bab ii kajian pustaka - UIN SMH Banten Institutional Repository

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Inflasi secara umum sering dipahami sebagai meningkatnya
harga barang secara keseluruhan. Dengan demikian, terjadi
penurunan daya beli uang decreasing purchasing power of money.
Oleh karena itu, menurut penganut paham ini, pengambil bunga
uang sangatlah logis sebagai kompensasi penurunan daya beli uang
selama dipinjamkan. Argumentasi tersebut memang sangat tepat
seandainya dalam dunia ekonomi yang terjadi hanyalah inflasi saja
tanpa deflasi atau stabil.1
Dalam surat at Taubah (9) ayat 34- 35 Allah SWT Berfirman:
        
        
        
          
       
    
1
M. Syafi‟I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema
Insani, 2001), 76
11
12
Artinya: “....dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak
dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,35.
pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan
untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa
yang kamu simpan itu."2
Ibnu Katsir dalam tafsirnya Qur‟anil „Adzim (II/351-352)
menyatakan bahwa setiap orang yang mencintai sesuatu dan
mendahulukannya dibanding ketaatan kepada Allah, niscaya ia akan
disiksa dengannya.dikarenakan orang-orang yang disebut pada ayat ini
lebih menyenangi untuk menimbun harta kekayaannya daripada
mentaati Allâh Ta‟ala, maka dari itu kelak mereka disiksa dengan harta
itu. Para penimbun harta kekayaan. Harta kekayaan yang sangat ia
cintai, kelak pada hari kiamat menjadi hal yang paling menyedihkan di
neraka Jahannam, harta itu akan dipanaskan, lalu digunakan untuk
membakar dahi, perut, dan punggung mereka.
Inflasi adalah indikator makroekonomi yang sangat penting
karena memengaruhi nilai uang sehingga dampaknya langsung
dirasakan oleh masyarakat. Bahkan, Presiden Gerald Ford dari USA
pernah menyatakan: “Inflation is the number one public enemy”, atau
“Inflasi adalah musuh masyarakat yang utama.”3
Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang
beredar atau kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian
tersebut mengacu pada gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya
2
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya dilengkapi dengan
Asbabun Nuzul dan Hadits Shahih, 192
3
GA Diah Utari dkk, Inflasi di Indonesia: Karakteristk dan Pengendalian,
(Jakarta: BI Institute, 2016), 4
13
kenaikan jumlah uang beredar yang diduga telah menyebabkan adanya
kenaikan harga-harga. Dalam perkembangan lebih lanjut, inflasi secara
singkat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan meningkatnya
harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus.4
Dalam pengertian tersebut, terdapat dua pengertian penting
yang merupakan kunci dalam memahami inflasi. Yang pertama adalah
kenaikan harga secara umum dan yang kedua adalah terus-menerus.
Dalam inflasi harus terkandung unsur kenaikan harga, dan selanjutnya
kenaikan harga tersebut adalah harga secara umum. Hanya kenaikan
harga yang terjadi secara umum yang dapat disebut sebagai inflasi. Hal
ini penting untuk membedakan kenaikan harga atas barang dan jasa
tertentu. Misalnya, meningkatnya harga beras atau harga cabe merah
saja belum dapat dikatakan sebagai inflasi. Inflasi adalah kenaikan
harga-harga secara umum, artinya inflasi harus menggambarkan
kenaikan harga sejumlah besar barang dan jasa yang dipergunakan
(atau dikonsumsi) dalam suatu perekonomian. Kata kunci kedua adalah
terus menerus, kenaikan harga yang terjadi karena faktor musiman,
misalnya, menjelang hari-hari besar atau kenaikan harga sekali saja dan
tidak mempunyai pengaruh lanjutan juga tidak dapat disebut inflasi
karena kenaikan harga tersebut bukan masalah kronis ekonomi.5
Berhubung inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa
secara umum, maka untuk mengukur perubahan inflasi dari waktu ke
waktu pada umumnya dipergunakan suatu angka indeks. Angka indeks
tersebut disusun dengan memperhitungkan sejumlah barang dan jasa
yang akan dipergunakan untuk menghitung besarnya angka inflasi.
4
5
GA Diah Utari dkk, Inflasi di Indonesia: Karakteristk dan Pengendalian, 5
GA Diah Utari dkk, Inflasi di Indonesia: Karakteristk dan Pengendalian, 6
14
Perubahan angka indeks dari satu waktu ke waktu yang lain, yang
dinyatakan dalam angka persentase, adalah besarnya angka inflasi
dalam periode tersebut. Contoh : apabila angka indeks harga konsumen
pada Juni 2007 sebesar 99.14 dan angka indeks tersebut pada Juni 2008
menjadi 110.08, maka inflasi tahunan pada bulan Juni 2008 adalah
11.03%. Perkembangan kenaikan harga sejumlah barang dan jasa
secara umum dalam suatu periode waktu ke waktu tersebut disebut
sebagai laju inflasi (inflation rate).6
Laju inflasi pada umumnya dinyatakan dalam angka persentase
(%). Laju inflasi dapat terjadi pada tingkat yang ringan, sedang, berat,
dan hiperinflasi. Menurut Wikipedia, inflasi ringan terjadi apabila
kenaikan harga berada di bawah 10%; inflasi sedang antara 10 - 30%;
dan inflasi berat antara 30 -100% per tahun; dan hiperinflasi atau inflasi
tidak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun. Namun demikian, angka-angka inflasi tersebut pada umumnya
bersifat relatif dan tidak ada suatu standar yang umum. Di Indonesia,
misalnya, apabila angka inflasi masih berupa angka satu digit, misalnya
6 -7%, maka tingkat inflasi tersebut masih dianggap sebagai inflasi
yang relatif wajar meskipun tingkat inflasi tersebut relatif lebih tinggi
daripada tingkat inflasi negara-negara di kawasan regional. Sedangkan
tingkat inflasi untuk negara maju berkisar antara 2 - 3%. Sebaliknya
suatu laju inflasi juga dapat terjadi pada suatu angka yang negatif, yang
berarti perkembangan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu
6
Suseno & Siti Aisyah, Inflasi, (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan, 2009), 3
15
perekonomian mengalami penurunan dari waktu ke waktu atau disebut
deflasi.7
Teori yang menerangkan inflasi cukup beragam sejalan dengan
perbedaan pandangan dari para ekonom. Secara garis besar, teori
mengenai inflasi dibagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu mereka
yang menganut paham monetaris dan paham non monetaris.
2. Inflasi Sebagai Teori
a. Teori kuantitas
Inti dari teori kuantitas adalah, pertama, bahwa inflasi itu
hanya terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar,
baik uang kartal maupun uang giral. Bila terjadi kegagalan
panen, misalnya yang menyebabkan beras naik, tetapi
jumlah uang beredar tidak bertambah, maka kenaikan
harga beras berhenti dengan sendirinya. Kedua, adalah laju
inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan psikologi atau harapan masyarakat mengenai
kenaikan harga-harga di masa yang akan datang.
b. Teori Keynes
Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat
ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses
inflasi menurut pandangan ini adalah proses perebutan
bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang
menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa
disediakan
oleh
diterjemahkan
7
masyarakat.
menjadi
Suseno & Siti Aisyah, Inflasi, 4
Proses
keadaan
perebutan
dimana
ini
permintaan
16
masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah
barang-barang yang tersedia (timbulnya inflationary gap).
c. Teori Strukturalis
Adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas
pengalaman
di
negara
Amerika
Latin.
Teori
ini
memberikan tekanan pada ketegaran (regidities) dari
struktur perekonomian yang sedang berkembang. Karena
inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari
perekonomian (faktor ini bisa berubah secara gradual dan
dalam jangka panjang) maka teori ini disebut juga teori
inflasi jangka panjang.8
3. Jenis-jenis Inflasi
Inflasi dapat dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok
pertama, inflasi dibagi menurut parah atau tidaknya inflasi tersebut.
a. Inflasi ringan (kurang dari 10%).
Inflasi jenis ini masih dianggap normal. Dalam rentang
inflasi ini, orang masih percaya pada uang dan masih mau
memegang uang.
b. Inflasi sedang (10%-30%)
c. Inflasi berat (30%-100%)
Inflasi seperti ini terjadi karena pemerintahan yang
lemah, perang, revolusi, atau kejadian lain yang menyebabkan
barang tidak tersedia di pasar, sementara uang beredar sangat
banyak, sehingga orang tidak percaya pada uang.
8
Julius Latumaerissa, Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi
Global, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), hlm 173-174
17
d. Hiperinflasi (di atas 100%)
Pada saat terjadi hiperinflasi orang sudah tidak percaya
lagi pada uang. Lebih baik membelanjakan atau menyimpan
dalam bentuk barang daripada menyimpan uang. Mengapa?
Karena kebanyakan barang seperti emas, tanah, bangunan,
mengalami kenaikan harga yang setara (bahkan bisa lebih
tinggi) dari inflasi
Pengelompokkan inflasi cara kedua adalah berdasarkan
sumber inflasi, yang dikelompokkan menjadi dua :
a. Inflasi karena tarikan permintaan (demand pull inflation),
yaitu kenaikan harga barang atau jasa karena tingginya
permintaan, sementara supply barang atau jasa terbatas.
b. Inflasi dorongan biaya (cost push inflation), yaitu inflasi
karena biaya atau harga faktor produksi (seperti upah buruh)
meningkat sehingga produsen harus menaikkan harga
supaya mendapatkan laba dan produksi bisa berlangsung
terus.9
4. Menurut sifat inflasi
a. Inflasi Merayap (creeping inflation) ditandai dengan laju
inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikan
harga berjalan secara lambat, dengan presentase yang kecil
serta dalam jangka yang relatif lama.
b. Inflasi Menengah (galloping inflation) ditandai dengan
kenaikan harga yang cukup besar, (biasanya double digit
9
Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro, (Serang: LP2M IAIN “Sultan
Maulana Hasanuddin” Banten, 2013), hlm 101
18
bahkan triple digit) dan kadangkala berjalan dalam waktu
yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi.
Artinya, harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi
dari minggu atau bulan lalu dan seterusnya. Efeknya
terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang
merayap (creeping inflation).
c. Inflasi Tinggi (hyper inflation) adalah inflasi yang paling
parah akibatnya harga-harga naik sampai lima atau enam
kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan
uang. Nilai uang merosot dengan tajam, sehingga ingin
ditukarkan dengan barang. Perputaran uang semakin cepat,
harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul
apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja
(misalnya ditimbulkan oleh adanya perang) yang dibelanja
atau ditutup dengan mencetak uang.10
5. Dampak Inflasi
Inflasi tidak selalu berdampak buruk bagi perekonomian.
Inflasi yang terkendali justru dapat meningkatkan kegiatan
perekonomian. Berikut ini adalah akibat-akibat yang ditimbulkan
inflasi terhadap kegiatan masyarakat.
a. Dampak inflasi
terhadap pendapatan: inflasi
dapat
mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat
bersifat menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa
kondisi (kondisi inflasi lunak), inflasi dapat mendorong
perkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para
10
Julius R Latumaerissa, Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi
Global, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), hlm 177.
19
pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian,
akan
tumbuh
bertambahnya
masyarakat
kesempatan
pendapatan
kerja
baru
seseorang.
sekaligus
Namun,
bagi
yang berpenghasilan tetap inflasi
akan
menyebabkan mereka rugi karena penghasilan yang tetap
itu jika ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin
sedikit.
b. Dampak inflasi terhadap ekspor : pada keadaan inflasi,
daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya
daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin
mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan
Negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing
barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah
penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin
kecil.
c. Dampak inflasi terhadap minat orang untuk menabung:
pada masa inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang
karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya
berkurang karena laju inflasi. Misalnya, bulan januari
tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam
bentuk
deposito
satu
tahun.
Deposito
tersebut
menghasilkan bunga sebesar, misalnya 15%per tahun.
Apabila tingkat inflasi sepanjang januari 2006 – januari
2007 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan dari
uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk
menabung akan berkurang.
20
d. Dampak inflasi terhadap kalkulasi harga pokok: keadaan
inflasi menyebabkan perhitungan untuk menetapkan harga
pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh
karena persentase dari inflasi tidak teratur, kita tidak dapat
memastikan berapa persen inflasi untuk masa tertentu.
Akibatnya, penetapan harga pokok dan harga jual sering
tidak tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan
perekonomian, terutama untuk produsen.11
6. Cara Menanggulangi Inflasi
Ada
beberapa
metode
atau
cara
yang
diambil
pemerintahan untuk mengatasi masalah inflasi yang umumnya
dituangkan dalam kebijakan. Pemerintah dapat menanggulangi
inflasi dengan mengambil kebijakan moneter dan kebijakan
fiskal.
a. Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah melalui
bank sentral sebagai pemegang otoritas moneter yang
berkaitan dengan pengendalian jumlah uang beredar dan
pengaturan tingkat suku bunga dan kredit. Instrumentinstrumen yang biasa digunakan dalam kebijakan moneter
melalui bank sentral untuk menanggulangi masalah inflasi
adalah sebagai berikut:
1. Operasi pasar terbuka atau open market operation
Operasi pasar terbuka adalah usaha atau tindakantindakan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk membeli atau menjual surat-surat berharga milik Negara.
11
http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-inflasi-jenis-dampakpenyebab.html, pada tanggal 15 Maret 2017, pukul 14.30
21
Kegiatan penjulan surat berharga ini akan mengurangi cadangan
wajib bank umum. Dengan demikian, jumlah uang beredar di
masyarakat akan berkurang dan kenaikan harga-harga pun dapat
ditekan.
2. Kebijakan Tingkat Suku Bunga Diskonto atau Discount
Rate Policy
Kebijakan tingkat suku bunga diskonto adalah tindakan bank
sentral dengan mengubah tingkat suku bunga diskonto yang
harus dibayar oleh bank umum atas dana pinjaman dari bank
sentral. Kenaikan suku bunga diskonto akan menyebabkan naik
suku bunga kredit kepada masyarakat. Sehingga kredit investasi
yang diberikan akan turun. Turunnya kredit investasi berakibat
pula pada menurunnya pendapatan nasional, dan berpengaruh
terhadap turunnya permintaan agregat yang pada akhirnya
harga-harga barangpun akan turun.
3. Kebijakan Cadangan Wajib atau Reserve Requirement
Policy
Kebijakan cadangan wajib berkaitan dengan tindakan
Bank Sentral dalam menetapkan cadangan wajib bagi bank
umum di Bank Sentral. Jika cadangan wajib yang dikenakan
oleh Bank Sentral tinggi, jumlah pasokan uang akan turun,
selanjutnya jumlah uang beredar di masyarakat menjadi lebih
sedikit sehingga harga-harga pun berkurang.
b. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang menyangkut
pengaturan pengeluaranpemerintah dan perpajakan yang
secara langsung mempengaruhi permintaan total dan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
22
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal seperti
pengurangan pengeluaran pemerintah dan kenikan pajak
akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi
dapat ditekan.12
7. Faktor-faktor Penyebab Inflasi
a. Inflasi karena tarikan permintaan (demand full inflation),
yaitu kenaikan harga-harga karena tingginya permintaan,
sementara barang-barang tidak tersedia sehingga harganya
naik. Inflasi tarikan permintaan atau inflasi dari sisi
permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang
disebabkan karena adanya kenaikan permintaan agregat
yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang dan
jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta
lebih besar daripada barang yang ditawarkan akan tejadi
kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku
pada saat perekonomian mencapai tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan
dengan pesat. Dengan tingkat pertumbuhan yang pesat atau
tinggi mendorong peningkatan permintaan sedangkan
barang yang ditawarkan tetap karena kapasitas produksi
sudah maksimal sehingga mendorong kenaikan harga terusmenerus.13
b. Inflasi dorongan biaya (cost push inflation), yaitu inflasi
karena biaya atau harga faktor produksi (seperti upah buruh)
12
https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/cara-pemerintahmenanggulangi-inflasi diunduh pada tanggal 10 Maret 2017 pukul 10.45
13
Rozalinda, Ekonomi Islam:Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas
Ekonomi, hlm 305
23
meningkat sehingga produsen harus menaikkan harga
supaya mendapatkan laba dan produksi bisa berlangsung
terus.14
8. Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam
Inflasi
atau
dalam
bahasa
arab
disebut
dengan
(Tadhakkhum) yang berarti Inflasi. Dalam sejarah peradaban
islam setelah masa Khulafaur Rasyidin Islam terbagi menjadi
dinasti-dinasti yang terus berkembang pesat dan membawa
pengaruh kepada peradaban dunia. Salah satunya dengan nama
Dinasti Mamluk. Dinasti Mamluk sendiri merupakan dinasti pada
masa keemasan Islam yang mampu mempengaruhi peradaban
dunia. Dinasti Mamluk ini sangat penting karena sejarahnya
bermula di abad pertengahan ini (abad ke 7 hingga ke 11 H/abad
ke 13 hingga ke 17 M) era ini adalah masa pembentukan salah
satu sistem politik-ekonomi dalam Islam. Sekilas dalam
perjalanannya akhirnya Dinasti Bani Mamluk mengalami
kemunduran yang salah satu penyebabnya adalah Korupsi dan
monopoli ekonomi. Korupsi dan monopoli ekonomi dilakukan
oleh
para
sultan
dalam
mengelola
pembangunan
untuk
keuntungan pribadi. Para sultan memonopoli barang-barang
primer dengan melarang tanaman-tanaman pokok yang para
sultan timbun untuk dijual kembali kepada masyarakat dengan
harga yang sangat tinggi (Inflasi) karena kelangkaan yang terjadi.
Sifat tidak terpuji para sultan inilah salah satu penyebab
kemunduran Dinasti Bani Mamluk. Seharusnya pemerintah yang
mewakili suatu kekuasaan menciptakan keseimbangan salah
14
Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro, hlm 102
24
satunya keseimbangan sistem ekonomi dan moneter. Hal ini
menggambar betapa berbahayanya Inflasi yang tidak bisa
dikendalikan dan efeknya adalah keruntuhan suatu Negara 15
Secara teori, inflasi tidak dapat dihapus dan dihentikan.
Namun, laju inflasi dapat ditekan sedemikian rupa. Islam
sebetulnya punya solusi menekan laju inflasi, seperti yang telah
dikemukakan oleh tokoh-tokoh ekonomi islam klasik. Misalnya,
al-Ghazali (1058-1111) menyatakan, pemerintah mempunyai
kewajiban menciptakan stabilitas nilai uang. Kemudian Ibnu
Taimiyah (1263-1328) juga mempunyai solusi terhadap inflasi, ia
sangat menentang keras terhadap terjadinya penuruanan nilai
mata uang dan percetakan uang yang berlebihan. Ia berpendapat,
pemerintah seharusnya mencetak uang harus sesuai dengan nilai
yang adil.16
Husain Shahathah menawarkan beberapa solusi untuk
mengatasi inflasi sebagai berikut:
1.
Reformasi terhadap sistem moneter yang ada
sekarang dan menghubungkan antara kuantitas
uang dengan kuantitas produksi.
2. Mengarahkan
belanja
dan
melarang
sikap
berlebihan dalam belanja yang tidak bermanfaat.
3. Larangan menyimpan (menimbun) harta dan
mendorong untuk menginvestasikannya.
15
Ahmad Al „Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,
Cet IV (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2006), 304
16
Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), 312
25
4. Meningkatkan produksi dengan memberikan
dorongan kepada masyarakat secara materil dan
moral.
Dalam perekonomian sekarang, bank sentral mempunyai
peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu
negara umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada
tingkat yang wajar. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban
mengendalikan tingkat nilai tukar uang dan mata uang domestik.
Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral
di seluruh dunia termasuk indonesia.17
B. Konsep Industri Pengolahan
1. Pengertian Industri Pengolahan
Industri pengolahan adalah suatu unit atau kesatuan
produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan
kegiatan ekonomi, bertujuan untuk mengubah suatu barang secara
mekanik, kimia, atau dengan tangan, sehingga menjadi benda atau
barang atau produk baru yang nilainya lebih tinggi, dan sifatnya
lebih dekat kepada konsumen akhir.18 Termasuk dalam kegiatan ini
adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan. Jasa industri adalah
kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada kegiatan
ini bahan baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak
pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapat
imbalan sejumlah uang atau barang sebagai balas jasa (upah),
17
Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi,
313
18
https://banten.bps.go.id diunduh pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 13.45
26
misalnya perusahaan penggilingan padi yang melakukan kegiatan
menggiling padi atau gabah petani dengan balas jasa tertentu.
2. Jenis-jenis Industri Berdasarkan Tempat Bahan Baku
a. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil
langsung
dari
perkebunan,
alam
sekitar.
perhutanan,
Misalnya,
perikanan,
pertanian,
perternakan,
pertambangan dan lain-lain
b. Industri nonekstraktif
Industri nonekstraktif adalah industri yang bahan baku
didapat dari tempat lain selain alam sekitar.
c. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya
adalah
berbentuk
konsumennya.
jasa
yang
Misalnya,
dijual
asuransi,
kepada
para
perbankkan,
transportasi dan lain sebagainya. 19
3. Jenis-jenis
Industri
Berdasarkan
Produktifitas
Perorangan
a. Industri primer
Industri primer adalah industri yang barang-barang
produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah
terlebih dahulu. Misalnya, hasil produksi pertanian,
perternakan, perkebunan, perikanan dan lain sebagainya.
19
http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-definisi-macam-jenis-danpenggolongan-industri-di-indonesia-perekonomian-bisnis-html, pada tanggal 10 Mei
2017 pukul 18.12
27
b. Industri sekunder
Industri sekunder adalah industri yang bahan mentah
diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah
kembali. Misalnya, pemintalan benang sutra, komponen
elektronik dan sebagainya.
c. Industri tersier
Industri tersier adalah industri yang produk atau barangnya
berupa
layanan
jasa.
Misalnya,
telekomunikasi,
transportasi, perawatan kesehatan, dan lain sebagainya. 20
4. Macam-macam industri
Untuk mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat
dari beberapa sudut pandang. Pertama, pengelompokkan industri
yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian (DP). Menurut
Departemen Perindustrian (DP), industri nasional Indonesia
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok besar, yaitu:
a) Industri dasar yang meliputi kelompok Industri Mesin dan
Logam Dasar (IMLD) dan kelompok Industri Kimia Dasar
(IKD). Yang termasuk dalam IMLD antara lain: industri mesin
pertanian, elektronika kereta api, pesawat terbang, kendaraan
bermotor, besi baja,alumunium, tembaga, dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dalam IKD antara lain: industri
pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri
20
http://pusatukm.com/pengertian-definisi-macam-jenis-dan-penggolonganindustri-di-indonesia,pada tanggal 10 Mei 2017 pukul 18.33
28
pupuk, industri semen, industri batubara, industri silikat, dan
sebagainya.
Industri dasar ini mempunyai misi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri, dan
bersifat padat modal. Teknologi tepat guna yang digunakan adalah
teknologi maju, teruji dan tidak padat karya, namun dapat mendorong
terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan tumbuhnya
industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya.
b) Industri kecil yang meliputi antara lain industri pangan
(makanan, minuman, tembakau), industri sedang dan kulit
(tekstil, pakaian jadi, serta barang dari kulit), industri kimia dan
bahan bangunan (industri kertas, percetakan, penerbitan,barangbarang karet, plastik, dan lain-lain), industri galian bukan
logam, dan industri logam (mesin-mesin listrik, alat-alat ilmu
pengetahuan, barang dari logam, dan sebagainya).
Kelompok Industri kecil ini mempunyai misi melakukan
pemerataan. Teknologi yang digunakan teknologi menengah atau
sederhana, dan padat karya. Pengembangan industri kecil ini
diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan
nilai tambah dengan memanfaatkan pasar dalam negeri dan pasar
luar negeri (ekspor).
c) Industri hilir yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi
antara lain: industri yang mengolah sumber daya hutan, industri
yang mengolah hasil pertambangan,industri yang mengolah
sumber daya pertanian secara luas, dan lain-lain. Kelompok
Aneka Industri (AI) ini mempunyai misi meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan, memperluas
29
kesempatan kerja, tidak padat modal, dan teknologi yang
digunakan adalah teknologi menengah atau teknologi maju.21
5. Golongan pokok industri pengolahan
1. Makanan
2. Minuman
3. Pengolahan tembakau
4. Tekstil
5. Pakaian jadi
6. Kulit, barang dari kulit dan alas kaki
7. Kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur)
dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya
8.
Kertas dan barang dari kertas
9.
Percetakan dan reproduksi media rekaman
10. Produk dari batubara dan pengilangan minyak bumi
11. Farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional
12. Karet,barang dari karet dan plastik
13. Barang galian bukan logam
14. Logam dasar
15. Barang logam, bukan mesin dan peralatannya
16. Komputer, barang elektronik dan optik
17. Peralatan listrik
18. Mesin dan perlengkapan
19. Kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer
20. Alat angkutan lainnya
21. Furnitur
21
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, (Yogyakarta: STIM YKPN,
2010), hlm, 454
30
22. Pengolahan lainnya
23. Jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan.22
C. Hubungan Inflasi dengan Pertumbuhan Industri Pengolahan
Secara teoritis hubungan antara inflasi dan pertumbuhan
ekonomi menunjukkan hal menarik untuk dicermati inflasi yang
terlalu rendah, sehingga berada di level deflasi, akan menekankan
pada pertumbuhan ekonomi dan apabila inflasi terlalu tinggi makan
akan membuat daya beli masyarakat turun mengakibatkan laju
pertumbuhan ekonomi tidak berjalan.
Secara umum, rendahnya angka inflasi juga menunjukkan
rendahnya permintaan dan daya beli masyarakat. Ketika rendahnya
permintaan
membuat
kenaikan
harga
terkendali
dengan
ditingkatkannya konsumsi masyarakat yang akan menyerap output
produksi meningkat dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi
meningkat.
Secara konseptual inflasi berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan industri pengolahan di Indonesia. Karena semakin
tinggi tingkat inflasi akan berpengaruh terhadap kenaikan harga
barang. Sehingga kemampuan daya beli masyarakat menurun, hal
ini akan mengakibatkan kemampuan masyarakat untuk membeli
barang menurun yang mengakibatkan pertumbuhan industri
pengolahan menurun.
22
19.30
https://bps.go.id/subjek /view/id diunduh pada tanggal 20 Mei 2017 pukul
31
INFLASI
(X)
PERTUMBUHAN INDUSTRI
PENGOLAHAN
(Y)
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Menurut Yusnanto (2010), dengan judul skripsi Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Sektor Industri Pengolahan Di Kabupaten
Sukoharjo. Bahwa hasil penelitian hipotesis berdasarkan data yang ada
maka diperoleh koefisien-koefisien regresi sebagai berikut: investasi
sbesar 0,00000118, inflasi sebesar 0,006355, jumlah unit usaha sebesar
0,0000309. Setelah dilakukan uji t berdasarkan hasil olah data ternyata
variabel investasi dan jumlah unit usaha secara signifikan berpengaruh
positif terhadap sektor industri pengolahan, setelah dilakukan uji F
ternyata variabel investasi, inflasi dan jumlah unit usaha secara
bersama-sama mempengaruhi sektor industri pengolahan.
Menurut Augus Alfiniko Putra (2014), dengan judul skripsi
Analisis Pengaruh Inflasi Dan Jumlah Industri Terhadap Permintaan
Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Jember 20012012. Bahwa hasil nilai Fhitung sebesar 42.07160 dan prob (F-tabel)
sebesar 0.000027 dari hasil regresi tersebut terbukti bahwa probabilitas
Ftabel (0.000027) lebih kecil dari level signifikan = 5% H0 ditolak dan
Ha diterima, yang berarti bahwa inflasi, jumlah industri dan nilai
investasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
permintaan tenaga kerja sektor industri pengolahan di Kabupaten
Jember tahun 2001-2012. Selain itu diperoleh nilai R2 sebesar
32
0.868818. hal ini berarti menunjukkan pengaruh variabel tingkat inflasi
dan jumlah industri terhadap permintaan tenaga kerja sektor industri
pengolahan di Kabupaten Jember dari tahun 2001-2012 sebesar 90,33%
sedangkan 9,67% dipengaruhi oleh factor lain dan kesalahan
pengganggu di luar variabel tingkat inflasi dan jumlah industri.
Menurut Amelia, dengan judul skripsi Analisis Ekspor Industri
Manufaktur
di
Sumatera Utara 2006. Bahwa hasil Harga produk
industri manufaktur dan tingkat kurs ternyata berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ekspor industri manufaktur, sedangkan tingkat
inflasi berpengaruh negatif terhadap ekspor industri manufaktur.
E. Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai dua kata
“hupo” (sementara) dan “thesis” (pernyataan atau teori). Karena
hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah
kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya. Kemudian para ahli
menafsirkan arti hipotesis adalah dugaan terhadap hubungan antara dua
variabel atau lebih. Atas dasar definisi di atas dapat diartikan bahwa
hipotesis adalah jawaban atau dugaan dengan sementara yang harus
diuji kebenarannya.23
Ho :
Tidak terdapat pengaruh antara inflasi terhadap industri
pengolahan di Indonesia.
Ha :
Terdapat
pengaruh
antara
inflasi
terhadap
industri
pengolahan di Indonesia.
23
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2012), hlm 151
Download