TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA (ADVERBIA, AJEKTIVA, NOMINA, NUMERALIA DAN KATA TUGAS) MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia. Dosen: Dr. Prana D. Iswara, M.Pd. Oleh Kelompok 9 1.2 Dinar .3. WidyasmaraEggi 0801571 0801557 0801576 Indriani P.Elis Ai Nurhayati Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia 2011KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas kehendakNyalah makalah bisa dengan ini diselesaikan cukup Walau baik. dalam penyelesaianya banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya wawasan pengetahuan dan yang dimiliki penulis, serta berbagai kendala teknis yang merepotkan. berkat cukup Namun, bantuan bimbingan dan dari berbagai pihak, akhirnya karya tulis ini bisa diselesaikan walau masih banyak kekurangan. Karena itu, sudah sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada: Dr. Prana D. Iswara, M.Pd, selaku Dosen Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia, Teman-teman, yang selalu mendukung. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang positif, agar dikemudian hari penulis dapat membuat 3 makalah yang lebih baik lagi. Sumedang, Desember 2011 PENULIS DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……… ……………………… ………………………. . DAFTAR ISI ……………………… ……………………… ………………... BAB I Pendahuluan………… ……………………… ………………………. . A.. Latar Belakang Masalah………… ………………… ………………... B. Rumusan Masalah………… ………………… ………………… …... C. Tujuan Penulisan ………………… ………………… ……………….. D. Sistematika Penulisan……… ………………… ………………… ….. BAB II Baku Indonesia 5 Tata Bahasa Bahasa (Adverbia, Ajektiva, Nomina, Pronomina, Numeralia, dam Kata Tugas).......................... .............................. A. Adverbia................ ............................... ............................... ................. B. Ajektiva................. ............................... ............................... .................. C. Nomina.................. ............................... ............................... .................. D. Pronomina............. ............................... ............................... .................. E. Numeralia.............. ............................... ............................... .................. F. Kata Tugas..................... ............................... ............................... ......... BAB III Penutup……………… ……………………… …………………....... Kesimpulan……… ……………… ……………… ……………… …... Saran ……………… ……………… ……………… ……………… … DAFTAR PUSTAKA………… ……………………… …………………….. ii iii 1 1 7 2 2 3 4 4 7 11 14 16 19 27 27 28 29 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia bahasa adalah persatuan negara kita yang tercinta ini. Indonesia dengan berbagai macam keberagamannya, baik berbagai hasil budaya, yang bisa berupa kain tenun, alat musik, hingga bahasa daerahnya sendiri yang beragam. Satu pulau, bisa berbagai macam bahasa daerah yang digunakan, bahkan dalam satu suku sendiri, ada berbagai macam bahasa yang beragam. Untuk itulah, para pejuang kemerdekaan kita dulu, para pemuda yang bersatu, akhirnya memutuskan bahwa bangsa kita memerlukan 9 satu bahasa yang bisa dipakai oleh semua rakyat Indonesia. Satu bahasa yang bisa menghilangkan keberagaman tersebut, yang bisa menyatukan berbagai latar belakang suku di Indonesia. Sejak saat itu, lahirlah Bahasa Indoensia dan terus berkembang hingga saat ini. Bahasa indonesia merupakan salah satu bahasa yang paling sering dipelajari dan diminati, ini terbukti banyaknya dengan orang asing yang bisa berbahasa Indonesia, selain itu Bahasa Indonesia sudah pun dipelajari sebagai pembelajaran bahasa kedua di Australia berdampingan dengan Bahasa Jepang. Sayangnya, di negaranya sendiri, bahasa Indoensia kadang seperti yang dianaktirikan oleh bangsanya sendiri. Ini terbukti dengan nilai Ujian Akhir Nasonal sebagian besar mata jeblok di pelajaran bahasa Indonesia. Banyak sekali kursus-kursus tentang Matematika tapi tidak ada tentang Bahasa Indonesia. 11 Untuk itulah, kami menulis makalah berjudul “TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA (ADVERBIA, AJEKTIVA, NOMINA, NUMERALIA DAN KATA TUGAS)”, agar terdapat pengetahuan yang mendalam tentang bahasa kita persatuan ini, untuk menjawab tantangan permasalahan yang telah diuraikan di atas. Rumusan Masalah Dari belakang di atas, latar masalah dapat diindentifikasikan menjadi tujuan dan perumusan masalah ini. Adapun perumusan masalahnya adalah: Bagaimana interaksi pola guru dan siswa di kelas pembelajaran bahasa kedua? Bagaimana perilaku siswa dalam pembelajaran bahasa kedua? Bagaimana perilaku guru dalam pembelajaran bahasa kedua? Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah: Untuk mengetahui 13 bagaimana pola interaksi guru dan siswa di kelas pembelajaran bahasa kedua. Untuk mengetahui bagaimana perilaku siswa dalam pembelajaran bahasa kedua. Untuk mengetahui bagaimana perilaku guru dalam pembelajaran bahasa kedua. Sistematika Dalam makalah ini, penulis akan menjabarkan tema yang digunakan, dimulai dari Bab Pendahuluan. Dalam Bab ini, isinya ada Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan penulisan sistematika. Dalam bab kedua, penulis akan menjabarkan atau menjawab pertanyaanpertanyaan yang terdapat di dalam rumusan masalah. Dalam Bab terakhir, Bab Penutup dalam makalah ini. Dalam ini, penulis membuat kesimpulan dari isi bab kedua, yang menjabarkan atau menjawab pertanyaanpertanyaan terdapat yang di rumusan masalah. Masih dalam bab terakhir ini, penulis 15 juga saran. menuliskan BAB II TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA (ADVERBIA, AJEKTIVA, NOMINA, NUMERALIA DAN KATA TUGAS) Adverbia Pengertian Adver bia atau kata keterangan adalah kelas kata yang memberikan keterangan kepada kata lain yang bukan nomina, misalnya untuk verba dan adjektiva. Contoh 17 adverbia adalah sangat, amat, tidak. Adver bia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaktis. (Kridalaksana , 1986 : 81). Dalam kalimat “Ia sudah pergi”, kata sudah adalah adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva, misalnya dalam kalimat “saatnya sudah dekat.” Adver bia adalah kata atau kelompok kata yang menerangkan predikat tiap keadaan, peristiwa, atau perbuatan, dapat diterangkan tentang cara, tempat, dan waktu berlakunya. (Samsuri, 1985 : 254). Contoh: Anak itu makan gado-gado dengan lahapnya kebun 19 di kemarin. Adver bia atau kata keterangan (Bahasa Latin: ad, "untuk" dan verbum, "kata") adalah kelas kata yang memberikan keterangan kepada kata lain, seperti verba (kata kerja) dan adjektiva (kata sifat), yang bukan nomina (kata benda). Contoh adverbia misalnya sangat, amat, tidak. Kata keterangan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokka n menurut: Perilaku sintaksis Mendahul ui kata yang diteran gkan Mengikuti kata yang diteran gkan Mendahul ui atau mengi kuti kata yang diteran gkan Mendahul ui dan mengi kuti 21 kata yang diteran gkan Perilaku semantis Kualitatif Kuantitatif Limitatif Frekuentat if Kewaktua n Kecaraan Kontrastif Keniscaya an Bentuk Tunggal Gabungan Cara penggolon gan kata keterangan keterangan bermacammacam tergantung dari sumber rujukan yang digunakan. Berikut salah satu cara pembagian kata keterangan . Kata keteranga n alat. Misalnya: dengan. Kata keteranga n kesertaan. Misalnya: bersama. Kata keteranga n perlawan 23 an. Misalnya: meskipun. Kata keteranga n tujuan. Misalnya: untuk. Kata keteranga n sebab. Misalnya: karena. Kata keteranga n akibat. Misalnya: maka. Kata keteranga n waktu. Misalnya: kemarin. Kata keteranga n tempat. Misalnya: sana. Kata keteranga n syarat. Misalnya: jika. Kata keteranga n derajat. Misalnya: sedikit, banyak. Kata keteranga n keadaan. Misalnya: sungguhsungguh. Kata keteranga n kepastian. Misalnya: mungkin. 2. Ciri-ciri Adverbia Mendampi ngi 25 ajektiva Contoh: Anak itu terl alu kecil unt uk men cari nafk ah. Saya pali ng ben ci den gan oran g yan g suk a ber boh ong. Mendampi ngi numera lia Contoh: Dia suda h tiga kali ketah uan berbo hong. Milana ham pir dua ming gu ini tidak masu k kanto r. Mendampin 27 gi proposisi Contoh: Dia akan ke Bali dalam mingg u ini. Saya sudah di Jakarta ketika kamu menel epon. Kata atau bagian kalimat yang dijelaska n adverbia umumny a berfungs i sebagai prediket. Contoh: Ia selalu sedih jika terin gat ibuny a. Sebagian ada adverbia yang meneran gkan kata atau bagian kalimat yang tidak berfungs i sebagai predikat. Contoh: Anaknya saja tidak mau 29 mend enga rkan perka taan nya. Jenis Adverbia Ada dua jenis adverbia, yaitu: Cara Contoh: Guru itu sece patn ya meng hapu s papa n tulis. Sebaikn ya anak itu belaj ar deng an rajin. Tempat Pengung si itu dari daer ah sekit ar Mera pi. Rumah saya deka t termi nal Aie Paca h. Waktu Perayaa 31 n itu diada kan kema rin mala m. Perkawi nan anak nya ming gu kedu a bulan ini. Ajektiva Pengertian Adjektiva Adjekt iva atau biasa disebut dengan kata sifat adalah kelas kata yang mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskanny a atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Kata sifat dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata. Contoh kata sifat antara lain adalah keras, jauh, dan kaya. Ciri-ciri Adjektiva (Kata Sifat) Adjekt iva atau kata sifat mempunyai beberapa 33 ciri, yaitu : Dapat didahului dengan kata sangat, agak, terlalu paling, dan amat. Contoh : sangat buruk agak manis paling rajin amat ringan Dapat memberika n sifat suatu benda Contoh : Rumah + besar rumah besar (KB) (KS) Dapat diulang dengan member imbuhan se-nya Contoh : seburukburuknya sejauhjauhnya secantikcantiknya Dapat diikuti oleh katakata sekali dan benar Contoh : Jauh sekali Enak sekali Cantik sekali 35 Pembentukan Adjektiva (Kata Sifat) Adjekt iva (kata sifat) ada yang benarbenar adjektiva dan ada pula yang terjadi dari kata lain. Pembentukan adjektiva dari jenis kata lain dapat terjadi karena mendapat imbuhan. Contoh : Berduri Berbau Berkarat Pemalas Terpelajar Jenis_jenis Adjektiva (Kata Sifat) Menurut jenisnya adjektiva (Kata Sifat) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu : Kata sifat berbentuk kata dasar Contoh : Manis Marah Cantik Panas pendek Kata sifat berbentuk kata majemuk Contoh : Keras kepala Merah delima Lemah lembut Panjang tangan Kata sifat berbentuk 37 kata ulang Contoh : Compangcamping Gilang gemilang Benkakbengkok Kata sifat berimbuha n Contoh : Peminum Rupawan Dermawan sehati Tingkatan Adjektiva (Kata Sifat) Ditinja u dari pemakaian dalam kalimat, maka kata sifat (adjektiva) memiliki tingkatantingkatan. Yaitu : Tingkatan positif, yaitu kata sifat yang berdiri sendiri dalam suatu kalimat. Contoh : Tempat Andi memang jauh. Rama anak malas. Wina gadis cantik di desanya. Tingkatan komparatif, yaitu kata sifat yang selalu didahului dengan kata lebih dalam suatu kalimat. Contoh : 39 Budi lebih tegas dibandingk an dengan adiknya. Rumah itu lebih bagus daripada rumahku. Ana lebih cantik daripada gadis sedesanya. Tingkat superlatif, yaitu kata sifat yang selalu didahului kata paling. Contoh : Ana anak paling pandai di kelasnya. Rumah Andi lebih bagus daripada rumah yang lainnya. Raka anak paling nakal daripada temantemannya. Fungsi Adjektiva (Kata Sifat) Ditinja u dari fungsinya, kata sifat (adjektiva) memiliki fungsi sebagai berikut : Menyatakan sifat (berfungsi sebagai atribut) Contoh : Iwan berhasil memanjat tebing curam. 41 Gedung besar itu kemarin terbakar. Sebagai kata keterangan (berfungsi adverbal) Contoh : Sejak subuh tadi Amin bekerja keras. Orak itu berteriak keras meminta tolong. Sebagai predikat (berfungsi predikatif) Contoh : Rumah itu amat bagus. Sumur amat dalam. itu Sebagai kata depan (berfungsi preposisi) Contoh : Menggunti ng dalam lipatan. Urusan dalam negeri ditentukan oleh birokrasi. Sebagai kata benda (berfungsi sebagai substansif) Contoh : Mahal itu belum tentu baik. Jauhnya sekitar 25 km. Dalamnya laut dapat 43 tak diduga, dalamnya hati siapa tahu. Nomina/Kata Benda Nomina, yang sering juga disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga segi segi yakni semantik, segi sintaktis, dan segi bentuk. Dari segi semantic, kita dapat mengatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, kucing, meja, dan kebangsaan adalah Dari nomina. segi sintaktisnya nomina mempunyai cirriciri tertentu. Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap. Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkarnya ialah bukan. Nomina umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun dengan diantarai oleh kata yang. Selain dari 45 segi semantik dan segi sintaksisnya, berikut beberapa pandangan nomina dari bebepa segi. Nomina dari segi bentuknya Nomina Dasar Nom ina dasar adalah yang hanya terdiri atas satu morfem. Berikut contoh nomina dasar umum dan khusus. Nomina Dasar Umum Nomina Dasar KhususGambar tahun Meja Rumah tongkat pisau Malam kesatria Minggu hukumAdik Bawuk Paman Atas Farida Pekalongan Batang Selasa Pontianak Bawah butir Kamis Dalam muka Maret Dala m kelompok nomina dasar khusus dapat kita temukan bermacammacam subkategor i kata dengan beberapa 47 fitur semantikny a. Nomina yang diwaki li oleh atas, dalam, bawah , dan muka menga cu pada tempat seperti di atas, di bawah , di dalam. Nomina yang diwaki li oleh Pekalo ngan dan Pontia nak menga cu pada nama geogra fis. Nomina yang diwaki li oleh butir dan batang menya takan pengg olonga n kata berdas arkan bentuk rupa acuann ya 49 secara idioma tic. Nomina yang diwaki li oleh Farida dan Bawuk menga cu pada nama diri orang. Nomina yang diwaki li oleh paman dan adik menga cu pada orang yang masih memp unyai hubun gan kekera batan. Nomina yang diwaki li oleh Selasa dan Kamis menga cu pada nama hari. Nomina turunan Nom ina dapat diturunkan melalui afiksasi, perulangan 51 atau pemajemu kan. Afiksasi nomina adalah suatu proses pembentuk an nomina dengan menambah kan afiks tertentu pada kata dasar. Satu hal yang perlu diperhatika n dalam penurunan nomina dengan afiksasi adalah bahwa nomina tersebut memiliki sumber penurunan dan sumber ini belum tentu berupa kata dasar. Nomina turunan seperti kebesaran memang diturunkan dari kata dasar besar sebagai sumbernya , tetapi pembesara n tidak diturunkan dari kata dasar yang sama, besar, tetapi dari verba membesark 53 an. Afiks dalam Penuruna n Nomina Pad a dasarnya ada tiga prefiks dan satu sufiks yang dipakai untuk menurunka n nomina, yaitu prefiks ke-, per-, dan peng- serta sufiks –an. Karena prefiks dan sufiks dapat bergabung, seluruhnya ada tujuh macam afiksasi dalam penurunan nomina: keperpeng–an peng-an per-an ke-an di samping prefiks dan sufiks atas, di ada pula infiks meskipun kini sudah tidak produktif lagi. Infiksinfiks ini adalah –el, -er, -in, dan –em. Kita temukan kini beberapa 55 contoh yang sudah membatu atau tidak dianggap sebagai nomina turunan. Contoh: Contoh infiks -elContoh -emtunjuk patuk gembung tapak gigi → → → → →telunjuk pelatuk gelembung telapak infiks geligi kuning kelut kilau → → →kemuning kemelut kemilauContoh infiks -erContoh -insabut suling gigi → → →serabut seruling gerigikerja sambung tambah → → →kinerja 57 infiks sinambung tina mbah Kar ena adanya kontak dengan bahasabahasa lain, kini bahasa Indonesia juga memiliki afiks-afiks yang berdasar dari bahasa asing seperti – wan, -wati, -at, -in, -isme, - (is)asi, -logi, dan –tas. Contoh –wan ilmuwan budayawan Contoh –wati Wartawati KaryawatiCont oh –at muslimat mukminatCont oh –in muslimin mukmininContoh – isme komunisme liberalismeContoh – (is)asi kolonialisme modernisasiContoh – logi biologi teknologiContoh –tas realitas aktivitas Pronomina Jika ditinjau dari segi artinya, 59 pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada yang nomina lain. Jika dilihat dari fungsinya, dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki nomina. Ciri lainnya adalah bahwa acuannya dapat berpindah-pindah. Ada tiga macam pronomina dalam bahasa indoensia. Pronomina Persona Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina persona bisa mengacu diri sendiri (pronominal persona pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), atau mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina persona ketiga). PersonaMakna TunggalJamak NetralEkslusif InklusifPertam aSaya, aku, ku-, -kuKamiKitaK eduaEngkau, kamu, Anda, dikau, kau-, -muKalian, 61 kamu sekalian, Anda sekalianKetiga Ia, dia, beliau, -nyamereka Pronomina Penunjuk Pronomina Penunjuk Umum : ini, itu, dan anu Pronomina Penunjuk Tempat: sini, situ, dan sana Pronomina Penunjuk Ihwal: begini, begitu dan demikian Pronomina Penanya Pronomina penanya adalah pronomina yag dipakai sebagai pemarkah pertanyaan. Dari segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai orang, batau atau pilihan dan lain sebagainya. Siapa Apa Mana Mengapa, Kenapa Kapan, bila(mana) Di mana, ke mana, dari mana Bagaimana Berapa Numeralia 63 Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya wujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Frasa seperti lima hari, setengah abad, orang ketiga, dan beberapa masalah mengandung numeralia, yakni masing-masing, lima, setengah,ketiga, dan beberapa. Ada dua macam numeralia: (1) numeralia pokok, yang memberi jawab atas pertanyaan “Berapa?” dan (2) numeralia tingkat yang memberi jawab atas pertanyaan “Yang keberapa?”. Numeralia pokok juga disebut numeralia cardinal, sedangkan numeralia tingkat disebut pula numeralia ordinal. Numeralia Pokok Numeralia pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilanganbilangan yang lain. Numeralia pokok terbagi menjadi numeralia: Numeralia Pokok Tentu Nu meralia pokok 65 tentu mengacu pada bilangan pokok, yakni: 0 nol 5 lima 1 satu 6 enam 2 dua 7 tujuh 3 tiga 8 delapan em pat 9 se mb ila n Di samping numeralia di atas, ada pula numeralia lain yang merupakan gugus. Untuk bilangan di 67 antara sepuluh dan dua puluh dipakai gugus yang berkompon en belas. Numeralia Pokok Kolektif Nu meralia pokok kolektif dibentuk dengan prefiks keyang ditempatka n di muka nomina yang diterangka n. Jika tidak diikuti oleh nomina, biasanya bentuk itu diulang dan dilengkapi dengan – nya. Numeralia kolektif dapat dibentuk juga dengan cara berikut. Penambaha n prefiks beratau kadan gkadan g sepada nomin a tertent 69 u setelah numer alia. Penambaha n prefiks berpada numer alia pokok dan hasiln ya diletak kan sesuda h prono mina person a kamu, kami, kita, atau merek a. Pemakaian numer alia yang berafik s berdan yang diulan g. Pemakaian gugus numer alia yang bersufi ks – an. Numeralia Pokok Distributif Nu meralia pokok distributive 71 dapat dibentuk dengan cara mengulang kata bilangan. Artinya ialah (1) ‘… demi…’, (2) ‘masingmasing’. Kata (se)tiap, tiap-tiap, dan masingmasing termasuk numeralia distributive juga. (se)tiap atau tiaptiap mempunya i arti yang sangat mirip dengan masingmasing, tetapi kata masingmasing dapat berdiri sendiri tanpa nomina, sedangkan (se)tiap dan tiaptiap tidak. Numeralia Pokok Tertentu Nu meralia pokok tertentu mengacu pada 73 jumlah yang tidak pasti dan sebagian besar numeralia ini tidak dapat menjadi jawaban atas pertanyaan yang memakai kata tanya berapa. Yang termasuk ke dalam numeralia tertentu adalah banyak, berbagai, pelbagai, semua, seluruh, segala, dan segenap. Numeralia pokok tertentu ditempatka n di muka nomina yang diterangka nnya. Numeralia Pokok Klitika Di samping numeralia pokok yang telah disebutkan, ada pula numeralia lain yang dipungut dari bahasa Jawa Kuno, tetapi 75 numeralia itu umumnya berbentuk proklitika. Jadi, numeralia macam itu dilekatkan di muka nomina yang bersangkut an. Numeralia Ukuran Bah asa Indonesia mengenal pula beberapa nomina yang menyataka n ukuran, baik yang berkaitan dengan berat, panjangpendek, maupun jumlah. Misalnya, lusin, kode, meter, liter, atau gram. Nomina ini dapat didahului oleh numeralia sehingga terciptalah numeralia gabungan. Numeralia Tingkat Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia 77 tingkat. Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk bilangan satu dipakai pula istilah pertama. Numeralia Pecahan Tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang dinamakan numeralia pecahan. Cara membentuk numeralia itu ialah dengan memakai kata per- di antara bilangan pembagi dan penyebut. Dalam bentuk huruf, perditempelkan pada bilangan yang mengikutinya. Dalam bentuk angka, dipakai garis yang memisahkan kedua bilangan itu. Frasa Numeralia Umumnya, frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata penggolong. Contoh: Dua ekor (kerbau) 79 Lima orang (penjahat) Tiga buah (rumah) Kata tugas Berbeda dengan kelas kata yang lain, tugas Kata hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas seperti dan atau ke baru akan mempunyai arti apabila dirangkai dengan kata lain untuk menjadi, misalnya ayah dan ibu dan ke pasar. Selain itu ciri kata adalah tugas bahwa hampir semua kata tugas tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk pembentukan kata lain. Ciri yang paling kentara adalah bahwa Kata tugas, merupakan yang kelas tertutup. Dalam kelas kata yang terbuka, kita dengan mudah menambah dan kata menerima unsur bahasa lain sebagai kata baru atau padanan kata yang telah ada. Contohnya, kalkulator dan klasifikasi untuk padanan kata Indonesia pengelompokan. Preposisi Preposisi atau kata depan adalah kata yang merangkaikan 81 kata-kata atau bagian kalimat dan biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina. Preposisi Tunggal Pre posisi tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata. Bentuk preposisi tunggal adalah. Preposisi yang berupa kata dasar: akan, di, ke, dari, oleh, dan untuk Preposisi yang berupa kata afiks: bersa ma, besert a, mejela ng,bag aikan dan menge nai. Preposisi Gabungan Preposisi yang Berda mping an Pr eposisi gabun gan jenis 83 pertam a ini terdiri dari dua prepos isi yang letakn ya berutu ran. Cotoh: Darip ada, kepad a, oleh karena , oleh sebab, sampa i ke, sampa i denga n dan selain dari. Preposisi yang Berkol erasi Pr eposisi gabun gan jenis kedua ini, terdiri dari dua unsur yang dipaka i berpas angan, tetapi terpisa h oleh kata atau frasa yang lain. Conto h: 85 antara ........d engan. ........... dari.... .......ke ........... . antara ........d an....... dari.... .......sa mpai... .... dari.... ....hing ga....... sejak.. .....hin gga..... . dari.... sampa i denga n..... sejak.. ....sam pai..... dari.... .samp ai ke...... Peran Semantik Preposisi Penanda hubun gan tempat : di, ke, dari, hingga 87 , sampa i, antara dan pada Penanda hubun gan perunt ukan: bagi, untuk, buat dan guna Penanda hubun gan sebab: karena , sebab dan lantar an Penanda hubun gan kesetar aan atau cara: denga n, sambil , besert a dan bersa ma Penambah an hubun gan pelaku : oleh Penanda hubun gan waktu: pada, hingga , sampa i, sejak, semenj 89 ak, dan menjel ang Penanda hubun gan ihwal peristi wa: tentan g dan menge nai Penanda hubun gan milik: dari Konjungtor Konjungtor /konjungsi/kata penghubung atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungka n dua satuan bahasa yang sederajat, yaitu kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungtor Koordinat if Ko njungtor Koordinati f yaitu konjungtor yang menghubu ngkan dua unsur atau lebih yang mempunya i status sintaktis yang sama. Konjungtor koordinatif biasanya digunakan dalam 91 kalimat majemuk setara. Contoh: dan penanda hubungan penambaha n serta penanda hubungan pendampin gan atau penanda hubungan pemilihan tetapi penanda hubungan perlawanan melainkan penanda hubungan perlawanan padahal penanda hubungan pertentang an sedangkan penanda hubungan pertentang an Konjungtor Korelatif Ko njungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubu ngkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaktis yang sama. Konjungtor 93 korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungk an. Contoh : baik ……..maup un…… tidak hanya …., tetapi juga …… bukan hanya …., melainkan juga ….. demikian …..sehingg a …… sedemikian rupa …….. sehingga ….. apa (kah) ….. atau ……… entah ……..entah ………… jangankan ………, ……. pun ……… Konjungtor Subordina tif Konj ungtor Subordinat if yaitu konjungtor yang menghubu ngkan dua klausa atau lebih , dan klausa itu tidak memiliki status 95 sintaktis yang sama. Konjungtor subordinati f biasanya digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat. Konj ungtor Subordinat if dikelompo kkan menjadi : Konjungto r Subord inatif Waktu : sejak, semenj ak, sedari, sewakt u, ketika, tatkala , sement ara, begitu, seraya, selagi, selama , sambil, demi, sesuda h, setelah , sebelu m, sehabis , selesai seusai, hingga , sampai . Konjungtor Subord inatif 97 Syarat : jika, kalau, jikalau , asal (kan), bila, manak ala Konjungto r Subord inatif Pengan daian : andaik an, seanda inya, umpam anya, sekiran ya Konjungto r Subord inatif Tujuan : agar, supaya , biar Konjungto r Subord inatif Konses if (perlaw anan): biarpu n, meskip un, walaup un, sekalip un, sunggu hpun, kendati pun Konjungto r Subord inatif Pemba ndinga n 99 : seakan -akan, seolaholah, sebaga imana, seperti, sebaga i, laksan a, ibarat, daripa da, alihalih Konjungto r Subord inatif Sebab : sebab, karena, oleh karena, oleh sebab Konjungto r Subord inatif Hasil : sehing ga, sampai (sampai ), maka (-nya) Konjungto r Subord inatif Alat : dengan , tanpa Konjungto r Subord inatif Kompl ementa si (penjel asan) : bahwa Konjungto r 101 Subord inatif Cara : dengan , tanpa Konjungto r Subord inatif Atribut if : yang Konjungtor Antarkali mat Konj ungtor antarkalim at adalah konjungtor yang menghubu ngkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungtor macam ini selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamany a ditulis dengan huruf kapital. Contoh: biarpun demikian / biarpun begitu sekalipun demikian / sekalipun begitu walaupun demikian / walaupun begitu meslipun 103 demikian / meskipun begitu sungguhpu n demikian / sungguhpu n begitu kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutny a tambahan pula, lagi pula, selain itu sebaliknya sesungguh nya, bahwasany a malahan, bahkan akan tetapi, namun kecuali itu dengan demikian oleh karena itu, oleh sebab itu sebelum itu Interjeksi Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapka n rasa hati pembicara, bisa rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Interjeksi bisa dipakai di awal kalimay pada dan pada penulisannya diikuti tanda oleh koma. Secara struktural interjeksi tidak 105 bertalian dengan unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya, ada yang berupa bentuk dasar dan ada yang berupa bentuk turunan. Berbagai jenis interjeksi dapat dikelompokkan menurut perasaan yang diungkapkan seperti berikut. Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih Interjeksi kekesalan: brengsek, sialan, buset, keparat Interjeksi kekaguman atau kepuasan: aduhai, amboi, asyik Interjeksi kesyukuran : syukur, alhamdulil lah Interjeksi harapan: insya Allah Interjeksi keheranan: aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah Interjeksi kekagetan: astaga, astagfirull ah, masyaalla h Interjeksi ajakan: mari, ayo 107 Interjeksi panggilan: hai, he, eh, halo Interjeksi simpulan: nah Perlu ditegaskan bahwa interjeksi biasanya muncul dalam bahasa lisan atau bahasa tulis yang berbentuk percakapan, oleh karena itu interjeksi lebih bersifat tidak formal. Artikula Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Artikula yang bersifat gelas: sang, sri, hang, dang. Artikula yang mengacu ke makna kelompok: para Artikula yang menominal kan: si, yang Partikel penegas Kategori partikel penegas meliputi yang kata tidak tertakluk pada perubahan bantuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Partikel –kah 109 Jika dipaka i dalam kalima t deklar atif, -kah mengu bah kalima t terseb ut menja di kalima t interog atif. Conto h: Dia yang akan datang . Diaka h yang akan datang ? Jika dalam kalima t interog atif sudah ada kata tanya, maka –kah menja di kalima t lebih formal dan sedikit lebih halus. Conto h: Apa ayahm u 111 sudah datang ? Apaka h ayahm u sudah datang ? Jika dalam kalima t tanya tetapi intona sinya adalah intona si introga tif, maka –kah akan memp erjelas kalima t itu sebaga i kalima t introga tif. Kadan gkadan g urutan nya dibalik . Conto h: Harus aku yang mulai dahulu ? Harus akuka h yang mulai dahulu ? Partikel –lah Dalam 113 kalimat imperar if, -lah dipakai untuk sedikit mengh aluskan nada perinta hnya. Contoh : Pergila h sekaran g, sebelu m hujan turun. Dalam kalimat deklara tif, -lah dipakai untuk membe rikan ketegas an ang sedikit keras. Contoh : Dari ceritam u, jelasla h kamu yang salah. Partikel –tah Partike l ini banyak dipakai dalam sastra lama, dan jarang digunakan lagi sekarang. Partikel ini seperti lebih menegaska 115 n sebuah kalimat tanya, tapi tidak mengharap kan jawaban. Seolaholah sedang bertanya padadiriny a sendiri karena keheranan atau kesangsian. Contoh: Siapatah gerangan orangnya yang mau menolongk u? Partikel pun Partike l hanya dipakai pun dalam kalimat deklaratif dan dalam bentuk tulisan dipisahkan dari kata dimukanya . Pun dipaka i untuk menge raskan arti kata yang diiring inya. Conto h: Merek a pun akhirn ya setuju denga n usul 117 kami. Dengan arti yang sama seperti diatas, pun sering pula dipaka i bersa ma – lah untuk menan dakan perbua tan atau proses mulai berlak u atau terjadi. Conto h: Tidak lama kemud ian hujan pun turunl ah denga n derasn ya. Perlu diingat , jika partike l pun dilekat kan denga n konjun gtor ditulis serang kai. Conto h: Walau pun, 119 meskip unm kendat ipun, adapu n, sekali pun, biarpu n dan sungg uhpun. BAB III PENUTUP Kesimpulan Adverbia atau kata keterangan adalah kelas kata yang memberikan keterangan kepada kata lain yang bukan nomina, misalnya untuk verba dan adjektiva. Ciri-ciri adverbia mendampingi adjektiva, mendampingi numeralia, 121 Mendampingi proposisi, kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia umumnya berfungsi sebagai prediket, Sebagian ada adverbia yang menerangkan kata atau bagian kalimat yang tidak berfungsi sebagai predikat. Ada tiga jenis adverbia, dilihat dari cara, tempat, waktu. Adjektiva atau biasa disebut dengan kata sifat adalah kelas kata yang mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Kata sifat dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata. Adjektiva atau kata sifat mempunyai beberapa ciri, yaitu : dapat didahului dengan kata sangat, agak, terlalu paling, dan amat, dapat memberikan sifat suatu benda, dapat diulang dengan member imbuhan se-nya, dapat diikuti oleh katakata sekali dan benar. Adjektiva bisa berasal dari kelas kata lain, jenis-jenis 123 adjektiva diantaranya berbentuk kata dasar, kata majemuk, kata ulang dan berimbuhan. Tingkatannya adalah tiingkatan positif, komperatif, dan superlatif. Fungsinya sendiri untuk menunjukkan sifat, kata keterangan, predikat, kata depan, dan kata benda. Nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dari bentuknya, ada nomina dasar dan nomina turunan. Afiks yang biasa digunakan dalam penurunan nomina adalah ke-, per-, peng-, –an, pengan, per-an, ke-an. Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina yang lain. Jika dilihat dari fungsinya, dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki nomina. Ciri lainnya adalah bahwa acuannya dapat berpindah-pindah. Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indoensia, yaitu pronomina 125 persona, pronomina penunjuk dan pronomina penanya. Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya wujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Ada beberapa jenis numeralia, numeralia pokok, numeralia tingkat, numeralia pecahan, serta terdapat frasa numeralia. Kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas seperti dan atau ke baru akan mempunyai arti apabila dirangkai dengan kata lain untuk menjadi, misalnya ayah dan ibu dan ke pasar. Berbagai jenis kata tugas dengan berbagai penjabarannya adalah preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula da partikel penegas. Saran Mempelajari lebih banyak tentang bahasa kita sendiri Bahasa Indonesia. Kita harus bisa menciptakan suasana kelas yang dalam 127 pas pembelajaran bahasa Indonesia. Memberikan pembelajaran bahasa indonesia dengan baik dan benar. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan dkk. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kridalaksana, Harimurti. (1986). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Samsuri. (1985). Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu. Titik Indiyatini, Nantje Harijati Widjaja. (2000). Adjektiva dan adverbia dalam bahasa 129 Indonesia . Jakarta : Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.