BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 Pengertian Modal Kerja Menurut kamus manajemen keuangan ”Modal kerja adalah modal bersih yang merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dengan hutang lancar, untuk membiayai kegiatan usaha.” J.Fred Weston dan Eugene F. Brigham,(2001) mendefinisikan ”modal kerja sebagai investasi perusahaan seperti kas, sekuritas, piutang dagang, dan persediaan”. Modal kerja kotor ( working capital) adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, kas sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan dan piutang usaha. Modal kerja bersih (net working capital) adalah akiva lancar dikurangi kewajiban lancar”. Menurut konsep modal fisik, seperti kemampuan usaha, modal dipandang sebagai kapasitas produktif perusahaan yang didasarkan pada, misalnya, unit output per hari”.Modal kerja bersih didefinisikan sebagian aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Jadi, modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang usaha dan persediaan, dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. Jumlah ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Secara lebih luas, manajemen modal kerja mencakup semua aspek pengelolaan, baik aktiva lancar maupun kewajiban lancar. Peningkatan penjualan juga membutuhkan penambahan persediaan, dan mungkin juga tambahan kas. Semua kebutuhan tersebut memerlukan pembiayaan (financing), dan 6 karena hubungannya langsung dengan volume penjualan, manajer keuangan perlu mengikuti perkembangan modal kerja perusahaan. Kenaikan penjualan yang kontinyu membutuhkan penambahan aktiva tetap, yang juga memerlukan pembiayaan. II.1.2 Konsep Modal Kerja Menurut pada Agnes Sawir,(2001) “ada tiga konsep atau difinisi modal kerja yang umum dipegunakan yaitu” : 1. Konsep kuantitatif Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam jangka waktu pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (Gross Working Capital) 2. Konsep kualitatif Dalam konsep ini pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang harus dibayar. Dengan demikian, sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang harus segera dilakukan, dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya. Modal kerja ini sering disebut (net working 7 capital). 3. Konsep fungsional Konsep ini didasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut. Sebagian dari dana itu dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode-periode berikutnya (future income). Perputaran modal kerja dapat digambarkan sebagai berikut Kas Piutang Persediaan Penjualan Grafik 2.1 Perputaran Modal Kerja II.1.3 Jenis dan Karakter Modal Kerja Dermawan.S (2007) ,” mengutip pada W.B Taylor ” bahwa ada beberapa jenis modal kerja: 1. Modal kerja permanen Merupakan modal kerja yang harus tetap ada atau terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Terdiri dari : 8 a. Modal kerja primer : jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontuinuitas usaha. b. Modal kerja normal : jumlah modal kerja uang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi normal. 2. Modal kerja variabel Merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Terdiri dari: a. Modal kerja musiman merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena pengaruh musim. b. Modal kerja siklis merupakan modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena fluktuasi konyungtur. Jumlah modal kerja berubah-ubah sesuai dengan keadaan perekonomian. Pada keadaan perekonomian baik maka kebutuhan modal kerja meningkat, sebaliknya pada saat keadaan ekonomi buruk maka kebutuhan modal kerja menurun. c. Modal kerja darurat merupakan modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak dapat diduga. II.1.4 Kebaikan dan Keterbatasan Modal Kerja 1 Kebaikkan modal kerja : Apabila modal kerja cukup, akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan bagi perusahaan, seperti : a. Melindungi kemungkinan terjadinya krisis keuangan guna membenahi modal kerja yang diperlukan. 9 b. Merencanakan dan mengawasi rencana perusahaan menjadi rencana keuangan di dalam jangka pendek. c. Menilai kecepatan perputaran modal kerja dalam arti yang menyeluruh. d. Membayar atau memenuhi kewajiban jangka pendek sesuai dengan jatuh tempo. e. Memperoleh kredit sebagai sumber dana guna memperbesar pemenuhan kebutuhan kekayaan aktiva lancar. f. Memberikan pedoman yang baik sehingga tidak terdapat keraguan manajemen guna memperoleh efisiensi yang baik. Menurut pada Munawir,(2004) “sumber modal kerja akan bertambah apabila”: 1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan. 2. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun proses depresiasi. 3. Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek atau hutang jangka panjang lainya yang diimbangi bertambahnya aktiva lancar. 2. Keterbatasan Modal Kerja 1. Kelebihan atas modal kerja mengakibatkan kemampuan laba menurun sebagai akibat lambatnya perputaran dana perusahan. 2. Menimbulkan kesan bahwa manajemen tidak mampu mengunakan modal kerja secara efisien. 3. Kalau Modal kerja tersebut dipinjam dari bank maka perusahaan mengalami kerugian dalam membayar bunga. 10 Menurut pada Munawir,(2004) ”Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunya modal kerja adalah”: a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan biaya lainnya. b. Kerugian-kerugian diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau effek, maupun kerugian insidentil lainnya. c. Adanya pembentukan dana atau pemisah aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang. d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang. f. Pengembalian uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kebutuhan pribadinya (prive) atau adanya pengembalian bagian keuntungan pemilik dalam perusahaan perorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran deviden dalam perseroan terbatas. II.2 Kebutuhan Modal Kerja J.H. and Cecilia L.W, yang diterjemahkan oleh Agnes Sawir, (2001) menyatakan “kebutuhan modal kerja dipengaruhi oleh 4 faktor umum dan 5 faktor khusus” : Ke-4 faktor umum tersebut adalah : 11 a. Volume penjualan Perusahaan membiayai modal kerja untuk mendukung penjualan. Banyak perusahaan yang menetapkan aktiva lancar sesuai dengan proporsi penjualan tahunannya. b. Faktor musiman Fluktuasi musiman akan permintaan produk atau jasa mereka. Variasi penjualan akan berdampak pada tingkat modal kerja variabel. c. Perkembangan Teknologi Perubahan pada teknologi, yang tentu saja berdampak pada proses produksi, dapat mempunyai pengaruh kuat pada kebutuhan terhadap modal kerja. d. Filosofi perusahaan Kebijakan perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja permanen maupun musiman. Ke-5 faktor khusus tersebut adalah : 1. Ukuran perusahaan Perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibanding total aktiva atau penjualan. 2. Aktivitas perusahaan Keadaan bisnis berdampak pada tingkat modal kerja. Sebuah perusahaan yang menawarkan jasa tidak akan membutuhkan persediaan. Sebuah perusahaan yang menjual secara tunai tidak akan memberikan piutang usaha. 3. Ketersediaan Kredit Jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan kas 12 yang lebih sedikit. 4. Perilaku menghadapi keuntungan Suatu jumlah yang relatif besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan keseluruhan. 5. Perilaku menghadapi resiko Makin besar tingkat aktiva lancar, makin kecil resiko. Kas menyediakan keamanan dalam membayar tagiahan. Persediaan memberikan resiko yang lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk dijual. II.2.1 Kebijakan Modal Kerja Menurut pada Fred dan Brigham, (2001) ”ada tiga alternatif kebijakan investasi dalam aktiva lancar” : 1. Pendekatan Moderat Salah satu kebijakan pembiayaan yang lazim digunakan adalah penyelarasan saat jatuh tempo aktiva dan kewajiban. Aktiva permanen dibiayai dengan modal jangka panjang. Hal ini memperkecil rasio. Pendekatan moderat terjadi jika perusahaan menyelaraskan jatuh tempo aktiva dan kewajibanya. Grafik 2.2 Kebijakan Modal Kerja Moderat 13 2. Pendekatan agresif Membiayai seluruh aktivitas jangka panjangnya dengan kredit jangka panjang tetapi sebagian dari aktiva lancar permanennya dibiayai dengan kredit jangka pendek. Grafik 2.3 Kebijakan Modal Kerja Agresif 3. Pendekatan konservatif Modal jangka panjang digunakan untuk membiayai semua aktiva lancar permanen, yang berarti bahwa modal jangka panjang digunakan untuk membiayai semua aktiva permanen dan sebagian atau semua aktiva lancar musiman. Dalam situasi ini, perusahaan menggunakan kredit jangka pendek dalam jumlah yang sangat kecil untuk memenuhi kebutuhannya pada masa sibuk, tetapi perusahaan juga memenuhi sebagian dari aktiva lancar musimannya dengan ”menabung likuiditas” dalam bentuk sekuritas yang dengan mudah dipasarkan selama masa lengang. 14 Grafik 2.4 Kebijakan Modal Kerja Konservatif Dermawan.S (2007) menyatakan, ”ada tiga pendekatan cara pembiayaan” : 1. Pendekatan agresif Untuk membiayai kebutuhan permanen terdiri dari seluruh aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen seperti untuk memenuhi kebutuhan persediaan minimal kas, persediaan pengaman (safety-stock) digunakan sumber dana jangka panjang. Sedangkan untuk kebutuhan dana yang berubah-ubah yang bersifat musiman dibiayai dengan sumber dengan sumber dana jangka pendek. Modal kerja bersih adalah aktiva lancar yang dibiayai oleh sumber dana jangka panjang. 2. Pendekatan konsevatif Semua kebutuhan dana baik kebutuhan yang bersifat permanen maupun yang bersifat variabel (musiman) dibiayai dengan sumber pembiayaan jangka panjang. Sumber dana jangka pendek hanya digunakan untuk keadaan darurat. Modal kerja bersih adalah selisih seluruh kebutuhan pembiayaan dengan sumber jangka panjang. 15 3. Pendekatan diantara keduanya Ada dua tahapan yang dilkasanakan dalam pendekatan ini yaitu : - Tentukan titik tengah antara kebutuhan dana maksimum dan dana minimum untuk menentukan besarnya penggunaan sumber dana jangka panjang. - Modal kerja bersih merupakan selisih antara sumber dana jangka panjang dengan kebutuhan permanen. II.3 Tujuan Analisis Modal Kerja Tujuan analisis modal kerja pada dasarnya adalah untuk melihat sejauh mana efisiensi pengolahan modal kerja dalam suatu perusahaan, sehingga dapat diketahui perkembangan dan pertumbuhan perusahaan dari usaha yang telah dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan antara besarnya laba dengan besarnya modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. II.4 Metode dan Teknik analisis peubahan modal kerja II.4.1 Metode analisis peubahan modal kerja Munawir S. (2004) menulis,”metode yang digunakan untuk menganalisis penyajian laporan tentang perubahan modal kerja adalah” : 1. Analisis horisontal Analisis dengan mengadakan perbandingan atau memerlukan adanya analisis tentang kenaikan atau penurunan dalam pos-pos yang tercantum dalam neraca dibandingkan antara dua saat tertentu (comparative balance sheet), hal ini menunjukan perubahan- 16 perubahan yang terjadi dalam pos-pos elemen modal kerja tersebut. Laporan perubahan modal kerja harus menunjukan kedua hal tersebut dan dapat disajikan dalam dua bagian, yaitu : 1. Bagian pertama menunjukan perubahan yang terjadi untuk setiap jenis elemen modal kerja bersih dan perubahan modal kerja secara total. Bagian ini menggambarkan kenaikan atau penurunan setiap elemen aktiva lancar, hutang lancar serta perubahan total modal kerja dalam suatu periode tertentu. 2. Bagian kedua menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja atau sebab-sebab terjadinya perubahan modal kerja. Bagian ini menggambarkan sumber-sumber tertentu dari mana modal kerja diperoleh serta berbagai penggunaan modal kerja tersebut. II.4.2 Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja Sjahrial,(2007) menulis, ”penentuan besarnya modal kerja tergantung dua faktor” : 1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja → Makin lama periode perputarannya maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin besar. 2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya → Makin besar pengeluaran kas rata-rata setiap hari semakin besar kebutuhan modal kerja. 17 II.4.3 Teknik analisis perubahan modal kerja Agnes Sawir, (2001), menulis, ”Besarnya modal kerja sebuah perusahaan berhubungan dengan berbagai aktivitas operasional dan finansial. Tanpa modal kerja yang cukup aktivitas bisnis perusahaan dapat terancam”. II.5. Metode Statistik II.5.1. Metode Rata-rata dan Standar Deviasi Untuk menyelidiki segugus data kuantitatif, akan sangat membantu bila kita mendefinisikan ukuran-ukuran numerik yang menjelaskan ciri-ciri data yang penting. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah penggunaan rata-rata. Definisi nilai tengah contoh misalkan X1, X2, …., Xn, tidak harus semuanya berbeda, merupakan sebuah contoh terhingga berukuran n,Maka nilai tengah contohnya adalah n − x = ∑ xi i =1 n keterangan: μ = rata-rata ∑ Xi = data atau populasi (X1, X2, …., XN) N = jumlah tahun Deviasi menunjukan berapa banyak suatu nilai berbeda dari rata-rata hitungnya, akar varians deviasi dinamakan standar deviasi. Tanda σ berarti standar deviasi standar deviasi populasi. Standar deviasi sampel dihitung dengan penyebut yang sedikit berbeda, yaitu : 18 σ = ∑ (X − μ ) 2 n −1 σ = Standar deviasi standar deviasi populasi X = Modal Kerja Bersih (Rp/tahun) n = Banyak data dalam sampel atau ukuran sampel. μ = Rataan Dalam rumus standar deviasi sampel s akan diperoleh hasil yang lebih baik jika digunakan untuk menduga standar deviasi populasi σ. Bila n > 30, maka baik rumus dengan penyebut N maupun n-1 akan memberikan hasil yang hampir sama.Dalam rumus standar deviasi sampel s akan diperoleh hasil yang lebih baik jika digunakan untuk menduga standar deviasi populasi σ. II.5.2. Korelasi Korelasi adalah dua variabel yang mempunyai hubungan sangat erat. Dalam korelasi belum tentu dilanjutkan dengan regresi. Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan regresi, adalah koerelasi antara dua variabel yang tidak mempunyai hubungan kausal atau sebab akibat. Analisis regresi dilakukan bila hubungan dua variabel berupa hubungan kausal atau fungsional. Untuk menggukur perubahan menggunakan rumus korelasi : r= n (ΣΧΥ ) {(n.ΣΧ ) − (ΣΧ ) 2 2 (ΣΧ.ΣΥ ) }− {(n.ΣΥ 2 ) − (ΣΥ ) 2 } − Koefisien Korelasi (r) tersebut mempunyai hasil -1 ≤ r ≤ 1, yang artinya : 19 • Bila r = -1 atau mendekati, maka hubungan antara variabel X dan variabel Y adalah sangat kuat tetapi berlawanan arah (negatif sempurna), artinya jika variabel X naik maka variabel Y akan turun dan sebaliknya jika variabel X turun maka variabel Y akan naik. • Bila r = 0 atau mendekati, maka hubungan antara variabel X dan variabel Y adalah tidak ada atau dapat dikatakan lemah, maka dengan demikian dapat pula dikatakan antara variabel X dan Variabel Y tidak ada hubungan. • Bila r = 1 atau mendekati, maka hubungan antara variabel X dan variabel Y adalah sangat kuat dan searah (positif sempurna) dalam arti bahwa kenaikan atau penurunan variabel X terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau penurunan variabel Y. Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber : Sugiono Koefisien Determinasi (KD) digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase (%) pengaruh modal kerja bersih terhadap laba usaha. Nilai koefisien determinasi berada pada interval 0 ≤ KD ≥ 1, dengan rumus: KD = r² x 100% 20 II.5.3. Analisis Regresi Linier Sederhana Setiap regresi pasti ada korelasinya. Metode ini merupakan suatu analisis yang menjelaskan bentuk pengaruh variabel X (Modal Kerja Bersih) terhadap variabel Y (Laba Bersih). • Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut Ŷ = a + bx Keterangan: X = Modal Kerja Bersih (Rp/tahun) Ŷ = Taksiran Laba Usaha (Rp/tahun) a = nilai konstan b = angka arah atau koefisien regresi,yang menunjukkan arah peningkatan ataupun penurunan variabel terikat didasarkan pada variabel bebas. Dimana nilai a dan b diperoleh dengan rumus: a= b= (∑ y ).(∑ x 2 ) − (∑ x )(. ∑ x. y ) 2 n ∑ x 2 − (∑ x ) n. ∑ x. y − (∑ x )( . ∑ y) n ∑ x 2 − (∑ x ) 2 Keterangan: n = jumlah tahun 21 II.6 Analisis rasio Rasio-rasio yang berhubungan dengan modal kerja sesuai dengan topik bahasan. Adapun rasio tersebut adalah : II.6.1. Likuiditas Masalah likuiditas berhubngan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi. Sebuah perusahaan mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi digolongkan sebagai perusahaan tersebut adalah “likuid. Sebaliknya bila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban financial yang harus segera harus dipenuhi maka perusahaan tersebut dikatakan ”ilikuid”. 1. Kecukupan Aktiva Lancar a. Rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (Current ratio) Rasio yang rendah merupakan indikasi bahwa perusahaan mungkin tidak dapat membayar tagihan-tagihannya pada masa mendatang. Rasio tinggi mungkin mengindikasi jumlah aktiva lancar yang berlebihan. Adapun prinsip kehati-hatian yaitu rasio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik. b. Rasio aktiva lancar terhadap total aktiva Rasio yang rendah mungkin menunjukan kurangnya penjualan kredit (piutang usaha yang rendah) atau kurangnya dukungan untuk produksi 22 dengan persediaan yang cukup. Rasio yang tinggi mungkin mengindikasikan kebijakan pengumpulan piutang usaha yang buruk (piutang usaha berlebihan) atau persediaan yang besar. c. Rasio aktiva lancar terhadap penjualan Ketika perusahaan menghasilkan penjualan, maka terdapat tagihan untuk dibayar, piutang usaha untuk didanai, dan persediaan untuk mendukung penjualan. Besarnya aktiva-aktiva tersebut haruslah cukup untuk membayar tagihan tepat waktu, memungkinkan pengiriman barang yang cepat, pemberian kredit dengan syarat kredit kompetitif. Sehingga, aktiva lancar seharusnya tumbuh secara proporsional dengan penjualan atau menurun apabila penjualan berkurang. 2. Kecukupan Quick assets Quick assets terdiri dari kas dan piutang usaha dan merupakan aktiva yang paling likuid dalam neraca. Dengan menggunakan kas dan piutang usaha, likuiditas dapat diukur dengan lebih tepat daripada aktiva lancar. a. Rasio quick assets terhadap kewajiban lancar (quick ratio) Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dengan menggunakan aktiva paling likuid terhadap kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan 23 kemampuan perusahaan untuk membayar tagihan tanpa bergantung pada penjualan persediaannya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sebuah perusahaan yang mempunyai rasio kurang dari 1:1 dianggap kurang baik. b. Rasio quick assets terhadap total aktiva Sebuah perusahaan membutuhkan aktiva likuid yang cukup sebagai bagian dari bauran total aktivanya. Rasio ini menunjukan besar kas dan piutang usaha dalam bauran total aktivanya. c. Rasio quick assets terhadap penjualan Kas dan piutang usaha yang cukup juga diperlukan untuk mendukung penjualan. Rasio ini memperlihatkan kecukupan kas dan piutang usaha yang berlebihan bila penjualan menurun. 3. Kecukupan Kas Kebanyakan perusahaan mempertahankan saldo kas seminimal mungkin tetapi menginvestasikan dalam efek yang setara kas yang dapat segera dicairkan. Efek-efek tersebut harus dimasukan dalam perhitungan rasio untuk menghitung kecukupan kas. Rasio-rasio yang dapat berguna untuk keperluan analisis adalah: a. Rasio kas terhadap kewajiban lancar (cash ratio) Kas harus tersedia untuk membayar tagihan-tagihan yang jatuh tempo 24 dalam hitungan minggu ataupun bulan. Pengukuran terhadap kecukupan kas dapat dilakukan dengan menggunakan rasio kas terhadap kewajiban lancar. Rasio ini mengukur kemampuan memenuhi hutang-hutang tepat pada waktunya. b. Rasio kas terhadap total aktiva Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap. c. Rasio kas terhadap penjualan Bila sebuah perusahaan meningkatkan penjualannya, maka kas juga perlu ditingkatkan. Bila perusahaan memiliki saldo kas yang tidak mencukupi, hal ini akan menimbulkan hambatan dalam kegiatan operasinya yang pada akhirnya dapat mempengaruhi laba. Rasio ini mengukur kecukupan kas dibandingkan dengan kegiatan operasinya. 4. Arus Dana dari Persediaan Adalah penting bagi sebuah perusahaan memiliki arus kas yang cukup dari kegiatan operasinya. Apabila perusahaan tidak menjual persediaan, maka tidak akan ada piutang usaha. Apabila piutang usaha tidak dikumpulkan, perusahaan tidak memiliki kas. 25 a. Perputaran persediaan dalam kas (inventory turnover in cash) Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan. Rasio ini mengukur beberapa kali dalam 1 tahun perusahaan menghasilkan penjualan yang sama dengan saldo persediaannya. Perputaran 12:1 berarti penjualan 1 bulan sama dengan saldo persediaan. b. Perputaran persediaan dalam unit (inventory turnover in unit) Rasio ini mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio ini mengukur perputaran fisik persediaan. Karena persediaan dan HPP besarnya adalah sebesar biayanya, maka rasio ini tidak mengandung mark-up. Perputaran 6x artinya persediaan secara fisik berputar setiap 2 bulan. 5. Exposure dari kewajiban lancar Dalam menentukan struktur modalnya, perusahaan melakukan pilihan antara hutang jangka pendek atau hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang tidak membutuhkan pembayaran pokoknya dalam 1 bulan atau 1 tahun, sebagaimana halnya hutang jangka pendek. Oleh sebab itu, hutang jangka pendek yang semakin rendah, semakin rendah pula kemungkinan hutang tidak dapat dibayar pada waktunya. Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur resiko dari kewajiban lancar antara lain. 26 a. Rasio total aktiva terhadap kewajiban lancar (total assets to current liabilities ratio) Rasio ini mengukur porsi aktiva yang didanai dari hutang jangka pendek. Rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa dana jangka panjang yang memadai digunakan untuk mendanai aktiva. Rasio yang rendah menunjukan tingginya kewajiban lancar dalam struktur modal. b. Rasio ekuitas terhadap kewajiban lancar (total equity to current liabilities ratio) Rasio ini mengukur komitmen dari pemegang saham dibandingkan dengan exposure dari kewajiban lancar. Rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa pemegang saham mempunyai kepentingan lebih besar dalam bisinis. Rasio yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan meminimalkan kemungkinan kerugian bagi para pemegang sahamnya dengan mendanai porsi yang lebih besar dari aktivanya dengan sumber jangka pendek. c. Rasio HPP terhadap hutang dagang (COGS to account payable ratio) Untuk mempertahankan rating kreditnya, sebuah perusahaan harus membayar tagihan dalam waktu tertentu. Apabila perusahaan membiarkan hutang dagangnya meningkat secara berlebihan, perusahaan dapat 27 menghadapi kesulitan dengan pemasoknya. Satu cara untuk menilai besarnya hutang dagang adalah dengan membandingkan tingkat aktivitas bisnis perusahaan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan HPP. Rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tidak tergantung pada pendanaan dengan hutang dagang secara berlebihan. Rasio rendah mengkin mengindikasikan adanya masalah. 6. Kecukupan Modal kerja Modal kerja bersih, selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar, adalah ukuran dasar dari likuiditas perusahaan. Kecukupan modal kerja dapat dievaluasi dengan menggunakan rasio. a. Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih (total assets to net working capital) Rasio tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas, sedangkan rasio yang rendah mengindikasikan tingkat likuiditas yang tinggi. b. Rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih (current liabilities to net working capital ratio) Rasio ini merupakan ekspansi alternatif dari current ratio. Bila current ratio rendah, rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih akan tinggi, mengindikasaikan likuiditas rendah. Bila rasio ini rendah, current 28 ratio akan tinggi, mengindikasikan likuiditas tinggi. c. Perputaran modal kerja (revenues to net working capital ratio) Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio tinggi mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional; rasio yang rendah menunjukan likuidasi yang tinggi. 29