6 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 Pengertian Modal

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Modal Kerja
II.1.1 Pengertian Modal Kerja
Menurut kamus manajemen keuangan ”Modal kerja adalah modal bersih yang
merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dengan hutang lancar, untuk membiayai
kegiatan usaha.”
J.Fred Weston dan Eugene F. Brigham,(2001) mendefinisikan ”modal kerja
sebagai investasi perusahaan seperti kas, sekuritas, piutang dagang, dan persediaan”.
Modal kerja kotor ( working capital) adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka
pendek, kas sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan dan piutang usaha. Modal kerja
bersih (net working capital) adalah akiva lancar dikurangi kewajiban lancar”.
Menurut konsep modal fisik, seperti kemampuan usaha, modal dipandang sebagai
kapasitas produktif perusahaan yang didasarkan pada, misalnya, unit output per
hari”.Modal kerja bersih didefinisikan sebagian aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar.
Jadi, modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat
berharga, piutang usaha dan persediaan, dikurangi kewajiban lancar yang digunakan
untuk membiayai aktiva lancar. Jumlah ini disebut modal kerja bersih (net working
capital). Secara lebih luas, manajemen modal kerja mencakup semua aspek pengelolaan,
baik aktiva lancar maupun kewajiban lancar.
Peningkatan penjualan juga membutuhkan penambahan persediaan, dan mungkin
juga tambahan kas. Semua kebutuhan tersebut memerlukan pembiayaan (financing), dan
6
karena hubungannya langsung dengan volume penjualan, manajer keuangan perlu
mengikuti perkembangan modal kerja perusahaan. Kenaikan penjualan yang kontinyu
membutuhkan penambahan aktiva tetap, yang juga memerlukan pembiayaan.
II.1.2 Konsep Modal Kerja
Menurut pada Agnes Sawir,(2001) “ada tiga konsep atau difinisi modal kerja yang
umum dipegunakan yaitu” :
1. Konsep kuantitatif
Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur
aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam
bentuk semula atau aktiva dimana dana tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi
dalam jangka waktu pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah
keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut
modal kerja bruto (Gross Working Capital)
2. Konsep kualitatif
Dalam konsep ini pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang
lancar atau hutang yang harus dibayar. Dengan demikian, sebagian dari aktiva lancar
ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang harus segera dilakukan,
dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Modal kerja menurut konsep ini adalah
sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan
aktiva lancar di atas hutang lancarnya. Modal kerja ini sering disebut (net working
7
capital).
3. Konsep fungsional
Konsep ini didasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap
dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung
menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian
dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya
digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut. Sebagian dari dana
itu dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode-periode berikutnya
(future income).
Perputaran modal kerja dapat digambarkan sebagai berikut
Kas
Piutang
Persediaan
Penjualan
Grafik 2.1 Perputaran Modal Kerja
II.1.3 Jenis dan Karakter Modal Kerja
Dermawan.S (2007) ,” mengutip pada W.B Taylor ” bahwa ada beberapa jenis modal
kerja:
1. Modal kerja permanen
Merupakan modal kerja yang harus tetap ada atau terus menerus diperlukan untuk
kelancaran usaha. Terdiri dari :
8
a. Modal kerja primer : jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan
untuk menjamin kontuinuitas usaha.
b. Modal kerja normal : jumlah modal kerja uang diperlukan untuk menyelenggarakan
luas produksi normal.
2. Modal kerja variabel
Merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan
keadaan. Terdiri dari:
a. Modal kerja musiman merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena
pengaruh musim.
b. Modal kerja siklis merupakan modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena
fluktuasi konyungtur. Jumlah modal kerja berubah-ubah sesuai dengan keadaan
perekonomian. Pada keadaan perekonomian baik maka kebutuhan modal kerja
meningkat, sebaliknya pada saat keadaan ekonomi buruk maka kebutuhan modal kerja
menurun.
c. Modal kerja darurat merupakan modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena
keadaan darurat yang tidak dapat diduga.
II.1.4 Kebaikan dan Keterbatasan Modal Kerja
1 Kebaikkan modal kerja :
Apabila modal kerja cukup, akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan bagi
perusahaan, seperti :
a. Melindungi kemungkinan terjadinya krisis keuangan guna membenahi modal
kerja yang diperlukan.
9
b. Merencanakan dan mengawasi rencana perusahaan menjadi rencana keuangan di
dalam jangka pendek.
c. Menilai kecepatan perputaran modal kerja dalam arti yang menyeluruh.
d. Membayar atau memenuhi kewajiban jangka pendek sesuai dengan jatuh tempo.
e. Memperoleh kredit sebagai sumber dana guna memperbesar pemenuhan
kebutuhan kekayaan aktiva lancar.
f. Memberikan pedoman yang baik sehingga tidak terdapat keraguan manajemen
guna memperoleh efisiensi yang baik.
Menurut pada Munawir,(2004) “sumber modal kerja akan bertambah apabila”:
1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya
pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
2. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi bertambahnya
aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun proses depresiasi.
3. Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek atau
hutang jangka panjang lainya yang diimbangi bertambahnya aktiva lancar.
2. Keterbatasan Modal Kerja
1. Kelebihan atas modal kerja mengakibatkan kemampuan laba menurun sebagai
akibat lambatnya perputaran dana perusahan.
2. Menimbulkan kesan bahwa manajemen tidak mampu mengunakan modal kerja
secara efisien.
3. Kalau Modal kerja tersebut dipinjam dari bank maka perusahaan mengalami
kerugian dalam membayar bunga.
10
Menurut pada Munawir,(2004) ”Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang
mengakibatkan turunya modal kerja adalah”:
a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran
upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan biaya
lainnya.
b. Kerugian-kerugian diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat
berharga atau effek, maupun kerugian insidentil lainnya.
c. Adanya pembentukan dana atau pemisah aktiva lancar untuk tujuan-tujuan
tertentu dalam jangka panjang.
d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau
aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau
timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.
f. Pengembalian uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk
kebutuhan pribadinya (prive) atau adanya pengembalian bagian keuntungan
pemilik dalam perusahaan perorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran
deviden dalam perseroan terbatas.
II.2 Kebutuhan Modal Kerja
J.H. and Cecilia L.W, yang diterjemahkan oleh Agnes Sawir, (2001) menyatakan
“kebutuhan modal kerja dipengaruhi oleh 4 faktor umum dan 5 faktor khusus” :
Ke-4 faktor umum tersebut adalah :
11
a. Volume penjualan
Perusahaan membiayai modal kerja untuk mendukung penjualan. Banyak perusahaan
yang menetapkan aktiva lancar sesuai dengan proporsi penjualan tahunannya.
b. Faktor musiman
Fluktuasi musiman akan permintaan produk atau jasa mereka. Variasi penjualan akan
berdampak pada tingkat modal kerja variabel.
c. Perkembangan Teknologi
Perubahan pada teknologi, yang tentu saja berdampak pada proses produksi, dapat
mempunyai pengaruh kuat pada kebutuhan terhadap modal kerja.
d. Filosofi perusahaan
Kebijakan perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja permanen maupun
musiman.
Ke-5 faktor khusus tersebut adalah :
1. Ukuran perusahaan
Perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin
membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibanding total aktiva atau penjualan.
2. Aktivitas perusahaan
Keadaan bisnis berdampak pada tingkat modal kerja. Sebuah perusahaan yang
menawarkan jasa tidak akan membutuhkan persediaan. Sebuah perusahaan yang
menjual secara tunai tidak akan memberikan piutang usaha.
3. Ketersediaan Kredit
Jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan kas
12
yang lebih sedikit.
4. Perilaku menghadapi keuntungan
Suatu jumlah yang relatif besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan
keseluruhan.
5. Perilaku menghadapi resiko
Makin besar tingkat aktiva lancar, makin kecil resiko. Kas menyediakan keamanan
dalam membayar tagiahan. Persediaan memberikan resiko yang lebih kecil akan
kebutuhan lebih barang untuk dijual.
II.2.1 Kebijakan Modal Kerja
Menurut pada Fred dan Brigham, (2001) ”ada tiga alternatif kebijakan investasi
dalam aktiva lancar” :
1. Pendekatan Moderat
Salah satu kebijakan pembiayaan yang lazim digunakan adalah penyelarasan saat
jatuh tempo aktiva dan kewajiban. Aktiva permanen dibiayai dengan modal
jangka panjang. Hal ini memperkecil rasio. Pendekatan moderat terjadi jika
perusahaan menyelaraskan jatuh tempo aktiva dan kewajibanya.
Grafik 2.2 Kebijakan Modal Kerja Moderat
13
2. Pendekatan agresif
Membiayai seluruh aktivitas jangka panjangnya dengan kredit jangka panjang
tetapi sebagian dari aktiva lancar permanennya dibiayai dengan kredit jangka
pendek.
Grafik 2.3 Kebijakan Modal Kerja Agresif
3. Pendekatan konservatif
Modal jangka panjang digunakan untuk membiayai semua aktiva lancar
permanen, yang berarti bahwa modal jangka panjang digunakan untuk membiayai
semua aktiva permanen dan sebagian atau semua aktiva lancar musiman. Dalam
situasi ini, perusahaan menggunakan kredit jangka pendek dalam jumlah yang
sangat kecil untuk memenuhi kebutuhannya pada masa sibuk, tetapi perusahaan
juga memenuhi sebagian dari aktiva lancar musimannya dengan ”menabung
likuiditas” dalam bentuk sekuritas yang dengan mudah dipasarkan selama masa
lengang.
14
Grafik 2.4 Kebijakan Modal Kerja Konservatif
Dermawan.S (2007) menyatakan, ”ada tiga pendekatan cara pembiayaan” :
1. Pendekatan agresif
Untuk membiayai kebutuhan permanen terdiri dari seluruh aktiva tetap dan aktiva
lancar yang permanen seperti untuk memenuhi kebutuhan persediaan minimal
kas, persediaan pengaman (safety-stock) digunakan sumber dana jangka panjang.
Sedangkan untuk kebutuhan dana yang berubah-ubah yang bersifat musiman
dibiayai dengan sumber dengan sumber dana jangka pendek. Modal kerja bersih
adalah aktiva lancar yang dibiayai oleh sumber dana jangka panjang.
2. Pendekatan konsevatif
Semua kebutuhan dana baik kebutuhan yang bersifat permanen maupun yang
bersifat variabel (musiman) dibiayai dengan sumber pembiayaan jangka panjang.
Sumber dana jangka pendek hanya digunakan untuk keadaan darurat. Modal kerja
bersih adalah selisih seluruh kebutuhan pembiayaan dengan sumber jangka
panjang.
15
3. Pendekatan diantara keduanya
Ada dua tahapan yang dilkasanakan dalam pendekatan ini yaitu :
- Tentukan titik tengah antara kebutuhan dana maksimum dan dana minimum
untuk menentukan besarnya penggunaan sumber dana jangka panjang.
- Modal kerja bersih merupakan selisih antara sumber dana jangka panjang
dengan kebutuhan permanen.
II.3 Tujuan Analisis Modal Kerja
Tujuan analisis modal kerja pada dasarnya adalah untuk melihat sejauh mana
efisiensi pengolahan modal kerja dalam suatu perusahaan, sehingga dapat diketahui
perkembangan dan pertumbuhan perusahaan dari usaha yang telah dilakukan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan
antara besarnya laba dengan besarnya modal yang digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut.
II.4 Metode dan Teknik analisis peubahan modal kerja
II.4.1 Metode analisis peubahan modal kerja
Munawir S. (2004) menulis,”metode yang digunakan untuk menganalisis
penyajian laporan tentang perubahan modal kerja adalah” :
1. Analisis horisontal
Analisis dengan mengadakan perbandingan atau memerlukan adanya analisis tentang
kenaikan atau penurunan dalam pos-pos yang tercantum dalam neraca dibandingkan
antara dua saat tertentu (comparative balance sheet), hal ini menunjukan perubahan-
16
perubahan yang terjadi dalam pos-pos elemen modal kerja tersebut.
Laporan perubahan modal kerja harus menunjukan kedua hal tersebut dan dapat
disajikan dalam dua bagian, yaitu :
1. Bagian pertama menunjukan perubahan yang terjadi untuk setiap jenis elemen modal
kerja bersih dan perubahan modal kerja secara total. Bagian ini menggambarkan
kenaikan atau penurunan setiap elemen aktiva lancar, hutang lancar serta perubahan
total modal kerja dalam suatu periode tertentu.
2. Bagian kedua menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja atau sebab-sebab
terjadinya perubahan modal kerja. Bagian ini menggambarkan sumber-sumber
tertentu dari mana modal kerja diperoleh serta berbagai penggunaan modal kerja
tersebut.
II.4.2 Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja
Sjahrial,(2007) menulis, ”penentuan besarnya modal kerja tergantung dua
faktor” :
1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
→ Makin lama periode perputarannya maka jumlah modal kerja yang
dibutuhkan semakin besar.
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya
→ Makin besar pengeluaran kas rata-rata setiap hari semakin besar kebutuhan
modal kerja.
17
II.4.3 Teknik analisis perubahan modal kerja
Agnes Sawir, (2001), menulis, ”Besarnya modal kerja sebuah perusahaan
berhubungan dengan berbagai aktivitas operasional dan finansial. Tanpa modal kerja
yang cukup aktivitas bisnis perusahaan dapat terancam”.
II.5. Metode Statistik
II.5.1. Metode Rata-rata dan Standar Deviasi
Untuk menyelidiki segugus data kuantitatif, akan sangat membantu bila kita
mendefinisikan ukuran-ukuran numerik yang menjelaskan ciri-ciri data yang penting.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah penggunaan rata-rata.
Definisi nilai tengah contoh misalkan X1, X2, …., Xn, tidak harus semuanya berbeda,
merupakan sebuah contoh terhingga berukuran n,Maka nilai tengah contohnya adalah
n
−
x
=
∑ xi
i =1
n
keterangan:
μ
=
rata-rata
∑ Xi = data atau populasi (X1, X2, …., XN)
N = jumlah tahun
Deviasi menunjukan berapa banyak suatu nilai berbeda dari rata-rata hitungnya,
akar varians deviasi dinamakan standar deviasi. Tanda σ berarti standar deviasi standar
deviasi populasi. Standar deviasi sampel dihitung dengan penyebut yang sedikit berbeda,
yaitu :
18
σ
=
∑ (X − μ )
2
n −1
σ = Standar deviasi standar deviasi populasi
X = Modal Kerja Bersih (Rp/tahun)
n = Banyak data dalam sampel atau ukuran sampel.
μ = Rataan
Dalam rumus standar deviasi sampel s akan diperoleh hasil yang lebih baik jika
digunakan untuk menduga standar deviasi populasi σ. Bila n > 30, maka baik rumus
dengan penyebut N maupun n-1 akan memberikan hasil yang hampir sama.Dalam rumus
standar deviasi sampel s akan diperoleh hasil yang lebih baik jika digunakan untuk
menduga standar deviasi populasi σ.
II.5.2. Korelasi
Korelasi adalah dua variabel yang mempunyai hubungan sangat erat. Dalam
korelasi belum tentu dilanjutkan dengan regresi. Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan
regresi, adalah koerelasi antara dua variabel yang tidak mempunyai hubungan kausal atau
sebab akibat. Analisis regresi dilakukan bila hubungan dua variabel berupa hubungan
kausal atau fungsional.
Untuk menggukur perubahan menggunakan rumus korelasi :
r=
n
(ΣΧΥ )
{(n.ΣΧ ) − (ΣΧ )
2
2
(ΣΧ.ΣΥ )
}− {(n.ΣΥ 2 ) − (ΣΥ ) 2 }
−
Koefisien Korelasi (r) tersebut mempunyai hasil -1 ≤ r ≤ 1, yang artinya :
19
• Bila r = -1 atau mendekati, maka hubungan antara variabel X dan variabel Y adalah
sangat kuat tetapi berlawanan arah (negatif sempurna), artinya jika variabel
X naik maka variabel Y akan turun dan sebaliknya jika variabel X turun
maka variabel Y akan naik.
• Bila r = 0
atau mendekati, maka hubungan antara variabel X dan variabel Y adalah
tidak ada atau dapat dikatakan lemah, maka dengan demikian dapat pula
dikatakan antara variabel X dan Variabel Y tidak ada hubungan.
• Bila r = 1
atau mendekati, maka hubungan antara variabel X dan variabel Y adalah
sangat kuat dan searah (positif sempurna) dalam arti bahwa kenaikan atau
penurunan variabel X terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau
penurunan variabel Y.
Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Sumber : Sugiono
Koefisien Determinasi (KD) digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase
(%) pengaruh modal kerja bersih terhadap laba usaha. Nilai koefisien determinasi berada
pada interval 0 ≤ KD ≥ 1, dengan rumus:
KD = r² x 100%
20
II.5.3. Analisis Regresi Linier Sederhana
Setiap regresi pasti ada korelasinya. Metode ini merupakan suatu analisis yang
menjelaskan bentuk pengaruh variabel X (Modal Kerja Bersih) terhadap variabel Y (Laba
Bersih).
• Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan persamaan regresi linier
sederhana sebagai berikut
Ŷ = a + bx
Keterangan:
X = Modal Kerja Bersih (Rp/tahun)
Ŷ = Taksiran Laba Usaha (Rp/tahun)
a = nilai konstan
b = angka arah atau koefisien regresi,yang
menunjukkan arah peningkatan ataupun penurunan
variabel terikat didasarkan pada variabel bebas.
Dimana nilai a dan b diperoleh dengan rumus:
a=
b=
(∑ y ).(∑ x 2 ) − (∑ x )(. ∑ x. y )
2
n ∑ x 2 − (∑ x )
n. ∑ x. y − (∑ x )(
. ∑ y)
n ∑ x 2 − (∑ x )
2
Keterangan: n = jumlah tahun
21
II.6 Analisis rasio
Rasio-rasio yang berhubungan dengan modal kerja sesuai dengan topik bahasan.
Adapun rasio tersebut adalah :
II.6.1. Likuiditas
Masalah likuiditas berhubngan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi. Sebuah
perusahaan
mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi
digolongkan sebagai perusahaan tersebut adalah “likuid. Sebaliknya bila perusahaan tidak
mampu memenuhi kewajiban financial yang harus segera harus dipenuhi maka
perusahaan tersebut dikatakan ”ilikuid”.
1. Kecukupan Aktiva Lancar
a. Rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (Current ratio)
Rasio yang rendah merupakan indikasi bahwa perusahaan mungkin tidak
dapat membayar tagihan-tagihannya pada masa mendatang. Rasio tinggi
mungkin mengindikasi jumlah aktiva lancar yang berlebihan. Adapun
prinsip kehati-hatian yaitu rasio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik.
b. Rasio aktiva lancar terhadap total aktiva
Rasio yang rendah mungkin menunjukan kurangnya penjualan kredit
(piutang usaha yang rendah) atau kurangnya dukungan untuk produksi
22
dengan
persediaan
yang
cukup.
Rasio
yang
tinggi
mungkin
mengindikasikan kebijakan pengumpulan piutang usaha yang buruk
(piutang usaha berlebihan) atau persediaan yang besar.
c. Rasio aktiva lancar terhadap penjualan
Ketika perusahaan menghasilkan penjualan, maka terdapat tagihan untuk
dibayar, piutang usaha untuk didanai, dan persediaan untuk mendukung
penjualan. Besarnya aktiva-aktiva tersebut haruslah cukup untuk
membayar tagihan tepat waktu, memungkinkan pengiriman barang yang
cepat, pemberian kredit dengan syarat kredit kompetitif. Sehingga, aktiva
lancar seharusnya tumbuh secara proporsional dengan penjualan atau
menurun apabila penjualan berkurang.
2. Kecukupan Quick assets
Quick assets terdiri dari kas dan piutang usaha dan merupakan aktiva yang
paling likuid dalam neraca. Dengan menggunakan kas dan piutang usaha,
likuiditas dapat diukur dengan lebih tepat daripada aktiva lancar.
a. Rasio quick assets terhadap kewajiban lancar (quick ratio)
Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dengan menggunakan
aktiva paling likuid terhadap kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan
23
kemampuan perusahaan untuk membayar tagihan tanpa bergantung pada
penjualan persediaannya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sebuah
perusahaan yang mempunyai rasio kurang dari 1:1 dianggap kurang baik.
b. Rasio quick assets terhadap total aktiva
Sebuah perusahaan membutuhkan aktiva likuid yang cukup sebagai bagian
dari bauran total aktivanya. Rasio ini menunjukan besar kas dan piutang
usaha dalam bauran total aktivanya.
c. Rasio quick assets terhadap penjualan
Kas dan piutang usaha yang cukup juga diperlukan untuk mendukung
penjualan. Rasio ini memperlihatkan kecukupan kas dan piutang usaha
yang berlebihan bila penjualan menurun.
3. Kecukupan Kas
Kebanyakan perusahaan mempertahankan saldo kas seminimal mungkin
tetapi menginvestasikan dalam efek yang setara kas yang dapat segera dicairkan.
Efek-efek tersebut harus dimasukan dalam perhitungan rasio untuk menghitung
kecukupan kas. Rasio-rasio yang dapat berguna untuk keperluan analisis adalah:
a. Rasio kas terhadap kewajiban lancar (cash ratio)
Kas harus tersedia untuk membayar tagihan-tagihan yang jatuh tempo
24
dalam hitungan minggu ataupun bulan. Pengukuran terhadap kecukupan
kas dapat dilakukan dengan menggunakan rasio kas terhadap kewajiban
lancar. Rasio ini mengukur kemampuan memenuhi hutang-hutang tepat
pada waktunya.
b. Rasio kas terhadap total aktiva
Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan
perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk
aktiva tetap.
c. Rasio kas terhadap penjualan
Bila sebuah perusahaan meningkatkan penjualannya, maka kas juga perlu
ditingkatkan. Bila perusahaan memiliki saldo kas yang tidak mencukupi,
hal ini akan menimbulkan hambatan dalam kegiatan operasinya yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi laba. Rasio ini mengukur kecukupan kas
dibandingkan dengan kegiatan operasinya.
4. Arus Dana dari Persediaan
Adalah penting bagi sebuah perusahaan memiliki arus kas yang cukup dari
kegiatan operasinya. Apabila perusahaan tidak menjual persediaan, maka tidak
akan ada piutang usaha. Apabila piutang usaha tidak dikumpulkan, perusahaan
tidak memiliki kas.
25
a. Perputaran persediaan dalam kas (inventory turnover in cash)
Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan. Rasio
ini mengukur beberapa kali dalam 1 tahun perusahaan menghasilkan
penjualan yang sama dengan saldo persediaannya. Perputaran 12:1 berarti
penjualan 1 bulan sama dengan saldo persediaan.
b. Perputaran persediaan dalam unit (inventory turnover in unit)
Rasio ini mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan
berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio ini mengukur perputaran fisik
persediaan. Karena persediaan dan HPP besarnya adalah sebesar biayanya,
maka rasio ini tidak mengandung mark-up. Perputaran 6x artinya
persediaan secara fisik berputar setiap 2 bulan.
5. Exposure dari kewajiban lancar
Dalam menentukan struktur modalnya, perusahaan melakukan pilihan antara
hutang jangka pendek atau hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang tidak
membutuhkan pembayaran pokoknya dalam 1 bulan atau 1 tahun, sebagaimana
halnya hutang jangka pendek. Oleh sebab itu, hutang jangka pendek yang
semakin rendah, semakin rendah pula kemungkinan hutang tidak dapat dibayar
pada waktunya. Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur resiko dari
kewajiban lancar antara lain.
26
a. Rasio total aktiva terhadap kewajiban lancar (total assets to current
liabilities ratio)
Rasio ini mengukur porsi aktiva yang didanai dari hutang jangka pendek.
Rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa dana jangka panjang yang
memadai digunakan untuk mendanai aktiva. Rasio yang rendah
menunjukan tingginya kewajiban lancar dalam struktur modal.
b. Rasio ekuitas terhadap kewajiban lancar (total equity to current liabilities
ratio)
Rasio ini mengukur komitmen dari pemegang saham dibandingkan dengan
exposure dari kewajiban lancar. Rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa
pemegang saham mempunyai kepentingan lebih besar dalam bisinis. Rasio
yang
rendah
mengindikasikan
bahwa
perusahaan
meminimalkan
kemungkinan kerugian bagi para pemegang sahamnya dengan mendanai
porsi yang lebih besar dari aktivanya dengan sumber jangka pendek.
c. Rasio HPP terhadap hutang dagang (COGS to account payable ratio)
Untuk mempertahankan rating kreditnya, sebuah perusahaan harus
membayar tagihan dalam waktu tertentu. Apabila perusahaan membiarkan
hutang dagangnya meningkat secara berlebihan, perusahaan dapat
27
menghadapi kesulitan dengan pemasoknya. Satu cara untuk menilai
besarnya hutang dagang adalah dengan membandingkan tingkat aktivitas
bisnis perusahaan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan HPP. Rasio
yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tidak tergantung pada
pendanaan dengan hutang dagang secara berlebihan. Rasio rendah
mengkin mengindikasikan adanya masalah.
6. Kecukupan Modal kerja
Modal kerja bersih, selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar, adalah
ukuran dasar dari likuiditas perusahaan. Kecukupan modal kerja dapat dievaluasi
dengan menggunakan rasio.
a. Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih (total assets to net working
capital)
Rasio tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas, sedangkan
rasio yang rendah mengindikasikan tingkat likuiditas yang tinggi.
b. Rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih (current liabilities to
net working capital ratio)
Rasio ini merupakan ekspansi alternatif dari current ratio. Bila current
ratio rendah, rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih akan
tinggi, mengindikasaikan likuiditas rendah. Bila rasio ini rendah, current
28
ratio akan tinggi, mengindikasikan likuiditas tinggi.
c. Perputaran modal kerja (revenues to net working capital ratio)
Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas
kewajiban lancar. Rasio tinggi mengindikasikan likuiditas yang rendah
untuk mendukung operasional; rasio yang rendah menunjukan likuidasi
yang tinggi.
29
Download