(ACU) di Kawasan ASEAN

advertisement
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Penelitian ini secara umum mengkaji penerapan Asian Currency Unit
(ACU) sebagai mata uang parallel ASEAN+3. Tujuannya selain melihat kesiapan
kawasan ASEAN+3 menuju integrasi ekonomi secara penuh juga mengkonstruksi
nilai tukar ACU di kawasan ASEAN+3 dan melihat keuntungan setiap negara di
ASEAN+3 jika menerapkan nilai tukar ACU di kawasan ini. Dalam analisis ini
secara umum dibagi dalam dua periode waktu penelitian antara lain : (i) periode
krisis ekonomi (1997-2002), dan (ii) periode pasca krisis ekonomi (2003-2007).
Penelitian ini memfokuskan bahasan pada tiga belas negara ASEAN+3 yang akan
menuju sebuah masyarakat ekonomi yang terstruktur dan terintegrasi secara
penuh. Adapun beberapa kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini antara
lain sebagai berikut :
1. Berdasarkan kriteria konvergensi Maastricht Treaty untuk menuju suatu
uni moneter regional seperti yang dilakukan oleh Uni Eropa, hasil yang
diperoleh antara lain : (i) pada periode krisis ekonomi (1997-2002) hanya
negara China yang yang memenuhi empat kriteria konvergensi, dan (ii)
pada periode pasca krisis ekonomi (2003-2007) kembali hanya China yang
memenuhi empat kriteria konvergensi. Hal ini tentu saja mengindikasikan
bahwa kondisi saat ini bukanlah saat yang tepat bagi negara-negara di
kawasan ASEAN+3 membentuk sebuah uni moneter regional kawasan.
2. Untuk pembobotan nilai tukar ACU diperoleh bahwa pada periode krisis
ekonomi (1997-2002), bobot pembentukan mata uang ACU ASEAN+3
dikuasi oleh tiga negara plus three sebesar 68 persen dari total keseluruhan
bobot mata uang, antara lain Jepang (30.4 persen), China (30.1 persen),
dan Korea (8.3 persen). Sementara periode pasca krisis ekonomi (20032007), bobot pembentukan mata uang ACU ASEAN+3 tidak lagi dikuasi
oleh negara-negara plus three. Pada periode ini komposisi bobot terbesar
secara berturut-turut dikuasai oleh China (38.1 persen), Jepang (25.0
persen), dan Singapura (7.2 persen).
114
3. Secara umum pada periode 1997-2002 mata uang ACU mengalami
depresiasi terhadap nilai tukar US Dollar. Sementara pada periode 20032007, mata uang ACU mengalami apresiasi terhadap nilai tukar dollar.
4. Di Eropa terdapat Exchange Rate Mechanism, yakni penentuan benchmark
rate untuk koridor fluktuasi mata uang setiap negara. Dalam penelitian ini
diperoleh bahwa pada periode 1997-2002 tidak dapat ditentukan
benchmark rate sebesar 2.25 persen, 6 persen, maupun 15 persen seperti
yang dilakukan oleh Eropa karena pergerakan seluruh mata uang anggota
bergerak melebihi koridor fluktuasi tersebut. Sementara pada periode
2003-2007 kembali tidak ada negara yang benchmark rate-nya berada
pada koridor 2.25 persen. Namun, pada periode ini dapat diberlakukan
koridor fluktuasi sebesar 25 persen.
5. Hasil estimasi dari penelitian ini pun menunjukkan bahwa ada tiga negara
yang tepat menggunakan mata uang ACU ASEAN+3 karena dapat
meminimalisir fluktuasi inflasi jika terjadi shock pada nilai tukar ACU dan
mata uang domestiknya. Ketiga negara tersebut antara lain, China,
Singapura, dan Brunei Darussalam. Sementara itu untuk negara-negara
seperti Jepang, Korea, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Brunei,
Myanmar, Kamboja dan Laos lebih tepat menggunakan mata uang
domestiknya daripada menggunakan nilai tukar ACU.
6.2. Implikasi Kebijakan
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dilakukan,
beberapa arahan kebijakan yang disarankan antara lain :
1. Kondisi kerja sama kawasan ASEAN+3 baru memasuki tahapan Free
Trade Area. Untuk meningkatkan integrasi ekonomi yang lebih jauh,
kawasan ini diharapkan segera menghapus hambatan perdagangan bagi
perdagangan intra-kawasan, baik untuk barang dan jasa, sekaligus
menciptakan timeline untuk mencapai sebuah pasar tunggal.
2. Diperlukan keseriusan kawasan dalam menjaga stabilitas nilai tukar
regional untuk meningkatkan integrasi ekonomi. Hal-hal yang perlu
ditindaklajuti adalah pemenuhan prakondisi yang diperlukan melalui
115
pendalaman upaya komitmen bersama, dengan menentukan roadmap kerja
sama nilai tukar dalam sebuah kerangka waktu tertentu.
6.3. Saran Penelitian Lebih Lanjut
Adapun beberapa saran penelitian lebih lanjut untuk menambah informasi
kesiapan negara-negara di ASEAN+3 menuju integrasi ekonomi secara penuh
maupun penerapan mata uang ACU antara lain :
1. Kondisi integrasi yang terjadi di kawasan ASEAN+3 pada saat ini baru
memasuki tahapan FTA (Free Trade Area). Untuk mencapai suatu
integrasi ekonomi dan moneter secara penuh harus melalui beberapa
tahapan antara lain : tahap custom union, common market, dan economic
union iteration. Oleh karena itu diharapkan ada penelitian-penelitian
mengenai tahapan integrasi ekonomi dan moneter yang dimaksud.
2. Dalam pembentukan nilai tukar ACU, diharapkan adanya penelitian
lanjutan yang memasukkan variabel-variabel bobot selain variabel bobot
yang ada dalam penelitian ini dalam pembentukan ACU. Akan lebih baik
juga apabila penelitian selanjutnya memperbanyak observasi negara serta
menggunakan rentang data yang lebih panjang.
3. Diperlukannya penelitian lanjutan yang menganalisis kegunaan ACU bagi
indikator/variabel ekonomi seluruh negara anggota ASEAN+3, tidak
seperti dalam penelitian ini yang hanya menganalisis keuntungan
penggunaan mata uang ACU berdasarkan pergerakan inflasi.
116
Download