BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

advertisement
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Aktivitas merger & akuisisi merupakan serangkaian proses yang komperhensif
dan memiliki banyak titik kritis. Beberapa titik kritis yang menjadi perhatian adalah
penyusunan rencana strategis perusahaan, tujuan untuk melakukan merger/akuisisi,
proses legal yang dijalankan, proses pencarian dan menghubungi Target, proses
penilaian, proses dealing dan closing. Di dalam karya tulis ini, penulis hanya fokus pada
proses penilaian (valuation) yang memiliki pengaruh terhadap penentuan harga akuisisi
dan kelayakan rencana investasi perusahaan.
Ada beberapa metode penilaian perusahaan/saham yang berlaku umum. Seluruh
metode tersebut dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan
pendapatan, pendekatan aset dan pendekatan pasar. Pada kasus penilaian perusahaan
yang tidak memiliki pembanding yang sepadan dan sesuai yang terdaftar di bursa efek
regional, maka pendekatan penilaian yang dapat digunakan adalah pendekatan
pendapatan dan pendekatan aset.
Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan pendekatan pendapatan
(dengan metode DCF) dan pendekatan aset (dengan metode ANAM) untuk melakukan
penilaian saham PT. XYZ. Pendekatan pendapatan dengan metode DCF didasarkan atas
proyeksi arus kas bersih yang ditentukan berdasarkan proyeksi atas pendapatan
ekonomis perusahaan setelah dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran yang
diperlukan untuk mendukung operasi perusahaan, seperti penambahan modal kerja dan
85
pengeluaran investasi/modal. Nilai pasar wajar perusahaan kemudian diperoleh dengan
mendiskonto proyeksi arus kas perusahaan dengan tingkat diskonto yang sesuai (dalam
hal ini menggunakan WACC) dan kemudian menguranginya dengan hutang berbunga
(interest bearing debt) untuk mendapatkan nilai pasar wajar saham/ekuitas.
Pendekatan aset dengan metode Adjusted Net Assets Method (ANAM) dilakukan
dengan menyesuaikan aset dan kewajiban perusahaan untuk memperoleh nilai pasarnya.
Penyesuaian nilai buku dalam Neraca menjadi nilai pasar dilakukan secara individual,
baik nilai aset berwujud, aset tidak berwujud maupun nilai kewajiban perusahaan. Dalam
metode ini nilai wajar saham/ekuitas diperoleh dengan mengurangi nilai pasar aset
dengan nilai pasar kewajiban. Setelah nilai wajar saham dihasilkan oleh masing-masing
pendekatan, kemudian keduanya direkonsiliasi sesuai dengan bobot yang telah
ditentukan maka kemudian akan diperoleh nilai pasar wajar saham.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, penulis memperoleh nilai
wajar atas saham PT. XYZ sebagai berikut:
1. Berdasarkan metode DCF, nilai pasar wajar saham yang diperoleh adalah
sebesar Rp 329.571.320.786, dengan nilai wajar perusahaan (bisnis) sebesar
Rp 337.071.320.786.
2. Berdasarkan metode ANAM, nilai pasar wajar saham yang diperoleh adalah
sebesar Rp 67.900.000.000, dengan nilai wajar perusahaan (bisnis) sebesar
Rp 75.400.000.000.
3. Berdasarkan rekonsiliasi nilai wajar perusahaan yang dihasilkan oleh masingmasing metode dan kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka
diperoleh nilai wajar saham PT. XYZ sebesar Rp 80.983.566.039. Nilai
86
tersebut merupakan acuan tertinggi untuk menentukan nilai akuisisi saham
PT. XYZ.
Penilaian saham ini didasarkan pada analisis internal dan eksternal. Analisis
internal dilakukan berdasarkan pada data dan informasi yang disediakan oleh
perusahaan. Analisis eskternal didasarkan pada kajian singkat terhadap faktor-faktor
eksternal yang dipertimbangkan sebagai penggerak nilai (value drivers) dan termasuk
kajian singkat atas prospek industri terkait. Di samping itu, pembobotan dalam
rekonsiliasi nilai saham dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi yang benar-benar
terjadi pada saat penilaian dilaksanakan, yaitu bahwa PT. XYZ masih belum beroperasi.
Oleh karena itu bobot yang diberikan untuk melakukan rekonsiliasi adalah 95% untuk
nilai yang dihasilkan oleh pendekatan aset dan 5% untuk nilai yang dihasilkan oleh
pendekatan pendapatan. Dengan mempertimbangkan segala aspek, asumsi, proses,
kondisi aktual, data dan informasi dalam melakukan penilaian saham PT. XYZ ini,
penulis berpendapat bahwa nilai yang dihasilkan baik oleh masing-masing metode
maupun nilai wajar berdasarkan hasil rekonsiliasi adalah wajar.
Dalam karya tulis ini juga dilakukan analisis kelayakan investasi berdasarkan
instrumen capital budgeting, yaitu: Net Present Value, Discounted Payback Period, IRR,
MIRR, dan Profitability Index. Analisis ini dilakukan dengan tujuan memberi dasar atau
referensi tambahan dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi. Dalam
melakukan analisis kelayakan investasi ini penulis juga menggunakan scenario analysis
untuk mengetahui hasil perhitungan instrumen capital budgeting pada masing-masing
skenario. Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan investasi pada setiap skenario
tersebut, disimpulkan bahwa rencana investasi tambang marmer layak untuk dilanjutkan.
87
Hal ini didasarkan pada kriteria-kriteria sebagai berikut: (1) NPV menunjukkan hasil
yang positif; (2) Discounted Payback Period masih dalam rentang umur proyeksi; (3)
persentase IRR dan MIRR masih di atas discount factor yang digunakan; (4)
Profitability Index lebih besar dari 1.
Hasil perhitungan di atas masih memiliki unsur ketidakpastian yang cukup tinggi.
Untuk mengetahui tingkat kelayakan investasi pada berbagai kemungkinan, maka
penulis menggunakan perangkat lunak Crystal Ball. Dengan Crystal Ball, penulis
melakukan simulasi untuk mengetahui kelayakan masing-masing instrumen capital
budgeting berdasarkan mean dan persentase forecast value. Dari hasil simulasi yang
dihasilkan pada setiap instrumen capital budgeting, nilai mean yang diperoleh tidak jauh
berbeda dengan nilai pada skenario Base Case. Berdasarkan hasil simulasi, nilai
instrumen capital budgeting pada skenario Base Case memiliki kemungkinan lebih dari
50% untuk terjadi, sedangkan nilai terendah pada masing-masing simulasi instrumen
masih di bawah nilai instrumen pada skenario Worst Case.
Dari simulasi Crystal Ball tersebut juga dapat diketahui tingkat sensitifitas
perubahan masing-masing instrumen capital budgeting. Berdasarkan output yang
terdapat di sensitivity chart, tornado chart dan spider chart, diketahui bahwa seluruh
instrumen capital budgeting yang digunakan (NPV, DPP, IRR, MIRR dan PI) sangat
sensitif terhadap asumsi produksi maksimal per bulan dan asumsi rata-rata kenaikan
harga jual per tahun. Asumsi produksi maksimal per bulan paling berpengaruh pada
perubahan NPV, IRR, MIRR dan PI dan memiliki hubungan yang berbanding lurus,
yang artinya semakin tinggi produksi marmer per bulan, maka akan semakin tinggi nilai
keempat instrumen tersebut. Untuk asumsi rata-rata kenaikan harga jual per tahun paling
88
berpengaruh terhadap perubahan discounted payback period (DPP) dengan hubungan
yang berbanding terbalik, yang artinya semakin tinggi tingkat kenaikan harga marmer
per tahun maka akan semakin pendek DPP yang dibutuhkan. Dari kedua asumsi yang
paling sensitif tersebut, asumsi produksi maksimal per bulan merupakan asumsi yang
paling bisa dikendalikan sehingga akan lebih baik jika manajemen mempertimbangkan
untuk menambah kapasitas produksi setelah tambang marmer beroperasi.
5.2.Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas, beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1.
Perusahaan yang sedang melaksanakan akivitas merger/akuisisi sebaiknya
melakukan penilaian yang terbagi dalam dua tahap: pre- and post merger.
Penilaian dalam tahap pre merger berguna untuk mengetahui nilai atas
target, pengakuisisi dan perkiraaan nilai sinergi yang dihasilkan. Dalam
tahap ini sebaiknya penilaian tidak hanya dilakukan secara in-house, tapi
juga didampingi oleh penilai yang bersertifikasi. Hal ini bertujuan agar
pihak pengakuisisi terhindar dari missvaluation yang berakibat pada over/undervalue. Penilaian pada tahap post merger sebaiknya dilakukan untuk
menganalisis varian nilai sinergi dan untuk menentukan strategi keuangan
alternatif.
2.
Analisis kelayakan investasi dalam merger & akuisisi sebaiknya juga
dilakukan dalam fase penilaian perusahaan/saham Target, meskipun pada
umumnya analisis tersebut sudah dilakukan pada fase penyusunan
89
acquisition plan. Hal ini dikarenakan di antara fase tersebut, terdapat
proses due diligence, sehingga data dan asumsi yang digunakan untuk
melakukan analisis kelayakan investasi pada fase penilaian akan lebih
akurat dibandingkan pada saat penyusunan acquisition plan.
3.
Pihak yang sedang melakukan penilaian bisnis harus sangat berhati-hati
dalam mengidentifikasi obyek penilaian, membangun asumsi yang akan
digunakan dalam menyusun proyeksi dan penilaian, serta menentukan
premis nilai (kondisi obyek penilaian, seperti: likuidasi atau memiliki
going concern). Kelalaian dalam melakukan ketiga hal tersebut akan
mengakibatkan kegagalan dalam menentukan nilai wajar atas obyek yang
dinilai.
4.
Penggunaan scenario analysis dan perangkat lunak seperti Crystal Ball
sangat direkomendasikan dalam melakukan analisis kelayakan investasi.
Hal ini dimaksudkan agar manajemen dapat mengambil keputusan
investasi dengan tingkat ketidakpastian yang sudah dapat diperkirakan
sejak awal.
5.
Penelitian berikutnya dengan tema pembahasan yang sama dengan karya
tulis
ini,
sebaiknya
mampu
menghadirkan
penilaian
perusahaan
pengakuisisi, sehingga analisis mengenai perkiraan nilai sinergi yang akan
dihasilkan dapat dihadirkan. Di samping itu, penggunaan real option
dalam analisis kelayakan investasi akan menjadikan penelitian berikutnya
lebih sempurna.
90
Download