1 PENDAHULUAN Hepatitis C merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C (Hepatitis C Virus atau HCV). Virus hepatitis C memiliki satu untai positif RNA, berpelindung, dan berbentuk bola dengan diameter 50-60 nm (Borowski et al. 2008). Virus ini memiliki tingkat virulensi yang tinggi. Sebanyak 180 juta jiwa penderita di seluruh dunia mengidap penyakit ini dan bertambah setiap tahunnya. Penularan penyakit ini umumnya terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar darah yang mengandung HCV (Kandil et al. 2009). Saat ini pengobatan yang diberikan kepada penderita penyakit hepatitis C yaitu terapi interferon-alfa, ribavirin, dan kombinasi keduanya. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu mahal dan memiliki efek samping. Efek samping yang dapat terjadi akibat penggunaan ribavirin yaitu dapat menyebabkan anemia yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan kecacatan pada janin. Terapi kombinasi interferon alfa dengan ribavirin belum dapat mengobati dengan efek yang luas, karena hanya dapat menghilangkan virus sampai 50% dari HCV genotipe 1 dan 80% dari genotipe 2 dan 3 (Yayasan Spiritia 2005 dalam Megawati 2008). Terapi untuk hepatitis C diharapkan memiliki efektifitas yang tinggi, dapat digunakan secara oral, memiliki efek samping yang sedikit, murah, dan cocok untuk kebanyakan pasien (McHutchison & Patel 2002). Salah satu pendekatan pengobatan yang sedang berkembang adalah terapi target molekuler yang bertujuan menghambat siklus hidup HCV. Salah satunya yaitu dengan cara menghambat kerja RNA helikase . Enzim RNA heilkase HCV memiliki peranan penting dalam tahapan replikasi virus ini yaitu membuka ikatan dupleks RNA virus agar dapat ditranslasikan (Borowski et al. 2008). RNA helikase memiliki tiga macam aktivitas, yaitu aktivitas pengikatan RNA, pengikatan adenosine triphosphate (ATP), dan pembukaan rantai RNA (unwinding). Apabila proses pembukaan ikatan dupleks RNA virus sebagai pustaka genetik tidak dapat dilakukan, maka proses translasi informasi genetik tidak dapat berjalan sehingga siklus hidup HCV terhenti. Oleh karena itu, enzim ini dapat dijadikan target obat yang potensial untuk pengembangan dan penemuan obat anti HCV yang baru (Utama et al. 2000). Kinerja dari RNA helikase dapat dihambat oleh suatu inhibitor. Inhibitor enzim dapat diperoleh dari hasil metabolit sekunder, misalnya metabolit dari kapang endofit. Kapang endofit adalah kapang yang hidup berkoloni di dalam jaringan tanaman dan tidak menyebabkan efek yang negatif bagi tanaman inang (Maksum 2005). Endofit ini merupakan sumber dari metabolit sekunder yang belum diketahui potensinya di bidang medis, pertanian, dan pemanfaatan industri. Oleh karena itu, pemanfaatan kapang endofit perlu untuk dilakukan. Pemanfaatan kapang endofit sebagai sumber obat baru saat ini sedang banyak dilakukan. Hal ini dikarenakan mikroorganisme ini mampu menghasilkan senyawa bioaktif yang sama dengan tanaman inangnya. Satu tanaman dapat memiliki satu atau lebih mikroorganisme endofit yang hidup di dalamnya, sementara di dunia terdapat 30000 jenis tanaman, maka dapat dibayangkan kekayaan biodiversitas mikroorganisme ini sangatlah besar (Strobel & Daisy 2003). Biodiversitas yang besar inilah yang dapat digunakan pemanfaatannya dalam mencari inhibitor RNA helikase HCV. Megawati (2008) menyebutkan bahwa protein metabolit sekunder dari isolat endofit CgKTm 5 F yang diisolasi dari tanaman temu putih gombyok memiliki kemampuan menghambat RNA helikase HCV, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat bagi pasien yang terkena penyakit hepatitis C. Namun, perlu dilakukan isolasi dan pemurnian terhadap protein inhibitor ini sehingga memiliki efektifitas yang maksimal dalam menghambat kinerja RNA helikase. Penelitian ini bertujuan melakukan isolasi dan memurnikan protein inhibitor RNA helikase virus hepatitis C dari isolat CgKTm 5 F. Belum ditemukannya obat atau vaksin yang dapat mengobati infeksi virus hepatitis C secara efektif sampai saat ini memberikan inspirasi untuk mencoba mencari senyawa antivirus yang berasal dari bahan yang berasal dari alam bukan sintetik. Hipotesis penelitian ini adalah protein metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kapang endofit CgKTm 5 F dapat menghambat aktivitas RNA helikase virus hepatitiis, sehingga dapat digunakan sebagai kandidat obat hepatitis C. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai protein metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kapang endofit CgKTm 5 F sebagai inhibitor RNA helikase virus hepatisis C.