mulai dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa masalah atau

advertisement
antara (KB) mulai dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa masalah
atau potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera, merencanakan asuhan kebidanan pelaksanaan dan evaluasi
serta perkembangan dengan menggunakan SOAP.
BAB IV
PEMBAHASAN
Terdiri dari pembahasan antara teori dan kasus pada masa kehamilan,
bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan masa antara (KB) di Puskesmas 1
Kembaran
BAB V PENUTUP
a.
Kesimpulan merupakan rangkuman hasil pembahasan pada
pengelolaan kasus yang dapat menjawab permasalahan dan tujuan
penyusunan KTI.
b.
Saranberupa masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan,bersifat operasional/ dapat dilaksanakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Medis
1. Kehamilan
a. Definisi kehamilan
9
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Menurut Federasi Obstetric Ginekologi International,kehamilan di
definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi,kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan
atau 9 bulan menurut kalendar
internasional.Kehamilan dibagi dalam 3 trimester,dimana trimester kesatu
berlangsung dalan 12 minggu,trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13
hingga ke-27),dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
( prawihardjo,2010 hal 213).
1) Masa konsepsi
Ialah,suatau peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur
di dalam tuba palofi. Hanya satu sperma yang mengalami proses
kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus
ovum.Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak
dapat dilalui oleh sperma. (Mandang,2014;h.1).
Konsepsi dapat terjadi,jika beberapa kriteria berikut terpenuhi:
a) Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang
tepat.
b) Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat
ovulasi.
c) Pria harus mengeluarkan sperma yang normal dan sehat selama
ejakulasi.
c. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai
penetrasi dan akhirnya membuahi ovum.
10
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Konsepsi memiliki kemungkinan paling berhasil,jika hubungan
seksual berlangsung tepat sebelum ovulasi karena
a) Sperma hanya dapat hidup selama 3-4 hari di dalam saluran
genetalia wanita sehingga harus sudah berada di dalam tubafalopii
saat ovulasi terjadi.
b) Ovum hanya dapat hidup selama 12-24 jam sehingga seharusnya
wanita dapat memprediksi ovulasi dengan memantau perubahan
dalam tubuhnya dengan:
(1) Waktu
ovulasi,serviks
memendek,melunak
dan
sedikit
berdilatasi.
(2) Lender serviks yang menjadi transparan,licin,dan banyak lendir
tersebut juga dapat diregangkan. Setelah ovulasi,lendir kembali
menjadi kental,lengket,dan jumblahnya menurun.
(3) Mengobservasi suhu tubuh basalnya,yang meningkat sebesar
0,2 derajat celcius segera setelah ovulasi.
Waktu yang optimal untuk mulainya kehamilan adalah dalam
24jam ovulasi.karena itu bila koitus (hubungan seksual) yang dilakukan
dalam waktu selama 24 jam sebelum ovulasi,maka sperma pada tuba
falopi akan siap menerima kedatangan ovum. (Matondang,2014;h 2-3).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi wanita pada masa konsepsi
a) Faktor infertilitas pada wanita
Untuk menjadi hamil,wanita perlu memiliki
(1) Siklus ovulasi yang teratur
(2) Ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam
jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang sudah dibuahi.
11
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
b) Faktor psikologis dihindari jangan terlalu banyak beban dalam
kehidupannya sehingga berpotensi terjadinya masalah ovulasi atau
hambatan atau abnormal dalam saluran reproduksi.
2) Masa Implantasi
Adalah penempelan blastosis ke dinding Rahim,yaitu pada
tempatnya tertanam.blastosis biasanya tertanam di dekat puncak
rahim,pada bagian depan maupun dinding belakang.dinding blastosis
memiliki ketebalan 1 lapis sel,kecuali pada daerah tertentu terdiri dari 34 sel.
a) sel-sel di bagian dalam dinding blastosis yang tebal akan
berkembang menjadi embrio,sedangkan sel-sel dibagian luar
tertanam pada dinding Rahim dan membentuk plasenta(ari-ari)
b) plasenta menghasilkan hormone untuk membantu memelihara
kehamilan dan memungkin perputaran oksigen,zat gizi serta limbah
antara ibu dan janin.
c) Implantasi mulai terjadi pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan
selesai sampai hari ke 9-10.
d) Dinding blastosis merupakan lapisan luar dari selaput yang
membungkus embrio (korion)
e) Lapisan dalam (amnion) mulai dibuat pada hari
ke 10-12 dan
membentuk kantung amnion.
Kantung amnion berisi cairan jernih atau cairan amnion dan akan
mengembang untuk membungkus embrio yang sedang tumbuh yang
mengapung didalamnya.
12
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
f) Tonjolan
kecil
atau
tumbuh,memanjang
(villi)
kedalam
dari
dinding
plasenta
yang
Rahim,dan
sedang
membentuk
percabangan seperti susunan pohon
g) Susunan ini menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara
ibu dan plasenta,sehingga zat gizi dari ibu lebih banyak yang sampai
ke janin dan limbah lebih banyak di buang dari janin ke ibu.
h) Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada
minggu ke 18-20,tetapi plasenta akan terus tumbuh selama
kehamilan dan pada saat persalinan beratnya sampai 500gram.
(matondang,2014;h 3-4).
3) Masa perkembangan janin
Lama embrio dalam kandungan (masa embrio) pada manusia
kurang lebih 40 minggu,dengan urutan perkembangannya sebagai
berikut:
a) Janin umur 4 minggu: organ penting seperti jantung sudah
terbentuk,mulai tampak tumbuh telingan dan mata.
b) Janin umur 8 minggu:mirip bayi dengan ukuran kepala yang relative
lebih besar,hidung,mata,telinga,tangan,dan kaki mulai nampak jelas
bentuknya.
c) Janin umur 10 minggu panjang 6 cm terlihat seperti bayi.Ukuran
kepala lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran badannya.selain
itu,perkembangan mata,telinga,jari tangan dan kaki sudah makin
sempurna.
d) Umur tujuh bulan perkembangan embrio telah sempurna. Bayi yg
lahir pada bulan ke-7 disebut bayi premature.
13
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
e) Umur 32 minggu,panjang janin telah mencapai 40cm.
f) Umur 40 minggu,janin siap dilahirkan (9bulan 10hari).
4) Masa perkembangan janin menjadi bayi.
Perkembangan janin selama 9 bulan 10 hari sudah berjalan
secara normal,pada beberapa waktu yang lalu masih berupa janin tetapi
sekarang sudah berbentuk bayi yang sudah siap meninggalkan uterus
untuk keluar dilahirkan kedunia yang luas dan penuh tantangan hidup
termasuk beban untuk mencari makan dengan cara IMD proses
permulaan kehidupan diluar uterus.
5) Diagnose kehamilan
Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester,yaitu trimesterpertama (012 minggu),trimester kedua (13sampai 28 minggu), dan trimester ketiga
(29-42 minggu).
a) Trimester pertama
Trimester
penyesuaian
pertama
terhadap
sering
dianggap
kenyataan
sebagai
bahwa
ia
periode
sedang
mengandung.sebagian wanita merasa sedih dan ambivalen tentang
kenyataan bahwa ia hamil.Fokus wanita adalah pada dirinya
sendiri,validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita
merasa dengan cermat setiap perubahan tubuh yang merupakan
bukti adanya kehamilan.
b) Trimester kedua
Trimester kedua sering dikenal dengan periode kesehatan
yang baik,yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas
dari
segala
ketidaknyamanan
yang
normal
dialami
selama
14
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
hamil,trimester dua juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke
dalam dan paling banyak mengalami kemunduran.
c) Trimester ketiga
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan
penuh kewaspadaan. Pada peride ini wanita mulai menyadari
kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia menjadi
tidak sabar menanti kehadiran sang bayi.
b. Tanda dugaan kehamilan
1) Amenora (terlambat datang bulan)
2) Mual muntah (emesis)
3) Ngidam
4) Sinkope atau pingsan
5) Payudara tegang
6) Sering miksi
7) Konstipasi atau obstipasi
8) Pigmentasi kulit
9) Varises.
c. Tanda tidak pasti kehamilan
1) Rahim membesar sesuai umur kehamilan
2) Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda hegar,tanda chadwick,tanda
piskacek,kontraksi Braxton hicks,dan teraba ballottement.
3) Pemeriksaan
tes
biologis
kehamilan
positif.tetapi
sebagian
kemungkinan positif palsu.
d. Tanda pasti kehamilan
1) Gerakan janin dalam Rahim
15
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian kecil janin.
3) Denyut
jantung
janin.di
dengar
dengan
stetoskop
leanec,alat
kardiotokografi,alat Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi.pemeriksaan
dengan
alat
canggih,yaitu
rontgen
untuk
melihat
kerangka
janin,ultrasonografi (manuaba,2010;h 107).
e. Perubahan fisiologis dan anatomis pada kehamilan
1) Pembesaran uterus terjadi karena ada kombinasi antara hipertrofi
(peningkatan ukuran sel) dan pengaruh mekanis tekanan interior
terhadap dinding uterus seiring perkembangan janin di dalam
kandungan.
2) Perubahan
kardiovaskular/hemodinamik
yaitu
perubahan
yang
memudahkan system kardivaskuler pada ibu memenuhi kebutuhan
janin
sambal mempertahankan
Perubahan
ini
disebabkan
status kardivaskularnya
oleh
peningkatan
sendiri.
kadar
estrogen,progesterone,dan prostaglandin,dan perubahan ini akan
kembali normal setelah kehamilan berakhir.
3) Perubahan pada ginjal
Sistem ginjal selama kehamilan bukan hanya mengelola zat-zat
sisa dan kelebihan yang dihasilkan akibat peningkatan volume darah
dan curah jantung juga produksi sisa metabolisme,tetapi juga organ
utama yang mengekskresi produk sisa dari janin.selain itu,ginjal sangat
penting sebagai media yang meretensi natrium dan mempertahankan
keseinbangan cairan selama kehamilan serta mempertahankan tekanan
darah arteri melalui sistem reninangiotensin.
4) Perubahan pada paru-paru
16
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Faktor yang mempengaruhi pulmonal meliputi pengaruh hormonal
dan perubahan mekanis.perubahan mekanis meliputi elevasi posisi
istirahat difragma kurang lebih 4cm disebabkan oleh tekanan akibat
pembesaran uterus.
5) Pembesaran vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis, dan
vulvabiasanya dijumpai pada triwulan terakhir.
6) Payudara membesar tegang dan sedikit nyeri disebabkan pengaruh
hormone estrogen dan progesterone yang merangsang ductus dan
alveoli payudara, kelenjar montgomeri terlihat lebih membesar.
7) Perubahan perasaan.
8) Berat badan bertambah.
9) Komplikasi atau Tanda Bahaya pada kehamilan
a) Pengertian
Tanda
bahaya
kehamilan
adalah
tanda-tanda
yang
mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama
kehamilan atau periode antenatal jika tidak dilaporkan atau tidak
terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Nugroho, 2014;h. 140).
b) Macam-Macam Tanda Bahaya Kehamilan
Ada 6 tanda bahaya kehamilan selama periode antenatal
menurut Pusdinakes yaitu
(1) Perdarahan pervaginam
(2) Sakit kepala yang hebat
(3) Masalah penglihatan
(4) Bengkak pada muka atau tangan
(5) Nyeri abdomen yang hebat
17
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(6) Bayi kirang bergerak seprti biasa (Walyani, 2015;h. 154).
c) Macam-macam tanda bahaya yang perlu segera dirujuk untuk
mendapatkan pertolongan:
(1) Keluar darah dari jalan lahir
Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang
normal. Pada masa awal kehamilan ibu mungkin akan
mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu
pertama haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi
dan ini normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan
perdarahan ringan mungkin2 pertanda dari servik yang rapuh
atau erosi. Perdarahan semacam ini mungkin normal atau suatu
tanda infeksi. Perdarahan yang tidak normal adalah merah,
perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri.
Perdarahan ini bisa berarti abortus, kehamilan mola atau
kehamilan ektopik, pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak
normal adalah merah, banyak, dan kadang-kadang tetapi tidak
selalu dan disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini
bisa berarti plasenta pervia atau abrupsio plasenta (Nugroho,
2014;h. 141).
(2) Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester 3.
Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila berupa
perdarahan banyak, air ketuban maupun leukhore yang
patologis. Penyebab terbesar persalinan prematur adalah
ketuban pecah sebelum waktunya. Insidensi ketuban pecah dini
18
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
10% mendekati dari semua persalinan dan 4% pada kehamilan
kurang dari 34 minggu (Walyani, 2015;h. 157).
(3) Kejang
Pada
umumnya
kejang
didahului
oleh
semakin
memburuknya keadaan dan terjadinya gejala-gejala sakit
kepala, mual, muntah, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila
semakin berat penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun
kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan
gejala dari eklampsia kehamilan dapat merupakan gejala dan
eklampsia (Nugroho, 2014;h. 142).
(4) Gerakan janin tidak terasa
Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada
usia kehamilan 16-18 minggu pada multigravida dan 18-20
minggu pada primigravida. Jika bayi tidur, gerakannya akan
melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 3 jam
atau 10 gerakan dalam 12 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah
terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan
minum dengan baik. Tanda dan gejala pegerakan bayi tidak
terasa yaitu gerakan bayi kurang dari 3 kali danam periode waktu
3 jam (Walyani, 2015;h. 158).
(5) Demam Tinggi
Ibu menderita demam denga suhu tubuh lebih dari 380C
dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi
merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Penanganan
demam antara lain dengan istirahat berbaring, minum banyak
19
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
dan mengompres untuk menurunkan suhu. Demam dapat
disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya
mikoorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang
kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala-gejala
penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan
fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan,
persalinan dan masa nifas (Nugroho, 2014;h. 142).
(6) Nyeri perut yang hebat
Nyeri
persalinan
abdomen
adalah
yang
tidak
tidak
normal.
berhubungan
Nyeri
dengan
abdomen
yang
mengidentifikasikan mengancam jiwa adalah yang hebat,
menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat, kadang-kadang
dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir (Walyani,
2015;h. 159).
(7) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius
adalah sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang
dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang
hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi
kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan
adalah gejala pre eklampsia (Nugroho, 2014;h. 143).
(8) Muntah terus menerus dan tidak nafsu makan pada kehamilan
muda
20
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan
pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari,
gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung
selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya
kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan
muntah yang sampai mengganggu aktifitas sehari-hari dan
keadaan umum menjadi lebih buruk dan dinamakan Hiperemesis
Gravidarum (Nugroho, 2014;h. 143).
(9) Selaput kelopak mata pucat
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
keadaan hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III,
kurang dari 10,5gr% pada trimester II. Nilai tersebut dan
perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi hemodilusi,
terutama pada trimester II. Anemia dalam kehamilan disebabkan
oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang
keduanya saling berinteraksi (Nugroho,2014;h. 144).
f. Menentukan Usia Kehamilan
Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (Menurut Leopold)
1) 12 minggu 1-2 jari atas symphysis.
2) 16 minggu pertengahan antara Symphysis – pusat.
3) 20 minggu fundus uteri 3 jari bawah pusat.
4) 24 minggu setinggi pusat.
5) 28 minggu 3 jari atas pusat.
6) 32 minggu pertengahan Px-pusat.
7) 36 minggu 3 jari dibawah Px.
21
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
8) 40 minggu pertengahan Px dan pusat.
g. Pelayanan/asuhan standar minimal “14 T”
1) Ukur tinggi badan/berat badan
2) Ukur tekanan darah
3) Ukur tinggi fundus uteri
4) Pemberian imunisasi TT
5) Pemberian tablet zat besi
6) Test terhadap penyakit menular seksual/VDRL
7) Temu wicara/konseling
8) Test/pemeriksaan Hb
9) Test/pemeriksaan protein urin
10) Test reduksi urin
11) Perawatan payudara
12) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)
13) Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemic gondok)
14) Terapi obat malaria
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan
1) Faktor Fisik
a) Status kesehatan
b) Status gizi
c) Gaya hidup
d) Perokok/alkoholik
e) Hamil diluar nikah/kehamilan yang tidak diinginkan.
22
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2) Faktor Psikologis
a) Stresor internal
Meliputi faktor-faktor pemicu stres ibu hamil yang berasal dari
ibu sendiri.
b) Stresor eksternal
Pemicu stres dari luar, seperti masalah ekonomi, konflik
keluarga, pertengkaran dengan suami, dan masih banyak kasus
yang lain.
c) Dukungan keluarga
d) Kekerasan yang dilakukan oleh pasangan (partner abuse).
3) Faktor lingkungan, sosial, dan budaya.
a) Kebersihan, adat istiadat
b) Fasilitas kesehatan
c) Ekonomi
d) Kekerasan dalam kehamilan
e) Tingkat pendidikan
f) Pekerjaan ( Sulistyawati,2009).
i. Standar pelayanan kesehatan pada ibu hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang
dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama,
trimester kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil
yang diberikan harus memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut :
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
23
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2) Pengukuran tekanan darah;
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA);
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi;
6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);
8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana);
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin
darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan
darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya); dan
10) Tatalaksana kasus (Kemenkes RI,2015;h.105-106).
j. Kunjungan antenatal
setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal yang terdiri dari :
1) Minimal satu kali kunjungan pertama (K1) selama trimester satu (<
14 minggu)
Tujuannya :
a) Penapisan dan pengobatan anemia
b) Perencanaan persalinan
c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanya
24
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
d) Minimal satu kali kunjungan selama trimester kedua (K2) antara
mnggu 14-28.
Tujuannya :
a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b) Penapisan preekamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dansaluran
kemih
c) Mengulang perencanaan persalinan
2) Minimal dua kali kunjungan selama trimester ketiga (K3 dan K4)
antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36 sampai lahir.
Tujuannya:
a) Sama seperti kunjungan II dan III
b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentsi
c) Menetapkan rencana persalinan
d) Mengenali tanda persalinan
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah terlambat haid
dan
peeriksaan
khusus
dilakukan
jika
terdapatkeluhan-keluhan
tertentu(Depkes, 2009).
B. Persalinan
1. Definisi persalinan
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
aterm (bukan premature atau postmatur),mempunyai onset yang spontan
(tidak diinduksi),selesai setelah 4jam dan sebelum 24 jam sejak saat
awitannya,mempunyai
kepala,terlaksana
janin
tanpa
tunggal
bantuan
dengan
presentase
artificial,tidak
puncak
mencakup
25
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
komplikasi,plasenta lahir normal. Menurut mochtrar (1998) persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri),yang dapat
hidup ke dunia luar,dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain.persalinan normal disebut juga partus spontan,adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga sendiri,tanpa bantuan alatalat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24jam.persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berekontrasi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta (walyani,2016;3-4).
2. Penyebab persalinan
Sebab mulainya persalinan belum diketahui secara pasti.Banyak
faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi
persalinan
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab persalina adalah:
a. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen meninggikan kerenggangan otot rahim. Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di
dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun
sehingga timbul his.
b. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim
c. Ketegangan otot-otot
26
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila
dindingnya terenggang oleh karena isinya
d. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan, oleh karena itu pada anenchepalus kehamilan
sering lebih lama dari biasa
e. Teori prostaglandin
Progestaglandin yang dihasilkan oleh desidu, disangka menjadi
salah satu penyebab permulaan persalinan. Hal ini juga di dorong
dengan adanya kadar prostaglandin yang tinngi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau
selama persalinan.
3. Fase-Fase Dalam Persalinan
a. Fase-Fase Dalam Kala I Persalinan (Kala Pembukaan)
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap (10cm).dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase
1) Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap,pembukaan kurang dari 4cm
biasanya berlangsung kurang dari 8jam
2) Fase Aktif
Prekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi adekuat /3kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik).
27
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Fase laten pada kala satu persalinan dimulai pada saat awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik cara
bertahap, berlangsung selama 8 jam pembukaan ini sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm/ kurang dari 4 cm.
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Pada kala II, his terkodinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 23 cm menit sekali.Kepala janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan.Karena pada rectum ibu
merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus membuka.
Pada waktu his,kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang.dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah
kepala diikuti oles seluruh tubuh janin.
Kala II adalah dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm sampai
bayi lahir proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primipara dan 1
jam pada multi para.
c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III adalah dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta
yang
berlangsung
tidak
lebih
dari
30
menit.
Setelah
bayi
lahir,kontraksirahim istirahat sebentar dan mulai terjadi pelepasan
plasenta karena sifat retraksi otot rahim.Tanda-tanda lepasnya plasenta
adalah:
1) Uterus menjadi membundar
28
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2) Uterus terdorong keras karena plasenta dilepas kesegment bawah
rahim
3) Tali pusar memanjang
4) Terjadi perdarahan
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara
dorso kranial pada fundus uteri.Disertai dengan pengeluaran darah
kira-kira 100-200 cc.
d. Kala IV (Kala 2 jam Post Partum)
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap
bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selang kurang lebih dari
dua jam.dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina,tapi
tidak banyak,yang berasal dari pembuluh darah yang ada didinding
rahim tempat terlepasnya plasenta,dan setelah beberapa hari tanda
akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lochea yang
berasal dari sisa sia jaringan,pada beberapa keadaan, pengeluaran
darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan bebrapa
faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi oto-otot rahim.
Oleh karena ityu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan
semakin hebat,dapat dilakukan tindakan secepatnya. (walyani,2016;h
12-15)
e. Faktor-faktor penting dalam persalinan
1) Power (HIS atau kontraksi otot rahim)
a) Kontraksi otot dinding
b) Ketegangan dalam kontraksi ligamentum rotundum
29
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2) Passagger : janin dan plasenta
3) Passage
:jalan
lahir
lunak
dan
tulang
jalan
lahir
(walyani,2016.h.17-21)
4) Psikis ibu
Dapat berupa cemas, khawatir, tidak percaya diri bahwa persalinan
dapat berlangsung lancar
5) Penolong
Dapat berupa keterampilan penolong dalam melakukan asuhan
kebidanan maupun mengambil keputusan.
f. Rencana Asuhan Kala I, II, III, IV
1) Asuhan kala I
Menurut (Sondakh, 2013;h.114) ada beberapa rencana
tindakan dalam asuhan kala I dapat dilihat pada penjelasan dibawah
ini :
a) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
b) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan, dan obat-obatan yang
diperlukan
c) Persiapan rujukan
d) Memberikan asuhan sayang ibu
e) Pengurangan rasa sakit
Menurut varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit
dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan
selama persalinan (suami, orangtua).
2
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
b) Pengaturan posisi: duduk atau setengah duduk, merangkak,
berjongkok, berdiri, atau berbaring miring kekiri.
c) Relaksasi pernafasan
d) Istirahat dan privasi
e) Penjelasan mengenai proses/kemajuan persalinan/prosedur yang
akan dilakukan
f) Asuhan diri
g) Sentuhan
2) Asuhan kala II
a) Pemantauan ibu
Tanda-tanda dan gejala kala II adalah sebagai berikut:
(1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
(2) Ibu merasakan makin menningkatnya tekanan pada rectum
dan atau vagina.
(3) Perineum terlihat menonjol
(4) Vulvva vagina dan sfingter ani terlihat membuka
(5) Peningkatan pengeluaran lendir darah.
Tindakan
yang
dilakukan
untuk
mengevaluasi
kesejahteraan ibu adalah sebagai berikut:
(1) Tanda-tanda vital:tekanan darah(setiap 30 menit), suhu,nadi
(setiap 30 menit),pernafasan
(2) Kandung kemih
(3) Urin: protein dan keton
3
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(4) Hidrasi: cairan, mual, muntah.
(5) Kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku,
dan
respons
terhadap
persalinan,
serta
nyeri
dan
kemampuan koping.
(6) Upaya ibu meneran.
(7) Kontraksi setiap 30 menit.
b) Kemajuan persalinan
Jika terjadi penurunan janin selama kala I fase aktif dan
memasuki fase pengeluaran, maka dapat dikatakan kemajuan
persalinan cukup baik. Menurut friedmann, durasi waktu untuk
kala II rata-rata adalah 1 jam untuk primigravida dan 15 menit
untuk multipara. Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam
bagi primigravida atau 1 jam bagi multipara. Dianggap sudah
abnormal, tetapi saat ini hal tersebut tidak mengindikasikan
perlunya melahirkan bayi dengan forcep atau vakum ekstraksi.
c) Pemantauan janin
Beberapa hal dari janin yang harus selalu dperhatikan adalah:
(1) Denyut jantung janin DJJ
(a) Denyut normal 120-160 kali/menit
(b) Perubaahan DJJ, pantau setiap 15 menit.
(c) Variasi DJJ dari DJJ dasar
(d) Pemeriksaan auskultasi DJJ setiap 30 menit.
(2) Adanya air ketuban dan karakteristiknya (jenih, keruh,
kehijauan/tercampur mekonium)
4
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(3) Penyusupan kepala janin
d) Asuhan Dukungan
Beberapa asuhan dan dukungan yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
(1) Pemberian rasa aman, dukungan, dan keyakinan kepala ibu
bahwa ibu mampu bersalin.
(2) Membantu pernafasan
(3) Membantu teknik meneran
(4) Ikut sertakan dan hormati keluarga yang menemani
(5) Berikan tindakan yang menyenangkan
(6) Penuohi kebutuhan hidrasi
(7) Penerapan pencegahan infeksi
(8) Pastikan kandung kemih kosong.
3) Asuhan kala III
a) Perubahan fisiologis pada kala III
(1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Menurut (Sondakh, 2013;h.136) Setelah bayi lahir dan
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh, dan tinggi fundus biasanya terletak dibawah
pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke
bawah, uterus berbentuk segitiga atau berbentuk menyerupai
5
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
buah pir atau alpukat, dan fundus berada diatas pusat (sering
kali mengarah ke sisi kanan).
(2) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda
ahfeld)
(3) Semburuan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya
gravitasi. Apabila kumpulan darah(retroplacental pooling)
dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam
plasenta melebihi kapasitas tampungnya, maka darah akan
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
b) Manajemen aktif kala III
Tujuan manajemen kala III adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat
waktu, mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan kala III
persalinan jika di bandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.(
Sondakh, 2013;h. 136).
Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama, yaitu:
(1) Memberikan suntikan oksitosin dalam satu menit pertama
setelah bayi lahir.
(2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali
(3) Masase fundus uteri.
(4) Penegangan tali pusat terkendali
6
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Prosedur penegangan tali pusat secara terkendali adalah:
(a) Berdiri di samping ibu.
(b) Memindah klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat
kala II) pada tali pusat sekitar 5-20 cm dari vulva,
memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan
mencegah avulsi.
(c) Meletakan tangan yang satunya pada abdomen ibu
(beralaskan kain) tepat di atas sympisis pubis. Tangan ini
digunakan untuk meraba kontraksi uterus dan menahan
uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat.
4) Asuhan kala IV
Kala IV merupakan tahap pemulihan yaitu periode, yaitu
periode yang kritis untuk ibu dan bayi baru lahir. Mereka bukan saja
pulih dari proses fisik persalinan, tetapi juga memulai suatu
hubungan baru.
a) Penatalaksanaan Kala IV
Beberapa tindakan penatalaksanaan pada kala IV antara lain:
(1) Memonitor konsistensi uterus. Uterus harus berkontraksi
secara efektif, teraba padat, dan keras.
Memperhatikan adanya uterus berelaksasi, terutama pada ibu
yang memiliki:
(a) Riwayat atoni uterus pada kehamilan sebelumnya
(b) Status ibu sebagai grandmultipara
7
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(c) Distensi
berlebihan
pada
uterus,
misalnya
pada
kehamilan kembar, polihidramnion, atau makrosomia.
(d) Induksin atau augmentasi persalinan
(e) Persalinan presipiatus
(f) Persalinan memanjang.
(2) Mengecek kelengkapan plasenta dan membran psds saat
inspeksi.
(3) Mengecek status kandung kemih
(4) Meminta
ketersediaan orang kedua
untuk
memantau
konsistensi uterus dan aliran lokia, serta membantu masase
uterus.
(5) Menilai kemampuan pasangan ibu-bayi untuk memulai
pemberian ASI (Sondakh, 2013;h. 145)
b) Posisi Ibu Dalam Bersalin (Mochtar, 2012;h.76-77).
(1) Posisi litotomi
Adalah posisi yang paling umum, wanita berbaring
terlentang dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat ke
samping kanan dan kiri.
(2) Posisi duduk
Sekarang posisi bersalin duduk telah dikembangkan di
negara-negara Amerika Latin. Untuk itu,dibuat meja bersalin
khusus agar wanita dapat duduk sambil melahirkan.
(3) Cara berbaring
(a) Menurut Walcher ditepi tempat tidur
8
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(b) Menurut Tjeenk Willink memakai bantal
(c) Menurut Jonges untuk memperlebar pintu bawah
panggul
(d) Menurut posisi sims posisi miring
c) Faktor-faktor persalinan (Sondakh,2013;h.54-103).
(1) Faktor passenger
Adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses
persalinan yang biasa disebut dengan faktor penumpang.
Bagian yang termasuk dalam faktor ini adalah janin dan
plasenta.
(2) Faktor passage
Atau disebut dengan jalan lahir diklasifikasikan menjadi
dua jenis, yaitu jalan lahir lunak (serviks, vagina, otot rahim)
dan jalan lahir keras (os coxae,os sacrum, os coccygis).
(3) Faktor power
Merupakan tenaga yang dikelurkan untuk melahirkan
janin, yaitu kontraksi uterus atau his dari tenaga mengejan
ibu. Untuk menghasilkan suatu persalinan normal,
maka
tenaga yang dikeluarkan ibu juga harus normal.
(4) Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas yang dialami ibu akan
berpengaruh pada lamanya persalinan, his kurang baik, dan
pembukaan yang kurang lancar. Menurut Pitchard,
dkk.,
perasaaen takut dan cemas merupakan faktor utama yang
9
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan bepengaruh
terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga
persalinannya lama. Apabila perasaan takut dan cemas yang
dialami ibu berlebihan, maka akan berujung pada stres.
(5) Faktor penolong
Sebagian
besar
ibu
hamil
berbicara
mengenai
pentingnya bagi mereka untuk merasa mengendalikan proses
persalinannya. Bagaimana juga, pada prosesnya terdapat
bagian-bagian dimana ibu merasa lepas kendali, yaitu saat
ibu mengalami kontraksi yang sangat kuat dan keras.
Disitulah dukungan dari keluarga/ suami sangat penting
karena
akan
mengurangi
lamanya
proses
kelahiran.
Kecenderungan pemakaian obat-obtan penghilang rasa nyeri
akan berkurang, dan menurunkan kejadian kelahiran operatif
per vagina, walaupun tanpa menghiraukan apakah penolong
tersbut merupakan pilihan ibu tau bidan.
d) 60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL
Melihat tanda dan gejala kala dua
(1) Mengamati tanda dan gejala persalinan
(a) Ibu mempunyai keiginan untuk meneran.
(b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meninggkat pada
rectum dan atau vaginanya.
(c) Perineum menonjol.
(d) Vulva vagina dan spingter anal membuka.
10
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Menyiapkan pertolongan persalinan
(2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat obatan esensial
siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
(3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih.
(4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai atau
pribadi yang bersih.
(5) Memakai satu sarung DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
(6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril)
dan meletakan kembali di partus set atau wadah disinfeksi
tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).
Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
(7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas
atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi.Jika
mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh
kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara
menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau
kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
11
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan
kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan
dekontaminasi).
(8) Dengan
menggunakan
teknik
aseptik,
melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
(9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
(10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal(100-180 kali/menit).
(a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
(b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,
dalam semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya
pada partograf.
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk Membantu Proses
Meneran
(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman
sesuai dengan keinginannya.
12
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta jani sesuai dengan pedoman
persalinan
aktif
dan
mendokumentasikan
temuan-
temuan.
(b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana
mereka dapat mendukung dan memberi semangat
kepada ibu saat ibu mulai meneran.
(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat ada HIS, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
(13) Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran :
(a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
(b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
(c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan
pilihannya
(tidak
maminta
ibu
berbaring
terlentang).
(d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
(e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
(f) Menganjurkan asupan cairan per oral.
13
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(g) Menilai DJJ setiap 5 menit.
(h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan
terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran
untuk ibu primipara atau 60 menit (1jam)untuk ibu
multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai
keinginan meneran.
(i)
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin
meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai
meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat diantara kontraksi.
(j)
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan
terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu
dengan segera.
Persiapan pertolongan kelahiran bayi
(14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
(15) Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong
bayi.
(16) Membuka partus set.
(17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong kelahiran bayi
Lahirnya Kepala
14
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan
yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, biarkan
kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala
lahir.
(19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi
dengan kain atau kassa yang bersih.
(20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera
proses kelahiran bayi:
(a) Jika tali pusat melilit janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
(b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya
di dua tempat dan memotongnya.
(21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
Lahirnya bahu
(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua
tangan
di
masing-masing
sisi
muka
bayi.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar
hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
15
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah
luar untuk melahirkan bahu posterior.
(23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati
perineum,
gunakan
lengan
bawah
untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
(24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang
ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua
mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir
(25) Menilai bayi selintas dengan cepat (dalam 30 detik),
kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat
terlalu
pendek,
meletakkan
bayi
di
tempat
yang
memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan
resusitasi.
(26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk
dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan
oksitosin IM.
16
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira kira 3 cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem
kearah ibu dan memasang klem kesua 2 cm dari klem
pertama (ke arah ibu).
(28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi
dari gunting dan memotong tali pusat di Antara dua klem
tersebut.
(29) Mengeringkan bayi, menganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan
kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat
terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil
tindakan yang sesuai.
(30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
Oksitosin
(31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi
kedua.
(32) Memberitahu kepada ibu baha ia akan disuntik.
(33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 unit. IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
17
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(34) Memindahkan klem pada tali pusat.
(35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu,
tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
(36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu
mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
(a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting
susu.
Mengeluarkan Plasenta
(37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
(a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
18
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan
tali pusat selama 15 menit.
(c) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.
(d) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika
perlu.
(e) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(f) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
(g) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
(38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang
plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
(a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina
dan servick ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari
tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi
atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang
tertinggal.
Pemijatan Uterus
19
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
massase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai Perdarahan
(40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
plasenta dan selaput ketubanl engkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
(a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase
selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
(41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan
aktif.
Melakukan prosedur pascapersalinan
(42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi
dengan baik.
(43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5 % membilas kedua tangan yang
masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksitingkat
tinggi dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.
(44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau mengikatkan disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul
mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
20
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang
bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.
(46) Melepaskan klem bedah dan dan meletakkanya kedalam
larutan klorin 0,5 %.
(47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
(48) Menganjurkan ibu untuk memualai pemberian ASI.
(49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervagina.
(a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
(b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
(c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia
uteri.
(e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan
penjahitan
dengan
anestesia
local
dan
menggunakan teknik yang sesuai.
(50) Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan
masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
(51) Mengevaluasi kehilangan darah.
(52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan
dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.
21
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam
selama dua jam pertama pascapersalinan.
(b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan
(53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas
peralatan setelah dekontaminasi.
(54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam
tempat sampah yang sesuai.
(55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
(56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman
dan makanan yang di inginkan.
(57) Mendekontaminasi daerah yang di gunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.
(58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5
%, membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
(59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
22
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(60) Melengkapi patrograf (halaman depan dan belakang)
(Sarwono 2010 hal:341-347).
C. Nifas
1. Definisi Nifas
Dalam bahasa latin waktu tertentu setelah melahirkan anak ini
disebut puerpurium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous
melahirkan. Jadi, puerpurium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa
nifas atau puerpurium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama
masa nifas yaitu 6 sampai 8 minggu. Batasan waktu nifas yang paling
23
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
singkat tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu relatif
pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40
hari. Jadi masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alatalat reproduksi pulih setelah sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.(walyani,2015:hal.113)
2. Periode Nifas
Pada periode nifas ini dibagi dalam 3 tahap antara lain :
a. Immediate Puerperium
Keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam setelah
persalinan.
b. Early puerperium
Masa 24 jam setelah persalinan sampai hari ke-7 postpartum
c. Late Puerperium
Masa
minggu
pertama
sampai
minggu
ke-6
postpartum.(walyani,2015:hal.113)
3. Perubahan Fisiologis pada masa nifas
Perubahan fisiologisl pada masa nifas meliputi :
a. Involusi uterus
Involusi uterus adalah perubahan yang merupakan proses
kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan sebelum hamil.
Tabel 2.1
Hari 1
setinggi pusat
Involusi
Tinggi Fundus Uteri
24
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Hari ke 2
1 jari bawah pusat
Hari ke 3
2 jari di bawah pusat
Hari ke 4
2 jari atas sympysys
Hari ke 7
1 jari atas sympysys
Hari ke 10
Setinggi sympysys
b. Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan
kasar,
tidak
rata
dan
kira-kira
sebesar
telapak
tangan.Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke 2 hanya
sebesar 3-4 cm. Dan pada akhir nifas 1-2 cm.
c. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam
kehamilan,
uterus
mempunyai
banyak
pembuluh-
pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak
diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri harus
mengecil kembali dalam masa nifas.
d. Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui
oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena
robekan dalam persalinan.pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan
bagian atas canalis cervicallis. Pada cervix terbentuk sel-sel otot baru,
karena hyperplasi ini dan karena retraksi dari cervix, robekan cervix
menjadi sembuh.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
menvapai
ukuran-ukurannya
yang
normal.Pada
minggu
ke-3
postpartum rugae mulai nampak kembali.
e. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
f. Saluran kencing
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan
kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau
sesudah kencing masih tinggal urin residual.Sisa urin ini dan trauma
pada dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan
terjadinya infeksi.Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam
waktu 2 minggu.
g. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus dan luka jalan
lahir dari vagina dalam masa nifas. Dalam keadaan normal lochea
berbau amisberasal dari bekas melekatnya plasenta.
Macam-macam lochea :
1) Lochea rubra (Cruenta)
Terdiridariseldesidua, vernikscaseosa, rambut lanugodan
meconium. Berwarna merah, keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-2
postpartum.
2) Lochea sanguinolenta
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum, berwarna kekuningkuningan berisi darah dan lender.
3) Lochea serosa
Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14 berwarna kekuningan.
4) Lochea alba
Keluar pada 2 minggu postpartum, berwarna putih.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau busuk. h. Laktasi
(walyani,2015:hal.116)
4. Asuhan masa nifas
a. Kunjungan I (6-8 jam post partum)
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Pemantauan keadaan umum ibu
3) Melakukan hubungan antara bayi dan ibu ( Bonding Attachment )
4) ASI eksklusif
b. Kunjungan II (6 hari) :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda- tanda perdarahan
abnormal
2) Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi dan perdarahan
abnormal
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
27
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
c. Kunjungan III (2 minggu) :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda- tanda perdarahan
abnormal
2) Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi dan perdarahan
abnormal
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
d. Kunjungan IV (6 minggu)
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini, Imunisasi, senam nifas,
dan tanda – tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi.
(walyani,2015:hal.121)
5. Masalah dan komplikasi yang mungkin timbul saat nifas
a. Keadaan abnormal pada uterus atau Rahim
1) Sub involusi uterus
Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,
sehingga proses pengecilanya terlambat. Penyebab terjadinya sub
involusi uteri adalah terjadi infeksi pada endometrium, terdapat sisa
plasenta dan selaputnya terdapat bekuan darah
28
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2) Perdarahan
Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama sehabis
persalinan akibat infeksi, sisa plasenta atau selaput ketuban.
3) Infeksi nifas
Yaitu mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan
dan nifas.
b. Keadaan abnormal pada payudara
1) Mastitis Dalam masa nifas daat terjadi infeksi dan peradangan pada
mamae melalui luka pada putting susu atau melalui peredaran darah
yang ditandai dengan kenaikan suhu, tidak nafsu makan.
2) Bendungan ASI dan Abses payudara
D. Bayi Baru Lahir
1. Definisi Bayi Baru Lahir
Menurut (sodakh,2013;h.150) dikutip dari (sarwono,2005) Bayi baru
lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan
berat lahir antara 2500-4000 gram.
2. Perawatan segera setelah bayi lahir
Perawatan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian
besar bayi yang baru lahir akan menunjukan usaha pernafasan spontan
dengan sedikit bantuan/ gangguan.
Persediaan alat-alat yang diperlukan di kamar bersalin.
a. Alat penghisap lendir
29
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
b. Tabung oksigen dengan alat pemberi oksigen kepada bayi.
c. Untuk menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia perlu di sediakan
laringoskop kecil,masker muka kecil,kanula trakea,ventilator kecil untuk
pernapasan buatan; selain itu perlu pula disediakan obat-obatan seperti
larutan glukosa 40%,larutan bikarbonas natrikus 7,5% dengan alat
suntiknya dan nalorfin sebagai antidotum terdapat obat-obatan berasal
dari morfin atau petidin yang dapat mengakibatkan penekanan
pernafasan pada bayi serta pemberian vitamin k untuk mencegah
terjadinya pendarahan sebagai akibat dari ibu nyang mendapat
penobarbital dan Phenytoin,bayi yang kekurangan vit k yang perlu
sebagai koenzim untuk membentuk faktor II,VII,IX,X serta bayi yang
mendapat air susu ibu.
d. Alat pemotonga dan pengikat tali pusat serta antiseptik dan kasa steril
untuk merawat tali pusat.
e. Tanda pengenal bayi yang sama dengan ibu.
f. Tempat tidur bayi atau ingkubator yang selalu dalam keadaan hangat.
g. Lain-lain seperti kapas,kasa,baju bayi,dan antiseptik.
h. Stop-watch dan termometer.
i. Siapkan meja resusitasi dengan suhu ruangan yang hangat.
(walyani,2016;h.118-119)
1) Sambil secara cepat menilai pernafasannya, letakan bayi dengan
handuk diatas perut ibu dengan kain bersih dan kering atau kassa,
lap darah atau lendir dari wajah bayi untuk mencegah terhalangnya
jalan udara.
30
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2) Periksa ulang pernafasan bayi.
j. Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun,
berikanlah asuhan berikut :
1) Pertahankan Suhu Tubuh Bayi
2) Hindari memandikan bayi sehingga sedikitnya 6 jam dan hanya
setelah itu jika suhunya 36,50C.
3) Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi
harustertutup.
3. Pemeriksaan Fisik Bayi
Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap, ketika memeriksa bayi batu
lahir haruslah diperhatikan hal-hal berikut :
a. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung
tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.
c. Lihat, dengarkan, dan rasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari kepala, dan
berlanjut secara sistematik menuju jari kaki.
d. Jika ditemukan factor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut
yang memang diperlukan.
4. Pemberian vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada
bayi baru lahir.
5. Identifikasi Bayi
Alat pengenal untuk mempermudah identifikasi bayi, perlu segera
dipasang setelah persalinan.Alat pengenal yang efektif harus diberikan
31
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya/terpasang
sampai waktu bayi dipulangkan.
6. Perawatan Lain
a. Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap
4 jam), mulai dari hari pertama.
b. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat, dan kering dengan mengganti
popok dan selimut sesuai dengan kebutuhan. Pastikan bayi tidak terlalu
dingin (dapat menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa kemampuan
pengaturan suhu bayi masih dalam perkembangan). Apa saja yang
masuk ke dalam mulut bayi haruslah bersih.
c. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
d. Peganglah, sayangi, dan nikmati kehidupan bersama bayi.
e. Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu
f. Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi
g. Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik.
7. Jadwal Pemberian Imunisasi
Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi pada Bayi
Umur
Jenis Imunisasi
0-7 hari
HB 0
1 bulan
BCG, Polio 1
2 bulan
DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan
DPT/HB 2, Polio 3
4 bulan
DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Campak
8. Reflek-reflek pada Bayi Baru Lahir
a. Refleks menghisap (sucking reflex)
Reflek ini ditandai dengan bayi menoleh kearah stimulus,
membuka mulutnya, memasukan putting dan menghisap.
b. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)
Grasping
Reflex
adalah
refleks
gerakan
jari-jari
tangan
mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syafar
berkembang normal – hilang setelah 3-4 bulan Bayi akan otomatis
menggenggam jari ketika Anda menyodorkan jari telunjuk kepadanya.
c. Refleks leher (tonic neck reflex)
Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan
tungkai sisi ketika bayi Anda menoleh ke salah satu sisi.
d. Refleks mencari (rooting reflex)
Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh
bagian pinggir mulutnya.
e. Refleks moro (moro reflex)
Releks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi baru lahir
yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan.
f. Babinski Reflex .
33
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari mencengkram
ketika bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan
normal. Hilang di usia 4 bulan
g. Swallowing Reflex
Swallowing Reflex adalah refleks gerakan menelan benda-benda
yangdidekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukkan makanan
ada secara permainan tapi berubah sesuai pengalaman
h. Refleks tonic neck
Disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan
dan
akan
menghilang
pada
sekitar
usia
lima
bulan.(Purwoastuti,2016:hal117-125)
9. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Kunjungan neonatus (KN) menurut profil kesehatan Indonesia
2014;h.110) dilakukan sejak bayi usia satu hari sampai usia 28 hari yaitu:
a. KN 1 dilakukan pada umur 6-48 jam
Tindakan yang dilakukan antara lain jaga kehangatan bayi,
memberikn ASI eksklusif, penceghan infeksi, merawat tali pusat, berikan
imunisasi Hb 0
b. KN 2 dilakukan pada umur 3-7 hari
Tindakan yang dilakukan antara lain menjaga tali pusat dalam
keadaann kering dan bersih, memberikan ASI eksklusif, menjaga suhu
tubuh bayi, pemeriksaan tanda bahaya, konseling ASI eksklusif dan
pencegahan hipotermi
c. KN 3 dilakukan pada umur 8-28 hari
34
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Tindakan yang dilakukan yaitu sama dngn kunjungan pada mur 37 hari hanyaa ditambahkanpemberian iimuunisasi BCG
(Sondakh, 2013;154-155).
35
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
E. PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Definisi
Keluarga Berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur
jumlah dan jarak yang di inginkan.usaha yang dimaksud termasuk
kontrasepsin atau pencegahan kehamilan perencanaan keluarga.prinsif dasar
metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan
membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi
untuk berimplementasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.
(purwoastuti,2015;hal 182)
2. Jenis-Jenis Kontrasepsi
Jenis-jenis kontrasepsi dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kontrasepsi
alami, kontrasepsi mekanis, kontrasepsi hormonal, dan kontrasepsi mantap.
a. Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia
(non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma.jenis spermisida
terbagi menjadi :
1) Aerosol (busa)
2) Teblet vagina,suppositoria atau dissolvable film.
3) Krim.
b. Cervical cap
Merupakan
dimasukan
kontasepsi
kedalam
liang
wanita,terbuat
kemaluan
dan
dari
bahan
menutupi
latex,yang
leher
rahim
(serviks).efek sedotan menyebabkan cap tetap nempel di leher rahim.
88
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Cervical cap berfungsi sebagai barier (penghalang) agar sperma tidak
masuk
kedalam
rahim
sehingga
tidak
terjadi
kehamilan.setelah
berhubungan suami istri cap tidak boleh dibuka minimal selama 8 jam.agar
efektif,cap biasanya dicampur pemakaiannya dengan jeli spermisidal
(pembunuh sperma).
c. Suntik
Suntik
kontrasepsi
diberikan
setiap
3
bulan
sekali.suntikan
kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang menyerupai hormon
progesteron yang di produksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap
awal
siklus
menstruasi.hormon
tersebut
mencegah
wanita
untuk
melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi.banyak klinik
kesehatan yang menyarankan penggunaan kondom pada minggu pertama
saat suntik kontrasepsi.sekitar 3 dari 100 orang yang menggunakan
kontrasepsi suntik dapat mengalami kehamilan pada tahun pertama
pemakaian.
d. Kontrasepsi darurat IUD
Alat kontrasepsi intrauterine device (IUD) dinilai efektif 100% untuk
kontrasepsi darurat.hal itu tergambar dalam sebuah studi yang melibatkan
sekitar 2000 wanita china yang menggunakan alat ini 5 hari setelah
melakukan hubungan intim tanpa pelindung.alat yang disebut copper
T380A,atau copper T bahkan efektif dalam mencegah kehamilan dalam
setahun setelah alat ini ditanamkan dalam rahim.
e. Implant
89
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang
berbentuk batang dengan panjang sekitar 4cm yang di dalamnya terdapat
hormon progestogen,implan ini kemudian dimasukan kedalam kulit
dibagian lengan atas,hormon tersebut kemudian akan dilepas secara
perlahan dan implan ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama
tigatahun.
f. metode amenorea laktasi (MAL)
Loctational amenorrhea method (LAM) adalah metode kontrasepsi
sementara yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif,artinya
hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan MAL dapat dikatakan
sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural family
planing,apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
g. Pil kontrasepsi
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen
dan progesteron) ataupun hanya berisi progesteron saja.pil kontrasepsi
bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya
penebalan dinding rahim.
h. Kontrasepsi sterilisasi
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metode Operasi
Wanita) atau tubektomi,yaitu tindakan peningkatan dan pemotongan
saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma.
i. Kondom
90
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik.kondom
mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara
menghentikan sperma untuk masuk kedalam vagina,kondom pria dapat
terbuat dari bahan latex (karet),polyurethane (plastik),sedangkan kondom
wanita terbuat dari polyurethanepasangan yang mempunyai alergi terhadap
latex dapat menggunakan kondom yang terbuat dari polyurethane. Dan
efektifitas kondom pria antara 85/98% sedangkan efektifitas kondom wanita
antara 79/95%. Harap diperhatikan bahwa kondom pria dan wanita
sebaiknya jangan digunakan secara bersamaan.(purwoastuti,2014;202205).
3. Keuntungan dan kerugia alat lontrasepsi.
Setiap alat kontrasepsi pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing,berikut kelebihan dan kekurangan dari metode kontrasepsi
yang telah di sebutkan di atas :
a. Spermisida:
keuntungan
1) efektif seketika (busa dan krim)
2) Tidak mengganggu produksi ASI
3) Sebagai pendukung metode lain
4) tidak mengganggu kesehatan klien.
5) tidak mempunyai pengaruh sistematik
6) mudah digunakan.
7) meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
91
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
8) Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik
Kerugian
1) Iritasi vagina atau iritasi penis dan tidak nyaman.
2) gangguan rasa panas di vagina
3) tablet busa vagina tidak larut dengan baik.
b. cervical cap
keuntungan
1) bisa dipakai jauh sebelum berhubungan
2) mudah dibawa dan nyaman
3) tidak mempengaruhi siklus haid.
4) Tidak mempengaruhi kesuburan
kerugian
1) tidak melindungi dari HIV/AIDS
2) butuh fitting sebelumnya
3) ada wanita ada wanita yang gk bisa muat (fitted)
4) kadang pemakaian dan membukanya agak sulit.
5) Bisa copot saat berhubungan
6) kemungkinan reaksi alergi.
c. suntik kontrasepsi
keuntungan
1) dapat digunakan oleh ibu yang menyusui
2) tidak perlu dikonsumsi setiap hari
3) atau dipakai sebelum melakukan hubungan seksual
92
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
4) darah menstruasi menjadi lebih sedikit.
Kerugian
1) dapat mempengaruhi siklus menstruasi
2) kekurangan suntik kontrasepsi/kb suntik dapat menyebabkan kenaikan
berat badan pada beberapa wanita.
3) tidak melindungi terhadap penyakin menular seksual.
4) Harus
mengunjungi
dokter/klinik
setiap
3
bulan
sekali
untuk
mendapatkan suntikan berikutnya.
5) Penapisan Calon Akseptor KB
Tabel 2.4 Penapisan metode Kontrasepsi Hormonal
Metode Hormonal ( Pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan
susuk )
Apakah hari haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu
pascapersalinan
Apakah mengalami perdarahan / perdarahan bercak antara haid
setelah senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata.
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual.
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau
tungkai bengkak ( edema )
Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg( sistolik ) atau 90
mmHg ( diastolic )
Apakah ada massa atau benjolan pada payudara
Apakah anda sering minum obat-obatan anti kejang ( epilepsy )
AKDR ( semua jenis pelepas tembaga atau progestin )
Apakah hari pertama haid terahir 7 hari yang lalu.
Apakah klien ( atau pasangan ) mempunyai pasangan seks lain.
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual ( IMS )
Apakah pernah mengalami radang panggul atau kehamilan
ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak ( lebih 1-2 pembalut tiap
4 jam )
Apakah pernah mengalami haid lama ( lebih dari 8 hari )
Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan
analgetika dan / atau istirahat baring.
Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara
haid atau setelah senggama.
YA
TIDAK
93
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung vascular atau
congenital
Sumber : Handayani, 2010. H 37
Tabel 2.5 Penapisan KB Tubektomi
Keadaan Klien
Keadaan
Umum
(
anamnesis
dan
pemeriksaan fisik )
Dapat dilakukan pada
fasilitas rawat jalan
Keadaan umum baik,
tidak ada tanda – tanda
penyakit jantung, paru,
atau ginjal.
Dilakukan di fasilitas rujukan
Diabetes tidak terkontrol,
riwayat
gangguan
pembekuan darah, ada tanda
– tanda penyakit jantung,
paru, atau ginjal.
Keadaan emosional
Tenang
Cemas, takut
Tekanan darah
< 160/100 mmHg
>160/100 mmHg
Berat Badan
35-85 kg
>85 kg ; < 35 kg
Riwayat
operasi Bekas seksio sesarea ( Operasi abdomen lainnya,
abdomen/ panggul
tanpa perlekatan )
perlekatan atau terdapat
kelahiran pada pemeriksaan
panggul
Riwayat radang panggul, Pemeriksaan
dalam Pemeriksaan dalam
ada
hamil ektopik,
normal
kelainan
Anemia
Hb > 8 g%
Hb < 8 g%
Tabel 2.6 Penapisan Metode KB Vasektomi
Sumber : Handayani, 2010. Hal. 38
Keadaan Klien
Keadaan
umum
anamnesis
pemeriksaan fisik )
(
Dapat dilakukan pada
pasien rawat jalan
Keadaan umum baik,
tidak ada tanda – tanda
penyakit jantung, paru,
atau ginjal.
Keadaan emosional
Tenang
Tekanan darah
< 160/100mmHg
Infeksi atau kelainan Normal
skrotum/ inguinal
Anemia
Hb >8 g%
Sumber : Handayani, 2010. H. 39
Dilakukan pada
fasilitas rujukan
Diabetes
tidak
terkontrol,
riwayat
gangguan pembekuan
darah, tand – tanda
penyakit jantung, paru
atau ginjal.
Cemas, takut
>160/100 mmHg
Tanda – tanda infeksi
atau ada kelainan
Hb<8 g%
Sarwono, 2011:Hal 440).
Tabel 2.7. Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Nonoperatif
Metode Hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan susuk)
Ya
Tidak
94
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan1,2
Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid
setelah senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai
bengkak (edema)
Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90
mmHg (diastolik)
Apakah adamassa atau benjolan pada payudara
Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kenjang (epilepsi)3
AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan
ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (1-2 pembalut tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)
Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan
analgetika dan/atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan/perdaraha bercak antara haid
atau setelah senggama
95
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau
kongenital
1.
Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan maka pil kombinasi
adalah metode pilihan terakhir
2.
Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan (DMPA atau NET-EN), atau susuk
3.
Tidak cocok untuk semua suntikan progestin (DMPA atau NET-EN)
Jika semua keadaan diatas adalah “Tidak” (negatif) dan tidak dicurigai adanya
kehamilan, maka dapat diteruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon
banyak yang “ya” (positif), berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir
dibuat. (BKKBN, 2010)
Tabel 3.1. Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Operasi (Tubektomi)
Keadaan Klien
Dapat dilakukan pada fasilitas
rawat jalan
Dilakukan di fasilitas rujukan
Keadaan umum (anamnesis
Keadaan umum baik, tidak ada
Diabetes tidak terkontrol,
dan pemeriksaan fisik)
tanda-tanda penyakit jantung,
riwayat gangguan
paru, atau ginjal
pembekuan darah, ada
tanda-tanda penyakit
jantung, paru atau ginjal
Keadaan emosional
Tenang
Cemas, takut
Tekanan darah
< 160/100 mmHg
≥ 160/100 mmHg
Berat badan
35-85 kg
>85 kg; <35 kg
Riwayat operasi abdomen /
Bekas seksio sesarea (tanpa
Operasi abdomen lainnya,
panggul
perlekatan)
perlekatan atau terdapat
96
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
kelainan pada pemeriksaan
panggul
Pemeriksaan dalam normal
Riwayat radang panggul,
kelainan
hamil ektopik, apendisitis
Hb < 8 g%
Hb ≥ 8 g%
Anemia
Pemeriksaan dalam ada
Sumber : BKKBN (2010)
Tabel 3.2 : Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Operasi (Vasektomi)
Keadaan Klien
Dapat dilakukan pada fasilitas
Dilakukan pada fasilitas
rawat jalan
rujukan
Keadaan umum (anamnesis
Keadaan umum baik, tidak ada
Diabetes tidak terkontrol,
dan pemeriksaan fisik)
tanda-tanda penyakit jantung,
riwayat gangguan pembekuan
paru, atau ginjal
darah, tanda-tanda penyakit
jantung, paru, atau ginjal
Keadaan emosi
Tenang
Cemas, takut
Tekanan darah
< 160/100 mmHg
≥ 160/100 mmHg
Infeksi atau kelainan
Normal
Tanda-tanda infeki atau ada
kelainan
skrotum/inguinal
Hb ≥ 8 g%
Anemia
Hb < 8 g%
Sumber : BKKBN (2010)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR )
a. Jenis Kontrasepsi Dalam Rahim
1. AKDR CuT-3802
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksible, berbentuk huruf
T di selubungi oleh kawat yang terbuat dari tembaga (Cu).
97
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T
(schering).
b. Cara kerja kontrasepsi AKDR
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tubaplopi.
2. Mempengaruhi fertilisasi ovum mencapai kavum uteri.
3. AKDR bekerja mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur
dalamuterus.
c. Keuntungan kontrasepsi dalam rahim.
1. Sebagai kontrasepsi efektifitas tinggi
2. Efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (10 Tahun)
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
5. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak
membuat ke khawatiran terjadi hamil.
6. Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopi.
(Bkkbn,2014;MK-18)
d. Yang dapat menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim
1. Usia reproduksi
98
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2. Keadaan multipara
3. Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
4. Aman untuk ibu menyusui
5. Setelah mengalami abortus dan tidak adanya
tanda infeksi
6. Rendah resiko IMS
7. Tidak menghendaki metode hormonal.
8. Tidak perlu mengingat minum pil
9. Tidak menghendaki hamil setelah 1-5 hari
senggama (lihat kontrasepsi darurat
(BKKBN,2014;MK-82)
F.
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
1. Manajemen varney
e. Pengertian manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang
dignakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara sistematis mulai dari pengumpulan data,analisa data,diagnosa
kebidanan,perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi. (Susanti,2015; h.98).
f. Tujuh Langkah dalam Manajemen kebidanan menurut Varney
1) Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
kegiatan
yang
dilakukan
adalah
pengkajian
dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien
secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain:
99
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
a) Keluhan klien
b) Riwayat kesehatan klien
c) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
d) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
e) Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien (Mangkuji, 2013; hal.5).
2) Langkah II Interpretasi data dasar
kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data
dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau
masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam ruang
lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar
diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien
ditemukan dari hasil pengajian.
3) Langkah III : Identifikasi diagnosis /masalah potensial
Mengidentifkasi
berdasarkan
masalah
rangkaian
atau
diagnosis
diagnosis
dan
masalah
potensial
yang
lain
sudah
teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan
antisipasi agar diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan
harus bersiap-siap apabila diagnosis/masalah tersebut benar-benar
terjadi. Contoh diagnosis/masalah potensial:
a) Potensial perdarahan post-partum, apabila diperoleh data ibu hamil
kembar, polihidramnion, hamil besar akibat menderita diabetes.
100
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
b) Kemungkinan Distosia Bahu, apabila data yang ditemukan adalah
kehamilan besar.
4) Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera
Bidan melakukan identifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota
timkesehatan
lain
sesuai
dengan
kondisi
klien.
Ada
kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus
segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa
menunggu beberapa waktu lagi. Contohnya pada kasus-kasus
kegawatdaruratan kebidanan, seperti perdarahan yang memerlukan
tindakan KBI dan KBE (Mangkuji, 2013; hal.6)
5) Langkah V : Perencanaan asuhan yang menyeluruh.
Merencanakan
asuhan
yang
menyeluruh
yang
ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga
dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya apakah dibutuhkan
konseling dan apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan yang
direncanakan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan
pasien.
6) Langkah VI : Pelaksanaan
101
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan
yang sudah dibuat pada langkah ke-5 secara aman dan efisien. Kegiatan
ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika
bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaanya. Dalam situasi ini, bidan harus
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian,
bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana asuhan
yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.
7) Langkah VII : Evaluasi
a) Bidan melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,
yang mencakup pemenuhan kebutuhan untuk menilai apakah sudah
benar-benar terlaksana/terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang
telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
b) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk
mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif.
2. Pendokumentasian Dalam praktik kebidanan dengan menggunakan Metode
SOAP
Pendokumentasi dengan metode SOAP. Prinsip dari metode soap
merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan
(Muslihatun ,2009; h.123)
a. Subyektif
Data
subyektif
merupakan
pendokumentasian
menegemen
kebidanan menurut Helen Vaney langkah pertama (pengkajian data),
102
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
terutama data yang diperoleh melalui anamnesis.Data subyektif ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pasien. Ekspresi pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung
atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data
subyektif ini akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
b. Obyektif
Data obyektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen varney pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lainnya. Catatan medik
dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data
obyektif ini.
c. Assessment
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari
data subyektif dan obyketif. Dalam pendokumentasian menejemen
kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saaat bisa mengalami
perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subyektif
maupun datab obyketif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat
dinamis.
d. Planning
Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini
dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis
dan interpretasi data.Rencana asuhan ini bertujuan untuk mngusahakan
103
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannya.Rencana asuhan ini harus bisa mencapai criteria tujuan
byang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan
dilakukan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus
sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara dokter lain.
3. StandarAsuhanKebidanan
Standar Asuhan Kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan dengan wewenang dan
ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari
pengkajian,
perumusan
diagnosa
kebidanan,perencanaan,implementasi,evaluasi,
dan
dan
masalah
pencatatan
asuhan
kebidanan.
STANDAR I : Pengkajian
A. PernyataanStandar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan,dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
B. KriteriaPengkajian :
1. Data tepat, akuratdanlengkap
2. Terdiri dari Data Subjektif (hasil anamesa :biodata, keluhan, utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya).
3. Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik,psikologis dan pemeriksaan
fisik,psikologis dan pemeriksaan penunjang (Kepmenkes,2007).
STANDAR II : PerumusanDiagnosadanatauMasalahKebidanan
104
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
A. Pernyataanstandar
Bidan
menganalisa
data
yang
diperoleh
pada
pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan atau logis untuk menegakan
diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.
B. Kriteria Perumusan diagnose dan Masalah
1. Diagnosa sesuai dengan nomeklatur kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisiklien
3. Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
STANDAR III : Perencanaan
A. Pernyataan Standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan
masalah yang ditegakkan.
B. KriteriaPerencanaan
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien tindakan segera tindakan antisipasi, dan asuhan secara
komprehensif.
2. Melibatkanklien /pasiendanataukeluarga.
3. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
105
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya
serta fasilitas yang ada (Kepmenkes,2007).
STANDAR IV
: Implementasi
A. Pernyataanstandar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/
pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
B. Kriteria
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosialspiritual-kultural
2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan
atau keluarganya (inform consent)
3. Melaksanakantindakanasuhanberdasarkanevidence based
4. Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan
5. Menjaga privacy klien/ pasien
6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
8. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai.
9. Melakukan tindakan sesuai standar.
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
(Kepmenkes, 2007)
STANDAR V : Evaluasi
106
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
A. Pernyataanstandar
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien.
B. KriteriaEvaluasi
1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien.
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan
/keluarga.
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
4. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien
(Kepmenkes, 2007).
STANDAR VI : PencatatanAsuhanKebidanan
A. PernyataanStandar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhankebidanan.
B. KriteriaPencatatanAsuhanKebidanan
1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekammedis/KMS/Status pasien/ buku KIA).
2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3. Sadalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
4. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
107
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
5. Aadalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
6. Padalah
penatalaksanaan,
mencatat
seluruh
perencanaan
dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif ;penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up danrujukan (Kepmenkes,2007).
C. Aspek Hukum
Standar
profesi
bidan
diatur
dalam
KepMenKes
RI
nomor
369/MENKES/III/2007 yang berisi tentang stadar profesi ini terdiri dari
standar Kompetensi bidan di Indonesia, Standar pendidikan, Standar
pelayanan kebidanan dan kode etik profesi. Standar profesi ini wajib
dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap bidan dalam mengamalkan amanat
profesi kebidanan.
1. Kewenangan Bidan
Berdasarkan PemenKes RI nomor 146/MENKES/PER/XI/2010
tentang penyelenggaraan praktik bidan pada pasal 9 dijelaskan bahwa
bidan dalam menjalankan praktiknya, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan
anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
Sedangkan
pasal
10
menjelaskan
bahwa
dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu meliputi konseling pada masa pra
kehamilan, kehamilan normal, Persalinan normal , ibu nifas normal, ibu
menyusui dan konseling pada masa antara dua kehamilan. Dalam pasal
11 dijelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan anak,
108
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
bidan berwenang untuk memberikan asuhan bayi baru lahir normal, dan
dalam memberikan penyuluhan dan koseling tentang kesehatan
reproduksi perempuan dan KB tercantum pada pasal 12.
2. Wewenang
bidan
Berdasarkan
PemenKes
RI
nomor
146/MENKES/PER/XI/2010 tentang penyelenggaraan praktik bidan
menyebutkan bahwa dalam pasal 14 bidan yang menjalankan praktik di
daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
(KepMenKes RI,2010;hal.5-7).
G. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Menurut Kepmenkes No. 369/Menteri/SK/III/2007 : kebidanan adalah suatu
bidang ilmu yang mempelajari kelimuan dan seni yang mempersiapkan
kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan
pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, BBL dan balita, fungsifungsi
reproduksi
manusia
serta
memberikan
bantuan/dukungan
pada
perempuan, keluarga, dan komunitasnya (Pudiastuti, 2011 h.1)
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidanan (Wahyuningsih,2007 h.34).
1. Standar Pelayanan Kebidanan, 2010
2. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang
standar profesi bidan
3. UU Kesehatan No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
4. PP No 32 Tahun 1996 Tenaga Tenaga Kesehatan
109
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
5. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Organisasi
dan tata kerja Depkes
6. UU No 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
7. UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan
8. UU Tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi
9. KUHAP dan KUHP tahun 1981
10. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
nomor
:
585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik
11. UU yang terkait denga hak reproduksi dan keluarga berencana
a. UU
No.10/1992
Tentang
Pengembangan
Kependudukan
Dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera
b. UU No.23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan
didalam Rumah Tangga
Standar pelayanan kebidanan menurut ikatan bidan Indonesia tahun
2008
1. Standar I : Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan manajemen kebidanan dengan
langkah : pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
2. Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang kasus kesehatan klien dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan.Data ya g diperoleh dicatat dan dianalisis.
3. Standar III : Diagnosa kebidanan
110
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah
dikumpulkan.
4. Standar IV : Rencana asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.
5. Standar V : Tindakan
Tindakan
kebidanan
dilaksanakan
berdasarkan
rencana
dan
perkembangan keadaan klien : tindakan kebidanan dilanjutkan dengan
evaluasi keadaan klien.
6. Standar VI : Partisipasi klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan
keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
7. Standar VII : Pengawasan
Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus
dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
8. Standar VIII : Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan
tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah
dirumuskan.
9. Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasi sesuai dengan dokumentasi asuhan
kebidanan yang diberikan.
111
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN,
BAYI BARU LAHIR, NIFAS, DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. V USIA
25 TAHUN UMUR KEHAMILAN 41 MINGGU DENGAN KALA 1 MEMANJANG DI
PUSKESMAS I KEMBARAN
I.
PENGKAJIAN
Tanggal
: 24 januari 2017
Jam
: 09.00 WIB
Tempat
: Rumah Pasien
A. SUBYEKTIF
1. Identitas klien
112
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Download