavonoid, tanin, alkaloid,
triterpenoid, fraksi n-heksan mengandung flavonoid, fraksi kloroform mengandung steroid,
fraksi etil asetat mengandung flavonoid, tanin, alkaloid, fraksi etanol-air mengandung,
tanin, steroid, alkaloid.
12
b. Saran
Perlu dilakukan optimasi fase gerak yang sesuai agar dapat memisahkan senyawa
secara teratur dan juga perlu dilakukan fraksinasi dan uji aktivitas antibakteri dengan
metode yang berbeda untuk menghasilkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, M, Auribie, B, 2011, Antioxidant Activity Of Tannin From Tamarix Aphylla L.
Leaves, Basra J. Agric., Sci, 24 (1).
Alam, G., Mufidah, Massi, N., Rahim, A., Usmar., 2012, Skrining Komponen Kimia dan
Uji Aktivitas Mukolitik Ekstrak Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb)
Terhadap Mukosa Usus Sapi Secara In Vitro, Majalah Farmasi dan Farmakologi,
16 (3), 123-126.
Andersen, O & Markham, K, 2006, Flavonoid Chemistry, Biochemistry and Applications,
Boca Rotan, CRC Press, 2-3.
Apristiani, D & Astuti, P, 2005, Isolasi Komponen Aktif Antibakteri Ekstrak Kloroform
Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.) dengan Bioautografi, Biofarmasi, 3 (2),
43-46.
Ariyanti, N.K., Darmayas, I.D., & Sudirga, S.K., 2012, Daya Hambat Ekstrak Kulit Daun
Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922, Jurnal
Biologi, 16 (1), 1-4.
Bhavsar, A & Brown, E, 2006, Cell Wall Assembly In Bacillus subtilis: How Spirals and
Sapces Challenge Paradigms, Moleculer Microbiology, 60 (5), 1077-1090.
Chong, K.H., Zuraina, Z., Sasidharan, S., Devi, P.V.K., Latha, L.Y., Ramanathan, S.,
2008, Antimicrobial Activity of Elaeis guineensis Leaf, Pharmacologyonline, 3,
379-386.
Dhayanti, AY, Trisunuwati, P dan Murwani,S, 2008, Efek Antimikroba Ekstrak N-Heksan
Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk) Terhadap Eschericia coli Secara In Vitro,
Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya.
Gannon, J.C., 2000, The Global Infectious Disease Threat And Its Implications for The
United State, NIE, 99-17.
Gibson, J.M., 1996, Mikrobiologi dan Patologi Modern Untuk Perawat, Diterjemahkan
Oleh Prasada, S., 1, Cetakan Pertama, 17, Jakarta, Buku Kedokteran ECG.
Farnsworth, 1966, Biological and Phytochemical Screening of Plants, Pharmaceutical
Science, Hal 257.
Jaffri, J.M., Mohamed, S., Rohimi, N., Ahmad, I.N., Noordin, M.M., Manap, Y.A., 2011,
Antihypertensive and Cardiovasculer Effect of Cathecin-Rich Oil Palm (Elaeis
13
guineensis) Leaf Extract in Nitric Oxide-Deficient Rats, Journal of Medical Food,
14, 775-783..
Jawetz, E., Melnick, J.L., & Adelberg, E.A., 1991, Mikrobiologi Kedokteran,
Diterjemahkan Oleh Maulany, R.F., & Edinugroho., 239, 143, Jakarta, Salemba
Medika
Kraus, D. and Peschel, A., 2008, Staphylococcus aureus Evasion of Innate Antimicrobial
Defense, Future Microbiol, 4, 437-451.
Lay, B.W & Hastowo, S., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, 91, 100-101, Jakarta,
PT. Raja Grafindo Persada.
Mulyani, S. & Laksana, T., 2011, Analisis Flavonoid dan Tanin Dengan Metode
Mikroskopi – Mikokimiawi, Majalah Obat Tradisional, 16 (3), 109-114.
Mutschler, E, 1991, Dinamika Obat edisi kelima, Diterjemahkan Oleh Widhianto, M.B &
Ranti, A.S., 634, Bandung, Penerbit ITB.
NCBI, Systemic Bacteriology, www.ncbi.nlm.niv.gov/Staphylococcus (Diakses tanngal 29
Desember 2013).
Namvar, F., Muhamed, S., Behravan, J., Mustapha, N.M., Noorjahan, Alitheen, B.M., et
al., 2009, Estrogenic Activity of Elaeis guineensis leaf, Pharmacologyonline, 2,
818-826.
Nursyam, H, Andayani,S, Salis,H, 2013, Antibacterial Activity Of Sponge Extracts
(Geodia Sp) Against Staphylococcus aureus And Escherichia coli, Global Journal
of Medicinal Plant Research, 1 (1), 88-92.
Nyananyo, B.l., Mensah, S.I., Achama, C., 2010, Phytochemical Investigations Of Some
Tropical Plants From The Niger Delta Area Of Nigeria, Scientia Africana, 9 (1),
173-177.
Okstad & Kolsto, 2011, Genomic of Bacillus Species, Hal 29, Norwegia, Springer Science.
Pelczhar, M.J., & Chan, E.C.S., 1988, Dasar Dasar Mikrobiologi I, Diterjemahkan Oleh
Hadioetomo, R.S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S., & Angka, S.L., 954, 947, 517, 522,
523, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia.
Poelengan, M., Andriani, K., Susanti, S., Sussan,L., Komala, M., 2007, Uji Daya
Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Bungur (Largerstormenia speciosa Pers)
Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara In Vitro, Laporan
Penelitian, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 191-192, 196, Jakarta, Penerbit Erlangga.
Rizsa, S., 1994, Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas, 39, Yogyakarta, Penerbit
Kanisius.
14
Shaik, G, 2011, Phytochemical Analysis of The Indian Medicinal Plant Argyreia
involucrate, International Journal Of Research In Pharmaceutical And Biomedical
Science, 2 (4), 1778-1782.
Septiana, A.T., Asnani, A., 2012, Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut Coklat
Sargassum duplicatum Menggunakan Berbagai Pelarut dan Metode Ekstraksi,
Agrointek 6 (1), 22-28.
Sasidharan, S., Nilawatyi, R., Xavier, R., Latha, L.Y., Amala, R., 2010, Wound Healing
Potential of Elaeis guineensis Jacq Leaves in An Infected Albino Rat Model,
Molecules, 15, 3186-3199.
Sasisdharan, S., Sharmini, R., Vijayarathna, S., Latha, L.Y., Vijenthi, R., Amala, R., et al,
2009, Antioxidant and Hepatoprotective Activity of Methanolic Extracts of Elaeis
guineensis Jacq Leaf, Pharmacologyonline, 3, 84-90.
Setyamidjaja, D, 1991, Budidaya Kelapa Sawit, 1, 5-6, Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
Sindhu, C.G., 2011, Phytochemical Screening of Mirabilus jalap Linn Leaf Extract By
TLC, RJPBCS, 2 (1), 521.
Sundram,
2013,
Palm
Oil
:
Chemistery
And
Nutrition
Updates,
www.americanpalmoil.com/pdf/DRsundram, (Diakses tanggal 20 Mei 2012).
Shafaghat, A, 2010, Phytochemical Investigation of Quranic Fruits and Plants , Journal of
Medical Plants, 9 (35), 1-5.
Tiwari, P., Kumar, B., Gurpreet, K., Harleen, K., 2011, Phytochemical Screening and
Extraction : A Review, International Pharmaceutical Science, 1 (1), 99-106.
Vaghasiyah, Y., Dave, R., Chanda, S., 2011, Phytochemical Analysis of Some Medicinal
Plants From Western Region of India, Research Journal Medicininal Plant, 5 (5),
567-576
Vijayarathna, S., Zakaria, Z., Chen, Y., Latha, L.Y., Kanwar, J.R and Sasidharan, S., 2012,
The Antimicrobial Efficacy of Elaeis guineensis: Characterization, In Vitro and In
Vivo Studies, Molecules, 17, 4860-4877.
Wagner, H., Bladt, S., 1996, Plant Drug Analisys: A Thin Layer Chromatography Atlas,
Second Ed., 350, New York , Springer.
Xie, M & Wang Q, 2010, Antibacterial activity and mechanism of luteolin on
Staphylococcus aureus, Pubmed article in Chinese 50 (9), 1180.
15
16
Download