ADVERBIA, AJEKTIVA, NOMINA, NUMERALIA DAN KATA TUGAS

advertisement
TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA
(ADVERBIA, AJEKTIVA, NOMINA, NUMERALIA DAN KATA TUGAS)
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta Bahasa
Indonesia. Dosen: Dr. Prana D. Iswara, M.Pd.
Oleh
Kelompok 9
1.2 Dinar
.3.
WidyasmaraEggi
0801571 0801557
0801576
Indriani P.Elis Ai
Nurhayati
Program Studi
Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
Kampus Sumedang
Universitas Pendidikan
Indonesia
2011KATA
PENGANTAR
Puji
syukur
penulis panjatkan ke
hadirat
Allah
SWT.
karena atas kehendakNyalah
makalah
bisa
dengan
ini
diselesaikan
cukup
Walau
baik.
dalam
penyelesaianya banyak
mengalami
kesulitan,
terutama
disebabkan
oleh
kurangnya
wawasan
pengetahuan
dan
yang
dimiliki penulis, serta
berbagai
kendala
teknis
yang
merepotkan.
berkat
cukup
Namun,
bantuan
bimbingan
dan
dari
berbagai
pihak,
akhirnya karya tulis ini
bisa
diselesaikan
walau masih banyak
kekurangan.
Karena
itu, sudah sepantasnya
jika
penulis
mengucapkan
terima
kasih kepada:
Dr. Prana D. Iswara,
M.Pd,
selaku
Dosen Mata Kuliah
Kapita
Selekta
Bahasa Indonesia,
Teman-teman,
yang
selalu mendukung.
Penulis
menyadari makalah ini
masih
jauh
dari
sempurna. Oleh karena
itu, sangat diharapkan
kritik dan saran yang
positif,
agar
dikemudian
hari
penulis dapat membuat
3
makalah
yang
lebih
baik lagi.
Sumedang,
Desember 2011
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………
………………………
……………………….
.
DAFTAR ISI
………………………
………………………
………………...
BAB I
Pendahuluan…………
………………………
……………………….
.
A.. Latar Belakang
Masalah…………
…………………
………………...
B. Rumusan
Masalah…………
…………………
…………………
…...
C. Tujuan
Penulisan
…………………
…………………
………………..
D. Sistematika
Penulisan………
…………………
…………………
…..
BAB II
Baku
Indonesia
5
Tata Bahasa
Bahasa
(Adverbia,
Ajektiva,
Nomina,
Pronomina, Numeralia,
dam
Kata
Tugas)..........................
..............................
A.
Adverbia................
...............................
...............................
.................
B.
Ajektiva.................
...............................
...............................
..................
C.
Nomina..................
...............................
...............................
..................
D.
Pronomina.............
...............................
...............................
..................
E.
Numeralia..............
...............................
...............................
..................
F. Kata
Tugas.....................
...............................
...............................
.........
BAB III
Penutup………………
………………………
………………….......
Kesimpulan………
………………
………………
………………
…...
Saran
………………
………………
………………
………………
…
DAFTAR
PUSTAKA…………
………………………
……………………..
ii
iii
1
1
7
2
2
3
4
4
7
11
14
16
19
27
27
28
29
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Masalah
Bahasa
Indonesia
bahasa
adalah
persatuan
negara kita yang
tercinta
ini.
Indonesia dengan
berbagai
macam
keberagamannya,
baik berbagai hasil
budaya, yang bisa
berupa kain tenun,
alat musik, hingga
bahasa daerahnya
sendiri
yang
beragam.
Satu
pulau,
bisa
berbagai
macam
bahasa
daerah
yang
digunakan,
bahkan dalam satu
suku sendiri, ada
berbagai
macam
bahasa
yang
beragam.
Untuk
itulah,
para
pejuang
kemerdekaan kita
dulu, para pemuda
yang
bersatu,
akhirnya
memutuskan
bahwa bangsa kita
memerlukan
9
satu
bahasa yang bisa
dipakai
oleh
semua
rakyat
Indonesia.
Satu
bahasa yang bisa
menghilangkan
keberagaman
tersebut, yang bisa
menyatukan
berbagai
latar
belakang suku di
Indonesia.
Sejak
saat itu, lahirlah
Bahasa Indoensia
dan
terus
berkembang
hingga saat ini.
Bahasa
indonesia
merupakan
salah
satu bahasa yang
paling
sering
dipelajari
dan
diminati,
ini
terbukti
banyaknya
dengan
orang
asing yang bisa
berbahasa
Indonesia,
selain
itu
Bahasa
Indonesia
sudah
pun
dipelajari
sebagai
pembelajaran
bahasa kedua di
Australia
berdampingan
dengan
Bahasa
Jepang.
Sayangnya,
di
negaranya sendiri,
bahasa Indoensia
kadang
seperti
yang dianaktirikan
oleh
bangsanya
sendiri.
Ini
terbukti
dengan
nilai Ujian Akhir
Nasonal sebagian
besar
mata
jeblok
di
pelajaran
bahasa Indonesia.
Banyak
sekali
kursus-kursus
tentang
Matematika
tapi
tidak ada tentang
Bahasa Indonesia.
11
Untuk
itulah,
kami
menulis
makalah
berjudul
“TATA
BAHASA BAKU
BAHASA
INDONESIA
(ADVERBIA,
AJEKTIVA,
NOMINA,
NUMERALIA
DAN
KATA
TUGAS)”,
agar
terdapat
pengetahuan yang
mendalam tentang
bahasa
kita
persatuan
ini,
untuk
menjawab
tantangan
permasalahan
yang
telah
diuraikan di atas.
Rumusan Masalah
Dari
belakang
di
atas,
latar
masalah
dapat
diindentifikasikan
menjadi tujuan dan
perumusan
masalah
ini.
Adapun perumusan
masalahnya adalah:
Bagaimana
interaksi
pola
guru
dan siswa di
kelas
pembelajaran
bahasa kedua?
Bagaimana
perilaku siswa
dalam
pembelajaran
bahasa kedua?
Bagaimana
perilaku
guru
dalam
pembelajaran
bahasa kedua?
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan
penulisan
makalah ini adalah:
Untuk mengetahui
13
bagaimana pola
interaksi
guru
dan siswa di
kelas
pembelajaran
bahasa kedua.
Untuk mengetahui
bagaimana
perilaku siswa
dalam
pembelajaran
bahasa kedua.
Untuk mengetahui
bagaimana
perilaku
guru
dalam
pembelajaran
bahasa kedua.
Sistematika
Dalam
makalah
ini,
penulis
akan
menjabarkan tema
yang
digunakan,
dimulai dari Bab
Pendahuluan.
Dalam
Bab
ini,
isinya ada Latar
Belakang Masalah,
Rumusan Masalah,
Tujuan
dan
penulisan
sistematika.
Dalam bab kedua,
penulis
akan
menjabarkan
atau
menjawab
pertanyaanpertanyaan
yang
terdapat di dalam
rumusan masalah.
Dalam
Bab
terakhir,
Bab
Penutup
dalam
makalah ini. Dalam
ini,
penulis
membuat
kesimpulan dari isi
bab kedua, yang
menjabarkan
atau
menjawab
pertanyaanpertanyaan
terdapat
yang
di
rumusan masalah.
Masih dalam bab
terakhir ini, penulis
15
juga
saran.
menuliskan
BAB II
TATA BAHASA
BAKU BAHASA
INDONESIA
(ADVERBIA,
AJEKTIVA,
NOMINA,
NUMERALIA DAN
KATA TUGAS)
Adverbia
Pengertian
Adver
bia atau kata
keterangan
adalah
kelas
kata
yang
memberikan
keterangan
kepada
kata
lain
yang
bukan
nomina,
misalnya
untuk
verba
dan adjektiva.
Contoh
17
adverbia
adalah sangat,
amat, tidak.
Adver
bia
adalah
kategori yang
dapat
mendampingi
ajektiva,
numeralia,
atau proposisi
dalam
konstruksi
sintaktis.
(Kridalaksana
, 1986 : 81).
Dalam
kalimat
“Ia
sudah pergi”,
kata
sudah
adalah
adverbia,
bukan karena
mendampingi
verba
pergi,
tetapi karena
mempunyai
potensi untuk
mendampingi
ajektiva,
misalnya
dalam kalimat
“saatnya
sudah dekat.”
Adver
bia
adalah
kata
atau
kelompok
kata
yang
menerangkan
predikat
tiap
keadaan,
peristiwa, atau
perbuatan,
dapat
diterangkan
tentang cara,
tempat,
dan
waktu
berlakunya.
(Samsuri,
1985 : 254).
Contoh: Anak
itu
makan
gado-gado
dengan
lahapnya
kebun
19
di
kemarin.
Adver
bia atau kata
keterangan
(Bahasa
Latin:
ad,
"untuk"
dan
verbum,
"kata") adalah
kelas
kata
yang
memberikan
keterangan
kepada
kata
lain,
seperti
verba
(kata
kerja)
dan
adjektiva
(kata
sifat),
yang
bukan
nomina (kata
benda).
Contoh
adverbia
misalnya
sangat, amat,
tidak.
Kata
keterangan
dalam bahasa
Indonesia
dapat
dikelompokka
n menurut:
Perilaku
sintaksis
Mendahul
ui kata
yang
diteran
gkan
Mengikuti
kata
yang
diteran
gkan
Mendahul
ui atau
mengi
kuti
kata
yang
diteran
gkan
Mendahul
ui dan
mengi
kuti
21
kata
yang
diteran
gkan
Perilaku
semantis
Kualitatif
Kuantitatif
Limitatif
Frekuentat
if
Kewaktua
n
Kecaraan
Kontrastif
Keniscaya
an
Bentuk
Tunggal
Gabungan
Cara
penggolon
gan
kata
keterangan
keterangan
bermacammacam
tergantung
dari
sumber
rujukan
yang
digunakan.
Berikut
salah
satu
cara
pembagian
kata
keterangan
.
Kata
keteranga
n
alat.
Misalnya:
dengan.
Kata
keteranga
n
kesertaan.
Misalnya:
bersama.
Kata
keteranga
n
perlawan
23
an.
Misalnya:
meskipun.
Kata
keteranga
n tujuan.
Misalnya:
untuk.
Kata
keteranga
n
sebab.
Misalnya:
karena.
Kata
keteranga
n akibat.
Misalnya:
maka.
Kata
keteranga
n waktu.
Misalnya:
kemarin.
Kata
keteranga
n tempat.
Misalnya:
sana.
Kata
keteranga
n syarat.
Misalnya:
jika.
Kata
keteranga
n derajat.
Misalnya:
sedikit,
banyak.
Kata
keteranga
n
keadaan.
Misalnya:
sungguhsungguh.
Kata
keteranga
n
kepastian.
Misalnya:
mungkin.
2.
Ciri-ciri
Adverbia
Mendampi
ngi
25
ajektiva
Contoh:
Anak
itu
terl
alu
kecil
unt
uk
men
cari
nafk
ah.
Saya
pali
ng
ben
ci
den
gan
oran
g
yan
g
suk
a
ber
boh
ong.
Mendampi
ngi
numera
lia
Contoh:
Dia
suda
h tiga
kali
ketah
uan
berbo
hong.
Milana
ham
pir
dua
ming
gu
ini
tidak
masu
k
kanto
r.
Mendampin
27
gi
proposisi
Contoh:
Dia akan
ke Bali
dalam
mingg
u ini.
Saya
sudah
di
Jakarta
ketika
kamu
menel
epon.
Kata
atau
bagian
kalimat
yang
dijelaska
n
adverbia
umumny
a
berfungs
i sebagai
prediket.
Contoh:
Ia selalu
sedih
jika
terin
gat
ibuny
a.
Sebagian
ada
adverbia
yang
meneran
gkan
kata
atau
bagian
kalimat
yang
tidak
berfungs
i sebagai
predikat.
Contoh:
Anaknya
saja
tidak
mau
29
mend
enga
rkan
perka
taan
nya.
Jenis
Adverbia
Ada
dua
jenis
adverbia,
yaitu:
Cara
Contoh:
Guru
itu
sece
patn
ya
meng
hapu
s
papa
n
tulis.
Sebaikn
ya
anak
itu
belaj
ar
deng
an
rajin.
Tempat
Pengung
si itu
dari
daer
ah
sekit
ar
Mera
pi.
Rumah
saya
deka
t
termi
nal
Aie
Paca
h.
Waktu
Perayaa
31
n itu
diada
kan
kema
rin
mala
m.
Perkawi
nan
anak
nya
ming
gu
kedu
a
bulan
ini.
Ajektiva
Pengertian
Adjektiva
Adjekt
iva atau biasa
disebut dengan
kata
sifat
adalah
kelas
kata
yang
mengubah kata
benda atau kata
ganti, biasanya
dengan
menjelaskanny
a
atau
membuatnya
menjadi
lebih
spesifik.
Kata
sifat
dapat
menerangkan
kuantitas,
kecukupan,
urutan,
kualitas,
maupun
penekanan
suatu
kata.
Contoh
kata
sifat antara lain
adalah
keras,
jauh, dan kaya.
Ciri-ciri
Adjektiva
(Kata Sifat)
Adjekt
iva atau kata
sifat
mempunyai
beberapa
33
ciri,
yaitu :
Dapat
didahului
dengan
kata
sangat,
agak,
terlalu
paling, dan
amat.
Contoh :
sangat
buruk
agak manis
paling rajin
amat
ringan
Dapat
memberika
n
sifat
suatu
benda
Contoh :
Rumah
+
besar
rumah
besar
(KB)
(KS)
Dapat diulang
dengan
member
imbuhan
se-nya
Contoh :
seburukburuknya
sejauhjauhnya
secantikcantiknya
Dapat
diikuti
oleh katakata sekali
dan benar
Contoh :
Jauh sekali
Enak sekali
Cantik
sekali
35
Pembentukan
Adjektiva
(Kata Sifat)
Adjekt
iva (kata sifat)
ada yang benarbenar adjektiva
dan ada pula
yang
terjadi
dari kata lain.
Pembentukan
adjektiva
dari
jenis kata lain
dapat
terjadi
karena
mendapat
imbuhan.
Contoh :
Berduri
Berbau
Berkarat
Pemalas
Terpelajar
Jenis_jenis
Adjektiva
(Kata Sifat)
Menurut
jenisnya
adjektiva (Kata
Sifat)
dapat
dibedakan
menjadi
beberapa jenis,
yaitu :
Kata
sifat
berbentuk
kata dasar
Contoh :
Manis
Marah
Cantik
Panas
pendek
Kata
sifat
berbentuk
kata
majemuk
Contoh :
Keras
kepala
Merah
delima
Lemah
lembut
Panjang
tangan
Kata
sifat
berbentuk
37
kata ulang
Contoh :
Compangcamping
Gilang
gemilang
Benkakbengkok
Kata
sifat
berimbuha
n
Contoh :
Peminum
Rupawan
Dermawan
sehati
Tingkatan
Adjektiva
(Kata Sifat)
Ditinja
u
dari
pemakaian
dalam kalimat,
maka kata sifat
(adjektiva)
memiliki
tingkatantingkatan. Yaitu
:
Tingkatan
positif,
yaitu
kata
sifat
yang
berdiri
sendiri
dalam suatu
kalimat.
Contoh :
Tempat
Andi
memang
jauh.
Rama anak
malas.
Wina gadis
cantik
di
desanya.
Tingkatan
komparatif,
yaitu
kata
sifat
yang
selalu
didahului
dengan kata
lebih dalam
suatu
kalimat.
Contoh :
39
Budi lebih
tegas
dibandingk
an
dengan
adiknya.
Rumah itu
lebih bagus
daripada
rumahku.
Ana
lebih
cantik
daripada
gadis
sedesanya.
Tingkat
superlatif,
yaitu
kata
sifat
yang
selalu
didahului
kata paling.
Contoh :
Ana
anak
paling
pandai
di
kelasnya.
Rumah
Andi lebih
bagus
daripada
rumah yang
lainnya.
Raka anak
paling
nakal
daripada
temantemannya.
Fungsi Adjektiva
(Kata Sifat)
Ditinja
u
dari
fungsinya, kata
sifat (adjektiva)
memiliki fungsi
sebagai
berikut :
Menyatakan
sifat
(berfungsi
sebagai
atribut)
Contoh :
Iwan
berhasil
memanjat
tebing
curam.
41
Gedung
besar
itu
kemarin
terbakar.
Sebagai
kata
keterangan
(berfungsi
adverbal)
Contoh :
Sejak subuh
tadi
Amin
bekerja
keras.
Orak
itu
berteriak
keras
meminta
tolong.
Sebagai
predikat
(berfungsi
predikatif)
Contoh :
Rumah itu
amat
bagus.
Sumur
amat
dalam.
itu
Sebagai
kata
depan
(berfungsi
preposisi)
Contoh :
Menggunti
ng
dalam
lipatan.
Urusan
dalam
negeri
ditentukan
oleh
birokrasi.
Sebagai
kata
benda
(berfungsi
sebagai
substansif)
Contoh :
Mahal
itu
belum tentu
baik.
Jauhnya
sekitar
25
km.
Dalamnya
laut
dapat
43
tak
diduga,
dalamnya
hati
siapa
tahu.
Nomina/Kata Benda
Nomina,
yang sering juga
disebut
kata
benda,
dapat
dilihat dari
tiga
segi
segi
yakni
semantik,
segi
sintaktis, dan segi
bentuk. Dari segi
semantic,
kita
dapat mengatakan
bahwa
nomina
adalah kata yang
mengacu
pada
manusia, binatang,
benda, dan konsep
atau
pengertian.
Dengan demikian,
kata seperti guru,
kucing, meja, dan
kebangsaan
adalah
Dari
nomina.
segi
sintaktisnya
nomina
mempunyai cirriciri tertentu.
Dalam
kalimat
yang
predikatnya
verba, nomina
cenderung
menduduki
fungsi
subjek,
objek,
atau
pelengkap.
Nomina
tidak
dapat
diingkarkan
dengan
kata
tidak.
Kata
pengingkarnya
ialah bukan.
Nomina umumnya
dapat
diikuti
oleh adjektiva,
baik
secara
langsung
maupun dengan
diantarai
oleh
kata yang.
Selain dari
45
segi semantik dan
segi sintaksisnya,
berikut
beberapa
pandangan nomina
dari bebepa segi.
Nomina dari segi
bentuknya
Nomina
Dasar
Nom
ina
dasar
adalah
yang hanya
terdiri atas
satu
morfem.
Berikut
contoh
nomina
dasar
umum dan
khusus.
Nomina Dasar
Umum
Nomina
Dasar KhususGambar
tahun
Meja
Rumah
tongkat
pisau
Malam
kesatria
Minggu
hukumAdik
Bawuk
Paman
Atas
Farida
Pekalongan
Batang
Selasa
Pontianak
Bawah
butir
Kamis
Dalam
muka
Maret
Dala
m
kelompok
nomina
dasar
khusus
dapat kita
temukan
bermacammacam
subkategor
i kata
dengan
beberapa
47
fitur
semantikny
a.
Nomina
yang
diwaki
li oleh
atas,
dalam,
bawah
, dan
muka
menga
cu
pada
tempat
seperti
di
atas,
di
bawah
, di
dalam.
Nomina
yang
diwaki
li oleh
Pekalo
ngan
dan
Pontia
nak
menga
cu
pada
nama
geogra
fis.
Nomina
yang
diwaki
li oleh
butir
dan
batang
menya
takan
pengg
olonga
n kata
berdas
arkan
bentuk
rupa
acuann
ya
49
secara
idioma
tic.
Nomina
yang
diwaki
li oleh
Farida
dan
Bawuk
menga
cu
pada
nama
diri
orang.
Nomina
yang
diwaki
li oleh
paman
dan
adik
menga
cu
pada
orang
yang
masih
memp
unyai
hubun
gan
kekera
batan.
Nomina
yang
diwaki
li oleh
Selasa
dan
Kamis
menga
cu
pada
nama
hari.
Nomina
turunan
Nom
ina
dapat
diturunkan
melalui
afiksasi,
perulangan
51
atau
pemajemu
kan.
Afiksasi
nomina
adalah
suatu
proses
pembentuk
an nomina
dengan
menambah
kan
afiks
tertentu
pada
kata
dasar. Satu
hal
yang
perlu
diperhatika
n
dalam
penurunan
nomina
dengan
afiksasi
adalah
bahwa
nomina
tersebut
memiliki
sumber
penurunan
dan sumber
ini
belum
tentu
berupa kata
dasar.
Nomina
turunan
seperti
kebesaran
memang
diturunkan
dari
kata
dasar
besar
sebagai
sumbernya
,
tetapi
pembesara
n
tidak
diturunkan
dari
kata
dasar yang
sama,
besar,
tetapi dari
verba
membesark
53
an.
Afiks
dalam
Penuruna
n Nomina
Pad
a dasarnya
ada
tiga
prefiks dan
satu sufiks
yang
dipakai
untuk
menurunka
n nomina,
yaitu
prefiks ke-,
per-,
dan
peng- serta
sufiks –an.
Karena
prefiks dan
sufiks
dapat
bergabung,
seluruhnya
ada
tujuh
macam
afiksasi
dalam
penurunan
nomina:
keperpeng–an
peng-an
per-an
ke-an
di
samping
prefiks dan
sufiks
atas,
di
ada
pula infiks
meskipun
kini sudah
tidak
produktif
lagi.
Infiksinfiks
ini
adalah –el,
-er, -in, dan
–em.
Kita
temukan
kini
beberapa
55
contoh
yang sudah
membatu
atau tidak
dianggap
sebagai
nomina
turunan.
Contoh:
Contoh infiks
-elContoh
-emtunjuk
patuk
gembung
tapak
gigi →
→
→
→
→telunjuk
pelatuk
gelembung
telapak
infiks
geligi
kuning
kelut
kilau →
→
→kemuning
kemelut
kemilauContoh infiks
-erContoh
-insabut
suling
gigi →
→
→serabut
seruling
gerigikerja
sambung
tambah →
→
→kinerja
57
infiks
sinambung
tina
mbah
Kar
ena adanya
kontak
dengan
bahasabahasa
lain,
kini
bahasa
Indonesia
juga
memiliki
afiks-afiks
yang
berdasar
dari bahasa
asing
seperti
–
wan, -wati,
-at,
-in,
-isme,
-
(is)asi,
-logi,
dan
–tas.
Contoh –wan
ilmuwan
budayawan
Contoh –wati
Wartawati
KaryawatiCont
oh –at
muslimat
mukminatCont
oh –in
muslimin
mukmininContoh
–
isme
komunisme
liberalismeContoh
–
(is)asi
kolonialisme
modernisasiContoh –
logi
biologi
teknologiContoh –tas
realitas
aktivitas
Pronomina
Jika
ditinjau dari segi
artinya,
59
pronomina adalah
kata yang dipakai
untuk
mengacu
kepada
yang
nomina
lain.
Jika
dilihat
dari
fungsinya,
dapat
dikatakan
bahwa
pronomina
menduduki posisi
yang
umumnya
diduduki nomina.
Ciri
lainnya
adalah
bahwa
acuannya
dapat
berpindah-pindah.
Ada tiga macam
pronomina dalam
bahasa indoensia.
Pronomina
Persona
Pronomina
persona adalah
pronomina
yang
dipakai
untuk
mengacu pada
orang.
Pronomina
persona
bisa
mengacu
diri
sendiri
(pronominal
persona
pertama),
mengacu pada
orang
yang
diajak
bicara
(pronomina
persona
kedua),
atau
mengacu pada
orang
yang
dibicarakan
(pronomina
persona
ketiga).
PersonaMakna
TunggalJamak
NetralEkslusif
InklusifPertam
aSaya, aku,
ku-,
-kuKamiKitaK
eduaEngkau,
kamu, Anda,
dikau, kau-,
-muKalian,
61
kamu sekalian,
Anda
sekalianKetiga
Ia, dia, beliau,
-nyamereka
Pronomina
Penunjuk
Pronomina
Penunjuk
Umum
:
ini, itu, dan
anu
Pronomina
Penunjuk
Tempat:
sini,
situ,
dan sana
Pronomina
Penunjuk
Ihwal:
begini,
begitu dan
demikian
Pronomina
Penanya
Pronomina
penanya
adalah
pronomina yag
dipakai
sebagai
pemarkah
pertanyaan.
Dari
segi
maknanya,
yang
ditanyakan itu
dapat
mengenai
orang,
batau
atau
pilihan
dan
lain
sebagainya.
Siapa
Apa
Mana
Mengapa,
Kenapa
Kapan,
bila(mana)
Di mana, ke
mana, dari
mana
Bagaimana
Berapa
Numeralia
63
Numeralia
atau
kata
bilangan
adalah
kata yang dipakai
untuk menghitung
banyaknya wujud
(orang,
binatang,
atau barang) dan
konsep.
Frasa
seperti lima hari,
setengah
abad,
orang ketiga, dan
beberapa masalah
mengandung
numeralia,
yakni
masing-masing,
lima,
setengah,ketiga,
dan
beberapa.
Ada dua macam
numeralia:
(1)
numeralia pokok,
yang
memberi
jawab
atas
pertanyaan
“Berapa?” dan (2)
numeralia
tingkat
yang
memberi
jawab
atas
pertanyaan
“Yang keberapa?”.
Numeralia pokok
juga
disebut
numeralia
cardinal,
sedangkan
numeralia tingkat
disebut
pula
numeralia
ordinal.
Numeralia Pokok
Numeralia
pokok
adalah
bilangan dasar
yang
menjadi
sumber
dari
bilanganbilangan
yang
lain. Numeralia
pokok
terbagi
menjadi
numeralia:
Numeralia
Pokok
Tentu
Nu
meralia
pokok
65
tentu
mengacu
pada
bilangan
pokok,
yakni:
0
nol
5
lima
1
satu
6
enam
2
dua
7
tujuh
3
tiga
8
delapan
em
pat
9
se
mb
ila
n
Di
samping
numeralia
di atas, ada
pula
numeralia
lain yang
merupakan
gugus.
Untuk
bilangan di
67
antara
sepuluh
dan dua
puluh
dipakai
gugus yang
berkompon
en belas.
Numeralia
Pokok
Kolektif
Nu
meralia
pokok
kolektif
dibentuk
dengan
prefiks keyang
ditempatka
n di muka
nomina
yang
diterangka
n. Jika
tidak
diikuti oleh
nomina,
biasanya
bentuk itu
diulang
dan
dilengkapi
dengan –
nya.
Numeralia
kolektif
dapat
dibentuk
juga
dengan
cara
berikut.
Penambaha
n
prefiks
beratau
kadan
gkadan
g sepada
nomin
a
tertent
69
u
setelah
numer
alia.
Penambaha
n
prefiks
berpada
numer
alia
pokok
dan
hasiln
ya
diletak
kan
sesuda
h
prono
mina
person
a
kamu,
kami,
kita,
atau
merek
a.
Pemakaian
numer
alia
yang
berafik
s berdan
yang
diulan
g.
Pemakaian
gugus
numer
alia
yang
bersufi
ks –
an.
Numeralia
Pokok
Distributif
Nu
meralia
pokok
distributive
71
dapat
dibentuk
dengan
cara
mengulang
kata
bilangan.
Artinya
ialah (1)
‘…
demi…’,
(2)
‘masingmasing’.
Kata
(se)tiap,
tiap-tiap,
dan
masingmasing
termasuk
numeralia
distributive
juga.
(se)tiap
atau tiaptiap
mempunya
i arti yang
sangat
mirip
dengan
masingmasing,
tetapi kata
masingmasing
dapat
berdiri
sendiri
tanpa
nomina,
sedangkan
(se)tiap
dan tiaptiap tidak.
Numeralia
Pokok
Tertentu
Nu
meralia
pokok
tertentu
mengacu
pada
73
jumlah
yang tidak
pasti dan
sebagian
besar
numeralia
ini tidak
dapat
menjadi
jawaban
atas
pertanyaan
yang
memakai
kata tanya
berapa.
Yang
termasuk
ke dalam
numeralia
tertentu
adalah
banyak,
berbagai,
pelbagai,
semua,
seluruh,
segala, dan
segenap.
Numeralia
pokok
tertentu
ditempatka
n di muka
nomina
yang
diterangka
nnya.
Numeralia
Pokok
Klitika
Di
samping
numeralia
pokok
yang telah
disebutkan,
ada pula
numeralia
lain yang
dipungut
dari bahasa
Jawa
Kuno,
tetapi
75
numeralia
itu
umumnya
berbentuk
proklitika.
Jadi,
numeralia
macam itu
dilekatkan
di muka
nomina
yang
bersangkut
an.
Numeralia
Ukuran
Bah
asa
Indonesia
mengenal
pula
beberapa
nomina
yang
menyataka
n ukuran,
baik yang
berkaitan
dengan
berat,
panjangpendek,
maupun
jumlah.
Misalnya,
lusin,
kode,
meter, liter,
atau gram.
Nomina ini
dapat
didahului
oleh
numeralia
sehingga
terciptalah
numeralia
gabungan.
Numeralia
Tingkat
Numeralia
pokok dapat
diubah menjadi
numeralia
77
tingkat. Cara
mengubahnya
adalah dengan
menambahkan
ke- di muka
bilangan yang
bersangkutan.
Khusus untuk
bilangan satu
dipakai pula
istilah pertama.
Numeralia
Pecahan
Tiap
bilangan pokok
dapat dipecah
menjadi bagian
yang lebih kecil
yang
dinamakan
numeralia
pecahan. Cara
membentuk
numeralia itu
ialah dengan
memakai kata
per- di antara
bilangan
pembagi dan
penyebut.
Dalam bentuk
huruf, perditempelkan
pada bilangan
yang
mengikutinya.
Dalam bentuk
angka, dipakai
garis yang
memisahkan
kedua bilangan
itu.
Frasa Numeralia
Umumnya,
frasa numeralia
dibentuk
dengan
menambahkan
kata
penggolong.
Contoh:
Dua ekor
(kerbau)
79
Lima orang
(penjahat)
Tiga buah
(rumah)
Kata tugas
Berbeda
dengan kelas kata
yang
lain,
tugas
Kata
hanya
mempunyai
arti
gramatikal
dan
tidak memiliki arti
leksikal.
Kata
tugas seperti dan
atau ke baru akan
mempunyai
arti
apabila dirangkai
dengan kata lain
untuk
menjadi,
misalnya
ayah
dan ibu dan ke
pasar. Selain itu
ciri
kata
adalah
tugas
bahwa
hampir semua kata
tugas tidak dapat
menjadi
dasar
untuk membentuk
pembentukan kata
lain.
Ciri
yang
paling
kentara
adalah
bahwa
Kata
tugas,
merupakan
yang
kelas
tertutup.
Dalam kelas kata
yang terbuka, kita
dengan
mudah
menambah
dan
kata
menerima
unsur bahasa lain
sebagai kata baru
atau padanan kata
yang
telah
ada.
Contohnya,
kalkulator
dan
klasifikasi
untuk
padanan
kata
Indonesia
pengelompokan.
Preposisi
Preposisi
atau kata depan
adalah
kata
yang
merangkaikan
81
kata-kata
atau
bagian kalimat
dan
biasanya
diikuti
oleh
nomina
atau
pronomina.
Preposisi
Tunggal
Pre
posisi
tunggal
adalah
preposisi
yang hanya
terdiri atas
satu
kata.
Bentuk
preposisi
tunggal
adalah.
Preposisi
yang
berupa
kata
dasar:
akan,
di, ke,
dari,
oleh,
dan
untuk
Preposisi
yang
berupa
kata
afiks:
bersa
ma,
besert
a,
mejela
ng,bag
aikan
dan
menge
nai.
Preposisi
Gabungan
Preposisi
yang
Berda
mping
an
Pr
eposisi
gabun
gan
jenis
83
pertam
a
ini
terdiri
dari
dua
prepos
isi
yang
letakn
ya
berutu
ran.
Cotoh:
Darip
ada,
kepad
a, oleh
karena
, oleh
sebab,
sampa
i
ke,
sampa
i
denga
n dan
selain
dari.
Preposisi
yang
Berkol
erasi
Pr
eposisi
gabun
gan
jenis
kedua
ini,
terdiri
dari
dua
unsur
yang
dipaka
i
berpas
angan,
tetapi
terpisa
h oleh
kata
atau
frasa
yang
lain.
Conto
h:
85
antara
........d
engan.
...........
dari....
.......ke
...........
.
antara
........d
an.......
dari....
.......sa
mpai...
....
dari....
....hing
ga.......
sejak..
.....hin
gga.....
.
dari....
sampa
i
denga
n.....
sejak..
....sam
pai.....
dari....
.samp
ai
ke......
Peran
Semantik
Preposisi
Penanda
hubun
gan
tempat
:
di,
ke,
dari,
hingga
87
,
sampa
i,
antara
dan
pada
Penanda
hubun
gan
perunt
ukan:
bagi,
untuk,
buat
dan
guna
Penanda
hubun
gan
sebab:
karena
,
sebab
dan
lantar
an
Penanda
hubun
gan
kesetar
aan
atau
cara:
denga
n,
sambil
,
besert
a dan
bersa
ma
Penambah
an
hubun
gan
pelaku
: oleh
Penanda
hubun
gan
waktu:
pada,
hingga
,
sampa
i,
sejak,
semenj
89
ak,
dan
menjel
ang
Penanda
hubun
gan
ihwal
peristi
wa:
tentan
g dan
menge
nai
Penanda
hubun
gan
milik:
dari
Konjungtor
Konjungtor
/konjungsi/kata
penghubung
atau
kata
sambung
adalah
kata
tugas
yang
menghubungka
n dua satuan
bahasa
yang
sederajat, yaitu
kata
dengan
kata,
frasa
dengan
frasa,
atau
klausa
dengan klausa.
Konjungtor
Koordinat
if
Ko
njungtor
Koordinati
f
yaitu
konjungtor
yang
menghubu
ngkan dua
unsur atau
lebih yang
mempunya
i
status
sintaktis
yang sama.
Konjungtor
koordinatif
biasanya
digunakan
dalam
91
kalimat
majemuk
setara.
Contoh:
dan
penanda
hubungan
penambaha
n
serta
penanda
hubungan
pendampin
gan
atau
penanda
hubungan
pemilihan
tetapi
penanda
hubungan
perlawanan
melainkan
penanda
hubungan
perlawanan
padahal
penanda
hubungan
pertentang
an
sedangkan
penanda
hubungan
pertentang
an
Konjungtor
Korelatif
Ko
njungtor
korelatif
adalah
konjungtor
yang
menghubu
ngkan dua
kata, frasa,
atau klausa
yang
memiliki
status
sintaktis
yang sama.
Konjungtor
93
korelatif
terdiri atas
dua bagian
yang
dipisahkan
oleh
satu
kata, frasa,
atau klausa
yang
dihubungk
an.
Contoh :
baik
……..maup
un……
tidak
hanya ….,
tetapi juga
……
bukan
hanya ….,
melainkan
juga …..
demikian
…..sehingg
a ……
sedemikian
rupa ……..
sehingga
…..
apa (kah)
…..
atau
………
entah
……..entah
…………
jangankan
………,
…….
pun
………
Konjungtor
Subordina
tif
Konj
ungtor
Subordinat
if
yaitu
konjungtor
yang
menghubu
ngkan dua
klausa atau
lebih , dan
klausa
itu
tidak
memiliki
status
95
sintaktis
yang sama.
Konjungtor
subordinati
f biasanya
digunakan
dalam
kalimat
majemuk
bertingkat.
Konj
ungtor
Subordinat
if
dikelompo
kkan
menjadi :
Konjungto
r
Subord
inatif
Waktu
:
sejak,
semenj
ak,
sedari,
sewakt
u,
ketika,
tatkala
,
sement
ara,
begitu,
seraya,
selagi,
selama
,
sambil,
demi,
sesuda
h,
setelah
,
sebelu
m,
sehabis
,
selesai
seusai,
hingga
,
sampai
.
Konjungtor
Subord
inatif
97
Syarat :
jika,
kalau,
jikalau
,
asal
(kan),
bila,
manak
ala
Konjungto
r
Subord
inatif
Pengan
daian :
andaik
an,
seanda
inya,
umpam
anya,
sekiran
ya
Konjungto
r
Subord
inatif
Tujuan
: agar,
supaya
, biar
Konjungto
r
Subord
inatif
Konses
if
(perlaw
anan):
biarpu
n,
meskip
un,
walaup
un,
sekalip
un,
sunggu
hpun,
kendati
pun
Konjungto
r
Subord
inatif
Pemba
ndinga
n
99
:
seakan
-akan,
seolaholah,
sebaga
imana,
seperti,
sebaga
i,
laksan
a,
ibarat,
daripa
da,
alihalih
Konjungto
r
Subord
inatif
Sebab :
sebab,
karena,
oleh
karena,
oleh
sebab
Konjungto
r
Subord
inatif
Hasil :
sehing
ga,
sampai
(sampai
), maka
(-nya)
Konjungto
r
Subord
inatif
Alat
:
dengan
, tanpa
Konjungto
r
Subord
inatif
Kompl
ementa
si
(penjel
asan) :
bahwa
Konjungto
r
101
Subord
inatif
Cara :
dengan
, tanpa
Konjungto
r
Subord
inatif
Atribut
if
:
yang
Konjungtor
Antarkali
mat
Konj
ungtor
antarkalim
at
adalah
konjungtor
yang
menghubu
ngkan satu
kalimat
dengan
kalimat
yang lain.
Oleh
karena itu,
konjungtor
macam ini
selalu
memulai
suatu
kalimat
yang baru
dan
tentu
saja huruf
pertamany
a
ditulis
dengan
huruf
kapital.
Contoh:
biarpun
demikian /
biarpun
begitu
sekalipun
demikian /
sekalipun
begitu
walaupun
demikian /
walaupun
begitu
meslipun
103
demikian /
meskipun
begitu
sungguhpu
n demikian
/
sungguhpu
n begitu
kemudian,
sesudah
itu, setelah
itu,
selanjutny
a
tambahan
pula, lagi
pula,
selain itu
sebaliknya
sesungguh
nya,
bahwasany
a
malahan,
bahkan
akan
tetapi,
namun
kecuali itu
dengan
demikian
oleh
karena itu,
oleh sebab
itu
sebelum itu
Interjeksi
Interjeksi
atau kata seru
adalah
kata
tugas
yang
mengungkapka
n
rasa
hati
pembicara, bisa
rasa
kagum,
sedih,
heran,
dan
jijik.
Interjeksi
bisa
dipakai di awal
kalimay
pada
dan
pada
penulisannya
diikuti
tanda
oleh
koma.
Secara
struktural
interjeksi tidak
105
bertalian
dengan
unsur
kalimat
yang
lain.
Menurut
bentuknya, ada
yang
berupa
bentuk
dasar
dan ada yang
berupa bentuk
turunan.
Berbagai jenis
interjeksi dapat
dikelompokkan
menurut
perasaan yang
diungkapkan
seperti berikut.
Interjeksi
kejijikan :
bah, cih,
cis, ih, idih
Interjeksi
kekesalan:
brengsek,
sialan,
buset,
keparat
Interjeksi
kekaguman
atau
kepuasan:
aduhai,
amboi,
asyik
Interjeksi
kesyukuran
: syukur,
alhamdulil
lah
Interjeksi
harapan:
insya Allah
Interjeksi
keheranan:
aduh, aih,
ai, lo,
duilah, eh,
oh, ah
Interjeksi
kekagetan:
astaga,
astagfirull
ah,
masyaalla
h
Interjeksi
ajakan:
mari, ayo
107
Interjeksi
panggilan:
hai, he, eh,
halo
Interjeksi
simpulan:
nah
Perlu
ditegaskan
bahwa
interjeksi
biasanya
muncul dalam
bahasa lisan
atau bahasa
tulis yang
berbentuk
percakapan,
oleh karena itu
interjeksi lebih
bersifat tidak
formal.
Artikula
Artikula
adalah
kata
tugas
yang
membatasi
makna nomina.
Artikula yang
bersifat
gelas:
sang,
sri,
hang,
dang.
Artikula yang
mengacu
ke
makna
kelompok:
para
Artikula yang
menominal
kan:
si,
yang
Partikel penegas
Kategori
partikel
penegas
meliputi
yang
kata
tidak
tertakluk pada
perubahan
bantuk
dan
hanya berfungsi
menampilkan
unsur
yang
diiringinya.
Partikel –kah
109
Jika
dipaka
i
dalam
kalima
t
deklar
atif,
-kah
mengu
bah
kalima
t
terseb
ut
menja
di
kalima
t
interog
atif.
Conto
h:
Dia
yang
akan
datang
.
Diaka
h yang
akan
datang
?
Jika dalam
kalima
t
interog
atif
sudah
ada
kata
tanya,
maka
–kah
menja
di
kalima
t lebih
formal
dan
sedikit
lebih
halus.
Conto
h:
Apa
ayahm
u
111
sudah
datang
?
Apaka
h
ayahm
u
sudah
datang
?
Jika dalam
kalima
t tanya
tetapi
intona
sinya
adalah
intona
si
introga
tif,
maka
–kah
akan
memp
erjelas
kalima
t
itu
sebaga
i
kalima
t
introga
tif.
Kadan
gkadan
g
urutan
nya
dibalik
.
Conto
h:
Harus
aku
yang
mulai
dahulu
?
Harus
akuka
h yang
mulai
dahulu
?
Partikel –lah
Dalam
113
kalimat
imperar
if, -lah
dipakai
untuk
sedikit
mengh
aluskan
nada
perinta
hnya.
Contoh
:
Pergila
h
sekaran
g,
sebelu
m
hujan
turun.
Dalam
kalimat
deklara
tif, -lah
dipakai
untuk
membe
rikan
ketegas
an ang
sedikit
keras.
Contoh
:
Dari
ceritam
u,
jelasla
h kamu
yang
salah.
Partikel –tah
Partike
l
ini
banyak
dipakai
dalam
sastra
lama,
dan
jarang
digunakan
lagi
sekarang.
Partikel ini
seperti
lebih
menegaska
115
n
sebuah
kalimat
tanya, tapi
tidak
mengharap
kan
jawaban.
Seolaholah
sedang
bertanya
padadiriny
a
sendiri
karena
keheranan
atau
kesangsian.
Contoh:
Siapatah
gerangan
orangnya
yang mau
menolongk
u?
Partikel pun
Partike
l
hanya
dipakai
pun
dalam
kalimat
deklaratif
dan dalam
bentuk
tulisan
dipisahkan
dari
kata
dimukanya
.
Pun
dipaka
i untuk
menge
raskan
arti
kata
yang
diiring
inya.
Conto
h:
Merek
a pun
akhirn
ya
setuju
denga
n usul
117
kami.
Dengan
arti
yang
sama
seperti
diatas,
pun
sering
pula
dipaka
i
bersa
ma
–
lah
untuk
menan
dakan
perbua
tan
atau
proses
mulai
berlak
u atau
terjadi.
Conto
h:
Tidak
lama
kemud
ian
hujan
pun
turunl
ah
denga
n
derasn
ya.
Perlu
diingat
,
jika
partike
l
pun
dilekat
kan
denga
n
konjun
gtor
ditulis
serang
kai.
Conto
h:
Walau
pun,
119
meskip
unm
kendat
ipun,
adapu
n,
sekali
pun,
biarpu
n dan
sungg
uhpun.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adverbia atau
kata keterangan
adalah kelas kata
yang memberikan
keterangan kepada
kata lain yang
bukan nomina,
misalnya untuk
verba dan
adjektiva. Ciri-ciri
adverbia
mendampingi
adjektiva,
mendampingi
numeralia,
121
Mendampingi
proposisi, kata
atau bagian
kalimat yang
dijelaskan
adverbia
umumnya
berfungsi sebagai
prediket, Sebagian
ada adverbia yang
menerangkan kata
atau bagian
kalimat yang tidak
berfungsi sebagai
predikat. Ada tiga
jenis adverbia,
dilihat dari cara,
tempat, waktu.
Adjektiva atau
biasa disebut
dengan kata sifat
adalah kelas kata
yang mengubah
kata benda atau
kata ganti,
biasanya dengan
menjelaskannya
atau membuatnya
menjadi lebih
spesifik. Kata sifat
dapat
menerangkan
kuantitas,
kecukupan,
urutan, kualitas,
maupun
penekanan suatu
kata. Adjektiva
atau kata sifat
mempunyai
beberapa ciri,
yaitu : dapat
didahului dengan
kata sangat, agak,
terlalu paling, dan
amat, dapat
memberikan sifat
suatu benda, dapat
diulang dengan
member imbuhan
se-nya, dapat
diikuti oleh katakata sekali dan
benar. Adjektiva
bisa berasal dari
kelas kata lain,
jenis-jenis
123
adjektiva
diantaranya
berbentuk kata
dasar, kata
majemuk, kata
ulang dan
berimbuhan.
Tingkatannya
adalah tiingkatan
positif,
komperatif, dan
superlatif.
Fungsinya sendiri
untuk
menunjukkan
sifat, kata
keterangan,
predikat, kata
depan, dan kata
benda.
Nomina adalah
kata yang
mengacu pada
manusia, binatang,
benda, dan konsep
atau pengertian.
Dari bentuknya,
ada nomina dasar
dan nomina
turunan. Afiks
yang biasa
digunakan dalam
penurunan nomina
adalah ke-, per-,
peng-, –an, pengan, per-an, ke-an.
Pronomina
adalah kata yang
dipakai untuk
mengacu kepada
nomina yang lain.
Jika dilihat dari
fungsinya, dapat
dikatakan bahwa
pronomina
menduduki posisi
yang umumnya
diduduki nomina.
Ciri lainnya
adalah bahwa
acuannya dapat
berpindah-pindah.
Ada tiga macam
pronomina dalam
bahasa Indoensia,
yaitu pronomina
125
persona,
pronomina
penunjuk dan
pronomina
penanya.
Numeralia atau
kata bilangan
adalah kata yang
dipakai untuk
menghitung
banyaknya wujud
(orang, binatang,
atau barang) dan
konsep. Ada
beberapa jenis
numeralia,
numeralia pokok,
numeralia tingkat,
numeralia
pecahan, serta
terdapat frasa
numeralia.
Kata tugas
hanya mempunyai
arti gramatikal dan
tidak memiliki arti
leksikal. Kata
tugas seperti dan
atau ke baru akan
mempunyai arti
apabila dirangkai
dengan kata lain
untuk menjadi,
misalnya ayah
dan ibu dan ke
pasar. Berbagai
jenis kata tugas
dengan berbagai
penjabarannya
adalah preposisi,
konjungtor,
interjeksi, artikula
da partikel
penegas.
Saran
Mempelajari lebih
banyak tentang
bahasa
kita
sendiri Bahasa
Indonesia.
Kita
harus
bisa
menciptakan
suasana kelas
yang
dalam
127
pas
pembelajaran
bahasa
Indonesia.
Memberikan
pembelajaran
bahasa
indonesia
dengan
baik
dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk.
(1998). Tata
Bahasa Baku
Bahasa
Indonesia.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan dan
Kebudayaan
Republik
Indonesia.
Kridalaksana,
Harimurti.
(1986). Kelas
Kata
dalam
Bahasa
Indonesia.
Jakarta:
Gramedia.
Samsuri.
(1985).
Analisis
Bahasa.
Jakarta:
Erlangga.
Sasangka,
Sry
Satriya Tjatur
Wisnu.
Titik
Indiyatini,
Nantje
Harijati
Widjaja.
(2000).
Adjektiva dan
adverbia
dalam
bahasa
129
Indonesia
.
Jakarta
:
Pusat
Bahasa,
Departemen
Pendidikan
Nasional.
Download