antara (KB) mulai dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa masalah atau potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera, merencanakan asuhan kebidanan pelaksanaan dan evaluasi serta perkembangan dengan menggunakan SOAP. BAB IV PEMBAHASAN Terdiri dari pembahasan antara teori dan kasus pada masa kehamilan, bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan masa antara (KB) di Puskesmas 1 Kembaran BAB V PENUTUP a. Kesimpulan merupakan rangkuman hasil pembahasan pada pengelolaan kasus yang dapat menjawab permasalahan dan tujuan penyusunan KTI. b. Saranberupa masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan,bersifat operasional/ dapat dilaksanakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis 1. Kehamilan a. Definisi kehamilan 9 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Menurut Federasi Obstetric Ginekologi International,kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalendar internasional.Kehamilan dibagi dalam 3 trimester,dimana trimester kesatu berlangsung dalan 12 minggu,trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27),dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) ( prawihardjo,2010 hal 213). 1) Masa konsepsi Ialah,suatau peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur di dalam tuba palofi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum.Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. (Mandang,2014;h.1). Konsepsi dapat terjadi,jika beberapa kriteria berikut terpenuhi: a) Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat. b) Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi. c) Pria harus mengeluarkan sperma yang normal dan sehat selama ejakulasi. c. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan akhirnya membuahi ovum. 10 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Konsepsi memiliki kemungkinan paling berhasil,jika hubungan seksual berlangsung tepat sebelum ovulasi karena a) Sperma hanya dapat hidup selama 3-4 hari di dalam saluran genetalia wanita sehingga harus sudah berada di dalam tubafalopii saat ovulasi terjadi. b) Ovum hanya dapat hidup selama 12-24 jam sehingga seharusnya wanita dapat memprediksi ovulasi dengan memantau perubahan dalam tubuhnya dengan: (1) Waktu ovulasi,serviks memendek,melunak dan sedikit berdilatasi. (2) Lender serviks yang menjadi transparan,licin,dan banyak lendir tersebut juga dapat diregangkan. Setelah ovulasi,lendir kembali menjadi kental,lengket,dan jumblahnya menurun. (3) Mengobservasi suhu tubuh basalnya,yang meningkat sebesar 0,2 derajat celcius segera setelah ovulasi. Waktu yang optimal untuk mulainya kehamilan adalah dalam 24jam ovulasi.karena itu bila koitus (hubungan seksual) yang dilakukan dalam waktu selama 24 jam sebelum ovulasi,maka sperma pada tuba falopi akan siap menerima kedatangan ovum. (Matondang,2014;h 2-3). Faktor-Faktor yang mempengaruhi wanita pada masa konsepsi a) Faktor infertilitas pada wanita Untuk menjadi hamil,wanita perlu memiliki (1) Siklus ovulasi yang teratur (2) Ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang sudah dibuahi. 11 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 b) Faktor psikologis dihindari jangan terlalu banyak beban dalam kehidupannya sehingga berpotensi terjadinya masalah ovulasi atau hambatan atau abnormal dalam saluran reproduksi. 2) Masa Implantasi Adalah penempelan blastosis ke dinding Rahim,yaitu pada tempatnya tertanam.blastosis biasanya tertanam di dekat puncak rahim,pada bagian depan maupun dinding belakang.dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel,kecuali pada daerah tertentu terdiri dari 34 sel. a) sel-sel di bagian dalam dinding blastosis yang tebal akan berkembang menjadi embrio,sedangkan sel-sel dibagian luar tertanam pada dinding Rahim dan membentuk plasenta(ari-ari) b) plasenta menghasilkan hormone untuk membantu memelihara kehamilan dan memungkin perputaran oksigen,zat gizi serta limbah antara ibu dan janin. c) Implantasi mulai terjadi pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan selesai sampai hari ke 9-10. d) Dinding blastosis merupakan lapisan luar dari selaput yang membungkus embrio (korion) e) Lapisan dalam (amnion) mulai dibuat pada hari ke 10-12 dan membentuk kantung amnion. Kantung amnion berisi cairan jernih atau cairan amnion dan akan mengembang untuk membungkus embrio yang sedang tumbuh yang mengapung didalamnya. 12 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 f) Tonjolan kecil atau tumbuh,memanjang (villi) kedalam dari dinding plasenta yang Rahim,dan sedang membentuk percabangan seperti susunan pohon g) Susunan ini menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara ibu dan plasenta,sehingga zat gizi dari ibu lebih banyak yang sampai ke janin dan limbah lebih banyak di buang dari janin ke ibu. h) Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada minggu ke 18-20,tetapi plasenta akan terus tumbuh selama kehamilan dan pada saat persalinan beratnya sampai 500gram. (matondang,2014;h 3-4). 3) Masa perkembangan janin Lama embrio dalam kandungan (masa embrio) pada manusia kurang lebih 40 minggu,dengan urutan perkembangannya sebagai berikut: a) Janin umur 4 minggu: organ penting seperti jantung sudah terbentuk,mulai tampak tumbuh telingan dan mata. b) Janin umur 8 minggu:mirip bayi dengan ukuran kepala yang relative lebih besar,hidung,mata,telinga,tangan,dan kaki mulai nampak jelas bentuknya. c) Janin umur 10 minggu panjang 6 cm terlihat seperti bayi.Ukuran kepala lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran badannya.selain itu,perkembangan mata,telinga,jari tangan dan kaki sudah makin sempurna. d) Umur tujuh bulan perkembangan embrio telah sempurna. Bayi yg lahir pada bulan ke-7 disebut bayi premature. 13 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 e) Umur 32 minggu,panjang janin telah mencapai 40cm. f) Umur 40 minggu,janin siap dilahirkan (9bulan 10hari). 4) Masa perkembangan janin menjadi bayi. Perkembangan janin selama 9 bulan 10 hari sudah berjalan secara normal,pada beberapa waktu yang lalu masih berupa janin tetapi sekarang sudah berbentuk bayi yang sudah siap meninggalkan uterus untuk keluar dilahirkan kedunia yang luas dan penuh tantangan hidup termasuk beban untuk mencari makan dengan cara IMD proses permulaan kehidupan diluar uterus. 5) Diagnose kehamilan Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester,yaitu trimesterpertama (012 minggu),trimester kedua (13sampai 28 minggu), dan trimester ketiga (29-42 minggu). a) Trimester pertama Trimester penyesuaian pertama terhadap sering dianggap kenyataan sebagai bahwa ia periode sedang mengandung.sebagian wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil.Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri,validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita merasa dengan cermat setiap perubahan tubuh yang merupakan bukti adanya kehamilan. b) Trimester kedua Trimester kedua sering dikenal dengan periode kesehatan yang baik,yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami selama 14 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 hamil,trimester dua juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan paling banyak mengalami kemunduran. c) Trimester ketiga Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada peride ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. b. Tanda dugaan kehamilan 1) Amenora (terlambat datang bulan) 2) Mual muntah (emesis) 3) Ngidam 4) Sinkope atau pingsan 5) Payudara tegang 6) Sering miksi 7) Konstipasi atau obstipasi 8) Pigmentasi kulit 9) Varises. c. Tanda tidak pasti kehamilan 1) Rahim membesar sesuai umur kehamilan 2) Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda hegar,tanda chadwick,tanda piskacek,kontraksi Braxton hicks,dan teraba ballottement. 3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.tetapi sebagian kemungkinan positif palsu. d. Tanda pasti kehamilan 1) Gerakan janin dalam Rahim 15 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian kecil janin. 3) Denyut jantung janin.di dengar dengan stetoskop leanec,alat kardiotokografi,alat Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi.pemeriksaan dengan alat canggih,yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin,ultrasonografi (manuaba,2010;h 107). e. Perubahan fisiologis dan anatomis pada kehamilan 1) Pembesaran uterus terjadi karena ada kombinasi antara hipertrofi (peningkatan ukuran sel) dan pengaruh mekanis tekanan interior terhadap dinding uterus seiring perkembangan janin di dalam kandungan. 2) Perubahan kardiovaskular/hemodinamik yaitu perubahan yang memudahkan system kardivaskuler pada ibu memenuhi kebutuhan janin sambal mempertahankan Perubahan ini disebabkan status kardivaskularnya oleh peningkatan sendiri. kadar estrogen,progesterone,dan prostaglandin,dan perubahan ini akan kembali normal setelah kehamilan berakhir. 3) Perubahan pada ginjal Sistem ginjal selama kehamilan bukan hanya mengelola zat-zat sisa dan kelebihan yang dihasilkan akibat peningkatan volume darah dan curah jantung juga produksi sisa metabolisme,tetapi juga organ utama yang mengekskresi produk sisa dari janin.selain itu,ginjal sangat penting sebagai media yang meretensi natrium dan mempertahankan keseinbangan cairan selama kehamilan serta mempertahankan tekanan darah arteri melalui sistem reninangiotensin. 4) Perubahan pada paru-paru 16 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Faktor yang mempengaruhi pulmonal meliputi pengaruh hormonal dan perubahan mekanis.perubahan mekanis meliputi elevasi posisi istirahat difragma kurang lebih 4cm disebabkan oleh tekanan akibat pembesaran uterus. 5) Pembesaran vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulvabiasanya dijumpai pada triwulan terakhir. 6) Payudara membesar tegang dan sedikit nyeri disebabkan pengaruh hormone estrogen dan progesterone yang merangsang ductus dan alveoli payudara, kelenjar montgomeri terlihat lebih membesar. 7) Perubahan perasaan. 8) Berat badan bertambah. 9) Komplikasi atau Tanda Bahaya pada kehamilan a) Pengertian Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal jika tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Nugroho, 2014;h. 140). b) Macam-Macam Tanda Bahaya Kehamilan Ada 6 tanda bahaya kehamilan selama periode antenatal menurut Pusdinakes yaitu (1) Perdarahan pervaginam (2) Sakit kepala yang hebat (3) Masalah penglihatan (4) Bengkak pada muka atau tangan (5) Nyeri abdomen yang hebat 17 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (6) Bayi kirang bergerak seprti biasa (Walyani, 2015;h. 154). c) Macam-macam tanda bahaya yang perlu segera dirujuk untuk mendapatkan pertolongan: (1) Keluar darah dari jalan lahir Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada masa awal kehamilan ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu pertama haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi dan ini normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan perdarahan ringan mungkin2 pertanda dari servik yang rapuh atau erosi. Perdarahan semacam ini mungkin normal atau suatu tanda infeksi. Perdarahan yang tidak normal adalah merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri. Perdarahan ini bisa berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik, pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, dan kadang-kadang tetapi tidak selalu dan disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta pervia atau abrupsio plasenta (Nugroho, 2014;h. 141). (2) Keluar cairan pervaginam Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester 3. Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila berupa perdarahan banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis. Penyebab terbesar persalinan prematur adalah ketuban pecah sebelum waktunya. Insidensi ketuban pecah dini 18 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 10% mendekati dari semua persalinan dan 4% pada kehamilan kurang dari 34 minggu (Walyani, 2015;h. 157). (3) Kejang Pada umumnya kejang didahului oleh semakin memburuknya keadaan dan terjadinya gejala-gejala sakit kepala, mual, muntah, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia kehamilan dapat merupakan gejala dan eklampsia (Nugroho, 2014;h. 142). (4) Gerakan janin tidak terasa Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia kehamilan 16-18 minggu pada multigravida dan 18-20 minggu pada primigravida. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 3 jam atau 10 gerakan dalam 12 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Tanda dan gejala pegerakan bayi tidak terasa yaitu gerakan bayi kurang dari 3 kali danam periode waktu 3 jam (Walyani, 2015;h. 158). (5) Demam Tinggi Ibu menderita demam denga suhu tubuh lebih dari 380C dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Penanganan demam antara lain dengan istirahat berbaring, minum banyak 19 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 dan mengompres untuk menurunkan suhu. Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikoorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala-gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (Nugroho, 2014;h. 142). (6) Nyeri perut yang hebat Nyeri persalinan abdomen adalah yang tidak tidak normal. berhubungan Nyeri dengan abdomen yang mengidentifikasikan mengancam jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat, kadang-kadang dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir (Walyani, 2015;h. 159). (7) Sakit kepala yang hebat Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala pre eklampsia (Nugroho, 2014;h. 143). (8) Muntah terus menerus dan tidak nafsu makan pada kehamilan muda 20 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan muntah yang sampai mengganggu aktifitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi lebih buruk dan dinamakan Hiperemesis Gravidarum (Nugroho, 2014;h. 143). (9) Selaput kelopak mata pucat Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III, kurang dari 10,5gr% pada trimester II. Nilai tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi hemodilusi, terutama pada trimester II. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya saling berinteraksi (Nugroho,2014;h. 144). f. Menentukan Usia Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (Menurut Leopold) 1) 12 minggu 1-2 jari atas symphysis. 2) 16 minggu pertengahan antara Symphysis – pusat. 3) 20 minggu fundus uteri 3 jari bawah pusat. 4) 24 minggu setinggi pusat. 5) 28 minggu 3 jari atas pusat. 6) 32 minggu pertengahan Px-pusat. 7) 36 minggu 3 jari dibawah Px. 21 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 8) 40 minggu pertengahan Px dan pusat. g. Pelayanan/asuhan standar minimal “14 T” 1) Ukur tinggi badan/berat badan 2) Ukur tekanan darah 3) Ukur tinggi fundus uteri 4) Pemberian imunisasi TT 5) Pemberian tablet zat besi 6) Test terhadap penyakit menular seksual/VDRL 7) Temu wicara/konseling 8) Test/pemeriksaan Hb 9) Test/pemeriksaan protein urin 10) Test reduksi urin 11) Perawatan payudara 12) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil) 13) Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemic gondok) 14) Terapi obat malaria h. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan 1) Faktor Fisik a) Status kesehatan b) Status gizi c) Gaya hidup d) Perokok/alkoholik e) Hamil diluar nikah/kehamilan yang tidak diinginkan. 22 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 2) Faktor Psikologis a) Stresor internal Meliputi faktor-faktor pemicu stres ibu hamil yang berasal dari ibu sendiri. b) Stresor eksternal Pemicu stres dari luar, seperti masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran dengan suami, dan masih banyak kasus yang lain. c) Dukungan keluarga d) Kekerasan yang dilakukan oleh pasangan (partner abuse). 3) Faktor lingkungan, sosial, dan budaya. a) Kebersihan, adat istiadat b) Fasilitas kesehatan c) Ekonomi d) Kekerasan dalam kehamilan e) Tingkat pendidikan f) Pekerjaan ( Sulistyawati,2009). i. Standar pelayanan kesehatan pada ibu hamil Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut : 1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; 23 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 2) Pengukuran tekanan darah; 3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA); 4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri); 5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi; 6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan 7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ); 8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana); 9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya); dan 10) Tatalaksana kasus (Kemenkes RI,2015;h.105-106). j. Kunjungan antenatal setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal yang terdiri dari : 1) Minimal satu kali kunjungan pertama (K1) selama trimester satu (< 14 minggu) Tujuannya : a) Penapisan dan pengobatan anemia b) Perencanaan persalinan c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanya 24 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 d) Minimal satu kali kunjungan selama trimester kedua (K2) antara mnggu 14-28. Tujuannya : a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya b) Penapisan preekamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dansaluran kemih c) Mengulang perencanaan persalinan 2) Minimal dua kali kunjungan selama trimester ketiga (K3 dan K4) antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36 sampai lahir. Tujuannya: a) Sama seperti kunjungan II dan III b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentsi c) Menetapkan rencana persalinan d) Mengenali tanda persalinan Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah terlambat haid dan peeriksaan khusus dilakukan jika terdapatkeluhan-keluhan tertentu(Depkes, 2009). B. Persalinan 1. Definisi persalinan Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau postmatur),mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi),selesai setelah 4jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya,mempunyai kepala,terlaksana janin tanpa tunggal bantuan dengan presentase artificial,tidak puncak mencakup 25 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 komplikasi,plasenta lahir normal. Menurut mochtrar (1998) persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri),yang dapat hidup ke dunia luar,dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.persalinan normal disebut juga partus spontan,adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga sendiri,tanpa bantuan alatalat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24jam.persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berekontrasi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta (walyani,2016;3-4). 2. Penyebab persalinan Sebab mulainya persalinan belum diketahui secara pasti.Banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan Beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab persalina adalah: a. Penurunan kadar progesteron Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerenggangan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his. b. Teori oxytocin Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim c. Ketegangan otot-otot 26 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya terenggang oleh karena isinya d. Pengaruh janin Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan, oleh karena itu pada anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa e. Teori prostaglandin Progestaglandin yang dihasilkan oleh desidu, disangka menjadi salah satu penyebab permulaan persalinan. Hal ini juga di dorong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinngi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan. 3. Fase-Fase Dalam Persalinan a. Fase-Fase Dalam Kala I Persalinan (Kala Pembukaan) Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10cm).dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase 1) Fase Laten Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap,pembukaan kurang dari 4cm biasanya berlangsung kurang dari 8jam 2) Fase Aktif Prekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi adekuat /3kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik). 27 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Fase laten pada kala satu persalinan dimulai pada saat awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik cara bertahap, berlangsung selama 8 jam pembukaan ini sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm/ kurang dari 4 cm. b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Pada kala II, his terkodinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 23 cm menit sekali.Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.Karena pada rectum ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus membuka. Pada waktu his,kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti oles seluruh tubuh janin. Kala II adalah dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm sampai bayi lahir proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multi para. c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta) Kala III adalah dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir,kontraksirahim istirahat sebentar dan mulai terjadi pelepasan plasenta karena sifat retraksi otot rahim.Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah: 1) Uterus menjadi membundar 28 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 2) Uterus terdorong keras karena plasenta dilepas kesegment bawah rahim 3) Tali pusar memanjang 4) Terjadi perdarahan Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara dorso kranial pada fundus uteri.Disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. d. Kala IV (Kala 2 jam Post Partum) Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selang kurang lebih dari dua jam.dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina,tapi tidak banyak,yang berasal dari pembuluh darah yang ada didinding rahim tempat terlepasnya plasenta,dan setelah beberapa hari tanda akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lochea yang berasal dari sisa sia jaringan,pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan bebrapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi oto-otot rahim. Oleh karena ityu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat,dapat dilakukan tindakan secepatnya. (walyani,2016;h 12-15) e. Faktor-faktor penting dalam persalinan 1) Power (HIS atau kontraksi otot rahim) a) Kontraksi otot dinding b) Ketegangan dalam kontraksi ligamentum rotundum 29 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 2) Passagger : janin dan plasenta 3) Passage :jalan lahir lunak dan tulang jalan lahir (walyani,2016.h.17-21) 4) Psikis ibu Dapat berupa cemas, khawatir, tidak percaya diri bahwa persalinan dapat berlangsung lancar 5) Penolong Dapat berupa keterampilan penolong dalam melakukan asuhan kebidanan maupun mengambil keputusan. f. Rencana Asuhan Kala I, II, III, IV 1) Asuhan kala I Menurut (Sondakh, 2013;h.114) ada beberapa rencana tindakan dalam asuhan kala I dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini : a) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi b) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan, dan obat-obatan yang diperlukan c) Persiapan rujukan d) Memberikan asuhan sayang ibu e) Pengurangan rasa sakit Menurut varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a) Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami, orangtua). 2 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 b) Pengaturan posisi: duduk atau setengah duduk, merangkak, berjongkok, berdiri, atau berbaring miring kekiri. c) Relaksasi pernafasan d) Istirahat dan privasi e) Penjelasan mengenai proses/kemajuan persalinan/prosedur yang akan dilakukan f) Asuhan diri g) Sentuhan 2) Asuhan kala II a) Pemantauan ibu Tanda-tanda dan gejala kala II adalah sebagai berikut: (1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi (2) Ibu merasakan makin menningkatnya tekanan pada rectum dan atau vagina. (3) Perineum terlihat menonjol (4) Vulvva vagina dan sfingter ani terlihat membuka (5) Peningkatan pengeluaran lendir darah. Tindakan yang dilakukan untuk mengevaluasi kesejahteraan ibu adalah sebagai berikut: (1) Tanda-tanda vital:tekanan darah(setiap 30 menit), suhu,nadi (setiap 30 menit),pernafasan (2) Kandung kemih (3) Urin: protein dan keton 3 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (4) Hidrasi: cairan, mual, muntah. (5) Kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku, dan respons terhadap persalinan, serta nyeri dan kemampuan koping. (6) Upaya ibu meneran. (7) Kontraksi setiap 30 menit. b) Kemajuan persalinan Jika terjadi penurunan janin selama kala I fase aktif dan memasuki fase pengeluaran, maka dapat dikatakan kemajuan persalinan cukup baik. Menurut friedmann, durasi waktu untuk kala II rata-rata adalah 1 jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multipara. Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam bagi primigravida atau 1 jam bagi multipara. Dianggap sudah abnormal, tetapi saat ini hal tersebut tidak mengindikasikan perlunya melahirkan bayi dengan forcep atau vakum ekstraksi. c) Pemantauan janin Beberapa hal dari janin yang harus selalu dperhatikan adalah: (1) Denyut jantung janin DJJ (a) Denyut normal 120-160 kali/menit (b) Perubaahan DJJ, pantau setiap 15 menit. (c) Variasi DJJ dari DJJ dasar (d) Pemeriksaan auskultasi DJJ setiap 30 menit. (2) Adanya air ketuban dan karakteristiknya (jenih, keruh, kehijauan/tercampur mekonium) 4 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (3) Penyusupan kepala janin d) Asuhan Dukungan Beberapa asuhan dan dukungan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: (1) Pemberian rasa aman, dukungan, dan keyakinan kepala ibu bahwa ibu mampu bersalin. (2) Membantu pernafasan (3) Membantu teknik meneran (4) Ikut sertakan dan hormati keluarga yang menemani (5) Berikan tindakan yang menyenangkan (6) Penuohi kebutuhan hidrasi (7) Penerapan pencegahan infeksi (8) Pastikan kandung kemih kosong. 3) Asuhan kala III a) Perubahan fisiologis pada kala III (1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus Menurut (Sondakh, 2013;h.136) Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh, dan tinggi fundus biasanya terletak dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau berbentuk menyerupai 5 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 buah pir atau alpukat, dan fundus berada diatas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan). (2) Tali pusat memanjang Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda ahfeld) (3) Semburuan darah mendadak dan singkat Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah(retroplacental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya, maka darah akan tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. b) Manajemen aktif kala III Tujuan manajemen kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan kala III persalinan jika di bandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.( Sondakh, 2013;h. 136). Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama, yaitu: (1) Memberikan suntikan oksitosin dalam satu menit pertama setelah bayi lahir. (2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (3) Masase fundus uteri. (4) Penegangan tali pusat terkendali 6 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Prosedur penegangan tali pusat secara terkendali adalah: (a) Berdiri di samping ibu. (b) Memindah klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala II) pada tali pusat sekitar 5-20 cm dari vulva, memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi. (c) Meletakan tangan yang satunya pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas sympisis pubis. Tangan ini digunakan untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. 4) Asuhan kala IV Kala IV merupakan tahap pemulihan yaitu periode, yaitu periode yang kritis untuk ibu dan bayi baru lahir. Mereka bukan saja pulih dari proses fisik persalinan, tetapi juga memulai suatu hubungan baru. a) Penatalaksanaan Kala IV Beberapa tindakan penatalaksanaan pada kala IV antara lain: (1) Memonitor konsistensi uterus. Uterus harus berkontraksi secara efektif, teraba padat, dan keras. Memperhatikan adanya uterus berelaksasi, terutama pada ibu yang memiliki: (a) Riwayat atoni uterus pada kehamilan sebelumnya (b) Status ibu sebagai grandmultipara 7 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (c) Distensi berlebihan pada uterus, misalnya pada kehamilan kembar, polihidramnion, atau makrosomia. (d) Induksin atau augmentasi persalinan (e) Persalinan presipiatus (f) Persalinan memanjang. (2) Mengecek kelengkapan plasenta dan membran psds saat inspeksi. (3) Mengecek status kandung kemih (4) Meminta ketersediaan orang kedua untuk memantau konsistensi uterus dan aliran lokia, serta membantu masase uterus. (5) Menilai kemampuan pasangan ibu-bayi untuk memulai pemberian ASI (Sondakh, 2013;h. 145) b) Posisi Ibu Dalam Bersalin (Mochtar, 2012;h.76-77). (1) Posisi litotomi Adalah posisi yang paling umum, wanita berbaring terlentang dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat ke samping kanan dan kiri. (2) Posisi duduk Sekarang posisi bersalin duduk telah dikembangkan di negara-negara Amerika Latin. Untuk itu,dibuat meja bersalin khusus agar wanita dapat duduk sambil melahirkan. (3) Cara berbaring (a) Menurut Walcher ditepi tempat tidur 8 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (b) Menurut Tjeenk Willink memakai bantal (c) Menurut Jonges untuk memperlebar pintu bawah panggul (d) Menurut posisi sims posisi miring c) Faktor-faktor persalinan (Sondakh,2013;h.54-103). (1) Faktor passenger Adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses persalinan yang biasa disebut dengan faktor penumpang. Bagian yang termasuk dalam faktor ini adalah janin dan plasenta. (2) Faktor passage Atau disebut dengan jalan lahir diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu jalan lahir lunak (serviks, vagina, otot rahim) dan jalan lahir keras (os coxae,os sacrum, os coccygis). (3) Faktor power Merupakan tenaga yang dikelurkan untuk melahirkan janin, yaitu kontraksi uterus atau his dari tenaga mengejan ibu. Untuk menghasilkan suatu persalinan normal, maka tenaga yang dikeluarkan ibu juga harus normal. (4) Faktor psikologis Rasa takut dan cemas yang dialami ibu akan berpengaruh pada lamanya persalinan, his kurang baik, dan pembukaan yang kurang lancar. Menurut Pitchard, dkk., perasaaen takut dan cemas merupakan faktor utama yang 9 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan bepengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinannya lama. Apabila perasaan takut dan cemas yang dialami ibu berlebihan, maka akan berujung pada stres. (5) Faktor penolong Sebagian besar ibu hamil berbicara mengenai pentingnya bagi mereka untuk merasa mengendalikan proses persalinannya. Bagaimana juga, pada prosesnya terdapat bagian-bagian dimana ibu merasa lepas kendali, yaitu saat ibu mengalami kontraksi yang sangat kuat dan keras. Disitulah dukungan dari keluarga/ suami sangat penting karena akan mengurangi lamanya proses kelahiran. Kecenderungan pemakaian obat-obtan penghilang rasa nyeri akan berkurang, dan menurunkan kejadian kelahiran operatif per vagina, walaupun tanpa menghiraukan apakah penolong tersbut merupakan pilihan ibu tau bidan. d) 60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL Melihat tanda dan gejala kala dua (1) Mengamati tanda dan gejala persalinan (a) Ibu mempunyai keiginan untuk meneran. (b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meninggkat pada rectum dan atau vaginanya. (c) Perineum menonjol. (d) Vulva vagina dan spingter anal membuka. 10 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Menyiapkan pertolongan persalinan (2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set. (3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih. (4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai atau pribadi yang bersih. (5) Memakai satu sarung DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam. (6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakan kembali di partus set atau wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik). Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik (7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi.Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. 11 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi). (8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi. (9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan. (10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal(100-180 kali/menit). (a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. (b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dalam semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk Membantu Proses Meneran (11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya. 12 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta jani sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan- temuan. (b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran. (12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada HIS, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). (13) Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran : (a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran. (b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran. (c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak maminta ibu berbaring terlentang). (d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi. (e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu. (f) Menganjurkan asupan cairan per oral. 13 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (g) Menilai DJJ setiap 5 menit. (h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1jam)untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan meneran. (i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi. (j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera. Persiapan pertolongan kelahiran bayi (14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. (15) Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong bayi. (16) Membuka partus set. (17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. Menolong kelahiran bayi Lahirnya Kepala 14 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, biarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir. (19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih. (20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi: (a) Jika tali pusat melilit janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. (b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya. (21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. Lahirnya bahu (22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan 15 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. (23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. (24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki. Penanganan Bayi Baru Lahir (25) Menilai bayi selintas dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi. (26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin IM. 16 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem kesua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu). (28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di Antara dua klem tersebut. (29) Mengeringkan bayi, menganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang sesuai. (30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya. Oksitosin (31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua. (32) Memberitahu kepada ibu baha ia akan disuntik. (33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit. IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu. Penegangan Tali Pusat Terkendali 17 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (34) Memindahkan klem pada tali pusat. (35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. (36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. (a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu. Mengeluarkan Plasenta (37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. (a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva. 18 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit. (c) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M. (d) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu. (e) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (f) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya. (g) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi. (38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. (a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan servick ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal. Pemijatan Uterus 19 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras). Menilai Perdarahan (40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketubanl engkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus. (a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai. (41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. Melakukan prosedur pascapersalinan (42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. (43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 % membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksitingkat tinggi dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering. (44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat. 20 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang bersebrangan dengan simpul mati yang pertama. (46) Melepaskan klem bedah dan dan meletakkanya kedalam larutan klorin 0,5 %. (47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering. (48) Menganjurkan ibu untuk memualai pemberian ASI. (49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervagina. (a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan. (b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan. (c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan. (d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri. (e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia local dan menggunakan teknik yang sesuai. (50) Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus. (51) Mengevaluasi kehilangan darah. (52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan. 21 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan. (b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. Kebersihan dan Keamanan (53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. (54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai. (55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. (56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang di inginkan. (57) Mendekontaminasi daerah yang di gunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih. (58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. (59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. Dokumentasi 22 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 (60) Melengkapi patrograf (halaman depan dan belakang) (Sarwono 2010 hal:341-347). C. Nifas 1. Definisi Nifas Dalam bahasa latin waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerpurium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi, puerpurium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas atau puerpurium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu 6 sampai 8 minggu. Batasan waktu nifas yang paling 23 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 singkat tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alatalat reproduksi pulih setelah sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.(walyani,2015:hal.113) 2. Periode Nifas Pada periode nifas ini dibagi dalam 3 tahap antara lain : a. Immediate Puerperium Keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam setelah persalinan. b. Early puerperium Masa 24 jam setelah persalinan sampai hari ke-7 postpartum c. Late Puerperium Masa minggu pertama sampai minggu ke-6 postpartum.(walyani,2015:hal.113) 3. Perubahan Fisiologis pada masa nifas Perubahan fisiologisl pada masa nifas meliputi : a. Involusi uterus Involusi uterus adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan sebelum hamil. Tabel 2.1 Hari 1 setinggi pusat Involusi Tinggi Fundus Uteri 24 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Hari ke 2 1 jari bawah pusat Hari ke 3 2 jari di bawah pusat Hari ke 4 2 jari atas sympysys Hari ke 7 1 jari atas sympysys Hari ke 10 Setinggi sympysys b. Involusi tempat plasenta Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm. Dan pada akhir nifas 1-2 cm. c. Perubahan pembuluh darah rahim Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh- pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri harus mengecil kembali dalam masa nifas. d. Perubahan pada cervix dan vagina Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan.pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas canalis cervicallis. Pada cervix terbentuk sel-sel otot baru, karena hyperplasi ini dan karena retraksi dari cervix, robekan cervix menjadi sembuh. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 25 Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun menvapai ukuran-ukurannya yang normal.Pada minggu ke-3 postpartum rugae mulai nampak kembali. e. Dinding perut dan peritoneum Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. f. Saluran kencing Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urin residual.Sisa urin ini dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu. g. Lochea Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus dan luka jalan lahir dari vagina dalam masa nifas. Dalam keadaan normal lochea berbau amisberasal dari bekas melekatnya plasenta. Macam-macam lochea : 1) Lochea rubra (Cruenta) Terdiridariseldesidua, vernikscaseosa, rambut lanugodan meconium. Berwarna merah, keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-2 postpartum. 2) Lochea sanguinolenta Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum, berwarna kekuningkuningan berisi darah dan lender. 3) Lochea serosa Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14 berwarna kekuningan. 4) Lochea alba Keluar pada 2 minggu postpartum, berwarna putih. 5) Lochea purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau busuk. h. Laktasi (walyani,2015:hal.116) 4. Asuhan masa nifas a. Kunjungan I (6-8 jam post partum) 1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 2) Pemantauan keadaan umum ibu 3) Melakukan hubungan antara bayi dan ibu ( Bonding Attachment ) 4) ASI eksklusif b. Kunjungan II (6 hari) : 1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda- tanda perdarahan abnormal 2) Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal 3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup 4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi 27 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit c. Kunjungan III (2 minggu) : 1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda- tanda perdarahan abnormal 2) Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal 3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup 4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi 5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit d. Kunjungan IV (6 minggu) 1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami 2) Memberikan konseling untuk KB secara dini, Imunisasi, senam nifas, dan tanda – tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi. (walyani,2015:hal.121) 5. Masalah dan komplikasi yang mungkin timbul saat nifas a. Keadaan abnormal pada uterus atau Rahim 1) Sub involusi uterus Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilanya terlambat. Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah terjadi infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya terdapat bekuan darah 28 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 2) Perdarahan Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama sehabis persalinan akibat infeksi, sisa plasenta atau selaput ketuban. 3) Infeksi nifas Yaitu mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. b. Keadaan abnormal pada payudara 1) Mastitis Dalam masa nifas daat terjadi infeksi dan peradangan pada mamae melalui luka pada putting susu atau melalui peredaran darah yang ditandai dengan kenaikan suhu, tidak nafsu makan. 2) Bendungan ASI dan Abses payudara D. Bayi Baru Lahir 1. Definisi Bayi Baru Lahir Menurut (sodakh,2013;h.150) dikutip dari (sarwono,2005) Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram. 2. Perawatan segera setelah bayi lahir Perawatan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan/ gangguan. Persediaan alat-alat yang diperlukan di kamar bersalin. a. Alat penghisap lendir 29 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 b. Tabung oksigen dengan alat pemberi oksigen kepada bayi. c. Untuk menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia perlu di sediakan laringoskop kecil,masker muka kecil,kanula trakea,ventilator kecil untuk pernapasan buatan; selain itu perlu pula disediakan obat-obatan seperti larutan glukosa 40%,larutan bikarbonas natrikus 7,5% dengan alat suntiknya dan nalorfin sebagai antidotum terdapat obat-obatan berasal dari morfin atau petidin yang dapat mengakibatkan penekanan pernafasan pada bayi serta pemberian vitamin k untuk mencegah terjadinya pendarahan sebagai akibat dari ibu nyang mendapat penobarbital dan Phenytoin,bayi yang kekurangan vit k yang perlu sebagai koenzim untuk membentuk faktor II,VII,IX,X serta bayi yang mendapat air susu ibu. d. Alat pemotonga dan pengikat tali pusat serta antiseptik dan kasa steril untuk merawat tali pusat. e. Tanda pengenal bayi yang sama dengan ibu. f. Tempat tidur bayi atau ingkubator yang selalu dalam keadaan hangat. g. Lain-lain seperti kapas,kasa,baju bayi,dan antiseptik. h. Stop-watch dan termometer. i. Siapkan meja resusitasi dengan suhu ruangan yang hangat. (walyani,2016;h.118-119) 1) Sambil secara cepat menilai pernafasannya, letakan bayi dengan handuk diatas perut ibu dengan kain bersih dan kering atau kassa, lap darah atau lendir dari wajah bayi untuk mencegah terhalangnya jalan udara. 30 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 2) Periksa ulang pernafasan bayi. j. Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah asuhan berikut : 1) Pertahankan Suhu Tubuh Bayi 2) Hindari memandikan bayi sehingga sedikitnya 6 jam dan hanya setelah itu jika suhunya 36,50C. 3) Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harustertutup. 3. Pemeriksaan Fisik Bayi Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap, ketika memeriksa bayi batu lahir haruslah diperhatikan hal-hal berikut : a. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi. c. Lihat, dengarkan, dan rasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari kepala, dan berlanjut secara sistematik menuju jari kaki. d. Jika ditemukan factor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang memang diperlukan. 4. Pemberian vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir. 5. Identifikasi Bayi Alat pengenal untuk mempermudah identifikasi bayi, perlu segera dipasang setelah persalinan.Alat pengenal yang efektif harus diberikan 31 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya/terpasang sampai waktu bayi dipulangkan. 6. Perawatan Lain a. Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), mulai dari hari pertama. b. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat, dan kering dengan mengganti popok dan selimut sesuai dengan kebutuhan. Pastikan bayi tidak terlalu dingin (dapat menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa kemampuan pengaturan suhu bayi masih dalam perkembangan). Apa saja yang masuk ke dalam mulut bayi haruslah bersih. c. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering d. Peganglah, sayangi, dan nikmati kehidupan bersama bayi. e. Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu f. Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi g. Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik. 7. Jadwal Pemberian Imunisasi Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi pada Bayi Umur Jenis Imunisasi 0-7 hari HB 0 1 bulan BCG, Polio 1 2 bulan DPT/HB 1, Polio 2 3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 4 bulan DPT/HB 3, Polio 4 9 bulan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Campak 8. Reflek-reflek pada Bayi Baru Lahir a. Refleks menghisap (sucking reflex) Reflek ini ditandai dengan bayi menoleh kearah stimulus, membuka mulutnya, memasukan putting dan menghisap. b. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex) Grasping Reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syafar berkembang normal – hilang setelah 3-4 bulan Bayi akan otomatis menggenggam jari ketika Anda menyodorkan jari telunjuk kepadanya. c. Refleks leher (tonic neck reflex) Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi ketika bayi Anda menoleh ke salah satu sisi. d. Refleks mencari (rooting reflex) Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian pinggir mulutnya. e. Refleks moro (moro reflex) Releks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi baru lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan. f. Babinski Reflex . 33 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari mencengkram ketika bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan normal. Hilang di usia 4 bulan g. Swallowing Reflex Swallowing Reflex adalah refleks gerakan menelan benda-benda yangdidekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukkan makanan ada secara permainan tapi berubah sesuai pengalaman h. Refleks tonic neck Disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan akan menghilang pada sekitar usia lima bulan.(Purwoastuti,2016:hal117-125) 9. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Kunjungan neonatus (KN) menurut profil kesehatan Indonesia 2014;h.110) dilakukan sejak bayi usia satu hari sampai usia 28 hari yaitu: a. KN 1 dilakukan pada umur 6-48 jam Tindakan yang dilakukan antara lain jaga kehangatan bayi, memberikn ASI eksklusif, penceghan infeksi, merawat tali pusat, berikan imunisasi Hb 0 b. KN 2 dilakukan pada umur 3-7 hari Tindakan yang dilakukan antara lain menjaga tali pusat dalam keadaann kering dan bersih, memberikan ASI eksklusif, menjaga suhu tubuh bayi, pemeriksaan tanda bahaya, konseling ASI eksklusif dan pencegahan hipotermi c. KN 3 dilakukan pada umur 8-28 hari 34 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Tindakan yang dilakukan yaitu sama dngn kunjungan pada mur 37 hari hanyaa ditambahkanpemberian iimuunisasi BCG (Sondakh, 2013;154-155). 35 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 E. PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) 1. Definisi Keluarga Berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur jumlah dan jarak yang di inginkan.usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsin atau pencegahan kehamilan perencanaan keluarga.prinsif dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplementasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. (purwoastuti,2015;hal 182) 2. Jenis-Jenis Kontrasepsi Jenis-jenis kontrasepsi dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kontrasepsi alami, kontrasepsi mekanis, kontrasepsi hormonal, dan kontrasepsi mantap. a. Spermisida Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma.jenis spermisida terbagi menjadi : 1) Aerosol (busa) 2) Teblet vagina,suppositoria atau dissolvable film. 3) Krim. b. Cervical cap Merupakan dimasukan kontasepsi kedalam liang wanita,terbuat kemaluan dan dari bahan menutupi latex,yang leher rahim (serviks).efek sedotan menyebabkan cap tetap nempel di leher rahim. 88 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Cervical cap berfungsi sebagai barier (penghalang) agar sperma tidak masuk kedalam rahim sehingga tidak terjadi kehamilan.setelah berhubungan suami istri cap tidak boleh dibuka minimal selama 8 jam.agar efektif,cap biasanya dicampur pemakaiannya dengan jeli spermisidal (pembunuh sperma). c. Suntik Suntik kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali.suntikan kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang menyerupai hormon progesteron yang di produksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap awal siklus menstruasi.hormon tersebut mencegah wanita untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi.banyak klinik kesehatan yang menyarankan penggunaan kondom pada minggu pertama saat suntik kontrasepsi.sekitar 3 dari 100 orang yang menggunakan kontrasepsi suntik dapat mengalami kehamilan pada tahun pertama pemakaian. d. Kontrasepsi darurat IUD Alat kontrasepsi intrauterine device (IUD) dinilai efektif 100% untuk kontrasepsi darurat.hal itu tergambar dalam sebuah studi yang melibatkan sekitar 2000 wanita china yang menggunakan alat ini 5 hari setelah melakukan hubungan intim tanpa pelindung.alat yang disebut copper T380A,atau copper T bahkan efektif dalam mencegah kehamilan dalam setahun setelah alat ini ditanamkan dalam rahim. e. Implant 89 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4cm yang di dalamnya terdapat hormon progestogen,implan ini kemudian dimasukan kedalam kulit dibagian lengan atas,hormon tersebut kemudian akan dilepas secara perlahan dan implan ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama tigatahun. f. metode amenorea laktasi (MAL) Loctational amenorrhea method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif,artinya hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan MAL dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural family planing,apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. g. Pil kontrasepsi Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen dan progesteron) ataupun hanya berisi progesteron saja.pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim. h. Kontrasepsi sterilisasi Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metode Operasi Wanita) atau tubektomi,yaitu tindakan peningkatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. i. Kondom 90 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik.kondom mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan sperma untuk masuk kedalam vagina,kondom pria dapat terbuat dari bahan latex (karet),polyurethane (plastik),sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethanepasangan yang mempunyai alergi terhadap latex dapat menggunakan kondom yang terbuat dari polyurethane. Dan efektifitas kondom pria antara 85/98% sedangkan efektifitas kondom wanita antara 79/95%. Harap diperhatikan bahwa kondom pria dan wanita sebaiknya jangan digunakan secara bersamaan.(purwoastuti,2014;202205). 3. Keuntungan dan kerugia alat lontrasepsi. Setiap alat kontrasepsi pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing,berikut kelebihan dan kekurangan dari metode kontrasepsi yang telah di sebutkan di atas : a. Spermisida: keuntungan 1) efektif seketika (busa dan krim) 2) Tidak mengganggu produksi ASI 3) Sebagai pendukung metode lain 4) tidak mengganggu kesehatan klien. 5) tidak mempunyai pengaruh sistematik 6) mudah digunakan. 7) meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual. 91 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 8) Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik Kerugian 1) Iritasi vagina atau iritasi penis dan tidak nyaman. 2) gangguan rasa panas di vagina 3) tablet busa vagina tidak larut dengan baik. b. cervical cap keuntungan 1) bisa dipakai jauh sebelum berhubungan 2) mudah dibawa dan nyaman 3) tidak mempengaruhi siklus haid. 4) Tidak mempengaruhi kesuburan kerugian 1) tidak melindungi dari HIV/AIDS 2) butuh fitting sebelumnya 3) ada wanita ada wanita yang gk bisa muat (fitted) 4) kadang pemakaian dan membukanya agak sulit. 5) Bisa copot saat berhubungan 6) kemungkinan reaksi alergi. c. suntik kontrasepsi keuntungan 1) dapat digunakan oleh ibu yang menyusui 2) tidak perlu dikonsumsi setiap hari 3) atau dipakai sebelum melakukan hubungan seksual 92 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 4) darah menstruasi menjadi lebih sedikit. Kerugian 1) dapat mempengaruhi siklus menstruasi 2) kekurangan suntik kontrasepsi/kb suntik dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita. 3) tidak melindungi terhadap penyakin menular seksual. 4) Harus mengunjungi dokter/klinik setiap 3 bulan sekali untuk mendapatkan suntikan berikutnya. 5) Penapisan Calon Akseptor KB Tabel 2.4 Penapisan metode Kontrasepsi Hormonal Metode Hormonal ( Pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan susuk ) Apakah hari haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan Apakah mengalami perdarahan / perdarahan bercak antara haid setelah senggama Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata. Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual. Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak ( edema ) Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg( sistolik ) atau 90 mmHg ( diastolic ) Apakah ada massa atau benjolan pada payudara Apakah anda sering minum obat-obatan anti kejang ( epilepsy ) AKDR ( semua jenis pelepas tembaga atau progestin ) Apakah hari pertama haid terahir 7 hari yang lalu. Apakah klien ( atau pasangan ) mempunyai pasangan seks lain. Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual ( IMS ) Apakah pernah mengalami radang panggul atau kehamilan ektopik Apakah pernah mengalami haid banyak ( lebih 1-2 pembalut tiap 4 jam ) Apakah pernah mengalami haid lama ( lebih dari 8 hari ) Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan analgetika dan / atau istirahat baring. Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama. YA TIDAK 93 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung vascular atau congenital Sumber : Handayani, 2010. H 37 Tabel 2.5 Penapisan KB Tubektomi Keadaan Klien Keadaan Umum ( anamnesis dan pemeriksaan fisik ) Dapat dilakukan pada fasilitas rawat jalan Keadaan umum baik, tidak ada tanda – tanda penyakit jantung, paru, atau ginjal. Dilakukan di fasilitas rujukan Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda – tanda penyakit jantung, paru, atau ginjal. Keadaan emosional Tenang Cemas, takut Tekanan darah < 160/100 mmHg >160/100 mmHg Berat Badan 35-85 kg >85 kg ; < 35 kg Riwayat operasi Bekas seksio sesarea ( Operasi abdomen lainnya, abdomen/ panggul tanpa perlekatan ) perlekatan atau terdapat kelahiran pada pemeriksaan panggul Riwayat radang panggul, Pemeriksaan dalam Pemeriksaan dalam ada hamil ektopik, normal kelainan Anemia Hb > 8 g% Hb < 8 g% Tabel 2.6 Penapisan Metode KB Vasektomi Sumber : Handayani, 2010. Hal. 38 Keadaan Klien Keadaan umum anamnesis pemeriksaan fisik ) ( Dapat dilakukan pada pasien rawat jalan Keadaan umum baik, tidak ada tanda – tanda penyakit jantung, paru, atau ginjal. Keadaan emosional Tenang Tekanan darah < 160/100mmHg Infeksi atau kelainan Normal skrotum/ inguinal Anemia Hb >8 g% Sumber : Handayani, 2010. H. 39 Dilakukan pada fasilitas rujukan Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, tand – tanda penyakit jantung, paru atau ginjal. Cemas, takut >160/100 mmHg Tanda – tanda infeksi atau ada kelainan Hb<8 g% Sarwono, 2011:Hal 440). Tabel 2.7. Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Nonoperatif Metode Hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan susuk) Ya Tidak 94 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan1,2 Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah senggama Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (edema) Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik) Apakah adamassa atau benjolan pada payudara Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kenjang (epilepsi)3 AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin) Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS) Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik Apakah pernah mengalami haid banyak (1-2 pembalut tiap 4 jam) Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari) Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring Apakah pernah mengalami perdarahan/perdaraha bercak antara haid atau setelah senggama 95 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau kongenital 1. Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan maka pil kombinasi adalah metode pilihan terakhir 2. Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan (DMPA atau NET-EN), atau susuk 3. Tidak cocok untuk semua suntikan progestin (DMPA atau NET-EN) Jika semua keadaan diatas adalah “Tidak” (negatif) dan tidak dicurigai adanya kehamilan, maka dapat diteruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon banyak yang “ya” (positif), berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat. (BKKBN, 2010) Tabel 3.1. Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Operasi (Tubektomi) Keadaan Klien Dapat dilakukan pada fasilitas rawat jalan Dilakukan di fasilitas rujukan Keadaan umum (anamnesis Keadaan umum baik, tidak ada Diabetes tidak terkontrol, dan pemeriksaan fisik) tanda-tanda penyakit jantung, riwayat gangguan paru, atau ginjal pembekuan darah, ada tanda-tanda penyakit jantung, paru atau ginjal Keadaan emosional Tenang Cemas, takut Tekanan darah < 160/100 mmHg ≥ 160/100 mmHg Berat badan 35-85 kg >85 kg; <35 kg Riwayat operasi abdomen / Bekas seksio sesarea (tanpa Operasi abdomen lainnya, panggul perlekatan) perlekatan atau terdapat 96 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 kelainan pada pemeriksaan panggul Pemeriksaan dalam normal Riwayat radang panggul, kelainan hamil ektopik, apendisitis Hb < 8 g% Hb ≥ 8 g% Anemia Pemeriksaan dalam ada Sumber : BKKBN (2010) Tabel 3.2 : Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Operasi (Vasektomi) Keadaan Klien Dapat dilakukan pada fasilitas Dilakukan pada fasilitas rawat jalan rujukan Keadaan umum (anamnesis Keadaan umum baik, tidak ada Diabetes tidak terkontrol, dan pemeriksaan fisik) tanda-tanda penyakit jantung, riwayat gangguan pembekuan paru, atau ginjal darah, tanda-tanda penyakit jantung, paru, atau ginjal Keadaan emosi Tenang Cemas, takut Tekanan darah < 160/100 mmHg ≥ 160/100 mmHg Infeksi atau kelainan Normal Tanda-tanda infeki atau ada kelainan skrotum/inguinal Hb ≥ 8 g% Anemia Hb < 8 g% Sumber : BKKBN (2010) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR ) a. Jenis Kontrasepsi Dalam Rahim 1. AKDR CuT-3802 Kecil, kerangka dari plastic yang fleksible, berbentuk huruf T di selubungi oleh kawat yang terbuat dari tembaga (Cu). 97 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 2. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (schering). b. Cara kerja kontrasepsi AKDR 1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tubaplopi. 2. Mempengaruhi fertilisasi ovum mencapai kavum uteri. 3. AKDR bekerja mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. 4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalamuterus. c. Keuntungan kontrasepsi dalam rahim. 1. Sebagai kontrasepsi efektifitas tinggi 2. Efektif segera setelah pemasangan. 3. Metode jangka panjang (10 Tahun) 4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual 5. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak membuat ke khawatiran terjadi hamil. 6. Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopi. (Bkkbn,2014;MK-18) d. Yang dapat menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim 1. Usia reproduksi 98 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 2. Keadaan multipara 3. Menginginkan kontrasepsi jangka panjang 4. Aman untuk ibu menyusui 5. Setelah mengalami abortus dan tidak adanya tanda infeksi 6. Rendah resiko IMS 7. Tidak menghendaki metode hormonal. 8. Tidak perlu mengingat minum pil 9. Tidak menghendaki hamil setelah 1-5 hari senggama (lihat kontrasepsi darurat (BKKBN,2014;MK-82) F. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN 1. Manajemen varney e. Pengertian manajemen kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang dignakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data,analisa data,diagnosa kebidanan,perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi. (Susanti,2015; h.98). f. Tujuh Langkah dalam Manajemen kebidanan menurut Varney 1) Langkah I: Pengumpulan Data Dasar kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain: 99 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 a) Keluhan klien b) Riwayat kesehatan klien c) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan d) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya e) Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien (Mangkuji, 2013; hal.5). 2) Langkah II Interpretasi data dasar kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam ruang lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien ditemukan dari hasil pengajian. 3) Langkah III : Identifikasi diagnosis /masalah potensial Mengidentifkasi berdasarkan masalah rangkaian atau diagnosis diagnosis dan masalah potensial yang lain sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis/masalah tersebut benar-benar terjadi. Contoh diagnosis/masalah potensial: a) Potensial perdarahan post-partum, apabila diperoleh data ibu hamil kembar, polihidramnion, hamil besar akibat menderita diabetes. 100 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 b) Kemungkinan Distosia Bahu, apabila data yang ditemukan adalah kehamilan besar. 4) Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Bidan melakukan identifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota timkesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu beberapa waktu lagi. Contohnya pada kasus-kasus kegawatdaruratan kebidanan, seperti perdarahan yang memerlukan tindakan KBI dan KBE (Mangkuji, 2013; hal.6) 5) Langkah V : Perencanaan asuhan yang menyeluruh. Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya apakah dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan yang direncanakan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan pasien. 6) Langkah VI : Pelaksanaan 101 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5 secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Dalam situasi ini, bidan harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut. 7) Langkah VII : Evaluasi a) Bidan melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang mencakup pemenuhan kebutuhan untuk menilai apakah sudah benar-benar terlaksana/terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis. b) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif. 2. Pendokumentasian Dalam praktik kebidanan dengan menggunakan Metode SOAP Pendokumentasi dengan metode SOAP. Prinsip dari metode soap merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan (Muslihatun ,2009; h.123) a. Subyektif Data subyektif merupakan pendokumentasian menegemen kebidanan menurut Helen Vaney langkah pertama (pengkajian data), 102 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 terutama data yang diperoleh melalui anamnesis.Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subyektif ini akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. b. Obyektif Data obyektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lainnya. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data obyektif ini. c. Assessment Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari data subyektif dan obyketif. Dalam pendokumentasian menejemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saaat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subyektif maupun datab obyketif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. d. Planning Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.Rencana asuhan ini bertujuan untuk mngusahakan 103 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.Rencana asuhan ini harus bisa mencapai criteria tujuan byang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilakukan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara dokter lain. 3. StandarAsuhanKebidanan Standar Asuhan Kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa kebidanan,perencanaan,implementasi,evaluasi, dan dan masalah pencatatan asuhan kebidanan. STANDAR I : Pengkajian A. PernyataanStandar Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan,dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. B. KriteriaPengkajian : 1. Data tepat, akuratdanlengkap 2. Terdiri dari Data Subjektif (hasil anamesa :biodata, keluhan, utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya). 3. Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik,psikologis dan pemeriksaan fisik,psikologis dan pemeriksaan penunjang (Kepmenkes,2007). STANDAR II : PerumusanDiagnosadanatauMasalahKebidanan 104 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 A. Pernyataanstandar Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan atau logis untuk menegakan diagnose dan masalah kebidanan yang tepat. B. Kriteria Perumusan diagnose dan Masalah 1. Diagnosa sesuai dengan nomeklatur kebidanan 2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisiklien 3. Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan. STANDAR III : Perencanaan A. Pernyataan Standar Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan masalah yang ditegakkan. B. KriteriaPerencanaan 1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien tindakan segera tindakan antisipasi, dan asuhan secara komprehensif. 2. Melibatkanklien /pasiendanataukeluarga. 3. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga 4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien. 105 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas yang ada (Kepmenkes,2007). STANDAR IV : Implementasi A. Pernyataanstandar Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. B. Kriteria 1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosialspiritual-kultural 2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau keluarganya (inform consent) 3. Melaksanakantindakanasuhanberdasarkanevidence based 4. Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan 5. Menjaga privacy klien/ pasien 6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi 7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan. 8. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai. 9. Melakukan tindakan sesuai standar. 10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan. (Kepmenkes, 2007) STANDAR V : Evaluasi 106 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 A. Pernyataanstandar Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. B. KriteriaEvaluasi 1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. 2. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan /keluarga. 3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar. 4. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien (Kepmenkes, 2007). STANDAR VI : PencatatanAsuhanKebidanan A. PernyataanStandar Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhankebidanan. B. KriteriaPencatatanAsuhanKebidanan 1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (Rekammedis/KMS/Status pasien/ buku KIA). 2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP 3. Sadalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa. 4. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan 107 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 5. Aadalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan. 6. Padalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif ;penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up danrujukan (Kepmenkes,2007). C. Aspek Hukum Standar profesi bidan diatur dalam KepMenKes RI nomor 369/MENKES/III/2007 yang berisi tentang stadar profesi ini terdiri dari standar Kompetensi bidan di Indonesia, Standar pendidikan, Standar pelayanan kebidanan dan kode etik profesi. Standar profesi ini wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap bidan dalam mengamalkan amanat profesi kebidanan. 1. Kewenangan Bidan Berdasarkan PemenKes RI nomor 146/MENKES/PER/XI/2010 tentang penyelenggaraan praktik bidan pada pasal 9 dijelaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Sedangkan pasal 10 menjelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu meliputi konseling pada masa pra kehamilan, kehamilan normal, Persalinan normal , ibu nifas normal, ibu menyusui dan konseling pada masa antara dua kehamilan. Dalam pasal 11 dijelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan anak, 108 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 bidan berwenang untuk memberikan asuhan bayi baru lahir normal, dan dalam memberikan penyuluhan dan koseling tentang kesehatan reproduksi perempuan dan KB tercantum pada pasal 12. 2. Wewenang bidan Berdasarkan PemenKes RI nomor 146/MENKES/PER/XI/2010 tentang penyelenggaraan praktik bidan menyebutkan bahwa dalam pasal 14 bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 (KepMenKes RI,2010;hal.5-7). G. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Menurut Kepmenkes No. 369/Menteri/SK/III/2007 : kebidanan adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari kelimuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, BBL dan balita, fungsifungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga, dan komunitasnya (Pudiastuti, 2011 h.1) Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait dengan pelayanan kebidanan (Wahyuningsih,2007 h.34). 1. Standar Pelayanan Kebidanan, 2010 2. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan 3. UU Kesehatan No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan 4. PP No 32 Tahun 1996 Tenaga Tenaga Kesehatan 109 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 5. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Organisasi dan tata kerja Depkes 6. UU No 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah 7. UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan 8. UU Tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi 9. KUHAP dan KUHP tahun 1981 10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik 11. UU yang terkait denga hak reproduksi dan keluarga berencana a. UU No.10/1992 Tentang Pengembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera b. UU No.23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan didalam Rumah Tangga Standar pelayanan kebidanan menurut ikatan bidan Indonesia tahun 2008 1. Standar I : Metode Asuhan Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan manajemen kebidanan dengan langkah : pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi. 2. Standar II : Pengkajian Pengumpulan data tentang kasus kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.Data ya g diperoleh dicatat dan dianalisis. 3. Standar III : Diagnosa kebidanan 110 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan. 4. Standar IV : Rencana asuhan Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan. 5. Standar V : Tindakan Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien : tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien. 6. Standar VI : Partisipasi klien Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. 7. Standar VII : Pengawasan Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien. 8. Standar VIII : Evaluasi Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan. 9. Standar IX : Dokumentasi Asuhan kebidanan didokumentasi sesuai dengan dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan. 111 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS, DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. V USIA 25 TAHUN UMUR KEHAMILAN 41 MINGGU DENGAN KALA 1 MEMANJANG DI PUSKESMAS I KEMBARAN I. PENGKAJIAN Tanggal : 24 januari 2017 Jam : 09.00 WIB Tempat : Rumah Pasien A. SUBYEKTIF 1. Identitas klien 112 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Riris Sagita Pernandes, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017