PENGARUH PRODUKSI, HARGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP VOLUME EKSPOR (Studi pada Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Periode Januari 2010-Desember 2015) Muhammad Luqman Zakariya Mochammad Al Musadieq Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang E-mail: [email protected] ABSTRACT Understanding the concept of production, price, and exchange rate are objective of this research. The research was an explanatory research with quantitative approach. Secondary data which used were monthly period data from January 2010 – December 2015. Regarding the used period, total data which used is sixty. The output from this research: simultaneously, three dependent variable which used have significant affect with dependent variable. Partially, the production variable didn’t have significant affect, meanwhile international price and exchange rate have significant influence. Regarding the result, cocoa beans producers should improve the quality of cocoa beans which produced to enhance the national economic growth. The growth of export volume of Indonesia cocoa beans would enhance the economic growth that is useful for national welfare. Keyword: Production, International Price, Exchange Rate, Export Volume, Cocoa Beans ABSTRAK Mengetahui pengaruh dari konsep produksi, harga, dan kurs adalah tujuan dari judul penelitian. Penelitian termasuk penelitian penjelasan dengan pendekatan kuantitatif. Data sekunder yang digunakan adalah data bulanan pada periode Januari 2010 – Desember 2015. Berdasarkan data yang digunakan total jumlah data adalah enam puluh data. Hasil menunjukkan: pengaruh simultan, ketiga variabel independen yang digunakan berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengaruh sebagian, didapat bahwa produksi tidak memiliki pengaruh signifikan sedangkan harga internasional dan kurs berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil yang didapat diharapkan semua pihak produsen biji kakao Indonesia untuk dapat meningkatkan kualitas guna meningkatkan volume ekspor biji kakao Indonesia. Meningkatnya volume ekspor biji kakao Indonesia diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna menigkatkan kesejahteraan negara. Kata kunci: Produksi, Harga Internasional, Nilai Tukar, Volume Ekspor, Biji Kakao Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 40 No.2 November 2016| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 139 1. PENDAHULUAN Perubahan yang mendasar sedang terjadi pada perekonomian dunia dalam beberapa dekade terakhir ini. Perekonomian yang semula dikenal sebagai ekonomi nasional yang bersifat mandiri, mulai bergerak menuju perekonomian terbuka yang bersifat mengurangi batas-batas perdagangan antar negara (jarak, zona waktu, budaya, & bahasa). Peristiwa tersebut disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan pada bidang teknologi dan transportasi. Perbedaan letak geografis dan sumber daya yang dimiliki sebuah negara juga menjadi pemicu untuk melakukan kegiatan bisnis internasional. Salah satu bentuk dari kegiatan bisnis internasional adalah ekspor. Ekspor adalah menjual produk yang dibuat di negara sendiri untuk digunakan atau dijual kembali di negara lain (Griffin & Pustay, 2015:10). Ekspor pada umumnya berperan sebagai penyumbang cadangan devisa negara yang bersifat signifikan. Indonesia termasuk salah satu negara yang melakukan kegiatan ekspor. Keragaman komoditas ekspor yang diekspor oleh Indonesia disebabkan oleh keragaman sumber daya yang berlimpah dimiliki oleh Indonesia. Salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia adalah ekspor biji kakao. Biji kakao yang diproduksi oleh Indonesia akan dikonsumsi dan diolah dalam negeri atau akan diekspor ke negara pengimpor biji kakao. Indonesia sebagai negara pengekspor komoditas biji kakao harus dapat bersaing dengan negara lain agar menjadi komoditas biji kakao pilihan utama yang dipilih oleh negara-negara pengimpor biji kakao. Meningkatkan ekspor biji kakao dapat dilakukan dengan berfokus terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor. Beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor adalah harga internasional, nilai tukar uang, kuota ekspor impor, kebijkasanaan tarif dan nontarif, kebijaksanaan meningkatkan ekspor non-migas (Soekartawi, 2005:122). Produksi adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap ekspor. Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output (Sugiarto dkk, 2005:202). Input bisa berupa kapital, tenaga kerja, tanah, dan sumber daya alam, sedangkan output merupakan produk yang telah memiliki nilai tambah setelah produksi. Kualitas dan kuantitas produk yang diproduksi mampu mempengaruhi permintaan dan penawaran ekspor. Harga internasional merupakan faktor lain yang mempengaruhi ekspor. Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan (Rahardja & Manurung, 2010:28). Fluktuasi harga biji kakao internasional akan mempengaruhi ekspor biji kakao Indonesia. Faktor lain yang patut diperhatikan karena mempengaruhi ekspor lainnya adalah nilai tukar. Nilai tukar mampu mempengaruhi daya beli pengimpor maupun biaya produksi komoditas yang dilakukan oleh pengekspor. Fluktuasi nilai tukar akan menyebabkan ketidak stabilan pasar ekspor. Indonesia sebagai negara pengekspor perlu membuat sebuah kebijakan nilai tukar yang tepat agar dapat memicu peningkatan ekspor. Kesalahan pengambilan keputusan dalam membuat kebijakan akan mampu menurunkan ekspor yang bisa merugikan Indonesia. Ekspor biji kakao Indonesia merupakan prospek yang sangat menjanjikan untuk Indonesia. Peningkatan ekspor komoditas tersebut dapat mendorong pendapatan negara yang diperoleh melalui ekspor ataupun sebagai devisa negara. Prospek yang menjajikan tersebut agar dapat terealisasikan perlu perencanaan dan pengawasan yang cermat. Ekspor biji kakao Indonesia juga dituntut untuk meningkatkan daya saing agar mampur bersaing dengan para negara pengekspor biji kakao lainnya. 2. KAJIAN PUSTAKA a. Produksi Menurut Sugiarto dkk. (2005:202), produksi merupakan kegiatan yang mengubah input menjadi output. Input dalam artiannya adalah faktor-faktor produksi seperti kapital, tenaga kerja, tanah dan sumber daya alam, dan keahlian keusahawanan. Faktor-faktor tersebut (Input) akan diubah menjadi output. Output merupakan barang atau jasa yang memiliki nilai tambah melalui proses produksi. Kualitas dan kuantitas Output yang dihasilkan akan sangat bergantung pada input yang digunakan. Harga faktor produksi (input) yang digunakan akan berpengaruh terhadap penawaran output. Produksi adalah faktor yang mempengaruhi penawaran. Tingkat produksi akan berbanding lurus dengan tingkat penawaran. Hal tersebut yang mendasari hubungan antara produksi biji kakao Indonesia dan volume ekspor biji kakao Indonesia. Kenaikan produksi akan meningkatkan volume ekspor, begitupun juga mengenai penurunan produksi akan menurunkan volume ekspor. Itulah skema dasar relasi produksi biji kakao Indonesia dan volume ekspor biji kakao Indonesia. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 40 No.2 November 2016| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 140 b. Harga Harga merupakan sejumlah nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa (Kotler & Amstrong, 2008:345). Apabila harga suatu barang meningkat maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan (Rahardja & Manurung, 2010:28). Peningkatan harga disisi lain mampu mepengaruhi keputusan pembelian. Pembeli atau pelanggan pada tingkat harga tertentu akan beralih ke barang subtitusi apabila tidak mempunyai daya beli yang memadai. Barang subtitusi tersebut memiliki hubungan dekat dengan barang primer dan relatif murah. Hal yang mendasari hubungan harga biji kakao internasional dengan volume ekspor adalah faktor penawaran. Ketika harga biji kakao internasional meningkat maka Indonesia sebagai negara pengekspor biji kakao akan cenderung meningkatkan volume ekspor. Hal yang sama juga berlaku sebaliknya, ketika harga biji kakao internasional menurun maka Indonesia akan cenderung mengurangi volume ekspor biji kakao. Itulah hal yang mendasari hubungan harga biji kakao internasional dengan volume ekspor biji kakao Indonesia. c. Nilai Tukar (Kurs) Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang lain (Sukirno, 2012:397). Teori lain mengenai kurs diantaranya menurut Mankiw (2007:128), “Kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan”. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kurs merupakan besaran mata uang domestik yang dipakai dalam mendapatkan satu unit nilai mata uang asing. Kurs antar negara lain akan berbeda dan beragam dikarenakan oleh permintaan dan penawaran terhadap mata uang pada pasar bebas ataupun dikarenakan oleh kebijkan pemerintah. Kurs/valuta asing mengindikasikan besaran mata uang negara yang dikonversi dalam besaran mata uang lainnya. Variabel yang digunakan dalam konsep nilai tukar adalah variabel nilai tukar/kurs rupiah terhadap dolar AS. Ketika nilai tukar rupiah mengalami penguatan terhadap dolar AS dapat menyebabkan volume ekspor biji kakao Indonesia cenderung juga mengalami penurunan. Eksplanasi lain juga berlaku sebaliknya, Pada saat nilai tukar rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS maka volume ekspor biji kakao Indonesia cenderung meningkat. Itulah dasar relasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan volume ekspor biji kakao Indonesia. d. Ekspor Ekspor adalah menjual barang dari dalam negeri ke luar peredaran Republik Indonesia (Hamdani, 2012:37), sedangkan menurut Griffin & Pustay (2015:37) ekspor adalah menjual produk yang dibuat di negara sendiri untuk digunakan atau dijual kembali di negara lain. Ekspor memiliki manfaat untuk mendapatkan keuntungan dan pendapatan nasional. Keuntungan dan pendapatan nasional yang didapat melalui aktivitas ekspor akan dikelola oleh negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ekspor juga berperan untuk memperluas pasar akan komoditi/jasa tertentu dan mendorong industri untuk meningkatkan produktivitas akibat pasar yang semakin luas. Soekartawi (2005:122) mengemukakan 5 faktor yang mempengaruhi ekspor, diantaranya adalah harga internasional, nilai tukar uang, kuota ekspor impor, kebijaksanaan tarif dan nontarif, dan kebijkasanaan meningkatkan ekspor nonmigas. e. Hipotesis Perumusan hipotesis penelitian adalah: H1 : Variabel Produksi Biji Kakao Indonesia (X₁), Harga Biji Kakao Internasional (X₂), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS (X₃) dengan simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia. H2 : Variabel Produksi Biji Kakao Indonesia (X₁) dengan parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap Volume Ekspor Biji kakao Indonesia (Y). H3 : Variabel Harga Biji Kakao Internasional (X₂) dengan parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia (Y). H₄ : Variabel Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS (X₃) dengan parsial mempunyai signifikan terhadap Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia (Y). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 40 No.2 November 2016| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 141 3. METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian Jenis penelitian menggunakan explanatory research dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. b. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Indonesia dengan memperoleh data dari website resmi agar diperoleh data yang akurat dan menunjang. Beberapa website resmi diantaranya adalah Badan Pusat Statistik (bps.go.id), Bank Indonesia (bi.go.id), dan International Cocoa Organization (icco.org). c. Data Penelitian Penelitian menggunakan data sekunder (data hasil pengumpulan pihak kedua/ pihak lain) yang berbentuk data kuantitatif. Berikut diantaranya: 1. Produksi Biji Kakao Indonesia periode tahun 2010-2015. 2. Harga Biji Kakao Internasional periode tahun 2010-2015. 3. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS periode tahun 2010-2015. 4. Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia periode tahun 2010-2015. Penelitian menggunakan data sekunder yang dicatat dalam data bulanan. Bentuk data tersebut dicatat secara sistematis dengan bentuk runtut waktu (time series). Periode berawal dari bulan Januari 2010 hingga Periode Desember 2015, sehingga diperoleh data sebanyak 72 data (12 bulan x 6 tahun) d. Analisis Data Penelitian menggunakan analisis sebagai berikut: 1) Analisis Deksriptif 2) Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas b) Uji Autokorelasi c) Uji Multikolinearitas d) Uji Heteroskedastisitas 3) Analisis Regresi Linier Berganda 4) Uji Hipotesis a) Koefisien Determinasi (R²) b) Uji F c) Uji t data 4. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisis Deksriptif 1) Produksi Biji Kakao Indonesia Produksi Biji Kakao Indonesia merupakan produksi yang dihasilkan dari dalam negeri dan data yang didapat merupakan total hasil produksi Perkebunan Besar Indonesia per bulan. Produksi Biji Kakao Indonesia mencapai titik terendah pada bulan Desember 2012 yaitu sebesar 2625.82 ton, sedangkan titik tertinggi berada pada bulan Agustus 2013 yaitu sebesar 7236.96 ton. Nilai rata-rata dari produksi biji kakao Indonesia mulai tahun 2010 hingga 2015 per bulan adalah 5170,65 ton dan hasil standar deviasi sebesar 1120.17 ton. Bulan tertinggi produksi biji kakao Indonesia terjadi pada bulan April hingga bulan Desember. Peristiwa tersebut terjadi disebabkan karena pada bulan April menuju bulan Desember merupakan waktu panen kakao secara serentak di Indonesia. 2) Harga Internasional Harga Internasional adalah harga yang ditetapkan di pasar global dimana barang tersebut dipasarkan. Titik terendah Harga Biji Kakao Internasional adalah pada bulan Maret 2013 yaitu sebesar 2153.36 Dolar AS per ton, sedangkan titik tertinggi Harga Biji Kakao Internasional berada pada bulan Januari 2010 yaitu sebesar 3525.12 Dolar AS per ton. Nilai ratarata variabel harga biji kakao internasional mulai tahun 2010 hingga tahun 2015 per bulan adalah 2857.06 Dolar AS per ton dan hasil standar deviasi sebesar 381.96 Dolar AS per ton. Fluktuasi Harga Biji Kakao Internasional disebabkan oleh ketidak stabilan permintaan dan penawaran pasar global terhadap komoditas biji kakao. 3) Nilai Tukar/Kurs Kurs yang dipakai adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Puncak terendah kurs rupiah terhadap dolar AS bertepatan pada bulan agustus 2011 senilai Rp. 8532 perdolar AS, sedangkan puncak tertinggi kurs rupiah Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 40 No.2 November 2016| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 142 terhadap dolar AS bertepatan pada bulan september 2015 senilai Rp. 14396,1 perdolar AS. Hasil rata-rata variabel kurs rupiah terhadap dolar AS mulai tahun 2010 hingga tahun 2015 perbulan senilai Rp. 10494.04 perdolar AS dan hasil standar deviasi senilai Rp. 1726.15 perdolar AS. Fluktuasi kurs rupiah yang cenderung melemah terhadap dolar AS disebabkan oleh meningkatnya perekonomian di AS. Bank Sentral Amerika mengemukakan tapering off sekitar bulan Mei 2013 yang menjadi awal mula penguatan dolar terhadap keuangan global. 4) Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia merupakan variabel independen pada besaran jumlah ekspor biji kakao Indonesia terhadap pasar dunia/global/internasional periode 2010 hingga 2015 perbulan. Puncak terendah volume ekspor biji kakao Indonesia bertepatan pada bulan April 2011 yaitu senilai 1538.13 ton, sedangkan puncak tertinggi bertepatan pada bulan juli 2010 senilai 79733.3 ton. Hasil rata-rata variabel volume ekspor biji kakao Indonesia mulai tahun 2010 hingga tahun 2015 perbulan senilai 16024.78 ton dan hasil standar deviasi senilai 14114.62 ton. Volume ekspor biji kakao Indonesia bertepatan pada bulan april 2010 menuju agustus 2010. Peristiwa tersebut dikarenakan oleh dengan masa panen biji kakao secara serentak di seluruh Indonesia. b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Hasil uji normalitas menunjukkan data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, maka dapat disimpulkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Uji Autokorelasi Hasil uji statistik Durbin-Watson menunjukkan nilai sebesar 1.963 yang terletak antara 1.705 dan 2.295. Nilai tersebut menunjukkan nilai Durbin-Watson berada di daerah penerimaan. Dapat disimpulkan bahwa pendugaaan model tidak terjadi autokorelasi. 3) Uji Multikolinearitas Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai tolerance setiap variabel independen secara keseluruhan > 0.1 yang berarti tidak terdapat korelasi antar variabel independen sehingga asumsi multikolinearitas terpenuhi. 4) Uji Heteroskedastisitas Hasil uji heteroskedastisitas memperoleh diagram tampilan scatterplot menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan). c. Analisis Regresi Linier Berganda Hasil uji analisis regresi linier berganda memperoleh model regresi linier sebagai berikut: Y= (–0.027) X₁ + 0.279 X₂ – 0.611 X₃ Berdasarkan persamaan tersebut maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1) X₁ = -0.027 Nilai koefisien variabel Produksi Biji Kakao Indonesia adalah -0.027. Eksplanasi hal ini adalah variabel produksi biji kakao Indonesia mempunyai hubungan negatif terhadap volume ekspor biji kakao Indonesia. Setiap peningkatan 1 satuan X₁ (Produksi Biji Kakao Indonesia) dapat menurunkan 0.027 satuan volume ekspor biji kakao Indonesia. Eksplanasi lain adalah ketika terjadi penurunan 1 satuan X₁ (Produksi Biji Kakao Indonesia) dapat meningkatkan 0.027 satuan volume ekspor biji kakao Indonesia. 2) X₂ = 0.279 Nilai koefisien variabel Harga Biji Kakao Internasional adalah 0.279. Eksplanasi hal ini adalah variabel Harga Biji Kakao Internasional mempunyai hubungan positif terhadap volume ekspor biji kakao Indonesia. Setiap peningkatan 1 satuan X₂ (Harga Biji Kakao Internasional) dapat meningkatkan 0.029 satuan volume ekspor biji kakao Indonesia. Eksplanasi lain adalah ketika terjadi penurunan 1 satuan X₂ (Harga Biji Kakao Internasional) dapat menurunkan 0.279 satuan volume ekspor biji kakao Indonesia. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 40 No.2 November 2016| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 143 3) X₃ = -0.611 Nilai koefisien variabel Kurs Rupiah terhadap Dolar AS adalah -0.611. Eksplanasi hal ini adalah variabel Kurs Rupiah terhadap Dolar AS mempunyai hubungan negatif terhadap volume ekspor biji kakao Indonesia. Setiap peningkatan pada 1 besaran Kurs Rupiah terhadap Dolar AS dapat menurunkan 0.611 besaran volume ekspor biji kakao Indonesia. Eksplanasi lain adalah ketika terjadi penurunan 1 besaran Kurs Rupiah terhadap Dolar AS dapat meningkatkan 0.611 besaran volume ekspor biji kakao Indonesia. d. Uji Hipotesis 1) Koefisien Determinasi (R²) Output perhitungan R² menghasilkan nilai 0.312. Ekplanasi hal ini adalah adalah variabel independen menjelaskan sebesar 31.2%, sedangkan 68,8% merupakan variabel lain yang tidak dijelaskan. 2) Uji F Output menghasilkan nilai sig. F(0.000) < α = 0,05. Eksplanasi hal ini adalah variabel independen secara bersamasama/simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 3) Uji t a) Produksi menghasilkan nilai sig. 0.799. Eksplanasi hal ini adalah variabel Produksi secara parsial/sebagian tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b) Harga Internasional menghasilkan nilai sig. 0.013. Eksplanasi hal ini adalah Harga Internasional secara parsial/sebagian berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. c) Kurs menghasilkan nilai sig. 0.000. Eksplanasi hal ini adalah kurs secara parsial/sebagian berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 5. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan 1) Secara bersama-sama didapat pengaruh signifikan antara variabel independen teradap Variabel Dependen. 2) Secara sebagian didapat pengaruh signifikan antara Harga Internasional dan Kurs/Nilai Tukar terhadap Variabel Dependen, sedangkan terdapat pengaruh tidak signifikan pada Produksi terhadap Variabel Dependen. b. Saran Diharapkan bagi pemerintah untuk dapat mendukung upaya para petani biji kakao Indonesia untuk meningkatkan mutu hasil produksi. Beberapa cara untuk meningkatkan upaya petani tersebut dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan teknologi usaha tani biji kakao, melakukan penyuluhan kepada para petani dalam rangka peningkatan produksi serta memberikan bantuan baik secara teknis maupun non teknis terkait dengan peningkatan budidaya tanaman biji kakao. Kualitas biji kakao yang di produksi juga patut menjadi perhatian penting. Produksi yang berkualitas akan mampu meningkatkan daya sayang terhadap negara-negara pengekspor biji kakao lainnya. Meningkatnya kualitas produksi biji kakao Indonesia diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara untuk menyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Griffin, R. W., & Pustay, M. W. (2015). Bisnis Internasional: Sebuah Perspektif Manajerial. Jakarta: Salemba Empat. Hamdani. (2012). Ekspor Impor Tingkat Dasar Level 1. Jakarta Timur: Bushindo Kotler, P., & Amstrong, G. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mankiw, N. (2007). Makroekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Rahardja, P., & Manurung, M. (2010). Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sokartawi. (2005). Agribisnis: Teori Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Press. dan Sugiarto, & Dkk. (2005). Ekonomi Mikro: Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 40 No.2 November 2016| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 144 Sukirno, S. (2012). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 40 No.2 November 2016| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 145